Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA DI PEKARANGAN (STUDI KASUS DI KAMPUNG SURODADI KELURAHAN SISWODIPURAN KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI) Zahrotul Wakhidah, Sapja Anantanyu dan Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon: (0271) Telp Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode dasar berupa deskriptif dengan teknik pelaksanaan studi kasus. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Metode analisis data menggunakan analisis interaktif dan analisis SWOT (Strengths- Weaknesses-Opportunities-Threats) untuk merumuskan alternatif strategi. Strategi yang dipilih untuk pengembangan menuju kawasan rumah pangan ramah lingkungan yaitu: (1) pendirian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui tahap persiapan, pendekatan sasaran, perencanaan, dan pelaksanaan hingga monitoring, penerapan teknik vertikultur dan hidroponik serta pendirian Kebun Bibit Desa (KBD) di kebun PKK Melati; (2) pelibatan masyarakat partisipan melalui kunjungan studi banding ke bank sampah atau Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lain; (3) peningkatan keaktifan masyarakat partisipan dengan mengakses informasi melalui media internet atau buku pertanian; (4) pengoptimalan program kerja Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati dengan aktif mengadakan pertemuan dan evaluasi program secara rutin; dan (5) peningkatan kerjasama dengan pemerintah Badan Lingkungan Hidup (BLH) and Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Boyolali. Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan Abstract: This research is to formulate the development strategy of household organic waste utilization forcultivation of horticultural crops in Surodadi, Siswodipuran, Boyolali. Research design using qualitative approach with descriptive basic method. Implementation techniques in this research is case study. Validity of data used sources triangulation and methods methods. Methods of data analysis are interactive analysis and SWOT analysis to formulate alternative strategys. The results showed that the chosen strategys for the development of the house toward the area of hospitable environmentall food is; (1) the establishment of Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) through phase preparation, the target approaches, planning and implementation reach to monitoring, application verticultur and hydroponic techniques and the establishment of Kebun Bibit Desa (KBD) in the garden of PKK Melati; (2) community engagement participants through a comparative study visits to the bank or Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) the other; (3) an increase in the activity of the community participants to access information via the Internet or books farming; (4) optimization work program Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati actively held meetings and evaluation program on a regular basis; and (5) improvement of cooperation with the government of Badan Lingkungan Hidup (BLH) and Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Boyolali. Keywords: organic waste, composting, courtyard, Surodadi Subvillage, development strategy 1

2 2 PENDAHULUAN Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terutama pada lingkungan rumah tangga akibat pembuangan sampah. Undangundang pengelolaan sampah nomor 18 tahun 2008 menyatakan bahwa Sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat. Sampah organik rumah tangga terdiri dari sampah hijau dan hewan berpotensi sebagai pupuk organik untuk kegiatan pertanian melalui proses secara alami (Matenggomena, 2013). Persentase sampah organik mencapai 69,86 % yang terdiri dari sisa makanan (sampah basah), kayu, ranting dan daun. Persentase sampah organik tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai pupuk. Kurang lebih 30,6 ton/hari sampah ditimbun di TPA, sedangkan sampah yang terolah untuk komposting sebesar 2,14 ton/hari (BLH, 2013). Dampak yang ditimbulkan oleh sampah terhadap lingkungan antara lain akan menimbulkan pemandangan yang kotor, kumuh dan mempengaruhi kenyamanan penduduk sekitar (Matenggomena, 2013). Sebuah solusi untuk menghindari permasalahan tersebut adalah dengan mengelola sampah organik menjadi kompos bagi tanaman hortikultura meliputi sayursayuran dan buah-buahan di pekarangan rumah sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Purwaningsih (2008), permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan. Menurut Danoesastro (1997) dalam Anwar dan Yulianto (2012), komoditas hortikultura khususnya sayuran mempunyai produktivitas tinggi dan memberikan keuntungan bagi manusia. Masyarakat perkotaan dan pedesaan dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehari-hari. Pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk pembuatan kompos dilakukan di Kampung Surodadi RT 05 RW 09, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali merupakan program komposting percontohan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali. Pengelolaan sampah dilakukan untuk mengurangi sampah dengan melibatkan masyarakat. Sampah organik dimanfaatkan menjadi pupuk melalui teknik komposting untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan rumah dan kebun bersama. Sampah anorganik dikumpulkan ke bank sampah untuk dijual dan hasilnya diberikan kepada nasabah dan digunakan untuk penghijauan. Menurut Damanhuri (2006) dan Rahardyan (1996) dalam Subandriyo (2013), usaha pengomposan dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sehingga sangat potensial untuk dikembangkan karena komposisi sampah organik di beberapa kota di Indonesia sangat besar. Melihat potensi warga masyarakat dalam mengelola sampah organik melalui program komposting rumah tangga tersebut, penulis akan mengkaji lebih jauh tentang strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah

3 3 tangga untuk budidaya hortikultura dalam rangka mengoptimalkan lahan pekarangan rumah yang ramah lingkungan dengan memberdayakan wanita perkotaan, sehingga tercipta Kampung Surodadi menjadi kawasan perumahan yang bersih, hijau dan sehat serta tercukupi kebutuhan komoditas hortikultura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah organik rumah tangga, mengidentifikasi faktor internal dan ekternal serta merumuskan strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar. Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, kondisi peristiwa pada masa sekarang, bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis mengenai faktafakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu memusatkan penelitian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail (Surakhmad, 2004). Lokasi penelitian berada di Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali sebagaai wilayah percontohan program komposting rumah tangga oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali. Penentuan informan kunci dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu ketua Bank Sampah Melati sekaligus menjadi kader lingkungan. Kemudian informan ditentukan melalui teknik snowball. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 10 (sepuluh) informan, yaitu masyarakat partisipan, tokoh masyarakat dan petugas pemerintah meliputi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara secara indepth interview, observasi partisipasi pasif, yaitu peneliti datang di tempat kegiatan yang akan diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Djunaidi dan Almansur, 2012) serta dokumentasi. Uji validitas dengan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode Triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu melihat data yang sama dari berbagai sumber yang berbeda. Triangulasi metode adalah memandang satu dari berbagai metode yang dilakukan, yaitu teknik pengumpulan data yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi metode menggunakan hasil wawancara di lapangan dipadukan dengan dokumen serta hasil observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode kualitatif dengan model Miles dan Hubberman (1992), yaitu model analisis interaktif meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan

4 4 kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dan menyederhanakan kalimat. Bentuk penyajian data dengan menggunakan teks naratif yang dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu. Penarikan kesimpulan dan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian data. Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud menguji kebenaran. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta perumusan alternatif strategi melalui analisis SWOT (Strengths- Weaknesses-Opportunities-Threats) digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu: strategi kekuatan-peluang (S-O), kelemahanpeluang (W-O), kekuatan-ancaman (S-T), dan kelemahan-ancaman (W- T). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program percontohan komposting rumah tangga di Kampung Surodadi RT 05 RW 09 Siswodipuran Boyolali merupakan salah satu program pengelolaan sampah kota oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali sejak tahun 2010 dalam rangka mereduksi sampah langsung dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Program komposting bertujuan untuk memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos. Output yang dihasilkan dari proses komposting adalah pupuk organik yang bermanfaat bagi pertanian, khususnya budidaya tanaman hortikultura di pekarangan. Secara umum program komposting ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari masing-masing rumah tangga. Tujuan khusus program percontohan komposting rumah tangga adalah; (1) berkurangnya sampah warga yang harus dibuang ke TPA, (2) terbangunnya modal sosial warga Kampung Surodadi RT 05 RW 09 untuk secara kolektif dan mandiri mengelola sampah dan lingkungannya, serta (3) terbentuknya kelembagaan bank sampah untuk menjamin keberlanjutan kegiatan. Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa output dari program komposting adalah terbentuknya masyarakat yang mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga sehingga jumlah sampah yang dibawa ke TPA menjadi berkurang, serta terbentuknya kelembagaan bank sampah. Program komposting rumah tangga melibatkan masyarakat dengan menggunakan pendekatan skala rumah tangga, yaitu sampah yang dihasilkan oleh masing-masing rumah tangga dikelola terlebih dahulu sebelum dibawa ke TPS/TPA. Program komposting rumah tangga terdiri dari; (1) pemilahan sampah organik dan anorganik, (2) pengomposan menggunakan komposter dan genthong berbahan tanah liat, serta (3) daur ulang sampah anorganik. Bank sampah merupakan keberlanjutan dari program komposting rumah tangga. Pada

5 5 awalnya merupakan bagian dari kegiatan dawis (dasa wisma) sejak tahun 2011 dengan gerakan pemilahan sampah laku jual. Setelah berjalan dengan baik, kemudian berkembang ke seluruh warga RT 05 RW 09 dan terbentuk Bank Sampah Melati pada tahun Pembentukan bank sampah dilakukan dengan upaya penyamaan persepsi tentang pengelolaan sampah, melibatkan peran serta masyarakat sebagai pengelola bank sampah, melakukan kemitraan dengan pembeli atau pengepul sampah dan melakukan koordinasi terkait pengelolaan sampah dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Bank Sampah Melati berkembang dengan mengusahakan warung dan perpustakaan mini. Tujuan Bank Sampah Melati adalah mendidik dan membudayakan pengurangan sampah masyarakat sekaligus mengambil manfaat ekonomi. Output kegiatan komposting berupa pupuk organik untuk budidaya tanaman hortikultura dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan. Suasana hijau di halaman rumah menjadi kebutuhan masyarakat kota besar maupun kecil. Penghijauan dilakukan oleh masyarakat kota agar lingkungan tetap hijau dan asri. Selain pekarangan bernilai seni, keberadaan pekarangan apabila diolah akan memiliki nilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman sayuran sebagai bahan konsumsi pangan dapat menghemat pengeluaran sekaligus menambah sumber pendapatan. Dalam rangka mengembangkan potensi warga masyarakat untuk peduli terhadap pertanian, terbetuklah Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati pada Bulan Februari Pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang tersenyum (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat) dengan melaksanakan program kerja yang sudah dirancang secara bersama-sama untuk menunjang kegiatan ramah lingkungan di lingkungan perkotaan. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sumberdaya Manusia Masyarakat partisipan program komposting dan budidaya hortikultura di pekarangan meliputi ibu-ibu warga Kampung Surodadi RT 05 RW 09 Siswodipuran, Boyolali yang terdiri dari 33 partisipan. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat partisipan diperoleh secara otodidak dari orang lain maupun akses informasi media massa. Tingkat pendidikan partisipan minimal tamatan SMA dan tidak sedikit telah menempuh pendidikan sarjana serta saat ini telah pensiun sehingga mempunyai waktu luang yang cukup untuk melakukan kegiatan komposting dan budidaya hortikultura di pekarangan. Masyarakat partisipan telah aktif melakukan pengelolaan sampah rumah tangga khususnya sampah organik untuk kegiatan komposting yang menghasilkan kompos sebagai pupuk organik. Keaktifan masyarakat dalam kegiatan komposting tidak lepas dari peran tokoh kader lingkungan dan penguatan kelembagaan Bank

6 6 Sampah Melati maupun Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati. Keterampilan yang dituntut dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga adalah masyarakat mampu membedakan sampah organik dan sampah anorganik serta dapat mengelola sampah sesuai dengan jenisnya. Indikator ketercapaian partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dapat dilihat ketika masyarakat telah sadar akan perubahan cara pandang terhadap nilai manfaat sampah dan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, dari membuang menjadikan sampah yang bermanfaat, dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan. Lingkungan Sosial Kampung Surodadi merupakan kawasan percontohan program komposting rumah tangga dan bank sampah dalam rangka pengelolaan sampah organik dan anorganik. Beberapa pengunjung datang dari komunitas tertentu dalam rangka untuk memperoleh informasi atau studi banding. Semakin banyak pengunjung yang datang tentu akan meningkatkan kinerja dan produktivitas melalui evaluasi dan perbaikan kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk budidaya hortikultura di pekarangan. Kunjungan juga berasal dari kalangan siswa Sekolah Dasar (SD) dalam rangka pengamatan dan pengenalan langsung tanaman obat keluarga di kebun PKK Melati. Kelembagaan Bank Sampah Melati Kelembagaan Bank Sampah Melati menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan partisipasi masyarakat program komposting rumah tangga dan budidaya tanaman hortikultura dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan. Keberadaan Bank Sampah Melati telah mampu mengubah pola perilaku masyarakat terhadap sampah organik dan anorganik. Kelembagaan bank sampah meliputi aspek sumberdaya manusia, manajemen dan keuangan. Konsep bank sampah sebagai salah satu bentuk inovasi pengelolaan sampah merupakan salah satu terobosan yang efektif dengan melibatkan elemen masyarakat secara aktif. Bank sampah menjadi menarik dengan adanya sistem menabung sampah, seperti menabung uang di bank. Kelompok Wanita Tani Wanita Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati merupakan wadah masyarakat Kampung Surodadi yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu sebagai partisipan komposting rumah tangga dan petani pekarangan perkotaan dalam rangka penghijauan untuk menunjang kegiatan ramah lingkungan melalui upaya pengelolaan sampah organik maupun anorganik di Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali. Pemerintah Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah meliputi kebijakan tentang pengelolaan sampah, dan program ketahanan pangan seperti model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) oleh

7 7 Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3). Fasilitasi pemerintah Fasilitasi pemerintah berupa pemberian sarana dan prasarana komposting rumah tangga meliputi bak sampah, alat komposter maupun genthong komposting. Selain itu juga berupa program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Kampung Surodadi khususnya RT 05 RW 09 diberdayakan dalam mengelola sampah organik skala rumah tangga. Perencanaan pembangunan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Badan Lingkungan Hidup menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Kabupaten Boyolali untuk mengendalikan dampak pembangunan sampah terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup. Program tersebut meliputi kebijakan manajemen, sarana dan prasarana, teknologi, peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, dan monitoring evaluasi. Pengelolaan Sampah Sampah masyarakat yang dihasilkan oleh rumah tangga terdiri dari sampah yang dapat dikomposkan dan tidak dapat dikomposkan. Pemilihan dilakukan untuk memilih sampah yang akan dikelola. Proses komposting Proses komposting dimulai dari memilah sampah organik, mencacah dan memasukkan sampah organik ke dalam genthong komposting, menambahkan dan mencampurkan bagian kompos lama, pengadukan, penyiraman dan penyaringan sampai kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik. Budidaya tanaman hortikultura Budidaya hotikultura di pekarangan perkotaan memiliki pendekatan teknis yang berbeda karena lahan pekarangan di perkotaan yang terbatas. Penataan pekarangan melalui teknik budidaya dan pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi. Jenis komoditas yang paling banyak ditanam meliputi sayuran organik untuk konsumsi pangan setiap hari. Teknologi Teknik vertikultur dikembangkan untuk mengurangi masalah keterbatasan lahan dan mengandung nilai estetika agar menarik bagi pertanian di perkotaan. Teknik pertanian organik khususnya sayuran organik saat ini mempunyai peluang besar mengingat kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal di atas maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat dilihat pada Tabel 1.

8 8 Tabel 1. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Sumberdaya Manusia - Tingkat pendidikan partisipan tinggi - Motivasi dan semangat masyarakat yang tinggi dalam melakukan penghijauan Kelembagaan - Penguatan kelembagaan Bank Sampah Melati - Pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati Pengelolaan sampah Budidaya - Teknik komposting mudah dan sederhana - Dapat mengurangi biaya belanja konsumsi pangan - Sebagian besar pengalaman bertani rendah karena tidak memahami ilmu pertanian secara mendalam - Keterbatasan media tanam berupa tanah di perkotaan - Pengelolaan dan pencegahan hama dan penyakit masih menggunakan pestisida Faktor Eksternal Peluang Ancaman Pemerintah - Tersedia bantuan peralatan komposting yang memadai - Adanya program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) oleh BKP3 - Adanya program penyuluhan secara berkala oleh BKP3 Teknologi Masyarakat umum Kondisi alam Sumber: Analisis Data Primer, Teknik vertikultur untuk pertanian lahan terbatas - Telah berkembang teknik pertanian organik dan hidroponik - Konsep green education perkotaan - Kunjungan masyarakat dari dalam atau luar daerah - Pembinaan dan pengawasan program komposting tidak secara berkala - Kondisi iklim tak menentu mengancam penurunan produksi Strategi Pengembangan Perumusan alternatif strategi melalui analisis SWOT yang digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi, yaitu: stategi kekuatanpeluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan ancaman (W-T strategies). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.

9 9 Tabel 2. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Hortikultura di Pekarangan Kekuatan (S) Kelemahan (W) Faktor Internal 1. Tingkat pendidikan 1. Sebagian besar sumberdaya partisipan tinggi pengalaman bertani 2. Motivasi dan semangat rendah karena tidak masyarakat yang tinggi dalam memahami ilmu melakukan penghijauan pertanian secara 3. Penguatan kelembagaan Bank mendalam Sampah Melati 4. Pembentukan Kelompok 2. Keterbatasan media tanam berupa tanah Wanita Tani Perkotaan di perkotaan (KWTP) Sehati 3. Pengelolaan dan 5. Teknik komposting mudah pencegahan hama dan sederhana dan penyakit masih Faktor Eksternal 6. Dapat mengurangi biaya menggunakan belanja konsumsi pangan pestisida Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O 1. Tersedia bantuan peralatan 1. Meningkatkan partisipasi 1. Meningkatkan komposting yang masyarakat dengan keaktifan partisipan memadai melibatkan setiap kegiatan untuk mengikuti 2. Adanya program KRPL yang berkaitan dengan penyuluhan dan aktif (Kawasan Rumah Pangan program komposting dan menambah informasi Lestari) oleh BKP3 teknik budidaya hortikultura untuk memperkaya 3. Adanya program seperti studi banding ke bank wawasan tentang penyuluhan secara berkala sampah dan kawasan KRPL teknik budidaya oleh BKP3 lain (S1, S2, S4, S5, O2, O3, hortikultura di 4. Teknik vertikultur untuk O7) pekarangan dalam pertanian lahan terbatas 2. Mendirikan Kawasan Rumah rangka ketahanan 5. Telah berkembang teknik Pangan Lestari (KRPL) pangan (W1, W2, pertanian organik dan dengan konsep ramah W3, O2, O3) hidroponik lingkungan perpaduan dari 2. Menerapkan teknik 6. Konsep green education program komposting dan hidroponik untuk perkotaan pemanfaatan lahan budidaya tanaman 7. Kunjungan masyarakat pekarangan (S3, S4, S5, S6, hortikultura dari dalam atau luar O1, O2, O4, O5, O6) khususnya sayursayuran daerah (W2, O5) Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T 1. Pembinaan dan 1. Mengoptimalkan program 1. Meningkatkan pengawasan program kerja Kelompok Wanita Tani kerjasama dengan komposting tidak secara Perkotaan (KWTP) Sehati instansi pemerintah berkala dan rutin mengadakan BLH dan BKP3 2. Kondisi iklim tak menentu evaluasi secara mandiri (S1, dalam rangka mengancam penurunan S2, S4, S7, T1) pembinaan dan hasil budidaya hortikultura 2. Meningkatan keaktifan pendampingan partisipan untuk mencari program komposting informasi budidaya rumah tangga dan hortikultura kepada penyuluh pemanfaatan lahan maupun petani lain yang pekarangan (W1, sudah berkompeten atau W2, W3, T1, T2) menggunakan media internet dan buku sebagai referensi (S1, S4, T1, T2) Sumber: Analisis Data Primer, 2015

10 10 SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengelolaan sampah organik rumah tangga di Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali berupa kegiatan komposting rumah tangga menjadikan berkurangnya jumlah sampah yang akan dibawa ke TPA dan mengubah perilaku masyarakat, dari membuang menjadi memanfaatkan sampah. Pengelolaan sampah organik menggunakan teknik komposting berguna sebagai pupuk kompos untuk tanaman hortikultura di pekarangan. Faktor-faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor kekuatan meliputi tingkat pendidikan sumberdaya partisipan tinggi, motivasi dan semangat masyarakat yang tinggi dalam melakukan penghijauan, penguatan kelembagaan Bank Sampah Melati, pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati, teknik komposting mudah dan sederhana, dan dapat mengurangi biaya belanja konsumsi pangan. Faktor kelemahan meliputi rendahnya pengalaman bertani karena tidak memahami ilmu pertanian secara mendalam, keterbatasan media tanam berupa tanah di perkotaan serta pengelolaan dan pencegahan hama dan penyakit masih menggunakan pestisida. Faktor peluang meliputi tersedianya bantuan peralatan komposting yang memadai, adanya program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) dan penyuluhan oleh BKP3, teknik vertikultur untuk pertanian lahan terbatas, telah berkembang teknik pertanian organik, konsep green education perkotaan dan kunjungan masyarakat dari dalam atau luar daerah. Faktor ancaman meliputi pembinaan dan pengawasan program komposting tidak secara berkala serta kondisi iklim tak menentu mengancam penurunan hasil budidaya hortikultura. Strategi yang dipilih untuk pengembangan menuju kawasan rumah pangan ramah lingkungan adalah sebagai berikut: (1) pendirian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui tahap persiapan, pendekatan sasaran, perencanaan, dan pelaksanaan hingga monitoring dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana penyuluhan (BKP3), penerapan teknik vertikultur dan hidroponik serta pendirian Kebun Bibit Desa (KBD) di kebun PKK Melati, (2) pelibatan masyarakat partisipan melalui kunjungan studi banding ke bank sampah atau Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lain, (3) peningkatan keaktifan masyarakat partisipan dengan mengakses informasi melalui media internet atau buku pertanian, (4) pengoptimalan program kerja Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati dengan aktif mengadakan pertemuan dan evaluasi program secara rutin, (5) peningkatan kerjasama dengan pemerintah Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali. Saran yang diberikan terhadap pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali adalah: (1) mengoptimalkan segala aspek kegiatan yang sudah berlangsung,

11 11 seperti komposting rumah tangga, bank sampah, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman hortikultura dan pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) Sehati untuk mencapai pengembangan kawasan rumah pangan ramah lingkungan dengan mendirikan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di kampung Surodadi yang merupakan perpaduan dari segala aspek tersebut, serta memberikan percontohan untuk Rukun Tetangga (RT) yang lain agar kawasan semakin meluas; (2) pemerintah memberikan pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas masyarakat partisipan mengenai aspek komposting rumah tangga, bank sampah, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman hortikultura secara mendalam serta memberikan pengawasan atau monitoring evaluasi secara rutin dan berkala, dan (3) meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah, seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali terkait program pengembangan kawasan pangan ramah lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Matenggomena, M. Faesal Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Sayuran Organik di Pekarangan Rumah. Badan Litbang Pertanian. Miles, M. B dan A. M. Huberman Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode- Metode Baru (Judul Asli: Qualitative Data Analysis, Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohandi Rohidi). Jakarta: UI Press Nazir, Moh Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Purwaningsih, Yunastiti Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan 9 (1) Subandriyo Optimasi Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga Menggunakan Kombinasi Aktivator EM4 dan Aktivator Mikro Organisme Lokal (Mol). Tesis. Magister Ilmu Lingkungan UNDIP. Surakhmad Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar-dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung. Anwar, Hairil dan Yulianto Idetifikasi Hama-hama Utama Tanaman Sayuran di Lokasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kabupaten Banjarnegara. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan. Semarang, 6 November Magister Agribisnis, UNDIP.

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 283-290 PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING 1 Reni Amaranti, 2 Eri Achiraeniwati,

Lebih terperinci

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, nasional, regional, maupun global merupakan salah satu wacana yang sering muncul dalam pembahasan dan menjadi sebuah

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Seluruh data yang dikumpulkan dari penelitian,

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.

tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model. tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model. Potensial Pelaku pelaku Pertambahan jumlah RT Jumlah RT Pengaruh Tokoh Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

Keywords: Community Participation, Residentials, Waste Management,

Keywords: Community Participation, Residentials, Waste Management, HUBUNGAN KARAKTER PERMUKIMAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA (STUDI KASUS : SURODADI, KELURAHAN SISWODIPURAN DAN PERUM BUMI SINGKIL PERMAI I DESA KARANGGENENG, KECAMATAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK Sri Lestari1), Moh. Rifai22) FKIP, Universitas PGRI Madiun email: lestari_sri1986@yaho.co.id 1,2 Abstrak Pelaksanaan

Lebih terperinci

RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA

RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA 65 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 1: 65 72, 2016 RUMAH PANGAN LESTARI ORGANIK SEBAGAI SOLUSI PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA Amir Hamzah dan Sri Umi Lestari Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT 1 Anggraeni Dyah S., 2 Putri Suryandari, 3 Sri Kurniasih Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur anggraeni.dyah@budiluhur.ac.id

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA Shinta Dewi Astari dan IDAA Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) PRESENTASI TESIS PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM, MApp.Sc OLEH : MALIK EFENDI (3310202708)

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Highmore, 2008 (dalam Bambang,2010: 33), Pangan adalah sebuah barang pemenuh kebutuhan manusia yang merupakan hasil dari usaha budidaya, artinya bahwa keberadaan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang PERANSERTA MASYARAKAT DALAM USAHA MEMPERPANJANG MASA PAKAI TPA KEBON KONGOK KOTA MATARAM Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email: imam_dpu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1. Proses experiential learning yang dilakukan oleh anggota KWT dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. No.274, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI Media Pengabdian kepada Masyarakat Qardhul Hasan ISSN 2442 3726 Volume 1 Nomor 1, April 2015 31 OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI OPTIMALISATION

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI SIMEULUE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR Oleh: DINI ARIAS PITALOKA L2D 005 359 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP, KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA Iswanjana 1,Syafrudin 2,Tukiman Taruna 3 1 Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP, 2 Staf Edukatif Fakultas Teknik Lingkungan UNDIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kemiskinan dan pengangguran yang meningkat menjadi ketimpangan masyarakat merupakan tantangan dalam pembangunan, Masyarakat miskin umumnya lemah dalam

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH Ungaran, Januari 2017 ASPEK KONSUMSI PANGAN DALAM UU NO 18/2012 Pasal 60 (1) Pemerintah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian dari kita yang telah melupakan kenyamanan lingkungan sekitar. Padahal makna dari lingkungan yang bersahabat sangat besar manfaatnya untuk manusia.

Lebih terperinci

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING. Universitas Samawa

PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING. Universitas Samawa PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING Dwi Mardhia 1), Alia Wartiningsih 2) 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan, 2 Fakultas Pertanian Universitas Samawa Email: alwartiningsih@gmail.com

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 PENDAHULUAN Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 82-87 PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAPUAS BARASIH MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN INTEGRITAS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEREDUKSI SAMPAH DI KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO, SURABAYA TIMUR Intan Julia Laksono 1, *), Yulinah Trihadiningrum 1), Yeni Dhokikah 1), Ellina S. Pandebesie 1), dan Sony Sunary

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. Gusniwati dan Dedy Antoni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian

I. PENDAHULUAN. menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor pertanian terhadap petumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki posisi yang sangat vital (Mardikanto,1993). Sector pertanian memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MELALUI PENGEMBANGAN USAHA TANI ORGANIK DI DESA WISATA BERJO KABUPATEN KARANGANYAR

PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MELALUI PENGEMBANGAN USAHA TANI ORGANIK DI DESA WISATA BERJO KABUPATEN KARANGANYAR PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI MELALUI PENGEMBANGAN USAHA TANI ORGANIK DI DESA WISATA BERJO KABUPATEN KARANGANYAR Sri Marwanti, Pardono Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi di mana setiap manusia mampu mengkonsumsi pangan dan gizi secara seimbang untuk status gizi baik. Menurut UU Pangan No 7 tahun

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi. Masyarakat menghendaki produk sayuran yang

Lebih terperinci

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu

padi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR + BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Penerapan Komposter Anaerobik Dalam Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Basah Di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang

Penerapan Komposter Anaerobik Dalam Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Basah Di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang Penerapan Komposter Anaerobik Dalam Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Basah Di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang I Nyoman Sudiasa, SSi.,MSi (1), Anis Artiyani. ST.,MT (2), Dwiana Anggorowati.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta Permasalahan sampah di berbagai daerah di Indonesia memang tidak ada habisnya. Begitu pula yang dialami oleh

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM)

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM) IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM) Karmanah 1), Dyah Budibruri Wibaningwati 2), Abdul Rahman Rusli 3) 1 PS. Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN I DOKUMENTASI SURVEI LAPANGAN DAN PROSES RAPID RURAL APPRAISAL (RRA) Gambar 1. Mengurus Perijinan, Membangun Komunikasi, Serta Melakukan Wawancara dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah telah lama menjadi masalah besar diberbagai kota besar yang ada di Indonesia, meningkatnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O 2014 DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SECARA VERTICULTURE SEBAGAI SARANA UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH KABUPATEN BUNGO Ahmad Agus.W, Nurkayati, Ico Silvia.S, Ardiansyah dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG PRESENTASI TESIS 1 PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG M. AGUS RAMDHAN (3310202701) PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI Dewi Mustikaningtyas 1, Wiyanto 2, Noor Aini Habibah 3 1,3 Jurusan Biologi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 (Studi: Partisipasi Masyarakat dalam Mensukseskan Bank Sampah Mandiri Di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN KOTA MALANG

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN KOTA MALANG Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN KOTA MALANG Malang, 27-30 November 2017 OUTLINE : 1. GAMBARAN UMUM KAMPUNG GLINTUNG 2. PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran terutama sawi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia setelah negara China dan India. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH, PENGHIJAUAN DAN PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci