BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan (Arens dan Lobbecke: 2000). Kemudian prosedur audit adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan (Arens dan Lobbecke: 2000). Kemudian prosedur audit adalah"

Transkripsi

1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROSEDUR AUDIT Menurut Arens dan Loebbecke prosedur audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang diterima dan kriteria yang telah ditetapkan (Arens dan Lobbecke: 2000). Kemudian prosedur audit adalah proses sistematis yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara independen tentang tindakan dan peristiwa ekonomi sesuai kriteria yang ditetapkan kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Widodo: 2013). Mulyadi mendiksripsikan bahwa prosedur audit merupakan suatu daftar prosedur audit seluruh audit unsur tertentu. Dengan kata lain, prosedur audit tersebut berisikan kumpulan instruksi-instruksi rinci yang harus dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan proses auditnya guna memperoleh bukti audit yang diperlukan (Mulyadi: 2002). Sesuai dengan beberapa pengertian tentang prosedur audit tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur audit yaitu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit yang kemudian mengkomunikasikannya kepada pengguna yang berkepentingan atas informasi tersebut. 4

2 5 B. PENGUJIAN SUBSTANTIF Beberapa pendapat tentang pengujian substantif menurut para ahli, diantaranya pengertian pengujian substantif adalah prosedur audit dimana auditor harus mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Rerangka umum pengembangan prosedur audit untuk pengujian substantif adalah: (1) prosedur audit awal; (2) prosedur analitik; (3) pengujian terhadap transaksi rinci; (4) pengujian terhadap saldo akun rincidan; (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan (Mulyadi: 2002). Pendapat lain menyebutkan bahwa pengujian substantif adalah langkah-langkah yang harus dijalankan akuntan dalam pemeriksaan terhadap perkiraan-perkiraan yang ada, untuk meyakinkan akuntan terhadap 6 ciri yang mendasari penyajian akuntansi keuangan, yaitu: (1) eksistensi; (2) penilaian; (3) kecermatan; (4) klasifikasi; (5) pisah batas; dan (6) pengungkapan (Santoso: 2013). Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengujian substantif ialah pengujian pokok/inti dari pemeriksaan audit yang harus dilakukan auditor untuk memberikan keyakinan terhadap adanya atribut yang mendasari penyajian akuntansi keuangan, diantaranya: (1) keterjadian; (2) kelengkapan; (3) klasifikasi; (4) penilaian; dan (5) penyajian.

3 6 C. PIUTANG USAHA Terdapat beberapa pengertian piutang usaha menurut para ahli, diantaranyapiutang didefinisikan sebagai klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (Earl di dalam Kumpulan Ilmu: 2004). Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya (Kieso di dalam Kumpulan Ilmu: 2002). Ada juga pendapat bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan (Soemarso di dalam Kumpulan Ilmu: 2004). Selanjutnya ada yang berpendapat bahwa piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi (Yusup di dalam Kumpulan Ilmu: 2001). Horne memberikan pendapat bahwa piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit (Horne di dalam Kumpulan Ilmu: 2005). Menurut beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau sesuai dengan perjanjian antar kedua belah pihak.

4 7 D. JENIS PIUTANG YANG MEMERLUKAN PENGUNGKAPAN DALAM PENYAJIANNYA DI NERACA Sesuai dengan peraturan yang tercantum di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) maupun dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) terdapat piutang yang memerlukan pengungkapan dan penyajiannya di neraca, diantaranya sebagai berikut: 1. Piutang yang Memiliki Hubungan Istimewa Berdasarkan PSAK No. 7, pengertian dari pihak-pihak istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa apabila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Pihak-pihak yang dianggap memiliki hubungan istimewa yaitu: a. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries). b. Perusahaan asosiasi (associated company). c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau

5 8 dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor). d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut. e. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (c) atau (d), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. 2. Piutang yang Digadaikan Secara umum, piutang yang digadaikan dapat diartikan sebagai piutang usaha yang dipakai untuk jaminan atas pinjaman entitas tertentu yang merupakan bagian dari perjanjian pinjaman tersebut. Dengan demikian, jika di dalam saldo piutang usaha yang dicantumkan di dalam neraca terdapat piutang yang digadaikan, maka hal tersebut harus diungkapkan secara memadai dalam penyajiannya di neraca. 3. Anjak Piutang Berdasarkan PSAK No. 43, anjak piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan

6 9 jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Kegiatan anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu jasa non pembiayaan dan jasa pembiayaan. Jasa non pembiayaan meliputi jasa penatausahaan penjualan secara kredit dan penagihan piutang klien, seperti: investigasi kredit, administrasi penjualan,penagihan, dan proteksi terhadap risiko kredit. Jasa pembiayaan merupakan jasa pembelian dan atau pengalihan piutang jangka pendek dari kegiatan usaha, termasuk transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Anjak piutang pembiayaan ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: anjak piutang tanpa recourse dan anjak piutang dengan recourse. Recourse merupakan hak lembaga pembiayaan atau lembaga lain yang membeli dan atau menerima pengalihan piutang untuk menerima pembayaran dari klien apabila piutang yang dialihkan tidak dapat dibayar oleh nasabah pada saat piutang tersebut jatuh tempo. E. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN PIUTANG USAHA DI NERACA Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui terlebih dahulu Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam penyajian piutang di neraca menurut Mulyadi (2002) berikut ini: 1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang

7 10 usaha disajikan di neraca dalam jumlah kotor dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang. 2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih. 3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca. 4. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar. 5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha. F. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha menurut Budiman (2007) adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang. 2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha. 3. Membuktikan kelengkapan transaksi dan kelengkapan saldo piutang usaha. 4. Membuktikan hak kepemilikan.

8 11 5. Membuktikan kewajaran penilaian. 6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca. G. PROSEDUR PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA Prosedur audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Berbagai prosedur audit menurut Mulyadi (2002) dilaksanakan dalam lima tahap berikut: 1. Prosedur Audit Awal Auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Melakukan rekonsiliasi ini penting agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca didukung oleh catatan akuntansi yang andal. Auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan: a. Mengusut Saldo Piutang yang Tercantum di dalam Neraca Ke Saldo Akun Piutang Usaha yang Bersangkutan di dalam Buku Besar.

9 12 Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo piutang yang tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang andal kebenaran mekanisme pencatatan saldo piutang yang dicantumkan di neraca, maka auditor mengusut ke akun buku besar Piutang Usaha, Piutang Nonusaha, dan Cadangan Kerugian Piutang Usaha. b. Menghitung Kembali Saldo Akun Piutang di dalam Buku Besar. Auditor menghitung kembali saldo akun Piutang Usaha dan Piutang Nonusaha dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan akun tersebut, untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan saldo akun piutang usaha. c. Melakukan review terhadap Mutasi Luar Biasa dalam Jumlah dan Sumber Posting dalam Akun Piutang Usaha dan Akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha. Auditor dapat menemukan kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan piutang) melalui review atas mutasi luar biasa yang dilakukan, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam Akun Piutang Usaha dan Akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha. d. Mengusut Saldo Awal Akun Piutang Usaha dan Akun Cadangan Kerugian Piutang ke Kertas Kerja Tahun yang Lalu.

10 13 Untuk mecapai tujuan ini, auditor mengusut saldo awal akun piutang usaha dan cadangan kerugian piutang usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut. e. Mengusut Posting Pendebitan Akun Piutang Usaha ke dalam Jurnal yang Bersangkutan. Mengusut pendebitan di dalam akun piutang usaha ke jurnal penjualan dan pengkreditan ke akun tersebut auditor mengusut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal umum. Mengusut juga pendebitan di dalam akun piutang nonusaha ke jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum serta pengkreditan ke akun tersebut auditor mengusut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal umum. Pengusutan ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan piutang usaha berasal dari jurnaljurnal yang bersangkutan. f. Melakukan Rekonsiliasi Akun Kontrol Piutang Usaha dalam Buku Besar ke Buku Pembantu Piutang Usaha. Auditor mencocokkan saldo akun kontrol (controlling account)piutang usaha di dalam buku besar tersebut dengan jumlah saldo akun pembantu (subsidiary account) piutang usaha

11 14 untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya. Kemudian jika piutang non usaha jumlahnya material, klien menyelenggarakan buku pembantu. Dengan demikian auditor menempuh prosedur rekonsiliasi pula terhadap piutang non usaha tersebut. 2. Prosedur Analitik Pada tahap awal pengujian substantif terhadap piutang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Auditor melakukan perhitungan berbagai rasio, setelah mengihitung rasio tersebut kemudian membandingkan dengan harapan auditor, misalnya rasio tahun yang lalu, rerata ratioindustri, atau ratioyang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. 3. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci Auditor melakukan beberapa prosedur audit terhadap transaksi rinci, yaitu sebagai berikut: a. Memeriksa Sampel Transaksi Tercatat dalam Akun Piutang Usaha ke Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi tersebut.

12 15 Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu piutang usaha. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel berikut ini: (1) Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya;(2) Sampel transaksi yang dicatat dalam akun debitur pilihan. b. Memeriksa Pendebitan Akun Piutang ke Dokumen Pendukung: Faktur Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, dan Order Penjualan. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah debit akun debitur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini: 1) Mengambil dari arsip klien faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya: laporan pengiriman barang dan order penjualan. 2) Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung faktur penjualan. 3) Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam faktur penjualan dan dokumen pendukungnya. 4) Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun debitur berdasarkan faktur penjualan. 5) Memastikan bahwa klien telah mencatat semua faktur penjualan yang disampel di sebelah debit akun debitur. c. Memeriksa Pengkreditan Akun Piutang ke Dokumen Pendukung: Bukti Kas Masuk, Memo Kredit untuk Retur Penjualan atau

13 16 Penghapusan Piutang. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun debitur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini: 1) Mengambil dari arsip klien bukti kas masuk dan memo kredit beserta dokumen pendukungnya: surat pemberitahuan (remittance advice) dan laporan penerimaan barang. 2) Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas masuk dengan memo kredit. 3) Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas masuk dan memo kredit dan dokumen pendukung lainnya. 4) Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun debitur berdasarkan bukti kas masuk dan memo kredit. 5) Memastikan bahwa semua bukti kas masuk dan memo kredit yang disampel telah dicatat di sebelah kredit akun debitur. d. Melakukan Verifikasi Pisah Batas (Cut Off) Transaksi Penjualan dan Retur Penjualan. Verifikasi ini untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi penjualan yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. e. Memeriksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

14 17 Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap trsansaksi penjualan, auditor memeriksa faktur penjualan dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca. f. Memeriksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan ketepatan pisah batas dalam transaksi berkurangnya piutang usaha karena penerimaan kas dari debitur, auditor memeriksa dokumen bukti kas masuk dan surat pemberitahuan (remittance advice) dari debitur yang dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang. g. Melakukan Verifikasi Pisah Batas (Cut Off) Transaksi Penerimaan Kas. Untuk membuktikan ketepatan pisah batas transaksi penerimaan kas, auditor melakukan observasi terhadap semua kas yang diterima pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan apakah penerimaan kas tersebut telah dimasukkan ke dalam kas di tangan atau setoran dalam perjalanan dan penerimaan kas dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas tahun yang diaudit.

15 18 4. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan lebih difokuskan ke saldo piutang usaha dan akun penilaianya (Cadangan Kerugian Piutang Usaha). Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi: (a) Keberadaan atau keterjadian; (b) Kelengkapan;(c) Hak kepemilikan;(d) Penilaian. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor harus melakukan beberapa prosedur audit sebagai berikut: a. Melakukan Konfirmasi Piutang Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur: 1) Menentukan metode surat, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan. Terdapat dua metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor metode konfirmasi positif dan metode konfirmasi negatif. Metode konfirmasi positif adalah metode konfirmasi yang meminta jawaban penegasan dari debitur, baik dalam hal terdapat kesesuaian maupun ketidaksesuaian antara saldo utang debitur menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya yang tercantum di dalam surat konfirmasi tersebut. Metode konfirmasi negatif adalah metode konfirmasi yang meminta jawaban penegasan dari debitur hanya jika terdapat ketidaksesuaian antara saldo utang

16 19 debitur menurut catatan akuntansinya dengan saldo utangnya yang tercantum di dalam surat konfirmasi tersebut. Metode konfirmasi positif umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi: saldo piutang klien kepada debitur secara individual berjumlah besar, auditor mempunyai dugaan bahwa terdapat banyak akun piutang yang disengketakan antara klien dengan debiturnya dan terdapat ketidaktelitian atau kecurangan saldo akun piutang. Metode konfirmasi negatif umumnya digunakan oleh auditor jika pengendalian intern terhadap piutang dinilai baik oleh auditor, akun piutang klien berjumlah banyak dengan saldo piutang yang secara individual kecil, atau auditor memperkirakan bahwa debitur yang menerima konfirmasi tidak akan menaruh perhatian terhadap surat konfirmasi yang diterimanya. 2) Mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur a) Memeriksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang. Untuk konfirmasi positif yang diperoleh jawabannya, auditor melaksanakan prosedur alternatif dengan cara memeriksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca dan memeriksa dokumen yang mendukung pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha kepada debitur yang bersangkutan.

17 20 b) Memeriksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari debitur yang terjadi setelah tanggal neraca. Prosedur audit ini juga merupakan prosedur audit alternatif, jika surat konfirmasi yang dikirimkan kepada debitur tidak diperoleh jawaban. c) Memeriksa dokumen pendukung timbulnya piutang usaha. Pemeriksaan terhadap dokumen pendukung transaksi timbulnya piutang usaha ini mempunyai dua tujuan, yaitu untuk membuktikan keberadaan piutang usaha dan untuk membuktikan hak milik atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca. 3) Memeriksa jawaban konfirmasi bank. Melalui jawaban konfirmasi bank ini, auditor dapat mengetahui wesel tagih yang didiskontokan ke bank dan piutang usaha yang dijaminkan dalam penarikan kredit dari bank. 4) Meminta surat representasi piutang dari klien. Surat representasi digunakan oleh auditor untuk menyadarkan klien bahwa tanggung jawab atas kewajaran informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan berada ditangan klien, bukan di tangan auditor.

18 21 b. Melakukan Evaluasi terhadap Kecukupan Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang dibuat oleh Klien. Prosedur ini ditempuh oleh auditor untuk memverifikasi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. 1) Menghitung kembali cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien. Cadangan kerugian piutang umumnya ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan dan pengumpulan piutang usaha dari debiturnya. 2) Memeriksa penetuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien. Langkah pertama dalam memverifikasi kewajaran penilaian piutang usaha adalah meminta dari klien daftar umur piutang usaha per tanggal neraca. 3) Membandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya. Dengan prosedur ini, auditor akan memperoleh gambaran mengenai cukup tidaknya cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk oleh klien di neraca yang sekarang diaudit oleh auditor. 4) Memeriksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah kadaluwarsa. Melalui daftar umur piutang usaha, auditor dapat memperoleh informasi nama debitur yang piutang kepadanya telah lama kadaluwarsa.

19 22 5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan. a. Membandingkan Penyajian Piutang Usaha dengan Penyajian Menurut Prinsip Akuntansi Berterima Umum Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha yaitu, memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, memeriksa piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang non usaha, dan menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan (factored account receivable) ke perusahaan anjak piutang. b. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Piutang tipe tertentu tidak dapat dimasukkan dalam kelompok aktiva lancar, seperti piutang kepada manajer perusahaan, direksi, dan perusahaan afiliasi yang laporan keuangannya tidak dikonsolidasikan. c. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang non usaha. Seperti tercantum di prinsip akuntansi berterima umum, piutang usaha harus disajikan di neraca terpisah dari piutang non usaha.

20 23 d. Menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan (factored account receivable) ke perusahaan anjak piutang. Menurut prinsip akuntansi berterima umum, transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa harus diungkapkan memadai dalam neraca. Begitu juga piutang yang digadaikan dan yang dianjakkan harus diungkapkan memadai dalam neraca. H. PROSEDUR PENGUJIAN SUBSTANTIF BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP) Sesuai yang tercantum di dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SA Seksi 326) untuk memperoleh bukti audit yang kompeten dan andal guna mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan, maka prosedur pengujian substantif yang dirancang dan ditetapkan oleh setiap kantor akuntan publik hendaknya harus dapat membuktikan adanya kelima asersi manajemen berikut ini: 1. Asersi keberadaan atau keterjadian Asersi ini berhubungan dengan apakah aset atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.

21 24 2. Asersi kelengkapan Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. 3. Asersi hak dan kewajiban Asersi ini berhubungan dengan apakah aset merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. 4. Asersi penilaian atau alokasi Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen aset, liabilitas, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. 5. Asersi penyajian dan pengungkapan Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Selain harus terpenuhinya kelima asersi tersebut, sesuai yang tercantum di dalam SPAPpada SA seksi 326 (PSA No. 07) tentang bukti audit menyatakan bahwa bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut. Dengan demikian, auditor perlu meminta bukti-bukti tertentu kepada pihak di luar perusahaan sebagai bukti pendukung yang andal atas proses audit yang dilakukannya.

22 25 I. SIMBOL-SIMBOL UMUM BAGAN ALIR(FLOWCHART) Menurut Romney dan Steinbart (2003) simbol-simbol umum bagan alir serta simbol, disajikan dalam tabel berikut: Tabel II.1 Simbol-Simbol Bagan Alir Input/Output Simbol Nama Keterangan Dokumen Beberapa dokumen Dokumen atau paloran, dokumen tersebut dapat dipersiapkan dengan tulisan tangan, atau dicetak dengan komputer. Digambarkan dengan cara menumpuk simbol dokumen dan mencetak nomor dokumen dengan di bagian depan sudut kanan atas. Input / output, jurnal / buku besar Fungsi Input atau Output apapun di dalam bagan alir prosedur,juga dipergunakan untuk mewakili jurnal dan buku besar dalam bagan alir dokumen. Tampilan Informasi yang ditampilkan oleh peralatan output online seperti terminal, monitor atau layar. Pengetikan online (online keying) Memasukan (entry) data melalui peralatan on-line seperti terminal atau personal komputer. Terminal atau personal komputer Simbol tampilan dan pengetikan online dipergunakan bersama untuk mewakili terminal personal komputer

23 26 Tabel II.2 Simbol-Simbol Bagan Alir Pemrosesan Simbol Nama Keterangan Pemrosesan dengan komputer Fungsi pemrosesan yang dilaksanakan dengan komputer, biasanya menghasilkan perubahan atas data atau informasi. Proses manual Pelaksanaan pemrosesan yang dilakukan secara manual. Proses pendukung (auxiliary operation) Fungsi pemrosesan yang dilaksanakan oleh peralatan selain komputer. Tabel II.3 Simbol-Simbol Bagan Alir Penyimpanan Simbol Nama Keterangan Data disimpan secara permanen didalam disk megnetis Disk magnetis dipergunakan untuk file utama dan database. Pita magnetis Penyimpanan online File Data disimpan ke dalam pita magnetis. Data disimpan di dalam file online temporer melalui media yang dapat diakses secara langsung seperti disk. File dokumen secara manual disimpan dan ditarik kembali, huruf yang ditulis didalam simbol menunjukan urutan pengaturan file secara N= Numeris, A= alfabetis, D/T= berdasarkan tanggal.

24 27 Tabel II.4 Simbol-Simbol Arus dan Lain-lain Simbol Nama Keterangan Arus dokumen Arah pemrosesan atau arus dokumen, arus yang normal berada di bawah dan mengarah. Arah data / informasi sering Arus data / informasi dipergunakan untuk memperlihatkan data yang dicopy dari suatu dokumen ke dokumen lainnya. Communication Link Pengiriman dari satu lokasi ke lokasi lainnya melalui jalur komunikasi. On-page connector Menghubungkam arus pemrosesan di satu halaman yang sama, penggunaan konektor ini akan menghindari garis yang saling silang di satu halaman. Off-page connector Suatu penanda masuk dari, atau keluar ke halaman lain. Terminal Titik awal, akhir, atau pemberhentian dalam suatu proses atau prosedur, juga dipergunakan untuk menunjukan adanya pihak eksternal. Keputusan Langkah pengambilan keputusan. Anotasi Komentar deskriptif tambahan atau catatan penjelasan untuk klarifikasi.

Pengujian Substantif Piutang Usaha

Pengujian Substantif Piutang Usaha Pengujian Substantif Piutang Usaha ( Pertemuan ke-5) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2008 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 5-1 Deskripsi Piutang Piutang Klaim

Lebih terperinci

Audit Siklus Pendapatan

Audit Siklus Pendapatan Audit Siklus Pendapatan Pengujian Substantif Terhadap Saldo Piutang Usaha Muhaimin SE, Ak, M. Ak, CA, CPA Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa rumah sakit adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu kita ketahui tentang perbedaan sistem dengan prosedur. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu kita ketahui tentang perbedaan sistem dengan prosedur. Sistem 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Setiap sistem diciptakan untuk menagani sesuatu berulang kali atau sesuatu yang secara rutin terjadi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

Pengujian Substantif Persediaan

Pengujian Substantif Persediaan Pengujian Substantif Persediaan ( Pertemuan ke-9) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2008 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 9-1 Jurnal transaksi pada persediaan Pembelian

Lebih terperinci

Pengujian subtantif terhadap investasi

Pengujian subtantif terhadap investasi GO Founder Present Pengujian subtantif terhadap investasi Pemeriksaan akuntansi 2 GO Founder Hak Cipta 2013 GO founder [Type here] PEMERIKSAAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

Pengantar ( Pertemuan ke-1)

Pengantar ( Pertemuan ke-1) Pengantar ( Pertemuan ke-1) Audit 1 Pengertian Profesi auditor & jenis audit Standar audit & kode etik Laporan audit Kertas kerja Bukti audit Tahapan audit Materialitas & risiko audit Strategi audit awal

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1 Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan maka dirancang sistem akuntansi pokok dan sistem akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan maka dirancang sistem akuntansi pokok dan sistem akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Pada umumnya kegiatan pokok perusahaan terdiri dari desain dan pengembangan produk pengelohan bahan baku menjadi produk barang jadi, dan penjulan

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dalam melaksanakan kegiatan usahanya perusahaan menyusun suatu proswdur sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatannya. Prosedur disusun sebaik-baiknya agar

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Ada beberapa pengertian sistem menurut para ahli melalui bukunya, yaitu disebutkan dibawah ini. Sistem menurut Krismiaji (2010:1) Sistem merupakan rangkaian komponen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

a. Bagian akuntansi personilnya dari lulusan akuntasi minimal D3. Penerapan struktur pengendalian intern tersebut kemudian akan di

a. Bagian akuntansi personilnya dari lulusan akuntasi minimal D3. Penerapan struktur pengendalian intern tersebut kemudian akan di a. Bagian akuntansi personilnya dari lulusan akuntasi minimal D3. b. Manajer akunting dijabat oleh karyawan yang telah berpengalaman dalam bidangnya selama min. 3 tahun dan berpendidikan minimal S1 akuntansi.

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N JURNAL Perusahaan menjual produk seharga Rp. 100.000,- dengan harga pokok 60% dari harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang era globalisasi banyak perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar lagi. Dalam mengembangkan usahanya, baik perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA PANJANG DAN EKUITAS

PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA PANJANG DAN EKUITAS PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA PANJANG DAN EKUITAS A. PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG JANGKA PANJANG I. Deskripsi Utang jangka panjang Utang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang

Lebih terperinci

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN Amanda Indirayuti 2014017034 PENGAUDITAN II 4 A2 AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN A. DESKRIPSI SIKLUS PENDAPATAN Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan

Lebih terperinci

Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian

Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian Nama : Vivin Anggraeni NIM : 2014017055 Kelas : 4 A2 Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Deskripsi Siklus Pendapatan Pengujian Pengendalian Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan barang atau

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Sifat Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena sistem dapat menentukan berkembang atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi 1. Pengertian Sistem Berbicara tentang sistem menimbulkan gambaran mental tentang komputer dan program, Kenyataannya istilah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Sistem Informasi Akuntansi Suatu perusahaan agar dapat berjalan baik, membutuhkan sistem informasi akuntansi yang memadai, sehingga dapat meminimalisir permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SISTEM DAN PROSEDUR 1. Pengertian Sistem Adanya sistem dalam sebuah organisasi maupun kelompok dalam melakukan kegiatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Akuntansi II.1.1. Sistem Dalam perusahaan suatu sistem dirancang untuk membantu kelancaran aktifitas kegiatan operasional perusahaan. menurut James A. Hall

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

Tugas Individu Kasus 10

Tugas Individu Kasus 10 Nama : Irene Nathasia Devi NIM : 115020307111013 Kelas : CE Tugas Individu Kasus 10 Pertanyaan Diskusi 1. PSA No. 39 SA Seksi 336 merupakan pengaturan auditor dalam menggunakan jasa profesional lainnya

Lebih terperinci

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SPR 00 Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 00 PERIKATAN UNTUK REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Suatu sistem akuntansi disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berguna bagi pihak ekstern dan intern. Informasi suatu perusahaan, terutama informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

Prosedur Audit Persediaan

Prosedur Audit Persediaan Prosedur Audit Persediaan Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya

Lebih terperinci

PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERN-PERTIMBANGAN DAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI KOMPUTER

PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERN-PERTIMBANGAN DAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI KOMPUTER SA Seksi 314 PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN INTERN-PERTIMBANGAN DAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI KOMPUTER Sumber: PSA No. 60 PENDAHULUAN 01. Dalam Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Sistem Dalam perusahaan suatu sistem dirancang untuk membantu kelancaran aktivitas kegiatan operasional perusahaan. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang  Herry (2009:266) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling

Lebih terperinci

TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER

TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER SA Seksi 327 TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER Sumber: PSA No. 59 PENDAHULUAN 01 Tujuan dan lingkup keseluruhan suatu audit tidak berubah bila audit dilaksanakan dalam suatu lingkungan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN PENDAHULUAN BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA BUKTI AUDIT Akuntansi Pemeriksan I Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Perbedaan Bukti audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah Karakteristik Bukti untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, dan Audit atas Laporan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I. 8 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan beberapa landasan teori yang digunakan untuk mengarahkan pada pokok bahasan yang telah dikemukakan pada bab I. 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. TEORI - TEORI 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi dan Akuntansi Kas a. Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Pengertian system dan prosedur menurut Mulyadi (2001 : 5) adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

Bab II Elemen dan Prosedur SIA

Bab II Elemen dan Prosedur SIA Bab II Elemen dan Prosedur SIA Pertanyaan Dalam Merancang SIA 1. Bagaimana mengorganisasi kegiatan agar aktivitas bisnis berjalan dengan efektif dan efisien? 2. Bagaimana mengumpulkan dan memproses data

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan public pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan public yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Audit Definisi auditing menurut Jusup (2014:10) adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang KUESIONER Mohon Bapak / Ibu / Saudara menjawab pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak / Ibu / Saudara. 1 ini berhubungan dengan prosedur audit.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Usaha 2.1.1 Definisi Piutang Usaha berikut : Pengertian Piutang usaha menurut Rudiato ( 2008 : hal 225 ) adalah sebagai Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi a. Sifat Siklus Akuntansi Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Pelaksanaan Kuliah Kerja Preaktek Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara Indonesia Bandung, penulis ditempatkan di Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS TRANSAKSI YANG TERLIBAT PENJUALAN TUNAI - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENERIMAAN KAS PENJUALAN KREDIT - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENCATATAN PIUTANG -

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1 Modul ke: 02 Pengembangan Sistem dan Teknik Dokumentasi Fakultas FEB Program Studi AFRIZON, SE, M.Si, AK Siklus Transaksi Siklus-Siklus Pemrosesan Transaksi Siklus pendapatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan Tujuan keseluruhan dari audit siklus

Lebih terperinci

Tiga fungsi dasar yang dilaksanakan oleh Sistem Informasi Akuntansi (SIA).

Tiga fungsi dasar yang dilaksanakan oleh Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Tiga fungsi dasar yang dilaksanakan oleh Sistem Informasi Akuntansi (SIA). 1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan bisnis organisasi secara efisien dan efektif. Menangkap data transaksi pada

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan perusahaan pada zaman ini maka setiap perusahaan harus memiliki sistem-sistem yang dapat di gunakan untuk merencanakan, menyusun,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM AKUNTANSI Suatu sistem merupakan kesatuan, dimana masing-masing unsur yang ada di dalamnya merupakan keseluruhan dari susunan kesatuan itu. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan menurut Kasmir (2012:7), laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER

TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER Teknik Audit Berbantuan Komputer SA Seksi 327 TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER Sumber: PSA No. 59 PENDAHULUAN 01 Tujuan dan lingkup keseluruhan suatu audit tidak berubah bila audit dilaksanakan dalam suatu

Lebih terperinci

SIKLUS PENDAPATAN. By: Mr. Haloho

SIKLUS PENDAPATAN. By: Mr. Haloho SIKLUS PENDAPATAN By: Mr. Haloho Sifat Siklus Pendapatan Siklus pendapatan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA SA Seksi 341 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Sumber: PSA No. 30 Lihat SA Seksi 9341 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS

MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS SIA 4 MENGIDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PROSES BISNIS JUNAIDI, SE., MSA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2014 1 PENGENDALIAN INTERNAL SUATU PROSES, YANG DIPENGARUHI OLEH DEWAN DIREKSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi. Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Fungsi dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi sebagai sistem informasi ekonomi dan keuangan mampu memberikan yang bermanfaat bagi para pemakainya.

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL

AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, berfokus pada akuisisi sumber daya modal melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik dan pembayaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Sistem dan Prosedur Ada beberapa pengertian sistem dan prosedur, diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Mulyadi (2008: 4) Sistem adalah suatu jaringan prosedur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien

Lebih terperinci