BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Bambang Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Kebijakan K3 Perusahaan PT. Ancol Terang Metal Printing Industri adalah industri yang memproduksikan kemasan dari logam dalam melaksanakan aktivitas produksinya, PT. Ancol Terang Metal Printing Industri berkomitmen mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja seluruh karyawan dan pihak berkepentingan yang terkait dengan mitra usaha dan setiap orang yang berada di tempat kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potensial bahaya serta mengendalikan resiko K3 yang timbul akibat aktivitas kerja sampai ke tingkat resiko yang dapat diterima oleh perusahaan 2. Menyediakan alat, peralatan dan lingkungan kerja yang aman dan sehat 3. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal dalam melaksanakan K3 4. Memenuhi peraturan perundangan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sebagai persyaratan minimum K3 5. Mengembangkan komunikasi dengan seluruh pihak berkepentingan dalam rangka memberikan penyandaran penuh terhadap sistem manajemen K3 Upaya-upaya tersebut akan diimplementasikan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dalam manajemen perusahaan serta dilakukan perbaikan dan peningkatan yang berkelanjutan. Tanggung jawab dalam pengelolaan K3 berada pada setiap jajaran pimpinan, yaitu manajer, supervisor dan foreman. Seluruh karyawan bertanggung jawab melaksanakan peraturan K3 sesuai ketetapan perusahaan. 1.2 Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sejak tahun 2003 pusat keselamatan dan kesehatan kerja telah diakreditasi oleh Badan Standarisasi Nasional sebagai laboratorium penguji, dan telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 sejak tahun 2009 serta memiliki berbagai fasilitas dan sarana pendukung antara lainsumber daya manusia yang kompeten, laboratorium yang 6
2 terakreditasi oleh KAN laboratorium tersebut dioprasikan oleh para tenaga ahli penguji dalam bidang keselamatan dan Hiperkes. Perkembangan Higiene Industri di Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya, namun perkembangan Higiene Industri di Indonesia yang sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang- Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan. Pokok-pokok tentang Higiene Industri dan kesehatan kerja telah di muat dalam Undang-Undang tersebut, meski tidak atau belum diberlakukan saat itu juga. Selanjutnya oleh Departmen Perburuhan (sekarang Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) pada tahun 1957 didirikan Lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun 1955 berubah jadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh. Dan pada tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higiene Industri didalam aparatur pemerintah menjadi lebih jelas lagi yaitu dengan didirikan Lembaga Higiene Perusahaan (Higiene Industri) dari kesehatan kerja di Kementrian Tenega Kerja dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi umum serta Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Kementrian Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisai swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Jadi jelas bahwa pengembangan Higiene Perusahaan (Higiene Industri) di Indonesia berjalan bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu melalui Institusi, juga dilakukan upaya-upaya melalui penerbitan buku-buku seperti Ilmu Kesehatan Buruh (1965), Ilmu Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (1967), Ergonomi dan Produktifitas Kerja, Majalah Triwulan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial juga buku-buku pedoman Hiperkes dan Keselamatan (semacam penuntun penerapan Hiperkes dan keselamatan Kerja di Perusahaan) serta leaflet tentang panduan kerja di laboratorium Hiperkes dan lainlainyang di sebarluaskan ke seluruh pelosok Tanah Air. Kegiatan lain seperti Seminar, Konvensi, Lokakarya, Bimbingan Terapan Teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja diadakan secara terus-menerus. Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan menyelenggarakan kursus dan latihan didalam negeri, disamping pendidikan formal yang diselenggarakan didalam maupun diluar negeri. 7
3 Dari segi perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Perundangan yang menyangkut Hiperkes yang terdapat didalam Undang-Undang Peraturan Menteri dalam Surat Edaran Menteri telah banyak diterbitkan. Upaya pembinaan Laboratorium Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang dimulai sejak tahun 1973 sampai dengan tahun 1993 telah berdiri 14 Laboratorium Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang terletak di 14 Provinsi Kesehatan Kerja Kesehatan kerja merupakan bagian tak terpisahkan dari kesehatan dan keelamatan kerja (K3) secara keseluruhan yang merupakan bagian dari perlindungan tenaga kerja. K3 akan menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, tenaga kerja yang selalu dalam keadaan sehat, selamat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat mencapai sesuatu tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Upaya kesehatan kerja perlu dilaksanakan karena ditempat kerja terdapat berbagai faktor resiko yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk meningkatkan pelaksanaan upaya-upaya K3 bidang kesehatan kerja diperlukan pembinaan yang lebih intensif bagi semua pelaku di tempat kerja untuk melaksanakan upaya-upaya K3 bidang kesehatan kerja yang meliputi: 1. Penyelenggaraan pelayanaan kesehatan kerja. 2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan diagnosa penyakit akibat kerja. 3. Pelaksanaan P3K di tempat kerja yang meliputi personil dan fasilitas P3K di tempat kerja. 4. Gizi kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja (kantin dan perusahaan catering pengelola makanan bagi tenaga kerja). 5. Personil bidang kesehatan kerja (dokter perusahaan, dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, paramedis perusahaan, petugas dan pengelola perusahaan catering bagi tenaga kerja, petugas P3K). 6. Program pencegahan dan penanggulangan di tempat kerja (HIV dan AIDS). 8
4 1.2.2 Faktor Pengaruhi Kesehatan Tenaga Kerja Dalam usaha mencapai tujuan kesehatan tenaga kerja guna mendapatkan tenaga kerja yang produktif dan mempunyai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya perlu adanya keseimbangan yang serasi diantara faktor-faktor sebagai berikut: 1. Beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban dari pelakunya. Beban kerja tersebut antara lain: a. Beban fisik: seperti pada mengangkat, memikul, menempa (pandai besi) dan lain-lain. b. Beban mental: seperti pada manajer, pengusaha, dan lain-lain. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannyan dengan bebean kerja. Pada umumnya mereka hanya mampu memikul beban sampai batas tertentu, efisiensi dan produktivitas kerja sangat ditentukan oleh tingkat beban optimal seorang tenaga kerja. Untuk menempatkan tenaga kerja pada pekerjaan yang tepat. Tepat atau tidaknya suatu penempatan ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada tenaga kerja seperti bakat, kecocokan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya. 2. Beban tambahan dari lingkungan kerja Suatu pekerjaan pada umumnya dilakukan dalam suatu lingkungan atau keadaan yang dapat memberikan beban tambahan pada jasmani atau rohani tenaga kerja. Secara garis besar faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja meliputi faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi atau faktor psikososial. 3. Kapasitas kerja Kapasitas kerja seseorang sangat di pengaruhi oleh keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan kesehatan, tingkat gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh atau anthropometri. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan tenaga kerja serta agar produktivitas meningkat, maka upaya kesehatan kerja yang dilakukan adalah optimalisasi beban kerja, pengendalian lingkungan kerja dan peningkatan kapasitas kerja. 9
5 1.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja 1. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja a. Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja) adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. b. Periksaan kesehatan berkala (periodik) adalah pemeriksaa kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. c. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. 2. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja a. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja awal (sebelum kerja) ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggitingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya dan dijamin. b. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik) dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencagahan. c. Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruhpengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongangolongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan untuk memenuhi 2 (dua) kebutuhan antara sebagai berikut: 1. Untuk mendiagnosa dan memberika terapi bagi tenaga kerja yang menderita penyakit umum. Bagi Negara-Negara yang sudah maju, hal seperti ini dilakukan oleh asuransi. 10
6 2. Untuk mengadakan pencegahan dan mendiagnosa penyakit akibat kerja serta menetukan derajat kecacatan. Hal tersebut dilakukan oleh dokter pemerksa ksehatan tenaga kerja atau dokter yang mempunyai keahlian dibidang kesehatan atau kedokteran kerja. 3. Prosedur dan mekanisme pemeriksa kesehatan tenaga kerja Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh lembaga dan personil yang mempunyai kompetensi. Personil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan. Sedangkan lembaga pemeriksa kesehatan tenaga kerja dapat dilaksanakan oleh pelayanan kesehatan kerja di dalam perusahaan atau di luar persahaan yaitu perusahaan jasa bidang pemeriksaan atau pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja. Sebelum dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja melaksanakan pemeriksaan kesehatan maka harus membuat perencanaan dan pedoman pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan kesehatan diharapkan dalam pelaksanaan tidak mengganggu kelancaran proses produksi. Sedangkan pedoman pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan jenis pemeriksaan kesehatan yang harus didasarkan pada unit kerja dan faktor resiko yang ada di tempat kerja, sehingga akan diketahui jenis pemeriksaan dan jumlah yang diperiksa. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja atau awal yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Anamensis atau interview. 2. Pemeriksaan klinis: pemeriksaan mental, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorioum rutin, pemeriksaan rongen dada dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk melihat dan menilai kondisi kesehatan tenaga kerja dikaitkan dengan jenis dan sifat pekerjaan yang akan dikerjakannya, misalnya: alergi test, spirometer test, buta warna dan lan-lain. Pemeriksaan kesehatan berkala atau periodik menurut ketentuan dalam peraturan perundangan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dilakukan setahun sekali, sesuai dengan faktor tingkat bahaya yang mengancam terhadap kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan atau dokter pemeriksaan dapat menetukan lamanya diadakan pemeriksaan kesehatan berkala (lebih dari satu kali dalam setahun). Data-data hasil pemeriksaan 11
7 kesehatan berkala atau periodik dapat digunakan untuk menemukan atau menetukan adanya kapasitas kerja dan menegakan diagnosis penyakit akibat kerja. Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi anamesis (interview), pemerisaan klinik (fisik dan mental) dan pemeriksaan laboratorium rutin (darah, urin, dan feces) dan rongen dada serta pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan. pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai pekerjaan setelah melakukan pekerjaan dan untuk menilai kemungkinan pemajanan faktor berbahaya dilingkungan kerja. Pemeriksaan kesehatan khususnya dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap: 1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih 2 (dua) minggu. 2. Tenaga kerja yang berusia 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu. 3. Tenaga yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja atau atas penilaian pusat bina Hyperkes dan keselamatan kerja dan balai-balainya atas pendapat umum di masyarakat Penyakit Akibat Kerja Terdapat 2 (dua) istilah terkait dengan penyakit yang berhubungan dengan hubungan kerja (PAK) atau uccopational diseases dan penyakit akibat hubungan kerja (PAHK) atau Work related diseases. 1. Penyakit Akibat Kerja (Occupational Diseases) Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Defenisi PAK menurut ILO tahun 1996: Penyakit akibat kerja (occupational diseases) yaitu penyakit yang diderita sebagai akibat pemajanan terhadap faktor-faktor esiko yang timbul dari kegiatan bekerja. 2. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) atau Work Related Diseases 12
8 Penyakit akibat hubungan kerja (Work related diseases) atau penyakit terkait kerja, yaitu penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau diperberatkan oleh pekerjaaan. Dalam hal ini faktor pekerjaan bukan menjadi penyebab dasar, penyebab dasarnya diperoleh di luar tempat kerja sedangkan faktor di tempat kerja hanya memperberat atau memicu timbul atau kekambuhannya, sehingga penyebabnya sering terdiri dari beberapa faktor (multi faktor). Dengan demikian terdapat 2 (dua) kelompok penyakit yang berhubungan dengan pekerjaanyang harus dibedakan, yaitu penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit terkait kerja. PAK adalah penyakit yang secara jelas semata-mata disebabkan oleh penyebab dari pekerjaan atau lingkungan kerja. Sedangkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah penyakit yang menyebabkan utama atau penyakit dasarnya bukan faktor pekerjaan atau lingkungan kerja, tetapi dapat diperberat olehnya. Ada beberapa faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja, antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Fisika Faktor Fisika misalnya kaarena suara yang tinggi atau bising bisa menyebabkan ketulian, temperatur atau suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat misalnya: hyperpireksi, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke, yang hal ini diakibatkan oleh keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang berlebihan dari tubuh tenaga kerja. Faktor Fisika lain adalah radiasi sinar elektromagnetik misalnya: sinar infra merah menyebabkan katarak, ultra violet menyebabkan conjungtivitis. Tekanan udara yang tinggi menyebabkan caisson s diseases, penerangan mempengaruhi daya penglihatan dan getaran menyebabkan reynaud sdiseases (penyempitan pembuluh darah). 2. Faktor Kimia Di dalam berbagai jenis industri misalnya industri pupuk, pestisida, kertas, pengolahan minyak, gas bumi, obat-obatan dan lain sebagainya, banyak yang mempergunakan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memperoduksi bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan bahaya misalnya kebakaran, peledakan, iritasi dan keracunan. Dilaporkan terdapat 70% penyakit akibat kerja disebabkan oleh bahan kimia yang masuk melalui pernafasan, kulit 13
9 maupun termakan. Bahan kimia tersebut dapat berupa zat padat, cair, gas, uap maupun partikel. Masuknya bahan kimia kedalam tubuh dapat secara akut maupun kronis. Keracunan akut sebagai akibat absorbsi bahan kimia yang dalam jumlah besar dan waktu yang pendek dapat berupa keracunan gas, karbon monoksida. (CO), asam cianida (HCN). Keracunan kronis adalah absorbsi zat kimia dalam jumlah sedikit tetapi dalam waktu yang lama, dapat beruba keracunan benzene, uap pb yang dapat berakibat leukemia, keracunan zat karsinogenik apat menyebabkan kanker. 3. Faktor Biologi Berbagai faktor biologi misalnya virus bakteri, parasit, dan lain-lain, dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Dilaporkan adanya pekerja yang menderita penyakit malaria, tbc, pada pekerja di lapangan dan produksi. 4. Faktor Fisiologi (Ergonomi) Akibat posisi kerja atau cara kerja yang salah seperti bekerja dengan membungkuk akan menyebabkan sakit otot, sakit pinggang dan cidera punggung, juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Pada kontruksi mesin yang kurang baik juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja. 5. Fakor Psikososial Berbagai keadaan misalnya suasana kerja yang monoton, hubungan kerja yang kurang baik, upah yang kurang, tempat kerja yang terpencil dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yaitu menimbulkan stress yang manifestasinya antara lain berupa perubahan tingkah laku, tidak bisa membuat keputusan, tekanan darah meningkat, yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya penyakit lain atau terjadinya kecelakaan kerja. Deteksi penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau dilakukan kesehatan dan pemantauan atau monitoring lingkungan kerja terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Pemantauna lingkungan kerja dapat dilengkapi dangan pemeriksaan kadar pejanan di dalam tubuh tenaga kerja yang dapat di ukur dari sampel darah, urine, rambut dan kuku. Pemantauan lingkungan kerja harus dilakukan melalui pengukuran kuantitatif dengan peralatan lapangan atau analisa laboratorioum agar diperoleh 14
10 data yang obyektif. Kadang kala pemantauan lingkungan kerja dapat dilakukan secara subyektif. 2.3 Faktor Bahaya di Lingkungan Kerja Tempat kerja dikenal sebagai lingkungan yang mengandung berbagai sumber bahaya dan mengancam keselamatan dan kesehatan pekerjaan. Berangkat dari kenyataan tersebut maka ditetapkanlah syarat-syarat keselamatan kerja pada Undang- Undang (UU) No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja yang salah satu isinya mengamanahkan agar dilakukan pencegahan dan pengendalian suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. Lebih jauh lagi, UU ini mengamanahkan dilakukan pencegahan dan pengendalian Penyakit Akibat Kerja (PAK). Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 yang berisi sebagai berikut: Menimbang: 1. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. 2. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. 3. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. 4. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya membina normanorma perlindungan kerja. 5. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-Undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industri, teknik dan teknologi. 15
11 Mengingat: 1. Pasal-pasal 5, 20 dan 27 Undang-Undang Dasar Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuanketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912). Faktor-fakor sumber bahaya yang didefinisikan dalam lingkup hygiene industri termasuk faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. 1. Faktor Bahaya Fisika Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Kemenaker) Nomor: KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, mendefinisikan faktor fisika sebagai faktor didalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, dan sinar ultra ungu. 2. Faktor Kimia Faktor kimia adalah salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja. Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk memahami faktor kimia ditempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data Sheet (MSDS). Berdasarkan sifat bahan kimia di lingkungan kerja, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Bahan bersifat partikel (awan, asap, kabut, dan fume) yang menurut sifatnya digolongkan menjadi: i. Perangsang (Kapas, Sabun). ii. Toksik (Partikel Pb, As, Mn). iii. Penyebab Fibrosis (debu, asbes, quarst). iv. Penyebab Demam (fume). v. Inert (Al, Kapur, dan Lain-lain). 16
12 b. Bahan-bahan non partikel (gas dan uap) yang berdasarkan pengaruh fisiologisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: i. Aspisian (N2, CO2). ii. Perangsang (HCL, H2S). iii. Racun Organik dan Non Organic (Nikel, Carbonyl). iv. Bahan kimia yang mudah menguap. v. Merusak Alat-alat Tubuh (CCL4). vi. Brefek anaesthesia. vii. Merusak Susunan Darah (Benzene). viii. Merusak Syaraf (Parathion). ix. Iritan dan Bahan-bahan Korosif terhadap Jaringan. 3. Faktor Biologi Sumber bahaya dari faktor biologi atau biological hazards (biohazard) bersifat sagat kompleks. Banyak dari faktor biologi ini berasal dari paparan organisme atau zat yang dihasilkan organisme di tempat kerja. Pekerjaan dengan resiko tinggi terpapar faktor biologi dan agrikultur. Selain itu paparan faktor biologi juga dapat berupa penyebaran penyakit menular sesama pekerja. Misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau,bagasosis pada pekerja-pekerja yang menghirup debu-debu organik, misalnya pada pekerja gandum (aspergillus). Demikian juga grain asma sporotrichisis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur. Nilai ambang batas untuk faktor biologi yaitu menggunakan BEI s yaitu Biological Exposure Indexs dari ACGIH. 4. Faktor Bahaya Ergonomi Yaitu keserasian dan kesesuaian tempat kerja, posisi kerja berdiri, duduk dan postur tubuh dalam melakukan pekerjaan. faktor ergonomi telah diatur di dalam PMP 7 tahun Kerja terus menerus dari suatu otot sekalipunbersifat dinamika, selalu diikiuti dengan kelelahan yang perlu istirahat untuk pemulihan Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja. Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan refleksi, abduksi, supinasi dan lain-lain. Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu kesatuan 17
13 berkembanglah ilmu Biomekanik, yaitu tentang gerakan otot dan tulang yang diharapkan agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat dicapai hasil yang sebesarbesarnya. Biomekanika memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang gerakangerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, dan jari-jari. a. Bahan-Bahan Berbahaya Bahan-bahan berbahayanya adalah sebagai berikut: 1. Bahan Kimia di Tempat Kerja Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja. Bahanbahan kimia yang digunakan tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, untuk pembersih, bahan bakar untuk energi proses atau produk samping. Banyak bahan kimia yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan kita dengan cara-cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari beberapa bahan kimia bisa secara perlahan atau mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Tempat Penyimpanan Bahan Kimia Cair Seperti gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1Penempatan Bahan Kimia Cair. (Sumber : PT. Ancol Terang Metal Printing Industri) 18
Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7
Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7 PEKERJA KELUARGA KOMUNITAS/ WILAYAH Penyebab Kematian yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 1999) Kanker 34% 5% 15% Kecelakaan 25% 34% Peny. Sal. Pernafasan Khronis 21%
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut
Lebih terperinciDASAR DASAR KESEHATAN KERJA
DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI
Lebih terperinciKesehatan Lingkungan Kerja
Kesehatan Lingkungan Kerja 1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja 2. Debu penyebab Pneumoconiosis (wordversion) 3. Dermatitis industri 4. Kebisingan industri 5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak
Lebih terperinciBAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam
Lebih terperinciKeselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG HIPERKES DAN KK TUJUAN M A N F A A T a Melindungi Tenaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
Lebih terperinciUPAYA KESEHATAN KERJA
UPAYA KESEHATAN KERJA Untuk MEMPERTAHANKAN HIDUP, manusia perlu MAKAN/MINUM dan MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP dan KEHIDUPAN. Untuk MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP baik fisik, mental dan sosial, manusia perlu BEKERJA.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : a. bahwa penyakit akibat kerja
Lebih terperinciRESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan
RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1
BAB V PEMBAHASAN A. Tempat Kerja dan Faktor Bahaya Kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground merupakan tempat kerja yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh
BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap
Lebih terperinciTujuan Dari Sistem Manajemen K3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)
Lebih terperinciDasar Manajemen Lingkungan
Dasar Manajemen Lingkungan Setiap kegiatan / usaha manusia dan pembangunan akan menimbulkan perubahan lingkungan hidup sebagai hasil sampingan pembangunan Pembangunan adalah mutlak diperlukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2
BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja
Lebih terperinciPENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengertian Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Bahan toksik atau racun adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciTIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran
1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran
Lebih terperinciURGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciKONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 22 TAHUN 1993 (22/1993) Tanggal : 27 PEBRUARI 1993 (JAKARTA) DENGAN
Lebih terperinciKEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 22 TAHUN 1993 (22/1993) Tanggal: 27 PEBRUARI 1993 (JAKARTA) Sumber: Tentang: PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia
Lebih terperinciKeselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9
Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciTujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1
Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan
Lebih terperinciPengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap
Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah salah satu tujuan hidup meskipun terdapat resiko didalamnya selama mereka bekerja termasuk resiko
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil
Lebih terperinciPRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS
PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian
Lebih terperinciBALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP SERTIFIKAT ISO TAHUN
BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JL. NGESREP BARAT III NO. 44 SEMARANG TELP. 024-7474495 SERTIFIKAT ISO 17025 TAHUN 2005 Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Balai K3) Provinsi Jawa Tengah, mempunyai
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989 TENTANG PERUSAHAAN CATERING NG MENGELOLA MAKANAN BAGI TENAGA KERJA Dalam rangka tindakan lanjut
Lebih terperinciPasal 76 berisi larangan untuk mempekerjakan pekerja/buruh perempuan yang berumur
TENAGA KERJA WANITA DAN ANAK PROFIL Partisipasi tenaga kerja wanita dan anak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1980 data jumlah pekerja wanita di Indonesia berkisar 16.934.590
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut :
BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : 1. PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU telah menyelenggarakan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya
Lebih terperinciKECELAKAAN AKIBAT KERJA
KECELAKAAN AKIBAT KERJA Kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu 1. Faktor mekanik dan lingkungan 2. Faktor manusia (80%) Kerugian 1. Biaya besar (langsung dan tidak langsung) 2. Efektivitas
Lebih terperinciMODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)
MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya
Lebih terperinciAngka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.
Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Memahami peranan manajemen dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja Memahami cara mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja Memahami
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai
Lebih terperinciPolusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat
Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
Lebih terperinciArmaidi Darmawan, dr. M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja PAK/PSPS UNJA
Armaidi Darmawan, dr. M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja 1. Mengetahui gambaran penyakit atau ggn kes pada pekerja 2. Menjelaskan pengertian PAK, PAHK 3. Mengetahui faktor risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sebagai fasilitator dan pengatur undang undang saat ini memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan pekerja termasuk
Lebih terperinciK3 Konstruksi Bangunan
K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH
RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Lebih terperinci2. Salah satu tujuan awal dibentuknya standard keselamatan dan kesehatan di tempat kerja adalah... a. Perang
Nama Cluster Kode Unit Judul Unit Waktu Junior Network Administrator TIK.JK01.006.01 Menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja (K3) 30 Menit I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai
Lebih terperinciPENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO
PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan
Lebih terperinciUjian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara
Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kerja, menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan merehabilitasi pekerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan,
Lebih terperinciMenerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)
Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) 1 OBJEKTIF Menetapkan standar, prosedur dan kebijakan K3 di lingkungan kerja Melakukan sosialisasi K3 Menyediakan saran-saran ergonomis
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No. Per.02/MEN/1980
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang :
Lebih terperinciPENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM
PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama
Lebih terperinciArmaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja
Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja 1. Mengetahui latar belakang klinik di tempat kerja 2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi klinik di tempat kerja
Lebih terperinciMODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 4 A. PPPK Disetiap
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No. Per.02/MEN/1980 PerMen 02-1980 Ttg Pemeriksaan Kesehatan TK TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN KESELAMATAN KERJA. MENTERI
Lebih terperinciISNANIAR BP PEMBIMBING I:
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONSIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat dimana dilakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi bahaya. Apabila potensi
Lebih terperinciDEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI. UJIAN CALON AHLI K3 UMUM (ESSAY)
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI PENYELENGGARA EVALUASI DAN PENUNJUKKAN AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Petunjuk Umum DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI. UJIAN CALON AHLI K3 UMUM
Lebih terperinci