BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perdagangan Internasional. ekonomi global maupun perekonomian domestik. Karena negara yang melakukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perdagangan Internasional. ekonomi global maupun perekonomian domestik. Karena negara yang melakukan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan dalam suatu negara memegang peranan yang sangat penting. Dimana sebuah perdagangan dapat berpengaruh pada perkembangan ekonomi global maupun perekonomian domestik. Karena negara yang melakukan perdagangan dapat memberikan keuntungan, akan tetapi ini menyebabkan kerugian bagi negara lain. Ini terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ekspor dan impor yang tidak terjadi secara timbal balik. Menurut Hendra (2002), perdagangan internasional bisa terjadi apabila kedua belah pihak memperoleh manfaat atau keuntungan dari dalam perdagangan tersebut (gains from trade). Sedangkan menurut Basri dan Munandar (2010), Perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negaranegara yang berdagang karena memiliki sumber daya yang berbeda satu sama lain. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara memproduksi barang tertentu, negara tersebut dapat memproduksi barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan lebih efisien dibandingkan dengan negara yang memproduksi semua barang. Maka perdagangan internasional merupakan suatu perdagangang antara negara-negara dimana meliputi proses ekspor maupun impor yang menjadi salah satu pengaruh bagi pendapatan negara. 26

2 Teori-Teori Perdagangan Internasional Teori Klasik Dalam melakukan sebuah perdagangan, negara memiliki alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan dan bertujuan agar dalam proses produksi dilakukan dengan skala ekonomis sehingga negara dapat berdagang satu sama lainnya. Dengan demikian aliran kaum klasik yakni Adam Smith dan David Ricardo mengemukan teori Absolute Advantage (Keunggulan Mutlak) dan Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif). 1. Teori Absolute Advantage (Keunggulan Mutlak) Adam Smith berprinsip bahwa, pendapatnya merupakan pengkoreksian dari kelemahan kaum merkantilisme terhadap pernyataan surplus perdagangan internasional sebagai suatu doktrin. Surplus Perdagangan dilakukan dengan memanfaatkan sepenuhnya sumberdaya alam yang tersedia. Akan tetapi smith berpendapat bahwa pemanfaatan sumber daya alam sepenuhnya kelak akan membahayakan negara itu sendiri, yaitu berupa peningkatan impor secara besarbesaran. Jadi inti dari teori ini adalah suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis atau beberapa jenis barang tertentu, dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut dan melakukan impor dengan jenis lain dimana negara tersebut dengan tidak memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain yang memproduksi barang lain (Tambunan: 2001). Maka yang dimaksud dengan teori Absolute Advantage (Keunggulan Mutlak) ialah bahwa tenaga kerja sebagai input produksi sekaligus mengukur nilai suatu barang, sedangkan untuk upah tenaga kerja pada masing-masing negara 27

3 tidak diperhitungkan. Disinilah terlihat satu kelemahan dari teori Absolute Advantage (Keunggulan Mutlak) yang dikemukan oleh Adam Smith. 2. Teori Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif) David Ricardo mengkritik teori Absolute Advantage oleh Adam Smith dimana ini termasuk aliran klasik juga bahwa Absolute Advantage sangat sederhana sekali. Menurut David Ricardo (1817) adalah Perdagangan internasional bisa saja terjadi walaupun negara tidak mempunyai keunggulan mutlak, akan tetapi mempunyai keunggulan komparatif dari negara lain. Ada beberapa asumsi yang membangun konsep komparatif oleh David Ricardo, yakni: 1. Dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi dengan hanya menggunakan satu faktor produksi tenaga kerja. 2. Kedua komoditi bersifat identik (homogen). 3. Kedua komoditi dapat dipindahkan antar negara dengan biaya transportasi nol. 4. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun heterogen tidak identik antar negara. 5. Tenaga kerja dapat bergerak antar industri dalam suatu negara namun tidak antar negara. 6. Pasar barang dan pasar tenaga kerja dalam kondisi persaingan sempurna. Dari teori klasik di atas bahwa proses perdagangan internasional terjadi karena adanya keunggulan oleh suatu negara yang menghasilkan sesuatu barang dengan biaya yang rendah atas penggunaan input tenaga kerja. Perdagangan internasional dalam perkembangannya memiliki pengertian advantage yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 28

4 1. Banyak negara dan banyak barang. Bahwa perdagangan dilakukan tidak hanya pada dua negara akan tetapi banyak negara sehingga barang yang diperdagangkan juga tidak dua barang melainkan banyak barang. Namun bisa saja terjadi satu negara unggul dapat menghasilkan berbagai jenis barang. 2. Berbagai input produksi Dalam proses produksi input yang digunakan tidak hanya menggunakan tenaga kerja saja, akan tetapi banyak input produksi yang lainnya dimana input tersebut meliputi: tenaga kerja, sumber daya lahan, barang-barang modal, teknologi, dan lain-lain. Sehingga dalam menciptakan suatu output banyak diperlukan berbagai kombinasi input. 3. Keunggulan disebabkan faktor selera Suatu negara dapat menghasilkan barang yang sama dengan negara lain dan dengan biaya yang lebih murah dan harga barang yang lebih rendah, dengan itu negara tersebut tidak lagi perlu untuk mengimpor barang yang sama dari negara lain. dimana konsumen sangat berpengaruh pada naiknya pendapatan yang diikuti naiknya hasrat konsumsi dan selera. 4. Kekayaan sumber daya potensi ekonomi Dengan kekayaan sumber daya potensi ekonomi ini negara tentunya dapat menghasilkan jenis-jenis barang yang dapat diperdagangkan. Indonesia mempunyai perbedaan dengan negara ASEAN lainnya yang dinyatakan dalam advantage disebabkan bahwa Indonesia mempunyai berbagai jenis komoditas perdagangan internasional. 29

5 5. Penggunaan/penguasaan teknologi Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang diperlukan penggunaan teknologi yang maju. Dimana dengan ini tentunya dapat membuat biaya produksi akan lebih rendah dan harga barang juga lebih murah. 6. Karakteristik sumber daya alam Potensi yang di miliki oleh suatu negara yakni termasuk sumber daya lahan, ini merupakan yang diperlukan bagi negara untuk mendapatkan penghasilan dari jenis-jenis komoditas yang dapat dikembangkan sehingga menjadi negara yang advantage. 7. Berbagai faktor lain juga dapat menentukan konsep advantage. Hal ini merupakan suatu bentuk dari kelompok-kelompok negara penghasil komoditas dan dapat menjadikan kelompok negara-negara produsen Teori Neoklasik Menurut para aliran kaum neoklasik, mereka mengemukakan teorinya yakni dapat dilihat dari model Eli Heckscher dan Bertil Ohlin (teori H-O) dan Leontiev Paradox. 1. Model Eli Heckscher dan Bertil Ohlin (teori H-O) Teori H-O adalah pengembangan dari kelemahan konsep Advantage oleh David Ricardo. Maka Eli Heckscher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan bahwa Perdagangan internasional digerakkan oleh perbedaan sumber daya antar negara dengan proporsi penggunaan yang berbeda dalam 30

6 memproduksi barang. Dimana suatu negara akan mengekspor komoditinya dalam proses produksinya memerlukan penggunaan dari faktor produksi yang relatif lebih murah dan mengimpor dengan serelatif mungkin dengan faktor produksi yang langka sehingga mahal di negara tersebut. Ada beberapa asumsi dari teori H-O bagi kedua negara yang melakukan perdagangan internasional, yaitu: a. Negara yang melakukan perdagangan internasional mempunyai karakteristik yang berbeda terhadap tenaga kerja yang berlimpah dan sebaliknya berlimpah barang-barang modal. b. Kedua negara mempunyai kesamaan teknologi. c. Selera adalah homogen bagi kedua negara. d. Kedua komoditas diproduksi berdasarkan constant return to scale. e. Masing-masing negara melakukan spesialisasi produk. f. Kompetitif adalah sempurna sehingga barang ditentukan oleh masing-masing pihak. g. Tidak terdapat biaya transportasi, tarif, atau bentuk lainnya yang akan menghambat pola perdagangan internasional. h. Semua sumber daya dapat diperoleh dengan mudah dan produktif. i. Perdagangan internasional dilakukan secara seimbang. 31

7 2. Leontiev Paradox Wessily Leontiev melihat kelemahan dalam konsep labor intensive maupun capital intensive oleh Heckscher-Ohlin, dimana ia melihat bahwa Heckscher-Ohlin tidak memperhitungkan perbedaan diantara labor cost dan capital cost untuk dalam menggunakan kedua produksi pada negara yang berbeda. Adapun pengujian yang empiris dapat dibuktikan oleh Wessily Leontiev (1953) bahwa untuk memperhitungkan total persyaratan penggunaan input modal dan tenaga kerja per unit untuk penciptaan sesuatu barang ekspor Amerika Serikat untuk barang pengganti, dimana fakta ini mengenai struktur perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) tahun 1947 yang bertentangan dengan teori Heckscher - Ohlin. Paradox (pembuktian) meliputi beberapa pertimbangan pemikiran yaitu: a. Kekeliruan statistik, yaitu pengambilan suatu data yang tidak representatif dan ternyata banyak negara yang melimpah modal bahkan mengekspor barang yang padat karya daripada yang perlu diimpor. b. Faktor kepadatan timbal balik, sesuatu usaha yang akan memecahkan kembali leontiev paradox dan meneliti secara empiris kepadatan timbal balik. c. Kondisi permintaan, selera (taste) merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk meminta suatu produk. d. Proteksi, upaya untuk melidungi produksi dalam negeri melalui instrument tarif perdagangan bebas perlu proteksi yang tinggi. e. Kualitas tenaga kerja Amerika, para pekerja di Amerika sangat efisiensi daripada dibandingkan dengan partner dagangnya yang banyak melimpah tenaga kerja dan bukan hanya merupakan negara yang banyak modal. 32

8 f. Lebih banyak faktor produksi, faktor produksi tersebut seperti modal, tenaga kerja, tenaga profesional, tanah dan lainnya menentukan kuantitas dan kualitas produk Teori Modren: Teori Kerjasama (New Theory) New Theory muncul setelah teori absolute advantage dari Adam Smith dan Comparative advantage dari David Ricardo dan teori tradisonal perdagangan internasional dari Eli Hecsksher dan Bertil Ohlin. New Theory ini ditulis oleh beberapa tokoh yakni: Dixit dan Norman (1980), Helpman (1981), Ethier (1982), dan Peter Krugman (1984). Dalam perkembangannya New Theory menuju kepada kondisi perdagangan bebas yang disebut dengan liberalisasi perdagangan. Teori ini berupaya untuk mengatasi berbagai hambatan perdagangan internasional melalui beberapa perundingan dimana pada akhirnya dapat memberikan keuntungan untuk negara yang sedang melakukan perdagangan internasional Kebijakan Perdagangan Internasional Pada prinsipnya pemerintah melakukan kebijakan proteksi adalah suatu bentuk campur tangan pemerintah di dalam suatu perdagangan internasional. Pemerintah juga melakukan perlindungan untuk industri domestik dan akan memperbesar perdagangan umum. Ada 2 alasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam diberlakukannya kebijakan proteksi, yaitu: 33

9 1. Alasan infant industry Infant industry merupakan suatu alasan dimana berupaya untuk melindungi suatu produksi industri didalam sebuah negeri agar dapat tumbuh dan berkembang dan termasuk untuk mempromosi ekspor. 2. Alasan strategi Alasan strategi ini merupakan suatu bentuk upaya lanjutan dalam memproduksikan dan mengkonsumsikannya sendiri dalam keadaan perang. Adapun beberapa bentuk dari proteksi, antara lain: 1. Kuota Kuota merupakan suatu hambatan dalam bentuk kuantitatif yang berupaya membatasi impor barang-barang khusus dan menspesifikasikan dengan jumlah unit atau nilai total pada periode waktu tertentu. 2. Perdagangan Oleh Pemerintah Pada hakikatnya pemerintah adalah pelaku utama dalam mengupayakan memonopoli impor dimana terletak kebebasan secara administratif. 3. Kontrol Devisa Kontrol devisa adalah sebuah hambatan dimana administratif atau transaksi yang terlibat oleh mata uang asing. 4. Larangan Impor Larangan impor merupakan suatu bentuk dari kontrol impor dimana ini melarang impor untuk jenis barang tertentu, terutama untuk barang mewah. 34

10 5. Hukum Lokal Mengenai Pembelian Untuk negara yang menerapkan hukum seharusnya menetapkan terlebih dahulu barang-barang lokal yang dibeli melalui pemilihan produk luar negeri agar dapat dibedakan dengan produk-produk lokal yang tersedia. Biasanya terjadi pada barang-barang modal. 6. Hambatan Nontarif Hambatan nontarif merupakan suatu hambatan birokrasi dimana sebagian dari fungsi formal harus melewati peraturan yang khusus yang diumumkan secara resmi terhadap suatu barang-barang impor. Kebijakan Proteksi memiliki beberapa langkah yaitu: Tarif dan Kuota. a. Tarif Tarif (bea cukai) biasanya dikenakan pada barang-barang impor. Tarif terbagi menjadi: a. Advalorem tariffs; yaitu pengenaan tarif pada barang-barang yang menggunakan satuan unit tertentu. b. Specific tariffs; yaitu tarif yang dikenakan pada barang-barang dengan satuan ukuran tertentu. c. Coumpound tariffs; yaitu tarif yang digunakan baik itu Advalorem tariffs maupun Specific tariffs, dimana disebut juga sebagai tarif ganda. b. Kuota Kuota merupakan suatu pembatasan dengan cara kuantitatis pada hambatanhambatan perdagangan nontarif dan dilakukan secara langsung pada sejumlah 35

11 barang impor ataupun ekspor yang dilakukan pemerintah. Kuota terbagi menjadi: kuota ekspor dan kuota impor. a. Kuota ekspor merupakan kuota yang dilakukan untuk melindungi konsumen di dalam negeri sekaligus kebutuhan dalam negeri. b. Kuota impor merupakan suatu bentuk pembatasan langsung dimana jumlah barang yang diperbolehkan untuk impor dan dilakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu perusahaan maupun perusahaan domestik agar sejumlah produk yang diimpor dapat langsung dibatasi Perdagangan Internasional Pada Perekonomian Indonesia Perdagangan dapat diartikan sebagai ekspor dan impor di dalam industri yang sama di suatu negara. Perdagangan internasional termasuk salah satu hal yang berpengaruh penting bagi para pihak termasuk diantaranya produsen dan konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dimana bagi para produsen dengan pola produksi yang memiliki keunggulan akan mendapatkan keuntungan tersebut yaitu kenaikan harga barang yang berlaku di pasar domestik (surplus produsen), tetapi bagi negara yang tidak memiliki keunggulan ini akan menyebabkan kerugian dimana jumlah produksi dalam negeri berkurang. Sedangkan untuk konsumen negara ekspor yang memiliki keunggulan akan mendapatkan kerugian dikarenakan harga barang di pasar domestik secara perlahan mengalami kenaikan yang menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Namun akan tetapi masyarakat konsumen negara impor akan mendapatkan keuntungan (surplus 36

12 konsumen) melalui impor dengan tingkat harga yang relatif rendah sehingga daya beli masyarakat meningkat. Adapun besarnya suatu nilai ekspor negara merupakan kemampuan bagi negara tersebut untuk melakukan impor. Tetapi pengertian ekspor menurut Tambunan (2004), ekspor diartikan sebagai mengeluarkan atau membawa barang dan jasa yang berasal dari pasar atau produk domestik (dalam daerah pabean) ke suatu tempat tertentu di luar negeri (luar daerah pabean) dengan tujuan dipertukarkan atau dijual. Sedangkan impor menurut Salvatore (1997), impor adalah sejumlah barang atau jasa yang diproduksi negara lain yang kemudian di kirim dan di jual dalam pasar domestik (pasar dalam negeri). Sedangkan untuk ekspor Indonesia sendiri pada tahun 2008 perlahan mengalami peningkatkan setelah melewati krisis ekonomi yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 nilai ekspor mencapai 20,1 persen dibanding tahun 2007 namun pada tahun 2009 ekspor mengalami penurunan, dimana terjadi krisis ekonomi dunia yang menyebabkan kemunduran permintaan untuk ekspor produk Indonesia. Namun pada tahun 2010 ekspor mulai tumbuh, sehingga meningkat sampai 35,4 persen dibanding tahun Kemudian untuk impor Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan yang signifikan sampai mencapai sebesar 73,6 persen. Pertumbuhan yang signifikan ini mengalami penurunan hingga 25 persen pada tahun Inilah kondisi perkembangan perdagangan internasional Indonesia didalam pasar ASEAN yaitu perdagangan bebas. Perdagangan internasional suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut, hal ini dapat dilihat dari pendapatan produksi 37

13 negara, dimana ini merupakan nilai produk yang berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) yang disebut GDP (Gross Domestic product). Untuk nilai GDP Indonesia sendiri di kanca ASEAN dari tahun 2011 sebesar ,7 juta dollar AS dan 2012 sebesar ,9 juta dollar AS mengalami peningkatan walaupun hanya cuma beberapa persen dari peningkatan tersebut. Sedangkan untuk konsumsi dan investasi Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun Dalam hal ini perhitungan pendekatan pengeluaran yang dapat menjelaskan bagaimana pendapatan suatu negara. Persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai Y = C + I + G + (X-M), dimana Y merupakan jumlah output yang dihasilkan oleh suatu negara, C merupakan pengeluaran konsumsi (belanja rumah tangga dan belanja pemerintah), I merupakan pengeluaran investasi suatu negara, X merupakan ekspor yang dilakukan negara dan M merupakan barang atau jasa yang dibeli dari negara ke negara lain. Ini akan menjadi satu hal yang baik untuk perkembangan ekonomi Indonesia. Akan tetapi pengaruh perdagangan internasional ini juga akan membawa neraca perdagangan negara ke surplus (X M > 0) atau defisit (X M < 0). Jadi dari hal ini kenaikan ekspor juga akan membuat peningkatan jumlah output dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat Sistem Perdagangan Indonesia Terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 memberikan suatu peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor secara besar-besaran, dimana ini akan mendukung perkembangan perekonomian negara Indonesia. Karena MEA 38

14 merupakan bentuk visi dari ASEAN yang akan menjadikan sebuah kawasan pasar tunggal yang berarti bahwa barang-barang dan jasa akan bergerak secara bebas. Pada dasarnya MEA tertuju pada sasaran dalam mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara, dimana dalam pembentukan kawasan ekonomi yang kompetitif memerlukan kerjasama yang erat bagi negara-negara anggota ASEAN agar kawasan yang terintegrasi ini sepenuhnya dapat menjadi kawasan ekonomi global. ( 5 Mei 2014) Secara harfiah integrasi ekonomi merupakan suatu agenda utama dari negara ASEAN, dimana visi ASEAN ini mewujudkan kawasan bebas barang yang diwujudkan melalui dengan dibentuknya MEA Pengertian integrasi ekonomi secara umum dapat diartikan pencabutan atau penghapusan hambatanhambatan ekonomi dimana antara dua atau lebih dari ekonomi suatu negara. Sedangkan pengertian secara operasional dapat diartikan pencabutan atau penghapusan diskriminasi dan penyatuan politik antara lain meliputi peraturan, prosedur dan lainnya. Dan untuk instrument dari penghapusan tersebut melalui pajak, bea masuk, mata uang, undang-undang, lembaga, standarisasi, dan kebijaksanaan ekonomi. Adapun teori integrasi ekonomi menurut kaum liberal mempercayai bahwa perdagangan bebas akan membawa perdamaian didalam hubungan internasional. Disebabkan bahwa perdagangan bebas akan dapat mewujudkan interpendensi dan kerjasama untuk mendapatkan keuntungan bersama antara negara-negara pelaku pasar yang terkait. Pendapat kaum liberal 39

15 sesungguhnya menganggap bahwa liberalisasi didalam suatu ekonomi akan mengarah pada kebebasan pasar dan bukan hanya itu peran negara pun dapat diminimalisir. Bahkan selain itu kaum liberal mengemukakan bahwa semua bentuk ekonomi yang menyebar pada teori liberal akan berharap mekanisme harga dan pasar merupakan media yang sangat efektif agar dapat mengatur hubungan kerjasama ekonomi domestik maupun internasional. Oleh sebab itu pernyataan kaum liberal terhadap kebebasan pasar bertujuan untuk mencapai efisiensi yang semaksimal mungkin agar pertumbuhan ekonomi. Namun menurut Tinbergen (2006) menyatakan bahwa: integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua pembatasan-pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya perdagangan bebas dengan jalan mengintroduksi semua bentuk-bentuk kerjasama. Integrasi juga dapat dipakai untuk alat mengakses pasar yang lebih besar, menstimulasi pertumbuhan ekonomi sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nasional Akan tetapi integrasi ekonomi mempunyai prinsip-prinsip dan mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas. Menurut dari pengertian diatas maka istilah integrasi ekonomi dapat dibagi menjadi dua pengertian, yakni: a. Penghapusan proteksi lalu lintas barang, jasa, faktor produksi (SDM dan modal) dan informasi dengan kata lain kebebasan akses pasar teknologi dalam integrasi negatif. 40

16 b. Penyatuan politik (kebijakan) dengan kata kunci harmonisasi, disebut juga integrasi positif. Griffin dan Pustay (2002) menyatakan bahwa membuat susunan dari integrasi ekonomi regional yang kemungkinan dapat terjadi. Ada beberapa tingkatan yakni kawasan perdagangan bebas, persekutuan pabean, pasar bersama, ekonomi, dan politik. Adapun beberapa bentuk perjanjian dari tingkatan integrasi ekonomi yang di mulai dari Perdagangan Prefensial (Preferential Trade Arrangement), Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), Persekutuan Pabean (Custom Union), common market, dan Economi Union. Yang dimaksud diatas tersebut antara lain: 1. Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangement) Preferential Trade Arrangement merupakan pengaturan yang dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka dan membedakannya dengan yang berlaku pada negara luar yang bukan anggota. Preferential Trade Arrangement ini merupakan bentuk integrasi yang paling longgar. 2. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area) Free Trade Area merupakan suatu bentuk integrasi ekonomi karena semua hambatan-hambatan perdagangan tarif maupun nontarif antara negara-negara akan dihilangkan atau dihapuskan. Kawasan perdagangan bebas ASEAN juga merupakan sebuah kesepakatan dari ASEAN dalam mengenai sektor produksi lokal di semua negara anggota ASEAN. Tujuan dari Free Trade Area ini yaitu: 41

17 a. Akan meningkatkan daya saing ASEAN untuk basis produksi disebuah pasar internasional dengan melalui penghapusan bea dan hambatan nonbea didalam ASEAN. b. Dapat menarik investasi asing secara langsung ke dalam ASEAN. 3. Custom Union Custom Union merupakan sebuah bentuk integrasi ekonomi yang selanjutnya dimana persekutuan pabean (Custom Union), semuanya mewajibkan negara anggota agar tidak hanya menghilangkan bentuk-bentuk perdagangan saja akan tetapi juga harus menyamakan sebuah kebijakan perdagangan dengan negara-negara luar yang bukan merupakan negara anggota. Sebenarnya untuk persekutuan pabean ini negara anggota dengan negara anggota lainnya akan berlaku ketentuan-ketentuan dalam perdagangan bebas dan tarif bea masuk dan disertakan kuota yang sama untuk impor terhadap negara-negara bukan anggotanya. Dengan begitu para negara anggota tidak bebas menentukan kebijakan komersil sendiri dengan negara lainnya. Adapun menurut Jacob Viner mengatakan bahwa penghapusan tarif (bea cukai) sesama anggota customs union akan menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat (consumer surplus), dimana di sisi lainnya jumlah produksi akan berkurang didalam negeri dan penerimaan bea cukai tidak dapat diperoleh negara. 4. Common Market Merupakan sebuah bentuk integrsi ekonomi dimana bukan barang yang diperdagang bebaskan, melainkan faktor-faktor produksi yaitu seperti tenaga kerja dan modal. 42

18 5. Economic Union Merupakan bentuk integrasi ekonomi yang dilaksanakan dengan cara menyamakan kebijakan moneter dan fiskal bagi negara anggota masingmasing. Pembentukan Economic Union ini sejak selesainya Perang Dunia II. Adapun beberapa bentuk persetujuan dari perdagangan yang di bentuk sebelumnya yang mengarah ke perdagangan bebas, seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), World Trade Organization (WTO), dan lain-lain. Integrasi sebenarnya membuat globalisasi ekonomi menjadi fundamental dimana ini dapat merubah sebuah struktur perekonomian dunia. Namun hal ini bisa menyebabkan kesulitan bagi negara-negara yang tidak mempunyai infrastruktur dan kapasitas institusional yang kurang memadai, sehingga akan mengalami kesulitan berintegrasi dengan negara yang lain. Namun dalam penentuan tarif bea masuk, besar tarif yang ditentukan Indonesia lebih rendah dengan beberapa negara seperti Jepang, China, Thailand, dan beberapa negara lainnya. 7 juni : 31 WIB). Kemudian bentuk kesepakatan perdagangan antara dua negara atau lebih, baik itu dari sistem perdagangan multilateral maupun sistem perdagangan dalam suatu kawasan mempunyai suatu prinsip yang sama yakni, menghilangkan semua bentuk hambatan-hambatan baik berupa tarif maupun non tarif. Dimana integrasi akan di mulai dari integrasi untuk perdagangan barang dan jasa sehingga sampailah kepada pasar tunggal yang terkait dengan aspek-aspek ekonomi, antara 43

19 lain perdagangan barang dan jasa, perdagangan produksi, integrasi dalam moneter dan integrasi kebijakaan ekonomi yang menyeluruh. Dari hal inilah perekonomian dapat semakin dilihat dalam berbagai bidang baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Sejak adanya perjanjianperjanjian yang di buat terkait dengan kerjasama dalam perdagangan baik bilateral maupun multilateral Indonesia dengan negara lainnya yang terkait menyebabkan terbentuknya gejala-gejala liberalisasi. Konsep liberalisasi perekonomian merupakan kecenderungan kebebasan bagi para pelaku kegiatan ekonomi untuk dapat menguasai perekonomian di Indonesia. Liberalisasi perdagangan ini juga cenderung memberikan dampak yang negatif untuk Indonesia. Dimana setelah terbentuknya perjanjian perdagangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara patner menjadi semakin defisit. Misalnya kerjasama Indonesia dengan CAFTA, yang dimulai pada tahun 2002 dan ditandatangani di Phnom Penh. Azizah dan Bagas (2011) mengatakan bahwa kerjasama CAFTA bertujuan untuk: a. Memperkuat dan meningkatkan perdagangan kedua belah pihak b. Meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan dan penghapusan tarif c. Mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua belah pihak d. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN dan melihat celah yang ada dikedua belah pihak. 44

20 Kemudian pada kenyataannya setelah terlaksananya Free Trade Area dengan China, ekspor Indonesia tidak mengalami peningkatan sehinnga ekspor lebih kecil daripada impor barang dan jasa ke china (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Neraca Perdagangan Indonesia China NERACA PERDAGANGAN Ekspor ke China , ,503, , , ,9 Impor dari China 8.557,877, , , , ,4 Neraca perdagangan , Sumber : dhietamustofa.wordpress.com/2013/11/20/ (Litbang Kompas /RSW, diolah dari Kementerian Perdagangan, Dikutip kompas, Rabu 21 Maret 2012). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perdagangan Indonesia dan China mengalami defisit mulai tahun (Tabel 2.1). Dengan kesepakatan CAFTA untuk menghilangkan tarif dan kuota ekspor impor antara negara ASEAN dan China termasuk Indonesia dapat membuat China bebas dalam melakukan impor barang dan jasa. Dengan demikian harga barang-barang impor dari china di dalam negeri cenderung lebih murah dibandingkan sebelum adanya CAFTA. Oleh sebab itu ketertarikan masyarakat lebih pada barang impor dibandingkan barang dalam negeri. Ini merupakan salah satu kerugian yang diterima oleh Indonesia sehingga neraca perdagangan Indonesia China menjadi semakin defisit setiap tahunnya. 45

21 Menurut Amin et. al (2010) liberalisasi perdagangan meliputi kebijakan yang bertujuan untuk perekonomian terbuka dengan mengurangi hambatan perdagangan dalam bentuk pengurangan tarif dan peningkatan PDB. ( jun 2014, 10:30WIB)) 2.2. Penelitian Terdahulu Dimas Adityo Kusumo (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Integrasi Ekonomi ASEAN Terhadap Kapasitas Pajak Negara- Negara Anggotanya: Analisis Sebelum dan Sesudah AFTA Tahun Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan menelusuri dampak integrasi ekonomi ASEAN pada kapasitas pajak negara-negara anggotanya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah Regresi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan jenis data panel. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi kapasitas pajak adalah Pendapatan per Kapita signifikan mempengaruhi kapasitas pajak dengan konstanta sebesar menyatakan bahwa tingkat kapasitas pajak (rasio penerimaan pajak terhadap GDP) adalah sebesar 17,39% jika variabel lain dianggap konstan nilainya (nilainya adalah nol). Rasio Ekspor Terhadap PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP sebesar 0, dimana hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan kapasitas perpajakan suatu negara. 46

22 Rasio Impor Terhadap PDB sebesar 1 unit akan menurunkan rasio penerimaan pajak terhadap GDP sebesar 0, dimana hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan kapasitas perpajakan suatu negara dan variabel boneka Tingkat Pembangunan Masingmasing Negara. Untuk variabel boneka AFTA, ternyata tidak signifikan mempengaruhi kapasitas pajak negara-negara ASEAN. Duvian Erika Puspaningrum (2008) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Integrasi Perdagangan Terhadap Sinkronisasi Business Cycle ASEAN+3. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh integrasi perdagangan terhadap sinkronisasi business cycle ASEAN+3. Metode analisis yang digunakan adalah Metode data panel. Hasil dari penelitian tersebut yakni bahwa meningkatnya sinkronisasi business cycle China dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri serta semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar antara China dengan ASEAN+3, dimana hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji hausman pada metode panel data didapatkan bahwa model (1), model (2) signifikan pada taraf 1 persen dan model (3) pada taraf 5 persen dengan koefisien masing-masing sebesar , dan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan random effect. Hasil estimasi untuk negara Jepang menunjukkan bahwa meningkatnya volume perdagangan dan perdagangan intra industri antara Jepang dan ASEAN+3 belum meningkatkan sinkronisasi business cycle Jepang dan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh semakin terkoordinasinya kebijakan moneter antara Jepang dengan 47

23 ASEAN+3. Dimana dari ketiga model tersebut hanya variabel koordinasi kebijakan moneter yang memiliki nilai signifikan pada taraf nyata 1 persen dengan masing-masing koefisien sebesar , dan menggunakan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Dapat diketahui sinkronisasi business cycle Korea dengan ASEAN+3 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover serta semakin terkoordinasinya kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar Korea dengan ASEAN+3. Dimana signifikan pada taraf nyata 1 persen untuk model (1), model (2) dan model (3) namun memiliki nilai koefesien yang negatif baik dari sisi ekspor, impor maupun total perdagangan dengan masing-masing koefisien sebesar , dan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil estimasi untuk negara Indonesia menunjukkan terjadinya integrasi perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Indonesia dengan ASEAN+3. Meningkatnya perdagangan intra industri akan meningkatkan sinkronisasi business cycle Malaysia dengan negara ASEAN+3. Dimana hal ini dapat dilihat pada model (2) dan model (3) dimana nilai intensitas perdagangan impor dan total perdagangan signifikan pada taraf nyata 1 persen namun memiliki nilai yang negatif dengan masing-masing memiliki koefisien sebesar dan menggunakan estimasi regresi dengan pendekatan fixed effect. Hasil estimasi untuk Filipina didapatkan bahwa meningkatnya intensitas perdagangan hanya akan mengurangi sinkronisasi business cycle Filipina dengan ASEAN+3 dimana meningkatnya sinkronisasi business cycle lebih dipengaruhi oleh meningkatnya demand spillover dan semakin terkoordinasinya kebijakan nilai tukar Filipina 48

24 dengan ASEAN+3. Meningkatnya sinkronisasi business cycle sangat dipengaruhi oleh meningkatnya perdagangan intra industri Singapura dengan ASEAN+3. Hasil estimasi menunjukkan meningkatnya intensitas perdagangan dan perdagangan intra industri akan mengurangi sinkronisasi business cycle Thailand dengan negara ASEAN+3. Maka dengan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terjadinya integrasi perdagangan belum memberikan manfaat yang sama bagi negara-negara ASEAN+3, dimana negara-negara dengan tingkat perekonomian yang lebih rendah belum memperoleh keuntungan dari terjadinya integrasi perdagangan. Haiyyu Darman Moenir (2010) melakukan penelitian yang berjudul Dampak Kemajuan Ekonomi China-India Terhadap Proses Integrasi Ekonomi ASEAN. Tujuan dari penelitian tersebut yakni untuk menguji sejauh mana pengaruh dari kemajuan ekonomi China-India terhadap ASEAN, dimana mengakibatkan kedua negara itu mempunyai interest terhadap kawasan Asia Tenggara, sehingga ASEAN perlu menyikapinya dengan membentuk hubungan kerjasama dengan kedua negara tersebut dan melakukan penguatan (integrasi) ekonomi yang lebih mendalam diantara negara-negara ASEAN guna meningkatkan daya saingnya. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada penarikan kesimpulan berdasarkan interpretasi terhadap fenomena maupun fakta. Hasil dari analisis penelitian ini menyatakan bahwa kemajuan ekonomi China-India merupakan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh ASEAN. Menjadi peluang, karena apabila ASEAN bisa memanfaatkan setiap peluang kerjasama yang 49

25 dibangun dengan China-India, maka akan terjadi peningkatan economic skills oleh negara-negara ASEAN. Dan juga merupakan tantangan, karena apabila tidak ada penguatan dalam internal ASEAN terhadap berbagai sektor, maka perekonomian negara-negara ASEAN akan mengalami stagnasi atau bahkan mengalami kemunduran. Dian Kemala (2013) melakukan penelitian yang berjudul Integrasi dan Kinerja Perdagangan Internasional Indonesia-China: Periode Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis integrasi perdagangan Indonesia-China, menganalisis kinerja ekspor Indonesia-China, dan menganalisis kinerja impor Indonesia-China. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif melalui analisis kuantitatif yang didukung oleh studi kepustakaan. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah Indeks Intra Industry Trade (IIT), analisis Constant Market Share (CMS), dan Derajat Konsentrasi Geografis (DKG). Hasil dari analisis penelitian tersebut yakni analisis integrasi perdagangan Indonesia-China yang didekati dengan Indeks IIT menunjukkan bahwa dari 20 komoditas yang diteliti, hanya 4 komoditas yang secara rata-rata terintegrasi kuat dalam perdagangan Indonesia dengan China, yaitu produk dari hewan, bahan kimia organik, plastik dan barang dari plastik, dan kertas. Terdapat kecenderungan bahwa didalam struktur ekspor Indonesia ke China didominasi oleh komoditas primer, sedangkan struktur impor Indonesia dari China didominasi oleh komoditas manufaktur. Kecendrungan tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai Pada kinerja ekspor yang dianalisis dengan CMS, menemukan bahwa pertumbuhan ekspor 50

26 Indonesia ke China lebih sering bergantung pada pertumbuhan permintaan impor komoditas tersebut di pasar China. Sedangkan, komposisi produk ekspor Indonesia masih terkonsentrasi pada produk yang permintaannya relatif lemah dipasar China, dengan kata lain ekspor produk Indonesia tidak mengikuti laju pertumbuhan produk yang diimpor oleh China. Kinerja impor Indonesia yang dianalisis dengan DKG menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada impor dari China relatif kecil, namun adanya peningkatan impor yang signifikan sejak implementasi ACFTA perlu diperhatikan Kerangka Konseptual Menurut Sugiono (2004 : 49) kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan variabel yang disususn dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Sedangkan menurut Kuncoro (2003 : 44) kerangka konseptual merupakan pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dilaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur. Berdasarkan dari pemaparan di atas, dapat dibuat suatu skema kerangka koseptual penelitian yaitu sebagai berikut : 51

27 MEA 2015 Perkembangan Ekspor Idonesia Perkembangan Impor Indonesia Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya melalui penelitian. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data, Sulisyanto (2006 : 53). Sedangkan menurut Ginting dan Situmorang (2008 : 99) hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi dedukasi. Merumuskan hipotesis berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya.berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah Prediksi Perkembangan ekspor dan impor berpengaruh positif dengan adanya MEA 2015 terhadap integrasi ekonomi pada sistem perdagangan di Indonesia. 52

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, selain dua sektor lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Komposisi dan arah pandangan antara beberapa negara serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain mengatakan bahwa peramalan merupakan kegiatan penerapan model yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain mengatakan bahwa peramalan merupakan kegiatan penerapan model yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi Peramalan Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan, dan pola yang sistematis (Sugiarto, 2000:1). Pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE) A. PENDAHULUAN Pemikiran-pemikiran para ahli ekonomi pada suatu waktu diterima. Akan tetapi, kalau dianggap tidak mampu memecahkan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi, pemikiranpemikiran tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Memasuki Pasar Global Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Berlakunya pasar bebas dan AFTA seolah menjadi momok

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Opissen Yudisyus 20100430019 FAKULTAS EKONOMI EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 Teori Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci