BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Radio Frequency Identification (RFID) Pengenalan RFID adalah proses identifikasi seseorang atau objek dengan menggunakan frekuensi transmisi radio. RFID menggunakan frekuensi radio untuk membaca informasi dari sebuah devais kecil yang disebut tag atau transponder (Transmitter + Responder). Tag RFID akan mengenalkan dirinya sendiri ketika mendeteksi sinyal dari alat yang kompatibel, yaitu pembaca RFID (RFID Reader). RFID adalah teknologi identifikasi yang fleksibel, mudah digunakan, dan sangat cocok untuk sistem keamanan. RFID mengkombinasikan keunggulan yang tidak tersedia pada teknologi identifikasi yang lain. RFID dapat disediakan dalam alat yang hanya dapat dibaca saja (Read Only) atau dapat dibaca dan ditulis (Read/Write), tidak memerlukan kontak langsung maupun jalur cahaya untuk dapat beroperasi, dapat berfungsi pada berbagai variasi kondisi lingkungan, dan menyediakan tingkat integritas data yang tinggi. Sebagai tambahan, karena teknologi ini sulit untuk dipalsukan, maka RFID dapat menyediakan tingkat keamanan yang tinggi. Pada sistem RFID umumnya, tag atau transponder ditempelkan pada suatu objek. Setiap tag membawa informasi yang unik, di antaranya: serial number, model, warna, tempat perakitan, dan data lain dari objek tersebut. Ketika tag ini melalui medan yang dihasilkan oleh pembaca RFID yang kompatibel, tag akan mentransmisikan informasi yang ada pada tag kepada pembaca RFID, sehingga proses identifikasi objek dapat dilakukan. 5

2 6 Sistem RFID terdiri dari empat komponen, di antaranya seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1: Tag: Ini adalah devais yang menyimpan informasi untuk identifikasi objek. Tag RFID sering juga disebut sebagai transponder. Antena: untuk mentransmisikan sinyal frekuensi radio antara pembaca RFID dengan tag RFID. Pembaca RFID: adalah alat yang kompatibel dengan tag RFID yang akan berkomunikasi secara wireless dengan tag. Software Aplikasi: adalah aplikasi pada sebuah workstation atau PC yang dapat membaca data dari tag melalui pembaca RFID. Baik tag dan pembaca RFID diperlengkapi dengan antena sehingga dapat menerima dan memancarkan gelombang elektromagnetik. Gambar 2.1 Sistem RFID

3 Pembaca RFID Sebuah pembaca RFID harus menyelesaikan dua buah tugas, yaitu: Menerima perintah dari software aplikasi Berkomunikasi dengan tag RFID Pembaca RFID adalah penghubung antara software aplikasi dengan antena yang akan meradiasikan gelombang radio ke tag RFID. Gelombang radio yang diemisikan oleh antena berpropagasi pada ruangan di sekitarnya. Akibatnya data dapat berpindah secara wireless ke tag RFID yang berada berdekatan dengan antena Tag RFID Tag RFID adalah alat yang dibuat dari rangkaian elektronika dan antena yang terintegrasi di dalam rangkaian tersebut. Rangkaian elektronik dari tag RFID umumnya memiliki memori sehingga tag ini mempunyai kemampuan untuk menyimpan data. Memori pada tag dibagi menjadi sel-sel. Beberapa sel menyimpan data Read Only, misalnya serial number yang unik yang disimpan pada saat tag tersebut diproduksi. Sel lain pada RFID mungkin juga dapat ditulis dan dibaca secara berulang. Berdasarkan catu daya tag, tag RFID dapat digolongkan menjadi: Tag Aktif yaitu tag yang catu dayanya diperoleh dari batere, sehingga akan mengurangi daya yang diperlukan oleh pembaca RFID dan tag dapat mengirimkan informasi dalam jarak yang lebih jauh. Kelemahan dari tipe tag ini adalah harganya yang mahal dan ukurannya yang lebih besar karena lebih komplek. Semakin banyak fungsi yang

4 8 dapat dilakukan oleh tag RFID maka rangkaiannya akan semakin komplek dan ukurannya akan semakin besar. Tag Pasif yaitu tag yang catu dayanya diperoleh dari medan yang dihasilkan oleh pembaca RFID. Rangkaiannya lebih sederhana, harganya jauh lebih murah, ukurannya kecil, dan lebih ringan. Kelemahannya adalah tag hanya dapat mengirimkan informasi dalam jarak yang dekat dan pembaca RFID harus menyediakan daya tambahan untuk tag RFID.Tag RFID telah sering dipertimbangkan untuk digunakan sebagai barcode pada masa yang akan datang. Pembacaan informasi pada tag RFID tidak memerlukan kontak sama sekali. Karena kemampuan rangkaian terintegrasi yang modern, maka tag RFID dapat menyimpan jauh lebih banyak informasi dibandingkan dengan barcode. Pada Tabel 2.1 diilustrasikan perbedaan utama antara teknologi barcode dengan RFID. Tabel 2.1 Perbandingan Teknologi Barcode dengan RFID Sistem Barcode RFID Transmisi Data Optik Elektromagnet Ukuran Data byte byte Modifikasi Data Tidak bisa Bisa Posisi pembata data Kontak cahaya Tanpa kontak Jarak komunikasi Beberapa meter Dari cm sampai meter Supseptibilitas lingkungan Debu Dapat diabaikan Pembacaan jamak Tidak bisa Bisa

5 Frekuensi Kerja RFID Faktor penting yang harus diperhatikan dalam RFID adalah frekuensi kerja dari sistem RFID. Ini adalah frekuensi yang digunakan untuk komunikasi wireless antara pembaca RFID dengan tag RFID. Ada beberapa band frekuensi yang digunakan untuk sistem RFID. Pemilihan dari frekuensi kerja sistem RFID akan mempengaruhi jarak komunikasi, interferensi dengan frekuensi sistem radio lain, kecepatan komunikasi data, dan ukuran antena. Untuk frekuensi yang rendah umumnya digunakan tag pasif, dan untuk frekuensi tinggi digunakan tag aktif. Pada frekuensi rendah, tag pasif tidak dapat mentransmisikan data dengan jarak yang jauh, karena keterbatasan daya yang diperoleh dari medan elektromagnetik. Akan tetapi komunikasi tetap dapat dilakukan tanpa kontak langsung. Pada kasus ini hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah tag pasif harus terletak jauh dari objek logam, karena logam secara signifikan mengurangi fluks dari medan magnet. Akibatnya tag RFID tidak bekerja dengan baik, karena tag tidak menerima daya minimum untuk dapat bekerja. Pada frekuensi tinggi, jarak komunikasi antara tag aktif dengan pembaca RFID dapat lebih jauh, tetapi masih terbatas oleh daya yang ada. Sinyal elektromagnetik pada frekuensi tinggi juga mendapatkan pelemahan (atenuasi) ketika tag tertutupi oleh es atau air. Pada kondisi terburuk, tag yang tertutup oleh logam tidak terdeteksi oleh pembaca RFID. Ukuran antena yang harus digunakan untuk transmisi data bergantung dari panjang gelombang elektromagnetik. Untuk frekuensi yang rendah, maka antena harus dibuat dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan RFID dengan frekuensi tinggi.

6 Arsitektur RFID Untuk Keamanan Untuk penggunaan RFID untuk aplikasi sistem keamanan, terdapat beberapa macam arsitektur yang dapat digunakan yaitu: A Sistem Fixed Code Sistem ini merupakan sistem paling sederhana yang paling sering digunakan. Kode tetap yang tersimpan di tag RFID dibaca dan dibandingkan dengan kode yang tersimpan database. Untuk keperluan ini dapat digunakan tag RFID yang hanya dapat ditulis satu kali saja dan belum diprogram sama sekali. User dapat memprogram sendiri tag tersebut. Kelemahannya adalah user dapat membuat copy dari tag RFID yang tidak dapat dibedakan oleh sistem keamanan. Tersedia pula tag RFID yang hanya dapat dibaca, dan telah diprogram pada proses produksi dengan nomor identifikasi yang unik. Sistem ini tidak memungkinkan pembuatan copy dari tag RFID. Sistem yang sederhana ini tingkat keamanannya paling rendah. B. Sistem Rolling Code Beroperasi dengan cara sama dengan sistem Fixed Code, akan tetapi kode rahasia pada tag RFID hanya berlaku pada periode waktu tertentu. Pembaca RFID pada sistem ini harus mempunyai kemampuan untuk menulis tag RFID. Tag RFID yang digunakan harus dapat diprogram berkali-kali. Jadinya setiap terjadi proses identifikasi maka sistem keamanan akan mengubah kode rahasia yang ada pada tag RFID, dan akan menggunakan kode rahasia tersebut untuk proses identifikasi selanjutnya. Sistem ini memberikan tingkat keamanan yang lebih baik, tetapi yang harus dipertimbangkan adalah proses sinkronikasi kode rahasia.

7 11 C. Sistem Proteksi dengan Nomor Pin Sistem autentifikasi mutual yang sederhana dapat disediakan oleh sistem RFID dengan proteksi nomor pin. Data rahasia pada tag RFID hanya akan ditransmisikan setelah Pembaca RFID mengirimkan data berupa nomor pin yang sesuai untuk dapat membuktikan keabsahan pembaca RFID. Panjang dari nomor pin dapat bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan tingkat keamanan. Waktu untuk menduga nomor pin bervariasi antara beberapa menit sampai beberapa tahun bergantung dari panjang dari nomor pin. Untuk sistem keamanan dengan banyak pengguna dengan nomor pin berbeda, memiliki keterbatasan yaitu total waktu komunikasi yang sangat lama, karena pembaca RFID harus menduga nomor pin dari database yang tersedia. D. Sistem Kombinasi Rolling Code dan Nomor Pin Merupakan sistem gabungan dengan fasilitas kode rahasia berubah-ubah dan nomor pin untuk melindungi kode rahasia yang tersimpan dalam tag RFID. Isu yang kritis dari sistem ini adalah waktu komunikasi dan sinkronisasi nomor pin. Dengan sistem ini akan memberikan tingkat keamanan yang tinggi dan sulit untuk ditembus.

8 Modul Display LCD Konfigurasi pin LCD yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah modul LCD Hitachi H2004A yang memiliki display 20 x 4 karakter. Dimana LCD ini mempunyai konfigurasi pin sebagai berikut, yang diambil dari sumber H2004A LCD MODULE USER MANUAL : Tabel 2.2 Konfigurasi Pin LCD Pin no Symbol Level Penjelasan 1 Vss 0 volt Ground 2 Vdd 5 volt Vcc 3 V0 Variable Brightness 4 RS H/L H: DATA : L : Instruction code 5 R/W H/L H: Read L: Write 6 E H L Enable signal 7 DB0 H/L Data bit 0 8 DB1 H/L Data bit 1 9 DB2 H/L Data bit 2 10 DB3 H/L Data bit 3 11 DB4 H/L Data bit 4 12 DB5 H/L Data bit 5 13 DB6 H/L Data bit 6 14 DB7 H/L Data bit 7 15 A 4,2V 4,6 V LED + 16 K 0 LED - Pin 1 dan 2 pada modul LCD terhubung dengan PSU (power supply unit) yang menghasilkan tegangan sebesar 5 volt.

9 13 Pin 3 adalah V0 yang dihubungkan dengan sebuah resistor variabel untuk mengatur intensitas cahaya pada modul LCD. Pin 4 adalah RS (register selector) yang dihubungkan ke mikrokontroler, yang berfungsi untuk memilih mode register yang akan digunakan. Apabila pin ini diberi nilai logik high maka mode register yang digunakan adalah DR (data register), sebaliknya bila pin ini diberi nilai logik low maka mode register yang digunakan adalah IR (instruction register). Pin 5 adalah R/W (read/write) yang digunakan untuk membaca dan menulis pada register LCD. Apabila pin ini diberi nilai logik high maka LCD akan melakukan operasi baca, sebaliknya bila pin ini diberi nilai logik low maka LCD akan melakukan operasi tulis. Pin 6 adalah E (enable) yang merupakan sebuah pin yang diberi sinyal high to low (falling edge) setiap mengirim instruksi ke LCD. Pin 7 14 adalah DB0 DB8 yang merupakan jalur data antara LCD dengan interface. Pin 14 dan 15 berfungsi untuk menyalakan LED di belakang LCD (backlight) Register register Di dalam modul LCD terdapat sebuah LSI controller yang memiliki dua buah 8 bit register yaitu instruksi register (IR) dan data register (DR). IR berfungsi untuk menyimpan setiap instruksi yang diberikan oleh mikrokontroler baik berupa inisial maupun data seperti display clear, cursor shift, dan informasi

10 14 mengenai alamat untuk menampilkan data RAM dan pembangkit karakter (CGRAM). DR merupakan tempat untuk menampung data yang akan di baca atau ditulis dari DDRAM atau CGRAM. RS (register selector) merupakan sebuah register yang akan menentukan kapan informasi alamat (addressing) di di tuliskan ke IR dan kemudian data di tulis dari DR dari DDRAM atau CGRAM. Dibawah ini adalah kombinasi bit yang akan menentukan setiap penulisan instruksi. : Tabel 2.3 Mode Operasi Register LCD RS R/W Operasi 0 0 IR write as an internal operation (display clear etc). 0 1 Read busy flag (DB 7) and address counter 1 0 Write data to DDRAM or CGRAM (DR to DDRAM or CGRAM) 1 1 Read data from DDRAM or CGRAM (DDRAM or CGRAM to DR) (H2004A LCD MODULE USER MANUAL) Busy Flag Busy flag berfungsi sebagai penanda yang menginformasikan mikrokontroler bahwa LCD siap untuk menerima data selanjutnya. Ketika busy flag sama dengan 1 maka LCD belum dapat menerima instruksi selanjutnya maka mikrokontroler harus menahan instruksi tersebut sampai busy flag sama dengan 0. Untuk membaca busy flag ini maka mikrokontroler harus memberi logika 0 untuk RS dan 1 untuk RW dan kondisi dari busy flag tersebut dapat di baca pada pin 14 (DB 7) pada modul LCD.

11 Membaca busy flag Untuk membaca busy flag dari modul LCD tersebut beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : Pin RS diberi logika low. Pin RW diberi logika high. Pin data diberi instruksi 0x80. Pin Enable signal diberi logika high. Perubahan bit pada pin 14 atau DB7 menjadi low (0) merupakan tanda bahwa LCD siap untuk menerima instruksi baru. Sebelum mikrokontroler memberikan instruksi baru ke LCD, maka pin R/W diberi nilai logika low (0) sehingga LCD dapat untuk menerima instruksi selanjutnya Memberi instruksi dan data pada LCD (write to DDRAM) Ketika hendak memberi instruksi ke LCD maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : Pin RS dan RW harus diberi logika low. Pin Enable signal (E) diberi logika high. Instruksi diberikan pada pin DB0 DB7. Pin Enable signal (E) diberi logika high. Membaca busy flag dan menunggu hingga busy flag sama dengan 0 untuk mengambil instruksi selanjutnya.

12 Display Data RAM (DDRAM) DDRAM merupakan tempat untuk menyimpan data yang akan ditampilkan yang berupa 8 bit karakter. Dibawah ini adalah alamat posisi pada display LCD : Tabel 2.4 Alamat Posisi Display LCD Digit Line Line Line A 1B 1C 27 Line A 5B 5C Komunikasi Serial Mikroprosesor dalam komputer bekerja atas dasar prinsip data paralel, mula-mula banyak dipakai mikroprosesor dengan data paralel 8-bit dan kini sudah dipakai data paralel 32-bit, tapi dalam hal komunikasi data yang dipakai adalah teknik pengiriman data secara serial. Alasan utama pemakaian teknik pengiriman serial karena saluran komunikasi data paralel yang panjang harganya sangat mahal dan tidak praktis. Ini disebabkan komunikasi secara paralel menggunakan jalur data lebih banyak daripada serial serta jangkauannya yang terbatas. Dengan demikian, meskipun kecepatan transmisi data dengan teknik komunikasi data secara paralel lebih cepat, teknik komunikasi data serial tetap dipilih untuk transmisi data jarak jauh.

13 17 Berdasarkan Douglas (1999, p488) data serial dapat dikirimkan secara sinkron (synchronous communication) dan asinkron (asynchronous communication). Pada pengiriman data secara asinkron, data dikirimkan satu karakter setiap kali, dimana interval waktu antara karakter yang satu dengan yang berikutnya tidak tetap. Jenis pengiriman data ini sering disebut start-stop transmission (transmisi awal-akhir), artinya tiap karakter hanya mengalami sinkronisasi pada start bit (bit awal) dan stop bit (bit akhir). Karena lebih mudah prosedur dan pemrogramannya, maka transmisi jenis ini lebih sering digunakan PC. Sedangkan, pengiriman data secara sinkron lazim digunakan pada data rate yang tinggi, karena yang dikirimkan langsung per satu blok data dengan kecepatan konstan. Jenis pengiriman data ini, transmitter maupun receiver sama-sama bertanggung jawab untuk melakukan sinkronisasi setiap sekian bit data. Pengiriman data secara asinkron memiliki efisiensi lebih rendah untuk data yang banyak dan lebih rentan terhadap distorsi, sementara transmisi sinkron lebih cocok untuk transfer data yang besar tetapi memerlukan media yang berkualitas bagus. Format protokol dari komunikasi asinkron adalah bit awal (start bit), data bit, bit pemisah, dan bit akhir (stop bit). Kecepatan transfer data dinyatakan dalam satuan baud atau bps (bit per detik). Baud rate yang biasanya digunakan adalah sebesar 1200, 2400, 4800, 9600, 19200, dan bps. Kecepatan transmisi yang paling baik digunakan adalah 9600 bps (Douglas, 1991, p488). Metoda hubungan dalam komunikasi data ditinjau dari arah penyampaian. Ada tiga metode, yaitu: a. Simplex : data ditransmisikan dalam satu arah saja. Satu node berfungsi tetap sebagai pengirim, sedangkan node lainnya sebagai penerima.

14 18 b. Half Duplex : komunikasi data dua arah, tetapi harus secara bergantian. c. Full Duplex : komunikasi data dua arah secara simultan atau bersamaan Pada komunikasi serial biasanya digunakan DB 9 dengan konfigurasi pin sebagai berikut: Gambar 2.2 Pin DB-9 Tabel 2.5 Konfigurasi Pin DB9 No.Pin Nama Pin Keterangan Pin 1 CD Carrier Detect Pin 2 RD Receive Data Pin 3 TD Transmit Data Pin 4 DTR Data Transmit Data Pin 5 SG Signal Ground Pin 6 DSR Data Set Ready Pin 7 RTS Request To Sent Pin 8 CTS Clear To Sent Pin 9 RI Ring Indicator 2.4 Motor stepper Motor stepper adalah alat yang dapat merubah pulsa pulsa elektrik menjadi pergerakan mekanik, motor stepper dapat berputar secara diskrit menurut derajat perubahan tertentu. Setiap resolusi dari batang motor stepper merupakan akibat dari serangkaian sinyal diskrit elektris. Setiap pulsa elektris akan menghasilkan satu langkah

15 19 putaran pada Shaft tersebut. Motor stepper dapat berotasi searah jarum jam (clock wise) atau berlawanan arah jarum jam (counter clock wise) tergantung dari sinyal yang diberikan. Motor stepper digunakan untuk mengontrol dan menentukan posisi yang akurat dari suatu aplikasi tanpa membutuhkan sistem umpan balik yang rumit (lebih mengarah ke sistem lup terbuka). Oleh karena itu motor stepper sangat lazim digunakan dalam aplikasi robotika, otomatisasi, dan positioning control. Motor DC dan motor stepper memiliki perbedaan mendasar dalam perputarannya. Bila motor DC dapat berputar secara bebas maka motor stepper berputar dalam langkah dalam waktu tertentu. Perbedaan lainnya ialah motor DC menghasilkan torsi yang kecil pada kecepatan rendah sementara motor stepper menghasilkan torsi yang besar pada kecepatan rendah. Perbedaan yang terakhir ialah motor stepper memiliki karakteristik holding torque (torsi menahan) yang tidak dimiliki oleh motor DC. Kegunaan dari holding torque ialah motor stepper dapat mempertahankan posisinya secara kuat pada saat berhenti. Pada umumnya, motor stepper dibagi menjadi dua jenis yaitu permanent magnet dan variable Reluctance. Motor stepper bergerak perlangkah, setiap langkah mempunyai derajat pergerakan yang sama tergantung dari resolusi dari motor tersebut. Motor stepper yang mempunyai resolusi pergerakan yang kecil, pergerakannya lebih baik dibandingkan resolusi yang besar, karena dengan pergerakan yang besar, seakan akan motor tersebut bergerak tidak stabil. Motor stepper dapat dikendalikan secara full step dan half step. Pengendalian secara half step lebih baik daripada pengendalian secara full step, karena dengan pengendalian half step pergerakan dari motor lebih halus daripada menggunakan pengendalian dengan

16 20 pengendalian full step. Half Step adalah cara mengendalikan motor stepper sehingga menghasilkan pergerakan motor yang lebih halus. Pergerakan yang dihasilkan lebih halus karena pergerakan rotor dalam motor stepper yang bergerak dengan sudut sebesar ½ derajat dari besar sudut antara 2 buah kutub (coil) yang berdekatan. Tabel 2.6 Contoh Pergerakan Full Step Step Coil 4 Coil 3 Coil 2 Coil 1 Pergerakan Motor I II III IV Sinyal dari pergerakan Full Step dapat diliat pada timing diagram berikut :

17 21 Gambar 2.3 Sinyal pergerakan Full Step Full step adalah cara mengendalikan motor stepper sehingga dihasilkan pergerakan motor namun tidak sehalus pergerakan Half Step. Hal ini disebabkan karena pergerakan rotor dalam motor stepper yang bergerak per 1 buah kutub (coil). Tabel 2.7 Contoh Pergerakan Half Step Step Coil 4 Coil 3 Coil 2 Coil 1 Pergerakan Motor I II

18 22 III IV V VI VII VIII

19 Buffer Fungsi dari buffer adalah Arus yang dihasilkan oleh mikrokontroler sangat kecil sehingga tidak cukup kuat untuk mengaktifkan driver motor. Maka dibutuhkan IC buffer 74HC541 untuk penguatan arus sehingga mikrokontroler mampu mengontrol driver motor. Konfigurasi buffer 74HC541 adalah sebagai berikut : Gambar 2.4 IC 74HC541 Pin A1 sampai dengan A8 digunakan sebagai input dari mikrokontroler, kemudian Pin Y1 sampai Y8 bertindak sebagai output ke driver motor stepper. Berikut adalah Diagram logika dan tabel kebenaran untuk IC 74HC541 : Gambar 2.5 Diagram Logika 74HC541

20 24 Tabel 2.8 Tabel Kebenaran IC 74HC541 Input OE1 OE2 A Output Y L L L L L L H H H X X Z X H X Z Sesuai dengan tabel kebenaran diatas, agar keluaran dari buffer 74HC541 sama dengan masukan nya, maka pin OE1 dan OE2 harus dihubungkan dengan ground. 2.6 Mikrokontroler AT89S52 AT89S52 adalah mikrokontroler 8 bit CMOS yang mempunyai memori 8 kb system memori flash yang bisa di program ulang. AT89S52 ini juga kompatibel dengan segala produk dari MCS-51 karena AT89S52 merupakan bagian dari keluarga MCS-51. Dimana pada mikrokontroler ini memiliki kapasitas ROM dan RAM yang lebih besar daripada AT89S Spesifikasi Mikrokontroler AT89S52 Berdasarkan datasheet yang didapatkan tentang IC ATMEL AT89C52 spesifikasi tentang IC ini antara lain: 8 Kb Sistem Reprogrammable Flash Memory Single Bit Logic

21 25 Pengalamatan Program memory (ROM) sebesar 64K Pengalamatan Data memory (RAM) sebesar 64K 32 bi-directional I/O port 3 buah 16 bit Timer / Counter 6 buah sumber interrupt 256 bytes RAM memory Full duplex serial port Organisasi Memory AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 memiliki ruang alamat memori data dan program yang terpisah. Pemisahan memori program dan data tersebut membolehkan memori data diakses dengan alamat 8-bit. Sehingga dapat dengan cepat dan mudah disimpan dan dimanipulasi oleh CPU 8-bit Memory Program Memory program merupakan memory dimana instruksi-instruksi yang akan dikerjakan oleh mikrokontroler ditempatkan. Pada mikrokontroler yang digunakan terdapat 16 bit jalur untuk alamat dan 8 bit jalur untuk data sehingga kapasitas maksimum memory program ialah sebesar 2 16 x 2 8 bit atau 64 Kbyte Memory Data Memory data adalah memory dimana data-data yang diperlukan dan digunakan oleh program akan ditempatkan. Memory data dapat ditempatkan pada memory internal maupun memory eksternal. Untuk pemetaan (mapping) memory internal dibagi menjadi tiga blok, yaitu 128 bawah (lower 128), 128 atas (upper 128) dan

22 26 Register Fungsi Khusus (Special Function Register = SFR). SFR dan 128 bytes bagian atas menempati ruang dengan alamat yang sama namun secara fisik dibedakan. SFR dapat diakses dengan menggunakan pengalamatan secara langsung sedangkan 128 bytes bagian atas dapat diakses dengan menggunakan pengalamatan secara tidak langsung. Selain itu juga terdapat 128 bytes bagian bawah yang dapat diakses dengan menggunakan salah satu dari kedua cara tersebut. Internal RAM dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.6 Blok pada internal RAM Bagian RAM 128 byte bawah dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu 4 register bank, area bit addressable, area scratch pad. Setiap register bank berisi 8 buah register (R0 R7) dimana setiap register tersebut terdiri dari 1 byte data. Dalam pemakaiannya hanya satu bank saja yang dapat dipakai dalam satu saat. Pemilihan bank yang akan dipakai diatur oleh dua bit PSW (Program Status Word). 16 byte berikutnya, diatas bank-bank register terdapat area bit addressable. Dimana pada area ini data dapat diakses per-bit sehingga area memory ini banyak untuk digunakan untuk perhitungan program. Selain itu area memory ini dapat diakses per-byte juga. Pada area scratch pad banyak digunakan sebagai tempat penyimpanan isi dari

23 27 register-register pada intruksi push dan pop (stack), selain itu juga sebagai tempat penyimpanan data-data variabel yang bersifat sementara sehingga tidak terjadi kerancuan pada program Mode Operasi MCS51 MCS-51 memiliki 4 mode komunikasi serial. Mode 0 berupa synchronous serial (shift register), sedangkan tiga mode yang lain berupa asynchronous serial (UART). Pada semua mode, pengiriman dilakukan jika ada instruksi yang mengisi nilai register SBUF. Sedangkan pada saat penerimaan, data yang diterima akan disimpan pada register SBUF. Secara ringkas keempat mode kerja tersebut bisa dibedakan sebagai berikut : Mode 0 Mode ini bekerja secara sinkron, data seri dikirim dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), dan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk menyalurkan clock pendorong data serial yang dibangkitkan MCS51. Data dikirim/diterima 8 bit sekaligus, dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0) dan diakhiri dengan bit yang bobotnya paling besar (bit 7). Kecepatan pengiriman data (baud rate) adalah 1/12 frekuensi osilator kristal. Mode 1 Mode ini dan mode-mode berikutnya bekerja secara asinkron, data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD). Pada Mode 1 data dikirim/diterima 10 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul dengan 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), diakhiri dengan 1 bit

24 28 stop. Pada MCS51 yang berfungsi sebagai penerima bit stop ditampung pada RB8 dalam register SCON. Kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa diatur sesuai dengan keperluan. Mode inilah yang umum dikenal sebagai UART (Universal Asynchronous Receiver/Transmitter). Mode 2 Data dikirim/diterima 11 bit sekaligus, diawali dengan 1 bit start, disusul 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), kemudian bit ke 9 yang bisa diatur lebih lanjut, diakhiri dengan 1 bit stop. Pada MCS51 yang berfungsi sebagai pengirim, bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON. Pada MCS52 yang berfungsi sebagai penerima, bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register SCON, sedangkan bit stop diabaikan tidak ditampung. Kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi osilator kristal. Mode 3 Mode ini sama dengan Mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa diatur sesuai dengan keperluan, seperti halnya Mode 1. Pada mode asinkron (Mode 1, Mode 2 dan Mode 3), port serial MCS51 bekerja secara full duplex, artinya pada saat yang sama port serial ini bisa mengirim data sekaligus menerima data.register SBUF merupakan register penghubung port serial. Dalam keempat mode di atas, semua instruksi yang mengakibatkan perubahan isi SBUF akan mengakibatkan port serial mengirimkan data keluar dari MCS51. Agar port serial bisa menerima data, bit REN dalam register SCON harus bernilai 1. Pada mode 0, proses penerimaan data dimulai dengan instruksi CLR RI, sedangkan dalam mode

25 29 lainnya proses penerimaan data diawali oleh bit start yang bernilai 0. Data yang diterima port seri darial luar MCS51 diambil dengan instruksi MOV A,SBUF. Mengambil data dari SBUF dan menyimpan data ke SBUF sesungguhnya bekerja pada dua register yang berlainan, meskipun nama registernya sama-sama SBUF Konfigurasi Pin AT89S52 Keterangan fungsi pin-pin yang ada pada mikrokontroler adalah : VCC Tegangan catu daya positif yang digunakan sebesar 5 volt DC. GND Berfungsi sebagai ground Port 0 Port 0 merupakan port keluaran / masukan (I/O) bertipe open drain bidirectional. Sebagai port keluaran, masing-masing pin dapat menangani 8 input TTL. Ketika logika 1 dituliskan pada pin port 0, pin dapat digunakan sebagai masukan hambatan tinggi. Port 0 dapat juga dikonfigurasikan sebagai bus alamat / data bagian rendah (low byte) selama proses pengaksesan memory data dan program eksternal. Jika digunakan dalam mode ini Port 0 memiliki pull up internal. Port 0 juga menerima kode-kode selama proses pemrograman dan mengeluarkan kode-kode selama proses verifikasi program yang telah tersimpan dalam flash. Dalam hal ini pull up eksternal dibutuhkan selama proses verifikasi.

26 30 Port 1 Port 1 merupakan port I/O bidirectional yang dilengkapi pull up internal. Buffer keluaran port 1 dapat menangani 4 masukan TTL. Ketika logika 1 dituliskan pada pin port 1, maka masing-masing pin akan di-pulled high dengan pull up internal dan dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, ketika pin port 1 dihubungkan ke ground, maka masing-masing pin akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal. Port 1 juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pemrograman dan verifikasi flash. Pin P1.0 dan P1.1 dapat dikonfigurasikan sebagai timer / counter 2 Port 2 Port 2 merupakan port I/O bidirectional yang dilengkapi pull up internal. Buffer keluaran port 1 dapat menangani 4 masukan TTL. Ketika logika 1 dituliskan pada pin port 2, maka masing-masing pin akan di-pulled high dengan pull up internal dan dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, ketika pin port 1 dihubungkan ke ground, maka masing-masing pin akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal. Port 2 akan mengeluarkan alamat byte high order selama pengambilan dari memory program eksternal dan selama akses ke memory data ekternal yang menggunakan alamat 16 bit. Port 2 juga menerima bit alamat high order dan beberapa sinyal kontrol selama pemrograman flash dan verifikasi Port 3 Port 3 merupakan port I/O bidirectional dengan dilengkapi pull up internal, Buffer keluaran pada port 3 dapat menangani 4 input TTL. Ketika logika 1 dituliskan pada pin port 2, maka masing-masing pin akan di-pulled high dengan pull up internal dan

27 31 dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, ketika pin port 1 dihubungkan ke ground, maka masing-masing pin akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal. Port 3 juga menyediakan fungsi alternatef yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 2.9 Fungsi Alternatif Port 3 Pin Fungsi alternatif P3.0 RXD (port masukan serial) P3.1 TXD (port keluaran serial) P3.2 INT 0 (interrupt eksternal 0) P3.3 INT 1 (interrupt eksternal 1) P3.4 T0 (timer 0 masukan eksternal) P3.5 T1 (timer 1 masukan eksternal) P3.6 WR (memory data eksternal strobe tulis) P3.7 RD (memory data eksternal strobe baca) RST Pin reset ini berfungsi untuk mereset mikrokontroler jika di beri logika 1 (high). Pada saaat mereset, mikrokontroler akan memberikan instruksi lompat (JUMP) ke alamat awal program, yaitu 0000h. Selain itu pin reset ini juga diperlukan untuk melakukan proses inisialisasi internal, seperti register-register dengan nilai tertentu. ALE (Address Latch Enable) / PROG ALE (Address Latch Enable) ini berfungsi untuk menghasilkan pulsa output yang menahan (latch) alamat byte rendah selama mengakses memory eksternal. Pada pin

28 32 ini juga terdapat input pulsa program (PROG) selama pemrograman memory flash yang berada di dalam mikrokontroler. PSEN PSEN (Program Store Enable) berfungsi untuk mengeluarkan sinyal pada saat melakukan pembacaan dengan memory program eksternal. EA (Eksternal Access Enable) / VPP EA ini harus dihubungkan ke ground atau berlogika 0 (low) agar mikokontroller dapat mengambil kode (fetch) dari lokasi program eksternal mulai dari 0000h sampai FFFFh. Bila dihubungkan ke VCC maka akan mengeksekusi program internal. Pin ini juga menerima tegangan enable pemrograman 12 volt (VPP) selama pemrograman flash ketika pemrograman 12 volt dipilih. XTAL1 Digunakan sebagai input ke penguat osilator pembalik (inverting) dan input ke rangkaian pengoperasian clock internal. XTAL2 Output dari penguat osilator pembalik internal.

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang: Referensi: mikrokontroler (AT89S51) mikrokontroler (ATMega32A) Sumber daya

Lebih terperinci

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Mikrokontroler 89C51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 Kbytes Flash Programmable Memory. Arsitektur 89C51 ditunjukkan pada gambar 2. Accumulator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Timbangan Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran berat suatu benda. Timbangan dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik. Timbangan adalah suatu

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

Gambar Komunikasi serial dengan komputer

Gambar Komunikasi serial dengan komputer 1.6. Port Serial Umumnya orang selalu menganggap port seri pada MCS51 adalah UART yang bekerja secara asinkron, jarang yang menyadari port seri tersebut bisa pula bekerja secara sinkron, pada hal sebagai

Lebih terperinci

I/O dan Struktur Memori

I/O dan Struktur Memori I/O dan Struktur Memori Mikrokontroler 89C51 adalah mikrokontroler dengan arsitektur MCS51 seperti 8031 dengan memori Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) DESKRIPSI PIN Nomor Pin Nama

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 Mikrokontroler MCS-51 memiliki 2 jenis port input/output, yaitu port I/O parallel dan port I/O serial. Port I/O parallel sebanyak 4 buah dengan nama P0,P1,P2

Lebih terperinci

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pokok Bahasan: 1. Mikrokontroler 8051 Arsitektur (Architecture) Timers/Counters Interrupts Komunikasi Serial (Serial Communication) Tujuan Belajar: Setelah mempelajari dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IC Digital TTL dan CMOS Berdasarkan teknologi pembuatannya, IC digital dibedakan menjadi dua jenis, yaitu TTL (Transistor-Transistor Logic) dan CMOS (Complementary Metal Oxide

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51) Wireless Infrared Printer dengan DST-5 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-5) Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi kecelakaan didunia pertransportasian. Salah satunya dalam industri perkeretaapian. Salah satu penyebab banyaknya kecelakaan adalah disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM ,, Antarmuka RAM TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah, Pembahasan tentang antarmuka di mikrokontroler 8051 (AT89S51) Sumber clock

Lebih terperinci

Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader. Yeni Agustina

Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader. Yeni Agustina Sistem Absensi Kepegawaian Menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan Multi Reader Yeni Agustina 10101804 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah RFID (Radio Frequency Identification) adalah

Lebih terperinci

Konsep dan Cara Kerja Port I/O

Konsep dan Cara Kerja Port I/O Konsep dan Cara Kerja Port I/O Pertemuan 3 Algoritma dan Pemrograman 2A Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma 2015 Parallel Port Programming Port

Lebih terperinci

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL Pendahuluan Mikroprosessor 8051 (Struktur dan Organisasi Memori, SFR ) Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL A. Organisasi Memori Mikroprosesor 8051 Pada mikrokontroler keluarga MCS51

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor BAB II TEORI DASAR 2. 1 Sistem Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroller adalah suatu perangkat keras yang memiliki memori dan peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi PLC menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi PLC menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Programmable Logic Controller (PLC) Definisi PLC menurut National Electrical Manufacturing Association (NEMA) adalah perangkat elektronik digital yang memakai programmable memory

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89S51 Didalam pembuatan alat ini peran penting mikrokontroller sangat berpengaruh dalam menentukan hasil akhir /output dari fungsi alat ini, yang mana hasil akhir/ouput

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM Bambang Tri Wahyo Utomo, S.Kom Pri Hadi Wijaya ABSTRAKSI Disini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER Pendahuluan Pada dasarnya mikrokontroler bukanlah ilmu pengetahuan yang baru, tetapi adalah hasil pengembang dalam teknologi elektronika. Jika dasar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat dari otot. Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang berperan dalam

Lebih terperinci

PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER

PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER Memory Program Memory dan Data Memory Memory yang terdapat pada Mikrokontroler 89C51 dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu program memory (memori program) dan data

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan alat pada tugas akhir ini meliputi pemilihan komponen dan perhitungannya serta memilih rangkaian yang tepat dalam merancang dan membuat alat yang telah di rencanakan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1 Konveyor Konveyor hanya bergerak ke satu arah saja, konveyor digerakkan dengan motor stepper 12V type. Sinyal keluaran dari motor stepper untuk menggerakkan konveyor dirangkaikan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51

PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 Danny Christanto, S.T. Kris Pusporini, S.T., M.T. 2004, Innovative Electronics Hak Cipta dilindungi undang-undang

Lebih terperinci

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika. Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51 TAKARIR Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika Assembler Bahasa pemrograman mikrokontroler MCS-51 Assembly Listing Hasil dari proses assembly dalam rupa campuran dari

Lebih terperinci

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632)

M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) M1632 MODULE LCD 16 X 2 BARIS (M1632) Deskripsi: M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051 1.1. Organisasi Memori Semua divais 8051 mempunyai ruang alamat yang terpisah untuk memori program dan memori data, seperti yang ditunjukkan pada gambar1.1. dan gambar 1.2. Pemisahan secara logika dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Untuk merancang sebuah perangkat yang dapat mengirimkan data dari PC Parallel Port ke Printer secara wireless, maka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER 3.1 Perancangan Sistem Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : a. perancangan perangkat keras (hardware) dengan membuat reader RFID yang stand alone

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas BB III PERNCNGN DN IMPLEMENTSI Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas minimun beserta perangkat lunak sistem operasinya yang ditanamkan pada mikrokontroler sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Crane Crane adalah alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja dengan perinsip kerja tali, crane digunakan untuk angkat muatan secara vertikal dan gerak kearah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN 10 bertujuan untuk melihat lama pengiriman data dari klien (perumahan) hingga ke pos pemantauan. Waktu respon sistem dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut: t respon = t t... (1) server klien

Lebih terperinci

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 I. FISIK AT89C51 Mikrokontroler AT89C51 umumnya mempunyai kemasan 40 pin seperti gambar berikut. AT89C51 telah dilengkapi

Lebih terperinci

Antarmuka LCD pada DST-AVR

Antarmuka LCD pada DST-AVR Antarmuka LCD pada DST-AVR M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk mengendalikan

Lebih terperinci

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII TAHUNAJARAN 2010/2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG CREW 2

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat

BAB III STUDI KOMPONEN. tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 2. Sudah memiliki Kecepatan kerja yang cepat BAB III STUDI KOMPONEN Bab ini menjelaskan mengenai komponen apa saja yang digunakan dalam tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. 3.1 Mikrokontroler Perancangan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan daya rendah, kemampuan tinggi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52

Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52 MUHAMAD SULEMAN Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma muhamad.suleman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler Lab Elektronika Industri Mikrokontroler 1 AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler I. Fitur AT89S52 Kompatibel dengan produk MCS51 Intel 8kByte Flah Memori dengan In-System Programmable (ISP)

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler

BAB II. PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F Pengenalan Mikrokontroler BAB II PENJELASAN MENGENAI System-on-a-Chip (SoC) C8051F005 2.1 Pengenalan Mikrokontroler Mikroprosesor adalah sebuah proses komputer pada sebuah IC (Intergrated Circuit) yang di dalamnya terdapat aritmatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Inteligent Parking System Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi menjadi beberapa tempat. Dengan demikian kendaraan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market

Lebih terperinci

Organisasi Sistem Komputer. Port Serial

Organisasi Sistem Komputer. Port Serial Organisasi Sistem Komputer Port Serial Ditulis Oleh : Ria Anggraeni (10060204004) Taufik Saleh (10060207002) Fenny Maslia U (10060204006) Gita Rakhmalia (10060204015) Universitas Islam Bandung 2008 Pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Hardware 2.1.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 I. Tujuan 1. Mempelajari arsitektur mikrokontroller 8051 2. Memahami macam-macam interrupt yang ada pada mikrokontroller 8051 3. Memahami penggunaan I/O port

Lebih terperinci

Mikroprosesor Z80 Suryanto Sutikno

Mikroprosesor Z80 Suryanto Sutikno Mikroprosesor Z80 Suryanto Sutikno A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan kalangan

Lebih terperinci

PERTEMUAN. KOMUNIKASI MIKROKONTROLER 89C51 DENGAN KOMPUTER (Lanjutan)

PERTEMUAN. KOMUNIKASI MIKROKONTROLER 89C51 DENGAN KOMPUTER (Lanjutan) PERTEMUAN KOMUNIKASI MIKROKONTROLER 89C51 DENGAN KOMPUTER (Lanjutan) Pendahuluan KOMUNIKASI MIKROKONTROLER 89C51 Perpindahan data yang melibatkan internal memory atau eksternal memory yang sudah dibahas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Microcontroller Atmega 8 AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada mikro yang pada umumnya digunakan seperti

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088

PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088 1. Bagan Dasar µp 8088 PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088 Gambar 1. Bagan Dasar µp 8088 Elemen didalam mikroprosesor adalah : CU (Control Unit) adalah manajer dari semua unit. CU mengatur keselarasan kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK. Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK. Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi 68 BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1. Gambaran Umum Perangkat keras dari alat ini secara umum terdiri dari rangkaian dibagi perangkat elektronik. Perancangan rangkaian elektronika terdiri

Lebih terperinci

APLIKASI MIKROKONTROLER

APLIKASI MIKROKONTROLER 2 APLIKASI MIKROKONTROLER Percobaan IV & V Tujuan Percobaan 1. Mempelajari prinsip kerja dan bahasa tingkat rendah dari mikrokontroler. 2. Memahami proses yang dilakukan program terhadap mikrokontroler.

Lebih terperinci

Atmel Corporation, 2009, AT89S52 Datasheet,

Atmel Corporation, 2009, AT89S52 Datasheet, Atmel Corporation, 2009, AT89S52 Datasheet, www.alldatasheet.com Christanto, Danny, & Pusporini, Kris, 2003, Panduan Dasar Mikrokontroler Keluarga MCS-51. Surabaya: Innovative Electronics Hitachi Semiconductor,

Lebih terperinci

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys

AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys AKSES MEMORI Menggunakan DT-51 MinSys Mengakses eksternal memori dan data memori pada DT-51 Minimum sistem. Membuat program untuk penulisan atau pembacaan data pada memori eksternal DT-51 MinSys. Memori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89C51 Meskipun termasuk tua, keluarga mikrokontroler MCS51 adalah mikrokontroler yang paling populer saat ini. Keluarga ini diawali oleh Intel yang mengenalkan

Lebih terperinci

DESIGN INTERFACE PADA AT89S52 8k Byte In-System Programmable 8bit Mikrokontroler

DESIGN INTERFACE PADA AT89S52 8k Byte In-System Programmable 8bit Mikrokontroler Lab Elektronika Industri Mikrokontroler 1 DESIGN INTERFACE PADA AT89S52 8k Byte In-System Programmable 8bit Mikrokontroler I. FITUR UTAMA Perancangan interface terkait dengan fasilitas port yand ada pada

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Radio Frequency Identification (RFID) 2.1.1 Deskripsi RFID RFID adalah proses identifikasi seseorang atau objek dengan menggunakan frekuensi transmisi radio. RFID menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perangkat Keras 2.1.1. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan arsitektur mikrokontroler 8051 Arsitektur Mikrokontroller 8051 Materi:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci