Meningitis adalah reaksi peradangan pada meninges, membran yang melapisi otak
|
|
- Sukarno Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Meningitis adalah reaksi peradangan pada meninges, membran yang melapisi otak Reaksi ini menimbulkan perubahan di cairan serebrospinal (CSS) yang mengelilingi otak dan spinal cord yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, seizur, peningkatan tekanan intracranial (ICP), dan stroke. Meninges terdiri dari tiga lapisan, yaitu: Dura mater - membran terluar yang melekat pada tengkorak bagian dalam Arachnoid - membran tengah Pia mater - membran terdalam, yang melekat pada otak.
3
4 Pembagian penyakit meningitis dilakukan dengan mempertimbangkan penyebab dan lokasi terjadinya meningitis Meningitis Bakterial Meningitis Tuberkulosa Meningitis Viral Meningitis Jamur
5 Bakteri tersebut menyerang susunan saraf pusat Infeksi biasa diawali dari infeksi nasofaring. Memiliki sifat purulenta Agen-agen bakteri meningitis diantaranya : Neisseria meningitis (meningokok), Streptococcus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
6 Hasil dari penyebaran primer meningitis (terjadi ke organ paru) Terjadi dikarenakan sebab sekunder pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebrata kemudian pecah dan masuk ke dalam rongga arakhnoid Peradangan yang terjadi sebagian besar pada otak dasar, batang otak (meningoensefalitis). Bakteri penyebab : Mycobacterium tuberculosis.
7 Disebut juga meningitis aseptik Manifestasi dari penyakit seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster. Jenis meningitis ini tidak terbentuk eksudat dan tidak ditemukan adanya organisme pada CSS. Biasanya relatif tidak parah dan dapat sembuh tanpa pengobatan spesifik Inflamasi dan kerusakan jaringan pada otak terjadi tergantung dari jenis sel yang terinfeksi virus. Virus yang biasa menjadi agen : Enterovirus (enteroviruses, coxsackieviruses, dan echoviruses), virus cacar, herpes virus (Epstein-Barr virus, herpes simplex viruses, varicella-zoster virus), virus campak, virus influenza
8 Meningitis yang disebabkan oleh jamur ini masih relatif jarang ditemukan. Jamur sebagai agen tidak langsung menjadi penyebab gejala yang muncul atau menginfeksi secara langsung. Jamur tersebut jarang ditemukan dalam CSS Pasien yang terinfeksi oleh jamur hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai akhir minggu pertumbuhannya. Penyebabnya adalah jamur : Cryptococcus neoformans Coccidioides immitris.
9 Secara umum tatalaksana dari meningitis bakterial adalah : pemberian dexamethason dan antibiotik empirik, dilanjutkan pemberian antibiotik spesifik setelah hasil kultur bakteri keluar Antibiotik empirik diberikan dengan penyesuaian usia pasien dan status kranial pasien. Pemberian antibiotik empiris diperlukan hingga patogen spesifik teridentifikasi. Antibiotik spesifik, yaitu antibiotik yang digunakan ketika bakteri penyebab telah diketahui spesifik jenisnya
10 Terapi didasarkan pada profil pasien seperti alergi, usia, dan kondisi medis saat itu, penetrasi antibiotik, & spektrum aktivitasnya Durasi terapi setidaknya berlangsung selama jam atau hingga diagnosis bakterial meningitis sudah hilang. Dosis antibiotik pertama harus diberikan walaupun lumbar punktur masih ditunda atau neuroimaging masih dalam proses. Kelanjutan terapi harus berdasarkan penilaian perkembangan klinis, kultur, dan hasil uji sensitivitas.
11
12 Antimikroba Dosis Total Per Hari dan Interval Dosis Anak (>1 bulan) Dewasa Ampisilin 300(mg/kg)/d, q6h 12 g/d, q4h Sefepim 150(mg/kg)/d, q8h 6 g/d, q8h Sefotaksim (mg/kg)/d, q6h 12 g/d, q4h Seftriakson 100(mg/kg)/d, q12h 4 g/d, q12h Seftazidim 150(mg/kg)/d, q8h 6 g/d, q8h Gentamisin 7,5(mg/kg)/d, q8h** 7,5(mg/kg)/d, q8h Meropenem 120(mg/kg)/d, q8h 6 g/d, q8h Metronidazol 30(mg/kg)/d, q6h mg/d, q6h Nafsilin (mg/kg)/d, q6h 9-12 g/d, q4h
13 Antibiotik spesifik yang digunakan untuk meningitis bakterial
14 Selain antibiotik beberapa obat yang direkomendasikan : Manitol digunakan pada pasien yang : memiliki riwayat dan potensial terjadi syok sepsis. Karena pasien tersebut harus diterapi dengan cairan dan mungkin memerlukan dukungan obat inotropik. mengalami peningkatan tekanan intrakranial Deksametason diberikan secara intravena. Sebagai agen yang mampu menurunkan edema serebral efektif menurunkan gangguan pendengaran dan sekuel neurologik
15 Rekomendasi penggunaan deksametason pada infant dan anak dengan meningitis H. influenza adalah dosis IV 0,15 mg/kg setiap 6 jam selama 2-4 hari dimulai menit sebelum atau bersamaan dengan antimikroba dosis pertama. Hasil tidak memadai ketika diberikan setelahnya. Perlu dilakukan monitoring secara ketat terhadap tanda dan gejala pendarahan GI dan hiperglikemia. Perhatian dari penggunaan obat ini adalah kemungkinan penurunan penetrasi antibiotik ke CSS dengan menghambat inflamasi meningeal.
16 Pada neonatus usia 1 bulan, mikroorganisme yang paling umum adalah kelompok B atau D streptococci, Enterobacteriaceae (misalnya, E coli), dan L monocytogenes. Pengobatan utama : Kombinasi ampisilin umur 0-7 hari: 50 mg / kg IV setiap 8 jam, umur 8-30 hari: mg / kg IV setiap 6 jam) ditambah sefotaksim 50 mg/kg IV setiap 6 jam (sampai 12 g/hari). Pengobatan alternatif adalah ampisilin umur 0-7 hari: 50 mg/kg IV setiap 8 jam, umur 8-30 hari: mg/kg IV setiap 6 jam) ditambah gentamisin (umur 0-7 d: 2,5 mg / kg IV atau IM q12h, umur 8-30 d: 2,5 mg / kg IV atau IM q8h).
17 Pengobatan utama : sefotaksim (50 mg / kg IV setiap 6 jam, hingga 12 g/hari) atau ceftriaxone (dosis awal: 75 mg/kg, 50 mg/kg q12h hingga 4 g/hari ) ditambah ampisilin ( mg / kg IV setiap 6 jam). Pengobatan alternatif : kloramfenikol (25 mg / kg PO atau IV q12h) ditambah gentamisin (2,5 mg / kg IV atau IM q8h. Jika prevalensi sefalosporin tahan S. pneumoniae (DRSP) > 2%, tambahkan vankomisin (15 mg/kg IV setiap 8 jam) Dipertimbangkan pemberian deksametason (0,4 mg / kg IV q12h selama 2 hari atau 0,15 mg / kg IV setiap 6 jam selama 4 hari) mulai menit sebelum dosis pertama antibiotik.
18 Mikroorganisme yang paling umum adalah S. pneumoniae, meningitidis N, dan H influenzae. Pengobatan utama : sefotaksim (50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12 g / hari) atau ceftriaxone (dosis awal : 75 mg/kg, kemudian 50 mg/kg q12h hingga 4 g/hari). Jika prevalensi DRSP > 2%, tambahkan vankomisin (15 mg/kg IV q8h). Pengobatan alternatif (atau jika alergi penisilin) Kloramfenikol (25 mg/kg PO/IV q12h) ditambah vankomisin (15 mg/kg IV q8h). Dipertimbangkan pemberian deksametason (0,4 mg/kg IV q12h selama 2 hari atau 0,15 mg/kg IV setiap 6 jam selama 4 hari) mulai menit sebelum dosis pertama antibiotik.
19 Mikroorganisme yang paling umum adalah S. pneumoniae, meningitidis N, dan Listeria monocytogenes. Di daerah prevalensi DRSP > 2%, pengobatan utama : sefotaksim dosis anak: 50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12 g/hari; dosis dewasa: 2 g IV setiap 4 jam) atau seftriakson (dosis anak: dosis awal : 75 mg/kg, kemudian 50 mg/kg q12h hingga 4 g/hari; dosis dewasa: 2 g IV q12h) ditambah vankomisin (dosis anak: 15 mg/kg IV setiap 8 jam; dosis dewasa: mg IV atau q12h mg/kg IV q12h). Beberapa ditambah rifampisin (dosis anak: 20 mg/kg/hari IV; dosis dewasa: 600 mg/hari PO Jika dicurigai spesies Listeria, tambahkan ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam).
20 Pengobatan alternatif (atau jika alergi penisilin) : kloramfenikol 12,5 mg / kg IV setiap 6 jam: atau klindamisin (dosis anak: 40 mg / kg / hari IV dalam dosis 3-4; dosis dewasa: 900 mg IV setiap 8 jam: atau meropenem (dosis anak: mg / kg IV setiap 8 jam; dosis dewasa: 1 g IV setiap 8 jam: hindari imipenem, karena proconvulsant).
21 Di daerah dengan prevalensi rendah DRSP, gunakan : sefotaksim (dosis anak: 50 mg/kg IV setiap 6 jam sampai dengan 12 g/hari; dewasa: 2 g IV setiap 4 jam) atau ceftriaxone (dosis anak: 75 mg/kg dosis awal kemudian 50 mg/kg q12h hingga 4 g/hari; dewasa: 2 g IV q12h) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam). Pengobatan alternatif (atau jika alergi penisilin) : kloramfenikol (12,5 mg / kg IV setiap 6 jam) ditambah trimetoprim / sulfametoksazol (TMP / SMX; TMP 5 mg / kg IV setiap 6 jam) atau meropenem (dosis anak: mg / kg IV setiap 8 jam ; dosis dewasa: 1 g IV setiap 8 jam). Berikan deksametason (0,4 mg/kg q12h IV untuk 2 hari atau 0,15 mg/kg setiap 6 jam selama 4 hari) menit sebelum dosis pertama antibiotik.
22 Pengobatan utama jika prevalensi DRSP lebih besar dari 2% : sefotaksim (2 g IV setiap 4 jam) atau ceftriaxone (2 g IV q12h) ditambah vankomisin ( mg IV q12h atau mg / kg IV q12h). Jika CSF Gram noda menunjukkan basil gram negatif, gunakan ceftazidime (2 g IV setiap 8 jam). Pengobatan utama di daerah prevalensi rendah DRSP, gunakan sefotaksim (2 g IV setiap 4 jam) atau ceftriaxone (2 g IV q12h) ditambah ampisilin (50 mg / kg IV setiap 6 jam). Pilihan lain untuk pengobatan termasuk meropenem, TMP / SMX, dan doksisiklin. Berikan deksametason (0,4 mg/kg q12h IV untuk 2 d atau 0,15 mg/kg setiap 6 jam selama 4 d) menit sebelum dosis pertama antibiotik.
23 Dalam klasifikasi penyakit tuberkulosis sendiri, meningitis tuberkulosis masuk dalam klasifikasi TB Ekstra Paru Berat. Penatalakasanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari tiga komponen yaitu : Obat Anti Tuberkulosis (OAT), Modulasi respon imun, Manajemen tekanan kranial.
24 Untuk manajamen tekanan kranial diberikan dexamethason seperti meningitis bakterial. Dexamethason diberikan dengan dosis : 10 mg intravena tiap 6 jam, kemudian diberikan 4 kali dengan dosis 5 mg intravena selama 2 minggu selanjutnya. Setelah 2 minggu berlalu, dosis diturunkan perlahan selama 1 bulan, hingga akhirnya pemberian dihentikan.
25 Regimen utama meningitis tuberkulosis adalah RHZE atau RHZS. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase intensif (2-3 bulan) Fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Meningitis tuberkulosis dibagi menjadi dua yaitu : Kategori satu yaitu paparan pertama (pasien baru), Kategori dua (pasien kambuhan) yaitu pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih ( dari 28 dosis).
26 Tatalaksana meningitis tuberkulosis dibagi menjadi dua pilihan terapi, yaitu : Kombinasi Dosis Tetap (KDT) Kombinasi paket. Dosis yang diberikan dikalkulasi berdasarkan berat badan Berat badan pasien harus ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus disesuaikan apabila terjadi perubahan berat badan
27 Pilihan Dosis untuk KDT Kategori Satu Pilihan Dosis untuk Kombipak Kategori Satu
28 Pilihan Dosis untuk KDT Kategori Dua
29 Pilihan Dosis untuk Kombipak Kategori Dua
30 Meningitis viral harus diberikan antivirus dalam penatalaksanaannya. Antivirus yang dapat diberikan adalah asiklovir. Pasien yang sakit parah diberikan : asiklovir intravena (15-30 mg/kg per hari dalam tiga dosis terbagi), diikuti dengan obat oral seperti asiklovir (800 mg lima kali sehari), famsiklovir (500 mg tid), atau valasiklovir (1000 mg tid) dalam 7-14 hari. Pasien yang tidak cukup parah diobati dengan obat oral saja. Antivirus yang berhubungan dengan terapi HIV juga dapat diberikan jika ada resiko awal meningoensefalitis HIV. Pemberian gansiklofir untuk infeksi yang berat dan telah dipastikan kuat terdapat infeksi kongenital dan suspek HIV.
31 Pasien dengan meningitis viral yang kekurangan imunitas humoral seperti X-linked agammaglobulinemia harus diberikan gamma globulin IM atau immunoglobulin IV Kondisi cairan dan elektrolit harus dimonitor, yaitu : Pemberian elektrolit seperti natrium untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh Pemberian obat diuretik untuk pengaturan pengeluaran cairan tubuh Untuk penanganan dari seizure diberikan antikonvulsant, seperti lorazepam, fenitoin, midazolam, atau barbiturat secara intravena dengan segera. Untuk pencegahan edema serebral diberikan mannitol dan dexametason. Mannitol diberikan 0,25-05 g/kg setiap 6 jam.
32 Meningitis yang disebabkan oleh jamur harus diterapi secara spesifik sesuai dengan jenis jamurnya. Beberapa jamur yang dapat menyebabkan meningitis diantaranya adalah : Cryptococcus neoformans Coccidioides immitris.
33 Jenis Jamur Kriptokok us Kokidioide s Nama Obat Dosis Ketentuan Pakai Amfoterisin B 1 mg selama menit dilanjutkan dengan 250 mcg/kg bb/hari, pelan-pelan dinaikkan sampai 1 mg/kg bb/hari; maksimum 1,5 mg/kg bb/hari atau selang sehari. Fluconazol DEWASA Inisiasi: 400 mg, maint: 200 mg/hari-400 mg/hari. ANAK 6-12 mg/kgbb/hari. Amfoterisin mg/kg per hari atau Alternatif IV B deoksikolat Infus intravena selama 2 minggu dilanjutkan dengan fluconazol. Peroral, diberikan selama 8 minggu hingga kultur negatif.
34 Cara pencegahan meningitis : Imunisasi Kemoprofilaksis
35 Pemberian Imunisasi vaksin meningitis merupakan tindakan yang tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, Vaksin yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah : Vaksin Haemophilus influenzae type b (Hib) program vaksinasi rutin anak Vaksin Meningokokus (ACW135Y) Persyaratan visa untuk menunaikan ibadah haji/umroh Vaksin pneumokokus konjugat (PCV), yang aktif melawan tujuh serotipe umum dari patogen ini, telah jauh menurunkan kejadian
36 Meningitis merupakan penyakit dengan potensi penularan yang tinggi, Jika suatu individu kontak dengan pasien tersebut, perlu dilakukan kemoprofilaksis guna mencegah penularan infeksi. Antibiotik profilaksis yang dapat digunakan : Ciprofloxacin mg dosis tunggal atau Rifampisin sehari 2 x 600 mg selama dua hari. Alternatif : ceftriaxone (250 mg IM) sebagai dosis tunggal pada orang dewasa (paling aman pada wanita hamil) Untuk anak harus diberi profilaksis tanpa memperdulikan status imunisasinya. Profilaksis tidak perlu diberikan jika kontak sudah lewat dari 2 minggu dan tidak didapati adanya gejala infeksi.
37 Meningitis merupakan suatu penyakit yang mengancam jiwa dan memberikan sekuelae yang bernakna pada penderita Tujuan dan prinsip terapi meliputi : eradikasi infeksi, mencegah morbiditas dan mortalitas, memulai antimikroba yang tepat, menyediakan terapi penunjang, mencegah penyakit melalui vaksinasi dan kemoprofilaksis.
38
Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya
Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Ahmad Rizal Ganiem Dept Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung - Indonesia Meningitis Peradangan di selubung pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinci01 INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT
01 INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT S. Diane Goodwin and Charles E. Hartis OBJEK PEMBELAJARAN SETELAH MEMPELAJARI BAB INI, PEMBACA AKAN MAMPU UNTUK: 1. Menjelaskan tanda, gejala dan presentasi klinis dari infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit inflamasi yang mengenai parenkim paru. 1 Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh suatu mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Meningitis Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit yang banyak terjadi di daerah tropis seperti Indonesia yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman (Refdanita et al., 2004). Salah satu infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah Systemc Inflammation
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperinciTerms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik
Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik Yori Yuliandra, S.Farm, Apt Infeksi kontaminasi tubuh/ bagian tubuh oleh agen penginfeksi Agen penginfeksi jamur, bakteri, virus, protozoa Antiinfeksi obat untuk
Lebih terperinciPENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN
PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) yang disertai dengan adanya infeksi pada organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit
Lebih terperinciPanduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) & Acquired Immunodeficieny Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia adalah keberadaan bakteri pada darah yang dapat mengakibatkan sepsis (Tiflah, 2006). Sepsis merupakan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningitis bakteri merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningitis bakteri merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada usia 6-18 bulan (Novariani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pre-eklamsia adalah gangguan vasokontriksi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis adalah puncak interaksi kompleks mikroorganisme penyebab infeksi dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, 2000).The American College
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kesehatan yang utama adalah penyakit saluran nafas bawah, walaupun telah terjadi kemajuan yang pesat dalam kemampuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber
Lebih terperinciM E N I N G I T I S. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru
M E N I N G I T I S Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.co.nr)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pengobatan Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam merespon pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rasionalitas obat (ketepatan pengobatan) adalah pemakaian obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis (Saraswati,
Lebih terperinciMENINGITIS. b. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun 1) Gambaran klasik (-).
MENINGITIS A. Definisi Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia masih menjadi penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas anak di seluruh dunia. Menurut data WHO, setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian sekitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciTETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi di lingkungan Rumah Sakit. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu,
Lebih terperinciSTREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi paru paru yang berperan dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi jaringan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Dari beberapa jenis patogen tersebut, patogen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinci(Cryptococcus neoformans)
INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT (Cryptococcus neoformans) Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimanamana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang secara klinik terjadi akibat dari keberadaan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam hitungan detik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Data
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Meningitis Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Web
Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Meningitis Menggunakan Metode Naïve Bayes Berbasis Web Ni Luh Ratniasih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan antigen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta kematian neonatus setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Penyebab paling umum kematian
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya
Lebih terperinciNEISSERIA MENINGITIDIS
NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT.... xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab
Lebih terperinci