KUALITAS SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN BAKU KEJU DITINJAU DARI JUMLAH SEL SOMATIS, KADAR LEMAK, DAN KADAR PROTEIN ADIK KURNIAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN BAKU KEJU DITINJAU DARI JUMLAH SEL SOMATIS, KADAR LEMAK, DAN KADAR PROTEIN ADIK KURNIAWAN"

Transkripsi

1 KUALITAS SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN BAKU KEJU DITINJAU DARI JUMLAH SEL SOMATIS, KADAR LEMAK, DAN KADAR PROTEIN ADIK KURNIAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Susu Segar sebagai Bahan Baku Keju Ditinjau dari Jumlah Sel Somatis, Kadar Lemak, dan Kadar Protein adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Adik Kurniawan NIM B

3 ABSTRACT ADIK KURNIAWAN. Quality of Fresh Milk as the Raw Material of Cheese Reviewed by Somatic Cells Count, Fat and Protein Levels. Supervisor by HERWIN PISESTYANI. The aim of this study was to observed quality of fresh milk reviewed by somatic cells count, fat and protein levels. This research was conducted in February 2011 to July There were 35 bulk milk were taken from six farms. Data were analyzed descriptively and using linear correlation. The highest number of somatic cell, fat, and protein ± cell/ml, 4.05 ± 0.34%, and 3.66 ± 0.28% respectively. The result showed that positive correlation between bulk milk somatic cells count with fat and protein levels from dairy farmers which suppliers of cheese industry. Keywords: somatic cells count, quality fresh milk, fat, protein.

4 RINGKASAN ADIK KURNIAWAN. Kualitas Susu Segar sebagai Bahan Baku Keju Ditinjau dari Jumlah Sel Somatis, Kadar Lemak, dan Kadar Protein. Dibimbing oleh HERWIN PISESTYANI. Sel somatis di dalam susu dapat menjadi indikasi kesehatan ambing sapi. Sel somatis merupakan sel tubuh yang mayoritas adalah sel pertahanan seperti: leukosit dan beberapa dari jaringan tubuh seperti sel epitel. Keberadaan sel somatis di dalam susu akan mempengaruhi mutu dan kualitas susu. Peningkatan jumlah sel somatis di dalam susu menyebabkan kualitas produk susu menjadi menurun sebagai akibat dari aktivitas enzimatis, yaitu protease dan lipase yang dihasilkan oleh sel somatis itu sendiri. Aktivitas enzimatis menyebabkan penurunan produk olahan susu seperti keju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein di dalam susu dari peternakan yang merupakan pemasok industri keju. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 susu kandang (bulk milk) yang terbagi atas 26 sampel diambil dari setoran pagi dan 9 sampel diambil dari setoran sore dari 6 peternak pemasok susu segar. Hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan korelasi linier untuk melihat hubungan antara jumlah sel somatis dengan kadar lemak dan kadar protein di dalam susu. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa susu segar dari peternakan sapi perah yang merupakan pemasok industri keju di Kabupaten Sukabumi melebihi batas maksimum jumlah sel somatis yang ditetapkan dalam SNI NO :2011 tentang Susu Segar. Berdasarkan hasil pengujian susu segar yang merupakan bahan baku keju yang diperoleh dari seluruh peternak sapi perah pemasok industri keju mempunyai kadar lemak dan kadar protein di atas batas minimum SNI NO :2011 tentang Susu Segar. Jumlah sel somatis di dalam susu segar dari 6 peternakan pemasok industri keju adalah sel/ml, kadar lemak 3.62%, dan kadar protein 3.22%.. Kata Kunci: susu kandang (bulk milk), jumlah sel somatis, kualitas susu, kadar lemak, kadar protein

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiyah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6 KUALITAS SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN BAKU KEJU DITINJAU DARI JUMLAH SEL SOMATIS, KADAR LEMAK, DAN KADAR PROTEIN ADIK KURNIAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NIM : Kualitas Susu Segar sebagai Bahan Baku Keju Ditinjau dari Jumlah Sel Somatis, Kadar Lemak, dan Kadar Protein : Adik Kurniawan : B Disetujui drh. Herwin Pisestyani, M.Si Pembimbing Diketahui drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Kualitas Susu Segar sebagai Bahan Baku Keju Ditinjau dari Jumlah Sel Somatis, Kadar Lemak, dan Kadar Protein, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada drh. Herwin Pisestyani, M.Si selaku dosen pembimbing, yang dengan tulus memberikan bimbingan, nasehat, dorongan semangat serta rela mengorbankan waktu selama penelitian sampai penulisan skripsi. Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. drh. H. Idwan Sudirman atas kesediaannya menjadi penguji dalam seminar skripsi penulis. Penulis menyampaikan terima kasih kepada drh. Vetnizah Juniantito, Ph.D dan drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, Ph.D, PAVet yang telah berkenan menjadi penguji dan menelaah skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. drh. Trioso Purnawarman, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah mencurahkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menempuh studi sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. drh. Denny W. Lukman, M.Si yang telah memberikan nasehat, dorongan, dan semangat selama penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh staf Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Kepada ayahanda, ibunda, kakak, dan adik di Rimbo Bujang, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan setinggi-tingginya, atas doa restu, bimbingan, didikan, dorongan semangat dan kasih sayangnya yang diberikan selama ini. Kepada semua pihak dan rekan-rekan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. Semoga budi baik dan jasa yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk memberi saran yang bermanfaat demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bogor, Oktober 2012 Adik Kurniawan

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Rimbo Mulyo, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi pada Tanggal 22 November 1989, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Kuswandi dan Siti Nursiah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Biring Kuning Durian Luncuk, kemudian melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri NO.74/VIII Wirotho Agung dan tamat pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Kabupaten Tebo dan tamat pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pedidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo dan tamat pada tahun Penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Selama menuntut ilmu di IPB, Penulis pernah aktif di sejumlah organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai anggota Divisi Syiar Opini Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB , Kepala Bagian Opini Divisi Syiar Opini Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB , Kepala Departemen Divisi Syiar Opini Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Hewan, penulis melakukan penelitian yang berjudul Kualitas Susu Segar sebagai Bahan Baku Keju Ditinjau dari Jumlah Sel Somatis, Kadar Lemak, dan Kadar Protein di bawah bimbingan drh. Herwin Pisestiyani, M.Si.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Susu Segar... 4 Komposisi Susu yang Berperan Penting dalam Pembuatan Keju... 5 Kadar Protein Susu... 6 Kadar Lemak Susu... 7 Sel Somatis... 9 Keju BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Jenis dan Jumlah Sampel Cara Pengambilan Sampel Perhitungan Jumlah Sel Somatis Menggunakan Metode Breed Perhitungan Kadar Lemak Perhitungan Kadar Protein Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sel Somatis Kadar Lemak Kadar Protein Keberadaan Jumlah Sel Somatis dalam Susu Segar dan Pengaruhnya terhadap Kadar Lemak dan Kadar Protein KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 27

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Syarat mutu susu segar (SNI NO :2011) Hubungan antara jumlah sel somatis dengan penurunan produksi susu (Lukman et al. 2009) Rataan jumlah sel somatis susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Rataan kadar lemak susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Rataan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Jumlah sel somatis, kadar lemak dan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju... 23

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Komposisi rata-rata susu sapi (Saleh 2004) Rataan jumlah sel somatis susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Rataan kadar lemak susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Rataan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Pengaruh jumlah sel somatis susu segar terhadap kadar lemak susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju (r=0.06, P<0.05) Pengaruh jumlah sel somatis susu segar terhadap kadar protein susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju (r=0.154, p<0.05)

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein di dalam susu peternakan sapi perah pemasok industri keju di Kabupaten Sukabumi... 31

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah suatu apa pun, dan belum mendapatkan perlakuan apa pun kecuali pendinginan (BSN 2011). Susu sapi merupakan pangan asal hewan yang memiliki sumber protein yang sangat baik dan lengkap serta sering dikonsumsi oleh masyarakat. Jumlah ternak sapi perah di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 sebanyak ekor sapi. Dari data BPS juga diketahui jumlah produksi susu di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak liter. Berdasarkan jumlah ternak sapi perah dan jumlah produksi susu yang dihasilkan diketahui bahwa sapi perah di Indonesia ternyata hanya menghasilkan 0.11 liter/ekor/harinya (BPS 2012). Rendahnya produksi susu di peternakan sapi perah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tingkat produksi susu diantaranya adalah manejemen peternakan sapi perah yang masih tradisional, sehingga pemeliharaan ternak tidak dapat menghasilkan produksi susu yang maksimal. Hal ini dikarenakan peternak sapi perah di Indonesia masih banyak memelihara ternak dalam skala kecil. Selain faktor pemeliharaan ternak yang masih tradisional, faktor bangsa, umur, iklim, dan kesehatan ambing dari hewan ternak juga mempengaruhi produksi susu (Kurniawati et al. 2002). Kesehatan ambing pada sapi perah dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya peradangan pada ambing. Kasus peradangan pada ambing disebut dengan mastitis. Kasus mastitis yang sering terjadi pada sapi biasanya bersifat subklinis. Mastitis subklinis adalah mastitis yang tidak menampakkan perubahan fisik pada ambing dan susu yang dihasilkan namun dapat menurunkan produksi susu. Mastitis subklinis pada sapi perah dapat diketahui melalui beberapa parameter, salah satunya dengan menggunakan perhitungan jumlah sel somatis dalam susu sapi yang dihasilkan (Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Sel somatis di dalam susu merupakan sel tubuh yang mayoritas adalah leukosit dan beberapa dari jaringan sekresi ambing (sel epitel). Menurut Sharma

15 2 et al. (2011) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingginya sel somatis dalam susu diantaranya adalah bangsa, periode laktasi, umur, stres, suhu, musim, dan penyakit pada ambing. Tingginya jumlah sel somatis di dalam susu sapi dapat mengindikasikan adanya gangguan pada ambing sapi dan dapat mengurangi kualitas susu yang dihasilkan (Gargouri et al. 2007). Jumlah sel somatis dalam susu mempengaruhi jumlah produksi susu, kadar lemak, kadar protein, dan tingkat mineral lainnya (Rajcevic et al. 2003; Fernandes et al. 2007). Keberadaan sel somatis di dalam susu menjadi salah satu hal yang diperhatikan dalam industri pembuatan keju. Tinggi rendahnya jumlah sel somatis di dalam susu dapat mempengaruhi kualitas keju yang dihasilkan. Peningkatan jumlah sel somatis di dalam susu menyebabkan kualitas produk susu yang dihasilkan menjadi menurun sebagai akibat dari aktivitas enzimatis, yaitu enzim protease dan lipase. Aktivitas enzim tersebut menyebabkan penurunan produk keju yang dihasilkan, menurunnya daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu fermentasi, produk mentega menjadi tengik, dan adanya perubahan rasa pada sebagian produk olahan susu lainnya (Lukman et al. 2009). Susu segar merupakan bahan baku keju. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju di Kabupaten Sukabumi. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga kualitas keju yang dihasilkan oleh industri keju tersebut, sehingga perusahaan bekerjasama dengan bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas susu segar dari para peternak sapi perah pemasok industri keju yang ditinjau dari keberadaan jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu segar para peternak sapi perah pemasok bahan baku industri keju di Kabupaten Sukabumi ditinjau dari jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein.

16 3 Manfaat Manfaat dari penelitian: 1 Mengetahui kualitas susu segar dari jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein. 2 Data-data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk memperbaiki peternakan sapi perah di Indonesia.

17 TINJAUAN PUSTAKA Susu Segar Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2011) menyebutkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Persyaratan Mutu Susu Segar bahwa susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah suatu apa pun, dan belum mendapatkan perlakuan apa pun kecuali pendinginan. Menurut Sunita (2002) susu merupakan makanan yang hampir sempurna, karena kandungan nutrisinya yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok manusia. Susu juga merupakan sumber kalsium yang baik karena kandungan kalsium di dalam susu cukup tinggi. Persyaratan mutu susu segar disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Syarat mutu susu segar (SNI NO :2011) Karakteristik Satuan Syarat Berat jenis (pada suhu 27,5 C) g/ml minimum Kadar lemak minimum % 3.0 Kadar bahan kering tanpa lemak % 7.8 minimum Kadar protein minimum % 2.8 Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada perubahan Derajat asam SH ph Uji alkohol (70%)v/v - Negatif Cemaran mikroba, maksimum: 1 Total Plate Count 2 Staphylococcus aureus 3 Enterobacteriaceae CFU/ml CFU/ml CFU/ml Jumlah sel somatis maksimum Sel/ml Residu antibiotik (golongan - Negatif Penisilin,Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida) Uji pemalsuan - Negatif Titik beku C s.d Uji peroxidase - Positif Cemaran logam berat, maksimum: 1 Timbal (Pb) 2 Merkuri (Hg) 3 Arsen (As) μg/ml μg/ml μg/ml

18 5 Komposisi Susu yang Berperan Penting dalam Pembuatan Keju Menurut Suharyanto (2009) susu terdiri dari air, lemak, protein, laktosa, vitamin, dan Mineral. Komposisi terpenting di dalam susu adalah protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 5 persen sedangkan kandungan lemak susu berkisar 3 8 persen. Kandungan energi dalam susu rata-rata 65 kkl/ml susu. Zat dengan jumlah kandungan tertinggi di dalam susu adalah air sedangkan sisanya merupakan bahan kering. Komposisi susu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bangsa, periode laktasi, interval pemerahan, pakan, suhu, dan umur (Saleh 2004). Komposisi rata-rata pada susu sapi disajikan pada Gambar 1. Susu Bahan kering (12.10%) Air (87.90%) Lemak (3.45%) Bahan kering tanpa lemak (8.65%) Protein (3.20%) Laktosa (4.60%) Kasein (2.70%) Albumin (0.50%) Vitamin, enzim, dan gas (0.85%) Gambar 1 Komposisi rata-rata susu sapi (Saleh 2004). Komposisi susu sangat berpengaruh dalam proses pembuatan keju. Beberapa kandungan susu yang mempengaruhi mutu dan kualitas keju antara lain kadar protein dan kadar lemak yang terdapat di dalam susu. Kualitas keju akan menentukan nilai dari keju tersebut, sehingga dalam pembuatan keju perlu memperhatikan komposisi kandungan tersebut (Suharyanto 2009).

19 6 Kadar Protein Susu Kadar protein di dalam susu rata-rata 3.20% yang terdiri dari: 2.70% kasein (bahan keju), dan 0.50% albumin. Kadar protein di dalam susu sebanyak 26.50% dari bahan kering susu. Protein di dalam susu akan menentukan kualitas susu yang dihasilkan. Di dalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Albumin terkandung dalam susu sekitar 5 g/kg susu dalam keadaan larut. Beberapa hari setelah induk sapi melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan normal kembali setelah 7 hari. Di dalam pembentukan keju, albumin akan memisah dalam bentuk whey (Saleh 2004). Kadar protein di dalam susu akan menentukan kualitas susu yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar protein di dalam susu diantaranya adalah bangsa sapi, pakan, umur, periode laktasi, iklim, musim, dan penyakit (Ikawati 2011). 1 Bagsa sapi Janis bangsa sapi yang digunakan dalam peternakan sapi perah dapat menyebabkan jumlah kasein yang terkandung di dalam susu yang dihasilkan berbeda. Perbedaan kasein pada beberapa bangsa sapi sangat berpengaruh terhadap sifat pengolahan susu terutama dalam pembuatan keju. Kasein merupakan komponen terpenting dalam pembuatan keju. Hasil keju akan lebih baik apabila kandungan kasein dalam protein susu berada pada kadar yang tinggi (Barber 2007). 2 Pakan Perubahan kadar protein susu lebih dipengaruhi oleh jumlah protein yang diperoleh dari pakan yang dimakan oleh sapi perah. Kandungan protein di dalam konsentrat dan hijauan akan sangat mempengaruhi kadar protein di dalam susu. Semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka akan semakin tinggi kadar protein di dalam susu yang dihasilkan oleh sapi tersebut (Barber 2007). 3 Umur Umur sapi sangat berpengaruh terhadap kadar protein di dalam susu. Produksi susu akan terlihat menurun setelah sapi mencapai laktasi ke Turunnya

20 7 produksi susu pada sapi tua disebabkan oleh aktivitas kelenjar ambing sapi yang sudah berkurang (Robinson 1997). 4 Periode laktasi Kadar protein, kandungan kasein, dan albumin di dalam susu secara nyata dipengaruhi oleh masa laktasi. Pada masa kolostrum kadar protein di dalam susu sangat tinggi dibandingkan pada masa laktasi normal. Kadar protein di dalam susu akan mengalami penurunan pada waktu tiga sampai enam minggu setelah melahirkan dan secara perlahan akan meningkat kembali pada masa akhir laktasi (Robinson 1997). 5 Iklim dan musim Produksi dan komposisi susu dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu lingkungan. Kandungan protein dalam susu akan meningkat apabila hewan dipelihara pada daerah dengan temperatur dingin. Sebaliknya hewan dipelihara pada daerah dengan suhu yang panas atau temperatur tinggi maka jumlah protein di dalam susu akan menurun (Robinson 1997). 6 Penyakit Penyakit pada ambing akan mempengaruhi produksi dan kualitas susu yang dihasilkan oleh sapi. Penyakit yang berhubungan langsung dengan ambing adalah mastitis. Perubahan komposisi protein dalam susu dari ambing yang sakit disebabkan oleh meningkatnya protein asal darah dan menurunnya sintesis kasein di epitel kelenjar ambing (Niel 2012). Protein berperan penting dalam pembuatan keju. Kasein merupakan protein dalam susu yang menggumpal atau mengalami koagulasi saat ditambahkan asam di dalam susu tersebut. Pada saat susu ditambahkan dengan larutan asam maka larutan asam yang digunakan akan mencapai titik isoelektrik pada setiap molekul kasein. Hal ini akan mengubah kasein miselles di dalam susu yang dimulai dengan penggabungan kasein miselles melalui agregasi dan diakhiri dengan terjadinya koagulum (Malaka 2010). Kadar Lemak Susu Kadar lemak di dalam susu berkisar antara 3-8% namun rata-rata kadar lemak di dalam susu adalah ±3.45% (Saleh 2004). Lemak susu tersusun dari

21 8 trigliresida yang merupakan gabungan gliserol dan asam lemak. Di dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh, dan sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Komponen mikro lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E), karoten, vitamin A, dan vitamin D (Suharyanto 2009). Kadar lemak di dalam susu akan menentukan kualitas susu yang dihasilkan (Ikawati 2011). Menurut Looper (1993) kadar lemak di dalam susu dipengaruhi bangsa sapi, umur, periode laktasi, interval pemerahan, iklim, pakan, dan penyakit. 1 Bangsa sapi Kadar lemak di dalam susu sapi perah berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya (Robinson 1997). Pada umumnya semakin tinggi kemampuan berproduksi susu sapi perah, akan semakin rendah kadar lemak di dalam susunya. Beberapa jenis sapi perah seperti Friesian-Holstein mempunyai kemampuan berproduksi susu yang paling tinggi namun dengan kadar lemak susu yang lebih rendah. 2 Umur Produksi susu sapi perah pada umumnya mencapai puncak tertinggi pada umur sekitar 6-8 tahun. Sejak umur laktasi pertama sampai pada laktasi berikutnya pada umur 6-8 tahun, produksi susu akan mengalami peningkatan dan setelah umur tersebut kemudian terjadi penurunan (Saleh 2004). Kadar lemak di dalam susu akan mengalami perubahan, walaupun perubahan tersebut kecil. Perubahan yang terjadi sekitar 0.03% dari satu laktasi ke laktasi berikutnya dan perubahan ini berlangsung terus sampai tercapai puncak produksi susu (Looper 1993). 3 Periode laktasi Sapi perah yang baru melahirkan akan mempunyai kadar lemak di dalam susu yang tinggi. Meningkatnya produksi susu sampai dengan sekitar 6-8 minggu laktasi akan menyebabkan kadar lemak susu mengalami penurunan. Kadar lemak di dalam susu akan meningkat kembali pada akhir laktasi (Robinson 1997).

22 9 4 Interval pemerahan Sapi perah yang diperah dua kali sehari dengan interval pemerahan yang sama akan mengalami perubahan dalam kadar lemak susunya, walaupun perubahannya kecil (Ikawati 2011). Dalam pencatatan produksi susu yang dilakukan oleh American Jersey Cattle Club di dalam Looper (1993) ternyata kadar lemak susu pada pemerahan pagi hari adalah 5.23% dan pada pemerahan sore hari 5.50%. 5 Iklim Unsur-unsur iklim seperti suhu dan kelembaban udara akan mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah. Hal ini dikarenakan suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi kondisi fisiologis ternak sapi. Semakin dingin suhu tempat beternak sapi maka kadar lemak yang dihasilkan oleh sapi akan semakin tinggi (Robinson 1997). 6 Pakan Pakan akan sangat mempengaruhi kadar lemak di dalam susu. Sapi perah yang diberi pakan dengan jumlah konsentrat yang terlalu banyak dan hijauan yang terbatas akan berakibat pada penurunan produksi saliva, sehingga ph rumen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan perbedaan komposisi asam-asam lemak bebas dalam rumen sehingga produksi asam asetat menjadi berkurang (Barber 2007). 7 Penyakit Beberapa penyakit ambing menjadi predisposisi terhadap kualitas susu yang dihasilkan. Mastitis merupakan penyakit peradangan ambing yang dapat mempengaruhi komposisi susu yang dihasilkan oleh sapi. Kejadian mastitis menurunkan tingkat kadar lemak dan kasein dalam susu (Niel 2012). Sel Somatis Sel somatis dalam susu merupakan sel tubuh yang mayoritas adalah leukosit dan beberapa dari jaringan sekresi ambing (sel epitel). Leukosit merupakan Sel darah putih yang mempunyai fungsi terhadap mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan penyakit dan membantu dalam proses perbaikan kerusakan jaringan. Sel somatis yang berasal dari sel epitel merupakan bagian fungsi tubuh yang

23 10 dilepaskan dan diperbaiki dalam proses tubuh normal. Konsentrasi sel somatis meningkat bila jaringan terluka secara mekanis maupun infeksi oleh mikroorganisme lainnya yang menyebabkan penyakit (Gargouri et al. 2007; Sharma et al. 2011). Fungsi sel somatis dalam tubuh adalah untuk pertahanan terhadap adanya infeksi pada ambing atau tubuh. Secara normal jumlah sel somatis dalam ambing sedikit. Kehadiran sel somatis di dalam susu sebagai mekanisme pertahanan di kelenjar ambing untuk mengondisikan dan menjaga agar tidak ada infeksi di dalamnya. Keberadaan bakteri di dalam kelenjar ambing meningkatkan pembentukan leukosit terutama neutrofil (Sharma et al. 2011). Jumlah sel somatis adalah istilah umum yang digunakan sebagai salah satu ukuran terhadap kualitas susu. Tingginya jumlah sel somatis di dalam susu mengindikasikan adanya gangguan pada ambing yang diakibatkan dari beberapa faktor yaitu: infeksi pada ambing, umur sapi, tingkat laktasi, stres, musim, dan adanya luka pada ambing (Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Jumlah sel somatis yang tinggi akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi dan kualitas susu. Peningkatan jumlah sel somatis menyebabkan kualitas produk susu menjadi menurun sebagai akibat dari aktivitas enzimatis, yaitu protease dan lipase. Aktivitas enzimatis menyebabkan penurunan produk keju, menurunnya daya tahan susu pasteurisasi, perubahan produksi asam pada produk-produk susu fermentasi, produk mentega menjadi tengik, dan adanya perubahan rasa pada sebagian produk olahan (Lukman et al. 2009). Hubungan antara keberadaan jumlah sel somatis terhadap produksi dan kualitas susu disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Hubungan antara jumlah sel somatis dengan penurunan produksi susu (Lukman et al. 2009) Jumlah sel somatis/ml Penurunan produksi susu (%) > Perhitungan jumlah sel somatis dapat menjadi salah satu diagnosa untuk mengetahui ada tidaknya kasus mastitis subklinis pada hewan dengan

24 11 menggunakan metode Breed. Salah satu upaya pencegahan yang efektif untuk kasus mastitis subklinis adalah melalui pemeriksaan rutin jumlah sel somatis setiap bulan pada periode laktasi normal (Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Keberadaan jumlah sel somatis dalam susu dapat mengindikasikan suatu infeksi atau gangguan pada ambing (Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Kemungkinan terjadinya infeksi dalam ambing dapat disebabkan oleh bakteri komensal atau bakteri patogen. Sharma et al. (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan langsung antara jumlah sel somatis dengan kualitas susu yang dihasilkan sehingga adanya kemungkinan transmisi bakteri patogen melalui susu yang bersifat zoonosis. Adanya bakteri patogen penyebab mastitis subklinis yang dapat ditransmisikan melalui susu menyebabkan produk olahan susu berisiko mengandung patogen sehingga diperlukan pengolahan susu dengan cara mempasteurisasi susu sebelum dikonsumsi untuk menjaga kesehatan masyarakat lebih dini. Keju Keju adalah produk segar atau hasil pemeraman berbentuk padat atau semi padat yang diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, krim, susu skim, komponen susu, susu rekombinasi, susu rekonstitusi atau campurannya dengan rennet atau enzim penggumpal (asal hewan, tanaman atau mikroba) atau asam dengan persyaratan kadar lemak susu dan kadar air yang tergantung dari jenisnya. Dalam hal ini termasuk keju lunak, agak keras (semi-hard), dan keras (hard) serta sangat keras (very hard). Keju lunak mengandung air lebih dari 67% dihitung berdasarkan padatan tanpa lemak (PTL). Keju agak keras mengandung 54 hingga 69% PTL, keju keras mengandung 49 hingga 56% PTL, dan keju sangat keras mengandung kurang dari 51% PTL (Kementan RI 2011). Jenis-jenis keju menurut Kementan RI (2011) terbagi atas beberapa diantaranya sebagai berikut: keju tanpa pemeraman (keju mentah), keju peram, dan keju peram total. Pembagian jenis-jenis keju ini didasarkan pada tingkat pemeraman keju. Di dunia terdapat beragam jenis keju. Menurut Daulay (1991), seluruhnya memiliki prinsip dasar yang sama dalam proses pembuatannya yaitu:

25 12 1 Pasteurisasi susu dilakukan pada suhu 72 C selama 15 detik, untuk membunuh seluruh bakteri patogen. 2 Pengasaman susu bertujuannya agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka, atau bakteri Streptococcus lactis. Proses fementasi oleh Streptococcus lactis akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (ph) susu menjadi rendah dan rennet efektif bekerja. 3 Penambahan enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah 1:5000. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam, maka terbentuklah curd. Temperatur sistem dipertahankan 40 o C, akan terbentuk curd yang padat. Setelah padat dilakukan pemisahan curd dari whey. 4 Pematangan keju. Untuk menghasilkan keju yang berkualitas, dilakukan proses pematangan dengan cara menyimpan keju ini selama periode tertentu. Dalam proses ini, mikroba mengubah komposisi curd, sehingga menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan seperti temperatur dan kelembaban udara di ruang tempat pematangan. Dalam beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung udara sehingga dihasilkan keju yang berlubang-lubang. Kualitas keju yang dihasilkan dalam industri keju dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jumlah sel somatis, hal ini dikarenakan jumlah sel somatis dalam susu hewan berkorelasi dengan tingkat kesehatan hewan (Bencini 2001). Faktor penyebab lainya jumlah total mikro organisme di dalam susu, karena adanya beberapa mikroorganisme (Lactobacillus spp, Lactococcus spp, Streptococcus spp) yang menguntungkan dan ditambahkan ke dalam keju, sementara yang lain dapat menyebabkan penyakit pada manusia (misalnya Listeria Sp, Salmonella spp, Brucella Sp) atau masalah dalam pematangan produk susu (misalnya Enterobacteriaceae, Coliform, bakteri psikotrof, Clostridium spp). Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keju adalah bahan baku keju (susu), rennet, proses pengolahan dan proses penyimpanan.

26 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2011 sampai Juli Sampel berasal dari peternakan sapi perah pemasok susu segar untuk industri keju di Kabupaten Sukabumi. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel susu: botol sampel steril dan cool box. Alat untuk penghitungan jumlah sel somatis dengan metode Breed antara lain: gelas objek, pipet steril 0.1 ml, mikroskop dan kertas Breed. Alat untuk penghitungan kadar lemak adalah Butirometer Gerber, sumbat karet, kain lap, sentrifus, penangas air dan pipet otomatis. Bahan yang diperlukan untuk penghitungan jumlah sel somatis adalah larutan alkhohol 96%, eter, larutan methylen blue Löffler 1%, dan immersion oil. Bahan yang diperlukan untuk penghitungan lemak adalah H 2 SO 4 p.a 91% dan amil alkohol. Metode Penelitian Jenis dan Jumlah Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel susu kandang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 susu kandang yang terbagi atas 26 sampel diambil dari setoran pagi dan 9 sampel diambil dari setoran sore yang berasal dari 6 peternak pemasok susu segar. Jumlah sampel dihitung menggunakan perangkat lunak Win Episcope dengan tingkat kepercayaan 95%, dugaan prevalensi 85%, dan tingkat kesalahan 8%. Cara Pengambilan Sampel Susu segar diambil secara langsung dari milk can milik masing-masing peternak. Volume susu yang diambil minimal 500 ml. Setiap sampel dimasukkan

27 14 ke dalam botol sampel steril yang telah diberi label dan disimpan dalam cool box dengan suhu di bawah 10 o C. Perhitungan Jumlah Sel Somatis Menggunakan Metode Breed Penghitungan jumlah sel somatis dalam susu dilakukan dengan metode Breed. Jumlah sel somatis dihitung dalam 0.01 ml susu setelah diwarnai dengan pewarnaan Breed (methylen blue Löffler). Pertama, gelas objek dibersihkan dengan larutan eter alkohol dan diletakkan di atas kertas cetakan atau pola bujur sangkar seluas 1x1 cm 2 (kertas Breed). Sampel susu dihomogenkan terlebih dahulu, lalu dipipet dengan pipet Breed dan susu diteteskan sebanyak 0.01 ml tepat di atas kotak 1 cm 2. Setelah itu contoh susu disebar di atas permukaan seluas 1 cm 2 dengan menggunakan kawat ose (berujung siku-siku). Selama 5-10 menit dikering udarakan selanjutnya difiksasi dengan nyala api. Pewarnaan Breed dilakukan dengan cara: gelas objek direndam dalam eter alkohol selama 2 menit dan goyang-goyangkan untuk menghilangkan/melarutkan lemak susu. Setelah itu larutan diwarnai dengan methylen blue Löffler selama 1-2 menit. Setelah diwarnai kemudian dimasukan ke dalam larutan alkohol 96% untuk menghilangkan sisa zat warna yang tidak melekat. Setelah pewarnaan, jumlah sel somatis dihitung dengan menggunakan mikroskop perbesaran lensa objektif 100X, pada permukaan kotak yang diwarnai diteteskan minyak emersi (Sudarwanto 2009). Jumlah sel somatis dihitung dengan rumus Jumlah sel somatis = F x B Keterangan F= Faktor mikroskop B= Rataan jumlah sel somatis dari lapang pandang Perhitungan Kadar Lemak Kadar lemak dihitung dengan cara sebagai berikut: berturut-turut ke dalam Butirometer Gerber dimasukkan 10 ml H 2 SO 4, ml contoh susu yang telah dihomogenkan kemudian 1.0 ml amil alkohol. Butirometer Gerber ditutup dengan

28 15 sumbat karet dan dihomogenkan dengan memutarnya seperti angka delapan. Butirometer Gerber dipegang dengan menggunakan kain lap, karena di dalam butirometer terjadi reaksi panas. Setelah itu butirometer disentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 1200 putaran per menit (rpm), kemudian butirometer dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 65 o C selama 5 menit dengan bagian yang bersumbat ada di bawah. Larutan yang berwarna kekuningan dilihat dalam skala dan dijadikan dalam persen sebagai hasil (Latif dan Sanjaya 2009). Perhitungan Kadar Protein Kadar protein di dalam susu dihitung dengan menggunakan rumus. Hal ini dikarenakan adanya korelasi antara kadar lemak dan kadar protein susu (Latif dan Sanjaya 2009). Kadar protein dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: L = Kadar lemak (%) Kadar protein (%) = L/ Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, dianalisis secara deskriptif, meliputi jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein. Jumlah sel somatis, kadar lemak dan kadar protein diuji dengan menggunakan korelasi linier.

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sel Somatis Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan jumlah sel somatis di dalam susu. Hal ini dilakukan karena jumlah sel somatis di dalam susu dapat menjadi indikasi kesehatan ambing dan kualitas susu yang dihasilkan (Gargouri et al.2007; Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Hasil perhitungan jumlah sel somatis pada susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 2. Tabel 3 Rataan jumlah sel somatis susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Peternak Jumlah sel somatis/ml (rataan ± simpangan baku) A (n=4) ± B (n=6) ± C (n=8) ± D (n=4) ± E (n=1) ± 0.00 F (n=12) ± Rataan (n=35) ± SNI No : 2011 < sel/ml susu Gambar 2 Rataan jumlah sel somatis susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju.

30 17 Dalam Tabel 3 diperlihatkan bahwa susu segar yang diperoleh dari peternak pemasok susu segar bahan baku industri keju di Kabupaten Sukabumi memiliki jumlah sel somatis lebih tinggi dari standar SNI NO :2011 (4x10 5 sel/ml). Rata-rata jumlah sel somatis di dalam susu segar dari peternak pemasok adalah ± sel/ml susu. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sel somatis di dalam susu segar dari peternak pemasok secara keseluruhan 6 kali lebih besar dibandingkan standar yang ditetapkan oleh SNI NO :2011. Jumlah sel somatis tertinggi adalah ± sel/ml susu dan jumlah sel somatis terendah adalah ± 0.00 sel/ml susu. Sampel yang diambil adalah susu kandang (bulk milk), yaitu susu yang berasal dari beberapa sapi, kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam milk can. Kemungkinan meningkatnya jumlah sel somatis di dalam susu di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: individu sapi berada dalam kondisi akhir kebuntingan atau setelah melahirkan (3 bulan post partus) (Robinson 1997). Hal ini merupakan proses alami dalam mempersiapkan kelahiran sapi dan untuk meningkatkan mekanisme proses pertahanan kelenjar susu pada masa kelahiran (Rice 1993). Hal ini didukung oleh pernyataan Kurniawati et al. (2002); Sharif dan Muhammad (2008) bahwa peningkatan jumlah sel somatis terjadi pada masa akhir kebuntingan dan beberapa minggu setelah melahirkan meski tidak terjadi status infeksi. Jumlah sel somatis akan menurun dengan cepat beberapa minggu setelah melahirkan pada sapi yang tidak mengalami infeksi sehingga peningkatan jumlah sel somatis hanya bersifat sementara. Peningkatan jumlah sel somatis juga dapat diakibatkan oleh adanya gangguan pada ambing sapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa jumlah sel somatis di dalam susu mengindikasikan adanya gangguan pada ambing yang diakibatkan dari beberapa faktor yaitu: infeksi pada ambing, umur, periode laktasi, stres, musim, serta adanya luka pada ambing. Dalam hal ini terdapat kemungkinan bahwa susu segar yang dijadikan sebagai bahan baku keju berasal dari peternak pemasok susu yang sapinya mengalami infeksi dan abnormalitas pada ambingnya. Dalam penelitian lainnya yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan sapi perah menunjukkan bahwa sapi-sapi peternak pemasok industri keju positif (100%) terkena mastitis subklinis.

31 18 Sampel yang diuji dari penelitian tersebut adalah sampel kuartir yang diambil dari sapi dalam masa laktasi normal (Rohmah 2012). Menurut Looper (1993); Pirisi et al. (2000) umur sapi perah akan mempengaruhi jumlah sel somatis di dalam susu yang dihasilkan. Semakin tua umur hewan yang digunakan maka semakin meningkat jumlah sel somatis di dalam susunya. Selain umur, keadaan stres pada hewan juga dapat meningkatkan jumlah sel somatis dalam susu kandang (Rajcevic et al. 2003; Rice 1993). Kualitas pakan yang diberikan pada sapi juga dapat mempengaruhi jumlah sel somatis di dalam susu. Jika kualitas pakan yang diberikan pada sapi buruk akan mengakibatkan jumlah sel somatis di dalam susu akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena adanya kaitan antara pemberian pakan dan keadaan stres pada sapi (Rice 1993). Tinginya sel somatis di dalam susu akibat infeksi pada ambing yang dapat disebabkan oleh bakteri komensal dan atau bakteri patogen. Sharma et al. (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan langsung antara jumlah sel somatis dan kualitas susu yang dihasilkan sehingga ada kemungkinan terjadinya transmisi bakteri patogen melalui susu yang bersifat zoonosis. Menurut Leigh (2005) susu segar dengan jumlah sel somatis yang tinggi dapat berbahaya sampai produk olahannya, hal ini dikarenakan beberapa bakteri patogen menghasilkan toksin yang tidak hilang setelah dipasteurisasi seperti Streptococcus agalactiae. Hal tersebut juga memungkinkan manusia mengalami keracunan karena mengonsumsi toksin yang terkandung dalam produk olahan susu. Tingginya jumlah sel somatis pada susu segar yang merupakan bahan baku keju dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas keju yang dihasilkan (Pirisi et al. 2000). Peningkatan jumlah sel somatis menyebabkan kualitas produk susu menjadi menurun sebagai akibat dari aktivitas enzimatis, yaitu protease dan lipase yang dihasilkan oleh sel somatis. Aktivitas enzimatis menyebabkan penurunan produk keju (Lukman et al. 2009). Menurut Mikulec et al. (2005) susu yang digunakan sebagai bahan baku keju sebaiknya memiliki jumlah sel somatis antara sel/ml.

32 19 Kadar Lemak Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kadar lemak susu. Hal ini dilakukan karena kadar lemak di dalam susu akan menentukan kualitas susu. Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata kadar lemak susu dari setiap peternak pemasok bahan baku keju industri keju sebesar 3.62 ± 0.41%. Kadar lemak dengan nilai tersebut tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan SNI NO :2011 sebesar 3.0% untuk kadar minimum lemak di dalam susu segar. Hasil perhitungan kadar lemak pada susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 3. Tabel 4 Rataan kadar lemak susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Peternak Kadar lemak (%) (rataan ± simpangan baku) A (n=4) 4.05 ± 0.34 B (n=6) 3.37 ± 0.63 C (n=8) 3.78 ± 0.28 D (n=4) 3.63 ± 0.39 E (n=1) 3.30 ± 00.0 F (n=12) 3.53 ± 0.29 Rataan (n=35) 3.62 ± 0.41 SNI NO : % Gambar 3 Rataan kadar lemak susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju.

33 20 Dalam Tabel 4 rataan kadar lemak yang disajikan menggambarkan bahwa secara umum susu dari para pemasok susu segar memiliki kadar lemak yang telah memenuhi standar SNI NO : Rataan kadar lemak tertinggi sebesar 4.05 ± 0.34% dan terendah sebesar 3.30 ± 00.0% sehingga kualitas susu secara kadar lemak cukup bagus untuk dikonsumsi. Tingginya kadar lemak di dalam susu kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Rice (1993) kadar lemak dalam susu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah: 1 Bangsa sapi; 2 Umur sapi; 3 Periode laktasi; 4 Interval pemerahan; 5 Keadaan iklim; 6 Pakan yang diberikan; 7 Penyakit. Menurut Sameen et al. (2010) kadar lemak di dalam susu akan mempengaruhi kualitas keju yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar lemak dalam keju akan mempengaruhi tingginya kadar air pada saat pemeraman sehingga keju yang dihasilkan akan menjadi lunak. Menurut Kementan RI (2011) jumlah kadar lemak di dalam susu yang digunakan sebagai bahan baku keju tergantung dari jenis keju yang diinginkan. Beberapa keju dengan kadar lemak rendah menggunakan susu yang memiliki kadar lemak 2% (Engineers 2012). Kadar lemak susu akan mempengaruhi aroma dan rasa keju yang dihasilkan (Gaonkar 1995). Kadar Protein Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kadar protein susu segar. Kadar protein di dalam susu akan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Protein merupakan kandungan susu yang sangat diperhatikan dalam produk fermentasi seperti keju (Daulay 1991). Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata kadar protein di dalam susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju sebesar 3.22 ± 0.37%. Kadar protein dengan nilai tersebut tergolong cukup tinggi dibandingkan

34 21 dengan standar SNI NO :2011 sebesar 2.8%. Hasil perhitungan kadar protein dalam susu segar dari peternak pemasok susu segar yang digunakan sebagai bahan baku industri keju disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 4. Tabel 5 Rataan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Peternak Kadar protein (%) (rataan ± simpangan baku) A (n=4) 3.13 ± 0.55 B (n=6) 3.66 ± 0.28 C (n=8) 3.12 ± 0.37 D (n=4) 3.21 ± 0.19 E (n=1) 2.31 ± 00.0 F (n=12) 3.17 ± 0.14 Rataan (n=35) 3.22 ± 0.37 SNI NO : % Gambar 4 Rataan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju. Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium diketahui bahwa secara umum nilai kadar protein dalam susu dari peternak pemasok susu segar berada di atas standar SNI NO :2011. Rataan kadar protein tertinggi sebesar 3.66 ± 0.28% sedangkan kadar protein terendah sebesar 2.31 ± 00.0%. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar protein di dalam susu diantaranya adalah bangsa, pakan, umur, periode laktasi, iklim, musim dan penyakit (Coulon 1998; Ikawati 2011). Menurut Sameen et al. (2010) dan Daulay

35 22 (1991) kasein di dalam susu sangat penting untuk pembuatan keju. Faktor utama yang mempengaruhi kasein dalam rasio protein adalah perbedaan genetik, selain itu yang sangat berpengaruh terhadap kasein susu adalah pakan. Penggunaan pakan yang baik dalam suatu peternakan sapi perah sangatlah diperlukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ferguson (2000) yang menyatakan bahwa perubahan kadar protein susu lebih dipengaruhi oleh jumlah protein yang diperoleh dari pakan yang dimakan oleh sapi. Kandungan protein di dalam konsentrat akan sangat mempengaruhi kadar protein di dalam susu. Semakin tinggi kadar protein di dalam pakan maka akan semakin tinggi kadar protein di dalam susu. Kasein merupakan kandungan susu yang dapat digumpalkan sehingga terbentuk keju. Semakin tinggi kadar kasein dalam susu maka keju yang dihasilkan akan semakin baik. Menurut Malaka (2010) susu yang ditambah dengan larutan asam maka larutan asam yang digunakan akan mencapai titik isoelektrik pada setiap molekul kasein. Hal ini akan mengubah kasein miselles di dalam susu yang dimulai dengan penggabungan kasein miselles melalui agregasi dan diakhiri dengan terbentuknya koagulum. Kadar minimum protein di dalam susu segar yang digunakan sebagai bahan baku keju tidak kurang dari 2.89% (Teshome et al. 2012). Keberadaan Jumlah Sel Somatis dalam Susu Segar dan Pengaruhnya terhadap Kadar Lemak dan Kadar Protein Jumlah sel somatis di dalam susu dapat mempengaruhi kadar lemak dan kadar protein (Rajcevic et al. 2003; Fernandes et al. 2007). Jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein di dalam susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju diuji dengan menggunakan korelasi linier yang disajikan dalam Tabel 6, Gambar 5, dan Gambar 6.

36 23 Tabel 6 Jumlah sel somatis, kadar lemak, dan kadar protein susu segar dari peternakan sapi perah pemasok industri keju Rataan kadar lemak (%) Rataan kadar protein(%) Jumlah sel somatis JSS< <JSS< <JSS<2 500 JSS>2 500 x 1 000/ml 3.70 ± ± ± ± ± ± ± ± 0.43 Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar lemak tertinggi sebesar 3.80 ± 0.41% pada rentang JSS< sel/ml. Kadar lemak terendah sebesar 3.47 ± 0.26% pada rentang <JJS< sel/ml. Kadar protein tertinggi sebesar 3.29 ± 0.43% pada rentang <JJS< sel/ml dan kadar protein terendah 2.95 ± 0.21% pada rentang JSS< sel/ml. 0 Gambar 5 Pengaruh jumlah sel somatis susu segar terhadap kadar lemak susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju (r=0.06, P<0.05).

37 24 0 Gambar 6 Pengaruh jumlah sel somatis susu segar terhadap kadar protein susu dari peternak sapi perah pemasok industri keju (r=0.154, p<0.05). Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan adanya pengaruh jumlah sel somatis terhadap kadar lemak dan kadar protein di dalam susu peternak sapi perah pemasok industri keju yaitu: semakin tinggi jumlah sel somatis di dalam susu maka semakin tinggi kadar lemak dan kadar protein di dalam susu. Meningkatnya jumlah sel somatis yang diikuti dengan meningkatnya kadar lemak di dalam susu kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini berasal dari sampel susu kandang yaitu susu yang berasal dari beberapa individu sapi, kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam milk can. Faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah sel somatis yang diikuti dengan meningkatnya kadar lemak dan kadar protein di dalam susu adalah susu berasal dari sapi pada masa awal laktasi atau masa akhir kebuntingan. Hal ini dikarenakan pada awal laktasi atau akhir kebuntingan adanya peningkatan hormonal pada tubuh induk sapi dan disertai dengan peningkatan pertahanan (imunitas) tubuh. Peningkatan hormonal pada induk sapi menyebabkan aliran darah ke ambing semakin banyak sehingga lemak dan protein yang terbentuk di dalam kelenjar ambing semakin banyak (Robinson 1997). Peningkatan jumlah sel somatis pada awal laktasi dan masa akhir kebuntingan merupakan kondisi fisiologis yang normal pada sapi yang baru melahirkan atau mempersiapkan kelahiran sebagai respon pencegahan terhadap infeksi (Rice 1993). Hal ini sesuai

38 25 dengan penelitian Pirisi et al. (2000) yang menyatakan bahwa meningkatnya jumlah sel somatis pada susu kandang (bulk milk) juga diikuti dengan meningkatnya kadar lemak dalam susu. Dalam periode laktasi normal, kadar lemak dan kadar protein di dalam susu akan mengalami penurunan dengan meningkatnya jumlah sel somatis di dalam susu. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah sel somatis di dalam susu mengindikasikan adanya gangguan pada kelenjar ambing (mastitis) (Gargouri et al. 2007; Sudarwanto dan Sudarnika 2008). Sapi yang mengalami mastitis menyebabkan kerusakan pada epitel-epitel ambing yang berfungsi untuk membentuk lemak dan protein. Perubahan-perubahan komposisi lemak dan protein di dalam susu bervariasi tergantung dari tingkat peradangan pada kelenjar ambing semakin tinggi tingkat peradangan pada kelenjar ambing maka semakin rendah kadar lemak dan kadar protein di dalam susu dan sebaliknya (Kurniawati et al. 2002).

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

Susu segar-bagian 1: Sapi

Susu segar-bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi susu dipengaruhi beberapa faktor utama yang salah satunya adalah penyakit. Penyakit pada sapi perah yang masih menjadi ancaman para peternak adalah penyakit mastitis yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Analisis Data Penarikan sampel dilakukan dengan rancangan acak sederhana. Sampel susu segar merupakan susu hasil pemerahan pagi dan sore hari dari 6 pemasok, dengan jumlah total 35 sampel. Data yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 Komposisi dan Nutrisi Susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam 3 bentuk yaitu a) sebagai larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna coklat ataupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) Sapi perah yang umum digunakan sebagai ternak penghasil susu di Indonesia adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan

Lebih terperinci

KOMPOSISI, KESEGARAN, DAN DUGAAN PEMALSUAN SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN DASAR KEJU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU (IPS) FEBRIANA WULANDARI

KOMPOSISI, KESEGARAN, DAN DUGAAN PEMALSUAN SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN DASAR KEJU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU (IPS) FEBRIANA WULANDARI KOMPOSISI, KESEGARAN, DAN DUGAAN PEMALSUAN SUSU SEGAR SEBAGAI BAHAN DASAR KEJU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU (IPS) FEBRIANA WULANDARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Zat makanan yang ada dalam susu

Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam tiga bentuk yaitu 1.larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik dan vitamin) 2.larutan koloidal (protein dan enzim) 3.emulsi

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN Kuliah TM 3 (16 Sept 2014) DUA SISI HASIL TERNAK 1 KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR Buku: Walstra et al. (2006). Dairy Science

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Susu kuda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan antara bangsa-bangsa sapi asli Indonesia (Jawa dan Madura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu sebagai bahan pangan sudah dikenal manusia sejak dahulu, walaupun waktu itu secara alamiah belum diketahui zat-zat yang dikandung dan manfaatnya bagi pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL

Lebih terperinci

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NANANG SYAIFUL

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari

Lebih terperinci

disusun oleh: Willyan Djaja

disusun oleh: Willyan Djaja disusun oleh: Willyan Djaja 0 PENDAHULUAN Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan, dan interaksi genetic dan lingkungan. Factor genetic berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan 70

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh : TRIO ANDRIAWAN 23010110110103 PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

HASIL. Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

HASIL. Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 20 HASIL Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Jumlah Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Pengujian awal dalam penelitian ini adalah penentuan standar komposisi sel somatik sampel susu dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA VOLUME AMBING, LAMA MASSAGE DAN LAMA PEMERAHAN TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA SKRIPSI Oleh: ILHAM HABIB FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu 39 570.90 kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) Siti Amanah, Hanung Dhidhik Arifin, dan Roisu Eni Mudawaroch Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR

ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR Kuliah TM 3 INDONESIA Populasi sapi perah: 597.000 ekor Produksi 959.000 kg Hanya memenuhi 30% dari kebutuhan; 70% impor Harga susu :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax :

Lebih terperinci

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase MURNI SARI, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar DESKI CITRA DWITANIA DAN IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangsa Sapi Perah Sapi-sapi perah di Indonesia pada umumnya adalah sapi perah bangsa Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu terdapat warna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada dinding-dinding alveoli dalam pundi susu hewan yang sedang menyusui anaknya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto,

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Susu Susu adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan yang menyusui lainnya, yang dapat diminum atau digunakan sebagai bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol Andriawino Berdionis Sanam, Ida Bagus Ngurah Swacita, Kadek Karang Agustina Lab. Kesmavet-Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Produk 2.1.1 Susu Kita mengenal beberapa bahan makanan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bagian-bagian yang sangat diperlukan (vital) untuk tubuh kita. Dalam

Lebih terperinci

DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA

DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella sp., Escherichia coli, dan Koliform) PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR DINY MALTA WIDYASTIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK DINY

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan

Lebih terperinci

EVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI. Oleh : JAAFAR RIFAI

EVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI. Oleh : JAAFAR RIFAI EVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Oleh : JAAFAR RIFAI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL PROTEIN DARAH, UREA DARAH, DAN MILK UREA NITROGEN

PENGARUH SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL PROTEIN DARAH, UREA DARAH, DAN MILK UREA NITROGEN PENGARUH SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TOTAL PROTEIN DARAH, UREA DARAH, DAN MILK UREA NITROGEN (MUN) SAPI FH SKRIPSI Oleh: ANTONI PRANATA SIRAIT PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Jahe Merah Tanaman jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman rimpang yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-9

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-9 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-9 Produk Susu Evaporasi dan Konsentrasi (Lanjutan) Sweetened Condenced Mttk (Susu kental Manis) Sweeted condenced milk adalah pengurangan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU Paper Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan yang diampu oleh : 1. Mustika Nuramalia Handayani S.TP., M.Pd 2. Dewi Nur Azizah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-1.

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-1. PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-1. Pendahuluan Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN ph SUSU SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN YANG DIPELIHARA DALAM KANDANG BERALAS KARPET DAN TIDAK BERALAS KARPET SKRIPSI

JUMLAH BAKTERI DAN ph SUSU SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN YANG DIPELIHARA DALAM KANDANG BERALAS KARPET DAN TIDAK BERALAS KARPET SKRIPSI JUMLAH BAKTERI DAN ph SUSU SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN YANG DIPELIHARA DALAM KANDANG BERALAS KARPET DAN TIDAK BERALAS KARPET SKRIPSI Oleh HELDA JAYA PUSPITA PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril PENGOLAHAN SUSU Homogenisasi, Separasi, Susu Steril Materi 10 TATAP MUKA KE-10 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA 23 5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA Abstract The aim of this study were to determine the composition of sumba mare s milk. Determination of the chemical compositions of sumba mare's milk have

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Dalam praktikum ini yaitu mengisolasi bakteri Propionibacterium dari keju. Keju sendiri merupakan makanan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakteri Patogen dalam Susu Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogen yang mudah tercemar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

UJI KUALITAS SUSU Latar Belakang Tujuan Praktikum

UJI KUALITAS SUSU Latar Belakang Tujuan Praktikum UJI KUALITAS SUSU Latar Belakang Susu yang populer dan banyak dikonsumsi adalah susu sapi karena populasi sapi perah relatif tinggi dan setiap individu sapi dapat menghasilkan susu 7-20 l/hari. Susu dapat

Lebih terperinci

SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU. Susunan Air Susu. Keadaan air susu. Penilaian Susu menurut Kodex

SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU. Susunan Air Susu. Keadaan air susu. Penilaian Susu menurut Kodex SUSU DAN PRODUK SUSU PRODUK SUSU Susu segar Buttermilk Mentega Keju Susu terevaporasi : skim Susu kental manis Penilaian Susu menurut Kodex Susunan air susu :keadaan zat-zat yang terpenting yang terdapat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK PENGOLAHAN SUSU SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK Materi 11 TATAP MUKA KE-11 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN SERBUK BIJI PINANG, BINAHONG DAN KOMBINASINYA TERHADAP RASIO A/G DARAH KAMBING SAANEN YANG TERINDIKASI MENDERITA MASTITIS SUBKLINIS

EFEK PEMBERIAN SERBUK BIJI PINANG, BINAHONG DAN KOMBINASINYA TERHADAP RASIO A/G DARAH KAMBING SAANEN YANG TERINDIKASI MENDERITA MASTITIS SUBKLINIS EFEK PEMBERIAN SERBUK BIJI PINANG, BINAHONG DAN KOMBINASINYA TERHADAP RASIO A/G DARAH KAMBING SAANEN YANG TERINDIKASI MENDERITA MASTITIS SUBKLINIS SKRIPSI Oleh VELAYATI NURRACHMA RIZQY PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci