Pengantar: Perbedaan Sifat & Karakteristik Organisasi PUBLIK dengan SWASTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengantar: Perbedaan Sifat & Karakteristik Organisasi PUBLIK dengan SWASTA"

Transkripsi

1 Pertemuan ke: 03 Public Goods dan Private Goods POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.Dev 1 Alamat: Jurusan Politik danpemerintahan Fisipol UGM Jl. Sosio-Justisia, Bulaksumur, Yogyakarta INDONESIA Telp ext: 212 Pengantar: Perbedaan Sifat & Karakteristik Organisasi PUBLIK dengan SWASTA No Aspek Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta 2 1 Tujuan Organisasi 2 Sumber Pendanaan 3 Pertanggungjawaban 4 Struktur Organisasi 5 Karakteristik Anggaran Non profit motive Pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN/BUMD, penjualan Aset negara, dsb Kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/D) Birokratis, kaku, hirarkis Terbuka untuk publik (Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi Yogyakarta, Hal. 8) Profit motive a. Internal: Modal sendiri Laba ditahan Penjualan aktiva b. Eksternal: Utang bank Obligasi Penerbitan saham Kepada pemegang saham dan kreditur Fleksibel, datar, lintas fungsional Tertutup untuk publik 1

2 Jenis Barang/Jasa Salah satu cara yang bisa membantu membedakan area kedua sektor publik dan swasta adalah dengan berpedoman pada kategorisasi tipe barang/jasa: Public Goods 1. Pure Public Goods a. Non Rivalry b.non Exclusive c. Low Excludabilty d.low Competitive Private Goods 1. Pure Private Goods a. Rivalry b.exclusive c. Excludabilty d.high Competitive 2. Quasi Public Goods 2. Quasi Private Goods 4 (Mahsun, 2006, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE UGM) 2

3 Karakteristik: Pure (1) PURE PUBLIC GOODS: dinikmati oleh seluruh masyaraat bersama-sama Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut Layanan atau jasa yang diberikan untuk kepentingan masyarakat luas PURE PRIVATE GOODS: hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, dan yang tidak membelinya tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut Layanan atau jasa yang diberikan dibatasi hanya kepada konsumen tertentu 5 Karakteristik: Pure (2) PURE PUBLIC GOODS: a) Non-Rivalry in consumtion: Merupakan konsumsi umum sehingga pengguna tidak bersaing dalam mengkonsumsinya b) Non-Exclusive Penawaran atas barang publik tidak hanya diperuntukkan bagi seseorang sehingga tidak ada yang ekslusif antar orang dimasyarakat Semua mempunyai hak yang sama dalam mengkonsumsinya c) Low-Excludability Penyedia/konsumen suatu barang/jasa tidak bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tsb d) Low-Competitive Antar penyedia (produsen) barang privat tidak saling bersaing secara ketat Keberadaan barang/jasa tersedia dalam jumlah/kualitas yang sama Membutuhkan pengawasan/pengaturan pemerintah shg pendistribusian dan pengalokasiannya bisa adil dan 6 merata PURE PRIVATE GOODS: a) Rivalry in consumtion: Bukan merupakan konsumsi umum sehingga terdapat persaingan antar pengguna dalam mengkonsumsinya Ketersediaan barang privat yang tidak sama baik (kualitas/kuantitas) mengakibatkan para konsumen saling bersaing untuk bisa mendapatkan kualitas/kuantitas yg lebih baik b) Exclusive Penawaran atas barang private hanya diperuntukkan bagi seseorang yang mampu menggantikan nilai barang yang disediakan tersebut (bersifat eksklusif) Sementara seseorang yang tidak memiliki sumber daya yang cukup, tidak bisa mengkonsumsinya c) Excludability Penyedia/konsumen suatu barang/jasa bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain untuk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut d) High Competitive Antar penyedia (produsen) barang privat saling bersaing secara ketat, sehingga sangat beragam (kualitas/kuantitas) Mekanisme pasar akan menentukan siapa produsen yang dapat memenangkan kompetisi Keberadaannya diserahkan mekanisme pasar Pemerintah tidak banyak mengatur dan mengendalikan barang/jasa 3

4 Karakteristik: Quasi QUASI PUBLIC GOODS: dinikmati oleh seluruh masyaraat bersama-sama, namun apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut QUASI PRIVATE GOODS: hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya (jadi semua konsumen harus membayar), walaupun sebetulnya barang/jasa tersebut dapat dinikmati oleh semua masyarakat. Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu tidak akan mengurangi ketersediaan orang lain akan barang tersebut Barang/jasa tersebut sebenarnya mempunyai high rivalry (daya saing tinggi) tetapi non excludable. Artinya penyedia/konsumen suatu barang/jasa tidak bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut Barang jasa tersebut mempunyai low rivalry (daya saingnya rendah) tetapi bersifat excludable,artinya penyedia/ konsumen suatu barang/jasa bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut 7 Tataran Empiris: tidak mudah membedakan barang publik dengan barang privat Batasan keduanya sulit ditentukan apakah aksesnya barang publik yang dianggap sebagai kebutuhan dasar (pendidikan/kesehatan) harus dibatasi dan hanya bagi yang mampu membayar? Terdapat barang/jasa publik, tapi ada pembebanan langsung. (Misal pelayanan medis, tarif obat-obatan, tarif air) Kecendrungan membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pada pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya Jika digunakan pajak akan terdapat kesulitan dalam menentukan pajak yang pantas dan cukup Bahkan orang bersedia untuk membayar lebih untuk memperoleh jasa yang diinginkannya. 8 4

5 Interseksi: Public Goods Private Goods PUBLIC GOODS PRIVATE GOODS Pure Public Goods a. Non Rivalry b. Non Exclusive c. Low Excludabilty d. Low Competitive (Pertahanan, pemadam kebakaran, kepolisian, peradilan) Quasi Public Goods (Pelay.Kesehatan/ Pendidikan) Quasi Private Goods (Jalan Tol/Listrik) Pure Private Goods a. Rivalry b. Exclusive c. Excludabilty d. High Competitive (Makanan, pakaian, hiburan) 9 Klasifikasi Public Goods dan Private Goods Tingkat ekslusif 1 Misalnya penggunaan internet dan fasilitas telekomunikasi. Untuk menggunakan barang tersebut tidak gratis, namun tinggi seorang pengguna tidak terganggu kepuasannya karena adanya orang lain yang menggunakan produk yang sama. PURE PRIVAT GOODS (Mobil/Rumah) rendah PURE PUBLIC GOODS (Pertahanan/peradilan/ kepolisian) Misalnya, karena banyaknya mobil yang menggunakan jalan raya sehingga menjadi macet. Dalam hal ini, walaupun penggunanya tidak dipungut bayaran, namun kepuasan pengguna menjadi berkurang 0 1 rendah tinggi Tingkat rivalry 10 5

6 Siapa yang bertanggung jawab menyediakan public goods? Terdapat anggapan bahwa suatu sistem ekonomi campuran (mixed economy) Privat Goods lebih baik disediakan oleh pihak swasta Public Goods lebih baik disediakan oleh pemerintah yang dibiayai melalu pajak Dalam penyediaan barang publik, Pemerintah juga memiliki keterbatasan dana untuk menyediakan seluruh barang publik yang diperlukan warganegaranya, oleh karena itu Pemerintah dapat mengajak pihak swasta untuk menyediakan barang-barang publik terutama untuk barang-barang publik yang memiliki rivalry (persaingan), sedangkan untuk barang-barang publik yang memiliki tingkat rivalry (persaingan) rendah seyogyanya tetap disediakan oleh pemerintah. Penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak: Adanya risiko yg sangat besar yg tdk mungkin dikelola oleh swasta Adanya sifat monopoli dlm bidang usaha tertentu Adanya inflasi & deflasi yg tdk dpt diselesaikan scr otomatis oleh meknisme pasar Adanya distribusi pendapatan yang tdk merata antar pelaku ekonomi pasar 11 free-rider problem free-rider problem: Because people can enjoy the benefits of public goods whether they pay for them or not, they are usually unwilling to pay for them Free-rider problem: Karena orang dapat menikmati manfaat dari barang publik apakah mereka membayar untuk mereka atau tidak, mereka biasanya tidak mau membayar untuk mereka. Masalah mendasar dari semua barang publik adalah aku lebih suka orang lain yang membayar untuk barang publik yang saya konsumsi. 12 6

7 Eksternalitas Eksternalitas merupakan biaya-biaya yang dibebankan pada pihak ketiga atau keuntungan yang diperoleh oleh pihak ketiga di luar transaksi pasar, dimana biaya tersebut tidak dapat dibebankan pada yang menimbulkannya atau keuntungan yang diperoleh seseorang tidak perlu dipungut biaya bagi yang menikmatinya 13 7

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PROGRAM STUDI AKUNTANSI. Bambang Kesit Tim Akuntansi Sektor Publik Prodi Akuntansi 2009

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PROGRAM STUDI AKUNTANSI. Bambang Kesit Tim Akuntansi Sektor Publik Prodi Akuntansi 2009 Bambang Kesit Tim Akuntansi Sektor Publik Prodi Akuntansi 2009 PETA INDONESIA PEREKONOMIAN NEGARA SEKTOR SWASTA SEKTOR PUBLIK SEKTOR KETIGA SISTEM EKONOMI, POLITIK, SOSBUD SEKTOR PUBLIK PENYEDIAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK KONSEP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Fakultas Ekonomi dan Bisnis TRIYANI BUDYASTUTI, S.E., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Ilustrasi accounting PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kegagalan Pasar Dan Peran Sektor Publik. Wahyudi Kumorotomo

Kegagalan Pasar Dan Peran Sektor Publik. Wahyudi Kumorotomo Kegagalan Pasar Dan Peran Sektor Publik Wahyudi Kumorotomo Jenis Kegagalan Pasar 1. Eksternalitas negatif 2. Barang publik 3. Monopoli 4. Ketiadaan jaminan & skala ekonomi yg tepat 5. Informasi asimetris.

Lebih terperinci

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec. Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.Dev 1 Alamat: Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Jl. Sosio-Justisia,

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PEMERINTAH Kewajiban pemerintah Kebutuhan barang publik Perilaku rumah tangga pemerintah dalam penyediaan barang publik Fungsi pemerintah dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Organisasi adalah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah

Lebih terperinci

Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA

Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP,

Lebih terperinci

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI EKONOMI PUBLIK JUNAEDI Contents 1 PENDAHULUAN 2 PERAN PEMERINTAH 3 KEGAGALAN PASAR 4 RUMAH TANGGA PEMERINTAH PENDAHULUAN Ekonomi Publik Definisi: studi tentang kebijakan ekonomi, dengan penekanan khusus

Lebih terperinci

Review Sistem Perekonomian

Review Sistem Perekonomian FUNGSI PEMERINTAH Pendahuluan a. Mari berdoa.. Luruskan niat untuk kuliah b. Pokok Bahasan: Fungsi dan peranan permerintah dalam perekonomian c. Sub Pokok Bahasan Revies: Sistem ekonomi Peran pemerintah

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGANTAR RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS 1 RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU EXCLUDABILITY (PENGKHUSUSAN) TINGKAT PENGKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat,maka

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat,maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat,maka kelangsungan hidup suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi persaingan yang semakin ketat.

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna

Lebih terperinci

KUESIONER Isilah dan beri tanda ( ) pada jawaban yang paling sesuai Nomor Responden.. (diisi oleh petugas) 1 Jenis Kelamin 1 Laki laki 2 Perempuan

KUESIONER Isilah dan beri tanda ( ) pada jawaban yang paling sesuai Nomor Responden.. (diisi oleh petugas) 1 Jenis Kelamin 1 Laki laki 2 Perempuan KUESIONER Isilah dan beri tanda ( ) pada jawaban yang paling sesuai Nomor Responden.. (diisi oleh petugas) 1 Jenis Kelamin 1 Laki laki 2 Perempuan 107 (Lampiran 1) 2 Berapa usia Bapak/Ibu saat ini? 1 20

Lebih terperinci

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada 11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.domain

Lebih terperinci

Teori Organisasi dan Manajemen Publik Ali Rokhman

Teori Organisasi dan Manajemen Publik Ali Rokhman Pengantar Materi Pertama Teori Organisasi dan Manajemen Publik Ali Rokhman Magister Ilmu Administrasi アリロックマン Universitas Jenderal Soedirman References: Organization Theory and the Public Sector Denhardt,

Lebih terperinci

(GOODS) Anang Muftiadi

(GOODS) Anang Muftiadi RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS JENIS BARANG (GOODS) Anang Muftiadi Program Pascasarjana STIA-LAN Bandung RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Ekonomi Publik. Individu, Masyarakat dan Pemerintah

Ruang Lingkup Ekonomi Publik. Individu, Masyarakat dan Pemerintah Ruang Lingkup Ekonomi Publik, Individu, Masyarakat dan Pemerintah Sayifullah, SE., M.Akt sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Ruang Lingkup Ekonomi Publik Perbedaan cara berpikir individu, organisasi swasta

Lebih terperinci

JURNAL IMPLEMENTASI PERMENDAGRI 13 TAHUN 2006 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAERAH (Study Kasus Pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur)

JURNAL IMPLEMENTASI PERMENDAGRI 13 TAHUN 2006 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAERAH (Study Kasus Pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur) JURNAL IMPLEMENTASI PERMENDAGRI 13 TAHUN 2006 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAERAH (Study Kasus Pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur) Oleh: DIAN RATNA KUSUMA NIM : 01112036 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sebuah organisasi tidak akan berjalan mulus tanpa adanya. manajemen, yang merupakan satu kelompok utuh dari pengelola organisasi,

BABI PENDAHULUAN. Sebuah organisasi tidak akan berjalan mulus tanpa adanya. manajemen, yang merupakan satu kelompok utuh dari pengelola organisasi, BABI PENDAHULUAN A. LA TAR BELAKANG MASALAH Sebuah organisasi tidak akan berjalan mulus tanpa adanya manajemen, yang merupakan satu kelompok utuh dari pengelola organisasi, yang terdiri dari manajer, direktur,

Lebih terperinci

Pertemuan ke: 06 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

Pertemuan ke: 06 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA Pertemuan ke: 06 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.Dev 1 Alamat: Jurusan Politik danpemerintahan Fisipol

Lebih terperinci

PENGELUARAN PEMERINTAH PENGGUNAAN PENGELUARAN PEMERINTAH MENJALANKAN RODA PEMERINTAHAN MEMBIAYAI KEGIATAN PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1. PERAN ALOKATIF: mengalokasikan SDE agar pemanfaatannya

Lebih terperinci

Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Sektor Publik Konsep Akuntansi Sektor Publik dan Lingkungan Akuntansi Sektor Publik Adib Faishol S.E., M.P.A. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM Padang, 6 Oktober 2015 Karakteristik Kelembagaan Sumber pendapatan dari jasa layanan/pnbp

Lebih terperinci

Teori Barang Publik (II)

Teori Barang Publik (II) Teori Barang Publik (II) Sayifullah, SE, M.Akt sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Teori Samuelson Teori Anggaran 1 Teori Samuelson Teori yg menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah dgn sekaligus menyertakan

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey pada pemerintah daerah Se-Eks Karisidenan

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur Kewirausahaan Modul ke: Persaingan Dalam Pasar Bebas Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pengertian Pasa Bebas Perdagangan bebas adalah

Lebih terperinci

KONSEP BARANG PUBLIK KONSEP EKSTERNALITAS PUBLIC CHOICE KEGAGALAN PASAR

KONSEP BARANG PUBLIK KONSEP EKSTERNALITAS PUBLIC CHOICE KEGAGALAN PASAR , KONSEP EKSTERNALITAS KONSEP BARANG PUBLIK PUBLIC CHOICE KEGAGALAN PASAR MEET OUR TEAM KEZIA IRENE 3613100053 LAKSMITA DWI 3613100069 NADIRA DWIPUTRI 3613100070 BELLA SHINTYA 3613100074 ALITA NADYLA 3614100077

Lebih terperinci

Mengapa perlu sektor publik?

Mengapa perlu sektor publik? Mengapa perlu sektor publik? Musgrave : Sektor publik (pemerintah) dibutuhkan untuk mengatasi : Kompetisi tidak efisien (monopoli) Kontrak dan pertukaran membutuhkan proteksi, jaminan, penegakan hukum

Lebih terperinci

Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar http://www.pepiediptyana.wordpress.com Referensi: Indra Bastian. 2006 Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta, bab 1 & 2 Abdul Halim,

Lebih terperinci

Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501

Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501 Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501 Pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan. Mengetahui hubungan antara pemerintah dan pasar dalam proses pembangunan ekonomi melalui kebijakan kebijakan.

Lebih terperinci

Agus Widarsono, SE., M.Si, Ak Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia

Agus Widarsono, SE., M.Si, Ak Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia Mengapa perlu mempelajari akuntansi sektor publik Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik Perbedaan lingkungan yang menyebabkan akuntansi sektor publik berbeda

Lebih terperinci

ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA

ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA ORGANISASI PUBLIK DAN BISNIS mengapa harus dibedakan? Gunanya untuk menghindari kekeliruan dalam mengkonstruksi pemikiran / analisis. Pencampuran antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teroretis 2.1.1 Organisasi sektor publik Organisasi sering dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai

Lebih terperinci

TANTANGAN PENERAPAN KURIKULUM AKUNTANSI PEMERINTAHAN UNTUK SMK KELOMPOK KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DENGAN ADANYA UU DESA NOMOR 6 TAHUN 2014

TANTANGAN PENERAPAN KURIKULUM AKUNTANSI PEMERINTAHAN UNTUK SMK KELOMPOK KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DENGAN ADANYA UU DESA NOMOR 6 TAHUN 2014 TANTANGAN PENERAPAN KURIKULUM AKUNTANSI PEMERINTAHAN UNTUK SMK KELOMPOK KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DENGAN ADANYA UU DESA NOMOR 6 TAHUN 2014 Baskoro Hadi* *SMK Negeri 1 Sragen ABSTRAK Penerapan UU No

Lebih terperinci

Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU BLU untuk Indonesia yang Lebih Baik mendukung terwujudnya bangsa yang maju dan sejahtera

Lebih terperinci

By: Ida Nurnida. School of Communication & Business Telkom University

By: Ida Nurnida. School of Communication & Business Telkom University By: Ida Nurnida 1 Perspektif Organisasi Formal-Informal, Primer-Sekunder, dan Publik-Bisnis 2 Organisasi Formal & Informal 3 Organisasi Primer & Sekunder 4 Organisasi Publik-Bisnis 1 PERSPEKTIF ORGANISASI

Lebih terperinci

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidiayat MT (Koordinator) 2. Dessy Rachmawatie SPt, MSi 3. Prima Gandhi SP, MSi KULIAH 4 : Teori Ekonomi Politik Neoklasik

Lebih terperinci

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, MS EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0) PENTINGNYA VALUASI SDH 1. Hutan merupakan aset SDA, dimana nilai aset

Lebih terperinci

Kelompok 4. Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Dessy yana Enra Sari LOGO

Kelompok 4. Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Dessy yana Enra Sari LOGO Eksternalitas Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Dessy yana Enra Sari Pengertian Eksternalitas Eksternalitas adalah Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era otonomi daerah telah diberikan kewenangan lebih besar pada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti idealnya pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun 2006. Regulasi tersebut menjelaskan tentang pedoman dalam rancangan anggaran pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Teknologi Informasi 2.1.1.1 Sejarah Teknologi Informasi Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi Bab 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang diteliti dan dikerucutkan dalam bentuk rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan, organisasi dan sektor publik memerlukan anggaran sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitasnya. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A. K-13 Kelas X ekonomi INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan menjelaskan

Lebih terperinci

SILABUS KULIAH. 1 Pendahuluan, Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik, Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

SILABUS KULIAH. 1 Pendahuluan, Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik, Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik 1 SILABUS KULIAH TM MATERI 1 Pendahuluan, Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik, Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik 2 Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik dan Pemerintahan

Lebih terperinci

KONSEPSI dan TEORI EKONOMI dan PENDIDIKAN M.D. Niron

KONSEPSI dan TEORI EKONOMI dan PENDIDIKAN M.D. Niron KONSEPSI dan TEORI EKONOMI dan PENDIDIKAN M.D. Niron Defenisi Ekonomi pendidikian: Cabang ilmu ekonomi yg berusaha menghubungkan pendidikan dan ekonomi dengan menerapkan prinsip2 ekonomi untuk menganalisis

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA

BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA 9 BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA 2.1 Otonomi Daerah Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

Lebih terperinci

TEORI PENGELUARAN NEGARA

TEORI PENGELUARAN NEGARA 1 TEORI PENGELUARAN NEGARA Musgrave dan Rostow Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL. Sayifullah, SE., M.Akt

KEBIJAKAN FISKAL. Sayifullah, SE., M.Akt KEBIJAKAN FISKAL Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Asal mula kebijakan fiskal Macam kebijakan fiskal Tujuan kebijakan fiskal Konflik antara stabilitas harga dan kesempatan kerja Kaitan antara kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3 KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN AKUNTANSI BISNIS. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB 3 KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN AKUNTANSI BISNIS. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt BAB 3 KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN AKUNTANSI BISNIS Prof., Ph.D, MBA, Akt TINJAUAN BAB 3.1. Perkembangan Pemikiran Akuntansi 3.2. Tujuan Komparasi Akuntansi versus Sektor Bisnis (Swasta) 3.3.

Lebih terperinci

Teori Barang Publik (I)

Teori Barang Publik (I) Teori arang Publik (I) Sayifullah, SE., M.kt sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Sistem perekonomian dan siapa yg menghasilkan barang? arang publik, siapa yg menyediakan? Teori Pigou Teori owen Teori

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4 Pemasaran Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

Dalam system perekonomian yang demokratis melalui wakil di DPR harus nbisa mengalokasikan sumbersumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan barang

Dalam system perekonomian yang demokratis melalui wakil di DPR harus nbisa mengalokasikan sumbersumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan barang TEORI BARANG PUBLIK Dalam system perekonomian yang demokratis melalui wakil di DPR harus nbisa mengalokasikan sumbersumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan barang public dan barang swasta. Barang pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Sebagai contohnya perusahaan consumer goods yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Sebagai contohnya perusahaan consumer goods yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang mulai memasuki era globalisasi mengakibatkan persaingan perusahaan semakin tajam. Hal ini menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu semangat reformasi keuangan daerah adalah dilakukannya pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah dan penilaian kinerja keuangan daerah otonomi secara

Lebih terperinci

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1 ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1 PENDAHULUAN (1) Ahli ekonomi, philosophy dan lingkungan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba. Informasi laba merupakan indikator utk menilai kemampuan perusahaan dlm menghasilkan kas di masa

Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba. Informasi laba merupakan indikator utk menilai kemampuan perusahaan dlm menghasilkan kas di masa Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba. Informasi laba merupakan indikator utk menilai kemampuan perusahaan dlm menghasilkan kas di masa yang akan datang. Ukuran laba (net income) tdk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada negara dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan negara yang sangat besar kontribusi dan pengaruhnya terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

Konsep Keuangan Publik

Konsep Keuangan Publik Modul 1 Konsep Keuangan Publik Dr. M. Ikhsan, M.Si. M PENDAHULUAN ateri yang akan kita bahas pada modul pertama ini adalah Konsep Keuangan Publik. Materi pada modul pertama ini mencakup fungsi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal. Kuliah ke 13,10 Desember 2009 Erry Sukriah, MSE

Kebijakan Fiskal. Kuliah ke 13,10 Desember 2009 Erry Sukriah, MSE Kebijakan Fiskal Kuliah ke 13,10 Desember 2009 Erry Sukriah, MSE Coba pikirkan?? Seberapa jauh peran pemerintah dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa perlu keberadaan pemerintah dibanding dengan aktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan publik. Organisasi sektor

Lebih terperinci

Materi 2 Ekonomi Mikro

Materi 2 Ekonomi Mikro Materi 2 Ekonomi Mikro Hubungan Pelaku Ekonomi Dalam Perekonomian Abstract Hubungan pelaku ekonomi dalam perekonomian dengan mempelajari sumberdaya aktivitas ekonomi yang saling berkaitan dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh dana, baik dari dalam maupun luar negeri dimana terjadi alokasi dana dari pihak

Lebih terperinci

Kuliah-2. Pembangunan sebagai Planned Societal Change : Suatu Fenomena Abad XX

Kuliah-2. Pembangunan sebagai Planned Societal Change : Suatu Fenomena Abad XX Kuliah-2 Pembangunan sebagai Planned Societal Change : Suatu Fenomena Abad XX 1 Pembangunan sebagai Planned Societal Change : Suatu Fenomena Abad XX Selama berabad-abad dunia dikuasai oleh model ekonomi

Lebih terperinci

Sekretari

Sekretari Kompetensi Dasar Menganalisis Bentuk-bentuk perusahaan Materi BUMN Koperasi Swasta BENTUK BADAN USAHA BUMN KOPERASI SWASTA BUMN Suatu bangun usaha yang didirikan oleh Negara dan kepemilikannya dipegang

Lebih terperinci

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro Teori Pengeluaran Pemerintah Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro 1 Rostow dan Musgrave : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI SEKTOR PUBLIK

MAKALAH EKONOMI SEKTOR PUBLIK MAKALAH EKONOMI SEKTOR PUBLIK KELOMPOK 1 NAMA : INTAN SELVIANA ABDULHAMID MAULUDY ALI MASYKUR MUSA ERIN DAMAYANTI M. FAISAL RAHMAN DA IMATUL KHASANAH UNIVERSITAS BRAWIJAYA ILMU ADMINISTRASI PUBLIK 2013/2014

Lebih terperinci

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit 1 Modul Minat Utama Manajemen Rumahsakit Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM Gedung IKM Lt. 2 Jln Farmako, Sekip Utara, Jogjakarta 55281 Telp. (0274) 581679, 551408 Fax. (0274)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Berbasis Kinerja Menurut Sony Yuwono, dkk (2005 :34) mendefinisikan Anggaran Kinerja sebagai berikut: Anggaran Kinerja adalah sistem anggaran yang lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. STRATEGI PEMASARAN a. Pengertian Strategi Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan modal untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan modal untuk membiayai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan modal untuk membiayai kegiatan operasional dan pengembangan bisnisnya sehingga modal menjadi salah satu elemen penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya

Lebih terperinci

HARGA TRANSFER / TRANSFER PRICING

HARGA TRANSFER / TRANSFER PRICING AKUNTANSI MANAJEMEN Modul ke: HARGA TRANSFER / TRANSFER PRICING Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Desentralisasi Organisasi

Lebih terperinci

BARANG PUBLIK & FREE RIDER

BARANG PUBLIK & FREE RIDER BARANG PUBLIK tejo@uny.ac.id & FREE RIDER Tejo Nurseto, M.Pd P. Ekonomi FE UNY TUJUAN: Mahasiswa mampu: tejo@uny.ac.id Menjelaskan bagaimana barang publik berbeda dengan barang privat dan mengapa pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang yang tersebar di 34 provinsi dimana jumlah penduduknya selalu bertambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci

Pengurus Organisasi Kepemudaan Pengurus Kabupaten Cabang Olahraga

Pengurus Organisasi Kepemudaan Pengurus Kabupaten Cabang Olahraga Manajemen Olahraga Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Mutu Manajemen Organisasi bagi Pengurus OKP dan Pengkab Cabor di Kabupaten Magelang Magelang, 14 Mei 2014 Pengantar Bagaimana KITA sampai di sini?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

Iuran rakyat ke negara. berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara. penggunaan publik. tanpa timbal balik ( non kontraprestasi)

Iuran rakyat ke negara. berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara. penggunaan publik. tanpa timbal balik ( non kontraprestasi) PERTEMUAN 1 / PERPAJAKAN/ VED / www.vero.my.id Silabus : 1 Definisi Pajak Iuran rakyat ke negara berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara penggunaan publik tanpa timbal balik ( non kontraprestasi) Falsafah

Lebih terperinci

MASALAH PARTISIPASI. Masalah pembentukan partisipasi menurut Jochen Ropke adalah : 1. Konflik kepentingan / Perbedaan keinginan (Conflict of interest)

MASALAH PARTISIPASI. Masalah pembentukan partisipasi menurut Jochen Ropke adalah : 1. Konflik kepentingan / Perbedaan keinginan (Conflict of interest) MASALAH PARTISIPASI Masalah pembentukan partisipasi menurut Jochen Ropke adalah : 1. Konflik kepentingan / Perbedaan keinginan (Conflict of interest) 2. Biaya partisipasi (The cost of participation) 3.

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN AMRIL ARIFIN STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pertumbuhan APBD

Lebih terperinci

MERANCANG DAN MENGELOLA JASA BY : DIANA MA RIFAH

MERANCANG DAN MENGELOLA JASA BY : DIANA MA RIFAH MERANCANG DAN MENGELOLA JASA BY : DIANA MA RIFAH HAKEKAT JASA JASA : setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

Dasar-dasar Bisnis & Ekonomi

Dasar-dasar Bisnis & Ekonomi BAB 1 Dasar-dasar Bisnis & Ekonomi 1.1. Kegiatan Perekonomian Usaha pemenuhan kebutuhannya oleh manusia saat ini merupakan hasil perkembangan yang terjadi secara terus menerus dan mengalami perubahan dari

Lebih terperinci