PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA SWAB TONSILOFARINGITIS DENGAN DARAH
|
|
- Yohanes Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA SWAB TONSILOFARINGITIS DENGAN DARAH COMPARISON OF STREPTOCOCCUS BACTERIA ON THE SWAB WITH BLOOD TONSILOFARINGITIS Dewi Isnaeni 1, Rizalinda Sjahril 2, Muh. Nasrum Massi 3 1 Fakultas Farmasi Universitas Indonesi Timur 2 Program Studi Biomedik, Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin 3 Program Studi Biomedik Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden : Dewi Isnaeni Jl. Muh. Jufri Lr.3 No dewiisnaeni41@yahoo.com
2 Abstrak Peneltian ini bertujuan (1) Mengisolasi keberadaan bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis, (2). Membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur darah.. Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang digunakan yaitu analitik cross sectional, jumlah sampel yang digunakan adalah 50 sampel dengan spesimen swab tonsil-faring, dan darah penderita dengan tonsilofaringitis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kultur swab dan kultur darah..hasil penelitian diperoleh hasil kultur Streptococcus sebesar 15 sampel (30%), dan 35 (70%) negatif kultur Streptococcus.Dari Kultur darah diperoleh hasil positif 13 (32,5%) dan kultur negative sejumlah 27 (67,5%) kedua-duanya non Streptococcus..Pada penelitian ini rata-rata diperoleh nilai skor 3-5 gejala.. Kata Kunci : Streptococcus, tonsilofaringitis, kultur. Abstract The study aims to: 1) Isolate the presence of the bacterium Streptococcus tonsilofaringitis patients, (2). Comparing the presence of the bacterium Streptococcus by swab and blood culture method. This study uses a research design that used the analytic cross sectional study, the number of samples used were 50 samples with tonsil-pharyngeal swab specimens, and blood of patients with tonsilofaringitis. The method used in this study is the swab culture method and blood culture. The results obtained Streptococcus culture results of 15 samples (30%), and 35 (70%) negative cultures Streptococcus. From blood cultures obtained 13 positive results (32.5%) and culture negative number of 27 (67.5%) second-both non Streptococcus.. In this study the average values obtained symptom score of 3-5. Key words: Streptococcus, tonsilofaringitis, culture
3 PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringitis merupakan peradangan yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat ( Adams, G.L. 1997). Tonsilitis kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama antara anak-anak dalam kelompok usia antara 5 sampai 10 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi dari berbagai jenis bakteri (Brook dan Gober, dalam Hammouda, 2009). Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi pada kelompok usia muda ( Kurien, 2000) Pola penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) bervariasi pada tiap-tiap negara. Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap etiologi infeksi penyakit ini. Penelitian yang dilakukan di Departemen THT Islamabad- Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998-Desember 2007) dari kunjungan pasien didapati penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai yakni sebanyak (22%) penderita. Sementara penelitian yang dilakukan di Malaysia pada poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai kunjungan pasien dan jumlah penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657 (8,1%) (Shah, 2007). Dalam analisa tentang kekambuhan penyakitpenyakit kronis pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi lebih dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita tonsilitis kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk. Menurut penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis. (Awan Z,, et al, 2009) Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun , prevalensi tonsilitis kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut (3,8%)). Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari
4 seluruh jumlah kunjungan. Data morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 pola penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang paling sering terjadi, tonsilitis kronis menempati urutan kelima (10,5 persen pada lakilaki, 13,7 persen pada perempuan) (Hannaford PC, et al, 2005). Tonsil dan adenoid merupakan salah satu organ pertahanan tubuh utama yang terdapat pada saluran napas atas. Sistem pertahanan tubuh ini akan berfungsi sebagai imunitas lokal untuk menghasilkan antibodi yang akan melawan infeksi yang terjadi baik akut atau kronik, terbentuknya antigen disebabkan rangsangan bakteri, virus, infeksi serta iritasi lingkungan terhadap tonsil dan adenoid. Jika terjadi infeksi akan menyebabkan terjadinya tonsillitis yaitu radang tonsil palatina yang dapat juga disertai dengan peradangan pada faring. Radang ini dapat disebabkan oleh infeksi grup A Streptococcuus β hemolitikus, Pneumokokus, Staphylococcus dan Haemofilus influenza, biasanya menyerang anak pra sekolah sampai dewasa, dapat tmengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung (Brodsky L, Poje C ) Pemeriksaan laboratorium sangat penting pada penderita dengan demam tonsilofaringitis yang bertujuan agar bisa mengetahui proses perjalanan suatu penyakit dan letak infeksi penyebab suatu penyakit.. Maka dengan proses tersebut tenaga medis dapat menentukan obat dan terapi yang tepat sehingga penderita dengan demam tonsilofaringitis kronis tidak sampai mengalami tosilektomi dan meninggal. Berdasarkan hal tersebut di atas dan mengingat pentingnya efisiensi waktu dalam pemeriksaan penyakit dengan demam tonsilofaringitis sehingga tidak menjadi kronis maka perlu dikembangkan suatu metode yang cepat dan aman dan menjadi gold standar yaitu metode kultur untuk mendeteksi keberadaan bakteri Streptococcus pada penderita tonsilofaringitis secara cepat dan dini.tujuan dari penelitian ini Mengisolasi keberadaan bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis Apakah bakteri Streptococcus dengan cara swab dan kultur darah.membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur darah.
5 BAHAN DAN METODE Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik cross sectional untuk mengisolasi dan menigidentifikasi Streptococcus pada penderita dengan tonsilofaringitis dengan metode swab tonsil-faring dan kultur darah. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Lt.6. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah pasien penderita tonsilofaringitis di Puskesmas Kassi- Kassi kota Makassar. Sampel penelitian ini adalah sampel swab tonsil-faring dan darah sebanyak 50 sampel. Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah Consecutive Sampling, yaitu semua sampel swab tonsil-faring dan darah yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. HASIL Berdasarkan table 1. hasil kultur darah didapatkan data bahwa terdapat mikroba yang tumbuh pada medium sejumlah 13(32.5%) dengan jenis mikroorganisme berupa Staphyllococcus aureus dan Staphyllococcus (data mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2), sedangkan yang tidak tumbuh sebanyak 27(67,5%) Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium NA sejumlah 49 dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumnbuh sejumlah 15 (30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2). Dari histogram di atas dapat dibaca bahwa pasien penderita dengan demam tonsilofaringitis yang datang berobat ke puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar periode Mei-Juli pada tingkat usia 1-5 tahun sebanyak 7 orang (14%), usia 6-10 tahun sebanyak 17 orang (34%), usia tahun sebanyak 12 orang (24%), dan usia > 15 tahun
6 sebanyak 14 orang (28%). Hal ini membuktikan bahwa penderita dengan demam tonsilofaringitis umumnya diderita pada anak-anak usia 15 tahun. Untuk lebih meyakinkan bahwa koloni tersebut merupakan isolat Streptococcus dilakukan penanaman pada medium Blood Agar. Pada hasil kultur Streptococcus pada medium Blood Agar Domba diperoleh karakteristik Streptococcus berupa Streptococcus α-hemolitik sebanyak 5 isolat dan golongan Streptococcus β-hemolitik sebanyak 10 isolat Golongan Streptococcus α-hemolitik ini mmenyebabkan hemolisis tidak sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan daerah sekitar koloni berwarna kehijauan. Sedangkan Streptococcus β- hemolitik menyebabkan hemolisis sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan derah sekitar koloni berwarna kuning. Dilakukan pula pengamatan mikroskopik Streptococcus dengan melakukan pewarnaa Gram pada salah satu sampel sampel tonsil-faring yang menunjukkan rantai bulat pendek. PEMBAHASAN Penelitian ini adalah mengisolasi Streptococcus pada penderita tonsilofaringitis dengan metode swab dan kultur darah bertujuan untuk Mengisolasi keberadaan bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis dengan cara swab dan kultur darah. dan membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur darah. dengan gejala klinis berdasarkan Mc Isaac yaitu demam 38 O C, tidak batuk, eksudat pada tonsil, kelenjar leher anterior bengkak dan nyeri, umur < 15 tahun. Selain itu terdapat pemeriksaan fisik berupa hiperemis, dan pus, Sampel berjumlah 50 yang terdiri dari pasien anak-anak dan dewasa yang diisolasi dari swab tonsil-faring dan darah vena.. Sampel diperoleh dari Puskesmas Kassi-Kassi Makasaar. Penelitian ini menggunakan 50 sampel yang terdiri dari pasien anak-anak usia 1-15 tahun dan dewasa usia 15 tahun ke atas yang diperoleh dari Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Sampel berupa swab tonsil-faring dan darah. Pada penelitian ini dilakukan
7 pemeriksaan kultur swab tonsil-faring, kultur darah dan pemeriksaan mikroskopik yaitu pewarnaan Gram. Berdasarkan hasil kultur darah didapatkan data bahwa terdapat mikroba yang tumbuh pada medium bactec sejumlah 13(32,5%) dengan jenis mikroorganisme berupa Staphyllococcus aureus dan Staphyllococcus (data mikroorganismenya dapat dilihat pada lampiran 2), sedangkan yang tidak tumbuh pada medium bactec sebanyak 27 (67,5%). Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium NA sejumlah 49 (98%) dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumbuh sejumlah 15(30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2). Kultur darah dilakukan hanya pada pasien dengan demam 38 o C dengan maksud apakah pada penderita dengan demam tonsilofaringitis infeksi sudah mencapai aliran darah makanya perlu dilakukan kultur dua kali yaitu kultur tonsil-faring dan kultur darah pada. Dari hasil pemeriksaan kultur dua kali didapatkan 5 yang positif pada kultur darah dengan mikrobanya berupa Staphyllococcus dan positif Streptococcus dari sampel tonsil-faring. Dari 50 sampel yang diperoleh terdapat 36 (72%) pasien anak-anak dan 14 (28%) pasien dewasa. Menurut criteria Centor modifikasi Mc Isaac, dimana untuk penderita tonsilofaringitis umumnya ana-anak pada usia < 15 tahun. Dari kultur tonsil-faring didapatkan 15 positif Streptococcus yang didapatkan umumnya dari pasien anak-anak (10 orang) dan selebihnya pasien dewasa (5 orang). Dari hasil perhitungan scoring berdasarkan skor Centor modifikasi Mc Isaac dari sampel positif Streptococcus pada kultur tonsil-faring didapatkan skor gejala klinis penderita tonsilofaringitis seluruhnya memiliki skor gejala 3-5 yang terdiri dari pasien anak sejumlah 10 (67%) dan dewasa sejumlah 5 (33%)antara 3-5. Dari keselruhan sampel diperoleh skor 5 gejala 9 pasien (18%) yang diderita kelompok usia 15 tahun sebanyak 6 orang (88,9%), skor 4 gejala 33 pasien (66%)ang diderita kelompok usia 15 sebanyak 24 orang (72,72%), skor 3 gejala sejumlah 7 pasien
8 (14%) yang diderita oleh kelompok usia 15 sejumlah 4 orang (8%) yang derita oleh kelompok usia 15 sejumlah 4 orang (57,14%), sedangkan skor 2 gejala hanya I pasien (2%) yaitu pada pasien usia > 15 tahun. Menurut Brodsky, l et al (1991). Bila terdapat > 3 gejala kemungkinanbesar adalah infeksi oleh Streptococcus β-hemolitik grup A sehingga memerlukan pengobatan antibiotik. Sedangkan skor 2-3 gejala memerlukan pemeriksaan lanjut apakah infeksi oleh Streptococcus β-hemolitik grup A, dan jika skor kurang dari 2 gejala, umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Berdasarkan kriteria Centor modifikasi Mc Isaac pada pasien dengan demam tonsilofaringitis yang positif Streptococcus diperoleh data score rata-rata >2 yang berarti bahwa infeksi ini disebabkan oleh bakteri khususnya Streptococcus dan untuk tindakan lebih lanjut harus segera diberi antibiotik, jika tidak penyakit ini akan kronis dan dapat tmengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung (Brodsky L, Poje C ) Berdasarkan hasil diagnosis dari pemeriksaan kultur tonsil-faring pada medium Agar Darah didapatkan sifat hemolisis dari Streptococcus dari keseluruhan sampel positif yaitu bersifat Streptococcus α-hemolisis dan Streptococcus β-hemolitik Streptococcus golongan α-hemolisis menyebabkan hemolisis tidak sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan daerah sekitar koloni berwarna kehijauan sedangkan Streptococcus β-hemolitik menyebabkan hemolisis sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan derah sekitar koloni berwarna kuning. (Madjid, Baedah, 2001). Menurut Jawetz,J.L. et al, 1986, penyajit tonsilofaringitis disebabkan oleh jenis Streptococcus β-hemolitik adalah bakteri pathogen utama pada manusia dikaitkan dengan invasi lokal atau sistemik dan gangguan immunologi pasca infeksi oleh Streptococcus. Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikroskopik melalui preparat langsung dengan pewarnaan Gram, pada preparat ini diperlihatkan morfologi, cara berkelompok dan sifat pewarnaan dari bakteri Streptococcus yang berwarna biru yang tersusun seperti manik-manik dan bersifat Gram positif.
9 Dari keseluruhan sampel penelitian ini dengan menggunakan kultur darah mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih cepat (1-4 hari), kultur tonsilfaring dengan cara konvensional membutuhkan waktu sekitar 4-5 hari karena butuh pemeriksaan lanjutan. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kultur Streptococcus diperoleh sebesar 15 sampel (30%), dan 35 (70%) negatif kultur Streptococcus. Dari Kultur darah diperoleh hasil positif 13 (32,5%) dan kultur negative sejumlah 27 (67,5%) kedua-duanya non Streptococcus. Pada penelitian ini rata-rata diperoleh nilai skor 3-5 gejala. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk tes RADT (Rapid Antigen Detection Test) pada sampel serum pada penderita dengan demam tonsilofaringitis. DAFTAR PUSTAKA Adam, GL, (1997). Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam Harjanto E dkk (ed) Boies Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC;Jakarta. Awan Z Husain A, Bashir H, (2009),Statistical Analysis or Ear, Nose, and Throat (ENT) Disease in Paedi 15 atric Population at PIMS Islamabad: 10 Years Experience. JournalMedical Scient Vol.17, No.2. p Broodsky. L, Poje C. (2006), Tonsilitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In: Bailey, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology, Lippincott Williams andwilkins, Philadelpia. p Brooks GF, Butel JS, Morse SA. (2005), Patogenesis Infeksi Bakteri, Dalam : nd Ed Jawetz, Menick, & Adelberg s Mikrobiologi Kedokteran. 22 Terjemahan Bonang G. Jakarta: EGC;2005.h Hannaford PC, Simpson JA, Dav, is A, McKerrow W, Mills R., (2005) The Prevalence of EarNose and Throat Problems in the Community: Result from a National Cross-SectionalPostal Survey in Scotland. Fampra Oxfort Journals.. 22: 227-3
10 Jawetz, J.L. et al.(1986) Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16. EGC Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta. Jawetz, J.L. et al.(2008) Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 23 Penerbit Buku Kedokteran, EGC; Jakarta. Kurien,M,( 2000), Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it?, Department of ENT Speech & Hearing, Microbiology, Medicine and Clinical Epidemiology Christian Medical College & Hospital Vellore, Tamilnadu India, Singapore Med J 2000 Vol 41(7): Madjid, Baedah, (2002), Mikrobiologi,, Bagian Mikrobiologi Fak Kedokteran UNHAS Shah, M. Atif Imran, (2007), Tonsillectomy;Quality-Of-Life Improvement In School Going Children, ENT Specialist PAF Hospital Rafiqui, Shorkot, Pakistan, Professional Med J Sep 2007; 14(3):
11 Tabel 1. Perbandingant isolasi Streptococcus dari sampel tonsil-faring dan kultur darah (N=50). Kultur Tumbuh tumbuh Total Darah 13 (32,5%) 27(67,5%) 40(100%) Tonsilfaring Streptococcus 15(30%) 1(2%) 50(100%) Non Streptococcus 34 (68%) Gambar. Histogram distribusi pasien tonsilofaringitis menurut usia tahun 6-10 tahun tahun > 15 tahun Gambar Streptococcus α-hemolitik daerah sekitar koloni berwarna hijau
12 Gambar Streptococcus β-hemolitik, daerah sekitar koloni berwarna kekuningan Gambar Pewarnaan Gram dari Streptococcus memperlihatkan Kokkus Gram Positif yang nampak berwarna biru
13 Hasil Pemeriksaan mikroba sampel apusan tenggorok dan sampel darah No KODE JK Umur Kultur Swab Kultur Darah (bactec) Suhu Score (thn) tubuh( o C) 1 A1 P 10 Klebsiella pneomoniae Staphylococcus 38,4 5 2 A2 P 12 Proteus vulgaris Neg A3 P 14 Proteus vulgaris Neg A4 L 16 Negatif Staphylococcus 39,9 4 aureus 5 A5 P 2.3 Klebsiella pneomoniae Neg 38,3 4 6 A6 P 29 Staphylococcus Neg A7 L 12 Streptococcus sp Neg 38,4 4 8 A8 P 4,11 Streptococcus sp Staphylococcus A9 L 8 Proteus vulgaris Staphylococcus 38, A10 L 4 Enterobacter Neg A11 P 19 Streptococcus sp Neg A12 L 63 Klebsiella pneomoniae Neg A13 P 4,6 Proteus vulgaris Neg A14 P 8 Enterobacter Staphylococcus 38,6 4 aureus 15 A15 P 7 Enterobacter Staphylococcus 38,5 4 aureus 16 A16 L 11 Proteus vulgaris Staphylococcus 38, A17 L 8 Proteus vulgaris Neg 38, A18 L 9 Enterobacter Neg A19 L 5 Proteus vulgaris Neg 38, A20 P 47 Enterobacter Neg 38,3 2 aglumerans 21 A21 P 8 Proteus vulgaris Neg A22 P 19 Proteus vulgaris Neg A23 P 13 Proteus vulgaris Neg A24 P 6 Proteus vulgaris Neg 38, A25 L `11 Streptococcus sp Staphylococcus A26 L 17 Streptococcus sp Neg 38, A27 P,6 Klebsiella pneomoniae Neg A28 P 23 Klebsiella pneomoniae Neg A29 P 9 Streptococcus sp Neg A30 L 9 Alcaligenes faecalis Staphylococcus 39,8 3 aureus 31 A31 P 16 Streptococcus s Bactec 37, A32 L 3,8 Klebsiella pneomoniae Neg A33 L 6 Proteus vulgaris Bactec A34 P 6,2 Enterobacter Neg A36 L 1,10 Enterobacter Neg 38, A38 P 40 Streptococcus s Bactec A41 L 15 Streptococcus s Bactec 37 4
14 38 A44 P 18 Klebsiella pneomoniae Bactec 37, A45 P 17 Streptococcus s Staphylococcus 38, A49 P 7 Klebsiella pneomoniae Bactec A53 P 11 Klebsiella pneomoniae Bactec A54 P 11 Streptococcus s Bactec A55 L 9 Streptococcus s Bactec 37, A57 L 7 Klebsiella pneomoniae Bactec 37, A60 P 34 Enterobacter hapniae Staphylococcus 38, A61 P 13 Providencia Neg 38,6 4 alkalifaciens 47 A64 P 12 Streptococcus s Staphylococcus A65 P 10 Streptococcus s Staphylococcus 38, A66 L 11 Streptococcus s Neg 38, A68 P 2 Klebsiella Sp Neg Hasil Isolasi Streptococcus pada medium Blood Agar. No Kode JK Umur (tahun) Kultur Swab tonsil-faring pd medium Blood Agar 1 A7 L 12 Streptococcus α-hemolitik 2 A8 P 4,11 Streptococcus β-hemolitik 3 A11 P 19 Streptococcus β-hemolitik 4 A25 L 11 Streptococcus α-hemolitik 5 A26 L 17 Streptococcus β-hemolitik 6 A29 P 9 Streptococcus β-hemolitik 7 A31 P 16 Streptococcus α -hemolitik 8 A38 P 40 Streptococcus β-hemolitik 9 A41 L 15 Streptococcus β-hemolitik 10 A45 P 17 Streptococcus α-hemolitik 11 A54 P 11 Streptococcus β-hemolitik 12 A55 L 9 Streptococcus β-hemolitik 13 A64 P 12 Streptococcus α-hemolitik 14 A65 P 10 Streptococcus β-hemolitik 15 A66 L 11 Streptococcus β-hemolitik
BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi antibiotik pada penderita tonsilitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber
Lebih terperinciKESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN
KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN Steve Kojongian, Olivia Pelealu, Ronaldy Tumbel Bagian SMF Telinga Hidung
Lebih terperinciABSTRACT. Lecture in Faculty of Medicine, General Medical Programe, Riau University
1 Identification Of Bacteria In Tonsilofaringitis Patients at Ear-Nose-Throat Department Arifin Achmad Pekanbaru Regional Hospital Anne Fretha Permata Sari 1, Roy David Sarumpaet 2, Rita Endriani 3 ABSTRACT
Lebih terperinciFARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand
FARINGITIS AKUT Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand 1 PENDAHULUAN 2 1.DEFINISI Peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Jarang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta
Lebih terperinciHubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 18 (2) : 121-128 (2010) Hubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis The Relationship Between the Level of Anti Streptolysin-O and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD
Lebih terperinciPOLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT DI POLIKLINIK THT-KL RSUP. PROF. DR. R. D.
POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT DI POLIKLINIK THT-KL RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Nur Dinih Mamonto John Porotu o Olivia Waworuntu 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciABSTRAK. Sandra A. Setyo Budi, 2014, Pembimbing I : Widura, dr., M. S. Pembimbing II: Wenny Waty, dr. MPdKed.
ABSTRAK PREVALENSI KUMAN STREPTOCOCCUS BETA-HEMOLYTICUS GROUP A PADA APUS TENGGOROK MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA TAHUN 2014 Sandra A. Setyo Budi, 2014, Pembimbing I :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
Lebih terperinciPENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012
PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 1 Andre Ch. T. Palandeng 2 R. E. C. Tumbel 2 Julied Dehoop 1 Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari
Lebih terperinciKarakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi
ARTIKEL ILMIAH Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi disusun oleh: Rts. Vivit Sapitri G1A109040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsillitis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan amandel sering diderita anakanak. Kejadian tersebut sering membuat ibu-ibu merasa khawatir, karena banyak berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia masih menjadi penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas anak di seluruh dunia. Menurut data WHO, setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian sekitar
Lebih terperinciTonsilofaringitis Akut
Tonsilofaringitis Akut Faringitis merupaka salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : AHMAD IKHLASUL AMAL 092110004 STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciB A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan
B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu. infeksi kronis pada telinga tengah yang diikuti
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu infeksi kronis pada telinga tengah yang diikuti perforasi pada membran timpani dengan riwayat keluarnya cairan bening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009
ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009 Rikha, 2010 Pembimbing I : dr. Freddy Tumewu A., MS Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati,
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Karakteristik Penderita Otitis Media Akut pada Anak yang Berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 Oleh: TAN HONG SIEW 070100322 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan
Lebih terperinciKarakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
436 Artikel Penelitian Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 Ivan Maulana Fakh 1, Novialdi 2, Elmatris 3 Abstrak Tonsilitis Kronis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciGAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI
GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2014 Oleh : VERA ANGRAINI 120100290 FAKULTAS KEDOKTERAN UNUIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai
Lebih terperinciSTREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu. Pengobatan RSK sering belum bisa optimal
Lebih terperinci4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Oleh: Sari Wulan Dwi Sutanegara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN
ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN 2007-2010 Richo Basthian, 2011 Pembimbing I : Budi Widyarto,dr,.M.H. Pembimbing II : Freddy Tumewu A,dr.,M.S.
Lebih terperinciINFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT)
INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT) Disusun Oleh : Drg. Hj. Minasari Nasution FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DAFTAR ISI Pendahuluan... 1 Pengertian Infeksi Faring Laring
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta
Lebih terperinciDEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus
PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan dalam infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), faringitis sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis atau radang tenggorokan merupakan suatu keadaan inflamasi pada faring atau tonsil. 1 Insidensi penyakit ini sangat tinggi, sekitar 616 juta orang di dunia
Lebih terperinciKata kunci: tonsilitis, ukuran tonsil, tonsilektomi, indikasi tonsilektomi,
PROFIL PEMBESARAN TONSIL PADA PASIEN TONSILITIS KRONIS YANG MENJALANI TONSILEKTOMI DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2013 Ni Made Putri Rahayu Srikandi, Sari Wulan Dwi Sutanegara, I Wayan Sucipta, Bagian/SMF
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif melalui pengamatan secara prospektif terhadap kejadian infeksi luka AV fistula
Lebih terperinciABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008
ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008 Nita Kristiani, 2010; Pembimbing I : Penny Setyawati.
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10 besar penyakit baik di puskesmas maupun di bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi
21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur
Lebih terperinciINTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3
INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna
Lebih terperinciHUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.
HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EP3OS) tahun 2012, rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus paranasalis
Lebih terperinciPENGARUH LAMA INKUBASI TERHADAP PERTUMBUHAN KUMAN PADA KULTUR DARAH PENDERITA SEPTIKEMIA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PENGARUH LAMA INKUBASI TERHADAP PERTUMBUHAN KUMAN PADA KULTUR DARAH PENDERITA SEPTIKEMIA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI - APRIL 2008 ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of Chronic Obstructive Lung Diseases (GOLD) merupakan penyakit yang dapat cegah dan diobati, ditandai
Lebih terperincidan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme
Lebih terperinciGambar. Klasifikasi ukuran tonsil
TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,
Lebih terperinciINTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN
INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit
Lebih terperinciGAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN
ABSTRAK GAMBARAN GEJALA KLINIK, HEMOGLOBIN, LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN WIDAL PADA PENDERITA DEMAM TIFOID DENGAN IgM ANTI Salmonella typhi (+) DI DUA RUMAH SAKIT SUBANG TAHUN 2013 Rinda Harpania Pritanandi,
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO
42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Di Susun
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH PUSKESMAS DTP CIGASONG A. Pendahuluan Infeksi Saluran Pernapasan Akut () merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan
Lebih terperinciPOLA KUMAN PENYEBAB OTITIS EKSTERNA SERTA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF DR RD KANDOU MANADO PERIODE MEI OKTOBER 2016
POLA KUMAN PENYEBAB OTITIS EKSTERNA SERTA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF DR RD KANDOU MANADO PERIODE MEI OKTOBER 216 1 Olivia A.Waworuntu 2 Ora E.I.Palandeng, 3 Janno B.B.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan
Lebih terperinciIdentifikasi Carrier Bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A Pada Murid SD N 13 Padang Berdasarkan Perbedaan Umur dan Jenis Kelamin
SKRIPSI Identifikasi Carrier Bakteri Streptococcus β hemolyticus Group A Pada Murid SD N 13 Padang Berdasarkan Perbedaan Umur dan Jenis Kelamin Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula
Lebih terperinciF. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara
Lebih terperinciKesehatan Tenggorok pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Kema 3 Kabupaten Minahasa Utara
Kesehatan Tenggorok pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Kema 3 Kabupaten Minahasa Utara 1 Pricilia G. L. Likuayang 2 Olivia C. P. Pelealu 2 Steward K. Mengko 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.
HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh: DENNY SUWANTO 090100132 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciHasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal
LATAR BELAKANG Stevens - Johnson sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) adalah reaksi obat kulit parah yang langka. Tidak ada data epidemiologi skala besar tersedia untuk penyakit ini di India. Tujuan
Lebih terperinci