BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang mengemukakan sumber-sumber

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang mengemukakan sumber-sumber"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang mengemukakan sumber-sumber yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan kepustakaan dikembangkan melalui penelaahan secara mendalam terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dikaji. Sumber-sumber yang diperoleh penulis dalam menyusun skripsi ini berupa tulisan ilmiah yang disusun dalam bentuk buku yang berkaitan dengan kajian yang dibahas yaitu mengenai permasalahan yang berkaitan dengan peranan A. H. Nasution dalam peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Tinjauan pustaka dilakukan peneliti sebagai bahan referensi dan dasar rujukan dalam penyusunan skripsi. Dalam tinjauan pustaka ini sesuai prosedur di atas, penulis mencoba untuk menganalisa penelitian-penelitian terdahulu yang mempunyai objek kajian yang sama. Kemudian, meletakkan kedudukan masing-masing sehingga jelas hal apa yang belum tersentuh oleh penelitian-penelitian terdahulu. Dengan demikian, penulis dapat menempatkan penulisan skripsi ini dalam body of knowledge dari keseluruhan kajian-kajian sejenis. Dengan mengkaji apa yang ditulis oleh para sejarawan dan penulis lain, penulis akan mendapatkan berbagai ide untuk menyusun landasan teoritis sesuai dengan masalah yang diteliti. Pemaparan tinjauan kepustakaan ini terbagi ke dalam beberapa subbab berdasarkan isi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Beberapa akan dikupas pada bagian ini berkenaan dengan kondisi 12

2 13 politik Indonesia menjelang peralihan kekuasaan tahun , latar belakang karir militer Nasution, langkah-langkah yang diambil A.H. Nasution dalam mendorong proses peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto dan dampak peralihan kekuasaan yang dilakukan A.H. Nasution terhadap perkembangan politik di Indonesia pada tahun A. Kajian buku tentang A.H. Nasution Sebagai seorang tokoh penting yang memainkan peranan cukup besar dalam berbagai peristiwa sejarah di Indonesia, sosok A.H. Nasution telah banyak ditulis orang, terutama dalam kedudukannya sebagai perwira militer. Dalam hal ini penulis merasa beruntung karena banyaknya sumber untuk mendukung penelitian, walaupun tidak mudah pula untuk mendapatkannya berhubung beberapa buku terbitan tentang Nasution sudah sangat lama dan tidak diterbitkan lagi. Beberapa buku yang mengkaji mengenai A.H. Nasution peneliti menggunakan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, dan artikel-artikel yang relevan dengan penelitian. Namun pada kesempatan ini peneliti hanya membahas sumber dari buku yang dijadikan sumber referensi utama dalam kajian ini. Kajian yang pertama ini menggambarkan tentang latar belakang kehidupan A.H. Nasution dari masa kecil hingga tumbuh dewasa dan perjalanannya menempuh pendidikan sampai karirnya di militer khususnya di Angkatan Darat, serta perannya di dunia politik sampai ia terpinggirkan dari kancah perpolitikan di Indonesia. Beberapa sumber yang membahas mengenai Nasution, penulis

3 14 menggunakan beberapa buku yang ditulis oleh Nasution sendiri dan para penulis lainnya sebagai bahan perbandingan. Buku pertama adalah karya pribadi Nasution berupa memoarnya yang tetuang dalam Memenuhi Panggilan Tugas ( ), buku ini terdiri dari sembilan jilid secara tuntas menguraikan perjalanan hidup, pengalaman, dan sikap politik Nasution dalam kiprah yang dijalankannya dalam berbagai posisi penting di Indonesia. Karyanya yang satu ini dikategorikan sebagai kesaksian sejarah karena hanya dapat menguraikan bagaimana Nasution mengalami suatu peristiwa sejarah dari sudut pandangnya. Buku ini memaparkan secara lengkap mengenai Nasution dari semenjak ia kecil sampai tersingkir dari dunia politik yang merupakan babak akhir keterlibatannya dari kancah politik di Indonesia bahkan juga di kemiliteran khususnya Angkatan Darat. Seperti yang dipaparkan dalam buku ini bahwa Nasution merupakan tokoh yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia sejak kemerdekaan Buku ini secara kronologis menggambarkan ketika ia menghabiskan waktu semasa kanak-kanak di Sumatera Utara, kemudian merantau ke Sumatera Barat dan Jawa Barat, ketika itu ia pernah menjadi guru di Sumatera selatan dan setelahnya hijrah ke Bandung menjadi Taruan Akademi Militer Bandung, Jakarta dan Surabaya. Selain itu juga ia adalah pemimpin pemuda pada masa pendudukan Jepang, kepala staf Comandemen TKR Jawa Barat pada masa Pembentukan TKR, Panglima divisi TKR III Priangan pada masa pertempuran-pertempuran pertama Bandung Lautan Api dan Halo-Halo Bandung. Serta ia pernah diangkat sebagai Panglima Divisi Siliwangi dan peranannya dalam Agresi Militer Belanda

4 15 I sampai ia mendapatkan pemikiran mengenai konsepsi perang Gerilya dan Perlawanan Rakyat Total atau Konsep Territorial (Wilayah) yang kemudian dituangkan dalam bentuk sebuah buku. Sampai akhirnya ia hijrah dari Divisi Siliwangi ke Jawa Tengah. Sejak di Yogya, yang mula pertama kali ikut dalam kegiatan-kegiatan dalam garis kebijaksanaan yang bersifat nasional di bidang ketentaraan dengan kedudukan berturut-turut sebagai Wakil Panglima Besar, Kepala Staf Operasi MBAp, Panglima Komando Jawa, Agresi Militer belanda II, masa perang Gerilya II sampai dengan menjabat sebagai KSAD yang pertama. Dalam buku ini juga menceritakan ketika masa pancaroba yang oleh Presiden Sukarno disebut "pancakrisis" atau masa survival terhadap seranganserangan baik dari Luar maupun dari dalam negeri sendiri, dan peristiwa 17 Oktober 1952, serta masa meluasnya pemberontakan di Indonesia, sehingga seperenam bagian dari daerah RI lepas dari kendali penguasaan pemerintah pusat Ri secara de facto, pada masa ini Nasution dua kali menjabat KSAD, tapi di tengah-tengah ia dinonaktifkan dari tugas sebagai KSAD. Dalam masa non aktif itu ia ikut menjadi calon dalam pemilu 1955 dari partai IPKI dengan program partai "Kembali kepada UUD 1945". Dalam buku ini pula A.H.Nasution mengungkapkan masa awal manipolnasakom, konsolidasi TNI dalam kerangka kenegaraan untuk perjuangan bangsa, bagaimana perjuangan TNI AD menghadapi rongrongan PKI, dan bagaimana situasi politik orde lama pada masa itu. Ia juga mengungkapkan bahwa ketika itu UUD'45 pernah diselewengkan dan mencapai puncaknya pada peristiwa G30S/PKI. Dalam hal ini Nasution juga mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang

5 16 dapat diambil dari peristiwa G30S/PKI ialah kesadaran bangsa Indonesia pada umumnya dan ABRI pada khususnya untuk melaksanakan UUD'45 secara murni dan konsekuen. Untuk kembali ke UUD'45 secara murni dan konsekuen tersebut menurutnya diperlukan landasan konstitusional. Maka MPRS pun pada tahun 1966 mengadakan sidang-sidang untuk mencapai konsensus dalam menghadapi situasi dan kondisi yang gawat pada waktu itu. Buku ini berkontribusi bagi penulis untuk mendapatkan informasi dari pelaku dan saksi sejarah yang mengalami suatu peristiwa secara langsung mengenai kehidupan Nasution dari sejak ia dilahirkan sampai perjalanan karirnya di militer dan perannya dalam perjalanan sejarah di Indonesia, sehingga nilainya akan sama dengan hasil suatu wawancara. Akan tetapi sebagaimana juga hasil wawancara, diperlukan banyak koreksi untuk meminimal sikap penokohan diri sendiri dalam karya pribadi seperti ini. Suatu analisis dalam karya sejarah memerlukan sudut pandang multidimensional yang dalam hal ini tidak dapat dilakukan apabila hanya digunakan sudut pandang dari salah satu pihak saja. Buku kedua adalah buku yang berjudul Jenderal Tanpa Pasukan Politisi Tanpa Partai : Perjalanan Hidup A.H.Nasution (1998) ditulis oleh Tim Pusat Data Dan Analisa Tempo (PDAT) yang diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti, buku ini memiliki ketebalan sebanyak 416 halaman. Buku ini dijadikan sebagai rujukan penulis karena dalam buku ini berisi tentang catatan-catatan perjalanan hidup A.H. Nasution di pentas politik. Buku ini terdiri dari 11 bagian, berisi catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan hidup A.H. Nasution sejak lahir di Hutapungkut, Kotanopan pada tahun 1918 sampai diberi

6 17 penghargaan jenderal bintang lima pada tahun Sekitar masa kecil Nasution dan keluarganya sampai ia masuk sekolah raja di Bukittinggi dan di sana ia mengenal Bung Karno ketika ia masuk CORO dan kemudian menjadi Panglima Divisi III TKR yang membawahi Priangan. Nasution diangkat menjadi penasehat Badan keamanan Rakyat di Bandung dan dijelaskan pula dalam buku ini mengenai pencopotan Nasution dari jabatannya sebagai Wakil Panglima Besar. Sampai akhirnya ia menjabat sebagai ketua Peperpu menindaklanjuti Dekrit Presiden 1959 yang membawa RI kembali ke UUD Pada tahun 1959 yang menandai retaknya hubungan Nasution dengan Bung karno, hal ini terlihat dengan sikap Nasution yang anti komunis namun dilain pihak Bung Karno mendukung Komunis berkembang di Indonesia yang tertuang dalam ide Nasakom. Pada bagian selanjutnya sebuah peristiwa pahit terjadi pada tanggal 30 september 1965 yang menandai situasi politik yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Peristiwa yang mungkin tidak dapat dilupakan Nasution dalam perjalanan hidupnya. Terjadinya peristiwa tersebut menggambarkan melunaknya sikap Bung karno yang nyaris tak punya kekuatan lagi dengan menyetujui Nasution naik kembali sebagai Wakil panglima Besar. Setelah peristiwa G30S merupakan awal dari pahitnya hidup Nasution. Ia yang berniat membabat habis PKI, malah kemudian ia dikucilkan. Tapi sebagai ketua MPRS akhirnya ia juga yang menurunkan Bung Karno dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI. Sampai masa-masa kelabu bagi Nasution ketika Fraksi ABRI dan Golkar menolak aktif di MPRS yang dipimpinnya dan mulai terpinggirkan dari percaturan politik nasional. Ia kemudian mendirikan Lembaga Kesadaran

7 18 Berkonstitusi dan selanjutnya petisi 50. Namun pada akhirnya bagaimana Nasution dirangkul kembali oleh pusat-pusat kekusaan bahkan kemudian mendapatkan bintang lima. Dari buku ini peneliti mendapatkan penjelasan yang cukup dalam mengenai peran A.H. Nasution dalam percaturan politik nasional yang menggambarkan Nasution sebagai tokoh penting yang memberikan konstribusi dalam sistem ketatanegaraan, walaupun dalam buku tersebut lebih memberikan gambaran yang menitikberatkan pada perjalanan hidup Nasution dari kehidupannya pada masa kecil sampai perjalanan karirnya baik di tentara maupun di lembaga pemerintahan, sampai ia tersingkir dari percaturan politik setelah peristiwa G30S terjadi. Dalam buku ini juga memuat tentang catatan wawancara khusus dengan Nasution mengenai hal-hal yang menyangkut dirinya yang kontroversial seperti halnya banyak bersinggungan dengan sejumlah persoalan penting. Dia pernah dituduh sebagai dalang peristiwa 17 Oktober 1952, saat moncong meriam diarahkan ke Istana Negara oleh sejumlah perwira Angkatan Darat. Dialah yang melahirkan pidato jalan tengah tentara yang merupakan cikal bakal konsep dwifungsi ABRI. Nasution juga orang pertama yang memimpin lembaga tertinggi negara yaitu MPR(S) dan kabarnya pada saat itulah MPR begitu independen membuat berbagai ketetapan. Buku ini merupakan buku yang dinilai cukup lengkap dalam membahas tentang kehidupan Nasution dibandingkan dengan buku-buku referensi lainnya yang peneliti dapatkan tentang kehidupan Nasution selain buku karangan

8 19 Nasution sendiri. Bagaimana kepribadiannya terbentuk, organisasi, sikap dan juga pemikiran-pemikirannya. Buku ketiga adalah buku karya Hendri Supriyatmono (1994) yang berjudul Nasution, Dwifungsi ABRI dan Kontribusi Kearah Reformasi Politik. Buku ini menyajikan kupasan mengenai peranan A.H. Nasution dalam proses perubahan-perubahan politik dan sumbangannya dalam penyusunan konsep Dwifungsi ABRI yang melandasi formasi sistem politik baru pada masa-masa berikutnya. Kajian yang diharapkan cukup terhadap pemikiran-pemikiran paling mendasar dari seorang Nasution dalam satu periode dimana ia sebagai seorang pemimpin militer telah muncul sebagai salah satu elite politik yang paling menentukan ketika itu. Buku ini juga menyoroti sejauh mana gagasan-gagasan strategis dan kebijakan-kebijakannya telah menentukan pola dan keberhasilan perjuangan militer menuju dibakukannya posisi dan fungsi kelompok militer secara legal konstitusional dalam negara, hingga partisipasi politik mereka memiliki legitimacy yang cukup dan permanen. Namun seberapa besar kontribusi konstruktif Nasution terhadap perkembangan politik yang terjadi, yang telah ditandai dengan berlangsungnya pembaharuan politik menuju dibakukannya tatanan politik yang baru. Selain itu hal penting yang peneliti dapatkan dari buku ini adalah gambaran mengenai bagaimana konsep Dwifungsi ABRI berhasil dirumuskan yang dianggap oleh kalangan militer sebagai modal dasar dari keterlibatannya didunia politik. Karya Hendri Supriyatmono di sini lebih menempatkan A.H. Nasution sebagai tokoh kunci yang berperan dalam kancah perpolitikan di

9 20 Indonesia, mengungkapkan keterlibatan Nasution dalam pengambilan keputusankeputusan politik yang dilakukan oleh Soekarno sebagai pimpinan nasional pada jamannya. Pendapat Hendri yang patut disimak dalam buku ini antara lain ialah bahwa Nasution merupakan salah seorang tokoh militer yang dekat dengan Soekarno yang ikut berperan dalam melahirkan konsep demokrasi terpimpin, walaupun dalam perjalannya ia terkadang bertentangan dengan pemikiran- pemikiran Soekarno. Ia juga disebutkan sebagai tokoh yang sejak awal ikut berperan dalam memprakarsai diberlakukannya UUD 1945, disamping sebagai pencetus gagasan dan perumus konsep Dwifungsi ABRI yang pada masa kemudian menjadi landasan pokok bagi formasi sistem politik pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto. Buku keempat yang diterbitkan tentang Nasution, yaitu Bisikan Nurani Seorang Jenderal karya Bakri Tianlean diterbitkan oleh Mizan pada tahun 1997 yang berisi kumpulan wawancara yang pernah dimuat di media massa tentang perannya dimasa lalu. Buku ini merupakan rentetan perjalanan hidup Nasution, sikap dan peran yang pernah diambilnya dalam momen-momen genting serta beberapa langkah Nasution, termasuk mengapa Nasution tak mengambilalih pimpinan negara dari tangan Soekarno. Bahkan memberi jalan kepada Soeharto yang kemudian berkuasa sebagai pengganti Presiden Soekarno. Buku ini dibagi menjadi tiga bagian besar, bagian pertama dipaparkan tentang perjalanan Nasution menempuh hidup dan tugas Negara. Bagian kedua memaparkan tentang pengalaman Nasution dalam menghadapi berbagai permasalahan, baik itu menyangkut permasalahan sosial dan politik maupun

10 21 keamanan. Dan bagian ketiga berisi tentang riwayat hidup sebagaimana yang tertera pada dokumen resmi mengenai sosok dan kiprahnya yang pernah dimuat di media massa. Buku ini lebih banyak menggambarkan kisah-kisah Nasution ketika pada masa-masa awal Orde Baru dan, ketika itu ia tersingkir dari jabatannya sebagai ketua MPRS, bahkan ini adalah batas terakhir dari perjalanan karir Nasution. Akibat rekayasa politik, ketika itu MPRS mengalami kevakuman dan seolah-olah tidak diperlukan lagi. Bukan lantaran MPRS tak mampu menjalankan tugas, tapi lebih karena adanya upaya untuk memacetkan lembaga tersebut. Selain itu juga buku ini berisikan ketika Nasution dicekal, perannya di petisi 50, korupsi, hingga kekerasan politik. Buku ini dinilai cukup berkontribusi dalam membahas tentang perjalanan hidup, sikap A.H. Nasution serta perannya sampai ia mengalami kehidupan yang sangat pahit ketika ia menjelang pensiun. Bahkan masa tuanya pun tidak luput dari penderitaan dan terpinggirkan dari dunia politik. Adapun kekurangan dari buku ini adalah kurang mendalamnya pembahasan mengenai peranan Nasution dalam proses peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Buku selanjutnya adalah buku yang berjudul A. H. Nasution di Masa Orde Baru karangan Tatang Sumarsono berkaitan dengan tersingkirnya Nasution dari jajaran elite militer pasca peralihan kekuasaan juga mengupas perjalanan Nasution secara luas, bahkan juga membahas peranannya dalam periode peralihan kekuasaan. Buku ini mengungkapkan peristiwa-peristiwa penting seputar kiprah A.H. Nasution disaat ia menjalani hari-hari di rumahnya di jalan Teuku Umar no.

11 22 40 Jakarta pada zaman Orde Baru. Komposisi buku ini berupa rentetan artikel yang dikumpulkan dari berbagai sumber sehingga pembahasan yang tercakup didalamnya terpotongpotong dan tampak tidak utuh untuk menggambarkan sosok dan keseluruhan peran yang pernah dijalankan Nasution. Buku ini juga berisi wawancarawawancara Nasution dengan wartawan tentang berbagai hal, maka buku ini lebih cocok sebagai kesaksian sejarah daripada sebuah karya sejarah. Selain itu sudut pandang objektif sangat diperlukan untuk mengkaji buku-buku perannya di masa lalu yang ditebitkan, karena apa yang dirasakan dan dipikirkan Nasution pada tahun 1967 akan berbeda dengan yang dipikirkan dan dirasakannya beberapa puluh tahun kemudian. B. Kajian tentang Militer dan peralihan kekuasaan dari pemerintahan Soekarno ke Soeharto Studi tentang peralihan kekuasaan di Indonesia dibahas secara mendalam oleh Ulf Sundhaussen dalam bukunya, Politik Militer Indonesia : Menuju Dwifungsi ABRI, diterbitkan oleh LP3ES pada tahun Sundhassen menggambarkan bagaimana sikap politik kaum militer selama lebih 20 tahun sebelum terjadinya peralihan kekuasaan. Kelompok-kelompok kepentingan serta latar belakang sikap politik mereka dikedepankan Sundhaussen dengan metode kronologis. Keakuratan penelitiannya didukung oleh sumber yang memadai. Sampai batas tertentu buku ini menjadi contoh bagi penulis, terutama untuk menjelaskan permasalahan yang dikemukakan berdasarkan sudut pandang kaum

12 23 militer. Seperti dipaparkan dalam buku ini bahwa ketika militer lahir dan berkembang menjadi alat pertahanan, dilain pihak militer juga berkembang menjadi lembaga yang secara fungsi dan peran berada diluar jalur yang ikut terlibat didalam kehidupan politik. Militer Indonesia memiliki keunikan dibandingkan dengan militer di negara lain, militer Indonesia membentuk dirinya sendiri melalui perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda ataupun Jepang. Perjuangan mendapatkan kemerdekaan membuatnya melakukan kegiatan kesemestaan, tidak hanya bertempur secara fisik akan tetapi terlibat dalam penyusunan strategi pendirian bangsa Indonesia. Penggalan sejarah kemerdekaan menjadi legitimasi menjadikan militer tidak hanya menjadi instrumen pertahanan bangsa dari gangguan kekuatan luar, akan tetapi menjadi bagian penting dalam membuat kebijakan politik. Faktor kemerdekaan menjadikan awal keterlibatan militer Indonesia dalam peran politik, dimasa orde lama, Soekarno mengakomodasi militer diawal pemerintahannya dan bersitegang dan menjadi faktor penentu peralihan kekuasaan yang di tandai dengan lengsernya Soekarno sebagai presiden. Di dalam buku ini dengan jelas ketika militer khususnya Angkatan Darat setahap demi setahap memberikan pengaruh terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah dibawah Presiden Soekarno seperti digambarkan dalam dekrit presiden 1959, ketika itu ketidakpusan kaum militer terhadap elit politik sipil yang saling menjatuhkan dan banyaknya kebijakan pemerintahan sipil yang mengancam otonomi khusus dan eksklusifitas militer. Oleh karena itu militer

13 24 secara tegas memberikan gagasan kepada presiden Soekarno untuk kembali kepada UUD 1945 dan membubarkan dewan konstituante. Setelah dekrit presiden, muncul sebuah kekuatan-kekuatan yang saling bersaing untuk memperoleh tempat yang cukup strategis dalam pengambilan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Ketika itu muncul PKI yang mulai memperoleh konsesi untuk menempatkan orang-orangnya di posisi-posisi kunci pemerintahan. Kemajuan dan sepak terjang PKI yang semakin kuat di pemerintahan, hal ini tentu saja meresahkan pihak militer khususnya Angkatan Darat yang juga memiliki kekuatan besar dalam pemerintahan. Sehingga muncul pertentangan diantara keduanya, pertentangan tersebut tergambarkan dalam ideology yang dianut di kedua kekuatan tersebut. Namun AD tidak bisa berbuat apa-apa ketika Soekarno lebih condong dan memberi jalan kepada PKI. Ketika muncul peristiwa G30S yang digambarkan dengan tewasnya para jenderal dari AD yang juga merupakan awal dari melemahnya pengaruh PKI di pemerintahan, bahkan PKI dianggap sebagai dalang dari semua peristiwa tersebut. Oleh karena itu muncul kekuatan AD yang memperoleh posisi yang bagus dan secara tidak langsung megambilalih kekuasaan presiden yang diperoleh dari mandat presiden kepada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam menghadapi gejolak politik yang terjadi. Walaupun peran Nasution di dalam militer menonjol, sebagaimana ditulis oleh Sundhaussen dalam bukunya tersebut, tetapi pada periode peralihan kekuasaan, ia mencatat bahwa peran itu tidak lagi dikendalikan seseorang sebagai individu. Sebagaimana seharusnya, pokok masalah yang dikemukakan oleh

14 25 Sundhaussen dalam bukunya adalah tentara sebagai lembaga. Hal ini berbeda dengan pokok permasalahan yang dikemukakan penulis yang justru menyoroti peranan Nasution sebagai individu dalam peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Buku kedua adalah karya Harold Crouch (1986), Militer dan Politik di Indonesia pada dasarnya hampir sama dengan karya Ulf Sundhaussen di atas, yakni menyoroti tentara sebagai lembaga. Perbedaan keduanya terletak periode penulisan. Crouch memfokuskan periode penelitiannya sejak Demokrasi Terpimpin sampai dengan pasca peralihan kekuasaan Berbeda dengan Sundhaussen, Crouch hanya memberikan sedikit ulasan tentang sejarah kelahiran TNI. Oleh karena itu ketokohan Nasution dan pengaruhnya terhadap lembaga kemiliteran tidak ditampilkan secara utuh. Studi yang dilakukan oleh Harold Crouch perihal tentara Indonesia pada masa menggambarkan dengan jelas hal tersebut. Crouch menemukan fakta bahwa sejak masa Revolusi 1945 Militer Indonesia tidak pernah membatasi dirinya sebagai kekuatan militer, sebab klaim keterlibatan mereka dalam perjuangan kemerdekaan mengandaikan keterlibatan perjuangan politik dan militer. Buku yang ditulis Harold Crouch ini adalah salah satu dari pendekatanpendekatan mendalam. Lebih dari satu dasawarsa sebelum Soekarno kehilangan kekuasaannya, Angkatan Darat telah mulai memainkan peran yang penting dan terus meningkat dalam proses politik Indonesia. Akan tetapi pada tahun 1966, yaitu ketika pemerintahan Soeharto menggantikan Soekarno, pemerintahan di Indonesia hampir secara sempurna diambil oleh pemerintahan baru. Sudah tentu

15 26 Angkatan Darat telah tumbuh menjadi suatu institusi yang besar yang dalam hal ini tidak terlepas pada peran tokoh-tokoh di Angkatan Darat seperti halnya A.H. Nasution. Dalam buku yang di tulis oleh Harold Crouch dalam bukunya Militer dan Politik di Indonesia memberikan informasi tentang proses peralihan yang terjadi di Indonesia yang secara jelas bahwa kaum militer dibawah pengaruh Nasution mengambilalih kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto yang diawali dengan adanya sebuah peristiwa G30S dan lahirnya Supersemar serta gambaran kondisi politik sebelum terjadinya proses peralihan tersebut. Namun buku ini tidak secara mendalam bagaimana pengaruh Nasution dalam proses peralihan. Buku ketiga yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah buku yang ditulis oleh Marwati Joened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1993) yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Buku ini dijadikan sebagai rujukan oleh penulis karena di dalam buku ini dipaparkan dalam beberapa bagian tulisannya yang menyangkut mengenai permasalahan yang penulis kaji yaitu mengenai keadaan politik Indonesia sampai pada proses peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto sekitar tahun Walaupun dalam buku ini lebih jauh lagi menggambarkan sejarah Indonesia sebelum peralihan kekuasaan terjadi bahkan dipaparkan sampai pada masa-masa awal pemerintahan Orde Baru. Namun penulis hanya melihat tulisan yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang penulis kaji. Hal ini untuk mempermudah penulis dalam penulisan, sehingga memperoleh hasil yang baik dan tidak terlalu melebar dalam pembahasannya. Dalam buku ini dipaparkan mengenai keadaan politik Indonesia yang

16 27 penuh dengan pergolakan yang ditandai dengan munculnya kekuatan-kekuatan politik yang memperoleh kedudukan sangat besar dalam pengambilan kebijakan strategis di pemerintahan khususnya pada masa pemerintahan demokrasi terpimpin. Ketika itu ada dua kekuatan besar yang memperoleh kedudukan di pemerintahan yaitu Partai Komunis Indonesia dan Militer khususnya TNI Angkatan Darat yang kemudian kekuatan politik tersebut terpusat di tangan Presiden Soekarno. Diantara kekuatan politik tersebut terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan gejolak politik. Persaingan antara PKI dan TNI-AD dalam memperoleh pengaruh terhadap pemerintahan dilakukan PKI dengan cara menempel pada presiden Soekarno, sehingga secara sistematis PKI berusaha menempatkan dirinya sebagai golongan yang menerima pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Sehingga dapat mencitrakan sebagai partai yang pancasilais dan yang mendukung ajaran-ajaran presiden Soekarno yaitu ajaran Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis) pada saat itu. Sehingga ajaran soekarno tersebut sangat menguntungkan PKI, karena menempatkannya sebagai unsur yang sah dalam pergerakan nasional dan dalam konstelasi politik Indonesia. Dilain pihak TNI Angkatan Darat menentang adanya pengaruh yang besar terhadap PKI dan berusaha mengimbanginya. TNI-AD dan para panglima daerah mengingatkan presiden Soekarno agar jangan terlampau percaya atas keloyalan PKI, baik atas perimbangan ideologis maupun atas pengalaman lampau. Namun Soekarno tetap pada keyakinannya bahwa PKI tidak akan melakukan hal yang dianggapnya tidak mungkin. Dalam pidato-pidato Soekarno lebih cenderung pada PKI dan merangsang PKI untuk menyudutkan TNI-AD sebagai pihak yang

17 28 sumbang suaranya. Puncak dari kegiatan PKI adalah meletusnya pemberontakan G 30 S/PKI yang menimbulkan korban dari pihak TNI Angkatan Darat. Peristiwa tersebut terjadi ditandai dengan gerakan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Dalam peristiwa ini kemudian Angkatan Darat mengambil langkahlangkah dalam menumpas gerakan tersebut. Dan memperoleh surat mandat dari presiden Soekarno yang di tujukan kepada Letjen Soeharto sebagai Pangkostrad untuk mengambil alih komando yang kemudian surat tersebut terkenal dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret). Atas mandat tersebut Soeharto kemudian menumpas pemberontakan yang dilakukan PKI. Pada masa ini terdapat dualisme dalam kepemimpinan nasional, yaitu disatu pihak presiden Soekarno yang masih aktif dan di pihak lain adanya tokoh Jenderal Soeharto yang semakin popular berkat prestasinya menumpas pemberontakan G 30 S/PKI dalam waktu yang singkat, serta melaksanakan dengan pasti usaha-usaha stabilisasi politik dan ekonomi berdasarkan surat perintah 11 Maret 1966.

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang

I. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang telah dijalankan sebelumnya. Dengan kebulatan tekad atau komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang 168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Peralihan Kekuasaan Dari Pemerintahan Soekarno Ke Pemerintahan. segi historis maupun dari segi pedagogis sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN. Peralihan Kekuasaan Dari Pemerintahan Soekarno Ke Pemerintahan. segi historis maupun dari segi pedagogis sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peranan A.H Nasution Dalam Peralihan Kekuasaan Dari Pemerintahan Soekarno Ke Pemerintahan Soeharto Tahun 1965-1969, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah negara selain memiliki wilayah dan Penduduk, sebuah negara juga harus memiliki sebuah Angkatan Bersejanta untuk mengamankan wilayah kedaulatan negaranya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Latar belakang Sejarah awal terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari peran militer Terdapat dwi fungsi ABRI, yaitu : (1) menjaga keamanan

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah rezim pemerintahan bagaimanapun kuat dan besar kekuasaannya tidak akan pernah berjaya terus-menerus tanpa ada batasnya. Suatu saat rezim tersebut kekuasaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Militer adalah sebuah organisasi yang paling sering melayani kepentingan umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi. Militer

Lebih terperinci

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN

SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN NAMA : 1. Aris Hadi Pranoto (14144600203) 2. Desi Muji Hartanti (14144600178) 3. Puput Wulandari (14144600191) 4. Muhammad Hafizh Alhanif (14144600215) Kelas: A5-14 SISTEM PRESIDENSIIL TAHUN 1959-1966

Lebih terperinci

Tap XXXIII/MPRS/1967

Tap XXXIII/MPRS/1967 Tap XXXIII/MPRS/1967 KETIKA memberi sambutan dalam rangka 100 Tahun Bung Karno di Blitar, Rachmawati Soekarnoputri mengusul-kan agar Ketetapan Tap XXXIII/MPRS/1967 dicabut. Menurut Rachmawati, Tap itu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011 KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPA 2011 Jenis sekolah : SMA/MA Jumlah soal : 55 butir Mata pelajaran : SEJARAH Bentuk soal/tes : Pilihan Ganda/essay Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak keruntuhan kekuasaan Presiden Soeharto ditahun 1998, masyarakat Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka. Berbagai hal yang

Lebih terperinci

G30S dan Kejahatan Negara

G30S dan Kejahatan Negara Telah terbit Buku: G30S dan Kejahatan Negara Catatan Penyunting Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 7 pagi, saya bermain catur dengan ayah saya, Siauw Giok Tjhan di beranda depan rumah. Sebuah kebiasaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita 102 BAB V KESIMPULAN Periode Revolusi merupakan masa-masa yang sulit bagi Banten untuk beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita untuk menjadikan Banten yang diperintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Masa Demokrasi Liberal ( ). Metodologi yang digunakan penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Masa Demokrasi Liberal ( ). Metodologi yang digunakan penulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini kan menjelaskan tentang metode penelitian yang akan di pakai dalam membahas permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Peristiwa 27 Juni 1955:

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer. BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia

Lebih terperinci

TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO

TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO K E T E T A P A N REPUBLIK INDONESIA No. XXVI/MPRS/1966 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini Silahkan Baca Tragedi PKI Ini Nusantarapos,- Apakah Pantas Soeharto Diampuni?, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada masa ini terjadi kejatuhan suatu kekuasaan pemerintahan yang diperintah

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

SISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

SISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian sistem Politik 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. 2. Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa-2

Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa-2 PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 03 Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa-2 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc 1. PANCASILA ERA ORDE LAMA Pasca Pemilu

Lebih terperinci

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965? http://m.kaskus.co.id/thread/5640b87f12e257b1148b4570/kenapa-soeharto-tidak-mencegah-g30s-1965/ PERAN Soeharto dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Bahasan utama dalam kesimpulan ini merupakan intisari dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 82 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan tentang Perkembangan Organisasi Golongan Karya (Golkar) Tahun 1964-1997 yang telah dilakukan di Bab IV. Disamping

Lebih terperinci

POLITICS DAN POLITICKING Oleh Nurcholish Madjid

POLITICS DAN POLITICKING Oleh Nurcholish Madjid POLITICS DAN POLITICKING Oleh Nurcholish Madjid Adalah menarik sekali mencatat apa yang dikatakan oleh Presiden Soeharto dalam amanatnya kepada Musyawarah Nasional Golkar di Surabaya. Dalam amanat itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembabakan sejarah di Indonesia terbagi ke dalam beberapa periode, salah satunya adalah masa Orde Baru (1966-1998). Pada periode ini, Indonesia berada di bawah

Lebih terperinci

Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh

Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh Diterbitkannya buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando tentang berbagai pengalaman Letjen (Pur) Sintong Panjaitan,yang diluncurkan 11 Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar.

Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. Partai PDIP dan Pembasmian PKI Melalui Supersemar. BY HANDOKO WIZAYA ON OCTOBER 4, 2017POLITIK https://seword.com/politik/partai-pdip-dan-pembasmian-pki-melalui-supersemar/ Menurut Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

KEKUASAAN PRESIDEN DALAM SISTEM POLITIKDEMOKRASI TERPIMPIN D I S U S U N OLEH :

KEKUASAAN PRESIDEN DALAM SISTEM POLITIKDEMOKRASI TERPIMPIN D I S U S U N OLEH : KEKUASAAN PRESIDEN DALAM SISTEM POLITIKDEMOKRASI TERPIMPIN 1959-1965 D I S U S U N OLEH : Nama : Nahyatun Nisa Harahap NIM : 050906052 Departemen : Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. P. Anthonius Sitepu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini merupakan tahun politik di Indonesia, karena tahun ini di Indonesia menjalani Pemilu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Latar belakang TNI sebagai kekuatan Sosial Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

KEMAL IDRIS, KISAH TIGA JENDERAL IDEALIS

KEMAL IDRIS, KISAH TIGA JENDERAL IDEALIS KEMAL IDRIS, KISAH TIGA JENDERAL IDEALIS Kalau ada segelintir perwira yang tidak berubah sikap, maka itu tak lain adalah tiga jenderal idealis Sarwo Edhie Wibowo, HR Dharsono dan Kemal Idris. Namun perlahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit

Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit Hasan Kurniawan http://daerah.sindonews.com/read/1053972/29/kesaksian-elite-pki-tentang-sepak-terjang-aidit-1445105212 Minggu, 18 Oktober 2015 05:05 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

TNI Miliki Kewajiban Lakukan Kudeta

TNI Miliki Kewajiban Lakukan Kudeta http://jaringnews.com/politik-peristiwa/interview/60542/laksda-purn-tn Senin, 21 April 2014 09:15 WIB Laksda (Purn) TNI Soleman B. Ponto: TNI Miliki Kewajiban Lakukan Kudeta Eben Ezer Siadari Laksda (Purn)

Lebih terperinci

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini nama-nama pejuang pergerakan nasional yang turut berperang di kancah peperangan dan bernegosiasi di meja diplomasi pada umumnya banyak yang telah dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku

BAB I PENDAHULUAN. Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bolaang Mongondow adalah sebuah suku bangsa di Indonesia. Dimana suku Mongondow adalah merupakan penduduk Kerajaan Bolaang Mongondow yang pada tahun 1954 secara resmi

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci