PENDUGAAN PAMMETER DEMOGRAFI DAN BENTUK SEBARAN SPASIAL BIAWAK KOMODO (Varanus komodoensis Ouwens 1912) DI PULAU RINCA,, TAMAN NASIONAL KOMODO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN PAMMETER DEMOGRAFI DAN BENTUK SEBARAN SPASIAL BIAWAK KOMODO (Varanus komodoensis Ouwens 1912) DI PULAU RINCA,, TAMAN NASIONAL KOMODO"

Transkripsi

1 Jurnal llmu Pertanan lndonesa, Agustus 2012, hlm. tssn Vol. 1 7 No.2 PENDUGAAN PAMMETER DEMOGRAF DAN BENTUK SEBARAN SPASAL BAWAK KOMODO (Varanus komodoenss Ouwens 1912) D PULAU RNCA,, TAMAN NASONAL KOMODO (ESTMATON OF DEMOGRAPHTC PARAMETTnS A]UO SPATTAL DTSTRTBUTTON PATTERN OF KOMODO ( Varanus komodoenss Ouwens 1912) [N RNCA SLAND, KOMODO NATTONAL PARK) Yanto Santosar), R. Yos Zanal Muhammad2), Dede Aula Rahmanr*) ABSTRACT Komodo s one of the protected rare reptles that can only be found wthn the Komodo Natonal Park and the northern sland of Flores. Ths study was amed to determne the speces poputaton parameters and spatal dstrbuton. Data collecton on populaton and spatal dstrbuton of komodo were conducted usng 2O transects wth four repettons, of whch 5 transects were placed n the decduous forcst and 15 n the savannah wth a total samplng anea of 2 ha. The form of spatal dstrbuton was obtaned usng the methods of varance rato, dsperson ndex, green ndex, clumpng ndex and ch-square, n addton, vegetaton analyss was carred out on a 4 ha samplng plot. Results of the observatons ndcated that the sze of the komodo populaton on Rnca sland was 698 ndvduals wth a densty of 3.15 ndvduals/kmz comprsed of: adults wth 1,7 ndvduals/km2; sub-adults wth 0.65 ndvduals/km2; juvenles wth 0.8 ndvduals/kmz and nfants wth 0.4 ndvduals/kmr. The densty of komodo n the decduous forest (8.4 ndvduals/km2) was much hgher than n the savannah (O.64 ndvduals/km2). The brth rate of komodo (LL.27o/o) was hgher than the mortalty rate (4.23ort), The sex rato was 3:1. Wthn the study area, komodo dstrbuted wthn clusters as ndcated by the rato of mean value ot?,77; dsperson ndex 3.72 green ndex O.O8; clumpng ndex 2.72 and ch-square 167,059.6, Chance of encounters wth Komodo n both types of habtat was much hgher n the mornng (80o/o) than durng the day (20o/o). Keywords: Demographc parameter, spatal dstrbuton, komodo. ABSTRAK Komodo merupakan salah satu reptl langka, dlndung dan hanya dapat dtemukan d Taman Nasonal Komodo serta bagan utara Pulau Flores. Oleh karena tu peneltan n yang beftujuan untuk mengetahu perkembangan parameter populas maupun sebaran spasalnya perlu dlakukan. Pengamblan data populas komodo dan penyebaran spasal berlangsung pada 20 transek dengan 4 kal pengulangan dmana 5 transek d hutan musm gugur dan t5 transek d savana dengan luas total pengamblan contoh 2OO ha. Bentuk sebaran spasal dperoleh dengan metode varan raso, ndeks dspers, ndeks green, ndeks clumpng, dan ch-square. Selan tu, dlakukan juga analss vegetas pada plot contoh seluas 4 ha. Hasl pengamatan menunjukkan bahwa ukuran poputas komodo d Pulau Rnca mencapa 698 ndvdu dengan kepadatan 3115 ndvdu/km2 yang terdr atas: dewasa = 1,7 ekor/km2, remaja ndvduat/km2, anak = 0F ekor/kmz dan bay = 0r4 nd/km1 Kepadatan komodo d hutan musm gugur (44 nd/km2) jauh lebh tngg dbandngkan d savana yang hanya 0,64 nd/kmz. Nataltas dar komodo (lt,27o/o) lebh tngg dbandnglan dengan kematan yang mlncapa 4,23o/o' Raso jens kelamn komodo jantan dan betna komodo adalah 3: 1. D areal stud, komodo menyebar secara mengelompok sebagamana dtunjukkan oleh nla raso ragam-nla tengah sebesar 3,77;ndekc- dspers 3,72; ndel<s green 0,08; ndeks clumpng 2,72, dan ch-kuadrat %6. Peluang perjumpaan dengan komodo bak d savana maupun hutan musm gugur jauh lebh tngg pada pag har (80o/o) dbandngkan sang har (2Oo/o). Kata kunc: Parameter demograf, sebaran spasal, komodo. 1)Dep. Konservas Sumberdaya Hutan dan Ekowsata, Fakuhas Kehutanan, nsttut Pertanan Bogor. -. ') Program Sarjana, Dep. Konservas Sumberdaya Hutan dan Ekowsata, Fakultas Kehutanan, nsttut Peftanan Bogor. x Penu s korespondens : dede_fa hutan pb@ mal. com PENDAHULUAN Komodo merupakan salah satu fauna ssa pennggalan zaman purba yang mash hdup hngga

2 160 Vol. 17 No. 2 J.lmu Peft. ndonesa sekarang. Satwa n merupakan satwa endemk dan keberadaannya hanya tersebar d Pulau Komodo, P. Rnca, P. Gl Motang (Jessop et al, 27), dan sebagan kecl d utara dan barat Pulau Flores (Erdmann, 24). Reptl berukuran besar, langka dan terancam punah n dlndung oleh Undang- Undang Perburuan dan Perlndungan Bnatang Lar tahun Menurut Mulyana dan Rdwan (1992), selan banyak menark perhatan dan mengundang kekaguman masyarakat umum, komodo juga banyak menark perhatan para lmuwan. Beberapa aspek lmah mengena komodo telah dtelt. Namun, aspek parameter demograf belum seluruhnya terungkap. Padahal perkembangan parameter demograf dar waktu ke waktu sangat dperlukan bag analss kelestarannya d masa yang akan datng. Sehungan dengan tu, peneltan n bertujuan untuk mengetahu parameter demograf komodo terbaru. Melalu data dasar yang dperoleh dar peneltan n dharapkan dapat dgunakan untuk menduga populas hpotetk komodo dalam beberapa tahun ke depan. Selan tu, peneltan juga dtujukan untuk mengetahu pola sebaran spasal komodo yang tdak saja pentng bag penyusunan metoda nventarsas juga akan berguna bag pengelolaan kawasan bak untuk tujuan ekowsata maupun upaya perlndungan dan pelestaran secara n-stu dan ex-stu speses n. METODE PENELTAN Peneltan n berlangsung pada bulan Februar s/d Jun 28 d Pulau Rnca, SPTN 1 Rnca, Taman Nasonal Komodo, Nusa Tenggara Tmur. Alat yang dgunakan dalam peneltan antara lan adalah peta kawasan, bnokuler, kompas, pta meteran, tambang plastk, kamera foto, Global Postonng System (GPS), phband, dan tally sheat. Adapun objek peneltan n adalah populas komodo dalam berbaga kelas umur, yakn tetasan, anak, muda, dan dewasa. Pengenalan lapang dlakukan selama *2 mnggu sebelum pengumpulan data. Hal n dperlukan untuk mengetahu konds umum lokas peneltan, mencocokan peta kerja dengan konds lapangan, menentukan jalur dan ttk pengamatan serta mengetah u ka ra kterstk habtat komodo. Pengumpulan data parameter demograf dan bentuk sebaran spaslal dlakukan dengan menggunakan metode kombnas antara transek jalur (stnp transek) dan ttk pengamatan (pont of abundance). Pengamatan dlakukan pada 2 tpe habtat yatu savana (sebanyak 15 jalur/transect) dan hutan mush gugur (sebanyak 5 jalur) dengan pengulangan 4 kal setap jalurnya. Panjang masngmasng jalur *1 km dengan lebar jalur kanan kr *5p m dan berhent pada setap ttk pengamatan selama *10 ment jarak antar ttk pengamatan t1, m. Ttk-ttk pengamatan dtetapkan sedemkan rupa sehngga tdak bersfat tumpang tndh. Jarak antar jalur pengamatan *1 km untuk menghndar perhtungan ganda. Sedangkan untuk mengetahu komposs jens dan struktur vegetas dlakukan analss vegetas d hutan gugur sebanyak jalur dengan panjang 2 m (Soeranegara and ndrawan, 25). Jalur-jalur contoh dbuat memotong gars kontur, msalnya dar tep laut pedalaman, memotong sunga, dan nak atau turun lereng pegunungan. Analss Data 1. Parameter Demograf Pengolahan data parameter demograf menggunakan persamaan-persamaan sebaga berkut (Tarumngkeng, 1994): a. Populas (Caughley, 1977) Populas Dugaan "r P=ff"A Besarnya Ksaran Populas r- P x SE se=./s; " tr-, *-,=h:4' V r " N Dr- n-1 b. Kelahran (Natahtas) (Tarumngkeng, 1994).B L,t -- N B * jumlah ndvdu yang dlahrkan, N = jumlah seluruh anggota populas. c. Kematan (Mortaltas) -D L,r, - - N D = jumlah yang matdarsemua sebab dalam waktu satu tahun. N = jumlah seluruh anggota populas. d. Nsbah Kelamn (Sex Rato) fd s.t? = " BP Jp = jumlah jantan potensal reproduks. gp = jumlah betna potensal reproduks.

3 Vol. 17 No Bentuk Sebaran Spasal Bentuk sebaran spasal dtentukan dengan menggunakan penghtungan beberapa ndek ytu raso nla tengah (fr) dan ragam (su),ndeks Dsperson (D), ndeks of Clumpng (C), ndek Green (G), dan ChFSquare 17;. Uasng-masng ndek tersebut dhtung dengan rumus-rumus sebaga berkut: a. Metode raso ragam dan nla tengah o pola sebaran acak, o* : p. Pola sebaran mengelompo( ert F lr. pola sebaran merata, r, { U b. ndek Dsperse o2 1D=L X,S2 = keragaman contoh X = rata-rata contoh lka: D = 1, maka satwa menyebar acak D < 1, maka satwa menyebar homogen D > 1, maka satwa menyebar kelompo(agregat c. ndek of Clumpng C = D*l Keterangan: D = ndeks dsperse C = ndeks of clumpng Jka: C = 0, maka satwa menyebar cak C = -1, maka satwa menyebar homogen C = n-1, maka satwa menyebar kelompok d. ndek Green G= JC n-l Keterangan: G = ndeks green C = ndek of clumpng Jka:G = 0, maka satwa menyebaracak G = 1, maka satwa menyebar kelompok e. ChFSquare T =rd(ar-r) Keterangan: try' = jumlah kontak dengan satwa. [lt"l': uj yang dgunakan untuk N<30, sebaga berkut: a) Jka X' S X.r* maka pola sebaran seragam (unform) b) J,l<a X.rr, < X2 < X o* maka pola sebaran aak(nndom) J.lmu Pert. ndonesa 161 c) Jka X'z X.*, maka pola sebaran (clumpedl 3.*Analss Vegetas. Dar hasl pengukuran dapat dhtung besaran sebaga berkut : K= Znd Luas eontoh K dar suatu ens K seluruh jens DR= F- Jumlah.bdang dasar Luas petak contoh D dar suatu jens _;_;_..-_ xt0do/o u seturuk Jen$ 2 plot dtemukan suatu jens Luas seluruh plot F dar suatu ens FR= xl}oyo r seturun.len$ = ndeks Nla Pentng = KR + DR+ FR kelompok besaran- Keterangan: K (Kerapatan); KR (Kerapatan Relatfl; D (Domnans); DR (Dornnans Relatfl; F (Frekuens); FR (Frekuens Relatf); NP (ndek Nla pentng). HASL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Demograf Ukuran dan Kepadatan populas. Pendugaan populas komodo d areal peneltan dtentukan berdasarkan jumlah ndvdu yang dtemukan pada beberapa jalur contoh. Luas total P. Rnca-TNK adalah 196,25 km2, dengan tuas area peneltan 2 km2 (S C,99o/o). Berdsarkan hasl pengamatan dtemukan sebanyak 142 rdvdu antara lan 16 ndvdu tetasan, 32 ndvdu anakan, 26 ndvdu muda, dan 68 ndvdu dewasa. Untuk ndvdu tetasan hanya dtemukan pada satu srang 9*oa9 d Loh Buaya, yatu pada jalur 10 seuagj jalur wsata. Data tebh lengkap tersaj pada Tabel 1. Jalur pengamatan yang palng banyak dtemukan populas kornodo ytu 'pad lalur '10 (L,Bya - Hutan) dbandngkan dengan jlur-jatur lannya. Jalur n merupakan 3alu yang 6Asa dgunakan oleh para pengunjung, dmjna petuang untuk melhat komodo sangat besar. Hal nl dkarenakan potens pakan komodq palon mangst t

4 162 Vol. 17 No. 2 J.lmu Pert. ndonesla komodo, maupun potens ar bag mangsa komodo d jalur n dan d sektarnya cukup banyak. DbuKkan selama pengamatan banyak dtemukan satwa mangsa komodo sepert rusa tmor, kerbau ar, dan monyet ekor panjang, Tabel 1. Sebaran jumlah ndvdu komodo berdasarkan kelas umur dan tpe habtat. ralur,l". 1 HGl 2 HG2 3 Svnl 4 HG3 5 Svn2 6 HG4 7 Svn3 B Svn4 9 Svn5 10 HG5 11 Svn 6 12 Svn 7 13 Svn 8 14 Svn 9 15 Svn Svn Svn Svn Svn Svn 15 Lokas Ttsn Ank Md Dws Ttl L.Bya 0 L.Bya x 16 WWX O WWO WW-LG O WW-LG O LGO LGO L.Bya L T2 02 t29 2A L B s t Keterangan: x) Jalur wsata; L.Bar: Loh Baru; L.Bya: Loh Buaya; L.Km: Loh Kma; WW: Wae Waso; LG: Lengkong Gurung; Ttsn: Tetasan; Ank: Anakan; Md: Muda; Dws: Dewasa. Untuk jalur-jalur yang tdak dtemukan komodo terdapat 5 jalur, yatu L.Bar - Savana 1, LG - Savana 10, L.Km - Savana 13, L.Km - Savana 14, dan L.Km - Savana 15. Walaupun djalur n banyak dtemukan satwa mangs komodo, tetap konds alam yang terlalu terbuka sehngga menyultkan komodo untuk mendapatkan mangsanya dan satwa mangsa lebh mudah untuk menghndar komodo, Komodo d P, Rnca memlk dugaan populas sebesar 698 ndvdu dengan kepadatan 3,15 nd/km2, Hasl peneltan lan yang dlakukan oleh BTNK (27) mengena populas komodo d p. Rnca menyatakan bahwa jumlah populas komodo dduga sebanyak 1329 ndvdu. Tabel 2. Dugaan populas dan kepadatan komodo d P. Rnca berdasarkan kelas umur. Duoaan.- [u od,r.s,r?*? se Ksaran Populas (nd) Ttsn_ 79 0,4 0,82 78,L8-79,82 Ank L57 0r8 0,62 156,38 - L57.62 Md 128 0,65 0,45 L27,55 - L28,45 Dws 334 L,7 1,18 332,82-335,18 Keterangan: Ttsn: Tetasan; Ank: Anakan; Md: Muda; Dws: Dewasa. Kepadatan komodo pada berbaga kelas umur d tap tpe habtat memlk nla yang berbeda (Tabel 3). Pada hutan gugur memlk kepadatan lebh tngg dar pada d savana. Tabel 3. Kepadatan populas komodo berdasarkan KU terhadap tpe habtat. Tetasan Anakan Muda Dewasa Kelas Umur Kepadatan (nd/km2) Hutan Gugur 1r6 2,3 1r5 3 Savana 0 0r1 0,L2 0,42 otal 8,4 0,64 nventarsas komodo setap tahun dlakukan untuk menduga kelestaran populas komodo dan pendukung dalam kegatan ekowsata d TNK. Kegatan n dlakukan oleh phak BTNK, LSM, maupun penelt-penelt lannya, Beberapa penelt melakukannya dengan metode-metode yang berbeda, sepert fedng (pengumpanan), jalur, atau co n se n tra to n co u n t (T abel 4). Tabel4. Perkembangan populas komodo d P. Rnca. Tahun Populas (nd) Metode Keterangan t346 L29B Feedng Feedng Feedng Feedng 27 L329 Feedng Tdak dlakukan peneltan Tdak dlakukan peneltan

5 Vol. 17 No^ 2 J.lmu Pert. ndonesa 163 nventarsas yang dlakukan dengan menggunakan pengumpanan (feedng) oleh phak BTNK menggunakan dagng kambng yang dpasang dbeberapa plot yang sama selama bertahun-tahun. Hasl analss dar metode feedng selama 6 tahun ke belakang bahwa populas komodo mengalam penngkatan sebesar t3,960/o dar 11 ndvdu pada tahun 21 menjad 1265 ndvdu pada tahun 23. Pada tahun 24 mengalam penngkatan sebesar 6,40/o dbandngkan menjad 1346 ndvdu. Untuk tahun 25 mengalam penurunan populas sebesar 3,57o/o dar 1346 ndvdu pada tahun 24 menjad 1298 ndvdu pada tahun 25 dan pada tahun 27 mengalam kenakan sebesar 2,33o/o. tahun 23 Struktur Umur StruKur umur dapat dgunakan untuk menla keberhaslan perkembangbakan satwalar sehngga dapat menduga prospek kelestarannya. Pengklasfkasan struktur umur komodo, yatu berdasarkan kelas umur tetasan, anakan, muda, dan dewasa (Gambar 1). Nla tetasan tersebut ddapatkan dar hasl hatclng bulan Februar 28 pada satu sarang komodo yang dpagar yang beftujuan untuk menghndar predator terhadap telur maupun tetasan komodo dan juga sebaga pemantauan hasl tetasan pada sarang komodo. Untuk kelas umur anakan dan muda nrasng-masng sebesar (22,49o/o dan 18,34olo). Nsbah Kelamn (Sex RatQ Berdasarkan peneltan-peneltan sebelumnya mengena sex rato komodo n, menurut Fakhruddn (1998), bahwa sex nto komodo sebesar 4,2: L dan Auffenberg (1981) sebesar 3,4 : L. Nla n tdak begtu jauh dengan hasl yang ddapat sejama pengamatan. Berdasarkan hasl pengamatan bahwa perbandngan jumlah jantan potensal reproduks terhadap jumlah betna potensal reproduks pada komodo selama pengamatan dtemukan 51 ndvdu komodo jantan dan 17 ndvdu komodo betna dar kelas umur dewasa dengan perbandngan sebesar 3 : 1. Sehngga dpastkan akan terjad persangan yang cukup tngg dalam memperebutkan ndvdu betna oleh ndvdu jantan pada saat musm kawn. Hal n merupakan konds alam yang tefad pada komodo untuk menghndar ledakan populas sehngga populasnya dapat stabl. Kelahran (Nataltas) dan Kematan (Moftaltas) Berdasarkan hasl pengamatan terhadap kelahran komodo yang ddapat dar data penetasan (hatclng) Februar 28 yatu sebesar 16 ndvdu. Untuk angka kelahran dar jumlah tetasan terhadap total ndvdu sebesar LL,Z7o/o. Nla tersebut menyatakan bahwa tngkat kelahran komodo cukup tngg. Hal n dkarenakan sudah adanya pengelolaan terhadap sarang komodo dengan melakukan pemagaran terhadap sarang komodo. Sedangkan angka kematan komodo sebesar 4,23o/o yang dtemukan pada tetasan komodo sebanyak 6 ndvdu. Bentuk Sebaran Spasal Bentuk sebaran spasal pada (c) Gambar 1. (d) Komodo berdasarkan kelas umur: a) dewasa, b) muda, c) anakan, dan d) tetasan. t l t komodo dtentukan berdasarkan kontak dengan masng- Berdasarkan analss data untuk struktur umur komodo dperoleh nla kelas umur dewasa memlk jumlah terbesar 47,85o/o dbandngkan dengan kelas umur yang lan. Sedangkan untuk nla yang terkecl yatu pada kelas umur tetasan sebesar LL,3to/o, masng ndvdu komodo. Hasl analss data dengan menggunakan beberapa metode yang tersaj pada Tabel 5. Bentuk sebaran komodo dar kedua tpe habtat (hutan gugur dan savana) adalah mengelompok. Hal n besar kemungknan dsebabkan oleh beberapa faktor, antara lan: a) Komodo lebh serng berkumpul d daerah dekat pemukman atau pos-pos jaga yang lokasnya berada d hutan.

6 164 Vol. 17 No. 2 J.lmu Peft. ndonesa b) Penyebaran pakan pada saat musm kemarau cenderung lebh banyak d daerah hutan karena mash terdapat sumber ar, sehngga komodo perburuan lar n dapat menghambat kelestaran ekosstem d TNK. Kepadatan populas rusa berdasarkan peneltan Djuanda (28) mencapa serng berkumpul d hutan. Komodo lebh serng dtemukan d daerah savana yang terdapat pohon-pohon yang dgunakan komodo untuk strahat. 1,3 nd/ha. Populas mangsa komodo (rusa) tergolong berdatangan ancaman terhadap kelangsungan hdupnya, sehngga dapat mengalam penurunan secara drasts dan populas yang terssa sekarang dalam keadaan terpencar d habtat-habtat yang daya dukungnya juga sudah semakn menurun. c) Tabel 5. Pola sebaran spasal komodo. Metode Anass Data y2htung Nla tt X2tabel (q=11,o=0.05) Raso NlaTengah dan Ragam D (ndeks Dspers) c (tnaeks ctumpng) G (ndeks Green) H];: Bentuk Sebaran Berkerompok 3,722 Berkelompok 3,72 ^ Berkelompok,z 0,08 Berkelompok B. Konds Vegetas Hasl analss vegetas menunjukkan bahwa d hutan musm gugur terdapat 11 jens tumbuhan tngkat dmana jens Alstona scholars memlk ndeks nla pentng (NP) terbesar yatu 58,Z4o/o sedangkan yang terendah yatu jens Fcus sp. 6,420/o. Dar semua jens pohon n yang serng dgunakan komodo untuk berteduh dan berstrahat adalah Tamarndus ndca. Untuk tngkat tang, Np terbesar adalah jens Alstona scholars 74,BZo/o dan terendah Schoutena ouata 36,790/o. pada tngkat pancang, NP terbesar adalah Phtecelobum umbeltum 9O,2Bo/o dan terendah Voacangan grandtoltb sebesar 18,060/o. Sedangkan tngkat sema, NP terbesar adalah Voacangan grandtola dan jens Alstona scholars sebesar 36,360lo dan terendah yatu Rhzophora sp., Calophylum n op h yl u m dan Pte rospe rm u m dve rs fo u m 1 B, 1 Bolo. Penutupan tajuk d hutan gugur dapat melndung komodo dar cahaya matahar sekalgus memudahkan berburu mangs. pada kerapatan vegetas tngkat sema 27,5 nd/ha, pancang 20 nd/ha, tang 20 nd/ha, dan pohon L22,5 nd/ha, komodo akan mash merasa mudah untuk melhat dan berburu mangsa. C. Faktor-faktor yang mempengaruh populas komodo Perburuan satwa mangsa komodo Rusa tmor sebaga pakan utama komodo menjad sasaran perburuan lar yang dlakukan oleh masyarakat dl luar kawasan, bak secara langsung maupun menggunakan anjng. Dampak dar mqngkhawatrkan karena terus Perubahan Habtat Perubahan habtat non alam mempengaruh kemampuan komodo untuk melangsungkan hdupnya. Perubahan n dapat berupa fragmentas, kerusakan, dan kehlangan habtat yang masngmasng atau secara bersama memlk efek negatf terhadap satwalar (Alkodra, 22), dan memberkan efek yang sama buruknya dengan perburuan terhadap populas komodo. Ancaman terhadap habtat komodo akan sangat mempengaruh kemampuannya untuk melakukan reproduks yang akhrnya akan menyebabkan populas komodo menurun. Daerah savana menjad bagan pentng bag kehdupan komodo. Berbaga akvtas serng dlakukan komodo d savana, sepert berjemur (baskng). Sehngga ancaman dar kebakaran hutan dapat mengurang pergerakan komodo. Pengumpanan (Feedng) Komodo menjad perhatan duna n menjad daya tark dar meda elektronk (stasun televs), Berbaga atraks komodo serng dlakukan untuk membuat flm dokumenter dengan cara pengumpan an (feedng) mengg u na kan kambng, bak hdup maupun mat. Hal n dlakukan untuk menark perhatan komodo yang begtu tajam pencumannya terhadap dagng dan darah, sehngga mempermudah dalam melakukan atraks komodo yang dngnkan. Komodo merupakan satwa yang mempunya kemampuan berburu dar berbaga kelas umur berbeda-beda, semakn dewasa kemampuannya menjad semakn menurun. Selama peneltan, dtemukan komodo berburu rusa maupun kerbau, terbukt bahwa komodo muda yang melakukan perburuan dan menyebabkan luka pada mangsa, kemudan komodo-komodo lannya (khususnya dewasa) berdatangan untuk melakukan aktvtas makan pada rusa tersebut. Dengan adanya kegatan feedng dalam jangka pendek tdak akan menmbulkan dampak yang besar, namun dalam jangka panjang lambat-laun akan menyebabkan perubahan perlaku dan genetk komodo. Hal n

7 Vol. 17 No. 2 J.lmu Peft. ndonesa 165 menjad salah satu fakor yang dapat menyebabkan kepunahan terhadap komodo. D. Hubungan Waktu perjumpaan dengan Tpe Habtat Peluang perjumpaan d savana pada pag har sebesar 88o/o, sedangkan pada sore har hanyjl2o/o. Pada huhn gugur, peluang perjumpaan pada pag har sebesar 86 dan sore har sebesar 2O%. nal n dkarenakan komodo lebh mudah djumpa pada waktu pag har pada saat aktvtas baskng. Menjelang sang har komodo melakukan akvtas d pohon sepert strahat, tdur, atau menghndar serangan dar predator maupun komodo lannya. Hal n menjad rekomendas dalam pengelolaan ekowsata d TNK. Wsatawan yang datang ke TNK untuk melhat komodo dapat dlakukan pada pag har _Qrena peluang untuk melhat komodo leuh tngg dbandngkan dengan sang maupun sore har. KESMPULAN Nla dugaan akhr populas komodo d p. Rnca sebesar 698 ndvdu dengan kepadatan 3,15 nd/km2. Untuk KU tetasan mempunya populas sebesar 79 ndvdu dengan kepadatan 0,4 ndlkmz, anakan 157 ndvdu dengan kepadatan 0,8 nd/km2, remaja 128 ndvdu dengan kepadatan 0,65 nd/kmr, dn dewasa 334 ndvdu dengan kepadatan L,7 nd/km2. Angka kelahran komodo sebesar LL,27o/o dan angka kematan sebesar 4,23o/o, serta sex-nto komodo sebesar 3 : 1. Bentuk sebaran spasal komodo adalah mengelompok, dengan peluang perjumpaan d savana pada pag har sebesar BBo/o, sedangkan pada sore har hanya l2o/o. Pada hutan gugur, peluang perjumpaan pada pag har sebesar 80o/o dan sore har sebesar 20olo. Djuanda, T.D,.28. Potens Mamala Besar Sebaga Mangsa Kornodo (Varanus komodoenss) D Pulau Rnca Taman Nasonal Komodo Nusa Tenggara T'mur. Skrps. Departemen * Konservas Sumberdaya Hutan dan Ekowsata. Fahutan PB. Bogor. Erdmann, A.M. 24. panduan Sejarah Ekolog Taman Nasonal Komodo. Buku 1 : Darat. The Nature Conservancy-ndonesa Coastal and Marne Program. Fakhruddn Pendugaan parameter Demograf Populas Komodo (Varanus komodoensr$ d Pulau Komodo Taman Nasonal Komodo Nusa Tenggara Tmur. Skrps. Jurusan Konservas Sumberdaya Huhn. Fahutan pb. Bogor. Jessop, et a.2q07. Ekolog populas, reproduks, dan spasal bawak komodo (Varanus komodoenss) d Taman Nasonal Komodq ndonesa. BTNKCRESS-ZSSD/TNC. Mulyana, A & W. Rdwan Bodata dan perlaku reproduks komodo (Varanus komodoenss perkembangan nformas sampa tahun Asul No. 5. B Peneltan KehutaRan Kupang. Kupang. Peraturan Perlndungan Bnatang-bnatang Lar (Derenbeschermngsordonante 1931, Staasblad 1931: 134). Soeranegara, & A. ndrawan, Z0AS. Ekologt Hubn ndonesrb. Laboratorum Ekolog Hutan Fakultas Kehutanan pb. Tarumngkeng, R.C Dnamka populas: Kajan ekolog kuanttatf. Pustaka Snar Harapan bekerja sama dengan Unverstas Krsten Krda Wacana. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Alkodra, H.S. 22. pengelolaan Satwalar Jld. Yayasan Penerbt Fakultas Kehutanan pb. Bogor. Auffenberg, W Behavoral Ecology of the Komodo Montor. Florda State Museum. Unversty of Florda. Ganessvlle. Florda. BTNK. Z@7. Statstk Taman Nasonal Komodo. Taman Nasonal Komodo. Labuan Bajo. Caughley, G. L977. Analyss of Vertebrate populaton. Jotrr $rky and Sons. London.

mm,u 101 Rancang Bangun sistem Insentif untuk Meningkatkan pendapatan petani, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan pangan. Bambang ruanda 108

mm,u 101 Rancang Bangun sistem Insentif untuk Meningkatkan pendapatan petani, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan pangan. Bambang ruanda 108 'Y {.9--r {'A/ A t t. } mm,u SSN:0853-4217 P.-{f,ff* trmdoxlesfla Volume 77 No, 2 Agustus 2O2 Analss Efsens Energ Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada proses Sterlsas Meda Tumbuh Jamur Ttram puth. Abdul Djaml

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d kawasan TNTN yang berbatasan dengan perkebunan kelapa sawt PT. Int Indosawt Subur Kecamatan Uku, Kabupaten Pelalawan, Propns

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d kawasan PT. Kencana Sawt Indonesa (KSI), Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat sebaga lokas pengamatan dan pengamblan data. Pengolahan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat IV. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Peneltan n dlaksanakan dar bulan Agustus 2008 sampa Agustus 2009, dawal dengan observas lapangan pada bulan Agustus 2008. Penyusunan rencana peneltan dlakukan dar bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

POLA SEBARAN KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii, Engl.) DI ARBORETUM FAKULTAS KEHUTANAN IPB RIZKI KURNIA TOHIR E

POLA SEBARAN KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii, Engl.) DI ARBORETUM FAKULTAS KEHUTANAN IPB RIZKI KURNIA TOHIR E POLA SEBARAN KAYU AFRIKA (Maesopss emn, Engl.) DI ARBORETUM FAKULTAS KEHUTANAN IPB RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS TROPIKA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

(kontak person: 2 World Wildlife Fund for Nature-Indonesia Programme. Diterima 28 Februari 2013/Disetujui 13 Oktober 2013

(kontak person: 2 World Wildlife Fund for Nature-Indonesia Programme. Diterima 28 Februari 2013/Disetujui 13 Oktober 2013 Meda Konservas Vol. 18, No. 3 Desember 2013 : 107 111 KARAKTERISTIK HABITAT, POLA SEBARAN DAN PERILAKU MUSANG MENTAWAI (Paradourus lgncolor Mller 1903) DI AREA SIBERUT CONSERVATION PROGRAM, PULAU SIBERUT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP (Incomplete Block Design) Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Departemen Statistika-FMIPA IPB 2007

RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP (Incomplete Block Design) Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.Si Departemen Statistika-FMIPA IPB 2007 RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP (Incomplete Block Desgn) Dr.Ir. I Made Sumertajaya, M.S Departemen Statstka-FMIPA IPB 007 Revew Rancangan Acak Kelompok Kta ngn membandngkan t perlakuan Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Pendugaan Parameter Demografi dan Bentuk Sebaran Spasial Biawak Komodo di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo

Pendugaan Parameter Demografi dan Bentuk Sebaran Spasial Biawak Komodo di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 01 Vol. 17 (): 16 131 ISS 0853 417 Pendugaan Parameter Demografi dan Bentuk Sebaran Spasial Biawak Komodo di Pulau Rinca, Taman asional Komodo (Estimation

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

3 METODE. Metode dan Desain Penelitian

3 METODE. Metode dan Desain Penelitian 10 3 METODE Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan dlaksanakan d kawasan hutan mangrove Cbako, Sancang terletak antara poss 7 42' 32.15" - 7 45' 32.15" LS dan 107 42'34.15"- 107 52'18.10" Bujur Tmur, dmana

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d Peraran Karang Lebar, Kepulauan Serbu, Jakarta. Stasun pengamatan tersebar pada tga ttk d peraran karang lebar yang danggap mewakl konds

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI

PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI JEMI, Vol 1, No 1, Desember 2010 PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI Des Rahmatna, SPd, MSc (Unverstas Martm Raja Al Haj) ABSTRAKSI Peneltan n dmaksudkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 1 Mei 2015

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 1 Mei 2015 BIOEKOLOGI MANGROVE DAERAH PERLINDUNGAN LAUT BEBASIS MASYARAKAT DESA BLONGKO KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN PROVINSI SULAWESI UTARA Joshan N.W. Schaduw Fakultas Perkanan dan Ilmu Kelautan,Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci