PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL BLOK TERHADAP PRODUKTIVITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH DI TINGKAT PETERNAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL BLOK TERHADAP PRODUKTIVITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH DI TINGKAT PETERNAK"

Transkripsi

1 PENGARUH SUPLEMENTASI MINERAL BLOK TERHADAP PRODUKTIVITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH DI TINGKAT PETERNAK (The Effect of Mineral Block Supplementation on the Productivity of Peranakan Etawah Crossbred Goat at Farmer s Level) SUPRIYATI, I G.M. BUDIARSANA dan I-K. SUTAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT Peranakan Etawah goats has been reared for breeding and meat purposes, as well as milk production, such as by Adam Farm Lampung. For this purpose, the Indonesian Research Institute for Animal Production collaborated with Adam Farm to carry out the study of the Zn enriched mineral block supplementation on the productivity of PE goat. Thirty two heads of PE goats (30 females and two males) were used in this study. The female goats were divided into two goups of ten animals for control group (without mineral supplementation) and twenty animals for treatment group (mineral supplementation). Feed given were roughages (King grass, setaria grass, leucaena, glirisidia) and concentrate, restrictively. From the beginning of trial until 3 months of pregnancy animals were given 3 kg of roughages. In the late pregnancy until lactation period the animal were given 4 kg roughages and 300 g/h/d concentrate. Each animal was mated naturally and weighed every month. The pregnant does were penned individually until the end of the trial. The result of observation in the field showed that the 2 animals (20%) from control group were not pregnant meanwhile all the animals (100%) of treatment group were pregnant. The initial mean of bodyweight of control and treatment were and kg, and at late pregnancy (5 months) were 31 and 32 kg, with BWG for 5 months were 7.05 and 7.65 kg. The improvement of bodyweight at lactation periods for control and tretmeant were 1 and 2 kg, respectively. The number of kids born and birth weight were 12 kids (120%) and 3.15 kg; 29 kids (145%) and 3.38 kg for control and treatment respectively. The treatment did not influence sex types of kids but improved the mean weaning weight of kids (11.5 vs 12.8 kg). The mortalities of does and kids were not found in this trial. It is concluded that the supplementation of mineral block enriched with Zn improved the number of pregnant animals and the number of kids born, improved the bodyweight at birth and weaning kids, also eliminated the mortality of animals at farmer s level. Key Words: Mineral Block, Productivity, PE Goats, Farmer s Level ABSTRAK Kambing Peranakan Etawah (PE) telah banyak dipelihara untuk produksi bibit atau daging, dan juga untuk produksi susu, diantaranya oleh Peternakan Adam Farm- Lampung. Untuk itu Balai Penelitian Ternak bekerjasama dengan Peternakan Adam Farm melakukan penelitian kemitraan pengaruh suplementasi mineral blok terhadap produktivitas kambing PE. Sebanyak 30 ekor kambing betina dara dan dua ekor jantan dewasa dipergunakan pada percobaan ini, yang dibagi atas dua kelompok. Kelompok kontrol (tanpa suplementasi mineral blok) sebanyak 10 ekor dan kelompok perlakuan (suplementasi mineral blok yang diperkaya dengan Zn) sebanyak 20 ekor. Pakan yang diberikan adalah hijauan (rumput gajah, rumput setaria, lamtoro, glirisidia) dan konsentrat secara terbatas. Dari awal pengamatan sampai ternak berstatus bunting 3 bulan diberikan hanya hijauan. Pada saat ternak bunting tua sampai laktasi diberikan 4 kg hijauan dan 300 g/ek/h konsentrat. Ternak dikawinkan secara alam dan ditimbang setiap bulan. Ternak yang bunting dikandangkan secara individu sampai akhir pengamatan. Hasil pengamatan di lapang ternyata pada kelompok kontrol ada 2 ekor ternak (20%) tidak bunting sedangkan kelompok perlakuan semua ternak bunting (100%). Rataan bobot badan awal ternak masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 24,05 dan 24,35 kg, dan saat bunting 5 bulan adalah 31 dan 32 kg, dengan PBB selama 5 bulan untuk kontrol dan perlakuan adalah 7,05 dan 7,65 kg. Peningkatan bobot badan ternak selama laktasi masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 1 dan 2 kg. Jumlah anak lahir dan bobot lahir untuk kontrol dan perlakuan adalah 12 ekor (120%) dan 3,15 kg; 29 ekor (145%) dan 3,38 kg. Perlakuan tidak mempengaruhi jenis kelamin anak namun meningkatkan rataan 387

2 bobot sapih (11,5 vs 12,8 kg). Tidak ditemukan kematian induk maupun anak. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi mineral blok yang diperkaya dengan Zn dapat meningkatkan jumlah induk bunting dan jumlah anak lahir, meningkatkan bobot badan anak lahir dan sapih, serta mengeliminasi kematian ternak di tingkat peternak. Kata Kunci: Mineral Blok, Produktivitas, Kambing PE, Tingkat Peternak PENDAHULUAN Kambing perah selain sebagai sumber produksi susu, juga dapat digunakan sebagai penghasil daging. Akan tetapi tingkat produktivitas kambing perah di Indonesia relatif masih rendah. Tingginya tingkat kematian anak kambing pada fase prasapih serta rendahnya laju pertambahan bobot hidup merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap daya tahan anak menurun. Kambing perah di Indonesia memiliki produksi susu relatif rendah sekitar 0,45 2,2 l/hari dan kematian anak prasapih cukup tinggi sekitar 33 53% (SUTAMA et al., 1996). Hal ini mungkin akibat dari rendahnya manajemen pemeliharaan induk selama kebuntingan. Untuk dapat mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan, maka diperlukan zat gizi agar dapat mengekspresikan aspek genetik yang dimiliki. Oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas perlu dilakukan terutama terhadap pemberian pakan. Tersedianya zat-zat pakan yang optimal dan bermutu selama masa kebuntingan merupakan faktor penting bagi keberhasilan induk dalam memelihara kebuntingan, melahirkan dan menyusui anaknya. Pada periode kebuntingan keadaan fisiologis dan metabolisme induk bunting akan bergeser ke arah untuk penyimpanan cadangan zat-zat makanan dalam tubuh sebagai persediaan yang dapat dimobilisasi pada saat menyusui ketika kebutuhan untuk sintesis air susu jauh melebihi kemampuan induk untuk makan (ISDONI et al., 1996). Dalam penyusunan ransum hal yang paling diperhatikan adalah kecukupan akan energi maupun protein. Disamping itu faktor mineral terutama mikromineral sering terabaikan. Ketersediaan pakan yang sangat fluktuatif serta kualitas hijauan tropis yang rendah, menyebabkan ketersediaan makro dan mikro mineral pada pakan hijauan di Indonesia masih sangat kurang (LITTLE et al., 1989). Makro dan mikromineral memegang peranan penting dalam proses metabolisme dan fisiologik ternak. Mineral ini mutlak diperlukan, walaupun ada yang dalam jumlah sedikit. (UNDERWOOD, 1981; PAIK, 2001). Makromineral yang esensial untuk ternak adalah Ca, P, Mg, K, Na, S sedangkan mikromineral adalah Zn, Cu, Fe, Mn, Se, Co dan Mo (UNDERWOOD, 1981). Selain kecukupan nutrien dan kualitas, juga yang tidak kalah pentingnya adalah keseimbangan dari protein-energi, mineral dan vitamin yang terkandung dalam pakan. Salah satu faktor penyebab menurunnya produktivitas akibat rendahnya energi, protein dan mikromineral dalam kurun waktu lama dan terus menerus dan juga akan berakibat pada penurunan genetik potensial. Kejadian penyakit yang sering muncul di sekitar partus berupa gangguan metabolisme maupun penyakit infeksi akibat ketidakmampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan atau mempertahankan homeostasis (GOFF dan HERST, 1997). Faktor stres fisiologis yang sering terjadi di sekitar partus disertai meningkatnya kadar hormon glukokortikoid/ kortisol dalam serum darah. Disamping faktor di atas menurunnya daya tahan juga akibat menurunnya nafsu makan karena volume rumen makin menurun dengan membesarnya fetus, serta ketidakseimbang protein-energi, mineral dan vitamin. Hormon glukokortikoid meningkatkan pembentukan metalotionin dalam jaringan dan di sertai menurunnya kadar Zn dalam plasma darah. Disamping itu adanya luka, trauma dan kesulitan saat partus juga menyebabkan menurunnya kadar Zn dalam darah (UNDERWOOD, 1997). Pemberian suplementasi konsentrat dan suplementasi mineral dalam pakan mampu meningkatkan produksi susu pada sapi laktasi (SUKARINI, 2000) dan mampu meningkatkan bobot lahir pada anak (PUTRA, 1999). Suplementasi mineral Zn mampu meningkatkan produktivitas kambing PE (WIDHYARI, 2005). 388

3 Oleh karena itu, perbaikan pakan dengan penambahan suplementasi mineral yang diperkaya dengan Zn diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan meningkatkan sistem kekebalan. Pada penelitian ini diamati respon suplementasi mineral blok yang diperkaya dengan Zn terhadap produktivitas kambing PE di tingkat peternak. MATERI DAN METODE Percobaan di tingkat peternak dilakukan di Peternakan Adam Farm, Kalianda Lampung Selatan. Penelitian menggunakan kambing perah Peranakan Etawah fase bunting sampai laktasi. Penelitian dilakukan selama 8 bulan meliputi lima bulan kebuntingan dan tiga bulan setelah partus (masa laktasi). Ternak yang digunakan adalah 30 ekor kambing PE betina dara dan 2 ekor jantan dewasa dengan bobot hidup sekitar kg ditempatkan secara acak dalam kandang individu. Pada percobaan ini kambing dibagi dalam dua kelompok. Kelompok I (kontrol tanpa suplementasi mineral blok) sebanyak 10 ekor dan kelompok II (suplementasi dengan mineral blok) sebanyak 20 ekor. Air minum tersedia secara bebas. Ternak kambing diseragamkan birahinya. Ternak yang birahi dikawinkan dengan pejantan yang sudah dipersiapkan. Hijauan pakan yang diberikan adalah campuran rumput gajah/raja, rumput setaria, glirisidia dan kaliandra. Daun glirisidia dan lamtoro sebelum diberikan ke ternak dilayukan terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk mengurangi pengaruh senyawa sekunder dalam daun tersebut. Pakan hijauan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Konsentrat yang digunakan adalah Giri Tani -03 yang diperoleh dari Balitnak, Ciawi yang diberikan di pagi hari sebanyak 300 g/hari/ekor dari saat ternak bunting 3 bulan sampai laktasi 3 bulan. Mineral blok disiapkan dengan cara mencampur garam, kapur, semen, premix B (mengandung mineral makro dan mikro serta Vitamin) dan Zn biokompleks. Campuran selanjutnya dicetak dan ditengahnya diberi lubang untuk memasang tali agar dapat digantungkan di kandang. Parameter yang diamati yaitu produktivitas ternak yang meliputi bobot hidup induk, bobot bunting, jumlah ternak bunting, bobot laktasi, jumlah anak, bobot lahir anak, bobot sapih, jenis kelamin anak, dan tingkat kematian anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan Komposisi nutrien rumput raja, rumput setaria, glirisidia, lamtoro dan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa daun glirisidia dan daun lamtoro mengandung protein kasar yang cukup tinggi masing-masing adalah 25,40 dan 22,01%. Kadar Ca dan P dalam legum lebih tinggi daripada kadar Ca dalam rumput. Sedangkan kadar Zn dalam rumput dan legum berkisar antara mg/kg. Pakan yang berupa hijauan (rumput raja/gajah, rumput setaria, gamal, lamtoro) diberikan selama penelitian adalah terbatas. Keterbatasan pakan yang diberikan dikarenakan kondisi lapang yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan pakan Table 1. Komposisi kimia rumput, legume dan konsentrat ransum percobaan Komposisi Rumput Raja Rumput Setaria Glirisidia Lamtoro Konsentrat Bahan kering (%) 21,12 15,02 28,57 20,45 63,45 Protein kasar (%) 10,24 13,50 25,40 22,01 15,70 Ca (%) 0,30 0,28 1,28 1,30 0,95 P (%) 0,18 0,14 0,30 0,28 0,46 Zn (mg/kg) Energi kasar (kal/g)

4 secara ad libitum. Dari awal pengamatan sampai kambing bunting 3 bulan, pakan yang diberikan adalah hijauan (campuran rumput dengan legum) sebanyak 3 kg tanpa konsentrat. Setelah umur kebuntingan memasuki bulan ke- 4 sampai akhir laktasi pemberian pakan ditingkatkan yaitu 4 kg dengan tambahan konsentrat sebanyak 0,3 kg. Konsumsi nutrien ransum harian seperti tertera pada Tabel 2, dengan ratan pemberian setiap harinya rumput raja 40%, rumput setaria 20%, gamal 20% dan lamtoro 20%. Ternak kontrol dan perlakuan dari awal dikawinkan sampai bunting 3 bulan hanya mengkonsumsi rumput dan legum dalam jumlah yang sama. Rataan konsumsi bahan kering sebesar 828 g/hari, sekitar 3,33 3,44% dari bobot hidup. Hal ini sesuai yang disarankan oleh KEARL (1982). Rataan konsumsi protein dan energi masing-masing adalah 138 g/ekor dan 2455 kal/kg. Konsumsi harian protein kasar sebesar 138 g/ekor diperoleh dari daun glirisidia dan lamtoro, yang kandungan proteinnya tinggi masing-masing 25,40 dan 22,41%. Daun glirisidia dan lamtoro merupakan sumber protein hijauan. RICHARDS et al. (1994a) mengantikan konsentrat dalam ransum kambing yang sedang tumbuh dengan 25% daun gamal. Demikian pula campuran daun lamtoro dan gamal digunakan untuk menggantikan konsentrat pada kambing yang sedang laktasi (RICHARDS et al.1994b). SUPRIYATI et al. (1995; 1997) menggantikan rumput dengan daun glirisidia pada domba yang sedang berproduktivitas ternyata pemberian daun glirisidia sampai 100% tidak memberikan efek negatif terhadap produksi ternak. Pemberian hijauan berupa daun glirisidia yang telah dilayukan, dimana daun glirisidia mengandung senyawa kumarin SUTIKNO dan SURPIYATI (1995), pada percobaan ini ternyata tidak berdampak negatif pada ternak. Pada saat ternak dalam status bunting tua sampai laktasi untuk ternak perlakuan dan kontrol ditambahkan konsentrat sebanyak 300 g/ekor, dengan demikian konsumsi harian bahan kering untuk semua ternak adalah 1041 g/ekor/hari ( % Bobot hidup). Konsumsi protein kasar ternak penelitian sebesar 175g/ekor/hari dengan energi berkisar antara 3066 kal/g. Pakan yang dikonsumsi tanpa konsentrat namun protein yang dikonsumsi cukup tinggi dikarenakan adanya daun lamtoro dan glirisidia sebagai sumber protein. Pertambahan bobot hidup induk Jumlah induk bunting untuk ternak kontrol dan suplementasi mineral blok masing-masing adalah 8 ekor (80%) dan 20 ekor (100%). Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi mineral blok dapat meningkatkan jumlah ternak bunting. Ada 2 ekor ternak kontrol yang tidak bunting, dianjurkan ternak tersebut untuk dijual. Perubahan bobot induk pada periode kebuntingan dan awal laktasi disajikan pada Tabel 3. Pada awal penelitian ternyata bahwa rata-rata bobot hidup induk pada kelompok I (kontrol) sekitar 25,32 kg, kelompok II (Suplementasi mineral blok) sekitar 25,38 kg. Rataan bobot hidup awal ternak masingmasing untuk kontrol dan perlakuan suplementasi adalah 24,05 dan 24,35 kg/ekor. Dari mulai bunting 1 bulan sampai bunting 5 bulan tidak terdapat perbedaan pertambahan bobot hidup antara kontrol dan perlakuan (7 vs 7,6 kg), namun ada kecenderungan pada ternak perlakuan laju pertumbuhannya lebih tinggi, dimana bobot induk saat bunting 5 bulan masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 31 dan 32 kg. Rataan pertambahan bobot hidup domba muda ke saat kawin yang mencapai 7 kg/ek ini sejalan dengan hasil penelitian SUPRIYATI et al. (1995) yang melaporkan bahwa pemberian daun glirisidia (25%) pada ransum domba muda meningkatkan bobot hidup sebesar 7 kg. Table 2. Konsumsi nutrien ransum ternak selama penelitian Status fisiologis ternak Bahan kering (g/hari) Protein kasar (g/hari) Energi kasar (kal/g) Awal bunting 3 bulan Bunting 3 bulan laktasi

5 Tabel 3. Perubahan bobot hidup ternak selama percobaan Parameter Kontrol Perlakuan Jumlah ternak (ekor) Jumlah ternak bunting (ekor) 8 20 Bobot ternak (kg) Awal 24,05 24,35 Bunting 1 bulan 24,5 24,76 Bunting 2 bulan 25,0 25,23 Bunting 3 bulan 25,5 26,25 Bunting 5 bulan Pertambahan bobot hidup awal bunting 5 bulan (kg) 7,05 7,65 Bobot ternak (kg) Laktasi 1 bulan 25,0 24 Laktasi 2 bulan 25,5 25,5 Laktasi 3 bulan Pertambahan bobot hidup selama laktasi (kg) 1,0 2,0 Rataan bobot hidup induk saat laktasi 1 bulan masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 25 dan 24 kg, namun pada saat laktasi 2 bulan bobot hidup induknya sama yaitu 25,5 kg. Pada saat laktasi 3 bulan bobot hidup induk untuk kontrol dan perlakuan tidak beda 26 kg. Hal ini menunjukkan bahwa pada ternak perlakuan, ternak mempunyai kemampuan untuk merekoveri bobot hidupnya setelah melahirkan. Dengan adanya pertambahan bobot hidup selama laktasi menunjukkan bahwa pakan dasar yang diberikan cukup baik. Pakan kontrol dan perlakuan dapat meningkatkan bobot hidup induk selama bunting maupun laktasi. Suplementasi mineral blok tidak memperlihatkan perubahan secara nyata (P > 0,05). Namun pada kelompok yang mendapatkan mineral blok peningkatan bobot hidupnya mulai dari periode dikawinkan sampai dengan bunting tua lebih tinggi dibandingkan kontrol. Peningkatan bobot hidup pada saat bunting disebabkan karena adanya pertumbuhan fetus di dalam kandungan, dan adanya pertumbuhan serta perkembangan kelenjar ambing untuk mempersiapkan produksi susu. Peningkatan bobot hidup induk selama bunting pada kelompok suplementasi mineral akibat nutrisi induk lebih banyak digunakan untuk perkembangan fetus terlhat dari bobot akhir anak lebih tinggi pada kelompok ini. Walaupun tidak nyata namun direkomendasikan bahwa pemberian mineral pada ransum kambing pada periode bunting sebaiknya diberikan. Pertambahan bobot hidup induk pada kelompok suplementasi mineral setelah melahirkan atau awal laktasi sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa suplementasi. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan lebih tingginya produksi susu yang dihasilkan pada kelompok suplementasi mineral mengakibatkan terjadi mobilisasi cadangan nutrien dari tubuh. Pada awal laktasi untuk produksi susu akan terjadi mobilisasi cadangan tubuh dengan memanfaatkan lemak atau protein tubuh sebagai sumber energi sehingga belum terlihat pertambahan bobot hidup yang berarti. Hal ini terjadi karena kebutuhan yang meningkat secara tiba-tiba tanpa diimbangi dengan asupan yang cukup. Tingkat kematian induk Tingkat kematian induk selama penelitian terjadi setelah bunting 3 bulan sampai laktasi untuk kontrol dan perlakuan adalah 0%. Selama penelitian terlihat bahwa kedua kelompok tidak memperlihatkan adanya gangguan penyakit di sekitar periode partus 391

6 ataupun seminggu setelah partus. Dari percobaan ini ternyata tidak ditemukan adanya kematian induk. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen yang meliputi kebersihan kandang dan pakan yang diberikan cukup baik. Bobot lahir dan jumlah anak Rataan induk bunting, jumlah anak, jenis kelamin, bobot lahir anak, disajikan pada Tabel 4. Jumlah induk melahirkan untuk ternak kontrol dan suplementasi mineral blok masingmasing adalah 8 dan 20 ekor. Ada 2 ekor ternak kontrol yang tidak bunting, dianjurkan ternak tersebut untuk dijual. Tidak terlihat perbedaan jumlah anak/induk, jenis kelamin antar kelompok perlakuan akan tetapi ada kecenderungan pada kelompok suplementasi mineral bobot anak yang dilahirkan lebih tinggi. Bobot hidup anak yang lebih tinggi pada suplementasi mineral mungkin ada hubungannya dengan perubahan biokimiawi darah sebagai pemasok kebutuhan nutrien fetus selama kebuntingan. Seng berperan dalam membantu metabolisme karbohidrat, protein dan lemak sehinga efisiensi kecernaan pakan lebih tinggi. Pemberian mineral dalam pakan tidak mempengaruhi jumlah anak maupun jenis kelamin anak yang dilahirkan. Table 4. Perubahan bobot hidup dan tingkat kelahiran ternak kontrol dan perlakuan Parameter Kontrol Perlakuan Jumlah induk (ekor) Jumlah induk 8 20 melahirkan (ekor) Jumlah anak (ekor) Jantan 5 14 Betina 7 15 Tingkat kelahiran 1,50 1,45 Bobot lahir jantan (kg) 3,30 3,65 Bobot lahir betina (kg) 2,80 3,10 Rataan bobot lahir (kg) 3,15 3,38 Bobot sapih jantan (kg) 12,0 13,2 Bobot sapih betina (kg) 11,0 12,4 Rataan bobot sapih (kg) 11,5 12,8 Jumlah anak sekelahiran seekor ternak tergantung pada jumlah ovum yang diovulasikan, pembuahan dan kemampuan hidup embrio. Disamping itu jumlah anak juga tergantung pada bangsa ternak, induk, nutrisi dan lingkungan (HULET dan SHELTON, 1980 dalam ADRIANI, 2003). Rataan bobot lahir anak pada kelompok kontrol adalah 3,15 kg sedangkan pada kelompok perlakuan adalah 3,38 kg. Bobot anak jantan lebih besar dibanding anak betina. Rataan bobot hidup masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 3,30 dan 3,65 kg untuk anak jantan. Untuk anak betina bobot hidupnya lebih kecil masing-masing yaitu 2,80 dan 3,10 kg untuk kontrol dan perlakuan. Bobot lahir anak yang cenderung lebih besar pada kelompok perlakuan kemungkinan dipengaruhi oleh kemampuan induk untuk memberi nutrisi kepada fetus lebih efisien. Nutrien yang diberikan selama kebuntingan lebih banyak digunakan untuk perkembangan fetus dan terlihat juga lebih berpengaruh banyak terhadap pertumbuhan induk selama bunting. Rataan bobot sapih lebih besar pada kelompok perlakuan yaitu 12,8 kg, sedangkan bobot sapih ternak kontrol adalah 11,5 kg. Sejalan dengan lebih besarnya bobot lahir anak jantan, maka bobot sapih jantan juga lebih besar dibanding bobot sapih betina. Bobot sapih jantan masing-masing untuk kontrol dan perlakuan adalah 12 dan 13,2 kg. Sedangkan untuk bobot sapih anak betina adalah 11 dan 12,4 masing-masing untuk ternak kontrol dan perlakuan. Adanya perbedaan bobot hidup sapih disebabkan adanya suplementasi mineral pada ternak. Pada percobaan ini ditambahkan Zn organik pada mineral blok yang berakibat pada tambahnya asupan Zn ke ternak. Diduga produksi susu pada ternak yang memperoleh suplementasi mineral meningkat, sehingga jumlah susu yang dikonsumsi oleh anak lebih banyak. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan ADRIANI (2003) bahwa suplementasi Zn dapat meningkatkan jumlah produksi susu dan meningkatkan volume ambing. Tingkat kematian anak mulai lahir dan lepas sapih untuk kontrol dan perlakuan adalah 0%. Selama penelitian terlihat bahwa kedua kelompok tidak memperlihatkan adanya gangguan penyakit ataupun gejala lainnya. Dengan tidak terjadinya kematian, 392

7 menunjukkan bahwa manajemen yang meliputi kebersihan kandang dan pakan yang diberikan cukup baik. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi mineral blok pada ransum dasar rumput, daun glirisidia dan lamtoro cenderung meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan bobot ternak, anak lahir, jumlah anak dan kenaikan bobot induk pada akhir kebuntingan dan laktasi kambing perah Peranakan Etawah di tingkat peternak. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan ke Bapak Herno dan keluarga serta pemilik Adam Farm Kalinda, Lampung atas kerjasamanya sehingga percobaan ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA ADRIANI Optimalisasi Oroduksi Anak dan Susu kambing Peranakan Etawah dengan Superovulasi dan Suplementasi Seng. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB. GOFF, J.P. and R.L. HERST Physiological Changes at Parturition and Their Relationship to Metabolic Disorders. J. Dairy Sci. 80: ISDONI, H. MAHESWARI dan A. SISMEN Gambaran Nitrogen Urea Darah Kambing Bunting. Media Veteriner. 3(2): KEARL, L Nutrient Requirement of Goats: Angora, Dairy and Meat goats in temperate and tropical Countries. National Academy of Science, Washington DC. LINDER, M.C Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (terjemahan). Penerbit Universitas Indonesia. LITTLE, D.A., SUPRIYATI dan R.J. PETREHAM Mineral composition of Indonesian ruminant forages. Trop. Agric. (Trinidad). 66(1): MACKLE, T.R., D.A, DWYER, K.L. INGVARTSEN, P.Y. CHOUINARD, D.A. ROSS and D.E. BAUMAN Effects of insulin and postruminal supply of protein on use of amino acids by the mammary gland for milk protein synthesis. J. Dairy Sci. 83: PAIK, I.K Applocation of Chelated Minerals in Animal Production. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14: PUTRA, S Peningkatan Performans Sapi Bali Melalui Perbaikan Mutu Pakan dan Suplementasi seng asetat. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB. RICAHARDS, D.E., W.F. BROWN, G. RUEGSEGGER and D.B. BATES. 1994a. Replacement value of tree legumes for concentrates in forages based diet. 1. Replacement value of Glirisidia sepium for growing goats. Anim. feed Sci. Technol. 46: RICAHARDS, D.E., W.F. BROWN, G. RUEGSEGGER, and D.B. BATES. 1994b. Replacement value of tree legumes for concentrates in forages based diet. 1. Replacement value of Leucaena leucocephala and Glirisidia sepium for growing goats. Anim. feed Sci. Technol. 46: SUKARINI, I.A.M Peningkatan Kenerja Laktasi Sapi Bali (Bibos Banteng) Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu pakan. Disertase. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. SUPRIYATI, I G.M. BUDIARSANA, Y. SAEPUDIN dan I- K. SUTAMA Pengaruh pemberian glirisidia secara kontinu terhadap kinerja reproduksi dan produksi domba ekor gemuk: dampak pada perkawinan kedua. JITV 1(1): SUPRIYATI, I G.M. BUDIARSANA dan I-K. SUTAMA Pengaruh pemberian glirisidia secara kontinu terhadap kinerja reproduksi dan produksi domba ekor gemuk: Dampak pada perkawinan kedua. JITV 4(3): SUTAMA, I.K., B. SETIADI dan I W. MATHIUS Pemurnian Bibit Kambing PE untuk Produksi Anak dan Susu. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. SUTIKNO, I. dan SUPRIYATI Kumarin dalam daun glirisidia. Ilmu dan Peternakan. 8(2): UNDERWOOD, E.J Trace Elements in Human and Animal Nutrition. 4 Ed. Academic Press. New York, San Francisco, London UNDERWOOD, E.J The mineral Nutrition of Livestock 2 nd Edition. CAB England. WIDHYARI, S.D Patofisiologi Sekitar Partus pada Kambing Peranakan Etawah: Kajian Peran Suplementasi Zincum terhadap Respons Imunitas dan Prosuktivitas Ternak. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 393

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH (Reproductive Performance of Etawah Grade Goat (PE) Dam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI (Different Level of Protein Content in Concentrate Offered to Etawah Cross Breed Does During

Lebih terperinci

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH (Live Weight Fluctuation of Doe Crossed with Boer from Mating until Weaning Period) FITRA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI (Pre-Weaning Growth of Etawah Crossed Kid Fed with Replacement Milk) THAMRIN. D. CHANIAGO dan HASTONO Balai Penelitian Ternak,PO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK Dian Agustina (dianfapetunhalu@yahoo.co.id) Jurusan Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN (The Growth Performance of Kosta Kids During Preweaning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN Volume 16, Nomor 2, Hal. 51-58 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN Adriani Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH The Influence of add Concentrat with the different Crude Protein

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (The Economics Assessment on Dairy Goat Farm Bussiness) I G.M. BUDIARSANA, TATAN KOSTAMAN dan I-KETUT SUTAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 96 PERTUMBUHAN CEMPE PERANAKAN ETAWAH PASCA SAPIH PADA POLA PEMELIHARAAN SISTEM KANDANG KELOMPOK DAN KANDANG INDIVIDU Oleh: Rahim Aka 1) ABSTRACT The research was conducted to investigate growth of Etawah

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA (Effect of Different Timing Periods of Roughage and Feed Supplement on Body Composition of Local

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan Sulastri Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan

Lebih terperinci

KOMPARASI RESPONS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG DIBERI IMBUHAN BIOPLUS VS SUPLEMENTASI LEGOR

KOMPARASI RESPONS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG DIBERI IMBUHAN BIOPLUS VS SUPLEMENTASI LEGOR KOMPARASI RESPONS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG DIBERI IMBUHAN BIOPLUS VS SUPLEMENTASI LEGOR (Comparation of Milk Production in Dairy Cattle Treated by Bioplus and Supplemented by Legor) M. WINUGROHO 1,

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER (Reproductive Performance of Doe: Boer x Boer, Kacang x Kacang and Boer x Kacang) FERA MAHMILIA Loka Penelitian

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH (Productivity of Kacang Goat at Condition Penned. 1. Birth Weight,

Lebih terperinci

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN (Ideal Body Weight Achieved by FH Heifer Through Improved Feed) YENI WIDIAWATI dan P. MAHYUDDIN Balai Penelitian Ternak, PO BOX

Lebih terperinci

RINGKASAN PENDAHULUAN

RINGKASAN PENDAHULUAN POTENSI SUSU KAMBING SEBAGAI OBAT DAN SUMBER PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN GIZI PETANI ATMIYATI Balai Penelitian Terak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan budidaya ternak kambing sangat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Iswoyo dan Widiyaningrum 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh metode pemberian pakan konsentrat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1 LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1 (Growth Rate of Boer, Kacang and Boerka-1 Goats as Preweaning and Weaning Periods) FERA MAHMILIA, FITRA AJI PAMUNGKAS dan M. DOLOKSARIBU

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT PADA PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI Oleh : 060810228 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,

Lebih terperinci

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN (Reproduction Efficiency of Etawah Grade Ewes in Village Conditions) UMI ADIATI dan D. PRIYANTO Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing

Lebih terperinci

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih pissn 2541-7215 eissn 2541-7223 Tropical Animal Science, Mei 2017, 1(1):1-5 Tersedia online pada http://ejournal.universitasboyolali.ac.id/index.php/tas Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang

Pengaruh Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang Pengaruh Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang Adriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertambahan

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK i 0 b('/ PEMANFAATAN RANSUM AMPAS TEH (Cnnzrllin sinensis) YANG DITAMBAHKAN SENG (Zn) LEVEL BERBEDA TERHADAP REPRODUKSI DAN KONSUMSI KELINCI BETINA PADA SETIAP STATUS FISIOLOGI SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI KHOERUNNISSA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN KHOERUNNISSA.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL

Lebih terperinci

Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas

Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas Pelatihan Teknis Formulator Pakan Ternak Bagi Petugas Kebutuhan Nutrien sesuai Jenis dan Fase Fisiologis TERNAK POTONG Dr.Ir. Idat Galih Permana, MSc Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI YANG DIPRODUKSI DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI KABUPATEN SEMARANG (Performans of Milk Production and

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GLIRISIDIA SECARA KONTINU TERHADAP KINERJA REPRODUKSI DAN PRODUKSI DOMBA EKOR GEMUK : DAMPAK PADA PERKAWINAN KEDUA

PENGARUH PEMBERIAN GLIRISIDIA SECARA KONTINU TERHADAP KINERJA REPRODUKSI DAN PRODUKSI DOMBA EKOR GEMUK : DAMPAK PADA PERKAWINAN KEDUA PENGARUH PEMBERIAN GLIRISIDIA SECARA KONTINU TERHADAP KINERJA REPRODUKSI DAN PRODUKSI DOMBA EKOR GEMUK : DAMPAK PADA PERKAWINAN KEDUA SUPRIYATI, I G. M. BUDIARSANA, dan I-K. SUTAMA Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA (The Efficiency and Persistency

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) M. BAIHAQI, M. DULDJAMAN dan HERMAN R Bagian Ilmu Ternak Ruminasia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas

Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas Kambing Peranakan Etawah (LAPORAN Hibah Bersaing Tahun-1) Dr. Despal, SPt. MSc.Agr Dr. Idat G.

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL

PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL (The Productivity and an Economic Assessment of Goat Milk at Small Scale Farmer Management Conditions) I-G.M. BUDIARSANA Balai

Lebih terperinci

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (Correlation of Body Weight of Does with Length of Pregnancy, Litter Size, and Birth Weight of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 TINGKAT PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING PERSILANGAN (KAMBING KACANG DAN KAMBING BOER) BERDASARKAN TOTAL BOBOT LAHIR, TOTAL BOBOT SAPIH, LITTER SIZE DAN DAYA HIDUP (Productivity of Goat Crosbred (Kacang X Boer)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA SORI B. SIREGAR Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 329 335 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PERAN MASSAGE DAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KADAR LEMAK SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci