BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi. 1. Pengertian Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi. 1. Pengertian Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi"

Transkripsi

1 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi 1. Pengertian Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Kata pengembangan memiliki banyak arti, diantaranya perubahan, pembaharuan, perluasan dan sebagainya. Dalam arti yang lazim; Pengembangan berarti menunjuk pada suatu kegiatan yang menghasilkan cara baru setelah diadakan penilaian serta penyempurnaan seperlunya. 15 Jadi yang dimaksud dengan pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan. Sedangkan istilah kurikulum sendiri memiliki banyak definisi yang hampir sama. Oemar Hamalik, mengemukakan pandangan tradisional tentang kurikulum adalah; Sejumlah mata pelajar yang harus ditempuh murid untuk memeperoleh ijazah. 16 Sedangkan dalam pengertian yang lain dikemukakan bahwa kurikulum adalah : Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. 17 Kedua istilah inilah yang kemudian digabungkan dan terkenal dengan pengembangan kurikulum. Sukmadinata dalam Wina Sanjaya mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum memiliki makna yang sangat luas yaitu : Menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, GBPP, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan. Pada sisi lain berkenaan juga dengan penjabaran GBPP yang telah disusun menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih khusus yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyususnan rencana tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan lain-lain Winarno Surakhmad, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 15 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,(Bandung : Remaja Rosda Karya, Cet.3, 2009), hlm. 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm.18 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta : Prenada Media Group, Cet. 2, 2009), hlm. 77

2 23 Menurut Hamalik, yang dimaksud pengembangan kurikulum adalah: Perencanaan kesempatan-kesempatan belajar untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahanperubahan itu telah terjadi pada diri siswa. 19 Sedangkan yang dimaksud pengembangan kurikulum PAI menurut Muhaimin, itu bisa meliputi berbagai kegiatan diantaranya; (1) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI, (2) proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik, dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI. 20 Dari beberapa definisi di atas, maka yang terkait dengan tujuan penelitian ini adalah pengembangan kurikulum PAI dengan melakukan perencanaan guna memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, agar sesuai dengan arah perubahan yang diinginkan. Perubahan tersebut adalah berupa proses menghubungkan kompetensi yang memiliki keterkaitan antara mata pelajaran PAI dan kejuruan, sehingga mampu memberikan kesempatan belajar kepada para siswa agar menguasai nilai-nilai ajaran agama yang relevan dengan kompetensi kejuruan yang dipelajarinya. Materi-materi yang terkait tersebut didesain dalam bentuk kurikulum interelasi yang dijabarkan dalam silabus dan bahan ajar yang berbasis interelasi. Melalui bahan ajar inilah yang kemudian dilaksanakan dalam kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya dalam membantu mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai visi, misi, tujuan dan hasil yang diinginkan oleh satuan pendidikan sepertihalnya pada SMK Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta : Remaja Rosda Karya, Cet. 3, 2008), hlm. 97 Muhaimin, Pengembangan, 2009, hlm.10

3 24 Pengembangan kurikulum berbasis interelasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, upaya peneliti/pengembang untuk mendesain materi PAI dan mata pelajaran kejuruan yang memiliki keterkaitan dalam kurikulum berbasis interelasi. Materi-materi tersebut dilandaskan pada standar isi dan standar kelulusan pada masing-masing mata pelajaran, yang selanjutnya dirumuskan dalam silabus serta bahan ajar yang bersifat interelasi. Kurikulum berbasis interelasi ini diharapkan menjadi panduan bagi guru PAI maupun kejuruan dalam penyajian materi pelajaran, kegiatan praktek maupun pembinaan keagamaan baik di kelas maupun di luar kelas. 2. Tujuan Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Pengembangan kurikulum berbasis interelasi ini dilakukan sejalan dengan tujuan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyusun kurikulum operasional sesuai dengan karakter satuan pendidikan tersebut. Kurikulum yang dikembangkan haruslah juga berpedoman pada standar isi (SI), standar kompetensi kelulusan (SKL) dan standar kompetensi penilaian (SKP) yang telah ada dan dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Semuanya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang berpusat pada potensi, pertumbuhan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Disamping itu juga beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbagai aspek secara menyeluruh dan berkesinambungan. Perumusan tujuan adalah menjadi langkah pertama dalam pengembangan kurikulum, karena aspek tujuan dapat berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya serta kegiatan pengembangan yang dilakukan. Menurut Hamalik: Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals

4 25 dan objectives. Tujuan goals dinyatakan dalam rumusan yang bersifat abstrak dan umum, serta pencapainnya relatif dalam jangka panjang. Sedangkan tujuan objectives lebih bersifat khusus, operasioanal, dan pencapainnya dalam jangka pendek. 21 Pengembangan kurikulum interelasi ini memiliki tujuan jangka panjang berupa, dapat tumbuhnya nilai-nilai Islam yang nantinya diamalkan, manakala para siswa telah terjun dalam dunia pekerjaan dan dunia usaha ataupun sebagai warga masyarakat secara luas. Sedangkan untuk tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya kerjasama antara guru PAI dan kejuruan dalam pembinaan pengetahuan dan akhlak siswa. Disamping itu menjadi tanggung jawab bersama dalam penciptaan lingkungan dan budaya sekolah yang religius sesuai tujuan SMK serta visi dan misi suatu lembaga pendidikan. 3. Komponen Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Beberapa ahli pendidikan mengemukakan bahwa dalam rangka pengembangan kurikulum maka perlu diperhatikan beberapa komponen yang menurut Nasution, diantaranya adalah : 1) tujuan, 2) bahan pelajaran, 3) proses belajar mengajar, dan 4) penilaian. 22 Sedangkan Hamalik mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum yang dilakukan hendaklah mencakup : 1) tujuan kurikulum, 2) materi kurikulum, 3) metode kurikulum, 4) organisasi kurikulum dan 5) evaluasi kurikulum. 23 Dari berbagai pendapat diatas dapat diketahui bahwa pengembangan kurikulum dapat dilakukan berdasarkan komponen-komponen tersebut. Ada yang dikembangkan dari sisi tujuan dan materinya, tapi juga ada yang hanya dari segi metodenya saja, atau organisasi dan evaluasinya saja. Namun bagi kepentingan Oemar Hamalik, Manajemen, hlm. 187 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, ( Jakarta : Bumi Aksara, Cet. VII, 2006), hlm. 18 Oemar Hamalik, Kurikulum, hlm. 24

5 26 suatu bangsa atau lebih luas kadang pengembangannya meliputi semua komponen. Bila pengembangan yang dilakukan itu meliputi semua komponen, maka boleh jadi akan melahirkan suatu kurikulum baru atau kurikulum yang lebih sempurna dan baik. Akan tetapi manakala pengembangan itu hanya pada satu dua komponen saja, maka hanyalah bersifat penyempurnaan atau untuk melengkapi kekurangan yang ditemukan dalam pelaksanaan. Pengembangan semacam ini dapat dilakukan pada satuan pendidikan atau juga pada beberapa guru mata pelajaran. Pengembangan kurikulum berbasis interelasi adalah merupakan bentuk pengembangan yang dilakukan oleh satuan pendidikan atau oleh guru mata pelajaran. Komponen yang dikembangkan adalah juga sebatas pada materi yang telah ada kemudian dicarikan keterkaitan antara materi-materi pelajaran tersebut. Hasil pengembangan ini selanjutnya dirumuskan pula tujuan pembelajaran, materi pelajaran, proses belajar mengajar serta penilaiannya. Semua komponen ini akan termuat dalam kurikulum berbasis interelasi dari hasil pengembangan, yang juga meliputi silabus, dan bahan ajar berbasis interelasi. Walaupun pengembangan kurikulum berbasis interelasi ini dikembangkan dari sisi materi, namun prosedur pengembangannya tetap mengacu pada rancang bangun komponen pengembangan sebuah kurikulum. Rancang bangun tersebut telah dikemukakan para ahli sebagaimana di atas yang meliputi beberapa komponen baik tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar serta pelaksanaan evaluasi atau penilian. Bila rancangan komponen tersebut disajikan dalam gambar, maka dapatlah dilihat sebagaimana di bawah ini :

6 27 Tujuan Isi/Bahan Organisasi/PBM Evaluasi Gambar : 2.1 Rancang bangun kurikulum (komponen pengembangan kurikulum) 24 Pada gambar ini dapat diketahui bahwa setiap komponen kurikulum saling berhubungan timbal balik antara satu sama lain. Rancang bangun ini menempatkan tujuan pada posisi di atas, yang berarti bahwa perumusan tujuan merupakan kegiatan pertama dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum. Garis vertikal yang merentang dari tujuan ke bawah menghubungkan dengan evaluasi, menunjukkan bahwa setelah merumuskan tujuan sepatutnya dirumuskan pula alat untuk menilai pencapaian tujuan yang sesuai. Garis vertikal tersebut mempunyai arah timbal balik, maka berarti bahwa disamping tujuan berhubungan dengan evaluasi, tapi juga evaluasi yang dilakukan harus sesuai pula dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain garis vertikal juga terdapat garis yang merentang bersifat horisontal, dari samping menuju kepada komponen isi/bahan. Garis ini juga bergerak kedua arah, yang menunjukkan bahwa tujuan juga berhubungan dengan isi, dan bahan atau isi pelajaran harus sesuai dengan tujuan. Garis horisontal yang menghubungkan isi dengan organisasi juga menunjukkan dua arah yang berarti bahwa, bahan yang telah 24 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. V, 2008), hlm. 51

7 28 dirumuskan sesuai dengan tujuan diorganisasi sedemikian rupa, dan organisasi tersebut sesuai dengan sifat dari isi atau bahan pelajaran. Garis-garis dua arah dari dan ke masing-masing komponen menunjukkan, bahwa setiap komponen berhubungan satu sama lain, sehingga upaya pencapaian tujuan terlaksana secara efektif. Pengembangan kurikulum berbasis interelasi ini lebih menitik beratkan pada komponen isi, bahan atau materi. Semua pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa dari sekolah adalah menjadi isi kurikulum. Pengalaman-pengalaman tersebut dirancang dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan. Adakalanya tujuan dijadikan acuan dalam merancang isi kurikulum, namun sebaliknya isi bisa menjadi acuan bagi tujuan. Hal ini bergantung pada konsep, rancang bangun dan acuan folosofi yang digunakan. Terkait dengan pengembangan kurikulum berbasis interelasi yang bertujuan menghubungkan materi-materi terkait antara PAI dan mata pelajaran kejuruan, maka materi tersebut haruslah sesuai dengan tujuan dilakukan pengembangan ini. Adapun tujuan pengembangan ini adalah sebagaimana di atas yakni untuk menjadikan para siswa memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman yang terkait antara nilai-nilai ajaran Islam dengan kompetensi keahlian yang dimiliki. Untuk itu isi atau bahan kurikulum interelasi ini adalah materi atau bahan ajaran agama Islam (PAI) yang berhubungan dengan dasar kompetensi dan kompetensi keahlian pada setiap program studi yang perlu dimiliki oleh para siswa SMK. Materi-materi tersebut adalah yang ada pada program studi yang dikembangkan pada SMK, yang memiliki program studi bisnis dan manajemen sebagaimana pada SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang.

8 29 4. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Prinsip-prinsip dasar yang dipakai sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya menurut Abdullah Idi 25 adalah sebagai berikut : a) Prinsip Relevansi; yaitu kesesuaian antara lulusan suatu sekolah dengan tuntutan kehidupan yang ada pada masyarakat. Masalah relevansi ini setidaknya dapat dilihat dari empat segi yaitu; (1) relevansi pendidikan dengan lingkungan siswa atau masyarakat, (2) relevansi dengan tuntutan pekerjaan, (3) relevansi dengan perkembangan kehidupan sekarang dan akan datang, (4) relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Prinsip inilah yang mendasari upaya peneliti dalam melakukan pengembangan kurikulum berbasis interelasi PAI dan mata pelajaran kejuruan. Pengembangan ini dilakukan karena relevansi dengan lingkungan siswa SMK serta tuntutan lapangan kerja. Disamping itu juga perkembangan kehidupan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Prinsip Efektifitas; yaitu sejauh mana perencanaan kurikulum yang dicapai sesuai dengan keinginan yang ditentukan. Efektifitas dapat dilihat dari dua sisi yaitu, efektiftas mengajar pendidik dan efektifitas belajar anak didik. c) Prinsip Efisiensi; yaitu segala usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar. d) Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan); yaitu adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan/studi dan bidang studi. 25 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007), hlm

9 30 e) Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan); artinya tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Kebebasan peserta didik dalam memilih program yang disenangi. Sedangkan bagi guru adalah kebebasan untuk mengembangkan program-program pengajaran sendiri dengan berpedoman pada ketentuan yang digariskan oleh kurikulum. f) Prinsip berorientasi tujuan; bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terdahulu. g) Prinsip dan model pengembangan kurikulum; maksudnya adalah, bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki, menetapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya. Selain ketujuh prinsip juga ada lagi tambahan beberapa prinsip yang dijelaskan oleh Hamalik, 26 diantaranya adalah : a) Prinsip keseimbangan; keseimbangan secara proporsional dan fungsional, antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspekaspek prilaku yang ingin dikembangkan. b) Prinsip keterpaduan; dengan melibatkan semua pihak, baik di tingkat sekolah maupun intersektoral. Keterpaduan juga dalam proses pembelajaran, baik dalam interaksi antara siswa dan guru maupun antara teori dan praktek. c) Prinsip mutu; berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. 26 Oemar Hamalik, Kurikulum, hlm. 32

10 31 Prinsip-prinsip inilah yang mendasari peneliti melakukan upaya pengembangan kurikulum berbasis interelasi. Selain itu juga terdapat prinsip-prinsip khusus, yang berkenaan dengan: 27 (1) pemilihan penyusunan tujuan pendidikan baik itu tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. (2) pemilihan isi pendidikan yang harus sesuai dengan tujuan pendidikan serta mencakup ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Setiap unit kurikulum harus disusun berdasarkan urutan yang logis dan sistimatis. (3) pemilihan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode yang sesuai. (4) pemilihan dan penentuan media dan alat pengajaran yang baik dan tepat, serta (5) pemilihan kegiatan penilaian ataupun tes yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi kurikulum tersebut. 5. Landasan Pengembangan Kurikulumn Berbasis Interelasi Dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum yang tepat dan dapat dijadikan dasar. Landasan yang dimaksud adalah sebagai pijakan agar pengembangan yang dilakukan tidak menyimpang dari nilainilai dasar yang perlu dipertahankan dan dikembangkan serta aturan yang berlaku. Menurut Sanjaya ada tiga landasan pengembangan kurikulum yakni filosofis, psikologis dan sosilogis-teknologis. 28 a) Landasan Filosofis, adalah hakekat realitas, ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan, keindahan, dan hakekat pikiran yang ada dalam masyarakat. Fungsi dari landasan ini adalah untuk menentukan arah dan tujuan pendidikan, menentukan isi atau materi yang harus diberikan, strategi atau cara yang digunakan dalam mencapai tujuan serta bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. 27 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, Cet. V, 2002), hlm Wina Sanjaya, Kurikulum, hlm. 42

11 32 b) Landasan Psikologis, landasan ini didasarkan bahwa setiap anak didik memiliki keunikan dan perbedaan karakter psiko-fisiknya. Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Siswa SMK yang berada pada usia 15 tahun keatas, dengan berbagai gejala psikogisnya serta memiliki pola pikir yang sistematik, rasional, abstrak dan sebagainya hendaklah juga menjadi pertimbangan. c) Landasan Sosilogis-Teknologis, landasan ini mengakui bahwa para siswa selain sebagai seorang individu, juga sebagai, makhluk sosial. Oleh karena itu sekolah tidak hanya mewariskan budaya dan nilai-nilai suatu masyarakat tapi juga perlu disiapkan agar siswa tersebut dapat hidup dalam komunitas masyarakat. Selain itu juga perlu dipertimbangkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang kemudian sering membawa perubahan dalam pola hidup dan juga perubahan dalam kehidupan sosial politik suatu bangsa. Hamalik juga mengemukakan beberapa landasan pengembangan yaitu : a) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional, tujuan ini dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional dan tujuan kurikulum pada suatu satuan pendidikan. b) Landasan Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat, lebih pada masyarakat dimana lembaga berada. c) Perkembangan peserta didik, secara fisik dan psikologi d) Keadaan lingkungan yang meliputi, lingkungan manusiawi, kebudayaan, iptek, dan lingkungan hidup serta lingkungan alam. e) Kebutuhan pembangunan, yang mencakup semua aspek pembangunan.

12 33 f) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistim nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa. 29 Setiap upaya pengembangan dilakukan maka perlu dipertimbangkan semua aspek baik aspek filosofis, psikologis maupun sosiologis-teknologis. Disamping itu juga perlu dirumuskan beberapa ketentuan yang terkait misalnya; untuk apa dikembangkan, dalam masalah atau aspek apa saja pengembangan dilakukan, kepada siapa saja hasil pengembangan tersebut ditujukan, bagaimana dampak dari pengembangan tersebut dilakukan dan apa yang akan didapatkan dari hasil pengembangan tersebut dilakukan, dan beberapa hal lainnya. Landasan pengembangan ini lebih ditekankan pada sosiologis-teknologis, karena sesuai dengan tujun SMK yaitu untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat bekerja dalam bidang keahlian tertentu. Para siswa selain diberikan pengetahuan dan keterampilan, juga ditanamkan nilai-nilai religus dan budaya agar dapat hidup, bekerja dan menjadi manusia yang bermutu serta dapat membangun masyarakat. Nilai religus dan budayalah yang menjadi landasan bagi pengembangan. Inilah beberapa landasan dan yang menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan upaya pengembangan kurikulum berbasis interelasi. 6. Jenis dan Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Interelasi Kurikulum yang berlaku selama ini biasanya bersifat baku yang berasal dari pemerintah dan siap untuk digunakan oleh pendidik atau guru. Kini telah dikenalkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memberikan ruang bagi upaya pengembangan oleh sebuah satuan pendidikan. Banyak ragam dan jenis kurikulum yang selama ini telah dikembangkan. Dari sekian jenis kurikulum yang telah diberlakukan selama ini terdapat beberapa tipe atau jenis kurikulum. 29 Oemar Hamalik, Kurikulum, hlm. 19

13 34 Pengelompokan jenis kurikulum biasanya didasarkan pada bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulumnya. Beberapa jenis kurikulum yang dikenal selama ini antara lain : Separated Subject Curriculum (kurikulum dengan mata pelajaran terpisah), Correlated Curriculum (kurikulum dengan menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, Broad Fields Curriculum (Mengkombinasikan atau menyatukan beberapa mata pelajaran dalam satu mata pelajaran atau bidang studi) dan Integrated Curriculum (Keterpaduan bahan pelajaran pada suatu masalah dengan solusi dari berbagai materi disiplin mata pelajaran lain). 30 Jenis kurikulum yang terkait dengan penelitian ini adalah Correlated Curriculum, karena menghubungkan kompetensi antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain, atau antara PAI dan mata pelajaran kejuruan. Dalam melakukan korelasi kurikulum antar mata pelajaran, terdapat tiga tipe yang yang biasa dilaksanakan yaitu; korelasi akkasional/incidental yang dilakukan secara tiba-tiba, korelasi etis yang bertujuan mendidik budi pekerti dan korelasi sistematis yang biasa direncanakan oleh guru. Korelasi sistematis inilah yang akan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum berbasis interelasi. Antara guru-guru PAI dan kejuruan membangun kerjasama untuk merumuskan secara sistematis hubungan antara materi PAI dan kejuruan. Ciri-ciri dari dari kurikulum dengan mata pelajaran yang berkorelasi adalah : a) Antara mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain. Dalam hal ini PAI dikorelasikan dengan mata pelajaran kejuruan. b) Adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. c) Diupayakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan para siswa. 30 Abdullah Idi, Pengembangan, hal

14 35 Dalam hal ini disesuaikan dengan program keahlian yang dipilih siswa. d) Cara penyampaian dengan menggunakan metode korelasi. e) Dikembangkannya aktifitas siswa disamping peran aktif para guru. 31 Jenis pengembangan kurikulum yang dilakukan dalam kurikulum berbasis interelasi ini adalah Correlated Curriculum, karena itu mata pelajaran yang dihubungkan adalah mata pelajaran PAI dengan mata pelajaran kejuruan. Pada SMK Muhammadiyah 2 Malang terdapat tiga program keahlian atau jurusan sehingga mata pelajaran kejuruannya juga meliputi, mata pelajaran kejuruan akuntansi, sekretaris dan penjualan. Pada mata pelajaran kejuruan inilah yang akan dicarikan keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar yang memiliki hubungan materi. Bila disajikan dalam gambar adalah sebagai berikut : Kompetensi Dasar dan Kejuruan Adm. Perkantoran Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar dan Kejuruan Akuntansi Kompetensi Dasar dan Kejuruan Pemasaran Gambar : 2.2 Correlated Currikulum 31 Oemar Hamalik, Dasar-dasar, hlm. 157

15 36 Correlated Curriculum yang dilakukan dalam korelasi bidang studi dapat terjadi melalui, korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis dan korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis. 32 Terkait dengan pengembangan kurikulum berbasis interelasi maka, Muhaimin menawarkan satu model yaitu Interconnected model yaitu model terhubung antara satu dengan lainnya. 33 Model ini adalah pengembangan bahan ajar yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu kompetensi dasar atau satu topik pelajaran dengan satu kompetensi atau topik yang berdekatan dari mata pelajaran yang berbeda. Model connected menurut Hadisubroto dalam Trianto; adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari ini dengan hari yang lain dalam suatu mata pelajaran. 34 Melalui model ini para guru agama dan guru kejuruan membangun kerjasama dengan berusaha untuk menghubungkan satu topik atau kompetensi PAI dan kompetensi kejuruan yang berdekatan atau memiliki keterkaitan. Bentuk kerjasama tersebut dapat menghasilkan produk dalam bentuk silabus dan bahan ajar berbasis interelasi. Kurikulum tipe connected yang akan melahirkan pembelajaran terpadu tipe connected, oleh para ahli dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan. Menurut Frogarty dan Hadisubroto dalam Trianto, 35 keunggulan tipe connected antara lain : (a) siswa akan memperoleh gambaran yang lebih luas dari suatu aspek yang dipelajari, (b) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus 32 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hlm Muhaimin, Rekonstruksi, 2009, hlm Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm Ibid, hlm. 44

16 37 menerus sehingga terjadi proses internalisasi, (c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah, (d) tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku. Kelemahan tipe connected antara lain : (a) masih kelihatan terpisahnya inter mata pelajaran, (b) tidak mendorong guru bekerja secara tim, sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar mata pelajaran, (c) dalam memadukan ide-ide dalam suatu mata pelajaran, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar mata pelajaran menjadi terabaikan. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari model kurikulum ini, maka perlu adanya sebuah kebijakan yang memihak dari sekolah. Kepala sekolah dapat mengambil suatu keputusan untuk mengembangkan serta memberlakukan tipe kurikulum connected. Semua mata pelajaran dan guru yang memiliki keterkaitan hendaklah dianjurkan untuk melakukan interelasi, sehingga diharapkan konsepkonsep serta ide-ide antar mata pelajaran dapat dikembangkan dan terjadi proses internalisasi dalam pengetahuan, sikap dan prilaku siswa. Hal ini pulalah yang diharapkan dari pengembangan kurikulum berbasis interelasi antara PAI dan mata pelajaran kejuruan di SMK Muhammadiyah 2 Malang. Selain jenis atau organisasi kurikulum diatas, maka dalam kegiatan pengembangan kurikulum, para pengembang tidak hanya berpijak pada jenis kurikulum yang ada, melainkan ditentukan pula model apa yang akan digunakan dalam proses pengembangan kurikulum tersebut. Model pengembangan tersebut didasarkan pada sumber darimana proses pengembangan itu dilakukan. Ada banyak ragam model pengembangan kurikulum yang ada, diantaranya adalah : the administrative model, the grass roots model, beauchamp s system, the

17 38 demonstration model, taba s inverted model, roger s interpersonal relations model, the systematic action-research model, dan emerging technical models. 36 Dari berbagai model pengembangan kurikulum tersebut, model yang dianut dalam penelitian pengembangan kurikulum initerelasi ini adalah the grass roots model. Upaya pengembangan model ini adalah yang berasal dari bawah, yaitu guruguru atau sekolah. Model ini dapat dikembangkan oleh seorang guru atau sekelompok guru dalam suatu sekolah. Pengembangan atau penyempurnaan ini tidak harus meliputi semua komponen, tapi dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum misalnya hanya pada isi atau materi kurikulum saja. Hal ini dapat dilakukan karena seorang guru tidak hanya sebatas pelaksana kegiatan mengajar, tapi juga dapat merencanakan dan menyempurnakan materi pengajaran di kelas ataupun di luar kelas. Pada pengembangan kurikulum berbasis interelasi, maka peran guru mata pelajaran teramat penting. Antara guru PAI dan kejuruan melakukan kerjasama dalam merumuskan materi dan silabus kurikulum berbasis interelasi. Hasil pengembangan ini kemudian digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Produk pengembangan tersebut bisa jadi dilakukan oleh suatu sekolah kemudian dapat diterapkan atau dikembangkan pula pada sekolah lain. Atau juga dapat dilakuakan pada satuan pendidikan yang memiliki kesamaan jurusan atau program studi atau tujuan suatuan pendidikan. Mengingat model pengembangan ini adalah berasal dari para guru, maka perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang digunakan. Ada empat prinsip yang digunakan dalam model ini yaitu; a) kurikulum akan bertambah baik kalau kompetensi profesi guru bertambah baik, b) kompetensi guru bertambah baik kalau 36 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan, hlm

18 39 guru menjadi personil-personil yang dilibatkan dalam perbaikan kurikulum, c) jika para guru bersama-sama menanggung bentuk-bentuk yang menjadi tujuan yang dicapai, dalam memilih dan memecahkan masalah yang dihadapi serta dalam memutuskan dan menilai hasil, keterlibatan mereka akan lebih terjamin, dan, d) sebagai orang yang bertemu dalam kelompok tatap muka, mereka akan mengerti satu sama lain dan membantu adanya konsensus dalam prinsip-prinsip dasar, tujuan dan perencanaan. 37 B. Interelasi Pendidikan Agama Islam dan Mata Pelajaran Kejuruan 1. Pengertian Interelasi Kata interelasi berasal dari akar kata inter dan relasi. Kata inter yang berarti bentuk terikat yang berarti, antara, dengan atau terhadap satu sama lain, bersamasama 38 Adapun kata relasi berarti; hubungan pertalian, atau hubungan dengan orang lain. 39 Dari kedua arti kata tersebut maka yang dimaksud interelasi adalah bentuk hubungan terkait antara satu sama lain. Secara istilah menurut Muhaimin, interelasi tidaklah bermaksud memfusikan atau menyatukan PAI dengan mata pelajaran non agama sebagaimana model integrasi, tetapi sekedar saling menghubungkan antar kompetensi-kompetensi dasar atau topik-topik atau materi yang relevan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Tiap mata pelajaran tersebut tetap berdiri sendiri-sendiri sesuai dengan karakter dan bidang kajiannya, namun demikian perlu digali dan dicari adalah nilai-nilai kesesuaian yang dapat diinterelasikan atau dihubungkan Ibid, hlm Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991), hlm Ibid,, hlm Muhaimin, Rekonstruksi, hlm. 142

19 40 Jadi yang dimaksud interelasi disini adalah hubungan antara nilai-nilai atau materi pelajaran yang terdapat pada satu pelajaran dengan pelajaran lainnya, atau antara PAI dengan mata pelajaran kejuruan. Hubungan tersebut digali dari kompetensi dan kompetensi dasar atau materi yang relevan antara kedua mata pelajaran tersebut. Mata pelajaran kejuruan yang dinterelasi adalah pada jurusan administrasi perkantoran, sekretaris dan penjualan yang terdapat pada SMK Muhammadiyah 2 Malang. Dari materi-materi yang relevan tersebut, kemudian didesain dalam kurikulum interelasi dan bahan ajar yang kemudian akan diajarkan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas atau di luar kelas, baik oleh guru PAI maupun guru mata pelajaran kejuruan. 2. Landasan Pengembangan Interelasi PAI dan Mata Pelajaran Kejuruan Pengembangan interelasi PAI dengan mata pelajaran umum seperti mata pelajaran kejuruan memiliki landasan yang kuat. Menurut Muhaimin 41 ada beberapa landasan yang menjadi dasar pengembangan interelasi yaitu ; a) Pancasila sebagai falsafah negara atau bangsa Indonesia. Bahwa inti Pancasila adalah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan sasaran utama pendidikan agama sekaligus menjadi inti atau core kurikulum di sekolah. b) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 1 dan 2 yang menekankan pengembangan potensi diri anak untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan. Selanjutnya bahwa pelaksanaan pendidikan berakar pada penanaman nilai-nilai keagamaan. c) UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai tenaga professional yang melaksanakan sistem pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan 41 Ibid, hlm

20 41 nasional. Profesi guru juga berlandaskan pada prinsip-prinsip; a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, dan b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi, dinyatakan bahwa pendidikan agama Islam pada tingkat SMA/SMK bertujuan 1) menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; 2) mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial. 3. Paradigma Interelasi PAI dan Mata Pelajaran Kejuruan Untuk mendukung kajian dalam penelitian ini, maka perlu dilandasi dengan berbagai teori, konsep maupun pendapat yang terkait. Teori ataupun konsep tersebut kemudian bisa dilaksanakan, atau diperbaharui bahkan diharapkan bisa melahirkan teori atau konsep yang baru. Terkait dengan paradigma interelasi ini dibangun dengan menelusuri perjalanan panjang hubungan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama. Dalam hal ini John F. Haught, mencatat ada empat fase menuju ke arah perjumpaan atau hubungan antara sains dan agama yaitu : a) Paradigma konflik yang beranggapan bahwa, pada dasarnya sains dan agam tidak dapat dirujuk, karena sains modern memiliki relasi negatif dengan agama. b) Paradigma kontras berpandangan bahwa dua hal ini (sains dan agama memiliki otonominya sendiri-sendiri. Ada wilayah agama dan ada wilayah sains.

21 42 Tidak ada pertentangan yang sungguh-sungguh karena agama dan sains memberi tanggapan terhadap masalah yang sangat berbeda dan tidak akan bertemu. c) Paradigma kontak, suatu pendekatan yang mengupayakan dialogh, interaksi antara keduanya, dan kemungkinan adanya penyesuaian antara sains dan agama, ada ranah tertentu yang bisa bertemu. d) Paradigma konfirmasi menyatakan bahwa antara ilmu dan agama bisa saling mengisi. Ada riset yang dibangun di atas keyakinan agama dan sebaliknya keyakinan agama juga bisa dikembangkan karena produk sains. 42 Dengan dasar konsep-konsep inilah yang dapat digunakan dalam mengembangkan berbagai kajian tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama. Dalam kaitan dengan paradigma interelasi maka dapatlah merujuk pada paradigma kontak dan konfirmasi. Kedua paradigma ini mengakui adanya kesesuaian dan hubungan serta dapat saling mengisi antara agama dan sains. Dari kedua paradigma tersebut yang lebih berdekatan adalah paradigma konfirmasi. Melalaui paradigma ini diharapkan antara sains dan agama, lebih khusus antara PAI dengan pelajaran umum atau kejuruan bisa saling mengisi dan membutuhkan serta membangun relasi. Selain paradigma kontak maupun konfirmasi, maka yang dapat dijadikan rujukan pula adalah konsep menara kembar. 43 Konsep ini menempatkan ilmu agama dan ilmu umum pada kewibawaan yang sama. Ilmu Islam berada pada menara yang satu dan ilmu umum pada menara yang lain. Masing-masing bisa saling menyapa dan bisa bertemu dalam suatu puncak pembahasan suatu subyek 42 John F. Haught, Perjumpaan Sain dan Agama, Dari Konflik ke Dialog, (Jakarta : Mizan dan ICAS, 2004), hlm. xx 43 Nur Syamsi, Membangun, 3 April 2009

22 43 materi atau persoalan. Antara PAI dan mata pelajaran kejuruan perlu diakui memiliki kekhasan dan kewibawaan masing-masing, namun keduanya bisa saling berhubungan, apalagi dimaksudkan untuk mencapati tujuan suatu pendidikan. Dalam konteks interelasi antara PAI dengan mata pelajaran non agama seperti pelajaran kejuruan pada SMK, maka selain berpijak pada paradigma konfirmasi ataupun konsep menara kembar, juga paradigma yang dikemukakan oleh Muhaimin 44 antara lain ;1) paradigma integralistik, bahwa ajaran agama dan pengetahuan umum tidak dapat dipisahkan karena saling keterkaitan dimana agama juga mengajarkan tentang kehidupan dunia begitu juga pengetahuan umum tidak steril dari nilai-nilai ilahiyah, seperti kejuuran kebenaran dan sebagainya. 2) paradigma simbiotik, bahwa hubungan agama dan pengetahuan umum dipahami saling membutuhkan dan bersifat timbal balik. 3) paradigma sekularistik ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum karena keduanya mempunyai bidang garapan yang berbeda-beda. Dari ketiga paradigma yang dikemukakan, maka paradigm simbiotik adalah yang sesuai dengan pengembangan kurikulum berbasis interelasi. Dengan menggunakan paradigma ini berarti antara PAI dan mata pelajaran kejuruan saling membutuhkan. PAI membutuhkan mata pelajaran kejuruan dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai Islam, dan bisa memenuhi kebutuhan siswa sebagai seorang calon tenaga kerja muda yang perlu dilandasi dengan nilai-nilai kegamaan sesuai dengan profesi pekerjaannya. Begitupula sebaliknya bagi mata pelajaran kejuruan tentu membutuhkan nilai-nilai ajaran agama agar materi-materi kompetensi keahlian kejuruan dapat selaras dengan spirit keagamaan. 44 Muhaimin, Rekonstruksi, hlm. 139

23 44 Dari berbagai paradigma ataupun konsep yang telah dikemukakan di atas, memberikan gambaran bahwa, hubungan antara ilmu pengetahuan umum dan agama lebih khusus antara PAI dan mata pelajaran umum ataupun kejuruan bisa membangun kerjasama dan saling mengisi. Masing-masing mata pelajaran memiliki karakter dan kewibawaan sendiri, namun ada nilai-nilai yang memiliki keterkaitan dan bisa saling berhubungan. Nilai-nilai tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik melalui upaya pengembangan kurikulum berbasis interelasi antar mata pelajaran. Melalui interelasi ini diharapkan produk pendidikan yakni para siswa SMK, dapat memiliki kecakapan dan keterampilan professional serta unggul dan ahli dalam bidang sains maupun pengetahuan umum yang berwawasan ke-islaman. Dengan dasar inilah peneliti berasumsi bahwa, pengembangan kurikulum berbasis interelasi antara PAI dan mata pelajaran kejuruan dapat dilakukan. 4. Model Interelasi PAI dan Mata Pelajaran Kejuruan Pengembangan kurikulum berbasis interelasi adalah merupakan salah satu model pengembangan kurikulum yang bersifat The grass roots model. Upaya pengembangan model ini berasal dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Pengembangan ini dilakukan terkait dengan adanya pemberian otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikannya. Proses pengembangannya tetap berpedoman pada standar isi dan standar kelulusan yang berlandaskan pada potensi, kebutuhan dan pertumbuhan peserta didik serta aspek-aspek terkait secara menyeluruh. Dari model atau pendekatan di atas kemudian dikembangkan oleh Muhaimin dengan menawarkan satu model yang terkait dengan interelasi yaitu Interconnected

24 45 model, 45 yaitu model terhubung antara satu dengan lainnya. Melalui model ini akan dikembangkan bahan ajar yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu kompetensi dasar atau satu topik pelajaran dengan satu kompetensi atau topik yang berdekatan. Topik atau kompetensi tersebut adalah yang terdapat dalam mata pelajaran yang diinterelasikan, sebagaimana pada mata pelajaran PAI dan kejuruan. Pada mata pelajaran PAI, materi atau topik yang diinterelasikan dalam kajian ini adalah kompetensi yang mencakup aspek-aspek Al-Qur an, Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Tarikh. Sedangkan untuk mata pelajaran kejuruan, adalah yang berhubungan dengan kewirausahaan ataupun kompetensi dan kompetensi dasar kejuruan. Ada tiga jurusan yang akan dijadikan sebagai obyek pengambilan data interelasi yakni, akuntansi, sekretaris dan manajemen bisnis. Dengan demikian nantinya akan dilakukan interelasi dengan menghubungkan komptensi dari aspek-aspek mata pelajaran PAI dengan kompetensi dasar atau topik-topik dari mata pelajaran kejuruan pada jurusan akuntansi, sekretaris dan manajemen bisnis. Kompetensi ataupun topik yang dihubungkan adalah yang memiliki keterkaitan pembahasannya. Untuk lebih jelasnya dapatlah dilihat model interelasi secara garis besar, melalui gambar sebagaimana di bawah ini : Kompetensi Dasar atau Topik Pendidikan Agama Islam : - Aspek Al-Qur an Hadits - Aspek Keimanan/Aqidah - Aspek Akhlak - Aspek Fikh/Ibadah - Aspek Tarikh Kompetensi Dasar Dan atau Topik-Topik Mata Pelajaran Kejuruan Gambar : 2.3 Model Interelasi antara PAI dan Mata Pelajaran Kejuruan Dari berbagai aspek dan kompetensi PAI yang ada akan dipilih beberapa kompetensi dan kompetensi dasar yang memiliki nilai-nilai keserasian dengan 45 Ibid, hlm. 142

25 46 kompetensi dasar atau topik pada mata pelajaran kejuruan. Sebagai gambaran maka dapat dipilih misalnya aspek Akhlak dengan standar kompetensi membiasakan prilaku terpuji. Pada kompetensi ini terdapat tiga kompetensi dasar yaitu; menjelaskan pengertian, menampilkan contoh, dan mempraktekkan adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu dan bepergian dalam kehidupan sehari-hari. Setelah menentukan kompetensi pada mata pelajaran PAI, kemudian dicarikan kompetensi pada mata pelajaran kejuruan. Bila diperhatikan kompetensi kejuruan maka ada beberapa kompetensi pada masing-masing kejuruan yang memiliki keterkaitan. Pada program keahlian administrasi perkantoran terdapat dasar kompetensi mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi, menerapkan prinsipprinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan dan memproses perjalanan bisnis. Untuk program keahlian akuntansi terdapat pula kompetensi yang membahas tentang melaksanakan komunikasi bisnis. Sedangkan pada program keahlian pemasaran, terdapat kompetensi yang membahas selain komunikasi bisnis, juga melaksanakan pelayanan prima, melaksanakan negosiasi dan melaksanakan konfirmasi keputusan rapat. Dari sekilas uraian contoh kompetensi yang akan diinterelasikan antara PAI dan mata pelajaran kejuruan pada tiga program keahlian di SMK Muhammadiyah 2 Malang, maka rancangan awal yang dapat diilustrasikan adalah sebagaimana gambar di bawah ini :

26 47 Pendidikan Agama Islam Aspek Akhlak : Kompetensi : Membiasakan Perilaku Terpuji Kompetensi Dasar : menjelaskan pengertian, menampilkan contoh, dan mempraktekkan adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu dan bepergian dalam kehidupan sehari-hari. Mata Pelaran Kejuruan Prog. Adm. Perknt. : - mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi - prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan - Memproses perjalanan bisnis Prog. Akuntansi : - melaksanakan komunikasi bisnis Prog. Pemasaran : - melaksanakan negosiasi dan - melaksanakan konfirmasi Gambar : 2.4. Ilustrasi Model Interelasi antar Kompetensi Standar kompetensi yang sengaja dipilih pada mata pelajaran PAI adalah membiasakan perilaku terpuji pada aspek akhlak. Dengan SK ini kemudian dicarikan SK pada mata pelajaran Dasar Kompetensi (DK) dan Kompetensi Kejuruan (KK) yang ada pada tiga program keahlian, administrasi perkantoran, akuntansi dan pemasaran yang memiliki keterkaitan. Selain melakukan interelasi secara formal melalui topik atau materi pelajaran, para guru agama dan guru kejuruan juga dituntut untuk melakukan berbagai improvisasi dalam memilih pendekatan maupun melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. Cara-cara yang dilakukan antara lain melalui penyebaran informasi, dialog antar guru mata pelajaran, penciptaan iklim keberagamaan, kegiatan pendidikan dan pelatihan dan pendekatan-pendekatan lainnya. Disamping itu juga ditunjang dengan kegiatan-kegiatan pembinaan melalui, kajian keagamaan, pesantren kilat serta kegiatan ibadah dan muamalah lainnya.

27 4 48 C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada awal pembahasan ini perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) disini, diarahkan pada masalah penyelenggaraan pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah-sekolah formal di Indonesia. Adapun pada pembahasan ini, peneliti hanya menguraikan sedikit tentang dasar pelaksanaan PAI, fungsi PAI, tujuan PAI dan ruang lingkup PAI. 1. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Menurut Zuhairini, 46 dkk, bahwa dasar pelaksanaan PAI di sekolah dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain : a. Dasar Yuridisch atau Hukum yang meliputi; Dasar Ideal berupa pancasila, dasar struktural atau konstitusional berupa UUD 1945, serta dasar operasional berupa Tap MPR serta UU dan Peraturan Pemerintah lainnya. b. Dasar Religius; yang bersumber dari ajaran Islam, baik Al-Qur an maupun Al- Hadits. Diantaranya adalah Q.S. At-Taubah : 122 πx Í!$sÛ öνåκ ]ÏiΒ 7πs%ö Ïù Èe ä. ÏΒ t x tρ Ÿωöθn=sù Zπ ù!$ÿ2 (#ρã Ï ΨuŠÏ9 tβθãζïβ σßϑø9$# šχ%x. $tβuρ šχρâ x øts óοßγ =yès9 öνíκö s9î) (#þθãèy_u #sœî) óοßγtβöθs% (#ρâ É ΨãŠÏ9uρ Ç ƒïe$!$# Îû (#θßγ )x tgušïj9 Dan tidak sepatutnya orang-orang mukminin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf. Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hlm. 21 Al-Qur anul Karim Terjemah Per-kata Type Hijaz, (Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia, Syamil Internasional, 2007), hlm. 206

28 49 Ayat ini oleh al-maraghi yang dikutip Abuddin Nata 48 menjelaskan bahwa, ayat tersebut memberikan isyarat tentang kewajiban menuntut ilmu agama (wujub al-tafaqquh fi al-din) serta menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang berdaulat. Negara berkewajiban menyelenggarakan pengajaran ilmu agama kepada masyarakatnya berdasarkan kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Negara tidak boleh membiarkan warganya tidak mengetahui hukum-hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang beriman. c. Dasar dari Segi Social-Psichologis Dasar sosial adalah terkait dengan kondisi lingkungan sosial dan budaya dimana siswa itu berada. Lingkungan sosial serta budaya inilah yang sering ikut berpengaruh terhadap pengamalan dan sikap keberagamaan siswa. Nilai-nilai PAI yang diberikan harus bisa menjadi pedoman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dimana siswa itu berada. Dasar psikologi adalah yang berhubungan dengan aspek kejiwaan. Perkembangan kejiwaan peserta didik usia remaja SMK yang sering mengalami berbagai persoalan kenakalan remaja adalah menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan PAI. 2. Fungsi Pendidikan Agama Islam Fungsi PAI sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Majid adalah : a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 48 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-ayat At-Tarbawiy), (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 159

29 50 b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. c. Penyesuaian mental, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. d. Perbaikan, terhadap kesalahan dan kekurangan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamlan ajaran agama. e. Pencegahan, menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya yang membahayakan dirinya. f. Pengajaran, ilmu pengetahuan agama secara umum. g. Penyaluran, menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Tujuan Pendidikan Agama Islam Rumusan tujuan PAI selalu mengikuti perubahan undang-undang sistim pendidikan nasional ataupun adanya perubahan kurikulum. Pada pertauran pemerintah No. 20 tahun 2006, terdapat 2 point tujuan PAI pada SMK/MAK yaitu : a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta, Depdiknas, 2006)

30 51 Berdasarkan rumusan tujuan ini, maka tanggungjawab guru PAI tidak hanya menumbuhkembangkan akidah yang dimulai dari pemberian pengetahuan sampai pembiasaan pengalaman peserta didik, melainkan juga berusaha mewujudkan siswa yang berakhlak mulia. Harapan idealnya adalah para siswa disamping taat dan patuh menjalankan syariat agama, berakhlak mulia juga memiliki kecerdasan dan profesional dalam bidang keahlian serta mampu menjaga keharmonisan baik secara pribadi maupun sosial. 4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek Al Qur an dan Hadits, Aqidah, Akhlak. Fiqih, Tarikh dan peradaban Islam. Selain kelima aspek tersebut, materi PAI lebih menekankan pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Melalui aspek-aspek tersebut dirumuskan berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi melalui penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran sampai pada penilaian, maka faktor yang perlu diperhatikan adalah standar proses dan standar penilaian.

31 52 D. Mata Pelajaran Kejuruan 1. Struktur Kurikulum Kejuruan Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan yaitu : untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaamannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja. Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Adapun muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dimilikinya, untuk itu diperlukan spesialisasi. Jika tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dimilikinya, untuk itu diperlukan spesialisasi. Jika tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini semua bangsa dihadapkan pada suatu persaingan untuk itu setiap bangsa harus memiliki daya tawar yang tinggi memiliki keunggulan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS KITAB SALAF. (Tadrîb al-kitâbah wa al-qirâ ah li al-kutub al-salafiyah ) di MAN 2 PONOROGO SKRIPSI

PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS KITAB SALAF. (Tadrîb al-kitâbah wa al-qirâ ah li al-kutub al-salafiyah ) di MAN 2 PONOROGO SKRIPSI PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS KITAB SALAF (Tadrîb al-kitâbah wa al-qirâ ah li al-kutub al-salafiyah ) di MAN 2 PONOROGO SKRIPSI Oleh: RIDWAN FATONI NIM: 243 052 080 JURUSAN TARBIYAH

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pada rumusan masalah, paparan data, dan temuan hasil penelitian, maka di bawah ini akan disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Pengembangan Kurikulum Diversifikasi Muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak dan menjadi pondasi bagi kemajuan suatu bangsa pada umumnya, dan juga pada tiap individu-individu manusia pada khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan untuk mencapai kualitas Sumber Daya Manusia perlu disiapkan peserta didik yang mau bekerja keras, memiliki kemampuan, keterampilan

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I.  I PENDAHULUAN BAB I ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dan inovasi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan masyarakat sekarang ini tidak mungkin dicapai tanpa adanya kehadiran sekolah sebagai organisasi yang menyelenggarakan proses pendidikan secara formal.

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 2 KONSEP DASAR KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013 Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI KONSEP DAN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu organisasi pendidikan yang mempunyai suatu kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan sadar dan secara sistematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak didik dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 1 Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang dapat diandalkan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilainilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti

Lebih terperinci

Oleh Erniza Gazali Guru SD Negeri 018 Rambah

Oleh Erniza Gazali Guru SD Negeri 018 Rambah Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 2/2016) 1-8 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI READING GUIDE PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS IV SDN 018 RAMBAH KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KURIKULUM Tugas Mingguan Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PENGEMBANGAN KURIKULUM Penjelasan Umum seputar Pengembangan Kurikulum Akhmad Ari Wibowo (201110060311063) 2013 M i n g g u k e - 1 M i n g g u k e - 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11 PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11 A. PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah

Lebih terperinci

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang 721 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diupayakan untuk tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Hari (2003:30) menyebutkan

Lebih terperinci

Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) metode atau strategi pencapain tujuan pembelajaran; (4) organisasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut sebagai akibat dari berbagai usaha pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL STUDI SITUS DI SMA 1 CEPU KABUPATEN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universita Muhammadiyah

Lebih terperinci

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I Program Studi PGSD FKIP UAD Email: nurulhidayatirofiah@ymail.com ABSTRAK Muatan lokal merupakan bahan kajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional, eksistensinya sangat urgensif dalam rangka mewujudkan pendidikan

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DSI-PK) merupakan suatu model desain pembelajaran untuk menunjang. implementasi kurikulum berorientasi pada kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. (DSI-PK) merupakan suatu model desain pembelajaran untuk menunjang. implementasi kurikulum berorientasi pada kompetensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model desain sistem instruksional berorientasi pencapaian kompetensi (DSI-PK) merupakan suatu model desain pembelajaran untuk menunjang implementasi kurikulum

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Ada banyak sekali mata pelajaran yang diajarkan disekolah, salah satu yang sangat penting untuk diajarkan adalah materi Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sebagai organisasi, di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berasal dari bahasa Inggris Curriculum berarti Rencana Pelajaran. 1 Secara istilah, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Akidah Akhlak dengan Menggunakan Jurisprudential Inquiry Model di MTs N 2 Kudus Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil dokumentasi

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi terhadap pencapai belajar siswa adalah kegiatan wajib bagi setiap guru atau pengajar. Dikatakan wajib karena pengajar dapat menginformasikan kepada

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Kuncoro Asih Nugroho, M.Pd. I. PENDAHULUAN A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit diperoleh hasil dari kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci