ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK"

Transkripsi

1 ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Anton Setyono JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 i

2 ii

3 iii

4 MOTTO Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui (Al-Baqarah: 216) Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah hari terakhir anda. (James Dean) PERSEMBAHAN Untuk Ayah, Ibu, Mbak, dan Mas yang selalu mendoakan dan mendukungku, serta memberiku semangat untuk terus belajar. Untuk teman teman Pendidikan Fisika angkatan 2012 Untuk almamater tercinta. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik dapat selesai. Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E. M.Si. Akt., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang; 3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang; 4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si., dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi; 5. Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng., dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi; 6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, selaku dosen wali dan seluruh dosen Jurusan Fisika UNNES yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi; 7. Hartati,M.Pd., kepala SMP N 06 Petarukan yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis; 8. Ima Purwo S.,S.Pd., guru kelas VIII SMP N 06 Petarukan yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dalam penelitian; 9. Siswa kelas VIII SMP N 06 Petarukan Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah memberikan saran, respon, sumber inspirasi serta partisipasinya menjadi subjek penelitian; v

6 10. Teman - teman seperjuangan keluarga besar mahasiswa Jurusan Fisika Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya. vi

7 ABSTRAK Setyono, A Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Pembimbing Pendamping: Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng. Kata Kunci: grafik, tes diagnostik, kesulitan belajar, pemecahan masalah. Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya yaitu representasi dalam bentuk grafik. Namun demikian, terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap representasi grafik dalam konteks fisika masih kurang. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dan profil kesulitannya khususnya pada materi gerak lurus. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 06 Petarukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B. Metode pengambilan data dengan tes diagnostik dan dengan didukung oleh wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif persentase. Hasilnya menunjukan bahwa rata rata kemampuan pemecahan masalah grafik masih rendah dengan persentase setiap kemampuannya dimulai kemampuan interpretasi grafik (48,30%), kemampuan interpolasi (34,36%), kemampuan ekstrapolasi (53,01%), dan kemampuan transformasi (48,61%). Profil kesulitan siswa didasarkan pada pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsi, serta tahap tahap pemecahan masalahnya. Berdasarkan penguasaan KKM, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua indikator. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyaratnya, siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar, tetapi pada operasi hitung dan persamaan linier termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua sub materi terutama percepatan. Profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi termasuk dalam kategori kesulitan tinggi (63,89%). Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap tahap pemecahan masalah. Kesulitan siswa semakin naik dari mulai tahapan terendah yaitu tahap memahami masalah dan tahapan tertinggi yaitu tahap peninjauan kembali. vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Tes Dignostik Kemampuan Pemecahan Masalah Grafik Sistematika Penulisan TINJAUAN PUSTAKA Pemecahan Masalah... 8 viii

9 2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah Faktor- faktor Penghambat Pemecahan Masalah Kesulitan Masalah Evaluasi Pengertian Evaluasi Tes Diagnostik Grafik Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Kerangka Berfikir METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Subjek Penelitian Desain Penelitian Langkah Langkah Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Tes Metode Wawancara Analisis Tes Ujicoba Uji Validitas Butir Soal Uji Realibilitas Butir Soal Uji Kesukaran Butir Soal Uji Daya Beda Butir Soal Analisis Data Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Analisis Profil Kesulitan Siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik ix

10 4.1.2 Profil Kesulitan Siswa Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan Pengetahuan Prasyarat Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Interpretasi Grafik Kemampuan Memprediksi Kemampuan Transformasi Profil Kesulitan Siswa Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan Pengetahuan Prasyarat Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Keterbatasan Penelitian PENUTUP Simpulan x

11 5.2 Saran. 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN. 55 xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Tabel Pelaksanaan Penelitian Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen Kriteria Reliabilitas Soal Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria Tingkat Daya Beda Butir Soal Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Kriteria Kesulitan Siswa xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berfikir Desain Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalahnya Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan Konsep Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan Prasyarat Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi Hitung xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Daftar Kode Peserta Ujicoba.. 2. Daftar Kode Peserta Penelitian.. 3. Analisis Hasil Uji Coba.. 4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi. 6. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan Miskonsepsi. 8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Kisi Kisi Tes Diagnostik Untuk Mengetahui Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik Cuplikan Wawancara Dokumentasi Penelitian Surat Penetapan Dosbing 14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya yaitu representasi dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, kemampuan memahami grafik bagi siswa sangat penting. Menurut Subali (2015), grafik sering dianggap sebagai perangkat matematika, karena berkomunikasi melalui representasi grafik membutuhkan kompetensi matematika seperti persepsi visual, berpikir logis, merencanakan data, memprediksi gerakan garis dan mendeduksi hubungan antara variabel. Salah satu alasan pentingnya pemahaman representasi grafik karena grafik mampu memberikan informasi kuantitatif yang mudah dipahami. Selain itu, data yang disajikan dengan grafik menjadi lebih mudah dipahami bila dibanding dengan data yang disajikan dalam bentuk kalimat uraian. Kemampuan menganalisis grafik dalam bentuk kalimat verbal maupun non verbal sangat diperlukan oleh siswa, khususnya pada bidang fisika. Kemampuan menganalisis data yang dimaksud mencakup kemampuan membuat grafik, mengungkapkan makna fisis pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi serta melakukan transformasi grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), menunjukkan bahwa pembacaan grafik dan keterampilan menginterpretasi grafik pada siswa masih belum 1

16 2 memadai. Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa kemahiran dalam menganalisis grafik bergantung pada jenis grafik dan level atau tipe pertanyaan yang dikembangkan. Grafik memiliki banyak makna yang dapat mewakili suatu fenomena. Banyak siswa dapat menggambar grafik linier, dapat menentukan gradiennya, tetapi tidak dapat menjelaskan makna dari gradient tersebut. Padahal di fisika, gradien memiliki suatu makna tertentu. Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti/makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mendapatkan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika. Hasil penelitian Planinic et al. (2011), juga menunjukkan bahwa pertanyaan yang sama pada tentang konsep makna grafik pada konteks yang berbeda, yaitu fisika dan matematika didapatkan hasil yang berbeda pula. Hasil pertanyaan dari makna grafik dalam konteks fisika sebesar 42 % dan dalam konteks matematika sebesar 67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam grafik masih lebih rendah daripada dalam konteks matematika. Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap grafik dalam konteks fisika masih kurang. Selain itu, hasil penelitian Nazam et al. (2012), menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca, menafsirkan dan memahami informasi yang tergambar dalam grafik. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan

17 3 dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dorongan guru untuk memecahkan masalah kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru. Hal ini berlandaskan pada prinsip diagnosis dalam konteks pemecahan masalah. Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat berupa tes pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda dengan alasan terbuka dan tes esai tertulis. Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran. Dengan tes diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang muncul dapat diidentifikasi sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah:

18 4 (1) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik? (2) Bagaimanakah profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik? 1.3 Pembatasan Masalah Beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah: (1) Tes diagnostik dapat dikembangkan untuk setiap pokok bahasan mata pelajaran IPA di SMP, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada materi gerak lurus kelas VIII semester 1 dengan soal hanya berbentuk grafik. (2) Penelitian dibatasi pada materi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan menggunakan tes diagnostik pada siswa SMP kelas VIII. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) Bagi Guru : Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengerjakan soal fisika yang berbentuk grafik, sehingga dapat

19 5 memberikan penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi siswa. (2) Bagi Sekolah : Meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah. (3) Bagi Peneliti : Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan khususnya yang terkait dengan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik. 1.6 Penegasan Istilah Untuk memperjelas penafsiran dan menghindari perbedaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya penegasan istilah Tes Diagnostik Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan

20 6 dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Pemecahan masalah pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika dalam bentuk grafik Grafik Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistik yang saling berhubungan. 1.7 Sitematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdiri dari hal-hal berikut ini. Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2 Landasan Teori. Landasan teori berisi tentang: teori-teori yang mendasari penelitian (pemecahan masalahi, kesulitan belajar, tes diagnostik, grafik), kerangka berpikir.

21 7 Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang: objek penelitian (waktu dan tempat penelitian; populasi; sampel), variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data. Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab 5 Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian. Pada bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran.

22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Masalah Pengertian Pemecahan Masalah Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012:416), beberapa pakar teori menganggap pemecahan masalah menjadi proses kunci dalam pembelajaran, khususnya pada ranah ranah seperti sains dan matematika. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang baru dikenal. Ciri dari soal atau tugas dalam bentuk memecahkan masalah adalah : ada tantangan dalam materi penugasan dan masalah tidak dapat diselesaikan menggunakan prosedur yang diketahui oleh penjawab atau pemecah masalah. Polya sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012) mengajukan teori bahwa pemecahan meliputi beberapa indikator yaitu pemahaman masalah, pembuatan rencana pemecahan masalah, pelaksanaan rencana dan peninjauan ulang solusi yang diperoleh. Pada tahap awal pemecahan masalah individu memahami masalah yang berkaitan dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa persyaratannya. Tahapan selajutnya, individu harus memikirkan alat dan strategi yang cocok untuk penyelesaian masalah tersebut yang dilanjutkan dengan mengerjakan penyelesaian masalah seperti yang direncanakan sampai menemukan hasil, setiap langkah diperiksa kebenarannya. Tahap yang terakhir, individu memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah, memeriksa argumen tiap langkah, 8

23 9 jika memungkinkan menurunkan penyelesaian lain yang berbeda atau menerapkan hasil penyelesaian untuk menyelesaikan masalah lain. Dari uraian beberapa teori di atas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa pemecahan masalah adalah suatu tahapan yang dilakukan seseorang untuk mengatasi masalahnya. Metode pemecahan masalah memberikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalahnya sendiri dan mendapatkan pengalaman secara langsung Faktor- Faktor Penghambat Pemecahan Masalah Kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan masalah, sebagai berikut: (1) Ketidakcermatan dalam membaca; (2) Ketidakcermatan dalam berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah; serta (4) Kekuranggigihan. Beberapa Indikator yang menunjukkan adanya ketidakcermatan siswa dalam membaca yaitu: (1) membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna / pengertiannya; (2) mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar; (3) mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide; (4) tidak membaca kembali bagian yang sulit; (5) memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut. Ketidakcermatan dalam berpikir dikarenakan siswa: (1) mengabaikan akurasi dan mendahulukan kecepatan; (2) mengabaikan kecermatan penggunaan beberapa operasi; mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak konsisten; tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar;

24 10 (3) bekerja terlalu cepat; serta (4) mengambil kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang. Untuk kelemahan dalam analisis masalah yang terjadi pada siswa ditandai dengan: (1) gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara keseluruhan; (2) tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas; (3) tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah; serta (4) tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di atas kertas dapat membantu memahami masalahnya). Faktor penghambat yang terakhir dalam pemecahan masalah yaitu kekuranggigihan dan indikator indikator yang menyertainya yaitu (1) tidak percaya diri atau menganggap enteng masalah; (2) memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban); (3) menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran; serta (4) berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada kesimpulan (Whimbey&Lochhead,1999). Selain hambatan-hambatan di atas yang mungkin muncul dalam dalam memecahakan masalah, juga terdapat faktor faktor penyebab kesulitan pemecahan masalah yang berawal dari kesulitan belajar yang dialami siswa.

25 Kesulitan Belajar Suatu keadaan ketika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Berikut ini definisi kesulitan belajar menurut para ahli : Rumini et al., mengemukakan bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal (Irham dan Wiyani, 2013:254). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Blassic & Jones, kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya (Irham & Wiyani, 2013:253). Ada lima pendekatan yang digunakan untuk menentukan kesulitan belajar menurut Depdiknas (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006), yaitu pendekatan berdasarkan tujuan pembelajaran, profil materi, prasyarat pengetahuan, miskonsepsi dan pengetahuan terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pendekatan profil materi bertujuan untuk mengetahui materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Pendekatan prasyarat pengetahuan digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan prasyarat untuk satu materi pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih dahulu materi prasyarat, baik berhubungan dengan materi secara vertikal maupun horisontal. Pendekatan miskonsepsi digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan konsep yang dimiliki siswa (misconception). Pendekatan pengetahuan terstruktur

26 12 digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang berstruktur. Kesulitan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari kemampuan: bahasa (verbal), menggunakan skema, membuat strategi dan membuat algoritma berdasarkan ketetapan Depdiknas (2002: 33) yang dikutip oleh Rusilowati (2006). Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan menerjemahkan soal. Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi makna pertanyaan yang diajukan dalam soal. Setiap siswa harus mampu memahami setiap pertanyaan dari kata kunci yang terdapat pada soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan sebagai kemampuan memahami konsep atau prinsip yang dapat digunakan untuk menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk menggunakan skema pengetahuan dalam mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus mengetahui prinsip atau aturan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat strategi dapat diartikan sebagai kemampuan merencanakan pemecahan masalah. Siswa harus membuat cara atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat algoritma menekankan pada penyelesaian atau pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan kemampuan matematik (berhitung) yang tepat untuk dapat membuat kesimpulan. Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut: (1) melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; (2) memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan

27 13 belajar; (3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; (4) memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar yang dialami siswa; serta (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dari langkah langkah tersebut peneliti memilih menggunakan tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan siswa. 2.3 Evaluasi Pengertian Evaluasi Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif, menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,

28 14 Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan, lingkungan sekolah dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting, tetapi sulit untuk mengukurnya. Secara umum, tujuan evaluasi adalah: (a) Untuk menghimpun data dan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (b) untuk mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan peserta didik. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan tes. Dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tes dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk

29 15 mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain yang dimiliki oleh seseorang Tes Diagnostik Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa tes diagnostik berfungsi untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, serta merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Menurut Arikunto (2006: 34), tes diagnostik adalah salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dari kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat. Secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes diagnostik menurut Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 6) yaitu mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya, menentukan kemungkinan sumber masalah, menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai, menyusun kisi kisi soal, menulis soal, mengulas soal dan menyusun kriteria penilaian. Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tes diagnostik dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar manakah yang tidak tercapai tersebut. Guru yang selalu mencermati kegiatan belajar mengajarnya tentu dapat melakukan kegiatan ini dengan mudah. Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya

30 16 sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan. Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai. Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Di samping itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masingmasing dimensi tersebut. Sebagaimana kegiat,an seorang dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit, maka ketika seorang guru ingin menemukan penyakit (baca: masalah) yang dialami siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butirbutir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi. Sama seperti ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

31 17 Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban tertentu. Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut dapat direvisi oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah. Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru. Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error (jenis kesalahan) tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan

32 18 ber penyakit sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 6). Menurut Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki karakteristik: (1) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, (2) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya. 2.4 Grafik Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi statistic yang saling berhubungan. Selain itu, menurut Subali (2015), Grafik adalah jenis representasi yang berguna dalam merangkum data, mengolah dan menafsirkan informasi baru dari data yang kompleks. Pandangan yang lain datang dari Lilian & Dermot (1987), grafik merupakan alat bantu yang penting bagi fisika karena grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua variabel, alat bantu selama eksperimen, alat bantu interpretasi hasil eksperimen, serta alat bantu perhitungan lebih lanjut.

33 19 Grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua variabel, misalnya ketika memeriksa hubungan dua variabel pada tabel akan mengalami kesulitan, akan tetapi bila disajikan dalam grafik akan dapat terlihat dengan segera hubungan antar variabel. Dan grafik dalam eksperimen untuk menentukan titik ukur mana yang masih dibutuhkan dan apakah kesalahan yang aneh tidak dilakukan selama eksperimen. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Beichner (1994), menyatakan kemampuan membaca grafik amat penting untuk mengembangkan konsep-konsep fisika. Hampir semua konsep fisika menjadikan grafik dalam penjelasannya, atau sebaliknya menjelaskan dengan menggunakan grafik. Glazer (2011) mengemukakan bahwa kemampuan interpretasi grafik dipengaruhi oleh aspek karakteristik grafik, misalnya format, jenis, gambar, ekspektasi pengamat, kebiasaan membaca grafik, konten grafik dan pengetahuan awal tentang grafik tersebut Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Menurut Gok dan Silay (2010), kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu. Kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik adalah kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada pada sebuah grafik yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam sebuah persoalan persoalan fisika. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang diukur

34 20 kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah fisika khususnya yang berbentuk grafik. Dalam tahapan tahapan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik didalamnya akan ada kemampuan memahami grafik harus dimiliki. Adapun keterampilan memahami grafik dalam penelitian Nugroho & Darsono (2007) yaitu keterampilan membuat grafik, keterampilan membaca grafik, ketrampilan melakukan prediksi menggunakan grafik dan ketrampilan mentransformasikan grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Beichner (1994) menemukan beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam menginterpretasikan grafik kinematika, (1) siswa menganggap grafik sebagai gambar harafiah dari suatu keadaan, (2) siswa masih bingung dengan arti kemiringan suatu garis dalam suatu grafik dan (3) siswa masih kesulitan membedakan grafik hubungan jarak terhadap waktu dengan grafik hubungan kecepatan terhadap waktu. 2.5 Kerangka Berpikir Mengingat betapa pentingnya penggunaan grafik dalam pembelajaran fisika, maka diharapkan siswa dapat memahami grafik dengan baik. Pada penelitian ini peneliti hendak mengidentifikasi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan tes diagnosttik sebagai alatnya. Tes diagnostik akan dilaksanakan setelah selesai disusun dan telah melalui validasi pakar. Dari hasil tes diagnostik tersebut maka akan dianalisis kemampuan siswa dalam memahami grafik dan kesulitan kesulitannya. Kerangka berpikir peneliti diilustrasikan pada Gambar 2.1

35 21 Pembelajaran fisika Pentingnya grafik dalam fisika Siswa dapat memahami dan menginterpretasi grafik dengan baik Diperlukan analisis kesulitan pemecahan masalah berbentuk grafik Penyusunan Tes Diagnostik Uji Coba Tes Diagnostik Revisi Uji Pelaksanaan Lapangan Analisis Data Wawancara Analisis Data 1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk grafik. 2. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk grafik Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir

36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 06 Petarukan yang berlokasi di DesaWidodaren, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap uji coba soal dan tahap pengambilan data. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1Pelaksanaan Penelitian Tahap Pelaksanaan Tempat Tanggal Uji coba SMP N 6 Petarukan kelas 8C Pengambilan data Tes SMP N 6 Petarukan kelas 8B Wawancara SMP N 6 Petarukan kelas 8B 2 Juni Juni Juni Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Petarukan berjumlah 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim yang dikutip Bakri (2012), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, 22

37 23 peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Langkah awal penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap beberapa sumber penelitian berupa beberapa jurnal penelitian dan bukubuku teks yang memiliki topik sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menelusuri tentang kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik Langkah Langkah Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mempelajari beberapa penelitian tentang kemampuan analisis grafik yang telah ada. Langkah ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai jurnal ataupun artikel dari internet, perpustakaan dan sumber lainnya. Setelah mempelajari jurnal dari penelitian yang telah ada, langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen penelitian yang dimulai dengan membuat desain tes diagnostik yang meliputi kisi kisi tes diagnostik, penulisan soal tes diagnostik dan rubrik penilaian tes diagnostik. Dalam kisi - kisi soal terkandung indikator indikator soal yang akan ditulis. Selanjutnya tes diagnostik akan di uji cobakan. Uji coba tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya instrumen dalam memperoleh data. Setelah instrumen diuji coba, dilakukan analisis hasil tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Hasil analisis data hasil uji coba digunakan sebagai masukan untuk merevisi/ menyempurnakan perangkat agar dihasilkan perangkat yang layak untuk digunakan. Setelah instrument layak digunakan maka dilakukan pengambilan

38 24 data. Setelah data diperoleh, dilakukan analisis karakteristik butir tes yang meliputi validitas dan reliabilitas. Data yang diperoleh juga dianalisis berdasarkan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui kesulitan siswa terhadap masalah fisika berbentuk grafik pada masing-masing indikator. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1. Referensi dari jurnal dan buku Melakukan kajian pustaka tentang penelitian yang telah ada Masukan dari dosen yang berpembimbing Penyusunan instrument berupa tes diagnostik Soal layak pakai? Uji coba soal Tidak Ya Pelaksanaan tes diagnostik Menganalisis hasil tes Wawancara Menganalisis hasil wawancara Menarik Kesimpulan Gambar 3.1 Desain Penelitian

39 Metode Pengumpulan Data Metode Tes Metode Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes diagnostik yang disusun untuk dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik. Berdasarkan indikator pencapaian KKM dan kemampuan memahami grafik dihasilkan kisi - kisi tes yang terdapat pada Lampiran 9 dan soal yang terdapat pada lampiran 10. Indikator tes berdasarkan pencapaian KKM yang dimaksud yaitu: (1) memahami grafik GLB dan GLBB; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik; serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik. Sementara itu, kemampuan memahami grafik yang dimaksud adalah kemampuan interpretasi, kemampuan prediksi, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan kemampuan transformasi. Data yang diambil dengan metode tes berupa hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan tes diagnostik Metode Wawancara Wawancara yang dilakukan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan mendukung mengenai apa yang telah didapatkan dari tes tertulis. Wawancara yang dilakukan adalah mengenai jawaban yang dikerjakan oleh siswa. Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka digunakan recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.

40 Analisis Perangkat Tes Ujicoba Uji Validitas Butir Soal Menurut Arikunto (2009: 76), dalam konteks item soal, sebuah item soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap total skor. Validitas soal diukur dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson : Keterangan: rxy : koefisien antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan X : skor item soal tertentu Y : skor total Setelah diperoleh harga rxy, kemudian harga rxy dibandingkan dengan r kritik product moment tabel dengan taraf α = 5%, jika rxy> rtabel, maka soal dikatakan valid, demikian sebaliknya. Validitas ini masih dikategorikan menjadi tiga kriteria, yaitu: rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Butir soal yang dipakai diambil dari soal yang memiliki validitas dengan kriteria cukup, tinggi dan sangat tinggi seperti yang disajikan dalam Tabel 3.2 (Arikunto, 2009: 75). Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen Rentang Validitas Kriteria 0,8 r 1,0 Sangat Tinggi 0,6 r 0,8 Tinggi 0,4 r 0,6 Cukup 0,2 r 0,4 Rendah 0 r 0,2 Sangat Rendah

41 27 Hasil perhitungan validitas ujicoba soal sidapatkan dan dibandingkan dengan r tabel korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika r xy > r tabel, butir soal valid. Jumlah soal yang diujikan sebanyak 18 butir soal. Berdasarkan hasil analisis validitas butir soal didapat semua soal dinyatakan valid Uji Reliabilitas Butir Soal Instrumen soal yang baik memiliki kualitas valid dan reliabel. Sebuah tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan data hasil yang ajeg (tetap) walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada responden yang sama (Arikunto, 2009). Menurut Arikunto (2006), untuk menguji reliabilitas soal uraian sebagai berikut: Keterangan: r 11 : reliabilitas instrument n : banyaknya butir soal 2 σ i : jumlah varians skor tiap item 2 σ i : varians total Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi reliabilitas menurut Sugiyono (2013) ditampilkan oleh Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Reliabititas Soal

42 28 Setelah r 11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel. Apabila r 11 > r tabel maka dikatakan instrument tersebut reliabel. Dari hasil perhitungan diperoleh r hitung soal= 0,78 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan r tabel soal = 0,404, karena r hitung > r tabel maka soal tersebut dikatakan reliabel Uji Kesukaran Butir Soal Sebuah soal dikatakan baik jika mengandung tingkat kesulitan yang bervariasi dan proporsional. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan menggunakan data hasil uji coba soal dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab benar dibandingkan jumlah keseluruhan siswa (Arikunto, 2009: 208), seperti yang ditunjukkan dalam persamaan berikut: Keterangan: P : indeks kesukaran B : jumlah siswa menjawab benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Penafsiran mengenai indeks kesukaran disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba

43 Uji Daya Beda Butir Soal Daya beda (DB) soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang telah menguasai materi dan belum menguasai materi. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskrimasi. Rumus untuk mencari besarnya daya beda suatu soal adalah sebagai berikut: Keterangan : DB : Daya Beda BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar N : Jumlah siswa yang mengerjakan tes Hasil perhitungan daya beda soal dibandingkan dengan kriteria daya beda soal seperti yang tersaji dalam Tabel 3.5 Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Soal Ujicoba Rentang Validitas Kriteria 0 < DB 0,19 Soal tidak dipakai 0,2 < DB 0,29 Soal diperbaiki 0,3 < DB 0,39 Soal diterima tapi perlu diperbaiki 0,4 < DB 1,0 Soal diterima dengan baik 3.6 Analisis Data Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Kemampuan siswa memahami grafik didapat dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal diagnostik. Analisis data disini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika dalam bentuk grafik. Adapun rumus untuk analisis deskripsi persentase menurut Ali yang dikutip oleh Irawati ( 2014) yaitu:

44 30 Menurut Walandauw sebagaimana dikutip oleh Bakri (2012) untuk kriteria kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Kategori Persentase Baik Sekali 78% - 100% Baik 66% - 79% Sedang 56% - 65% Kurang 55% Analisis Profil Kesulitan Siswa Analisis kesulitan siswa yaitu berdasarkan KKM, profil materi, prasyarat pengetahuan, miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah. Untuk analisis berdasarkan KKM dan profil materi menggunakan persentase skor siswa digunakan rumus: Ketentuan kategori kesulitan berdasarkan pencapaian KKM : KKM ketuntasan : 65 %, siswa mengalami kesulitan jika : % skor 35% : kategori kuat % skor > 35% : kategori lemah Untuk analisis kesulitan berdasarkan pengetahuan prasyarat miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah menggunakan rumus yang sama tetapi bukan

45 31 menggunakan skor melainkan frekuensi. Ketentuan kategori kesulitan siswa terdapat pada Tabel 3.7 (Sudijono, 2011). Tabel 3.7 Kriteria Kesulitan Siswa Persentase (%) Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang 0 39 Rendah Untuk mendukung hasil analisis tentang profil kesulitan pemecahan masalah siswa di atas maka ditambah dengan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam pemecahan masalah fisika berbentuk grafik.

46 Persentase ( % ) BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik yang diukur disini yaitu kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kemampuan interpretasi grafik, memprediksi grafik, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan transformasi suatu grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berbentuk grafik seperti pada lampiran 9. Hasil pengambilan data digambarkan pada Gambar 4.1. Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Interpretasi Prediksi Interpolasi Prediksi Ekstrapolasi Transformasi Jenis Kemampuan Grafik Gambar 4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik 32

47 33 Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah berbentuk grafik yang paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam mengekstrapolasi grafik, yaitu sebesar 53,01%. Persentase yang paling rendah adalah kemampuan siswa dalam menginterpolasi grafik, yaitu sebesar 34,36% Profil Kesulitan Siswa Selain kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik, pada penelitian ini juga dianalisis profil kesulitan siswa. Profil kesulitan yang dianalisis disini berdasarkan: (1) pencapaian KKM; (2) pengetahuan prasyarat; (3) profil materi; (4) miskonsepsi; serta (5) tahap tahap pemecahan masalah. Analisis data dilakukan berdasarkan hasil siswa dalam mengerjakan tes diagnostik yang telah dilaksanakan dan didukung oleh hasil wawancara Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan sebagai acuan untuk menyatakan ketuntasan peserta didik dalam mengikuti suatu pembelajaran. KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 6 Petarukan sebagai lokasi penelitian yaitu 65 %. Siswa tidak mengalami kesulitan jika persentasenya 35 %. Hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan pencapaian KKM digambarkan oleh Gambar 4.2.

48 Persentase Skor(%) 34 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM Paham GLB & GLBB Menentukan Jarak Tempuh & Posisi Menentukan kecepatan Indikator Tes Diagnostik Menentukan Kelajuan Menentukan Percepatan Gambar 4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM Gambar 4.2 menunjukan bahwa kesulitan siswa dalam pemecahan masalah berbentuk grafik berdasarkan pencapaian KKM mempunyai persentase yang tidak berbeda jauh antara satu indikator dengan indikator lainnya. Kesulitan siswa berdasarkan pencapaian KKM memiliki persentase kesulitan paling tinggi adalah indikator menentukan percepatan, yaitu sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan yang paling rendah adalah indikator menentukan kecepatan, yaitu sebesar 49,42% Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Pengetahuan prasyarat sangat penting dalam usaha pemecahan masalah, karena pengetahuan prasyarat merupakan bekal pengetahuan untuk dapat mempelajari suatu pengetahuan baru. Pada tes diagnostik ini, pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu pengetahuan tentang luas bangun datar,

49 Persentase ( % ) 35 operasi hitung dan persamaan linier sederhana yang dilihat pada Lampiran 7. Profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan pengetahuan prasyarat dapat dilihat pada Gambar Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Luas bangun datar Operasi hitung Persamaan linier Pengetahuan Prasyarat Gambar 4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat Dari Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung dan persamaan linier pada pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki. Keduanya memiliki persentase kesulitan yang sama, yaitu sebesar 52,78%. Untuk pengetahuan prasyarat siswa dalam menguasai luas bangun datar, persentase kesulitan siswa sebesar 16,67% Analisis Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Analisis kesulitan siswa terhadap profil materi bertujuan untuk mengetahui sub sub materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa dimana data

50 Presesntase ( % ) 36 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut ini profil kesulitan siswa terhadap profil materi yang diperlihatkan pada Gambar Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Jarak dan Perpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB Sub - Sub Materi Gambar 4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi Dari Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan pendekatan profil materi, siswa mengalami kesulitan paling besar pada sub materi percepatan. Persentase kesulitan siswa pada sub materi percepatan sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan terendah terletak pada sub materi gerak lurus beraturan atau GLB, yaitu sebesar 35,94 % Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Pada penelitian ini, analisis terhadap pendekatan miskonsepsi pada materi Kinematika Gerak Lurus terbatas pada sub materi kecepatan dan kelajuan. Persentase siswa yang mengalami kesulitan berdasarkan miskonsepsi sub materi

51 s (m) 37 kecepatan dan kelajuan didapatkan dari jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi dibagi dengan jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil analisis data yang dapat dilihat pada Lampiran 7, persentase kesulitan berdasarkan miskonsepsi yaitu sebesar 63,89 %. Contoh hasil jawaban siswa yang menunjukan adanya miskonsepsi yang dialami siswa seperti soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan kecepatan dan kelajuan dari detik ke 40 sampai ke 60 pada grafik yang sama yaitu pada Gambar 4.5 dan jawaban siswa disajikan pada Gambar Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu 0 t (s) Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi

52 Presesntase ( % ) Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Pada penelitian ini tahapan pemecahan masalah yang dipakai yaitu tahapan pemecahan masalah menurut Polya. Tahapan pemecahan masalah polya dimulai dari pemahaman masalah. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dilanjutkan dengan pembuatan rencana pemecahan masalah. Pembuatan rencana diteruskan dengan melaksanakan pemecahan masalah tersebut serta diakhiri dengan peninjauan kembali solusi yang telah diperoleh. Untuk perhitangan selengkapnya untuk setiap tahapan polya dilihat pada Lampiran 8. Berikut profil kesulitan siswa berdasarkan tahapan pemecahan masalahnya yang disajikan pada Gambar 4.7. Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Tahap memahami masalah Tahap membuat rencana Tahap pelaksanaan rencana Tahap Peninjauan Kembali Langkah Pemecahan Masalah Gambar 4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalahnya

53 39 Dari Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa berdasarkan tahapan tahapan pemecahan masalah menurut Polya, siswa mengalami kesulitan paling besar pada tahap peninjauan kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap meninjau kembali sebesar 77,18 %. Sementara itu, persentase kesulitan terendah pada tahap memahami masalah adalah tahapan memahami masalah yaitu sebesar 25,00 %. 4.2 Pembahasan Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik Interpretasi Grafik Hasil penelitian dari kemampuan ini yang disajikan pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa pada kemampuan ini tergolong kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Kemampuan interpretasi grafik disini mencakup beberapa indikator, yaitu menghitung gradien dan mengetahui besaran apa yang ditunjukan gradien, serta dapat mengambil informasi dari grafik tersebut. Sebagian siswa dapat menghitung gradien yang ditunjukan grafik, tetapi tidak dapat mengetahui besaran apa yang dimaksud seperti jawaban siswa untuk soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan percepatan berdasarkan grafik hubungan kecepatan terhadap waktu disajikan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan

54 40 Berdasarkan jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui satuan yang tepat yang menunjukkan bahwa siswa tersebut hanya mengetahui perhitungan matematisnya tanpa mengetahui besaran apa yang dicari. Sejalan dengan itu, Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti / makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mengatakan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika Kemampuan Memprediksi Pada kemampuan ini indikator yang diukur yaitu memperkirakan berdasarkan grafik baik itu keadaan di dalam grafik / interpolasi maupun keadaan di luar grafik/ekstrapolasi. Kemampuan memprediksi dalam penelitian ini terbatas pada bentuk grafik linier. Sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1, pada kemampuan memprediksi keadaan di dalam grafik / interpolasi dapat digolongkan kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Pada kemampuan memprediksi keadaan di luar grafik / ekstrapolasi didapatkan persentase yang lebih baik daripada kemampuan interpolasi siswa sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat digolongkan dalam kategori kurang. Rata rata kemampuan memprediksi grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya yaitu 43,63 %. Keterampilan memprediksi termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, sesuai hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dan Darsono (2007). Pada soal yang mengukur kemampuan memprediksi, sebagian siswa cenderung berpikir secara kongkret dengan perkiraan seperti yang ditunjukkan pada jawaban salah satu

55 41 siswa yang disajikan pada Gambar 4.9 untuk jawaban dari soal yang membuat siswa memperkirakan posisi benda pada detik ke-7 berdasarkan grafik yang tersedia. Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda Berdasarkan wawancara dari siswa tersebut, dia hanya beranggapan setiap detik posisinya akan bertambah lima meter tanpa memikirkan konsep gerak lurus Kemampuan transformasi Kemampuan transformasi merupakan kemampuan yang tergolong memiliki kesulitan yang paling tinggi diantara yang lainnya sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono (2007). Indikator dalam kemampuan tersebut yaitu memahami makna fisis dari sebuah grafik. Memahami makna dari sebuah grafik tidaklah sederhana, karena dibutuhkan pemahaman mendalam dan kemampuan kognitif yang cukup baik agar dapat menjelaskan makna dari grafik yang ditanyakan. Pada kemampuan transformasi ini, dari hasil pengerjaan siswa didapatkan persentase sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan Gambar 4.1. Hasil kemampuan transformasi grafik yang dimiliki siswa tergolong dalam kategori kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Beichner

56 42 (1994) menunjukkan bahwa kemampuan dalam mengartikan grafik masih rendah. Salah satu kesalahan yang umum siswa masih kesulitan dalam membedakan arti grafik jarak terhadap waktu dengan kecepatan terhadap waktu. Pada kemampuan transformasi pada penelitian ini, siswa diminta menjelaskan dari sebuah grafik baik termasuk gerak lurus beraturan (GLB) maupun gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Siswa cenderung hanya bisa menjawab bahwa grafik itu termasuk gerak GLB atau GLBB tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatan yang terjadi dari gerak tersebut Profil Kesulitan Siswa Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan KKM Pada profil kesulitan siswa berdasarkan KKM memiliki rata rata persentase untuk semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih besar dari batas KKM untuk siswa SMP N 6 Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%. Hal ini berarti secara umum siswa masih belum tuntas dan masih mengalami kesulitan. Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa masih di bawah batas ketuntasan untuk indikator siswa dapat memahami grafik GLB dan GLBB. Siswa tidak kesulitan dalam membedakan grafik GLB dan GLBB, tetapi kesulitan dalam memahami bagaimana keadaan kecepatan dan percepatan pada grafik GLB dan GLBB. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa untuk soal yang menuntut siswa mampu mengidentifikasi grafik termasuk GLB ataupun GLBB dan bagaimana kecepatan dan percepatannya, siswa cenderung hanya mampu menyebutkan jenis grafik tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatannya.

57 43 Selain pada indikator dapat memahami grafik GLB dan GLBB, siswa juga mengalami kesulitan pada semua indikator yang ada. Hal ini mungkin dikarenakan penguasaan konsep dari siswa tentang gerak lurus. Berikut ini disajikan hasil pengerjaan siswa yang menunjukkan adanya kurangnya penguasaan konsep. Siswa diminta menentukan jarak tempuh selama 4 sekon dan memprediksikan jarak pada detik ke 20 dari sebuah grafik gerak lurus beraturan dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa disajikan pada Gambar Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan Konsep Dapat dilihat dari hasil pengerjaan siswa, siswa dapat mengerjakan dengan tepat untuk soal yang menentukan jarak tempuh berdasarkan grafik tetapi dapat dilihat bahwa ada kesulitan yang terjadi pada soal selanjutnya untuk menentukan kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus beraturan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, siswa menjawab bahwa s (jarak) dari soal yang diminta untuk dicari kecepatannya adalah 80 meter dan didapatkan dari s (jarak) pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak tempuh sampai detik ke 4. Dapat

58 44 disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang selalu tetap. Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013), melakukan penelitian tentang konsepsi siswa pada konsep gerak lurus beraturan menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini dikarenakan siswa yang menjadi responden menganggap jika suatu kendaraan bergerak dengan arah dan kecepatan tetap selama 10 menit merupakan gerak lurus berubah beraturan Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat Beberapa siswa di dalam kelas biasanya akan kesulitan untuk memulai mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dikarenakan mereka belum memiliki pengetahuan prasyarat. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Siswa yang tidak menguasai penjumlahan akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Pada tes diagnostik ini ada tiga pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu mengetahui rumus luas bangun datar, menguasai operasi hitung dan menguasai persamaan linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada Gambar 4.3, sesuai kriteria yang kesulitan menurut Sudijono (2011) maka tingkat kesulitan siswa dalam hal penguasaan luas bangun datar tergolong rendah. Penguasaan terhadap luas bangun datar digunakan dalam menentukan jarak tempuh dari sebuah grafik hubungan kecepatan terhadap waktu. Kesulitan yang umumnya terjadi yaitu siswa salah dalam menggunakan rumus luas bangun datar seperti pada jawaban siswa untuk soal yang mencari jarak tempuh selama 4 detik pada

59 45 grafik gerak lurus beraturan hubungan kecepatan terhadap waktu dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa tersebut disajikan pada Gambar Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan Prasyarat Dari jawaban siswa tersebut terlihat siswa salah menggunakan rumus luas, karena jawaban yang tepat menggunakan luas persegi panjang dan jawaban siswa menggunakan luas segitiga. Persentase kesulitan pengetahuan prasyarat operasi hitung ditunjukkan oleh Gambar 4.3 dan termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Secara umum, siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara yang dilakukan seperti pada Lampiran 11 mengatakan bahwa mengalami kesulitan dalam perhitungan. Berikut contoh hasil pengerjaan siswa yang disajikan pada Gambar 4.12 dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa terdapat kesulitan dalam operasi hitung. Pada soal siswa diminta menentukan kelajuan berdasarkan grafik hubungan jarak terhadap waktu. Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi Hitung

60 46 Kesulitan siswa dalam operasi hitung sesuai dengan hasil penelitian dari Rusilowati (2006) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan dalam operasi hitung atau perhitungan matematisnya. Selain itu, penyebab lainnya yaitu pemahaman konsep dan mengkonversian satuan. Berdasarkan Gambar 4.3 juga, pengetahuan prasyarat siswa terhadap penguasaan persamaan linear sederhana termasuk dalam kategori sedang. Penguasaan persamaan linear sederhana digunakan untuk membantu memprediksi berdasarkan grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi ini digunakan untuk mengetahui persentase kesulitan siswa dalam menguasai suatu materi untuk setiap sub materinya. Sub materi dari materi dari penelitian ini yaitu jarak dan perpindahan; kecepatan dan kelajuan; percepatan; gerak lurus beraturan (GLB); serta gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Analisis kesulitan ini juga menggunakan KKM sebagai batas penguasaan siswa. Dari lima sub materi pada materi gerak lurus ini, siswa masih mengalami kesulitan, terutama pada sub materi percepatan yang memiliki persentase kesulitan lebih tinggi dari dari persentase sub materi yang lainnya sesuai yang tunjukkan pada Gambar 4.4. Kesulitan pada sub materi jarak dan perpindahan umumnya dikarenakan siswa merasa kesulitan dalam memprediksi jarak tempuh berdasarkan grafik yang ada. Siswa paling mengalami kesulitan dalam menguasai sub materi percepatan. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep percepatan sesuai

61 47 dengan hasil penelitian Pujianto et al. (2013), yaitu siswa memiliki pemahaman bahwa percepatan adalah kecepatan dibagi waktu. Konsepsi ini didasarkan pada rumus percepatan, tetapi belum memahami benda yang dipercepat maka jarak yang ditempuh setiap detiknya mengalami peningkatan. Persentase kesulitannya yaitu 62,50 % Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi Seperti yang dijelaskan pada bagian hasil penelitian, kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi disini terbatas pada miskonsepsi dalam materi kecepatan dan kelajuan saja. Persentase kesulitan siswa yaitu 68,89% dan berdasarkan kriteria Sudijono (2001) termasuk dalam kategori tinggi. Miskonsepsi yang umum terjadi yaitu siswa tidak bisa membedakan antara kecepatan dan kelajuan. Seperti jawaban siswa untuk Gambar 4.5 yang ditunjukan pada hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi. Jawaban tersebut menunjukkan jawaban yang tepat untuk masalah tentang konsep kelajuan, tetapi tidak tepat dalam menjawab tentang konsep kecepatan. Kesulitan terlihat ketika siswa juga menjawab dengan cara dan hasil yang sama untuk menentukan kecepatan benda. Ketika dilakukan wawancara, siswa ditanyai tentang adakah perbedaan antara kelajuan dan kecepatan. Siswa tersebut menjawab dengan ragu ragu bahwa tidak ada perbedaannya. Hal ini menunjukkan telah terjadi miskonsepsi yaitu siswa menganggap tidak ada perbedaan antara kelajuan dan juga kecepatan. Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi dikarenakan faktor bahasa dan kebiasaan yang sehari hari dipakai oleh siswa. Misalnya warga Indonesia umumnya menyebutkan bahwa fungsi speedometer untuk mengukur kecepatan benda.

62 48 Padahal sebenarnya speedometer digunakan untuk mengukur kelajuan dari suatu benda. Sejalan dengan itu, Pujianto et al. (2013), mengatakan siswa masih sulit membedakan antara konsep kelajuan dan kecepatan. Miskonsepsi ini diawali ketika siswa tidak mampu menentukan jarak dan perpindahannya Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah yang dipakai disini berdasarkan tahapan menurut Polya. Tahapannya dimulai dari pemahaman masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Berdasarkan hasil analisis kesulitan yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, rata rata persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap memeriksa kembali termasuk dalam kategori sangat tinggi. Untuk persentase siswa yang masih memiliki kesulitan pada tahap melaksanakan rencana tergolong dalam kategori tinggi. Selanjutnya, untuk persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap membuat rencana termasuk dalam kategori sedang. Dan terakhir, untuk persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap memahami masalah termasuk kategori rendah menurut Sudijono (2011). Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap tahap pemecahan masalah Polya berurutan dari rendah ke tinggi yaitu dimulai tahap memahami masalah, tahap membuat rencana, tahap melaksanakan rencana dan tahap memeriksa kembali. Urutan persentase ini sesuai dengan penelitan yang

63 49 dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal gerak lurus. Pada tahap memahami masalah, siswa tidak terlalu mendapat kesulitan. Siswa mengalami kesulitan dimulai dari tahap membuat rencana dikarenakan pada tahap membuat rencana siswa mengalami kebingungan dan tidak mengetahui rumus-rumus yang tepat yang harus digunakan dan siswa tidak dapat menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Pada tahap melaksanakan rencana siswa mengalami masalah, misalnya pada salah satu pengetahuan prasyaratnya yaitu pada operasi hitung. Pada tahap peninjauan kembali, siswa paling mengalami kesulitan yang dikarenakan siswa yang tidak meninjau kembali jawabannya dengan alasan kehabisan/kekurangan waktu dan merasakan kebingungan atau justru siswa merasa yakin dengan jawabannya. 4.3 Keterbatasan Masalah Penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik dan profil kesulitan siswa ini memiliki beberapa keterbatasan masalah dalam pelaksanaannya. Pada penelitian ini, cakupan pemecahan masalah berbentuk grafik hanya pada materi kinematika gerak lurus dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik pada materi gerak lurus dideskripsikan tanpa adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan.

64 50 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik memilik persentase tergolong rendah untuk kemampuan interpretasi grafik sebesar 48,30%; kemampuan interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan transformasi sebesar 48,61%. 2. Profil kesulitan siswa pada penelitian ini berdasarkan pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsinya, serta tahap tahap pemecahan masalahnya. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan KKM, siswa masih mengalami untuk semua indikator pada profil kesulitan ini yaitu (1) memahami grafik GLB dan GLBB sebesar 50,23 %; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik sebesar 54,44 %; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik sebesar 49,42 %; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik sebesar 55,90 %; serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik sebesar 61,46 %. Pada profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyarat, persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar 16,67 % termasuk kategori rendah. Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung

65 Saran dan persamaan linier sama yaitu 52,78 % termasuk dalam kategori sedang. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, persentase kesulitan siswa dalam tiap sub - sub materi yaitu sub materi jarak dan perpindahan sebesar 59,55 %; kecepatan dan kelajuan sebesar 57,22 %; percepatan sebesar 61,46 %; GLB sebesar 35,94 %; serta GLBB sebesar 53,50 %. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi, persentase kesulitan siswa yaitu 63,89 % dan termasuk dalam kategori tinggi. Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap tahap pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa untuk tiap tahapan yaitu tahap memahami masalah sebesar 25,00 % termasuk kategori rendah, tahap membuat rencana sebesar 45,83 % termasuk kategori sedang, tahap melaksanakan rencana sebesar 68,63 % termasuk kategori tinggi, serta tahap peninjauan kembali sebesar 77,28 % termasuk kategori tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan agar sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan masalah berbentuk grafik selain materi kinematika gerak lurus misalnya pada materi termodinamika atau bisa juga pada kinematika gerak melingkar. Selain itu, perlu adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan dan perlu pembiasaan siswa dalam menghadapi permasalahan berbentuk grafik.

66 52 DAFTAR PUSTAKA Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 4(3): Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Rupa Aksara. Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Rupa Aksara. Astin, A. W The Philosophy and Practice of Assessment and Evaluation in a Higher Education. New York: Maxwell Maxmillan. Bakri, M Kemampuan Siswa Memahami Grafik Pada Konsep Biologi : Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. Thesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Beichner, R.J Testing Student Interpretation Of Kinetic Graph. American Journal of Physics, 62: Bunawan,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli Penilaian Pemahaman Representasi Grafik Materi Optika Geometri Menggunakan Tes Diagnostik. Cakrawala Pendidikan, 34(2): Depdiknas Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djaali & Muljono Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo. Gagne, L.J. Briggs, & W.W. Wager Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart & Winston. Glazer, N Challenges with Graph Interpretation : A Review of the Literature. Studies in Science Education, 47(2): Gok, T., & Silay The Effects of Problem Solving Strategies on Students Achievement, Attitude and Motivation. Latin-American Journal of Physics Education, 4(1) : 7-21.

67 53 Irawati, D.R Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Kelas X Sma Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES. Irham, M. & Wiyani Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Kemdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Online Tersedia di [diakses ]. Marjani Makalah Media Pembelajaran Grafik. Tersedia di ]. McDermot, L.C., M.L. Rosenquist, & E.H. Vanzee Student Difficulties In Connecting From Kinematic. American Journal of Physics, 55: Nazam S, Meltem S., & Ali B Investigating students abilities related to graphing skill. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46: Nugroho, S.E., & Darsono Model Pembelajaran Dengan Peningkatan Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik Pada Mahasiswa Fisika. Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA UNNES. Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Ivanjek Comparison of Students Understanding of Line Graph Slope in Physics and Mathematics. International Journal of Science and Mathematics Education, 10: Pujianto, A., Nurjannah, & I.W.Darmadi Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 1(1): Purwanto, M.N Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Rusilowati, A Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2): Schunk, D.H Learning Theories: An Educational Perspective. Translated by Eva & Rahmat. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

68 54 Subali, B., D. Rusdiana, H. Firman, & I. Kaniawati Analisis Kemampuan Interpretasi Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru Fisika. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015), Bandung, 8 dan 9 Juni. Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,dan RnD. Bandung : Alfabeta. Wardani Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam dan Universitas Terbuka. Zainul & Nasution Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

69 55 Lampiran 1. Daftar Kode Siswa Ujicoba No Simbol 1 UC-1 2 UC-2 3 UC-3 4 UC-4 5 UC-5 6 UC-6 7 UC-7 8 UC-8 9 UC-9 10 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC-37

70 56 Lampiran 2. Daftar Simbol Siswa Penelitian No Simbol 1 S-1 2 S-2 3 S-3 4 S-4 5 S-5 6 S-6 7 S-7 8 S-8 9 S-9 10 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S-36

71 Lampiran 3. Analisis Hasil Uji Coba No Kode Nomor Soal Y Y 2 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b 1 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

72 No Kode Nomor Soal Y Y 2 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b 17 UC UC UC UC UC UC UC UC ΣX Σ(X 2 ) XY r xy r tabel Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid No. Soal 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b σ i σ i σ i 45.2 σ t r RealibitasTinggi

73 No 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b P Kriteri a Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar MA MB DP Kriteri a Diterim a Diterim a dengan Perbaik an Diperb aiki Diteri ma dengan Perbaik an Diteri ma dengan Perbaik an Diperb aiki Diperb aiki Diperb aiki Diperb aiki Diperb aiki Diteri ma dengan Perbaik an Diteri ma Diperb aiki Diterim a dengan Perbaik an Diperba iki Diterima Diperba iki Diterima dengan Perbaika n

74 Lampiran 4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik No Kode Nomor Soal Siswa Intepretasi Prediksi Interpolasi Ekstrapolasi Transformasi 1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7 1 S S S S S S S S S S S S S S S

75 Nomor Soal No Kode Siswa Intepretasi Prediksi Interpolasi Ekstrapolasi Transformasi 1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7 16 S S S S S S S S S S S S S S S

76 No Kode Siswa Transformasi Nomor Soal Intepretasi Interpolasi Ekstrapolasi Prediksi 1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7 31 S S S S S S Presentase(%)

77 Lampiran 5. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi Nomor Soal No Kode Jarak danperpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB Skor Kategori 3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7 1 S Lemah 2 S Lemah 3 S Lemah 4 S Kuat 5 S Kuat 6 S Lemah 7 S Lemah 8 S Lemah 9 S Lemah 10 S Kuat 11 S Lemah 12 S Lemah 13 S Kuat 14 S Lemah 15 S Lemah 16 S Lemah 17 S Lemah 18 S Lemah

78 No Kode Nomor Soal Kategori Jarak danperpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB Skor Siswa 3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7 19 S Lemah 20 S Kuat 21 S Lemah 22 S Lemah 23 S Lemah 24 S Lemah 25 S Lemah 26 S Lemah 27 S Lemah 28 S Kuat 29 S Kuat 30 S Lemah 31 S Lemah 32 S Lemah 33 S Lemah 34 S Lemah 35 S Lemah 36 S Lemah Presentase(%)

79 Lampiran 6. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM No Kod e Nomor Soal Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a 1 S S S S S S S S S Skor Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah

80 No Kod e No. Soal Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a 10 S S S S S S S S S S S Skor Katego ri Siswa Kuat Lemah Lemah Kuat Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat

81 No Kod e No. Soal Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a 21 S S S S S S S S S S S Skor Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Kuat Kuat Lemah Lemah

82 No Kod e No. Soal Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a 32 S S S S S Presentase (%) Skor Katego ri Siswa Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah

83 Lampiran 7. Kode Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan Miskonsepsi Nomor Soal Luas Bangun Datar Persamaan Linear Sederhana Operasi Hitung Miskonsepsi 1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b S S S S S S S S S S S S S S S S

84 Kode Nomor Soal Luas Bangun Datar Persamaan Linear Sederhana Operasi Hitung Miskonsepsi 1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b S S S S S S S S S S S S S S S S S S

85 Kode Nomor Soal Luas Bangun Datar Persamaan Linear Sederhana Operasi Hitung Miskonsepsi 1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b S S Keterangan: 1 = Tidak mengalami Kesulitan 0 = Mengalami Kesulitan

86 Lampiran 8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah No Tahapan Persentase ( % ) 1 Memahami masalah 25 2 Membuat rencana Melaksanakan rencana Peninjauan Kembali No Kode Tahap Memahami Masalah 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 1 S S S S S S S S S S S

87 No Kode Tahap Memahami Masalah 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 12 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

88 No Kode Tahap Memahami Masalah 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 33 S S S S Presentase Kesulitan ( % ) 25 No Kode Tahap Membuat Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 1 S S S S S S S S S

89 No Kode Tahap Membuat Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 10 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

90 No Kode Tahap Membuat Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 31 S S S S S S Presentase Kesulitan ( % ) No Kode Tahap Melaksanakan Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 1 S S S S S S S S

91 No Kode Tahap Melaksanakan Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 9 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

92 No Kode Tahap Melaksanakan Rencana 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 30 S S S S S S S Persentase Kesulitan ( % ) No Kode Tahap Peninjauan Kembali 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 1 S S S S S S

93 No Kode Tahap Peninjauan Kembali 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 7 S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

94 No Kode Tahap Peninjauan Kembali 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 28 S S S S S S S S S Presentase Kesulitan ( % ) 77.18

95 Lampiran 9. KISI KISI TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGETAHUI KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK Materi : Gerak Kelas : SMP Bentuk Soal : Uraian No. Indikator Soal Kemampuan Menganalisis Grafik(No soal) Membaca grafik Memprediksi Mentransformasi 1. Memahami grafik GLB dan GLBB 1(a),6(c) Siswa dapat menjelaskan makna fisis suatu grafik. 7 Siswa dapat menarik kesimpulan dari grafik 2. Menentukan posisi dan jarak 1(b),3(a) Siswa tempuh benda berdasarkan grafik. dapat mengambil informasi dari grafik yang dibutuhkan. 2 (b) Siswa dapat mengekstrapolasi grafik 8(a)(b) Siswa dapat menginterpolasi grafik

96 3. Menentukan kecepatan sesaat dan rata rata suatu benda berdasarkan grafik GLB maupun GLBB 4. Menentukan kelajuan sesaat dan rata rata suatu benda berdasarkan grafik GLB maupun GLBB 5. Menentukan percepatan benda berdasarkan grafik GLB maupun GLBB 5(a)(b) Siswa dapat mengambil informasi dari grafik yang dibutuhkan. 4(a)(b) Siswa dapat mengambil informasi dari grafik yang dibutuhkan. 3(b) 6(a) Siswa dapat mengambil informasi dari grafik yang dibutuhkan. 1(c) 6(b) Siswa dapat mengekstrapolasi grafik

97 posisi(x), m kecepatan(v), m/s 83 Lampiran 10. Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik Mata Pelajaran : Fisika Sekolah : Nama : Kelas : Kerjakan soal soal berikut ini! 1. Sebuah mobil bergerak sesuai dengan yang ditunjukkan oleh grafik di bawah ini waktu(t), s a. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut? b. Tentukan jarak tempuh mobil setelah bergerak 4 sekon! c. Berdasarkan grafik tersebut, Berapa kecepatan mobil setelah bergerak selama 20 sekon? 2. Andi mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah dan gerak sepeda menunjukkan gerak GLB sesuai yang ditunjukan grafik posisi benda terhadap 30 waktu waktu(t), s

98 jarak(s), m kecepatan(v), km/jam 84 a. Hitunglah kecepatan benda pada saat t = 3 sekon! b. Berdasarkan grafik tersebut, dimanakah posisi benda pada saat t = 7 sekon? 3. Seseorang mengadakan perjalanan menggunakan mobil dari kota A ke kota B, diperlihatkan oleh grafik di bawah ini: waktu(t), menit a. Berapa jarak yang ditempuh kendaraan tersebut selama selang waktu dari menit ke- 30 sampai menit ke- 60? b. Tentukan percepatan mobil dari selang waktu dari menit ke- 0 sampai menit ke- 30! Untuk No. 4 dan No.5 Mobil bergerak dari kota A ke kota B sesuai dengan yang digambarkan grafik berikut waktu(t), s

99 kecepatan(v), m/s Tentukanlah kelajuan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik seperti diatas : a. Selama 20 detik pertama. b. Selama detik ke 40 sampai detik ke Tentukanlah kecepatan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik seperti diatas : a. Selama detik ke 20 sampai detik ke 40. b. Selama detik ke 40 sampai detik ke Sebuah mobil bergerak dengan grafik perjalanan tampak di bawah ini waktu(t), s a. Tentukan percepatan mobil pada selang waktu 3 detik! b. Berapa kecepatan yang dialami mobil yang bergerak itu pada saat t= 8 sekon? c. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut? 7. Kecepatan suatu mobil melakukan perjalanan digambarkan oleh grafik dibawah ini, berdasarkan grafik tersebut jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada mobil mulai dari kota A sampai kota D!

100 jarak(s), m kecepatan(v), m/s B C D A waktu(t), s 8. Jarak tempuh sebuah bus karya wisata ditunjukkan oleh grafik di bawah ini waktu(t), s a. Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 8? b.berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 12?

101 kecepatan(v), m/s kecepatan(v), m/s 87 KUNCI JAWABAN 1. a. Gerak lurus pada grafik tersebut? waktu(t), s Jawab: Dapat dilihat pada grafik bahwa kecepatan mobil setiap detiknya tidak berubah atau konstan yaitu 20 m/s, maka gerak mobil tersebut merupakan gerak lurus beraturan (GLB). Sehingga gerak mobil tersebut memiliki percepatan sama dengan 0 m/s 2. b. Jarak tempuh (s) setelah 4 sekon? Jarak tempuh selama 4 sekon waktu(t), s Jawab: Kecepatan setiap detik konstan yaitu 20 m/s, sehingga jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon: s = v. t = (20 m/s).(4 s) = 80 m atau dengan menghitung luasannya yaitu s = p x l = 20 x 4 = 80 m/s

102 Posisi(x), m kecepatan(v), m/s 88 Jadi jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon yaitu 80 m. c. Kecepatan mobil pada t = 20? v tidak berubah/konstan waktu(t), s Jawab: Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak adanya perubahan kecepatannya setiap detiknya atau konstan yaitu pada kecepatan 20 m/s, sehingga gerak grafik termasuk gerak lurus beraturan. Jadi, kecepatan mobil pada t = 20 sekon yaitu tetap pada 20 m/s. 2. a. Ditanya: kecepatan benda saat t = 3 s? y y1 0 x2 0x waktu(t), s Jawab : Dari grafik dapat dicari gradient / kemiringan dari grafik tersebut yaitu gradien =5

103 kecepatan(v),km/jam 89 Gradient grafik tersebut menggambarkan dari besaran kecepatan dari benda tersebut. Grafik juga menggambarkan kecepatannya konstan yang dalam hal ini, kecepatan dari benda tersebut merupakan gradient grafik yaitu 5 m/s. Karena konstan maka kecepatan pada setiap detik sama termasuk pada t =3 yaitu 5 m/s. Atau dicari: b. Posisi pada t = 7 sekon? Berdasarkan grafik benda termasuk gerak GLB maka kecepatannya konstan yaitu 5 m/s. Maka, posisi pada saat t = 7 sekon yaitu s = v.t = 5.7 = 35 m Jadi, posisi pada saat t = 7 sekon adalah 35 m dan gerak benda merupakan gerak lurus beraturan(glb). 3. a. Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit? Jarak tempuh dari t = 30 menit sampai t = 60 menit waktu(t), menit

104 kecepatan(v), km/jam 90 Jawab : Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit t = 30 menit = 0,5 jam t = 60 menit = 1 jam y1 0 Jarak tempuh benda pada grafik merupakan luasan dari grafik tersebut, maka dapat dilihat panjang luasan yaitu pada sumbu y dan lebarnya di sumbu x. Jadi jarak tempuh pada saat t = 30 menit sampai 60 menit : x 1 s = p x l = (40-0) km/jam x (1-0,5) jam = 20 km Atau dapat dilihat jika pada saat t = 30 menit sampai 60 menit (kecepatan konstan sehingga, jarak tempuhnya s = v.t = 40 km/jam.0,5 jam = 20 km b. Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit x waktu (t),menit Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit adalah gradient dari grafik tersebut dari menit ke 0 sampai menit ke 30. y 2

105 jarak(s), m 91 = 80 km/jam 2 = 0,06 m/s 2 4. a. Kelajuan rata rata mobil selama 20 detik pertama? waktu(t), s Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa kelajuan pada detik ke nol sampai ke 20 sama dengan gradient pada grafik pada detik yang sama. Selama 20 detik pertama : Δs = s 20 s 0 = = 80 m Δt =20 0 = 20 sekon

106 jarak(s), m jarak (s), m 92 b. Kelajuan selama detik ke 40 sampai detik ke 60? waktu(t), s Karena kelajuan merupakan jarak tempuh per waktu. Dan jarak tempuh tidak mungkin bernilai negative, maka: Δs = s40 s60 = = 160 m Δt =60 40 = 20 sekon 5. a. Kecepatan rata rata mobil selama detik ke 20 sampai detik ke 40? s tetap = diam waktu(t), s

107 jarak(s), m 93 Dapat dilihat pada detik ke 20 sampai 40 terlihat bahwa tidak ada perubahan jarak sehingga dapat dipastikan benda tidak bergerak atau diam. Kecepatannya adalah 0 m/s. Atau dengan perhitungan: Selama detik ke 20 sampai detik ke 40: Δs = s 40 s 20 = = 0 m Δt =20 0 = 20 sekon b. Kecepatan selama detik ke 40 sampai detik ke 60 : waktu(t), s Berbeda dengan kelajuan yang jarak tempuhnya tidak dapat bernilai negative, kecepatan dengan perpindahannya yang dapat negative. Sehingga perhitungannya: Δs = ( s 60 s 40 ) = ( 0 160) = 160 m

108 kecepatan(v), m/s 94 Δt = = 20 sekon 6. a. Percepatan benda pada t = 3 s? Δx waktu(t), s Δy Percepatan pada t = 3 sekon merupakan gradient dari grafik tersebut dari detik ke 0 sampai detik 3. Perhitungannya: Δy = y 2 y 1 = 6 0 = 6 m/s Δx = y 2 y 1 = 3 0 = 2 sekon Jadi gradient grafik atau percepatan dalam hal ini : 2

109 kecepatan(v), m/s 95 b. Kecepatan pada detik ke 8? Waktu (s) Kecepatan (m/s) Percepatan (m/s 2 ) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa percepatan yang terjadi pada gerak tersebut konstan yaitu selalu 2 m/s 2, sehingga ketika t = 8 sekon percepatannya juga 2 m/s 2. m/s c. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa mobil melakukan Gerak Lurus Berubah Beraturan dengan kecepatan yang terus bertambah karena mobil tersebut memiliki percepatan yang konstan yaitu 2 m/s Gerak yang terjadi dari kota A sampai D B Δy A Δx waktu(t), s Dari kota A ke kota B, mobil mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan, dari awal diam di kota A bertambah sampai pada kota B pada kecepatan 25 m/s berarti terjadi percepatan. Percepatan disini merupakan besaran yang dipresentasikan oleh

110 kecepatan(v), m/s kecepatan(v), m/s 96 gradien dan dapat dihitung percepatannya 2. Percepatannya konstan sampai detik ke 5 yaitu A 0 B waktu(t), s Dari kota B ke kota C, mobil mengalami Gerak Lurus Beraturan karena memiliki kecepatan konstan yaitu pada 25 m/s. Karena kecepatan konstan maka percepatannya sama dengan nol A 0 B Δy = y 2 -y 1 y 1 y waktu(t), s Δx Dari kota C ke kota D, mobil mengalami Gerak Lurus Berubah Beraturan, dari awal di kota C kecepatan 25 m/s berkurang sampai pada kota D pada kecepatan 10 m/s berarti terjadi perlambatan Yng dipresentasikan oleh radien pada grafik dari detik ke 7 sampai ke 10. Besarnya perlambatan 2. Perlambatan dari detik ke 7 sampai ke 10 yaitu -5 2.

111 jarak(s), m a. Jarak tempuh pada detik ke- 8? b. Jarak tempuh pada detik ke- 12? waktu(t), s Waktu (s) Jarak (m) Kecepatan (m/s) Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik merupakan grafik gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang sama. Selain itu juga ditunjukan oleh tabel di atas bahwa kecepatan dari bus tersebut konstan yaitu 4 m/s yang juga merupakan gradient dari grafik tersebut. Jadi untuk jarak tempuh pada detik ke- 8: Dan untuk jarak tempuh pada detik ke- 12: m m

112 98 Lampiran 11. CUPLIKAN WAWANCARA W : Pewawancara Cuplikan wawancara dengan siswa S-20 dan S W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini? S-20 dan S-28 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu) W : Untuk yang no.1c mencari kecepatan mobil setelah 20 sekon jawabannya benar? S-28 : benar pak, 4 m/s. W : Kenapa? S-28 : karena kecepatan sama dengan jarak dibagi waktu. W : Kalau Maulana sama (S-20). S-20 : Sama. Kan jaraknya sama dengan 80 m. W : 80 m itu darimana dapatnya? S-20 dan S-28 : ( Keduanya sama sama menjawab dari jawaban soal sebelumnya yaitu 1b) W : Saya mau tanya ini nol dibagi duapuluh hasilnya setengah (sambil menunjukan hasil pekerjaan siswa) S-28 : Bingung pak W : Kalo setengah bagi setengah hasilnya berapa? S-28 : hehehe berapa ya pak? Kayanya seperempat pak.

113 99... Cuplikan wawancara dengan siswa S-8 dan S W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini? S-8 dan S-10 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu) W : kalo no.2b mencari posisi benda pada sekon jawabannya apa? S-8 : 35 W : Kenapa? S-8 : karena setiap detik ditambah 5. Jadikan itu 5,10,15,20,25,30, nah yang ke 7 kan 35. W : Kalau Dwi (S-10),gimana sama? S-10 : Sama aja pak. W : Kalo satuannya? S-10 : meter pak.... Cuplikan wawancara dengan siswa S-13 dan S W : Kemarin kan udah ngerjain tes diagnostic, Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini? Bisa kan? S-13 dan S-27 : (keduannya menjawab tidak jauh beda iya sedikit sedikit)

114 100 W : Dalam gerak lurus ada besaran apa aja? S-13 : jarak, kecepatan, kelajuan,..(sudah bingung) W : trus? Gantian jawab, dua lagi aja. S-27 : percepatan sama kelajuan pak. W : Kalo percepatan sama kelajuan sama gak ya? S-13 dan S-27 : Sama kayaknya pak. W : Kenapa? S-13 dan S-27 : kan satuannya sama juga pak.... Untuk Pertanyaan, Kesulitan apa sih yang dialami waktu mengerjakan soal tersebut?,umumnya siswa menjawab bahwa merasa sulit jika kalo tidak ingat dengan rumusnya dan banyak perhitungannya. Selain itu, siswa juga mengatakan lebih susah penguasaan materinya daripada dengan grafik.

115 101 Lampiran 12 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 5.1 Pelaksanaan Tes Ujicoba soal Gambar 5.2 Pelaksanaan Tes Diagnostik

116 102 Gambar 5.3 Kegiatan wawancara dengan siswa Gambar 5.4 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya saat wawancara

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 5 (3) (2016) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK Anton Setyono, Sunyoto Eko Nugroho,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, prosedur dalam pengembangannya, subjek yang menjadi penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah di dalam judul skripsi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

(Luhut Panggabean, 1996: 31) BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sistematis. Berdasarkan metode pendekatan ini diharapkan dapat memilih teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode ini digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODO PENELITIAN

BAB III METODO PENELITIAN BAB III METODO PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian true experimental design. Metode ini penelitian eksprimen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yaitu langkah atau cara yang digunakan untuk mendapatkan data, menganalisis data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdistribusi ke dalam delapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu penelitian akan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila didukung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu penelitian akan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila didukung 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian akan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila didukung oleh metode penelitian yang tepat, sedangkan untuk mendapatkan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 014 di SMKN 1 Bojong Picung Tahun Ajaran 014/015. B. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Syaodih Sukmadinata, N (2005:52) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi dasar,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi, Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional dibuat untuk menghindari berbagai penafsiran yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dari masing-masing definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul Kajian Penggunaan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif-eksploratif dengan pendekatan non-eksperimen. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang terletak di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.14 Labuhanratu, Kedaton. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2011:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang telah dirumuskan sebelumnya adalah menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PEELITIA A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif melalui analisis regresi dengan korelasi product moment. Hal ini berdasarkan pada rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN, LOKASI, DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran mengenai kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi (003:14) pada penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam kegiatan penelitian, diperlukan suatu metode yang tepat untuk dapat memecahkan masalah penelitian dengan benar sehingga mendapatkan fakta yang aktual.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research), dengan teknik studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada Bab I. Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi 1 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Ngambur Pesisir Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX semester ganjil SMP Negeri Ngambur Pesisir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN Gegerkalong KPAD yang tepatnya terletak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN Gegerkalong KPAD yang tepatnya terletak BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Gegerkalong KPAD yang tepatnya terletak di jalan Manunggal komplek KPAD, Bandung-Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo 0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri Gorontalo 3.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan buku pedoman penulisan karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memiliki definisi yang sangat kompleks. Tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memiliki definisi yang sangat kompleks. Tidak ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki definisi yang sangat kompleks. Tidak ada pengertian matematika yang khusus disepakati oleh semua pakar matematika. Perbedaan pendapat tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.SD) Pada Program Studi PGSD. Karya Ilmiah Oleh :

ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.SD) Pada Program Studi PGSD. Karya Ilmiah Oleh : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM DIDUKUNG MEDIA KARTU ANGKA TERHADAP KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL PECAHAN KELAS III SDN NGADIREJO 3 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014 / 2015 ARTIKEL ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandarlampung semester genap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandarlampung semester genap 35 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015. SMP Negeri 22 Bandarlampung terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN variabel. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain A III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung 31 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 84), pre eksperimental design seringkali dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu penelitian yang akan dilakukan terutama untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Adapun desain penelitian yang digunakan mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang bertujuan membuat deskriptif gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi, karena data penelitian ini berupa angka-angka. Hal ini sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi, karena data penelitian ini berupa angka-angka. Hal ini sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasi, karena data penelitian ini berupa angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam hal ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, teknik analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. 29 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:270). Metode korelasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sukasari, Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Taman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:11) menyatakan metode tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa

penelitian eksperimen. Sugiyono (2012:11) menyatakan metode tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode, Bentuk dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian ini diperlukan suatu metode. Adapun metode pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Randomized Control-Group Pretest-Posttest, karena dalam melakukan pemilihan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA 1 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA Ingko Humonggio, Nurhayati Abbas, Yamin Ismail Jurusan Matematika, Program Studi S1. Pend.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kuasi eksperimen yang menurut Panggabean (1996) merupakan eksperimen dimana variabel-variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau percobaan semu yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode eksperimen yang berdesain posttest-only control design, karena tujuan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa selama kegiatan praktikum uji makanan berlangsung yang dijaring melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan 30 BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 006: ). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti 69 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yaitu penelitian yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan alasan bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Majalengka, di Jalan Tonjong Pinangraja No.55 Majalengka. 3.2 Metode Penelitian Penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Noor (2013:34) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena pendekatan ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci