PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS FRAMING ROBERT N. ENTMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS FRAMING ROBERT N. ENTMAN"

Transkripsi

1 PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS FRAMING ROBERT N. ENTMAN Ni Wayan Herayati 1, I Wayan Wendra 2, I Dewa Gede Budi Utama 3 1,2,3 JurusanPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {wynherayati@gmail.com 1, wayan_wendra@yahoo.com 2, idgbudiutama@gmail.com 3 4 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) pembingkaian berita model Robert. N. Entman dalam pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, serta (2) kecendrungan sikap media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co dalam pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai hubungan Jokowi dengan Megawati yang dimuat di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Objek dalam penelitian ini adalah pembingkaian berita model Robert N. Entman dan kecendrungan sikap media. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik deskriptif dengan menggunakan prosedur (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi/penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tidak semua berita yang dimuat media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co menggunakan elemen Treatment Recommendation. (2) media Kompas.com cenderung menolak anggapan Jokowi boneka dengan penyelesaian masalah (treatment recommendation) yang diberikan, media Republika.co.id cenderung mendukung gambaran Jokowi boneka Megawati dengan memojokkan sikap Megawati dan Jokowi, sedangkan media Tempo.co mendukung dengan membela gambaran Jokowi boneka dengan survei atau bukti. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengajar bahasa dan peneliti lain sebagai bahan acuan dan tambahan informasi mengenai teori analisis framing Robert N. Entman. Kata kunci: pembingakaian berita, Robert N. Entman, kecendrungan sikap ABSTRACT This study aims to describe (1) framing Robert. N. Entman in the news Jokowi relationship with Megawati in media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co, and (2) the tendency of media attitude Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co in reporting relationships Jokowi with Megawati. To achieve these objectives, researchers used a qualitative descriptive study design. Subjects in this study was the news of Jokowi relationship with Megawati were published in the media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co. Objects in this study is framing model of Robert N. Entman and trends of media attitudes. Data collection methods used in this research is the method of documentation. Data were analyzed with descriptive techniques using the procedure (1) data reduction, (2) presentation of data, and (3) verification / conclusion. The results of this study indicate that (1) not all the news published in media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co use elements Treatment

2 Recommendation. (2) Kompas.com tend to reject the notion Jokowi stuffed with treatment recommendation given, Republika.co.id tend to support Jokowi picture doll by cornering attitude Megawati Sukarnoputri and Jokowi, whereas Tempo.co support to defend Jokowi picture doll with a survey or evidence. The results of this study useful for language teachers and other researchers as reference materials and additional information about the theory of framing analysis Robert N. Entman. Keywords: framing, Robert. N. Entman, tendency attitude PENDAHULUAN Media massa memiliki peranan penting dalam menyampaikan suatu peristiwa. Suatu peristiwa dapat diberitakan apabila tersedia sejumlah fakta yang cukup tentang peristiwa itu (Siregar, 1998:34). Laporan tentang suatu peristiwa dapat diberitakan apabila fakta yang disajikan lewat laporan itu sungguh ada dan dapat dibuktikan kebenarannya. Berita yang dimuat dalam media salah satunya ialah berita politik. Budiardjo (dalam Cangara, 2011:24) menyatakan bahwa politik merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara menyangkut proses menentukan tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Ia pun menekankan bahwa tujuan politik bukan untuk memenuhi kepentingan atau tujuan pribadi seseorang, melainkan untuk kepentingan seluruh rakyat. Rakyat sangat memerlukan berita politik untuk mengetahui jalannya pemerintahan dari pemimpin yang dipilihnya. Dengan demikian, masyarakat akan mampu menilai kinerja pemerintahan melalui berita yang dimuat dalam media massa tersebut. Berita biasanya dimuat di media cetak seperti koran maupun media elektronik seperti radio dan televisi. Tetapi, dengan seiring berkembangnya perubahan zaman, kemajuan teknologi pun semakin pesat. Sebagian besar masyarakat saat ini telah mahir menggunakan media internet atau sering disebut online. Hal ini dikarenakan media internet ini mudah dijangkau, baik dalam telepon genggam maupun komputer pribadinya. Selain itu, media internet juga memiliki kemampuan untuk menembus batas wilayah, ruang dan waktu serta dapat memperluas akses memperoleh informasi (Cangara, 2011:318). Media internet ini tidak membatasi orang yang menerima informasi tertentu. Siapa saja boleh melihat atau membaca informasi yang dimuat di media ini. Hal ini didukung oleh pernyataan Arifin (2011:159) yang menyatakan bahwa melalui internet, komunikasi dapat dilakukan dengan menyertakan jutaan orang dari seluruh dunia, tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Khalayak yang tercipta dalam internet pun sangat khas, yaitu sebuah masyarakat yang terbentuk oleh jaringan komputer yang disebut sebagai masyarakat maya. Salah satu topik yang dimuat dalam media internet ialah informasi mengenai hubungan antara Jokowi dengan Megawati. Kedua orang tersebut merupakan tokoh yang memiliki peran penting dalam bidang pemerintahan. Jokowi merupakan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat menjadi Presiden Indonesia. Sedangkan Megawati merupakan mantan Presiden Indonesia yang menjabat dari tahun 2001 hingga Jokowi dan Megawati ini berada dalam satu partai yang sama, yaitu PDIP. PDIP (Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia Perjuangan) merupakan partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri, sedangkan Jokowi merupakan anggota dari partai tersebut. Kedekatan mereka berdua menjadi topik hangat pada masa pemilu capres 2014 lalu, ketika Jokowi diusung menjadi capres PDIP. Pada masa itu, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi masih menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta dan menjadi pusat perhatian karena kinerjanya yang terjun langsung kelapangan dan mengutamakan hak rakyat. Untuk itu, ia diusung menjadi capres PDIP. Karena Megawati lebih memiliki pengalaman dalam bidang pemerintahan, Megawati pun terlihat banyak memberikan masukan kepada pemerintahan Jokowi. Peneliti memilih berita hubungan Jokowi dengan Megawati untuk melihat bagaimana media menggambarkan hubungan tersebut dan

3 melihat keberpihakan media terhadap Jokowi maupun Megawati. Pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati disajikan dalam media Kompas, Republika, dan Tempo. Ketiga media ini selalu masuk daftar sepuluh besar media nasional yang tidak hanya menyuguhkan informasi kepada khalayak, tetapi juga memperhatikan dan menggunakan kaidah bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam konten media yang dipublikasikan. Hal ini diakui oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Baskoro, 2015, Ketiga media ini awalnya merupakan media cetak yang sudah berkembang dan dikenal di masyarakat luas. Karena penggunaan internet yang menjamur dan mudah dijangkau oleh khalayak, ketiga media ini pun memiliki media versi online yang dapat diakses melalui Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Untuk melihat bagaimana ketiga media internet tersebut memberitakan hubungan Jokowi dengan Megawati, maka peneliti menggunakan metode analisis framing. Analisis framing digunakan untuk melihat konstruksi realitas yang dilakukan media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Framing yang digunakan yaitu framing model Robert N. Entman. Eriyanto (2011:219) menyatakan bahwa Robert N Entman adalah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Framing Robert N. Entman ini memiliki empat elemen. Keempat elemen ini akan digunakan untuk menganalisis pemberitaan terkait hubungan Jokowi dengan Megawati. Elemen yang pertama yaitu define problems (mendefinisikan masalah), elemen ini digunakan untuk mendefinisikan cara pandang terhadap suatu peristiwa. Elemen yang kedua yaitu diagnose cause (memperkirakan masalah atau sumber masalah), elemen ini digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah dalam suatu peristiwa. Elemen yang ketiga yaitu make moral judgement (membuat keputusan moral), elemen ini digunakan untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Elemen yang terakhir yaitu treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini digunakan untuk menganalisis penyelesaian yang ditawarkan dalam mengatasi masalah atau isu tersebut. Kajian ini akan memberikan kontribusi bagi pembaca, sehingga dapat memilah informasi yang disuguhkan dalam media, tidak serta merta diterima begitu saja. Untuk itu, kajian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat umum, khususnya akademisi yang membidangi jurnalistik. Kajian atau hasil penelitian analisis ini pun telah ada, meskipun memiliki persamaan dan perbedaan dari kajian yang diteliti. Kajian yang ditemukan memiliki persamaan dalam objek yang diteliti, yaitu sama-sama menggunakan analisis framing Robert N. Entman untuk menelaah suatu pemberitaan. Yang pertama, Marliana Ngatmin (2007) dengan judul Analisis Framing Kasus Poligami K.H Abdullah Gymnastiar di Media Kompas dan Republika. Kajian ini memiliki perbedaan yang terletak pada subjek penelitiannya. Marliana menggunakan media Kompas dan Republika versi cetak untuk menelaah pemberitaan poligami Aa Gym. Sedangkan kajian ini menggunakan media versi online Kompas dan Republika ditambah Tempo untuk menelah pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Yang kedua yaitu penelitian dari Vivi Purwito Sari (2012) dengan judul Analisis Framing Berita Headline Freeport di Harian Kompas. Kajian ini juga memiliki perbedaan dalam subjek yang diteliti. Kajian ini meneliti mengenai pemberitaan headline Freeport dengan hanya menggunakan media cetak, harian Kompas. Yang ketiga yaitu kajian dari Xena Levina Atmadja (2014) dengan judul Analisis Framing Terhadap Sosok Basuki Tjahja Purnama (Ahok) di Media Online. Kajian ini memiliki persamaan dengan kajian yang peneliti rancang, yaitu samasama meneliti pemberitaan dengan menggunakan media internet sebagai subjek penelitiannya, namun identitas media internet yang digunakan berbeda. Xena meneliti pemberitaan sosok Ahok terkait kontroversi SARA dengan menggunakan media Detik.com,

4 Kompas.com, dan Viva.co.id, sedangkan kajian ini meneliti pemberitaan hubungan Jokowi dan Megawati dengan menggunakan media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Dengan meneliti pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati melalui analisis framing Robert N. Entman maka akan terlihat konstruksi realitas yang dilakukan media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co serta isu-isu yang ditonjolkan dan disembunyikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita-berita yang diunggah di situs media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, mulai dari masa pencapresan Jokowi yaitu tahun 2014 hingga tahun Untuk itu, peneliti memfokuskan penelitian dengan judul Pemberitaan Hubungan Jokowi dengan Megawati di Media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co: Analisis Framing Robert N. Entman. Hal yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu; pertama, analisis framing (pembingkaian berita) model Robert N. Entman dengan empat elemennya terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Kedua, melihat kecendrungan sikap pro dan kontra ketiga media terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati melaui gaya penulisan atau bahasa media tersebut, hal dapat dilihat dengan mengumpulkan berita per media. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan pembingkaian berita model Robert N. Entman terhadap berita mengenai hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, dan 2) mendeskripsikan kecendrungan sikap media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Secara teoritis, peneliti berharap penelitian ini dapat memberi manfaat dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang analisis framing. Penelitian ini akan menerapkan teori tentang analitis sikap media massa baik dalam menonjolkan dan menyembunyikan pemberitaan. Secara praktis, peneliti berharap: 1) pembaca dapat membandingkan dan menganalisis berita yang disajikan oleh media massa sehingga tidak selalu menjadi korban media massa. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bercermin dan pemacu agar media tidak memihak dalam menyajikan suatu pemberitaan. 3) Hasil penelitian ini dapat memperkaya bahan ajar maupun memperkaya wawasan pengajar dalam pembelajaran menulis dan menganalisis berita.4)hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan analisis framing model Robert N. Entman terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co serta kecendrungan sikap ketiga media terhadap pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini, yang dijadikan subjek yaitu berita hubungan Jokowi dengan Megawati yang dimuat di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co dimulai dari tahun Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Berita hubungan Jokowi dengan Megawati dalam media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co Bali akan dipilih dengan diambil sampel yang memenuhi kriteria, seperti menjadi berita utama, mengandung keberpihakan dan strategi wacana. Selanjutnya baru digunakan snowbal sampling untuk menentukan jumlah berita yang akan dianalisis. Dalam menggunakan teknik snowbal sampling ini pertama-tama akan diambil dalam jumlah kecil, kemudian, meningkat sampai mendapatkan data yang jenuh. Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu pembingkaian berita hubungan Jokowi dengan Megawati dan kecendrungan sikap media. Yang akan diteliti dalam suatu pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati yaitu empat elemen milik Robert N. Entman, diantaranya define problems (mendefinisikan masalah), diagnose cause (memperkirakan masalah atau sumber

5 masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Sedangkan kecendrungan sikap media yang dimaksud ialah sikap pro dan kontranya terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dokumentasi.dokumen yang dikumpulkan yaitu pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media kompas.com, republika.co.id, dan tempo.co.dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan.instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kartu data. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur dengan model Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2013: 337) yang meliputi (1) reduksi data (memilah-milah data yang sesui digunakan sebagai data penelitian), (2) penyajian data (menguraikan data dan hasil analisis yang didapat secara dekriptif), dan (3) penarikan simpulan/verifikasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang didapat, media Kompas.com terdapat menggunakan elemen define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Namun, berita Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka merupakan satu-satunya berita yang tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Sedangkan dalam media Tempo.co, ketiga berita yang dianalisis tersebut tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Beritaberita yang terdapat dalam media Tempo hanya menggunakan elemen define problems, diagnose causes, dan make moral judgement. Lain halnya dengan media Kompas dan Tempo, berita-berita yang terdapat dalam media Republika menggunakan keempat elemen framing Robert N. Entman tersebut, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Temuan-temuan tersebut akan dibahas sebagai berikut. Ketiga media internet yang dianalisis memiliki define problems (pendefinisian masalah) yang berbeda dalam mempublikasikan pemberitaan mengenai hubungan Jokowi dengan Megawati. Dalam media Kompas, define problems (pendefinisian masalah) yang terdapat yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi boneka dan tepisan terhadap gambaran tersebut. Berita tersebut berjudul Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati dan Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati. Yang pertama, pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati yaitu mengenai kekhawatiran Agung Suprio terhadap Jokowi yang akan menjadi presiden boneka. Berita ini berisikan mengenai kekhawatiran akan kepatuhan Jokowi kepada Megawati, untuk itu berita ini terlihat mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang kedua, pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati yaitu Jokowi yang belum mampu membuktikan bahwa ia bukanlah boneka Megawati oleh Nico Harjanto. Berita ini berisikan mengenai kritikan dari Nico Harjanto yang menganggap Jokowi boneka karena belum bisa keluar dari status petugas partai. Sedangkan, untuk menepis gambaran tersebut, berita Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka Megawati berisikan pendefinisian masalah mengenai penyangkalan terhadap Jokowi boneka oleh Puan Maharani. Dalam berita ini, Puan Maharani menepis tudingan bahwa Jokowi dalam kendali Megawati karena ia meyakini Megawati tidak akan pernah menjadikan Jokowi sebagai boneka. Puan Maharani menyatakan bahwa Jokowi memiliki kemampuan dan Jusuf Kalla sudah berpengalaman. Untuk itu, ia yakin bahwa Jokowi bukan boneka. Define problems yang terdapat dalam media Republika yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi boneka Megawati. Hal ini dapat dilihat melalui berita-berita yang dianalisis. Yang pertama, berita Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka mendefinisikan masalah mengenai

6 Megawati menyebut Jokowi tetap merupakan petugas partai jika dipilih menjadi presiden. Pernyataan Megawati tersebut membuat berita ini mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang kedua, berita Pengamat: Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi mendefinisikan masalah mengenai Jokowi tidak harus mengunjungi Megawati untuk bersilahturahim oleh Budyatna. Dalam berita ini, yang seharusnya berkunjung ialah Megawati karena tidak ada alasan bagi presiden untuk mengunjungi ketua umum partai. Untuk itu, berita ini pula mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang ketiga, berita Jokowi Malah Terlihat Seperti Presiden Boneka mendefinisikan masalah mengenai Jokowi yang tidak dapat menyelesaikan kasus KPK dan Polri oleh Beni Pramula, berita ini mendukung gambaran Jokowi boneka dengan menekankan bahwa Jokowi terombangambing diatas kepentingan politik atau masih dibayangi Megawati. Define problem yang terdapat dalam media Tempo yaitu mengenai pembelaan terhadap sosok Megawati maupun Jokowi dengan menolak gambaran Jokowi boneka yang disertai bukti dan survei. Hal ini dapat dilihat dari pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita-berita yang dianalisis. Yang pertama, berita Pengamat Anggap Jokowi Bukan Capres Boneka pendefinisian masalah yang terdapat yaitu mengenai tidak ada calon presiden boneka di Indonesia oleh Hamdi Muluk. Berita ini menolak anggapan Jokowi boneka karena tidak ada orang yang mencalonkan diri sebagai presiden jika tidak memiliki kemampuan dan daya tawar untuk memimpin dan membangun negara Indonesia. Yang kedua, pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita Survei: Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi Boneka yaitu survei yang menyebut Jokowi boneka oleh lembaga Cyrus Network. Survei tersebut menunjukkan bahwa pemilih Prabowo-Hattalah yang sebagian besar menyuarakan Jokowi boneka. Untuk itu, survei tersebut terlihat membela gambaran Jokowi boneka dengan memberi kesan positif kepada Megawati yang memberi pengaruh positif dan cukup kuat terhadap kinerja Jokowi. Yang ketiga, berita Momen Ini Pembuktian Jokowi Bukan Presiden Boneka, pendefinisian masalah yang terdapat yaitu mengenai keputusan Jokowi menolak atau membatalkan pelantikan komisaris jenderal Budi Gunawan sebagai kepala polri menjadi mementum pembuktian bahwa Jokowi bukan boneka Megawati. Berita ini mendukung langkah Jokowi untuk terlepas dari bayang boneka dengan membatalkan Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri. Diagnose causes (sumber masalah) yang terdapat dalam media Kompas yaitu sikap Jokowi dan orang yang menuding Jokowi boneka. Untuk mendukung gambaran Jokowi boneka, dua dari ketiga berita terlihat memojokkan sikap Jokowi yang patuh dan masih dibayangi Megawati. Berita Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati menyatakan bahwa Jokowi sangat patuh terhadap Megawati. Hal ini dipicu oleh ketidakmandirian Jokowi dalam mengambil keputusan, terutama jika kepentingan masyarakat luas bertabrakan dengan kepentingan partai, maka Jokowi akan memilih kepentingan partai. Sementara, berita Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati berisikan mengenai Jokowi yang masih dibayangi Megawati. Hal ini dipicu oleh orang-orang yang berperan penting dalam kenegaraan diisi oleh orang-orang yang terkait dengan partai. Mulai dari tersangka korupsi Komjen Budi Gunawan didesak menjadi Kapolri, Dewan Pertimbangan Presiden/Wantimpres diisi oleh para politisi yang dekat dengan pimpinan partai pengusung Jokowi, serta Lembaga Kepresidenan seperti Kepala Staf dan Para Staf Khusus Presiden telah diisi oleh orangorang partai politik dengan kualifikasi dan kriteria intelektual yang pas-pasan. Sedangkan untuk menepis gambaran Jokowi boneka, berita Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka Megawati menyatakan bahwa gambaran Jokowi boneka tersebut disebabkan oleh orang yang menuding Jokowi boneka dengan menekankan bahwa orang lebih mudah berkomentar daripada bekerja. Komentar yang dimaksud tersebut ialah komentar mengenai Jokowi boneka.

7 Diagnose causes dalam media Republika ialah Jokowi maupun Megawati. Ketiga berita yang dimuat dalam media Republika terlihat mempermasalahkan sikap Megawati yang memiliki kuasa terhadap Jokowi. Dengan kuasa tersebut, media ini pula terkesan memojokkan sikap Jokowi yang patuh terhadap Megawati. Hal ini dapat dilihat dalam berita Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka yang berisikan mengenai Megawati menyebut Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden. Dalam berita tersebut, terlihat bahwa Megawati memiliki kuasa sehingga dapat menyatakan bahwa Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden. Selain itu, berita Pengamat: Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi yang berisikan mengenai seharusnya Megawati yang mengunjungi Jokowi untuk silahturahim juga terlihat memojokkan sikap Jokowi karena akan mengunjungi Megawati untuk bersilahturahim. Untuk itu berita ini menyatakan bahwa seharusnya Megawati yang bersilahturahim ke Jokowi karena kedudukan Jokowi lebih tinggi daripada Megawati dan diantara keduanya tidak memiliki hubungan darah. Sementara, berita Jokowi Malah Terlihat Seperti Presiden Boneka pula memojokkan sikap Jokowi yang masih dibayangi Megawati karena Jokowi tidak dapat mengambil keputusan dalam menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Diagnose causes yang terdapat dalam media Tempo ialah memojokkan sikap Prabowo dan membela Jokowi maupun Megawati. Hal ini dapat dilihat dalam berita Pengamat Anggap Jokowi Bukan Capres Boneka yang menyatakan bahwa orang yang menggambarkan Jokowi boneka ialah tudingan Prabowo. Tudingan ini dinilai untuk mendelegitimasi Jokowi dan menjadikan ia layak dipilih menjadi presiden. Sementara, berita Survei: Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi Boneka ini dilakukan karena berawal dari pertanyaan siapa yang berpengaruh terhadap Jokowi, dan jawabannya ialah Megawati. Megawati dalam berita ini dianggap memiliki pengaruh positif. Sedangkan, berita Momen ini Pembuktian Jokowi Bukan Boneka dipublikasikan untuk mendukung Jokowi agar dapat membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan, keputusan ini harus dilakukan Jokowi untuk membuktikan bahwa ia bukanlah boneka. Make Moral Judgement (membuat pilihan moral), pendefinisian masalah yang terdapat dalam media Kompas tersebut membuat media ini memberi argumen (make moral judgmenet) bahwa media ini menyayangkan kondisi Jokowi yang menjadi boneka Megawati dan menilai bahwa masukan Megawati tersebut sangat wajar. Dengan kepatuhan luar biasa yang dimiliki Jokowi kepada Megawati, berita Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati menilai bahwa Jokowi hanya akan menjadi boneka. Sedangkan dengan memiliki dukungan rakyat yang kuat dan rekam jejak yang bersih seharusnya Jokowi dapat terlepas dari bayang Megawati, berita Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati ini menyayangkan kondisi Jokowi yang selalu dirongrong dan dibayangi oleh kekuasaan politik dibelakangnya. Berita Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka Megawati menilai bahwa masukan atau nasehat yang disampaikan Megawati kepada Jokowi sangat wajar karena Megawati memiliki pengalaman dalam memimpin pemerintahan dan ingin pemerintahan Jokowi lebih baik dari pemerintahan sebelumnya. Media Republika memberi argumen (make moral judgement) dengan membenarkan bahwa Jokowi boneka Megawati. Dengan kuasa yang dimiliki Megawati, berita Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka menilai bahwa pernyataan Megawati yang menyebut Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden tersebut menunjukkan kalau Jokowi merupakan presiden boneka. Sedangkan, berita Pengamat: Megawati yang Seharusnya Bersilahturahim ke Jokowi menilai bahwa tidak ada ruginya bagi Jokowi jika tidak mengunjungi Megawati untuk bersilahturahim, jika mengunjunginya maka membenarkan anggapan bahwa Jokowi boneka Megawati. Dalam berita Jokowi Malah Terlihat Seperti Boneka menilai

8 bahwa pernyataan dan sikap Jokowi selama ini tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin karena masih dibayangi Megawati, untuk itu ia tidak dapat menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Dari penilaian tersebut, media ini cenderung membenarkan anggapan Jokowi boneka. Media Tempo memberi argumen (make moral judgement) bahwa Jokowi bukanlah boneka Megawati. Berita Pengamat Anggap Jokowi Bukan Capres Boneka menilai bahwa Jokowi bukan merupakan boneka karena ia memiliki kemampuan dan daya tawar untuk memimpin negara Indonesia. Berita Momen ini Pembuktian Jokowi Bukan Presiden Boneka membela Jokowi berdasarkan perolehan LSI dengan memperoleh data, 55,8 persen masyarakat percaya Jokowi bukan presiden boneka dari Megawati. Selain itu, berita Survei: Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi Boneka memberi kesan positif terhadap Megawati yang memiliki pengaruh positif dan cukup kuat dalam kinerja pemerintahan Jokowi. Untuk itu, Jokowi bukanlah boneka. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), meskipun mendukung gambaran Jokowi boneka karena sikap yang ditunjukkan Jokowi, media ini terlihat menolak anggapan Jokowi boneka dengan menekankan penyelesian kepada Jokowi agar tidak larut dalam bayangan Megawati. Berita Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati memberi solusi agar Jokowi harus memiliki visi-misi dan harus berani menyebut nama-nama calon menteri dari kalangan profesional yang tidak hanya terikat oleh partai pengusung. Sementara, berita Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati menekankan penyelesaian agar Jokowi memiliki tim independen yang dapat mengimbangi dan menyaring masukan berbagai pihak agar Jokowi tidak larut dalam pengaruh buruk kekuatan politik yang transaksional. Dari penyelesaian yang dibuat, media ini memiliki keinginan agar Jokowi dapat terlepas dari bayangan Megawati. Sedangkan, media Republika lebih menekankan penyelesaian terhadap sikap Megawati dan Jokowi. Dalam hal ini, media Republika terlihat menekankan penyelesaian agar Megawati tidak terlalu ikut andil dalam kinerja pemerintahan Jokowi dan Jokowi harus tegas dalam bersikap. Dengan itu, berita Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka menekankan penyelesaian agar Megawati belajar dari prinsip negarawan Inggris ketika pengabdian kepada negara dimulai, maka berakhirlah pengabdian kepada partai. Berita Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi menekankan penyelesaian agar Megawati diharapkan mau berbesar hati mengunjungi Jokowi untuk bersilahturahim. Selain itu, berita Jokowi Malah Terlihat Seperti Presiden Boneka tidak segan menyelesaikan masalah dengan meminta Jokowi untuk mundur dari jabatannya jika tidak dapat menyelesaikan kasus KPK dan Polri karena masih dibayangi Megawati. Lain halnya dengan media Kompas dan Republika yang mengandung elemen treatment recommendation, ketiga berita yang dimuat dalam media Tempo tidak menggunakan elemen treatment recommendation dalam berita-berita yang dimuatnya. Dari temuan hasil penelitian di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co mengenai framing Robert N. Entman, diketahui bahwa elemen treatment recommendation tidak selalu digunakan dalam pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Yang tidak selalu menggunakan elemen treatment recommendation ialah berita-berita yang mendefinisikan masalah (define problems) dengan menolak gambaran Jokowi boneka yang disertai bukti atau survei. Bukti atau survei tersebut memperkuat pernyataan bahwa Jokowi bukanlah boneka. Untuk itu, berita tersebut tidak menekankan penyelesaian masalah. Hal ini sesuai dengan Eriyanto (2011:227) yang menyatakan bahwa penyelesaian itu sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co sebagian besar menggunakan satu pandangan ahli. Tetapi, masing-masing media pula terdapat menggunakan dua pendapat ahli, namun

9 pendapat tersebut senada atau sejalan.tentunya, pandangan ahli ini dapat digunakan media untuk meyakinkan pembaca. Dengan hanya menggunakan satu pandangan ahli bahkan terdapat pandangan ahli yang sama atau sejalan, maka sangat terlihat kecendrungan sikap media terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Kecendrungan sikap media yang dimaksud ialah kecendrungan dalam mendukung gambaran Jokowi boneka ataupun menolak gambaran tersebut. Kecendrungan sikap media tersebut dapat dilihat melalui katakata yang digunakan oleh media. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sobur (2009:22) bahwa di dalam pemikiran kritis, kata-kata yang diproduksi oleh media tersebut sebagai perantara bagi pengungkapan maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Maksud-maksud dan maknamakna tersebut mewakili sikap media. Jika dilihat dari berita-berita yang dianalisis, media Kompas terlihat menolak anggapan Jokowi boneka Megawati. Hal ini terlihat dalam berita-berita yang dipublikasikan tersebut berisikan mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi boneka. Media ini terlihat memojokkan sikap Jokowi yang patuh terhadap Megawati. Hal ini dipicu oleh sikap Jokowi yang tidak mandiri dalam membuat keputusan, terutama ketika kepentingan masyarakat bertabrakan dengan kepentingan partai maka Jokowi akan memilih kepentingan partai. Namun, Kompas memberikan solusi untuk Jokowi agar dapat terlepas dari bayang Megawati. Solusi tersebut yaitu Jokowi harus memiliki tim visi-misi sebagai capres dan harus berani menyebut nama-nama calon menteri dari kalangan professional yang tidak terikat dengan partai pengusung. Selain itu, Jokowi harus mempunyai tim independen yang bisa mengimbangi dan menyaring masukan berbagai pihak, khususnya dari professional yang tidak hanya terikat dengan partai politik. Dengan solusi tersebut, tentunya media ini ingin agar Jokowi tidak menjadi boneka Megawati. Sedangkan media Republika cenderung mendukung gambaran Jokowi boneka. Ketiga berita yang dipublikasikan media ini cenderung memojokkan sikap Jokowi maupun Megawati. Media ini terlihat memberi kesan negatif kepada Megawati. Hal ini dipicu oleh Megawati yang menganggap Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden. Selain itu, Megawati dinilai keras kepala karena tidak pernah mau mengunjungi orang yang berkududukan tinggi untuk bersilahturahim, seperti SBY. Sedangkan Jokowi dipojokkan karena masih dibayangi sosok Megawati, maka dari itu ia tidak bisa menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Untuk itu, sangat terlihat bagaimana media ini memberitakan mengenai Jokowi boneka dengan memojokkan sikap Megawati maupun Jokowi. Sementara, media Tempo cenderung membela Jokowi dan Megawati dengan menolak gambaran Jokowi boneka. Pembelaan tersebut dilakukan dengan disertakan bukti dan survei. Berita yang dipublikasikan pun cenderung memojokkan sikap Prabowo-Hatta. Namun, memberi kesan positif terhadap Megawati. Dalam berita yang dimuat Tempo, Prabowo dinilai orang yang menuding Jokowi sebagai boneka untuk mendelegitimasi Jokowi dan menjadikan dirinya yang layak untuk dipilih menjadi presiden. Sementara, Megawati dinilai memiliki pengaruh yang cukup kuat dan positif dalam kinerja pemerintahan Jokowi. Untuk itu, sangat terlihat pembelaan yang dilakukan media ini untuk melindungi Megawati dan Jokowi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini tidak sejalan dengan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Al. Vivi Purwito Sari (2012) dengan judul Analisis Framing Berita Headline Freeport di Harian Kompas. Hasil penelitian yang diperoleh tidak sejalan dengan hasil penelitian Al. Vivi Purwito Sari (2012) karena dalam berita-berita Freeport yang dianalisis tersebut terdapat keempat elemen framing Robert N. Entman, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Sementara, hasil yang diperoleh peneliti dalam berita-berita yang dianalisis tersebut tidak selalu menggunakan elemen treatment recommendation.

10 PENUTUP Simpulan Berita-berita dalam media Kompas.com terdapat menggunakan elemen define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Namun, berita Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka merupakan satu-satunya berita yang tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Dalam media Kompas, define problems (pendefinisian masalah) yang terdapat yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi boneka dan tepisan terhadap gambaran tersebut. Diagnose causes (sumber masalah) yang terdapat dalam media Kompas yaitu sikap Jokowi dan orang yang menuding Jokowi boneka. Make Moral Judgement (membuat pilihan moral) yang terdapat dalam media ini yaitu menyayangkan kondisi Jokowi yang menjadi boneka Megawati dan menilai bahwa masukan Megawati tersebut sangat wajar. Meskipun mendukung gambaran Jokowi boneka karena sikap yang ditunjukkan Jokowi, media ini terlihat menolak anggapan Jokowi boneka dengan menekankan penyelesian (treatment recommendation) kepada Jokowi agar tidak larut dalam bayangan Megawati. Sedangkan dalam media Tempo.co, ketiga berita yang dianalisis tersebut tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Berita-berita yang terdapat dalam media Tempo hanya menggunakan elemen define problems, diagnose causes, dan make moral judgement. Define problem yang terdapat dalam media Tempo yaitu mengenai pembelaan terhadap sosok Megawati maupun Jokowi dengan menolak gambaran Jokowi boneka yang disertai bukti dan survei. Diagnose causes yang terdapat dalam media Tempo ialah memojokkan sikap Prabowo dan membela Jokowi maupun Megawati. Media Tempo memberi argumen (make moral judgement) bahwa Jokowi bukanlah boneka Megawati dengan menyertakan survei dan bukti. Lain halnya dengan media Kompas dan Tempo, berita-berita yang terdapat dalam media Republika menggunakan keempat elemen framing Robert N. Entman tersebut, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Define problems yang terdapat dalam media Republika yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi boneka Megawati. Diagnose causes dalam media Republika ialah Jokowi maupun Megawati. Ketiga berita yang dimuat dalam media Republika terlihat mempermasalahkan sikap Megawati yang memiliki kuasa terhadap Jokowi. Media Republika memberi argumen (make moral judgement) dengan membenarkan bahwa Jokowi boneka Megawati. Media Republika lebih menekankan penyelesaian (treatment recommendation) terhadap sikap Megawati dan Jokowi. Dalam hal ini, media Republika terlihat menekankan penyelesaian agar Megawati tidak terlalu ikut andil dalam kinerja pemerintahan Jokowi dan Jokowi harus tegas dalam bersikap. Kompas dalam ketiga berita yang dianalisis, cenderung menolak anggapan Jokowi boneka. Berita-berita yang terdapat dalam Kompas terlihat memberi solusi agar Jokowi tidak dibayangi pengaruh buruk Megawati. Sedangkan kecendrungan sikap media Republika dalam ketiga berita yang dianalisis yaitu cenderung mendukung gambaran Jokowi boneka Megawati. Berita-berita yang dimuat Republika terlihat memojokkan sosok Jokowi yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan kuasa yang dimiliki Megawati. Lain halnya dengan media Tempo, kecendrungan sikap media Tempo dalam ketiga berita yang dianalisis yaitu cenderung mendukung gambaran Jokowi yang bukan merupakan boneka dari Megawati. Dengan memihak terhadap sosok Jokowi maupun Megawati, beritaberita yang dimuat dalam media Tempo ini menyertakan bukti ataupun survei ke dalam berita yang dimuatnya. Berita-berita yang dimuat dalam Tempo terdapat memojokkan sikap Prabowo Subianto. Saran Berdasarkan simpulan tersebut, adapun beberapa saran; 1) Media Massa sebaiknya turut berperan dalam meredam suatu konflik, terlebih, ketiga media ini cendrung memihak antara mendukung atau menolak gambaran Jokowi boneka Megawati. 2) Bagi pihak pembaca,

11 sepatutnya dan diharapkan untuk lebih kritis dalam menyikapi pemberitaan yang dilakukan oleh media, sehingga tidak terjebak pada kesalahan dalam memandang pihak tertentu. 3) Bagi pendidik maupun calon pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan ajar maupun memperkaya wawasan pengajar dalam pembelajaran menulis dan menganalisis berita. 4) Peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis pada penelitian ini, baik dari media cetak maupun elektronik dan terhadap fokus pemberitaan yang lain. Sobur, Alex Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta /Koran-Tempo-Raih- Penghargaan-dari-Pusat-Bahasa/ diakses pada tanggal 20 April DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar Komunikasi Politik: Filsafat-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Atmadja, Xena Levina Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Sosok Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Di Media Online. Surabaya. Jurnal E- Komunikasi Vol.2, No 1 (2014). Cangara, Hafied Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Eriyanto.2001.Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:Lkis Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Ngatmin, Marlina Analisis Framing Kasus Poligami K.H Abdullah Gymnastiar di Media Kompas dan Republika Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sari, Vivi Purwito Analisis Framing Berita Headline Freeport Di Harian Kompas Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Siregar, Ashadi dkk Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini etika jurnalistik atau pemberitaan media seakan krisis objektivitas. Etika yang seharusnya menjunjung tinggi objektvitas berita kini seakan semakin

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG KENAIKAN HARGA BERAS DALAM NEGRI

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG KENAIKAN HARGA BERAS DALAM NEGRI KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG KENAIKAN HARGA BERAS DALAM NEGRI (Analisis Framing Media Kompas.com dan Republika.co.id Periode 20 Februari 20 Maret 2015) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan memiliki lembaga-lembaga khusus berdasarkan tugas masing-masing. Dalam rangka untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari penetapan status tersangka calon tunggal Kapolri Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yang tidak lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PEMBERITAAN DISKRESI AHOK TERKAIT REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA DI TEMPO.CO PADA MEI JULI 2016 TUGAS AKHIR

KONSTRUKSI PEMBERITAAN DISKRESI AHOK TERKAIT REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA DI TEMPO.CO PADA MEI JULI 2016 TUGAS AKHIR KONSTRUKSI PEMBERITAAN DISKRESI AHOK TERKAIT REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA DI TEMPO.CO PADA MEI JULI 2016 TUGAS AKHIR NOVA FERDIANA 1151903011 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING ROBERT ENTMAN PADA PEMBERITAAN KONFLIK KPK VS POLRI DI VIVANEWS.CO.ID DAN DETIKNEWS.COM

ANALISIS FRAMING ROBERT ENTMAN PADA PEMBERITAAN KONFLIK KPK VS POLRI DI VIVANEWS.CO.ID DAN DETIKNEWS.COM ANALISIS FRAMING ROBERT ENTMAN PADA PEMBERITAAN KONFLIK KPK VS POLRI DI VIVANEWS.CO.ID DAN DETIKNEWS.COM Ana Maria Sarmento Gaio, Mondry, Carmia Diahloka Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP,Universitas

Lebih terperinci

MEDIA MONITORING 100 HARI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

MEDIA MONITORING 100 HARI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK MEDIA MONITORING 100 HARI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK Latar Belakang Terpilihnya pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) pada Pilpres 2014 memunculkan harapan masyarakat tentang perubahan bagi bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tumbangnya rezim Soeharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami masa reformasi, dimana rakyat bisa terlibat langsung dalam aktivitas politik di DPR atau

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PEMIMPIN NASIONAL DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. (Analisis Framing Laporan Jajak Pendapat KOMPAS dengan Topik

KONSTRUKSI PEMIMPIN NASIONAL DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. (Analisis Framing Laporan Jajak Pendapat KOMPAS dengan Topik 1 KONSTRUKSI PEMIMPIN NASIONAL DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Analisis Framing Laporan Jajak Pendapat KOMPAS dengan Topik Kepemimpinan Nasional Periode 2009-2012) Ignatius Eggi Reza Putra / Mario Antonius

Lebih terperinci

Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman. Hasil Pemilu Capres dan Cawapres 2014 NASKAH PUBLIKASI

Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman. Hasil Pemilu Capres dan Cawapres 2014 NASKAH PUBLIKASI Konstruksi Pemberitaan Media Online Sindonews.com dalam Pengumuman Hasil Pemilu Capres dan Cawapres NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Team Mirah Sakethi (2010, h.3) menjelaskan bahwa dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Team Mirah Sakethi (2010, h.3) menjelaskan bahwa dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Team Mirah Sakethi (2010, h.3) menjelaskan bahwa dari luas wilayah DKI Jakarta sebesar 661,52 Km 2, terdapat sekitar 24.000 hektar atau empat puluh persen dataran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ini diawali ketika Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mulai menyusun dan mengumumkan nama-nama kabinet dengan nama Kabinet Kerja.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Ideologi politik Jokowi sebagai presiden RI ke-7 terlihat dari visi misi yang diterapkan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Media massa berperan dalam penggambaran pencitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan dipelihara (Carey, 1999, h.243). Media massa memiliki kekuatan dalam membentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat mengenal korupsi sebagai tindakan penyalahgunaan uang negara atau institusi perekonomian sebagai upaya untuk meraih keuntungan pribadi. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3).

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan media sebagai salah satu alatnya (Maryani, 2011:3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut perspektif Cahil (dikutip dari Kovach & Rosenstiel, 2001:10) dalam Rahayu (2006:5), menuturkan bahwa betapa besar pengharapan publik atas media massa. Pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan telah menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016 Analisis Isi Media Judul: MIP No07 Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016 Sebaran Media Pemberitaan mengenai Rakernas PDIP paling banyak dimuat oleh Detikcom sebanyak sembilan berita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (1984, h. 189) mengungkapkan Mass media such as newspaper,

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (1984, h. 189) mengungkapkan Mass media such as newspaper, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Dimana media massa berperan sebagai penyaji realita dalam kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara demokrasi, pada tahun 2014 Indonesia kembali menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara demokrasi, pada tahun 2014 Indonesia kembali menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara demokrasi, pada tahun 2014 Indonesia kembali menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu). Pemilihan umum untuk calon legislatif dilakukan pada 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (Pemilu) tanggal 9 Juli 2014 adalah kompetisi pemilihan presiden sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) RILIS HASIL MEDIA MONITORING MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) www.theindonesianinstitute.com LATAR BELAKANG Di masa kampanye terbuka, media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab IV maka peneliti menyimpulkan hasil sebagai berikut. Hasil yang didapat dari bingkai berita penundaan hukuman mati Mary Jane dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait kasus PT Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari Menteri Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Korupsi adalah suatu perbuatan untuk menguntungkan diri sendiri, dan secara tidak langsung dapat merugikan negara dan orang banyak. Korupsi menurut Mahzar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tepat 5 tahun setelah pemilihan umum pada tahun 2009, tahun 2014 bisa di katakan sebagai tahun politik. Pemilihan calon presiden dan wakil presiden menjadi satu ajang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa akan. didefinisikan sebagai komunikasi kepada khalayak dalam jumlah besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi merupakan kebutuhan yang paling dasar manusia. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

Prosiding Jurnalistik ISSN:

Prosiding Jurnalistik ISSN: Prosiding Jurnalistik ISSN: 2460-6529 Konstruksi Berita Aksi Damai 212 Analisis Teks Berita melalui Framing Robert N. Entman terhadap Aksi Damai 212 pada INews TV dan Metro TV Construction News Action

Lebih terperinci

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA) Karina Pinem 100904046 Abstrak Penelitian ini berjudul Literasi Media

Lebih terperinci

PEMBERITAAN SUNNY TANUWIDJAJA (Analisis Framing Media Online terhadap pemberitaan Sunny Tanuwidjaja di Tempo, Kompas, Merdeka, Tribun, Detik)

PEMBERITAAN SUNNY TANUWIDJAJA (Analisis Framing Media Online terhadap pemberitaan Sunny Tanuwidjaja di Tempo, Kompas, Merdeka, Tribun, Detik) PEMBERITAAN SUNNY TANUWIDJAJA (Analisis Framing Media Online terhadap pemberitaan Sunny Tanuwidjaja di Tempo, Kompas, Merdeka, Tribun, Detik) Agung Wibiyanto, S.S., M.M Politeknik Indonusa Surakarta Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keadaan ekonomi di suatu negara dipengaruhi oleh benyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan ekonomi disuatu negara adalah faktor politik. Fenomena politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA 100 HARI SBY-BOEDIONO SKRIPSI

KONSTRUKSI BERITA 100 HARI SBY-BOEDIONO SKRIPSI KONSTRUKSI BERITA 100 HARI SBY-BOEDIONO (Studi Analisis Framing tentang Berita 100 Hari SBY-Boediono Pada Harian Kompas) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata I (S1)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Sandungan Si Anak Emas Presiden. Menurut Pan dan Kosicki, berita merupakan

BAB VI PENUTUP. Sandungan Si Anak Emas Presiden. Menurut Pan dan Kosicki, berita merupakan BAB VI PENUTUP 5.3. Kesimpulan Menanggapi peristiwa pengunduran diri Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alfian Mallarangeng, majalah Detik menurunkan berita dengan judul Sandungan Si Anak Emas Presiden.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) ABSTRAK Skripsi ini berjudul Konstruksi Berita Pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemberitaan media massa di Indonesia meningkat dengan intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak munculnya Undang

Lebih terperinci