BAB II. JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI. TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa dan. Staphylococcus aureus
|
|
- Siska Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus 1. Nigella sativa L. Klasifikasi dan Deskripsi Nigella sativa Klasifikasi dari N.sativa menurut Conqruist (1981) sebagai berikut: Kingdom Divisio Class Order Family Genus Species : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Ranunculales : Ranunculaceae : Nigella : Nigella sativa Gambar 2.1 Nigella sativa (Sumber: Nigella sativa merupakan tanaman tahunan yang berasal dari wilayah Mediterania. Bentuk tanamannya seperti terlihat pada Gambar 2.1. Di beberapa negara tanaman ini memiliki nama yang berbeda-beda, di Inggris biasa disebut black cumin, di Arab disebut Habbatussauda dan di India dikenal dengan nama 7
2 Kalonji. N.sativa memiliki rasa yang pahit dan pedas, biasanya digunakan sebagai rempah-rempah masakan. 2. Morfologi N.sativa dapat tumbuh dengan tinggi sekitar cm, berbatang tegak, berkayu dan berbentuk bulat menusuk. Daunnya runcing, bercabang, tulang daun tidak seperti benang yang dijumpai pada daun genus Nigella pada umumnya, daun kadang-kadang tunggal atau bisa juga majemuk dengan posisi tersebar atau berhadapan. N.sativa merupakan tanaman biseksual, artinya dapat mengembangbiakan dirinya sendiri membentuk kapsul buah yang mengandung biji. Bentuk bijinya seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tumbuhan ini mempunyai bunga yang bentuknya beraturan. Bunga ini kemudian menjadi buah berbentuk bumbung dan bulat panjang, dengan mahkota sebanyak 5-10 yang berwarna biru pucat atau putih. Jenis bunga N.sativa ada dua macam, satu berwarna ungu kebirubiruan dan lainnya putih. Pertumbuhan bunga terletak pada bagian cabang, sementara itu daunnya saling tumbuh berseberangan secara berpasangan. Daun di bagian bawah bentuknya kecil dan pendek, sedangkan daun bagian atas lebih panjang (6 10 cm). Batang bunga tersebut bisa mencapai ketinggian inchi. Sedangkan buahnya keras seperti buah buni, bentuknya besar dan menggembung berwarna hitam pekat, memiliki rasa yang pahit dan berbau tajam. 8
3 Gambar 2.2 Biji N.sativa (Sumber: Koleksi Pribadi) 3. Pemanfaatan Nigella sativa N.sativa telah lama dikenal dan digunakan secara tradisional untuk bahan masakan dan pengobatan di negara-negara Arab, India dan Eropa (Ali & Blunden, 2003). Sebagai bahan obat alami, jintan hitam dapat mengobati berbagai macam penyakit diantaranya asma, hipertensi, diabetes, radang, batuk, bronkitis, sakit kepala, eksim, demam dan influensa. Biji atau minyaknya digunakan sebagai obat cacing, diuretik, memperlancar ASI dan merawat kesehatan kulit. Pada masa kini berbagai penelitian telah memperlihatkan efeknya sebagai antioksidan, antitumor, antimikrobial, antihistamin, menurunkan kadar lemak, antiviral, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan berpengaruh terhadap sistem saraf. 9
4 4. Fitokimia Nigella sativa Biji N.sativa mengandung 36%-38% fixed oil, protein, tanin, alkaloid, saponin dan 0,4%-2,5% minyak esensial yang bersifat volatile (mudah menguap). Komponen utama dari fixed oil yaitu asam lemak tak jenuh dan asam eicosadienoic. Minyak esensialnya telah dianalisis menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) dengan kandungan utama yaitu thymoquinone, ρ-cymene, carvacrol, t-anethole, 4-terpineol dan longifoline. Terdapat dua senyawa baru yaitu 2(1H)-naphthalenone dan uvidine (Gerige et al., 2009). Selain itu terdapat empat jenis alkaloid yang merupakan komponen dari biji N.sativa, yaitu nigellicine, nigellidine, nigellimine dan isoquinoline. Senyawa baru yang ditemukan sebuah monodesmosidic triterpene saponin yaitu α-hederin. Senyawa ini sebelumnya juga ditemukan pada daun Hedera helix. Struktur kimia dari beberapa komponen utama biji Nigella sativa seperti terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Struktur Kimia Senyawa Nigella sativa (Sumber : Ali & Blunden, 2003) 10
5 B. Pseudomonas aeruginosa 1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi dari Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey dalam Holt et al., (1994) sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Bacteria : Proteobacteria : Gammaproteobacteria : Pseudomonadales : Pseudomonaceae : Pseudomonas : Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dengan ukutan 0,5 0,8 µm x 1,5 3,0 µm (Todar, 2008). Bakteri ini dapat ditemukan dalam bentuk berpasangan, tunggal dan kadang-kadang membentuk rantai yang tunggal. Bersifat aerob obligat yang dapat dengan mudah tumbuh pada berbagai jenis medium pembiakan karena nutrisi yang diperlukannya sangat sederhana. Metabolismenya respiratorik dan tidak pernah melalui fermentasi, tetapi dapat tumbuh dalam keadaan tanpa O 2 bila tersedia NO 3 sebagai akseptor elektron (Mayasari, 2005). Di alam, P.aeruginosa biasanya hidup di air dan tanah. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah C. 11
6 Gambar 2.4 Pseudomonas aeruginosa pada Pewarnaan Gram (Sumber: koleksi pribadi) P.aeruginosa menghasilkan dua jenis pigmen berupa pigmen fluoresen yaitu pioverdin dan pikosianin. Pikosianin diproduksi secara melimpah pada media dengan kadar zat besi yang sedikit dan berfungsi untuk metabolisme zat besi di dalam tubuh bakteri (Todar, 2008). Bakteri ini merupakan oksidase positif dan beberapa strainnya dapat menghemolisis darah. Pembiakan bakteri ini dapat menghasilkan berbagai jenis koloni yang memiliki aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda serta pola kepekaan antimikroba yang berbeda pula (Mayasari, 2005). Isolat yang berasal dari air atau tanah memiliki koloni yang kecil dan tidak rata, sedangkan isolat klinik menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus. 12
7 2. Patogenesis Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri ini dapat membentuk koloni dan menimbulkan infeksi dengan memanfaatkan kerusakan mekanisme pertahanan tubuh manusia, sehingga disebut dengan patogen oportunistik (Irvin, 2008). Selain itu bakteri ini juga dapat tinggal pada manusia normal sebagai saprofit di usus dan kulit. Kemampuan P.aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada produksi enzim dan toksin yang merusak barier tubuh dan sel inang (Mayasari, 2005). Patogenesis dari P.aeruginosa merupakan multifaktor. Bakteri ini menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi pernapasan, dermatitis, dan berbagai infeksi sistemik terutama pada pasien luka bakar yang sangat parah (Todar, 2008). Sebuah studi membuktikan bahwa P.aeruginosa sebagai penyebab folikulitis yaitu peradangan dari satu atau lebih folikel rambut yang biasanya terjadi di kulit. Hal ini dikarenakan penggunakan kolam renang atau sauna yang tidak dibersihkan sebelumnya. Pada umumnya infeksi P.aeruginosa terdiri dari tiga tahap yang berbeda, yaitu kolonisasi bakteri, invasi lokal dan penyebarluasan infeksi (Todar, 2008). 13
8 C. Staphylococcus aureus 1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Bergey dalam Holt et al., (1994) sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Spesies : Bacteria : Firmicutes : Cocci : Bacillales : Staphylococcaceae : Staphylococcus : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus termasuk bakteri Gram-positif yang tidak bergerak, tidak berspora, fakultatif anaerob yang tersusun seperti buah anggur (Todar, 2008). Bila dibiakan pada medium agar akan membentuk koloni besar berwarna kuning dengan diameter 0,5-1,0 µm (Cook & Cook, 2006). Secara umum S.aureus dapat tumbuh pada suhu 7 dan 47 C dengan suhu optimum C. Bakteri ini memproduksi enterotoksin jika berada pada suhu 10 dan 46ºC dengan ph optimum 6-7, selain itu juga dipengaruhi faktor atmosfir, sumber karbon dan nitrogen serta kadar garam. Dinding selnya mengandung asam teikoat yang merupakan antigen dari Staphylococcus. Kebutuhan nutrisinya bakteri ini sangat kompleks dan bervariasi dari setiap strain. 14
9 Gambar 2.5 Staphylococcus aureus pada Pewarnaan Gram (Sumber: koleksi pribadi) S.aureus merupakan katalase positif dan mampu mengubah hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) menjadi air dan oksigen. Kemampuan S.aureus memproduksi katalase ini yang membedakannya dengan Enterococcus dan Streptococcus. Untuk membedakan S.aureus dengan jenis Staphylococcus yang lain dilakukan uji koagulase. Bakteri ini bersifat koagulase positif sedangkan jenis lainnya sebagian besar adalah koagulase negatif. Diantara bakteri yang tidak membentuk spora, S.aureus termasuk bakteri yang kuat daya tahannya. Pengkulturan dengan agar miring dapat tetap hidup selama berbulan-bulan pada suhu kamar maupun lemari es (Todar, 2008). 2. Patogenesis Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus sering ditemukan erat kaitannya dengan tubuh manusia karena banyak ditemukan di lingkungan sekitar seperti debu, air, udara dan kotoran pada pakaian atau peralatan rumah (Bremer et al., 2004). Bakteri ini dapat 15
10 menyebabkan keracunan makanan dan berbagai jenis peradangan pada kulit seperti bisul dan jerawat. Kerusakan kecil yang terjadi di daerah kuku mengakibatkan organisme ini dapat berkembang lebih banyak. Selain itu menimbulkan infeksi pernapasan atau kemungkinan menyerang usus menyebabkan enteritis (peradangan usus kecil). Infeksi S.aureus, terutama pada kulit, akan menyebabkan impetigo (pengerasan kulit) dan cellulitis (peradangan jaringan di bawah kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan di daerah tersebut). Pada beberapa kasus bakteri ini dapat menimbulkan komplikasi serius yang dikenal dengan scalded skin syndrome, biasanya menyerang bayi dan anak dibawah usia 5-6 tahun (Diana, 2008). Bila wanita hamil terkena infeksi S.aureus mengakibatkan peradangan payudara yang menghasilkan bisul bernanah. Hal ini berakibat tersebarnya bakteri kedalam air susu ibu. D. Tinjauan Umum Senyawa Antibakteri Proses fisik dan kimia merupakan metode dalam mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian tersebut dapat berupa penghambatan dan pembasmian populasi mikroorganisme. Menurut Pelczar et al., (1988) zat antimikrobial merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Terdapat dua macam zat antimikrobial, yaitu antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial yaitu zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat resisten terhadap antibakteri melalui berbagai mekanisme. Kerusakan yang ditimbulkan komponen 16
11 antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme kerja antimikrobial dalam pengobatan infeksi bakteri yaitu menyerang sintesis dinding sel, mengganggu sintesis protein, mengganggu pembentukan asam nukleat, menghambat jalur metabolisme penting pada bakteri tetapi tidak pada sel inang, dan penghambatan dari membran dengan tidak bekerja lebih baik (Todar, 2008). E. Mekanisme Antimikroba Nigella sativa Ekstrak tanaman N.sativa telah dipelajari secara intensif aktivitas antimikrobanya dalam melawan berbagai bakteri, jamur dan organisme parasit baik secara in vitro maupun in vivo. Pada umumnya aktivitas antimikroba tersebut disebabkan oleh komponen utamanya diantaranya thymoquinone, thymol, α- pinene dan p-cymene dengan cara menghambat pembentukan asam nukleat (RNA) dan sintesis protein (Alsawaf & Alnaemi, 2010). Kekuatan penghambatan dan spektrum aktivitas antimikroba dari ekstrak jintan hitam menunjukkan bahwa interaksi yang kompleks diantara tiap komponen menyebabkan aktivitas secara keseluruhan (Singh et al., 2005). Thymoquinone sebagai komponen utama dapat menyebabkan tidak aktifnya protein bakteri dengan membentuk kompleks irreversibel dengan asam amino nukleofilik, sehingga protein kehilangan fungsinya (Stern et al., 2000). Selain itu senyawa kuinon ini juga meniadakan substrat bagi mikroorganisme 17
12 F. Metode Uji Aktivitas Antimikroba Uji aktivitas antimikroba merupakan salah satu teknik yang penting dalam ilmu biologi modern. Metode ini digunakan dalam patologi untuk menentukan resistensi strain mikroba tertentu terhadap antimikroba yang berbeda, dan dalam bidang farmasi digunakan untuk menentukan keefektifan antimikroba baru dari ekstrak hayati melawan berbagai mikroorganisme. Terdapat berbagai macam metode antimikroba yang digunakan oleh para peneliti di seluruh dunia dengan menggunakan standar dari National Committee for Clinical Laboratory Science (NCCCLS), British Society for Antimicrobial Chemotherapy (BBSAC) dan European Committee for Antimicrobial Susceptibility Testing (EUCAST). Lembaga-lembaga tersebut merupakan acuan dalam praktek laboratorium medis di seluruh dunia. Walaupun demikian, pengujian antimikroba tidak harus seperti petunjuk standar di atas sehingga dapat dilakukan modifikasi (Hammer dalam Das et al., 2009). Secara umum uji aktivitas antimikroba diklasifikasikan menjadi metode difusi dan dilusi (Das et al., 2009). Metode difusi diantaranya: 1. Difusi agar (agar disk diffusion dan agar well diffusion) Agar disk diffusion menggunakan kertas cakram Whatmann berdiameter 6 mm. Cakram ini ditetesi dengan berbagai macam konsentrasi ekstrak antimikroba dan ditempatkan pada permukaan agar yang telah diinokulasi biakan bakteri. Setelah inkubasi selama 24 jam, dilakukan pengukuran diameter zona hambat bakteri yang ditandai adanya area bening. Pada agar well diffusion prinsipnya sama dengan agar disk diffusion. Media agar yang 18
13 telah berisi biakan bakteri uji dilubangi dengan menggunakan pelubang gabung steril (Das et al., 2009) 2. Bioautografi Teknik ini merupakan cara yang aman untuk melihat efek ekstrak tanaman dan senyawa fitokimia murni terhadap mikroorganisme patogen pada manusia dan tumbuhan. Metode ini menggabungkan penggunaan teknik kromatografi lapis tipis dengan respon dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas biologi dari suatu antibakteri, antijamur maupun antiparasit (Colorado dalam Kusumaningtyas et al., 2009). 3. Teknik racun makanan Secara umum metode ini digunakan pada aktivitas antijamur. Kultur jamur dibuat seperti cakram dengan pelubang gabus kemudian ditempatkan pada medium agar yang telah diberi konsentrasi ekstrak tanaman. Persentase penghambatan pertumbuhan miselia jamur ditentukan dengan membandingkan miselia yang diberi ekstrak tanaman dengan miselia kontrol (Verma & Kharwar dalam Das et al., 2009). Sedangkan metode dilusi meliputi: 1. Broth microdilution Teknik ini digunakan untuk menentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dengan menggunakan microtiter plate. Setiap plate diisi dengan konsentrasi ekstrak kemudian diinokulasi bakteri uji. Setelah inkubasi dilihat perubahan kekeruhan sebagai indikator pertumbuhan bakteri. 19
14 2. Broth macrodilution Prinsip dasar dari teknik ini sama seperti broth microdilution, hanya saja dilakukan dalam tabung reaksi. Dalam macrodilution satu set tabung uji berisi konsentrasi ekstrak tanaman dengan volume yang sama. Bakteri uji diinokulasikan kedalam tabung reaksi. Setelah inkubasi dilihat perubahan kekeruhan sebagai indikator pertumbuhan bakteri. 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi biasanya disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi disebabkan oleh bakteri, Virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain seperti mikoplasma, riketsia dan klamidia. Salah satu penyebab masalah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JINTAN HITAM (Nigella sativa L.) 1. Deskripsi dan Klasifikasi Jintan Hitam Gambar 1 Nigella sativa (sumberhttp://henriettesherbal.com) Nigella sativa merupakan salah satu spesies
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Bakung Tumbuhan bunga bakung mempunyai ketinggian antara 0,5-1,25 m, merupakan tumbuhan yang memiliki daun dan bunga. Bunga bakung termasuk tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu produk pertanian yang murah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas yang menjadi penyebab utama penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bunga Rosella 1. Klasifikasi Dalam sistematika tumbuhan, kelopak bunga rosella diklasifikasikan sebagai berikut : Gambar 1. Kelopak bunga rosella Kingdom : Plantae Divisio :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TUMBUHAN BERENUK 1. Klasifikasi tumbuhan berenuk: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebih produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan folikel rambut dan
Lebih terperinciStaphylococcus aureus
Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, tidak bergerak ditemukan satu-satu, berpasangan, berantai pendek atau bergerombol, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan dinding
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu kelompok bakteri gram positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari flora normal kulit
Lebih terperinciISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI
ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: HAJAR NUR SANTI MULYONO K 100 060 207
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena temperatur yang tropis, dan kelembaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pneumonia adalah penyakit peradangan paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, virus dan parasit) (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan keadaan masuknya mikroorganisme kedalam jaringan tubuh, berkembang biak dan menimbulkan penyakit (Hartati, 2012). Mikroorganisme penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran ekskresi dan organ reproduksi dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama bakteri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia (Rostinawati, 2010) dan banyak ditemukan pada kehidupan sehari-hari (Waluyo,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan metode eksperimen karena terdapat perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan, baik dari tumbuhan, hewan ataupun mineral. Pengobatan dengan menggunakan bahan alam diperkirakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian kecil dilakukan oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena informasi ke masyarakat khusunya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Tuba Saba Sistemika tumbuhan Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Polygonales : Polygonaceae : Polygonum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Lebih dari 2000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, 1000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkn untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi sampai sekarang ini adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik merupakan substansi atau zat yang dapat membunuh atau melemahkan
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian tertinggi. Selain itu, penggunaan antibakteri atau antiinfeksi masih dominan dalam pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Hal tersebut telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada udara, tanah, air dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mikroorganisme itu bisa merugikan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan
Lebih terperinciUJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS
UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L. Less) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli patogen SECARA IN VITRO Oleh: Ilma Bayu Septiana 1), Euis Erlin 2), Taupik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Antibiotik Antibiotik adalah suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Uji daya antibakteri ekstrak kelopak bung mawar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan menggunakan metode dilusi cair dan dilusi padat. Pada metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan penyakit umum yang banyak diderita oleh masyarakat (Nelwan, 2006). Infeksi pada tubuh manusia banyak disebabkan oleh mikroorganisme hidup seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran saat ini terkait erat dengan kejadian-kejadian infeksi. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-data yang memperlihatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian dan Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan biji manggis (Garcinia mangostana) terhadap penghambatan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi terjadi akibat bakteri, virus, parasit, dan jamur (Jawetz et al., 2001) yang masuk ke dalam tubuh inang mengadakan pertumbuhan atau replikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal,bersifat komensal pada permukaan kulit dan membran mukosa saluran napas atas manusia. Bakteri ini diklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara Indonesia. Beberapa penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman yang berkhasiat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air
Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Natrium Hipoklorit Sterilisasi merupakan suatu cara untuk menanggulangi transmisi penularan infeksi bakteri patogen dari alat kesehatan ke manusia. Alat kesehatan yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah (daerah) yang beriklim panas (tropis) di dunia memiliki keragaman sumberdaya tanaman buah-buahan cukup banyak untuk digali dan didayagunakan potensinya. Potensi
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih
4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih Fermentasi merupakan salah satu metode untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Ketika fermentasi berlangsung, kandungan gula sangat dibutuhkan
Lebih terperinciRickettsia prowazekii
Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah tanaman obat sekitar 40.000 jenis, namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme yang patogen, mikroba
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, serta pemulihan kesehatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan berbagai tanaman obat, lebih dari 940 spesies tanaman obat telah digunakan sebagai obat tradisional (Food and Agriculture Organization of the United
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme utama penyebab penyakit infeksi (Jawetz et al., 2001). Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi antara lain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS Ayu Ulfa Sari* Nurul Annisa, Arsyik Ibrahim, Laode Rijai Laboratorium penelitian
Lebih terperinciUJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae
UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman obat adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak dahulu, tanaman obat telah digunakan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Staphylococcus adalah bakteri gram negatif yang berbentuk bulat tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu S. aureus dan S.
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Identifikasi Fitokimia Uji identifikasi fitokimia hasil ekstraksi lidah buaya dengan berbagai metode yang berbeda dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber tumbuhan obat adalah tumbuhan yang berasal dari hutan tropis. Sekitar 80% sumber tumbuhan obat ditemukan di hutan tropis Indonesia dan 25.000-30.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini menandai kesadaran untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengatasan penyakit infeksi yang paling umum adalah dengan terapi antibiotik. Pemilihan antibiotik yang tepat sangat diperlukan dalam proses penyembuhan infeksi.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Staphylococcus aureus (S.aureus) Divisi : Procaryotae Class : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciPenelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.
2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Titanium Dioksida (TiO 2 ) Titanium merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IV B, berbentuk padat yang berwarna putih keperakan. Titanium murni dapat larut dalam larutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa antibakteri ialah senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme dan dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh suatu mikroorganisme (Jawetz
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Karakteristik morfologi L. plantarum yang telah didapat adalah positif, berbentuk batang tunggal dan koloni berantai pendek. Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Dalam memenuhi besarnya permintaan terhadap persediaan ikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat (BAL) Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram positif, tidak berspora, berbentuk bulat atau batang serta memiliki kemampuan mengubah
Lebih terperinci