iii STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "iii STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A"

Transkripsi

1 iii STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 iv RINGKASAN ARDI PRATAMA OKTAVIANTO. Studi Pengelolaan Tanaman Pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. (Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI). Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2-3 ton/ha, jagung hibrida 7-10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi. Selain untuk pangan, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan mahasiswa. Tujuan khusus magang adalah mempelajari pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida. Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan untuk memaparkan sistem produksi benih serta kerjasama yang ditawarkan PT Dupont Indonesia serta penandatanganan kontrak kerjasama. Pemeriksaan lapangan yang dilakukan perusahaan sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan penanaman jagung, kegiatan meliputi pemetaan dan pengumpulan informasi wilayah. Pemetaan lahan dilakukan dengan alat Global Positioning System (GPS), sedangkan informasi lapangan diperoleh melalui wawancara. Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang hingga 100 % sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan bedengan meningkatkan hasil panen tongkol lebih hingga 2 ton/ha. Penggunaan bedengan memberikan pengaruh nyata terhadap hasil panen tongkol jagung pada uji-t dengan taraf 5 %.

3 v Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %. Berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %, penggunaan benih tetua per hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu memperpanjang periode vegetatif tanaman yang dapat mengganggu proses sinkronisasi tanaman yang dapat menurunkan daya hasil tanaman. Pemupukan N berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai. Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik saat umur tanaman HST, karena pematangan antara tetua jantan dan betina berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk benih dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan benih di pabrik pengolahan.

4 vi STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 vii Judul : STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG Nama : ARDI PRATAMA OKTAVIANTO NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP Tanggal Lulus :

6 viii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Wonogiri, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Suwondo, SH dan Siti Sumardiyatmi, SE. Pendidikan sekolah dasar penulis selesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri Ardimulyo 1 Singosari, Malang. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1 Singosari, lulus pada tahun Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMA Negeri 1 Lawang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian ( ), Himpunan Mahasiswa Agronomi ( ). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB, seperti Temu Alumni Agronomi pada tahun 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX pada tahun 2008 dan 2009, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008, Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun yang sama.

7 ix KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dan bapak (alm) serta adik (kaka-kiki) tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, semangat dan kepercayaan kepada penulis. 2. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Ir. Heni Punamawati, MSc. Agr selaku dosen penguji. 4. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 5. Pegawai dan staff kantor PT Dupont dan lahan produksi Sumber Pucung. Bapak Jajang Mulyana, Mulyo Haryono dan tim yang bersedia membimbing, memberikan pengarahan dan membantu penulis selama kegiatan magang. 6. Ana Yunita yang telah memberikan warna hidup kepada penulis serta teman teman Agronomi dan Hortikultura 43, serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Bogor, Maret 2011 Penulis

8 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani Jagung... 3 Syarat Tumbuh... 4 Benih... 5 Produksi Benih Hibrida Jagung... 7 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data KEADAAN UMUM Profil Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi Struktur Organisasi Perusahaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN Pemeriksaan Lapangan Pertemuan dengan Petani Produksi Benih Jagung Hibrida Alur Benih Tetua Analisis Usaha Tani KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

9 vi Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont Indonesia Hasil Uji-T Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen Tongkol Jagung Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 Per Hektar di PT Dupont Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan Produksi Sumber Pucung PT Dupont Hasil Uji-T Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah Produksi Benih Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan Tanam di PT Dupont Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan Sinkronisasi... 57

10 vii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4: Bunga Jantan Dari Tetua Jantan dan Tetua Betina Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman Pengawasan Penanaman 7 HST Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina dan Jantan Tanaman Tipe Simpang Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan Sinkronisasi Tetua Jantan dan Tetua Betina Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna Stadia Panen 2 dan Stadia Panen Hasil Panen dan Pengarungan Hasil Panen Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung... 51

11 viii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih, PT Dupont Indonesia Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah di Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia Peta Lahan Produksi Sumber Pucung Berdasarkan GPS Beserta Keterangan Wilayah Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani Formulir Jadwal Perawatan Tanam Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih PT Dupont Indonesia Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi Sumber Pucung di PT Dupont Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont Analisis Usaha Tani Budidaya Jagung Konvensional Petani... 82

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung adalah komoditas penting untuk pangan dan pakan. Pengusahaan jagung di dunia lebih dari 120 juta ha lahan kering dan Indonesia merupakan salah satu tempat pengusahaan jagung utama di dunia. Selain pada lahan kering, jagung diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas mencapai sekitar 7 ton/ha (Puslitbangtan, 2006). Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat (Agromedia, 2007). Produksi jagung hingga tahun 2014 diharapkan meningkat minimal 10 %. Tingkat petani didorong untuk memenuhi kebutuhan benih jagung sendiri. Ditargetkan benih produksi petani dapat mencapai ton dari kebutuhan nasional sebesar ton (Pioneer, 2009). Potensi areal untuk pengembangan jagung tersedia cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, sedangkan luas pertanaman jagung pada akhir tahun 2009 luas pertanaman jagung baru mencapai 4.09 juta hektar (BPS, 2010). Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha et al., 2003). Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2-3 ton/ha, jagung hibrida 7-10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap

13 2 penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007). Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002). Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida (Sutejo, 1992). Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing. Tujuan Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan mahasiswa. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari kegiatan pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida.

14 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledone : Poates : Gramineae : Myadeae : Zea Spesies : Zea mays L. Jagung merupakan tanaman monokotil semusim iklim panas dengan bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon (monoecius), tetapi terletak terpisah satu sama lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga jantan (tassel) tumbuh di ujung batang utama (titik tumbuh apikal), sedangkan bunga betina (cob) tumbuh dari titik tumbuh lateral (Paliwal, 2000). Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling pembuluh vaskular (Paliwal, 2000). Jumlah daun umumnya berkisar antara helai. Waktu munculnya daun hingga daun terbuka sempurna berkisar 3-4 hari setiap daun.tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal, 2000). Akar jagung berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Sistem perakaran jagung merupakan sistem perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal merupakan akar yang berkembang dari radikula embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil yang kemudian berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus

15 4 ke atas antara 7-10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan air (Subekti et al., 2007). Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spika bagian tengah, 2-3 cm dari ujung malai kemudian turun ke bawah. Satu bulir anthera melepas juta serbuk sari. Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas baris biji yang jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007). Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998). Syarat Tumbuh Tinggi tanaman jagung dapat mencapai meter dalam beberapa minggu. Jagung dapat tumbuh baik pada suhu o C dengan kelembaban sedang (40 50 %) dan ph sekitar Jagung baik dibudidayakan pada daerah tropis (latitude 0 55 o ) dengan altitude meter di atas permukaan laut (dpl). Jagung dapat tumbuh selama 42 hingga 150 hari (White and Johnson, 2003).

16 5 Lingkungan tumbuh tanaman jagung perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi maksimal. Untuk menghasilkan benih jagung dengan mutu yang tinggi diusahakan agar tanaman dapat dipanen pada kondisi tidak ada hujan, sehingga pola curah hujan di wilayah pengembangan produksi benih perlu diidentifikasi. Hasil penelitian Arief dan Saenong. (2003) di Bone, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa benih jagung yang dipanen lebih awal atau lambat mempunyai viabilitas yang menurun dengan cepat. Benih Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri, seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006). Mutu Benih Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran, warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia (pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta mengemas benih dengan kemasan yang cantik. Viabilitas adalah mutu fisiologis benih yang ditujukkan oleh kemampuan berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan suboptimum atau berkembang di atas normal pada kondisi lingkungan optimum (Sadjad, 1992).

17 6 Mutu genetik benih menunjukkan keragaman benih dalam sifat genetik. Campuran kotoran pada benih mengakibatkan turunnya mutu genetik benih karena benih yang tercampur kotoran tumbuh tidak seragam apabila ditanam di lapangan akibat kontaminasi kotoran (Sadjad, 1992). Pemilihan varietas sangat mempengaruhi mutu genetik benih karena karakteristik tertentu dari tetua dapat diturunkan melalui perkawinan silang balik (Justice dan Bass, 2002). Benih Inbrida dan Benih Hibrida Jagung Benih inbrida merupakan benih tetua yang memiliki tingkat homozigositas sangat tinggi. Benih inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida jagung dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau komposit dan inbrida lain. Pembentukan benih inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida dilakukan melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007). Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam sebagai varietas hibrida (Takdir et al., 2007). Bagan persilangan untuk mendapatkan tanaman hibrida secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1 Inbrida A x Inbrida B Inbrida C x Inbrida D Hibrida Silang tunggal A x B Hibrida Silang tunggal C x D Hibrida Silang ganda (A x B) x (C x D) Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda

18 7 Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga dan silang ganda. Namun demikian, hibrida silang tunggal memiliki stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda (Sprague dan Dudley, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Idris (2005), penanaman generasi kedua (F2) hibrida silang tunggal akan menurunkan hasil pertanaman %, kemudian silang puncak (top cross) dan silang tiga jalur (three way cross) akan berkurang hingga 10 %. Produksi Benih Hibrida Jagung Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda. Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih hingga 99 % atau lebih (White dan Johnson, 2002). Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 : 2 atau 4 : 1 (Gambar 2). (a) (b) Keterangan : : Tanaman Induk Jantan : Tanaman Induk Betina Gambar 2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 (a) dan 4:2 (b)

19 8 Gambar 2 menunjukkan posisi baris tetua jagung pada lahan produksi. Penanaman rasio 4 : 1 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi satu baris tanaman tetua jantan. Rasio 4 : 2 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi 2 baris tetua jantan. Rasio penanaman 4 : 2 lebih menguntungkan dalam produksi polen karena jumlah tanaman induk jantan lebih banyak sehingga tongkol jagung yang dihasilkan lebih rapat dibandingkan penanaman rasio 4 : 1, tetapi jumlah tongkol yang dihasilkan pada penanaman rasio 4 : 2 lebih rendah dibandingkan rasio 4 : 1 (White dan Johnson, 2003). Sistem Bedengan Penggunaan sistem bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan pada musim hujan. Kondisi ini dapat membantu fase perkecambahan tanaman, khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air (Bakker et al., 2005). Dalam penelitian Bakker et al (2007) menambahkan mengenai sistem bedengan, bahwa 11 dari 28 eksperimennya pada tanaman serealia memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol tanpa menggunakan bedengan. Pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung (Tawainga et al., 2000). Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak 10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan,

20 9 dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan. Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005) menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen daya hasil. Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk kg P 2 O 5 /ha, daya berkecambahnya berkisar antara % setelah benih disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4 minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K 2 O/ha dengan dua kali aplikasi untuk mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih hingga 96 % (Arief dan Saenong, 2003). Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 % setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005). Pemupukan P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih. Unsur K selain untuk pertumbuhan tanaman juga berperan sebagai mineral fitin dan memperbaiki integeritas membran sel dan kulit biji sehingga viabilitas benih tinggi dan tahan terhadap serangan jamur pada saat penyimpanan (Saenong et al., 2007).

21 10 Sinkronisasi Tanaman Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup dalam 4-16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam jam dan biji mulai terbentuk sesudah hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et al., 2007). Kerapatan tanam Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi tumbuhan adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan hara. Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al., 2000). Hasil penelitian Nuruzuman (2008) menunjukkan pertumbuhan tanaman dalam polibag yang berisi satu benih lebih baik dibandingkan dengan tanaman dalam polibag yang berisi tiga atau lima benih berdasarkan parameter pertumbuhan jumlah daun, diameter batang dan tinggi tanaman.

22 11 Pemanenan Panen dilakukan setelah memasuki fase masak fisiologis yakni ditandai dengan lapisan warna hitam (black layer) pada pangkal biji jagung. Pada kondisi ini kadar air berkisar %. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang (Kuswanto, 2003). Kadar air jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan pada kadar air rendah (17 20 %) menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar % dan susut mutu 5 9 %. Apabila panen dilakukan pada kadar air tinggi, susut hasil akibat tercecer mencapai % dan susut mutu 6 10 % (Subandi et al., 1998). Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi dapat merusak biji baik dari segi fisik, mekanis maupun fisiologis. Kerusakan tersebut menyebabkan menurunya vigor benih sebelum disimpan (Saenong et al., 2007).

23 12 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah: mengikuti secara langsung aktivitas di lapangan produksi benih jagung hibrida, mendampingi mandor pabrik unit pengolahan benih, wawancara dan pencarian data sekunder. Wawancara dilakukan terhadap pegawai perusahaan serta petani. Wawancara bertujuan untuk memperdalam dan menambah informasi tentang perusahaan serta memperdalam pengetahuan mengenai data sekunder yang telah didapatkan. Bulan pertama kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pendamping mandor pabrik. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik meliputi pengawasan terhadap bagian pengeringan benih, pembersihan dan pemilahan benih, perlakuan serta pengepakan benih. Pengawasan pada bagian penerimaan dan pemipilan benih tidak dilakukan karena pada saat kegiatan magang perusahaan tidak melaksanakan kegiatan tersebut. Bulan kedua hingga bulan kelima aktivitas yang dilakukan adalah kegiatan lapang produksi benih hibrida. Kegiatan yang diikuti adalah sebagai berikut: (1) pemeriksaan lapang, (2) mengikuti pertemuan dengan petani, (3) penentuan tetua jantan dan tetua betina, (4) persiapan lahan, (5) penanaman, (6) pemeliharaan tanaman, (7) pengamatan sinkronisasi tanaman tetua, dan (8) pemanenan. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan magang terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui aktivitas secara langsung di lapangan yang meliputi pengamatan daya tumbuh benih tetua dan produktivitas tanaman secara langsung dan melakukan wawancara terhadap pegawai dan staff perusahaan serta petani.

24 13 Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Malang. Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei Data yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli Analisis Data dan Informasi Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan statistik sederhana lainnya. Dalam pengamatan sinkronisasi bunga jantan dan bunga betina, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-f dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu SAS 9.1.

25 14 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Dupont Indonesia dahulu bernama PT Pioneer Hibrida Indonesia yang merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Iowa, Amerika Serikat dengan nama Pioneer Hi-Bred International Inc. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1985 dengan nama PT Gunung Sewu Agrotama dan mulai tahun 1987 berganti nama menjadi PT Pioneer Hibrida Indonesia yang bergerak di bidang pertanian dengan memproduksi benih jagung. Profil Perusahaan PT Dupont Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan jagung, khususnya benih jagung hibrida. PT Dupont memiliki satu pabrik yang berada di Jl. Raya Krebet, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan kapasitas produksi ton/tahun. Kantor pusat PT Dupont terletak di Beltway Office Park Building A, 5 th Floor Jl. Ampera Raya No Jakarta Sistem yang dijalankan pusat produksi benih PT Dupont Indonesia di Malang adalah inti plasma atau kemitraan dengan kelompok tani. Jumlah petani yang sudah menjalankan sistem kemitraan tersebut kurang lebih petani. Keuntungan petani yang bekerjasama dengan PT Dupont adalah (a) mendapatkan benih gratis, (b) mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pengolahan lahan serta sarana produksi (saprodi), (c) adanya jaminan pembelian hasil panen dengan harga dasar, (d) mendapatkan penyuluhan tentang tata cara perawatan tanaman dari Petugas Lapang PT Dupont, serta (e) mendapatkan insentif bagi kelompok tani. Pemasaran perusahaan mayoritas dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan domestik ke seluruh dealer maupun kios pertanian hampir di seluruh wilayah Jawa, Sumatera (Lampung dan Medan), serta Sulawesi Selatan. Benih produksi PT Dupont jika di ekspor jika ada permintaan dari negara lain seperti Philipina, Pakistan, Vietnam, dan Jepang.

26 15 Visi dan Misi Perusahaan Visi PT Dupont Indonesia adalah sebagai berikut: (1) berusaha menghasilkan produk yang terbaik di pasaran, (2) perusahaan menjalankan bisnis secara jujur dan adil dengan pelanggan, petani, karyawan, tim pemasaran, asosiasi bisnis, serta pemegang saham perusahaan, (3) perusahaan mempublikasikan serta menjual produk perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta (4) perusahaan memberikan bantuan saran ke manajemen untuk membantu pelanggan perusahaan dalam meraih keuntungan yang memungkinkan dari produk perusahaan. Misi perusahaan adalah (1) menyediakan produk dan pelayanan dengan meningkatkan efisiensi serta keuntungan dari petani sedunia, (2) bisnis inti perusahaan adalah mengimplementasikan ilmu pengetahuan secara genetik, dan (3) perusahaan akan meyakinkan pertumbuhan bisnis inti perusahaan dan mengembangkan peluang baru dengan meningkatkan bisnis inti. Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi Pabrik pengolahan benih PT Dupont berada di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Pabrik berada pada elevasi 391 m dpl. Pabrik berbatasan dengan Kecamatan Gondang Legi. Dari arah utara pabrik pengolahan benih ini berdekatan dengan pabrik penggilingan tebu Krebet. Di sebelah barat pabrik terdapat pemukiman warga dan sebelah utara pabrik terdapat lahan yang tidak digunaan untuk kepentingan pertanian ataupun pemukiman. Lahan produksi benih selama kegiatan magang berlangsung termasuk ke dalam wilayah produksi Sumber Pucung tepatnya di Kecamatan Kromengan antara lain di Desa Jatikerto, Tenggong, Jatikerto Selatan, Trenyang, Ngebruk, Senggreng dan Slorok dengan luas areal penanaman total 233 ha. Lahan produksi merupakan lahan petani yang bermitra dengan perusahaan. Lahan produksi Sumber Pucung terletak di daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian lahan produksi adalah 400 m dpl. Setiap desa mempunyai kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) berada di Desa Senggreng.

27 16 Struktur Organisasi Perusahaan PT Dupont Indonesia dipimpin oleh seorang manajer produksi yang bertanggung jawab langsung kepada manajer Asia Pasifik. Manajer produksi dibantu oleh koordinator keselamatan dan kesehatan kerja (K3), asisten administrasi, koordinator black belt dan ISO, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, spesialis logistik, dan teknisi pabrik. Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan. Koordinator K3 bertugas untuk memastikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja agar berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan serta melaksanakan internal audit K3. Tugas dan tanggung jawab asisten administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya. Koordinator black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik. Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Dalam melaksanakan tugasnya manajer lapangan dibantu oleh penyelia agronomi dan koordinator desa. Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik. Dalam menjalankan tugasnya manajer operasional pabrik dibantu oleh penyelia pengolahan produksi. Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara berkala. Petugas gudang merupakan karyawan yang bertugas membantu pekerjaan spesialis logistik.

28 17 Teknisi pabrik bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya teknisi pabrik dibantu oleh teknisi pemeliharaan mekanik dan elektrik.

29 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pemeriksaan Lapang Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama 4 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3. Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting) Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani. Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan bermitra kerja dalam produksi benih jagung. Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu (1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak

30 19 ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan. Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1). Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih No Kewajiban Hak Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam perusahaan Mendapatkan pinjaman modal dengan bunga 0% 2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua 3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat tanaman jantan 4 Tidak menanam jagung lain pada radius 200 meter (isolasi) 5 Menjual seluruh hasil panen kepada perusahaan Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging) 2 Memberikan petunjuk dan informasi waktu dan tata cara penanaman Hasil panen dibeli oleh perusahaan sesuai perjanjuan Mengatur administrasi yang dipenuhi petani 3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain pada radius 200 meter 4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen 5 Membayar kompensasi babat jantan 6 Membeli hasil panen petani Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp ,- per hektar untuk satu orang petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp ,- per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua

31 20 sesuai peraturan. Petani diwajibkan untuk tidak menanam jagung pada radius 200 meter. PT Dupont berkewajiban membimbing petani dalam memproduksi benih jagung hibrida, sehingga perusahaan harus memberikan petunjuk dan informasi tentang waktu dan tata cara penanaman yang tepat. Perusahaan menanggung biaya kegiatan detasseling,, dimana kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Pembayaran kepada petani harus dilakukan perusahaan tepat padaa waktunyaa sebesar ketentuan yang berlaku sesuai dengan perjanjian. Perusahaan berhak dalam menseleksi tanaman petani dan berhak memusnahkan tanaman jagung lain diluar varietas yang ditanam. Perusahaan juga berhak mengatur administrasi yang wajib dipenuhi oleh petani. Produksi Benih Jagung Hibrida Tanamann tetua Tetua jantan dan betina berasal dari Thailand. Benih tetua memiliki identitas yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tetua jantan dan betina memiliki morfologi yang berbeda yang dapat dilihat pada Gambar 3. (a) (b) Gambar 3. Bunga Jantann dari Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b) Tetua jantan memiliki warna daun lebih cerah dibandingkan tetua betina. Bentuk daun pada tanaman jantan cenderung lebih tegak, pinggir daun datar dan tidak terlalu lebar dibandingkann dengan tetua betina. Batang tetua betina lebih besar dibandingkan dengan tetua jantan.

32 21 Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya. Jenis Benih Tetua Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman Asal Benih Kode Benih Daya Tumbuh (%) Jumlah Benih (butir/kg) Waktu Tanam (hari) Jarak Tanam (cm 2 ) Rekomendasi Betina : Jantan (kg/ha) Rasio Tanam 3:1 4:1 5:1 Jantan Thailand Male W x Betina Thailand Female W x Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010) Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih. Persiapan lahan Persiapan lahan merupakan kegiatan awal di lapangan dalam produksi benih. Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak sapi atau traktor. Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk membersihkan lahan dari gulma, memperbaiki kondisi fisik tanah sehingga memiliki aerasi dan drainase yang baik. Lahan yang siap di tanam untuk produksi benih di PT Dupont adalah lahan yang

33 22 menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung dapat dilihat pada Gambar cm Keterangan: : Jantan I : Jantan II (1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm (2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm (3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm (4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 Bedengan dibuat dengan lebar cm. Setiap bedengan dikelilingi dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah 25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya berkecambah benih sampai 100 %. Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang

34 23 lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan). Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4). Penanaman Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua jantan dalam satu hektar adalah tanaman sedangkan tetua betina tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja (HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh, unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam, dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar. Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 14 hari

35 24 setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6). Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat diketahui kebutuhan benih tiap hektar. Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split planting). Split planting yang digunakan adalah Hal tersebut berarti seluruh benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II dengan selang umur dua hari. Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga kondisi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, berdaya hasil tinggi serta memiliki mutu

36 25 panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal pemeliharaan tanaman (Lampiran 5) Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS ( ) serta 8 liter/ha pupuk cair daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan aliran permukaan (Gambar 7). Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan membersihkan gulma dengan cara mencangkul. Kebutuhan HOK sebesar 30 HOK. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif mesotrion 50 g/liter dan atrazin 500 g/liter. Bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif pra tumbuh sehingga aplikasi herbisida paling baik dilakukan pada HST. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menggunakan perekat non ionik untuk meningkatkan efektifitas herbisida. Kebutuhan HOK untuk pengendalian gulma secara kimia sebesar 3 HOK/ha. Pengendalian gulma secara manual dan kimia dapat dilihat pada Gambar 8 merupakan gambar pengendalian gulma secara kimia (8a) dan mekanik (8b).

37 26 (a) (b) Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut. Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan. Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, danliang tikus). Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST. Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan HST atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.

38 27 (a) (b) Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b) Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran, warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang. Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang Selain tipe simpang, penyeleksian juga dilakukan terhadap tanaman kerdil. Tanaman kerdil merupakan tanaman yang memiliki tinggi dibawah 50 % dibandingkan dibandingkan tanaman lainnya dan memiliki daun kurang dari tujuh pada umur 30 HST (Gambar 5). Penyeleksian tanaman kerdil bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri karena tanaman yang tumbuh kerdil

39 28 memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar. Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri, sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja, penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih. Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan. Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat dilihat pada Gambar 11. (a) (b) Keterangan : ; = tenaga kontrol Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b) Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal

40 29 (11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang (11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang. Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang menjadi besar dan berbobot (Gambar 12). Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan Perusahaan memberikan kompensasi sebesar Rp ,- per hektar kepada petani untuk pembabatan tetua jantan. Tongkol dan brangkasan hasil pembabatan diserahkan sepenuhnya kepada petani. Sebagian besar petani menjual hasil brangkasan kepada peternak sehingga selain mendapatkan kompensasi petani mendapatkan pendapatan tambahan melalui penjualan brangkasan jagung tetua jantan.

41 30 Pengamatan sinkronisasi bunga Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat tongkol pada tetua betina (Gambar 13). Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas. Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas. Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron. (a) (b) Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b) Penanaman tetua jagung dilakukan tidak bersamaan (split planting). Adanya perbedaan waktu tanam tersebut diharapkan agar waktu anthesis tetua jantan dan masa reseptif tetua betina terjadi bersamaan. Apabila anthesis bunga jantan dan

42 31 masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat terisi sempurna (Gambar 14). Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna Pemanenan Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak fisiologis dicapai saat jagung berumur hari. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 3. Stadia panen Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont Indonesia Putih susu : kuning pada biji Kadar air (%) Derajat kematangan 1 1 : Sangat mentah 2 2 : Mentah 3 3 : Masak I 4 1 : Masak II 5 0 : Lewat masak Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont

43 32 Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis. (a) (b) Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b) Pemanenan jagung merupakan tanggung jawab petani, sedangkan pengangkutan hasil panen dari lahan petani menuju pabrik pengolahan merupakan tanggung jawab PT Dupont. Sebelum hasil panen dibawa ke pabrik pengolahan, dilakukan penimbangan dan penyortiran hasil panen yang dilakukan oleh petani. Hasil panen yang baik dan kurang baik dipisahkan kedalam karung yang berbeda. Hasil panen yang baik akan dimasukkan kedalam karung berwarna kuning sedangkan hasil panen yang kurang baik dimasukkan kedalam karung berwarna putih atau biru (Gambar 16). Hasil panen yang kurang baik akan dipipil dan dipilah secara manual di pabrik pengolahan.

44 33 (a) (b) Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b) Hasil penimbangan di tingkat petani dicatat pada kartu penimbangan panen dan Harvest Gate Pass (HGP) untuk administrasi di pabrik pengolahan benih. HGP digunakan untuk memudahkan penimbangan di pabrik, selain itu untuk mengetahui perbedaan antara penimbangan di lahan dan pabrik. Perusahaan memiliki kebijakan dalam penimbangan hasil panen. Apabila selisih penimbangan panen kurang dari 2.5 % dari total panen yang diproduksi petani maka penimbangan yang digunakan adalah penimbangan dengan berat paling tinggi, sedangkan jika selisih penimbangan lebih dari 2.5 % maka hasil penimbangan yang digunakan adalah rata-rata hasil penimbangan di lahan dan pabrik. Setelah administrasi penimbangan selesai, petani mendapatkan uang pembayaran panen serta bukti pembayaran hasil panen perusahaan yang telah dipotong pinjaman petani sebesar Rp ,- per hektar (Lampiran 6). Pengolahan benih Ketika kegiatan magang berlangsung di PT Dupont, kegiatan magang pada bulan pertama dilakukan di pabrik pengolahan benih yang berada di Kecamatan Bululawang terlebih dahulu. Kegiatan magang di pabrik pengolahan benih tidak dapat dilakukan secara optimal karena tidak adanya hasil panen yang masuk ke pabrik. Terdapat beberapa bagian pabrik pengolahan yang bekerja saat magang berlangsung, yaitu pengeringan benih tetua, pembersihan dan pemilahan benih,

45 34 perlakuan serta pengepakan benih. Selama magang di pabrik pengolahan benih penulis bertindak sebagai pendamping mandor pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan di pabrik, penulis diperkenalkan terlebih dahulu pada alat dan alur pengolahan benih secara umum. Alur pengolahan benih dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 pengolahan benih di PT Dupont dimulai dari penerimaan hasil panen dari lapangan, setelah hasil panen ditimbang kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar air benih. Pengeringan Pengeringan dilakukan bedasarkan berat hasil panen yang diterima oleh pabrik. Apabila berat kurang dari 5 ton maka pengeringan menggunakan kotak pengeringan (box drier) sedangkan jika berat lebih dari 20 ton maka digunakan bin pengeringan. Pengeringan juga dilakukan terhadap benih tetua atau benih komersial yang kadar airnya meningkat selama proses penyimpanan. Proses pengeringan menggunakan aliran udara dengan suhu o C. Panas udara yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG kemudian dialirkan oleh kipas. Kadar air calon benih yang masuk pabrik berkisar antara %, untuk menurunkan 1 % kadar air benih, perusahaan menetapkan lama pengeringan yaitu jam. Pengeringan terus dilakukan hingga kadar air benih %, sehingga waktu pengeringan benih berkisar antara jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, setiap 10 kg LPG dapat mengeringkan 700 kg benih. Pemipilan Pemipilan dilakukan dengan menggunakan alat pemipil benih (sheller). Bagian pemipilan mempunyai 16 silo dengan kapasitas 50 kg dan 32 silo dengan kapasitas 25 kg. Pemipilan dilakukan apabila kadar air benih berkisar %. Apabila pemipilan dilakukan diatas 11 % maka mesin dapat dengan mudah mengalami kerusakan. Rendemen gelondong jagung menjadi pipilan jagung berkisar %, artinya 100 ton jagung gelondongan didapatkan ton pipilan jagung. Setelah benih dipilah benih kemudian dikirim ke bagian pembersihan dan pemilahan benih melalui konveyor.

46 35 Pembersihan dan pemilahan benih Proses pembersihan dan pemilahan benih berfungsi untuk membersihkan benih dari kotoran fisik dan memilah benih berdasarkan bentuk dan ukuran benih. Terdapat tiga macam jenis mesin pembersih dan pemilah benih yang digunakan di PT Dupont, yaitu sizer, air screen cleaner (ASC), dan mesin pemilah berdasarkan warna (colour sorter). Sizer sorter merupakan mesin pembersih dan pemilah benih yang terdiri atas beberapa silinder berlubang yang memiliki ukuran yang berbeda. Sizer sorter berfungsi untuk memilah benih menjadi dua ukuran, yaitu benih berukuran sedang (medium) dan kecil (small). ASC merupakan mesin pembersih dan pemilah benih berdasarkan bentuk benih. Benih dibagi atas dua jenis, yaitu benih berbentuk pipih (flat) dan bulat (round). Hasil akhir benih yang didapatkan dari proses pembersihan dan pemilahan benih dengan menggunakan sizer dan ASC terdiri atas empat jenis, yaitu yaitu medium flat (MF), medium round (MR), small flat (SF), dan small round (SR). Mesin grafiti digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat benih. Benih bermutu tinggi umumnya memiliki berat yang lebih besar daripada benih bermutu rendah. Colour sorter merupakan mesin pemilah benih berdasarkan warna benih, hitam dan putih. Benih jagung yang memiliki mutu fisik baik, pada layar mesin akan berwarna lebih cerah (putih) dibandingkan dengan benih yang bermutu rendah. Ketepatan hasil pemilahan ditentukan oleh kecepatan mesin, semakin lambat kecepatan benih masuk ke dalam mesin maka ketepatan pemilahan benih akan semakin baik. Dengan demikian peranan operator mesin sangat diperlukan, untuk memantau kecepatan jalan mesin agar efisiensi mesin tetap terjaga dan menghasilkan benih bermutu. Perlakuan benih Perlakuan benih (seed treatment) dilakukan dengan menggunakan pestisida perlakuan benih yang jenis dan dosisnya ditentukan oleh petugas laboratorium. Pestisida perlakuan benih digunakan untuk membunuh hama gudang dan mengendalikan penyakit terbawa benih. Jenis pestisida yang biasa digunakan adalah fungisida berbahan aktif mesohoksan 350 g/l dan pestisida

47 36 berbahan aktif deltrametrin 25 gr/l. Proses pencampuran pestisida dilakukan oleh operator treater. Pencampuran pestisida dan benih dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur dengan kecepatan pencampuran sebesar 1.5 ton/jam. Mesin pencampur mempunyai empat jenis hoper yang berkapasitas 1.5 ton. Setiap hoper terhubung dengan mesin pengepakan sehingga pengemasan benih langsung dilakukan setelah proses perlakuan benih selesai dilakukan. Pengepakan benih Pengepakan benih dilakukan secara manual dan otomatis. Pengepakan manual dilakukan untuk benih tetua sedangkan pengepakan secara mekanis dilakukan untuk benih komersial. Berdasarkan pengamatan, pengepakan secara manual pada satu shift kerja (8 jam) yang beranggotakan 12 orang tenaga kerja dapat mengemas 9-10 ton benih tetua. Pengepakan secara mekanis mampu mengemas 10 ton benih dalam satu shift kerja. Hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara hasil pengepakan manual dan mekanis. Perbedaan pengepakan secara manual dan mekanis terletak pada jumlah tenaga kerja yang digunakan, pengepakan secara manual menggunakan tenaga kerja 12 kali lebih besar dari pada pengepakan secara mekanis. Selain itu keakuratan penimbangan juga merupakan perbedaan antara pengepakan manual dan mekanis. Pengepakan manual cenderung memiliki ketepatan lebih besar daripada pengepakan mekanis. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan pengepakan secara manual adalah % sedangkan ketepatan pengepakan secara mekanis sebesar 99.7 %. Aspek Manajerial Manajer Produksi Manajer produksi mengepalai anak perusahaan PT Dupont yang bergerak di bidang perbenihan. Tugas dan tanggung jawab manajer produksi adalah mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan yang bertujuan untuk mencapai target produksi perusahaan. Struktur organisasi PT Dupont Indonesia malang terlampir pada Lampiran 8.

48 37 Koordinator K3 Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan tugas koordinator K3. Selain itu koordinator K3 juga bertugas untuk melaksanakan auditinternal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Tugas tersebut dilaksanakan dengan cara membuat standar pelaksanaan kerja (SOP) dan mengadakan pertemuan dengan para karyawan guna menjelaskan SOP tersebut, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Pendamping Administrasi Tugas dan tanggung jawab pendamping administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Koordinator Black Belt dan ISO Koordinator black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik. Manajer Lapangan Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh jagung. Hal tersebut bertujuan agar produktivitas jagung yang dihasilkan optimal dan mengurangi penggunaan input produksi serta mendapatkan mutu benih yang baik. Selain itu manajer lapangan juga bertugas melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Manajer Operasional Pabrik Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja

49 38 pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik. Spesialis Logistik Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara berkala. Teknisi Pabrik Menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan yang ada di tanaman, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Penyelia Agronomi Penyelia agronomi bertugas membantu manajer lapangan dalam melaksanakan tugasnya, yaitu mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Koordinator Desa Melakukan penanaman produksi benih di lapangan, merawat dan memelihara tanaman sejak penanaman dimulai hingga panen, serta menjaga dan memelihara arsip administrasi produksi benih di lapangan. Koordinator desa juga bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan petani sehingga kegiatan produksi benih sesuai dengan rekomendasi perusahaan

50 39 Broker Broker merupakan mitra kerja perusahaan yang bertugas untuk membantu menjembatani perusahaan dengan petani. Broker bertugas membantu koordinator desa dalam melakukan kegiatan penanaman, perawatan serta panen. Broker juga bertugas menyampaikan pinjaman tanpa modal yang diberikan oleh perusahaan kepada petani berupa uang pengolahan lahan dan sarana produksi. Broker juga mengatur administrasi dan membagikan uang hasil panen terhadap tongkol jagung yang dibeli perusahaan kepada petani. Broker beserta ketua kelompok tani bekerja sama dalam penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penyusunan RDKK dilakukan untuk mendata kebutuhan pupuk per kelompok tani, hal ini dilakukan karena pupuk tidak dapat dibeli dengan bebas dan setiap petani memperoleh pupuk berdasarkan RDKK yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah daerah setempat. Petugas Gudang Petugas gudang bertugas mengatur semua aktifitas gudang termasuk penyimpanan, pengangkutan dan penyaluran benih. Teknisi Pemeliharaan Mekanik dan Elektrik Tugas dan tanggung jawab teknisi pemeliharaan mekanik adalah melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih, melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi peralatan pengolahan benih, serta menjaga dan memelihara arsip administrasi pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih. Petani Petani merupakan mitra kerja utama perusahaan dalam kegiatan produksi benih. Petani berkewajiban untuk menanam, memelihara dan memanen jagung sesuai dengan rekomendasi yang telah disusun oleh perusahaan. Petani juga berkewajiban untuk memenuhi administrasi lapang. Petani berhak mendapatkan

51 40 benih, pinjaman tanpa modal serta pembelian hasil panen oleh perusahaan dengan harga sesuai dengan perjanjian. Alur Sarana Produksi Sarana produksi (saprodi) yang meliputi pupuk dan obat-obatan untuk kegiatan produksi benih disalurkan kepada petani oleh broker yaitu pihak yang ditunjuk oleh perusahaan melalui perjanjian kios. Penyaluran saprodi dilakukan setelah form kebutuhan sarana produksi diserahkan dan ditandatangani oleh petugas lapangan (koordinator desa). Jumlah saprodi yang disalurkan oleh broker harus sesuai dengan yang tertera pada form kebutuhan saprodi. Kebutuhan pupuk petani didata ulang oleh broker dan diserahkan kepada kelompok tani yang kemudian di serahkan kepada penyuluh pertanian atas nama departemen pertanian yang turut diketahui oleh kepala desa setempat. Kebutuhan obat-obatan disediakan langsung oleh broker, jenis obat yang digunakan berdasarkan rekomendasi perusahaan. Jumlah uang yang dibayarkan untuk kebutuhan petani langsung dipotong dari uamg hasil panen petani. Alur Benih Tetua Benih langsung disalurkan oleh perusahaan ke kantor lahan produksi di setiap wilayah produksi. Sebelum benih disalurkan kepada petani petugas lapangan harus menyerahkan formulir daftar kesiapan lahan petani (Lampiran 4) kepada koordinator wilayah (penyelia agronomi). Setelah formulir ditandatangani, maka formulir diserahkan kepada administrasi kantor lahan produksi yang juga bertugas mengatur keluar masuknya benih dari kantor. Benih diambil oleh koordinator desa yang kemudian disimpan di gudang broker. Benih dibagikan satu hari sebelum ditanam atau pagi hari sebelum kegiatan penanaman.benih disalurkan setelah diberi perlakuan insektisida perlakuan benih Transportasi Panen Panen dilakukan oleh petani tetapi transportasi panen ditanggung oleh perusahaan dari lahan produksi menuju pabrik pengolahan. Pengangkutan hasil

52 41 panen harus menggunakan truk. Pihak truk yang digunakan merupakan pihak yang ditunjuk oleh perusahaan yang melalui koordinator desa. Koordinator desa memberikan surat perintah kerja pengangkutan panen kepada pemilik truk yang ditandatangani oleh pembuat dan penerima surat perintah kerja. Surat ini digunakan sebagai tanda bukti agar truk dapat masuk ke pabrik pengolahan benih.

53 42 PEMBAHASAN Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan. Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pemeriksaan lahan adalah jenis tanah, temperatur tanah, ketersediaan air, kelembaban tanah, tekstur tanah, bahan kasar tanah, ph tanah, koefisien tukar kation (KTK), toksisitas, variabel penyiapan tanah, bahaya banjir, bahaya erosi, dan lain sebagainya. Hasil pemeriksaan lapang adalah diketahuinya kelas kesuaian lahan yang meliputi kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian lahan S1 merupakan lahan yang sangat baik untuk pengusahaan pertanian sedangkan kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas lahan yang tidak dianjurkan untuk pengusahaan pertanian. Pemeriksaan lapang yang dilakukan di PT Dupont tidak menentukan kelas kesesuaian lahan tetapi dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Pemeriksaan lapang di PT Dupont meliputi pemetaan wilayah sarana irigasi, pola tanam, ketinggian tempat, areal pertanian potensial, areal potensial penanaman jagung, jalan angkutan panen dan upah tenaga kerja pada setiap wilayah. Berdasarkan pemeriksaan lapang yang dilakukan perusahaan, wilayah yang mengikuti kerjasama dengan perusahaan adalah lahan yang mempunyai potensi wilayah lebih dari 15 hektar, memiliki saluran irigasi dan memiliki akses yang cukup baik dengan jalan. Pemeriksaan sarana irigasi dilakukan karena perusahaan tidak akan melakukan kerja sama pada wilayah dengan kondisi lahan pertanian tanpa irigasi atau lahan tadah hujan karena kondisi lahan tersebut dianggap tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pola tanam di setiap wilayah perlu diketahui untuk mengetahui sejarah lahan, apabila sejarah lahan diketahui diharapkan dapat memprediksi produksi yang dihasilkan serta prediksi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi lahan yang ditanam palawija sebelum penanaman jagung akan lebih baik dibandingkan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Lahan yang ditanam palawija sebelumnya lebih mudah diolah dan

54 43 setelah pengolahan lahan tersebut mempunyai aerasi yang lebih baik dibandingkan dengan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Kondisi lahan yang baik dapat membantu meningkatkan produksi tanaman. Lahan sebelumnya ditanam palawaija juga perlu diketahui komoditas palawija tersebut. Lahan yang sebelumnya ditanam komoditas jagung memiliki potensi yang lebih besar terkena seangan OPT khususnya penyakit bulai yang merupakan penyakit tular tanah dan benih. Pemeriksaan sejarah lahan diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan sehingga perusahaan memiliki cara tepat dalam memproduksi benih sehingga dihasilkan benih dengan produksi tinggi dan bermutu baik. Pemeriksaaan terhadap upah tenaga kerja dilakukan sebagai dasar penyusunan biaya detasseling karena perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan detasseling. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik karena hal tersebut berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pertemuan dengan Petani Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan sebagai langkah awal dalam penandatanganan kontrak kerjasama. Pertemuan ini dilakukan pada setiap wilayah yang telah memenuhi kelas sesuaian lahan pada pemeriksaan lapang. Pertemuan terbuka bagi seluruh petani. Koordinator desa mengundang secara resmi ketua kelompok tani, broker, petani yang mempunyai pengaruh besar dalam kelompok, wakil perusahaan, kepala daerah serta perwakilan dinas pertanian setempat. Pada umumnya, pertemuan dengan petani dihadiri oleh petani dengan kepemilikan lahan yang luas. Petani yang memiliki lahan sempit mewakilkan kehadiranya kepada petani yang memiliki lahan yang luas yaitu dengan kepemilikan lahan kurang lebih satu hektar. Pertemuan antara perusahaan dengan petani menegaskan system kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan dengan petani. Pada pertemuan ini juga dibahas tentang peraturan tanam yang harus dilakukan dan produksi benih oleh petani yang bersedia bekerja sama dengan perusahaan. Hak dan kewajiban petani serta perusahaan dijelaskan sehingga petani mengetahui dengan jelas mengenai

55 44 kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani. Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu wilayah. Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat, kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir. Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah, sehingga petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya perusahaan benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut bertujuan untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga. Produksi Benih Jagung Hibrida Persiapan Lahan Persiapan lahan di PT Dupont untuk penanaman jagung adalah dengan menggunakan sistem bedengan. Penggunaan sistem bedengan diharapkan dapat memudahkan dalam mengatur jarak tanam sehingga dapat mengatur kerapatan populasi tanaman. Selain itu penggunaan bedengan juga diharapkan dapat meningkatkan persentase daya tumbuh benih. Daya tumbuh benih yang tinggi akan menjaga jumlah populasi tanaman sehingga akan berpengaruh positif terhadap produksi tanaman jagung. Peningkatan persentase daya tumbuh disebabkan oleh adanya peningkatan aerasi dan drainase tanah serta terjaganya kelembaban tanah pada lahan yang menggunakan bedengan. Perbedaan persentase daya tumbuh benih pada lahan dengan bedengan dan tanpa bedengan dapat dilihat pada Gambar 17.

56 45 Persentase (%) Bedengan 1 Bedengan 2 Tanpa Bedengan 1 Tanpa Bedengan 2 Gambar 17. Daya Tumbuh Benih Pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan Bedengan 1 pada Gambar 17 merupakan bedengan dengan tinggi 25 cm, bedengan 2 merupakan bedengan dengan tinggi 15 cm, tanpa bedengan 1 merupakan lahan tanpa pengolahan tanah bekas penanaman padi sedangkan tanpa bedengan 2 merupakan lahan bekas penanaman cabai. Berdasarkan Gambar 17 dapat diketahui bahwa daya tumbuh benih di lahan dengan menggunakan bedengan adalah 100 % dan 94 %. Daya tumbuh benih pada lahan dengan bedengan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa mengggunakan bedengan. Ketinggian bedengan juga berpengaruh terhadap daya berkecambah benih. Bedengan dengan tinggi 25 cm mempunyai daya tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan bedengan yang tingginya 15 cm. Daya berkecambah awal benih yaitu 98 % (Tabel 2). Hasil uji nilai tengah pada lahan yang menggunakan dan lahan tanpa bedengan terhadap daya tumbuh benih dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji-t Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih Perlakuan Daya Tumbuh (%)± ST Dev Hasil Uji-t Bedeng (a) 97 ± 3.8 Tanpa Bedeng (b) 79 ± 1.6 a vs b 8.6** Keterangan : (**) : nilai rataan menunjukkan perbedaan sangat nyata menurut uji-t pada taraf 1%. Berdasarkan hasil uji nilai tengah pada penggunaan bedengan terhadap daya tumbuh benih yang tersaji pada Tabel 4, diketahui bahwa lahan dengan bedengan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1%. Bedengan meningkatkan daya tumbuh benih secara signifikan dengan rata-rata daya tumbuh sebesar 97 ± 3.8 dibandingkan lahan tanpa bedengan dengan rata-rata daya tumbuh benih 79 ± 1.6. Tingginya daya tumbuh benih di lahan yang

57 46 menggunakan bedeng diduga disebabkan oleh sifat fisik tanah pada bedengan lebih baik sehingga benih dapat dengan mudah menyerap air, unsur hara, udara dan panas. Selain itu bedengan juga dapat mencegah penggenangan air yang dapat menyebabkan pembusukan dikarenakan benih terlalu banyak menyerap air (Harjadi, 2002). Daya tumbuh benih di lapangan tinggi maka populasi tanaman tiap hektar dapat dipertahankan sesuai rekomendasi sehingga hasil tanaman yang panen tidak menurun. Hasil tanaman yang optimal ini sesuai dengan hasil penelitian Tawainga et al. (2000) bahwa pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung. Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa daya tumbuh benih juga dipengaruhi jumlah N tersedia dalam tanah yang dapat diserap benih untuk berkecambah. Penggunaan bedengan dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak 10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi. Bedengan menurunkan aliran permukaan sehingga pupuk yang diberikan pada tanaman tidak mudah tercuci. Apabila tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik maka tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara maksimal (Gambar 18). Produktivitas (ton/ha) ,75 4,5 Ngebruk 7,36 5,114 Tenggong Bedengan Tanpa bedengan Gambar 18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan

58 47 Penggunaan bedengan dapat meningkatkan produksi jagung di lahan Sumber Pucung. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa produksi tanaman jagung pada bedengan lebih tinggi daripada produksi tanaman tanpa menggunakan bedengan. Perbedaan hasil panen tongkol jagung dengan menggunakan bedengan dan tanpa bedengan untuk wilayah Ngebruk dan Tenggong adalah sebesar 2.25 ton/ha. Pengaruh penggunaan sistem bedeng terhadap hasil panen tongkol jagung dapat diketahui dengan cara pengujian data dengan uji nilai tengah seperti yang tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji-t Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen Tongkol Jagung. Perlakuan Rata-Rata Panen (ton/ha) ± ST Dev Hasil Uji-t Bedeng (a) 7.03 ± 0.62 Tanpa Bedeng (b) 4.85 ± 2.03 a vs b 2.32* Keterangan : ( * ) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji-t pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 5, penggunaan bedengan menghasilkan hasil panen tongkol jagung lebih tinggi yaitu 7.03 ± 0.62 ton/ha dibandingkan tanpa penggunaan sistem bedeng dengan hasil panen 4.85 ± 2.03 ton/ha. Perbedaan hasil panen antara lahan bedeng dengan lahan tanpa bedeng cukup signifikan. Hal ini berdasarkan hasil uji nilai tengah terhadap hasil panen lahan dengan bedengan dan tanpa bedengan menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5%. Penggunaan bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan pada musim hujan sehingga dapat membantu fase perkecambahan tanaman, khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air (Bakker et al., 2005). Semakin tinggi jumlah tanaman yang tumbuh dan berkembang pada lahan maka produksi yang dihasilkan juga semakin meningkat. Penanaman Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi tumbuhan itu sendiri adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan hara. Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan

59 48 terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al. 2000). Pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesa per unit daun sangat ditentukan oleh jumlah populasi tanaman tiap luas lahan. Pertumbuhan optimum tercapai apabila luas daun per unit area berada pada kondisi maksimum. Jadi untuk meningkatkan hasil pertanian kerapatan tanam harus mendapat perhatian yang serius (Jumin, 2008). Hal tersebut mendasari PT Dupont menggunakan kerapatan populasi tertentu untuk memaksimalkan produktivitas tanaman jagung. Penanaman satu benih per lubang tanam merupakan cara untuk mengatur kerapatan tanam sehingga dapat mengurangi persaingan antar tanaman. Tidak adanya persaingan maka tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik yang dapat meningkatkan produksi tanaman. Dengan menggunakan cara tanam tersebut diharapkan tanaman dapat tumbuh normal dan memiliki waktu anthesis yang sama. Tanaman abnormal yang ditunjukkan dengan kekerdilan akan memperlambat waktu anthesis. Apabila anthesis tidak serempak maka polinasi akan terganggu sehingga menyebabkan tongkol jagung tidak terisi penuh yang menyebabkan hasil panen menurun. Tanaman abnormal yang tumbuh kerdil juga diduga menurunkan hasil produksi benih karena tanaman yang tumbuh kerdil sulit menghasilkan tongkol jagung yang normal. Cara penanaman satu benih per lubang pada setiap wilayah dapat diketahui dengan cara membandingkan kebutuhan benih dengan penggunaan benih tiap hektar. Persentase total penggunaan benih tetua yaitu 120 % dengan perhitungan kehilangan hasil sebesar 20 % yang meliputi benih tidak tumbuh sebesar 5 %, rouging 10 % dan serangan OPT 5 %. Jika total penggunaan benih sebesar 120 % benih, maka populasi tetua sebesar tanaman tiap hektar. Tabel 6 merupakan perhitungan kebutuhan benih untuk tetua jantan dan tetua betina varietas W45.

60 49 Tabel 6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 per Hektar di PT Dupont Kebutuhan Persentase No Uraian Jumlah Benih (kg/ha) 1 Persentase penggunaan benih tetua 120 % Penurunan populasi 20 % 2 Populasi tetua jantan tiap hektar Jumlah benih/kg Penggunaan benih tetua jantan Populasi tetua betina tiap hektar Jumlah benih/kg Penggunaan benih tetua betina Total penggunaan benih tetua 18.7 Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung Persentase total penggunaan benih tetua yaitu 120 % dengan perhitungan kehilangan hasil sebesar 20 % yang meliputi benih tidak tumbuh sebesar 5 %, rouging 10 % dan serangan OPT 5 %. Jika total penggunaan benih sebesar 120 % benih, maka populasi tetua sebesar tanaman tiap hektar. Rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan berdasarkan peraturan tanam adalah 5:1, sehingga populasi tetua betina sebesar tanaman/ha sedangkan tetua jantan sebesar tanaman/ha. Dengan perkiraan jumlah benih tiap tetua per kilogram benih/kg maka dapat diketahui penggunaan benih tetua jantan sebesar 3.1 kg/ha dan tetua betina sebesar 15.6 kg/ha. Jumlah total penggunaan benih tetua tiap hektar sebesar 18.7 kg yang terdiri dari 3.1 kg benih tetua jantan dan 15.6 kg tetua betina. Penyulaman tidak dilakukan karena telah diperhitungkan penurunan populasi sebesar 20 %. Penyulaman tetua betina tidak dilakukan karena penyulaman diduga akan menyebabkan tanaman tidak tumbuh serasi. Hal tersebut akan menyebabkan anthesis tanaman sulaman lebih lambat, sehingga pada saat kegiatan detasseling bunga jantan tidak tercabut, hal ini dapat mengakibatkan pernyerbukan sendiri (selfing). Penanaman jagung sesuai rekomendasi perusahaan tidak dapat tercapai di lahan produksi Sumber Pucung. Hal tersebut dapat diketahui pada penggunaan benih tetua pada wilayah Sumber Pucung lebih tinggi dibandingkan dengan

61 50 rekomendasi perusahaan. Rata-rata penggunaan benih tetua di setiap wilayah produksi tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan Produksi Sumber Pucung PT Dupont Nama wilayah Area Tanam (ha) Total Penggunaan Benih Tetua Benih Benih Betina Jantan (kg) (kg) Rata-rata Penggunaan Benih Tetua Benih Benih Total Betina Jantan (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) Ngebruk Jatikerto Selatan Tenggong Jatikerto Utara Senggreng Ternyang Slorok Turus Total Rata-rata Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung (per Juli 2010) Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa Jatikerto Selatan merupakan daerah dengan penggunaan benih tetua terbesar, yaitu kg/ha sedangkan Turus merupakan daerah dengan penggunaan benih tetua terkecil dengan rata-rata penggunaan benih tetua sebesar kg/ha. Tingginya penggunaan benih tetua di Jatikerto Selatan lebih disebabkan oleh kebiasaan tanam petani, dimana petani masih menanam benih lebih dari satu benih per lubang tanam. Rata-rata penggunaan benih tetua disetiap daerah tanam juga lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan benih tetua yang telah direkomendasikan perusahaan (Tabel 6). Pada dasarnya perusahaan telah melakukan antisipasi pada saat penanaman yaitu dengan memberikan 3/4 dari total kebutuhan benih petani yang ditujukan untuk menekan penggunaan benih yang berlebihan. Kontrol penanaman kepada petani juga dilakukan pada saat penanaman untuk memastikan petani menanam satu benih setiap satu lubang tanam. Kegiatan panen yang dilakukan di lahan produksi Sumber Pucung hingga akhir bulan Juli 2010 baru dapat dilakukan di tiga wilayah produksi, yaitu wilayah

62 51 Ngebruk, Tenggong dan Jatikerto Selatan. Hasil Panen tongkol jagung di tiga wilayah tersaji pada Gambar 19. Produktivitas (ton/ha) ,63 4,75 7,08 0 Jatikerto Selatan Ngebruk Tenggong Gambar 19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung Gambar 19 menunjukkan total hasil panen tongkol jagung di tiga wilayah Sumber Pucung. Wilayah Tenggong memiliki rata-rata produktivitas paling tinggi diantara tiga wilayah produksi yang telah melakukan kegiatan panen hingga bulan Juli 2010 yaitu 7.08 ton/ha. Rata-rata roduktivitas terendah yaitu wilayah Ngebruk dengan produktivitas rata-rata 4.75 ton/ha. Perbedaan produktivitas antara wilayah Tenggong dengan wilayah Ngebruk sebesar 2.33 kg/ha sedangkan perbedaan ratarata produktivitas wilayah Tenggong dan Jatikerto Selatan sebesar 1.45 ton/ha. Perbedaan produktivitas antar wilayah cukup signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari uji nilai tengah terhadap data panen tiap wilayah yang tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji-t Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah Produksi Benih Perlakuan Bobot Tongkol (ton/ha) ± ST Dev Hasil Uji-t Jatikerto Selatan (a) 5.63 ± 2.64 Ngebruk (b) 4.75 ± 1.60 Tenggong (c) 7.08 ± 3.65 a vs b 0.26 tn a vs c -0.24* b vs c -2.93** Keterangan : (*) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji-t pada taraf 5 %. (**) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata menurut uji-t pada taraf 1 %. (tn) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata menurut uji-t pada taraf 5 %. Hasil uji-t terhadap perbandingan hasil panen di ketiga wilayah tersebut menunjukkan bahwa perbedaan hasil panen di wilayah Jatikerto Selatan sebesar

63 ± 2.64 ton/ha dan Ngebruk sebesar 4.75 ± 1.60 ton/ha tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbandingan hasil panen wilayah Jatikerto Selatan dan Tenggong dengan hasil panen 7.08 ± 3.65 ton/ha cukup signifikan karena berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan uji nilai tengah. Hasil panen wilayah Ngebruk dan Tenggong memiliki perbedaan yang sangat signifikan karena hasil uji-t menunjukkan sangat nyata berdasarkan uji-t pada taraf 1 %. Peraturan tanam bertujuan untuk meningkatkan hasil benih sehingga didapatkan keuntungan maksimal bagi kedua belah pihak (perusahaan dan petani plasma). PT Dupont menggunakan cara penanaman satu benih per lubang tanam untuk mengatur jumlah populasi maksimal dalam tiap hektar per tanaman. Rekomendasi hasil panen jagung yang digunakan PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 5. Rekomendasi hasil panen tersebut merupakan hasil panen berdasarkan pada penerapan aturan tanam yaitu populasi tetua betina dan populasi tetua jantan per hektar dengan perkiraan kehilangan populasi sebesar 20 % (Tabel 6). Pengaruh penggunaan benih terhadap hasil panen jagung dapat diketahui dengan melakukan uji nilai tengah yang tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia Perlakuan Bobot Tongkol (ton/ha)±st Dev Hasil Uji-t P ± 3.74 P ± 2.05 P ± 1.10 P1 vs P tn P1 vs P tn P2 vs P tn Keterangan : ( tn ) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata menurut uji-t pada taraf 5 %. P1 : Penggunaan benih kg/ha P2 : Penggunaan benih kg/ha P3 : Penggunaan benih kg/ha Untuk mengetahui lebih lanjut maka dilakukan uji-t pada penggunaan benih tetua terhadap hasil panen tongkol jagung. Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa penggunaan benih tidak berpengaruh nyata terhadap hasil panen menurut uji-t pada taraf 5 %. Penggunaan kg/ha benih memiliki rata-rata panen yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan benih kg/ha dan kg/ha yaitu

64 ton/ha. Akan tetapi pada P1 standar deviasi data juga sangat besar yaitu Hasil panen tongkol jagung varietas W45 berdasarkan rekomendasi perusahaan tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan Tanam di PT Dupont Jumlah Tetua Bertongkol Ganda Hasil Panen Tongkol Jagung (kg/ha) (%) Minimal Tengah Tertinggi Sumber : Kantor PT Dupont (2010) Hasil panen jagung pada saat kegiatan magang di wilayah Ngebruk sebesar 4.75 ton/ha, Jatikerto Selatan 5.63 ton/ha dan produktivitas wilayah Tenggong yaitu 7.08 ton/ha. Hasil panen jagung di wilayah Tenggong sesuai dengan rekomendasi perusahaan, yaitu hasil panen dengan persentase tetua bertongkol ganda sebesar 25 % (Tabel 10). Penggolongan wilayah Tenggong pada rekomendasi perusahaan dengan persentase tetua bertongkol dua 25 % didasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan. Hasil panen wilayah Ngebruk dan Jatikerto Selatan tidak dapat mencapai rekomendasi tertinggi perusahaan diduga karena berat tongkol yang dihasilkan setiap tanaman lebih ringan dibandingkan dengan rekomendasi perusahaan. Berdasarkan rekomendasi perusahaan, setiap satu kilogram berisi 10 tongkol jagung, sedangkan berdasarkan pengamatan saat kegiatan panen, setiap satu kilogram terdiri atas tongkol jagung dengan panjang tongkol cm. ` Persentase tetua betina bertongkol dua hingga mencapai 35 % apabila populasi tanaman tiap hektar terkendali serta pemberian input produksi yang baik dan seimbang. Populasi yang tidak terlalu rapat akan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman sehingga tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik sehingga merangsang tanaman tetua betina jagung membentuk dua tongkol.

65 54 Semakin tinggi persentase tetua betina menghasilkan dua tongkol maka hasil panen tongkol jagung semakin tinggi. Pemeliharaan Tanaman Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya tumbuh benih yaitu masih diatas 80 %. Tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 % setelah periode simpan 16 bulan (Syafruddin dan Saenong, 2005). Pemupukan N, P, dan K di lakukan oleh perusahaan untuk menjaga daya berkecambah benih tetua jantan dan betina diatas 98 %. Penggunaan dosis pupuk di PT Dupont adalah 400 kg/ha urea dan 400 kg/ha pupuk majemuk N-P-K-S ( ) dan 8 liter/ha pupuk daun dan bunga (hara makro dan mikro). Penggunaan pupuk di PT Dupont sudah tepat dengan menggunakan pupuk majemuk N, P dan K sehingga benih hasil produksi perusahaan diharapkan memiliki viabilitas yang tinggi. Akan tetapi, jumlah pupuk N yang diaplikasikan pada produksi benih di lahan Sumber Pucung di PT Dupont berlebihan karena berdasarkan rekomendasi pemupukan Departemen Pertanian (2010) untuk Kabupaten Malang sebesar kg/ha urea, 100 kg/ha SP 36 dan 50 kg/ha KCL. Pemberian dosis N yang relatif tinggi, dapat memperpanjang periode vegetatif tanaman, sehingga dapat mengurangi daya hasil tanaman. Masa periode vegetatif tanaman yang panjang dapat menghambat proses pemasakan bunga jantan dan masa reseptif bunga betina. Apabila proses sinkronisasi bunga pada tetua tidak berjalan dengan baik maka dapat menurunkan daya hasil karena penyerbukan tidak berjalan dengan baik sehingga pengisian tongkol jagung tidak sempurna. Dosis pemupukan N yang terlalu tinggi tanpa disertai penambahan pemupukan kalium sebagai pemacu perkembangan jaringan mekanis tanaman dapat menurunkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Serangan OPT dapat mengurangi areal yang dapat terpanen sehingga mengurangi produksi tanaman jagung.

66 55 Bulai merupakan salah satu penyakit tanaman dalam produksi benih jagung hibrida PT Dupont periode tanam Penyakit bulai menyerang hampir di setiap wilayah produksi benih akan tetapi epidemi penyakit terjadi pada wilayah Senggreng dengan luas satu hektar. Di wilayah Senggreng belum dilakukan kegiatan panen, akan tetapi sudah dapat dipastikan satu hektar pertanaman jagung tidak dapat di panen akibat serangan hama bulai. Terjadinya epidemi di wilayah Senggreng dikarenakan faktor lingkungan yang mendukung perkembangan penyakit bulai. Sejarah lahan, tingginya intensitas hujan serta dosis pemupukan N yang berlebih menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Berdasarkan survey area yang dilakukan, sebelum pertanaman jagung, lahan ditanam jagung manis yang juga terserang penyakit bulai. Pengendalian penyakit bulai menggunakan fungisida dengan bahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 % yang diaplikasikan pada saat tanaman berumur 14 HST atau 21 HST. Fungisida ini akan lebih baik diaplikasikan sebelum benih ditanam karena fungisida tersebut merupakan fungisida perlakuan benih. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi diduga mendukung meningkatkan serangan penyakit bulai. Intensitas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan Curah Hujan Tertinggi (mm) Januari Februari Maret April Mei Sumber : BMG 2010, Stasiun Sumber Pucung Tabel 11 menunjukkan bahwa intensitas hujan cukup tinggi pada awal penanaman hal tersebut dapat membuat iklim mikro pada lahan sangat baik untuk perkembangbiakan cendawan penyebab penyakit. Selain itu hujan membantu dalam penyebaran penyakit bulai yaitu melalui percikan air. Tikus merupakan salah satu hama pada produksi benih jagung hibrida PT Dupont periode tanam Hama tikus pada pertanaman jagung dapat

67 56 menurunkan produksi tanaman.serangan tikus terjadi di dua daerah, yaitu Tenggong dan Jatikerto Selatan dengan luas serangan secara berturut-turut 6.01 ha dan 4.06 ha. Serangan hama tikus yang tinggi diduga disebabkan karena tidak adanya pemberaan setelah penanaman padi dimana pada saat penanaman padi serangan hama tikus cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan tanaman jagung menjadi makanan alternatif bagi hama tikus setelah seluruh pertanaman padi terpanen seluruhnya. Panen yang telah dilakukan di wilayah Tenggong pada periode Juli 2010 seluas 2.64 ha wilayah yang tidak dapat dipanen karena serangan tikus seluas 0.51 ha. Pada wilayah Jatikerto Selatan panen hingga juli 2010 seluas 5.47 ha dengan area yang dapat terpanen 3.89 hektar sedangkan area yang tidak terpanen akibat serangan hama tikus seluas 1.58 ha. Sinkronisasi Tetua Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana masa anthesis bunga jantan 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Apabila sinkronisasi antara tetua jantan dan betina berlangsung dengan baik maka tongkol jagung akan terisi sempurna. Hal tersebut berarti produksi jagung akan meningkat apabila sinkronisasi tetua berjalan dengan baik. Pada hasil pengamatan terhadap jumlah bunga terhadap 450 tanaman contoh (Lampiran 9), dapat diketahui bahwa proses pembungaan tanaman di lahan tercapai dalam waktu 6-7 hari setelah anthesis bunga jantan pada tetua jantan. Berdasarkan rekomendasi perusahaan pertanaman jagung dikatagorikan sinkron apabila selisih persentase jumlah tetua jantan anthesis dan tetua betina reseptif pada pengamatan kurang dari 10 %. Apabila pengamatan menunjukkan persentase lebih dari 10 % maka pertanaman tidak sinkron sehingga perlu perubahan rasio tanam pada penanaman berikutnya untuk memperbaiki persentase sinkronisasi tetua. Pengamatan terhadap jumlah bunga yang reseptif dan anthesis menunjukkan bahwa sinkronisasi pada pertanaman jagung tercapai cukup baik. Hanya pada umur 56 HST pertanaman kurang sinkron, hal ini ditunjukkan dengan selisih persentase jumlah tetua jantan anthesis dan jumlah tetua betina reseptif

68 57 sebesar 11 %. Hasil Pengamatan jumlah bunga dapat di analisis dengan menggunakan uji-f dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 % untuk mengetahui lebih lanjut sinkronisasi antara tetua. Hasil uji-f pengamatan tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan Sinkronisasi Umur Tanam Jumlah Bunga Betina Reseptif Jumlah Bunga Jantan I Anthesis Jumlah Bunga Jantan II Anthesis a 1.0a 0.0a a 9.3a 0.0b a 21.3a 2.0b b 37.7a 8.7c b 45.0a 21.3c b 49.3a 33.7c a 50.0a 47.0b a 50.0a 50.0a Keterangan : nilai rataan pada baris yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa pada umur hari, sinkronisasi antara tetua betina dan tetua jantan I menunjukkan perbedaan yang nyata,berdasarkan uji lanjut DMRT, hal ini berarti sinkronisasi antar tetua kurang sempurna. Hasil analisis menunjukkan bahwa masa anthesis tetua jantan I dan silking tetua betina terjadi pada saat umur tanaman 53 hari, sedangkan masa anthesis tetua jantan II terjadi pada umur 55 hari. Hal tersebut terjadi karena rasio penanaman 0-0-2, dimana tetua jantan II ditanam dua hari setelah penanaman tetua betina dan tetua jantan I. Pada saat bunga jantan belum anthesis, tetua betina dan jantan I masih sinkron yang dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan yang nyata antara waktu sinkroniasi bunga betina dan bunga jantan I. Sinkronisasi antar tetua tidak tercapai pada saat tanaman berumur hari karena hasil uji lanjut (Tabel 12) menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% antara tetua betina dan jantan I dan jantan II. Penetapan perbedaan waktu tanam antara tetua jantan I dan tetua jantan II tidak berpengaruh terhadap sinkronisasi tanaman karena hasil rataan berdasarkan hasil uji lanjut pada umur hari untuk tiap tetua berbeda nyata. Adanya perbedaan waktu tanam antara tetua jantan II diharapkan dapat memperpanjang waktu penyerbukan sehingga

69 58 tongkol jagung dapat terisi sempurna dengan bulir jagung yang rapat. Apabila pertanaman tidak sinkronan maka dapat dirubah rasio penanaman tetua jantan dan betina. Berdasarkan Tabel 12 perubahan rasio tanam dapat dilakukan dengan cara menunda penanaman tetua betina dan tetua jantan 1. Pemanenan Pemanenan jagung pada produksi benih dilakukan saat benih telah masak fisiologis, yaitu kadar air berkisar antara % (Kuswanto, 2003). Perusahaan menetapkan kadar air benih pada saat jagung panen berkisar %. Panen jagung varietas W45 dilakukan pada umur antara hari. Karena pada umur tersebut jagung dianggap telah masak fisiologis. Pemanenan juga dapat dilakukan apabila 80 % dari populasi telah masak berdasarkan stadia panen yang disusun oleh perusahaan (Tabel 3). Stadia panen yang disusun perusahaan digunakan untuk menghindari jagung dipanen terlalu muda atau jagung dipanen lewat masak. Pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan sudah cukup tepat apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga vigor benih tidak maksimal (Kuswanto, 2003). Pemanenan jagung yang terlalu muda juga akan mudah mengalamu kerusakan fisik dan mekanis saat transportasi. Sebelum kegiatan panen, pelaporan waktu panen disampaikan kepada administrator kantor 3 7 hari sebelumnya. Pelaporan panen bertujuan untuk mengatur jadwal penerimaan benih di pabrik pengolahan. PT Dupont membuat jadwal penerimaan benih dari lahan produksi hasil panen dari satu lahan produksi tidak tercampur dengan lahan produksi yang lain. Kegiatan panen dilakukan oleh petani setelah mendapat informasi waktu panen dari perusahaan. Hasil panen petani dipisahkan antara yang bermutu baik dan kurang baik. Hasil panen yang bermutu baik adalah hasil panen yang memiliki penampakan baik tanpa ada cacat akibat serangan OPT serta memiliki kemurnian genetik yang baik. Hasil panen yang bermutu kurang baik adalah hasil panen terserang OPT, kemurnian genetiknya diragukan akibat selfing dan biji pada tongkol telah berkecambah (pre germ). Hasil panen dibeli perusahaan sesuai

70 59 perjanjian yang berlaku baik yang bermutu baik atau kurang baik. Pemisahan hasil panen ditujukan untuk menghindari panen yang bermutu baik tercemar OPT atau kerusakan lainya akibat pencampuran hasil panen. Pemisahan panen juga dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan pada pabrik pengolahan. Panen yang bermutu kurang baik akan dipilah dan dipipil secara manual. Hasil panen yang kemurnian genetiknya diragukan dimusnahkan atau di jual perusahan oleh pihak yang ditunjuk perusahaan. Pembayaran hasil panen dilakukan PT dupont setelah benih di timbang pada pabrik pengolahan. Pembayaran dilakukan perusahaan melalui kantor pos. Jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan jumlah seluruh pendapatan petani dari hasil panen dikurangi dengan pinjaman petani. Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan selambat-lambatnya satu minggu setelah hasil panen petani diangkut menuju pabrik. Alur Benih Tetua Benih merupakan faktor utama yang penting pada kegiatan produksi benih. Penggunaan benih yang tepat sesuai dengan rekomendasi perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi petani serta perusahaan. Penggunaan benih yang tepat dapat meningkatkan hasil produksi petani karena dengan menggunakan benih yang tepat maka populasi suatu tanaman tidak terlalu rapat sehingga persaingan antar tanaman tidak terlalu tinggi. Penggunaan benih yang tepat oleh petani juga menguntungkan perusahaan. Apabila petani menggunakan benih sesuai dengan kebutuhanya maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk penyediaan benih tetua. Jumlah kebutuhan benih tetua yang digunakan petani dapat dikendalikan melalui peran serta koordinator desa serta koordinator wilayah. Koordinator desa perlu melakukan pengecekan ulang terhadap luas lahan petani sebelum mengajukan permintaan benih dan koordinator wilayah turut mengecek kembali sehingga benih yang diambil sesuai dengan kebutuhan petani. Saat benih diambil dari gudang produksi, koordinator desa harus melakukan pengecekan kembali terhadap identitas benih. Apabila ditemukan lot benih tetua tahun sebelumnya maka harus dilakukan pengecekan terhadap daya tumbuh

71 60 benih. Apabila daya tumbuh benih tetua dibawah 80 % maka harus dilaporkan kepada administrasi dan mengembalikan lot benih tersebut untuk ditukar dengan lot benih tetua yang baru. Saat pembagian benih, koordinator desa membagikan 80 % dari kebutuhan petani. Hal ini dilakukan agar petani dapat menyesuaikan penggunaan benih. Pada saat kegiatan pengawasan tanam dilakukan untuk mengawasi kegiatan penanaman petani dan memastikan petani menggunakan jarak tanam yang tepat serta cara tanam satu benih per lubang sehingga sehingga benih yang digunakan tidak berlebih. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani jagung dihitung selama satu musim tanam. Sistem usaha tani jagung disusun dengan membandingkan antara pembenihan jagung berdasarkan asumsi perusahaan dengan penanaman jagung konvensional sesuai kegiatan petani dilapangan. Analisis usaha tani dihitung selama satu musim tanam. Analisis usaha tani dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Analisis usaha tani pembenihan jagung merupakan hasil analisis usaha tani berdasarkan dengan luasan lahan satu hektar dengan daya panen 7 ton gelondong jagung. Rata-rata hasil panen didasarkan pada potensi tanaman jagung varietas W45. Analisis jagung hibrida secara konvensional didasarkan kepada wawancara terhadap petani dengan daya mencapai 7 ton pipilan kering. Hasil analisis usaha tani pada pembenihan jagung hibrida menunjukkan total biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya pada budidaya jagung konvensional. Hal ini karenakan beberapa komponen biaya seperti benih, fungisida bahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %, serta rodentisida diberikan perusahaan secara gratis. Total biaya pada pembenihan jagung yaitu sebesar Rp ,- sedangkan total biaya pada budidaya jagung konvensional sebesar Rp ,-. Komponen pendapatan pembenihan jagung pada kerja sama dengan PT Dupont, petani mendapatkan keuntungan tambahan, yakni Rp ,- yang meliputi kompensasi perusahaan terhadap pembabatan tetua jantan serta penjual

72 61 brangkasan tetua jantan. Harga yang disepakati pada pembenihan jagung di PT Dupont yaitu Rp ,- sudah dapat memberikan keuntungan jika hasil panen petani mencapai 7 ton gelondong jagung. Keuntungan yang didapat petani apabila hasil panen jagung mencapai 7 ton yaitu Rp ,-. Keuntungan tersebut akan lebih baik dibandingkan dengan budidaya jagung secara konvensional yaitu Rp ,-. Karena keuntungannya yang jauh lebih tinggi maka petani di wilayah Sumber Pucung cenderung mengikuti sistem kerja sama pembenihan jagung hibridadengan perusahaan dibandingkan membudidayakan jagung secara konvensional. Kendala umum dilapangan yaitu petani merasa dirugikan. Hal tersebut dikarenakan petani menambahkan input produksi khususnya pupuk dengan harapan hasil semakin tinggi. Dosis pupuk berdasarkan rekomendasi perusahaan sudah sangat tinggi apabila petani menambahkan dosis pemupukan maka hasil yang didapatkan akan semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian Djalil (2003) pemberian pupuk yang tinggi tidak akan meningkatkan hasil tanaman jagung. Pemberian 50 kg/ha KCL sudah cukup memberikan sokongan terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Peningkatan dosis pupuk akan meningkatkan biaya produksi dan menurunkan total pendapatan apabila hasil panen tidak sesuai harapan sehingga keuntungan yang didapatkan sangat rendah.

73 62 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang hingga 100 %, sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi tanaman. Selain itu penggunaan bedengan juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman hingga 2 ton/ha lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan bedengan. Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli Penggunaan benih tetua per hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu memperpanjang periode vegetatif tanaman. Periode vegetatif yang panjang mengganggu proses sinkronisasi tanaman yang mengakibatkan pengisian tongkol tidak berjalan dengan baik, sehingga produksi tanaman menurun. Pemupukan N berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai. Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik saat umur tanaman HST, karena pematangan antara tetua jantan dan betina berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk benih dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan benih di pabrik pengolahan. Saran Perlu dipertimbangkan cara pemeliharaan tanaman yang tepat khususnya dosis pupuk N yang digunakan. Penggunaan pupuk N cukup kg/ha. Penggunaan N yang berlebihan akan menurunkan hasil produksi karena dapat memperpanjang periode vegetatif tanaman serta meningkatkan kerentanan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman.

74 63 Berdasarkan hasil pengamatan sinkronisasi tanaman, rasio penanaman untuk varietas jagung W45 yang lebih baik adalah Hal ini berarti tanaman jantan I ditanam terlebih dahulu, tetua betina dan tetua jantan II ditanam satu hari setelah tetua jantan di tanam. Dengan demikian diharapkan penyerbukan dapat berjalan dengan baik dan tongkol dapat terisi dengan bulir yang rapat. Sosialisasi dan pengawasan peraturan tanam oleh perusahaan kepada petani harus ditingkatkan. Apabila peraturan tanam dilaksanakan dengan baik maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

75 64 DAFTAR PUSTAKA Agromedia Budidaya Jagung Hibrida. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 48 hal. Arief, R. dan S. Saenong Ketahanan simpan benih jagung (Zea mays L.) dari beberapa takaran dan waktu pemberian kalium. Jurnal Stigma. Vol. XI No. 1 : 1-5. Bakker, D. M.,G. J Hamilton, D. J. Houlbrooke, C. Spann The effect of raised beds on soil structure, waterlogging and productivity on duplex soils in western australia. Australian Journal of Soil Research Vol 43 : Bakker, D. M., G. J. Hamilton, D. J. Houlbrooke, C. Spann and A. Van Burgel Productivity of crops grown on raised beds on duplex soils prone to waterlogging in western australia. Australian Journal of Experimental Agriculture. Vol 47 : BPS Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Berdasarkan Provinsi. [1 Oktober 2010]. Deptan Teknologi Budidaya Jagung. [5 November 2010]. Djalil, M Pengaruh pemberian pupuk kcl terhadap pertumbuhan dan pembentukan komponen tongkol jagung hibrida andalas 4. Jurnal Stigma Vol XI : Hairiah K., D. Suprayogo, M. V. Nordwijk Agroforestri pada tanah masam di daerah tropika basah : Pengelolaan interaksi antara pohon-tanahtanaman semusim. ISBN X. 41 hal. Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta. 286 hal. Hardman, L and J. Gunsolus Corn growth and development. Extension Service. University of Minesota. 418 hal. Harjadi, S.S., Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 113 hal. Idris Inovasi teknologi jagung hibrida dalam Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Tenggara. Hal 1-8.

76 65 Jumin Dasar-Dasar Agronomi (Edisi Revisi). Rajawali Press. Jakarta. 132 hal. Justice, O. L and L, N. Bass; penerjemah, Roesli, R Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 446 hal. Kuswanto, H Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Mayrowani, H Evaluasi kebijakan subsidi benih jagung kasus kabupaten jeneponto, sulawesi selatan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 6 No. 3 : Nugraha, U.S., Subandi dan A. Hasanuddin Perkembangan teknologi budi daya dan industri benih jagung. Dalam Kasryno, F., E. Pasandaran, dan A.M.Fagi. Buku Ekonomi Jagung Indonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Jakarta. Hal Nuruzuman M, I Pengaruh Komposisi media dan jumlah benih dalam polibag terhadap viabilitas benih manggis (Garcinia mangostana L) serta ketahanannya selama transportasi. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi. 42 hal. Ortega. A. L, K. D Sayre and C. A Francis Wheat nitrogen use in a bed planting system in northwest mexico. Agronomy Journal. Vol. 92: Paliwal.R.L Tropical maize morphology. In: Tropical Maize: Improvement and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. p Permadi K, H. Yati dan I. Nuhati Pengaruh pemupukan N, P dan K terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan komposit di lahan kering. Jurnal Agrivigor. Vol 3 : Pioneer Ruang Media Pioneer. [5 Desember 2009]. Puslitbangtan Pengembangan Jagung di Lahan Bera. Berita Puslitbangtan. Bogor. 15 hal Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi Sayuran Dunia I. Edisi Kedua. ITB Press.Bandung. 313 hal. Sadjad, S Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta. 144 hal Benih yang Membawa dan Dibawa Perubahan. IPB Press. Bogor

77 66 Saenong, S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati Pengelolaan benih jagung dalam Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hal Sharma. P. K Raised-sunken bed system for increasing productivity of ricebased cropping system in high rainfall areas of himichal. Pradesh. Journal of the Indian Society of Soil Science. Vol 51: Sprague, G. F. and J.W. Dudley Corn and Corn Improvement. Third edition. America society of Agronomy, Inc. Madison. 968p. Subandi, I. G. Ismail, dan Hermanto Jagung, Teknologi Pascapanen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 57 hal Subekti, N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung dalam Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hal Sutejo, M. M Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 Hal. Syafruddin dan S. Saenong Pengaruh pemupukan terhadap mutu benih jagung. Dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005.Balai Penelitian Tanaman Serealia. Makasar-Maros September p : 61. Takdir. A. T. Sunarti dan J. M. Made Pembentukan varietas jagung hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hal Tawainga, W., Katsvairo and J. C. William Soil and crop management. Agronomy Journal. Vol 92 : White J. P and L. A, Johnson, ed Corn Chemistry and Technology. American Association of Cereal Chemist, Inc. USA. 892 p.

78 LAMPIRAN 67

79 68 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih, PT Dupont Indonesia Tanggal Kegiatan yang Diawasi Tenaga Kerja Lama Kegiatan yang Diawasi (jam) Training Pengenalan Pabrik Pengeringan benih tetua Pengenalan bagian pemipilan benih Pembersihan dan pemilahan benih Pembersihan dan pemilahan, perlakuan benih Pembersihan dan pemilahan, perlakuan benih Pengemasan benih komersial Pengemasan benih tetua (manual) Pengenalan bagian teknisi pabrik Gudang penyimpanan benih -pemetaan lot benih dalam gudang Gudang penyimpanan benih Logistik Logistik - pendataan barang untuk perlakuan 2 8 ulang Logistik dan Pengenalan bagian quality Laboratorium - Penjelasan alur kerja laboratorium Pengawasan kerja perbaikan gudang, sortir manual Pengawasan kerja perbaikan gudang, Sortir manual , POT Bali (pabrik libur) Laboratorium Laboratorium Laporan ke kantor lahan produksi Sumber Pucung

80 69 Tanggal Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah di Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia Kegiatan yang Diawasi Perkenalan Kantor, administrasi dan tim kerja (CX-9) Pertemuan Petani / Grower Meeting (GM) Wilayah kerja Jatikerto Selatan (JKTS) Tenggong Tenaga Kerja yang Diawasi Lama Kegiatan (jam) Administrasi perpindahan kerja GM Rapat tim CX-9(dwiminggu) GM Trenyang Pelatihan menejemen tanam Survey area Pengecekan kesiapan lahan petani Pengamatan daya tumbuh benih JKTS tetua Tenggong Pelatihan aplikasi herbisida oleh Sygenta Pengawasan tanam Tenggong GM Senggreng Pengawasan Tanam Pengecekan kesiapan lahan Tenggong Penanaman tetua jantan II Tenggong Penanaman tetua jantan II Tenggong Libur nasional Pengecekan kesiapan lahan petani Tenggong Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS Pengecekan germinasi benih Persiapan lahan kunjungan Supervisi dosen Pengawasan tanam Diskusi dengan petani Jatikerto Utara (JKTU) Rapat dengan tim riset Rapat tim CX-9 (dwiminggu) Pengawasan tanam Penjelasan penggunaan bedengan JKTS 6 kepada petani Pengecekan kesiapan lahan Pengawasan tanam JKTS Pengawasan tanam Kunjungan tim Quality JKTU Pengawasan tanam Tenggong Pengecekan kesiapan lahan Senggreng Pengecekan kesiapan lahan Senggreng Pengawasan tanam Pengecekan persiapan lahan petani Rapat koordinasi tim CX-9 Pelatihan aplikasi herbisida oleh Sygenta

81 70 Tanggal Lampiran 2. (Lanjutan) Kegiatan yang Diawasi Wilayah kerja Tenaga Kerja yang Diawasi Lama Kegiatan (jam) Kunjungan Sygenta Roguing Tenggong Pengawasan tanam Senggreng Kontrol Senggreng Aplikasi herbisida oleh Sygenta JKTS Pengecekan kesiapan lahan Tenggong Kontrol penanaman Rapat koordinasi tim CX Pengecekan kesiapan lahan Tenggong Pengawasan tanam JKTU Pengawasan tanam Kontrol Tenggong Kontrol Senggreng Pengawasan Tanam Kontrol Rapat koordinasi Senggreng Pelatihan administrasi Kontrol Tenggong Field Trip kelompok tani Senggreng Kontrol Senggreng Rapat tim CX-9 (dwi minggu) Penelusuran pustaka unibraw Rapat koordinasi koordinator desa (kordes) Kontrol Tenggong Pelatihan rouging oleh korwil Kontrol Tenggong Persiapan lahan kunjungan manajer Slorok Pelatihan administrasi (ISO) Kontrol Tenggong Pelatihan detasseling Kontrol Persiapan lahan kunjungan inspektur lapangan (Thailand) Kontrol Pelatihan pengamatan sinkronisasi Slorok Rapat tim CX-9 bulanan Pengamatan sinkronisasi Tenggong Kontrol detasseling Pengamatan sinkronisasi Tenggong Pengamatan sinkronisasi Tenggong Kontrol detasseling Pengamatan sinkronisasi Tenggong Kontrol Senggreng Kontrol detasseling Pengamatan serangan tikus Tenggong Kontrol silang koordinator wilayah Tenggong 4 8

82 71 Tanggal Lampiran 2. (Lanjutan) Kegiatan yang Diawasi Wilayah Kerja Tenaga Kerja yang Diawasi Lama Kegiatan (jam) Kontrol Pengamatan JKTU Kontrol Tenggong Persiapan lahan kunjungan koordinator quality Kontrol Koordinasi dengan broker Tenggong Kontrol Senggreng Rapat tim CX-9 (dwiminggu) Solusi permasalahan di lahan Kontrol JKTU Persiapan lahan untuk kunjungan Manajer produksi Ngebruk Kontrol JKTS Sampling internal Slorok Kontrol Senggreng Kontrol Slorok Kontrol Koordinasi dengan broker Senggreng Kontrol Senggreng Kontrol JKTU Sampling internal Audit kendaraan bermotor Slorok Penyuluhan petani Senggreng Kunjungan ke BMG Rapat bulanan tim CX Kontrol Pelatihan BHL detasseling Slorok Pengamatan sinkronisasi Safety Celebration Meeting Kontrol Slorok Kontrol Tenggong Kontrol Kunjungan Koordinator JKTS 6 Lapangan Kontrol Tenggong Kontrol JKTU Kontrol Pembaharuan data serangan tikus Tenggong 8

83 72 Tanggal Lampiran 2. (Lanjutan) Kegiatan yang Diawasi Wilayah Kerja Tenaga Kerja yang Diawasi Lama Kegiatan (jam) Pelatihan estimasi panen Kontrol Slorok Kontrol Pengecekan stadia panen Tenggong Kontrol JKTU Kontrol Serangan tikus pada tetua jantan JKTU Kontrol JKTS Kontrol Slorok Panen JKTS Kontrol Trenyang Kontrol JKTU 2 6 Diskusi dengan petani Kontrol Turus Kontrol Slorok Panen Sebagian terserang tikus Kontrol Rapat bulanan tim CX Administrasi laporan selesai magang JKTS 5 6 Slorok 9

84 73 Lampiran 3. Peta Lahan Produksi sumber Pucung berdasarkan GPS beserta Keterangan Wilayah U

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledone

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pemeriksaan Lapangan

PEMBAHASAN Pemeriksaan Lapangan 42 PEMBAHASAN Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledoneae, bangsa Poales, suku Poaceae/graminea, marga Zea, spesies Zea mays L. (Sharma 2002) dan merupakan tanaman semusim (annual).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Rukmana (1997) jagung merupakan tanaman berumah satu (monocieus), letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Dalam sistematika

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0, 4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdom : Plantae, divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales,

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 50 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):50-54, 2013 Vol. 1, No. 1: 50 54, Januari 2013 PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan BAB III TEKNIK PELAKSANAAN Penelitian ini berlokasi di Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) Provinsi Gorontalo yang berlokasi di Desa Moutong Kecamatan Tilongkabila Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam taksonomi adalah: Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, sub Divisi Angiospermae, Class Monocotyledoneae,

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA Fauziah Koes dan Oom Komalasari Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung. Sistem perakaran tanaman jagung mempunyai perakaran yang tersebar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung. Sistem perakaran tanaman jagung mempunyai perakaran yang tersebar TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung termasuk dalam kelas monocotyledoneae, ordo poales, famili graminae, genus zea dan spesies Zea mays L. Sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, klasifikasi, dan syarat tumbuh tanaman jagung. Jagung manis (Zea mays saccharata) termasuk tanaman semusim dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, klasifikasi, dan syarat tumbuh tanaman jagung. Jagung manis (Zea mays saccharata) termasuk tanaman semusim dari jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, klasifikasi, dan syarat tumbuh tanaman jagung Jagung manis (Zea mays saccharata) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae yang memiliki batang tunggal dan termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia). Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim yang dikehendaki

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci