FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Novi Sanggra Pangestika NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar (Prof. Yohanes Surya Ph.D) v

6 PERSEMBAHAN 1. Kedua orang tua dan saudaraku yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama. vi

7 FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK Oleh Novi Sanggra Pangestika NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. Faktor penyebab kesulitan belajar dilihat dari faktor internal meliputi aspek fisiologi dan psikologi serta faktor eksternal meliputi aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian survey explorative dengan pendekatan kuantitatif. Subjek peneltian ini adalah siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD dengan sampel 89 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat dominan menyebabkan kesulitan belajar. Sedangkan faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, serta aspek lingkungan keluarga masuk kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa mudah lelah ketika belajar sebesar 63%. Faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang sulit sebesar 83%. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang sebesar 51%. Faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasat akut dan canggung untuk berbicara kepada guru sebesar 57%. Faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%. Kata Kunci: faktor-faktor kesulitan belajar, siswa berprestasi rendah, SD vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dibawah ini. 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd. M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Haryanto, M.Pd. yang telah memberi ijin dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Suwarjo, M.Si yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ketua jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 5. Dosen pembimbing akademik, P. Sarjiman M.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan. 6. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Ali Mustadi, M.Pd dan Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan dalam skripsi ini. viii

9 8. Kepala sekolah SD Negeri se-kecamatan Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian. 9. Guru Kelas SD Negeri se-kecamatan Ngemplak yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bagi kelancaran penulisan tugas akhir skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Yogyakarta, 14 Februari 2016 Penulis, Penulis ix

10 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Belajar Pengertian Belajar Ciri-ciri Belajar B. Kajian tentang Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Fungsi Prestasi Belajar Indikator Prestasi Belajar Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Rendah x

11 C. Kajian tentang Pengertian Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar Faktor-faktor Penyebab Pengajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar D. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Variabel Penelitian D. Populasi Penelitian E. Sampel Penelitian F. Definisi Operasional Penelitian G. Teknik Pengumpulan Data H. Instrumen Penelitian I. Skala Pengukuran J. Validitas dan Reabilitas Instrumen K. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Deskripsi Populasi Penelitian Deskripsi Data Penelitian a. Faktor Siswa pada Aspek Fisiologi b. Faktor Siswa pada Aspek Psikologi c. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga d. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah e. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat B. Pembahasan Faktor Siswa pada Aspek Fisik xi

12 2. Faktor Siswa pada Aspek Psikis Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi...17 Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi Tabel 6. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi Tabel 8. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga Tabel 10. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga Tabel 11. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah Tabel 12. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah Tabel 13. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat Tabel 14. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir Hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Surat Pernyataan Validator Instrumen Lampiran 2. Angket Faktor untuk Uji Coba Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 6. Angket Faktor untuk Penelitian Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor pada Faktor Internal Aspek Fisiologi Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor pada Faktor Internal Aspek Psikologi Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah Lampiran 13. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat Hal xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap individu berhak dan wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang didalamnya dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Arif Rohman, 2011: 46). Seiring berkembangnya jaman, teknologi berkembang dengan pesat, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada. Untuk mengikuti perkembangan tersebut, pendidikan dibutuhkan guna mengembangkan diri individu agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kedudukan istimewa yang menentukan pembangunan pribadi individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat istilah belajar dan pembelajaran dalam pendidikan. Keduanya memiliki hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa. Oleh sebab itu, siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal agar keberhasilan dalam pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2006: 1

17 213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tardif dkk (dalam Muhibbin Syah, 2006: 195) evaluasi merupakan proses penilaian yang disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan guna menggambarkan prestasi yang dicapai siswa. Berbagai pihak baik itu guru, orang tua, maupun siswa tentunya mengharapkan adanya perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataannya dalam suatu kelas tidak semua siswa dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi. Beberapa siswa masih memiliki prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang rendah dapat dilihat dari belum tercapainya standar yang ditetapkan atau belum terpenuhinya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku. Menurut sebaran data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 di kabupaten sleman, tercatat siswa yang mengikuti ujian nasional dan 26 siswa yang tidak mengikuti ujian. Dari siswa yang mengikuti ujian tersebut, diantaranya masih terdapat siswa yang memiliki prestasi yang cukup rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Dengan demikian, berdasarkan data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 diperoleh persentase siswa berprestasi rendah dengan jumlah 18.1% ( 2

18 Sedangkan data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas 4 masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 di Kecamatan Ngemplak, menunjukkan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi rendah. Dari 22 Sekolah Dasar Negeri yang terdapat di kecamatan tersebut, terdapat 19 Sekolah Dasar Negeri diantaranya masih ditemukan adanya siswa berprestasi rendah. Di 19 Sekolah Dasar Negeri tersebut, terdapat siswa dengan jumlah 489 siswa yang diantaranya terdapat 137 siswa memiliki prestasi rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak yaitu mencapai 28,01%. Siswa dengan prestasi belajar rendah sering kali dianggap bodoh atau malas padahal belum tentu demikian. Setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat dengan cepat memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan aktifitas belajar yang tidak selalu dapat berjalan lancar bagi setiap individu siswa. Dengan kata lain, masih sering dijumpai bahwa siswa yang berprestasi rendah tersebut mengalami kesulitan dalam belajar. Menurut Dalyono (2005: 229), kesulitan belajar merupakan keadaan yang membuat siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat memberikan bimbingan yang tepat maka perlu adanya pemahaman terkait hal-hal yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Pada dasarnya proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti halnya faktor yang berpengaruh dalam belajar, faktor-faktor tersebut juga 3

19 dapat menjadi faktor penyebab adanya kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) (Muhibbin Syah, 2013: ). Faktor internal meliputi faktor fisiologi yang berkaitan dengan kesehatan dan kondisi tubuh serta faktor psikologis yaitu berkaitan dengan tingkat intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Moh. Surya (dalam Sugihartono, 2007: ) mengemukakan bahwa beberapa ciriciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu; menunjukkan hasil belajar yang rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, serta menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Adanya siswa yang berkesulitan belajar menjadikan guru dituntut untuk peka terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa. Di samping itu, guru juga perlu mengetahui faktor penyebab munculnya kesulitan belajar tersebut. Berdasarkan fakta di lapangan masih ditemukan beberapa guru yang kurang menyadari adanya sebab-sebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa 4

20 memperhatikan kebutuhan khusus siswa. Padahal setiap individu siswa membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda, sehingga tindakan-tindakan yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran pun harus berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pada Pasal 16 Ayat (1) Angka 1 bahwa Siswa mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Dengan mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa, diharapkan seorang guru dapat menentukan cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Di samping itu, guru juga akan lebih mudah dalam memilih dan menentukan cara-cara mengajar yang lebih tepat dan dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Berdasarkan paparan yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak khususnya kelas 4. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang berprestasi rendah di kelas 4, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak 5

21 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil TKM kelas 3 semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Ngemplak, masih ditemukan 137 siswa berprestasi rendah. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga memiliki prestasi yang rendah. 3. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa memperhatikan kebutuhan khusus siswa. 4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. C. Batasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se- Kecamatan Ngemplak. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan 6

22 kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se- Kecamatan Ngemplak? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: 1. Guru Bagi guru sebagai pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 2. Siswa Bagi siswa sebagai pelajar, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul dalam proses belajar, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan mampu merencanakan arah tujuan selanjutnya. 3. Orang Tua Bagi orang tua selaku pembimbing siswa di rumah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan terkait kesulitan belajar yang dialami oleh siswa 7

23 sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan bimbingan dan sarana kepada siswa agar dapat menghadapi kesulitan belajar yang dialaminya. 8

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak ahli psikologi yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses yang didalamnya dibutuhkan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan secara utuh dan menyeluruh pada tingkah laku yang baru dan belum dikuasai sebelumnya sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar. Senada dengan pendapat tersebut, Cornbach (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13) mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu, suatu aktifitas dikatakan belajar apabila aktivitas tersebut dapat memunculkan perubahan tingkah laku yang baik akibat adanya pengalaman yang diperoleh akibat aktivitas tersebut. Selanjutnya Skinner (dalam Bimo Walgito, 2010: 184) mendefinisikan belajar sebagai proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan munculnya perubahan 9

25 perilaku akibat adanya adaptasi atau penyesuaian yang bersifat progresif yaitu terus berkembang ke arah yang lebih baik. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dan meyeluruh. Perubahan tersebut akan terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari adanya pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar. 2. Ciri-ciri Belajar Hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Namun tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan hasil belajar. Terdapat ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar (Slameto, 2013: 3 5), a. Perubahan terjadi secara sadar Seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya dapat merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu 10

26 perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar jika perubahan yang terjadi bersifat positif dan aktif. Diaktakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar juga bersifat aktif, artinya perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena adanya usaha dari individu sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap dan permanen. Sehingga keterampilan seorang anak setelah belajar tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan terus dimiliki dan semakin berkembang apabila terus dipergunakan dan dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai oleh individu itu sendiri dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Sehingga apabila seseorang belajar sesuatu maka sebagai hasilnya aka nada perubahan 11

27 tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait belajar, belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berkembang kearah yang lebih baik akibat dari adanya pengalaman dalam aktifitas belajar. perubahan tingkah laku tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, memiliki tujuan yang terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. B. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar sering dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Istilah prestasi merupakan terjemahan dari achievement yang dalam Oxford Advanced Larner s Dictionary diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan dengan sukses, terutama dengan usaha dan keterampilan (A.S. Hornby, 1995:10). Hal senada juga dijelaskan oleh Ali Mustadi (2012: 257) bahwa learning achievement dapat diartikan hasil yang telah dicapai setelah seseorang mengalami proses belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu. Dengan demikian, prestasi dalam belajar merupakan hasil yang dicapai dengan baik dalam proses pembelajaran yang dalam proses tersebut 12

28 dibutuhkan usaha-usaha dan keterampilan dalam belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu. Hal tersebut senada dengan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Selanjutnya, prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru ( Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 895). Jadi, prestasi belajar adalah hasil pencapaian dari adanya proses belajar yang ditunjukkan dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan baru yang belum dipahami dan dikuasai sebelumnya. Hasil pencapaian tersebut biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai yang memiliki skala tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nana Syaodih (2009: ) bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari perilaku siswa, baik dalam betuk penguasaan materi, ketrampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik sebagai hasil dari pengausaan siswa terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya dan dilambangkan dengan nilai berupa angka atau huruf. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2006: 213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil 13

29 yang diperoleh siswa dari adanya pengalaman dan proses belajar sehingga terjadi perubahan pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai mencakup ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor yang belum dikuasai sebelumnya. Hal tersebut terjadi akibat adanya pengalaman dan usaha-usaha dalam proses belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf. 2. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama. Zainal Arifin (2013: 12 13) menyebutkan lima fungsi utama prestasi belajar, yaitu: 1. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kualitas maupun kuantitas pengetahuan yang sudah mampu dikuasai oleh siswa. 2. Prestasi belajar dijadikan sebagai lambang pemuasan hasrat rasa keingintahuan yang merupakan kebutuhan umum manusia. 3. Prestasi belajar dijadikan sebagai bahan informasi dalam melakukan inovasi di bidang pendidikan. Dapat diasumsikan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dalam peningkatan mutu pendidikan. 4. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern yaitu, prestasi belajar dapat 14

30 dijadikan indikator tingkat produktivitas dalam institusi pendidikan. Indikator ekstern yaitu, prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. 5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran, siswa mejadi fokus utama yang harus diperhatikan dan diharapkan siswa dapat menyerap seluruh materi pembelajaran dengan maksimal. Prestasi belajar juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di samping itu, dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan diagnosis, penempatan maupun bimbingan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornbach (dalam Zainal Arifin, 2013: 13) yang menyatakan bahwa prestasi belajar memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah. Berdasarkan fungsi prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa sangatlah penting. Hal tersebut dikarenakan prestasi belajar tidak hanya menjadi indikator keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas suatu institusi pendidikan dan dapat juga 15

31 dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan tindakantindakan yang tepat bagi siswa dalam proses pembelajaran. 3. Indikator Prestasi Belajar Mengukur perubahan tingkah laku pada seluruh ranah psikologis, khususnya ranah afektif siswa adalah hal yang sulit. Hal tersebut dikarenakan perubahan sebagai hasil belajar siswa ada yang bersifat intangible atau tidak dapat diraba. Sehingga guru hanya dapat mengambil cuplikan perubahan tingkah laku siswa yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Muhibbin Syah (2013: 148), kunci pokok dalam memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator sebagai penunjuk adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam penggunaan alat dan kiat evaluasi yang dianggap tepat, reliabel, dan valid (Muhibbin Syah, 2013: ) disajikan sebuah tabel dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982; Barlow, 1985; Petty, 2004) dengan penyesuaian seperlunya sebagai berikut; 16

32 Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi A. Ranah Kognitif 1. Pengamatan 2. Ingatan 3. Pemahaman 4. Aplikasi/ Penerapan 5. Analisis B. Ranah Afektif 1. Penerimaan 2. Sambutan 3. Apresiasi (Sikap Menghargai) 4. Internalisasi (pendalaman) 5. Karakterisasi (penghayatan) C. Ranah Psikomotor 1. Keterampilan 2. Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali 1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan 1. Menujukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan 1. Menganggap penting dan bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari 1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari Kecakapan mengkoordinasikan gerak anggota tubuh 1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimic dan gerakan jasmani 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala peilaian sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi 1. Observasi 2. Tes tindakan 1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan 4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi atau mengukur prestasi belajar siswa. Pendekatan tersebut yaitu: 1) norm-referencing atau norm-referenced assessment dan 2) criterion- 17

33 referencing atau criterian-referenced assessment (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan-pendekatan tersebut pada umumnya sering disebut dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK). a. Penilaian Acuan Norma (norm-referenced assessment) Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN) dilakukan dengan cara membandingkan prestasi belajar seorang siswa dengan prestasi belajar yang dicapai oleh teman-teman sekelas atau sekelompoknya (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan penilaian acuan norma juga disebut dengan pendekatan faktual atau apa adanya (Eko Putro Widoyoko, 2014: 249). Dalam arti bahwa standar pembanding diambil dari fakta-fakta dari hasil pengukuran, sehingga penilaian ini tidak dikaitkan dengan standar yang berasal dari luar hasil pengukuran sekelompok siswa. Hal tersebut senada dengan pendapat Muhibbin Syah (2006: 217) yang menjelaskan bahwa dalam pendekatan ini juga dapat dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh seorang siswa dengan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh siswa-siswa yang lain. Kemudian persenatse tersebut dikonversikan ke dalam nilai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan ini pemberian nilai bagi setiap siswa berdasar pada hasil perbandingan antara skor yang diperoleh 18

34 individu siswa dengan skor yang diperoleh siswa lain dalam satu kelas. b. Penilaian Acuan Kriteria (criterian-referenced assessment) Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian siswa dengan perilaku ranah yang telah ditetapkan dengan baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan yang tetap (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 218). Oleh sebab itu, dalam penerapannya diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran baik secara umum maupun khusus. hal tersebut senada dengan pendapat Eko Putro Widoyoko (2014: 249) bahwa dalam menafsirkan atau menginterpretasikan skor hasil pengukuran dengan menggunakan standar yang tetap yaitu skor ideal. Pendekatan ini umumnya digunakan untuk sekelompok siswa yang mengikuti tes atau ujian yang sama, kapanpun dan dimanapun ujian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian patokan atau standar penilaian dalam pendekatan ini ditentukan atas dasar jumlah butir soal. Siswa dianggap mampu menguasai pengetahuan yang diujikan apabila dapat menjawab sejumlah butir soal dengan benar, sehingga nilai yang diperoleh memenuhi standar yang ditetapkan. 19

35 5. Siswa Berprestasi Rendah Untuk menentukan apakah seorang siswa memiliki prestasi yang rendah, guru perlu menentukan terlebih dahulu batas minimal keberhasilan belajar siswa yang ditunjukkan melalui KKM. KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang menjadi kriteria paling rendah untuk menyatakan ketuntasan siswa dan ditetapkan sebelum awal tahun ajaran baru (Eko Putro Widoyoko, 2014: 264). Oleh karena itu, siswa dengan nilai yang berada di bawah KKM akan dinyatakan tidak tuntas atau memiliki prestasi yang rendah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan bab F tentang Penilaian oleh Satuan Pendidikan Pasal 1 disebutkan bahwa, Dalam menentukan KKM setiap mata pelajaran adalah dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik (dalam Eko Putro Widoyoko, 2014: 265). Berdasarkan peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan KKM disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KKM yang berlaku di sekolah yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda. Disamping pendapat tersebut di atas, Muhibbin Syah (2013: 151) menggolongkan prestasi ke dalam lima kelompok, yaitu: a. 8,0 10 = sangat baik; b. 7,0 7,9 = baik; 20

36 c. 6,0 6,9 = cukup; d. 5,0 5,9 = kurang; e. 0 4,9 = gagal. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran standar penggolongan prestasi sebagai berikut: a. 8,0 10 = tinggi; b. 6,6 7,9 = sedang; c. 0 6,5 = rendah. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil belajar yang dicapainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang berlaku. Namun, KKM pada setiap sekolah berbeda-beda sehingga siswa berprestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan melalui standar penggolongan prestasi yang ditetapkan di atas. Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait prestasi belajar, prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai akibat adanya pengalaman dalam proses belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan. 21

37 C. Kajian tentang 1. Pengertian Setiap siswa pada prinsipnya berhak mendapat peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya setiap individu tidaklah sama. Perbedaan individual tersebut menyebabkan munculnya tingkah laku belajar yang berbeda pada setiap siswa. Oleh sebab itu, tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitas yang dimilikinya. Dengan demikian, muncul kesulitan belajar atau yang dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan istilah learning difficulties. Difficulty memiliki arti keadaan atau kemampuan yang dalam keadaan sulit akibat adanya gangguan atau usaha-usaha yang terdapat di dalamnya. Dalyono (2005: 229) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Dengan demikian, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Selanjutnya Mulyadi (2010: 6) menambahkan, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan munculnya hambatan-hambatan dalam mencapai hasil belajar, sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Dalam situasi tersebut, hambatan yang muncul akam membuat siswa merasa kesulitan dalam proses belajar dan hal tersebut menghambat atau mengganggu siswa dalam pencapaian 22

38 hasil belajar secara maksimal. Oleh sebab itu siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki hasil belajar yang cenderung rendah dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Nini Subini (2012: 57) bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi yang menunjukkan pencapaian kompetensi atau prestasi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan, ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, perolehan nilai siswa yang mengalami kesulitan belajar akan berada di bawah standar atau ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 149) bahwa kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang muncul pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa berkesulitan belajar akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan prestasi belajar temantemannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari prestasi sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar. Oleh sebab itu, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan memperoleh prestasi 23

39 belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan, sehingga prestasinya akan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi temantemannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari sebelumnya. 2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Sumadi Suryabrata (dalam Sugihartono, 2007: ) mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar pada siswa dapat diketahui atas dasar: a. Grade Level, yaitu apabila siswa tersebut pernah tinggal kelas. b. Age Level, yaitu apabila usianya tidak sesuai dengan kelasnya. Namun bukan disebabkan karena keterlambatan dalam masuk sekolah. c. Intelegensi Level, yaitu apabila siswa tersebut memiliki prestasi yang rendah. d. General Level, yaitu apabila siswa tersebut dapat mencapai prestasi sesuai harapan namun terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak sesuai harapan diakrenakan hasil yang diperoleh rendah. Oleh sebab itu pada mata pelajaran yang prestasinya rendah tersebut siswa dianggap mengalami kesulitan belajar. Lebih lanjut Sumadi Suryabrata mengemukakan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar yaitu menunjukkan adanya gangguan: aktivitas 24

40 motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, memuat dan menangkap simbol, perhatian, dan ingatan. Gejala kesulitan belajar akan Nampak dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan motoris, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Secara lebih rinci, Mulyadi (2010: 7 8) menjelaskan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar antara lain: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu berada di bawah rata-rata nilai kelas atau di bawah potensi yang dimiliki. b. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, seperti siswa yang sudah berusaha untuk rajin belajar namun nilainya masih selalu rendah. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar dan selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan. d. Meunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan sering berdusta. e. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu dalam proses pembelajaran, tidak mau mencatat, kurang tertib, sering mengasingkan diri, dan kurang mau bekerja sama. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, mudah marah, kurang gembira, dan tidak 25

41 menunjukkan perasaan sedih atau menyesal dalam menghadapi nilai yang rendah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan hasil belajar rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, dan menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Ciri-ciri termasuk gejala tersebut dialami oleh semua siswa yang memiliki kesulitan belajar pada semua jenjang pendidikan termasuk pada siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat peka terhadap gejala-gejala yang muncul pada siswa. 3. Faktor-faktor Penyebab Secara umum faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. a. Faktor Internal Faktor internal digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi (Dalyono, 2005: ). Faktor fisiologi merupakan faktor-faktor yang bersifat fisik atau menyangkut kondisi 26

42 jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Sedangkan faktor psikologi merupakan faktor-faktor yang bersifat psikis, contohnya seperti intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. 1) Faktor Fisiologi a) Kesehatan tubuh Seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit berkonsentrasi, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Kondisi yang demikian akan menyebabkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Saraf otak tidak dapat bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, dan mengorganisasi bahan pelajaran yang diterima melalui indranya. Oleh karena itu perintah dari otak ke saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, atau hasil pemikiran juga menjadi lemah (Dalyono, 2005: ). b) Cacat tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya anggota tubuh (Slameto, 2013: 55). Keadaan ini dapat mengganggu proses pembelajaran dan 27

43 menyebabkan kesulitan belajar. Cacat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat (Dalyono, 2005: 232). Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran, lemahnya penglihatan, maupun gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. 2) Faktor Psikologi a) Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Slameto (2013: 55 56) menjelaskan bahwa intelegensi yang tinggi memiliki potensi yang tinggi pula dalam keberhasilan belajar. Namun siswa yang memiliki intelegensi tinggi belum tentu terhindar dari kesulitan belajar. Sugihartono (2007: 150) menegaskan, kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah. Sejalan dengan pendapat tersebut Dalyono (2005: 232) menambahkan, meskipun siswa yang memiliki intelegensi rendah lebih berpotensi mengalami kesulitan dalam belajar. Kemampuan intelegensi dapat dilihat dari segi pemahaman, ingatan, kemampuan dalam menyelesaikan soal, dan intensitas mengikuti remidi (Meizuvan Khoirul Arief, 2012: 6-9). 28

44 b) Bakat Bakat merupakan potensi atau kemampuan dasar untuk belajar yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata apabila sudah belajar atau berlatih (Slameto, 2013: 57). Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang (Dalyono, 2005: ). Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar. c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan, sehingga kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan secara terus-menerus dan disertai dengan rasa senang (Slameto, 2013: 57). Tidak adanya minat seorang siswa terhadap suatau pembelajaran dapat menimbulkan rasa tidak tertarik dan tidak senang. Hal tersebut berakibat pada timbulnya problema pada diri siswa sehingga muncul kesulitan belajar (Dalyono, 2005: 235). d) Motivasi 29

45 Motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar (Dalyono, 2005: ). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan di sekitar siswa yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Muhibbin Syah (2011: 185) membagi faktor eksternal kedalam tiga bagian, yaitu: 1) Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap anak. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar siswa. Dengan demikian, lingkungan keluarga juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa. Contohnya: a) hubungan antar anggota keluarga; b) kondisi ekonomi keluarga; c) perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya; 30

46 d) kelengkapan fasilitas belajar; e) managemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah (Dalyono, 2005: 238). 2) Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, contohnya: a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah (Dalyono, 2005: ). 3) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar. Contohnya seperti kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain (Dalyono, 2005: ). Selain faktor-faktor yang bersifat umum tersebut, terdapat pula faktor lain yang dianggap sebagai faktor khusus yang juga dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Muhibbin Syah (2011: ) menambahkan, di antara faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar. Sindrom merupakan suatu gejala yang timbul 31

47 sebagai indikator adanya keabnormalan psikis, sehingga dapat menimbulkan kesulitan belajar. Sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar tersebut terdiri atas: a. Diseleksia (dyselexia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam membaca; b. Disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam menulis; c. Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam matematika. Namun, siswa yang memiliki sindrom tersebut secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal. Oleh sebab itu, kesulitan belajar siwa yang memiliki sindrom-sindrom tersebut mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction atau gangguan ringan pada otak (Lask, Reber, dalam Muhibbin Syah, 2011: 186) Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pendapat dari Dalyono (2005: ) dan Muhibbin Syah (2011: 185) bahwa ada banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya kesulitan belajar. Diantara faktor-faktor tersebut terdapat faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari luar diri siswa yaitu lingkungan sekitar siswa yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat tempat tinggal. Selain itu terdapat faktor khusus yaitu sindrom psikologis yang berupa ketidakmampuan belajar. 32

48 4. Pengajaran Remedial bagi Siswa Berkesulitan Belajar Bagi siswa yang memiliki prestasi rendah akibat mengalami kesulitan belajar, sangatlah perlu untuk diberikan layanan bimbingan belajar. Oleh sebab itu, guru sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa harus memberikan layanan bimbingan belajar yang baik. Pemberian layanan bimbingan belajar bagi siswa berkesulitan belajar dikenal dengan pengajaran remedial. Kegiatan pengajaran remedial sifatnya penting dalam keseluruhan program pembelajaran, sehingga seorang guru harus mampu untuk melaksanakan program pengajaran remedial. Hal tersebut dikarenakan secara umum setiap proses pembelajaran di kelas, selalu ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Mulyono (2003: 20) bahwa setiap akhir dari kegiatan pembelajaran dalam suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi tersebut siswa yang belum menguasai materi pelajaran diberikan pengajaran remedial. Dengan demikian, pengajaran remedial pada dasarnya adalah kewajiban bagi setiap guru setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan bahwa ada siswa yang belum mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut pendapat Sugihartono, dkk. (2007: ) remedial merupakan suatu bentuk pengajaran khusus bagi setiap individu yang sifatnya kuartif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Dengan 33

49 demikian, pengajaran remedial merupakan bentuk pengajaran khusus yang bersifat individual dan bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau yang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses belajar siswa, sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran secara klasikal di kelas dan dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. Apabila dijumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran dan tidak segera diatasi, maka dapat berpengaruh dalam penguasaan materi pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, siswa tersebut akan semakin banyank mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berikutnya. Sugihartono, dkk. (2007: 172) menegaskan bahwa pelaksanaan pengajaran remedial seharusnya disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada setiap siswa belum tentu sama dikarenakan perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Hal tersebut diharapkan dapat menangani masalah kesulitan belajar pada setiap siswa secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial adalah pengajaran khusus yang bersifat individual, sehingga dalam pelaksanaanya perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Pengajaran remedial memiliki 34

50 tujuan untuk memperbaiki atau mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Pengajaran remedial penting dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan adanya pengajaran remedial, diharapkan semua siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas secara maksimal, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan penjabaran terkait kesulitan belajar, kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal. Hal tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kesulitan belajar menyebabkan siswa tidak dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. D. Faktor-faktor Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal, sehingga keberhasilan dalam belajar dapat diperoleh. Keberhasilan belajar pada umumnya sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan 35

51 hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Berbagai pihak tentunya mengharapkan perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataanya, setiap individu siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi/ baik. Masih terdapat pula siswa yang memiliki prestasi belajar yang tergolong rendah di setiap kelas, meskipun dengan jumlah yang tidak banyak. Siswa dengan prestasi rendah tersebut diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, siswa tersebut tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya. Sementara itu, ditemui di lapangan bahwa masih terdapat guru yang kurang memahami akan hal tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa yang berprestasi rendah. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar tersebut, guru dapat menentukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Disamping itu, akan mempermudah guru dalam menentukan caracara mengajar yang tepat dan menjamin kemudahan siswa dalam belajar agar perolehan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka digambarkan bagan kerangka pikir tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah dilihat dari faktor internal dan eksternal. Indikator penelitian ini adalah seberapa besar suatu faktor menyebabkan siswa yang berprestasi rendah mengalami kesulitan belajar. Faktor tersebut meliputi faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri 36

52 siswa, mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa/lingkungan sekitar siswa, mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Siswa Berprestasi Rendah Internal Fisiologi Psikologi Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Lingkungan Keluarga Kesimpulan Eksternal Lingkungan Sekolah Lingkungan Masyarakat Gambar 1. Kerangka berpikir 37

53 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008: 7) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey exploratif. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) penelitian survey merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Data tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis, sifat, dan kondisinya untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 82) menambahkan, penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi yang cukup besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Berdasarkan penjabaran tersebut, secara lebih singkat penelitian survey merupakan peneitian yang memaparkan apa yang terjadi di suatu wilayah secara objektif dengan pengumpulan data yang menggunakan sampel. Survey pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor 38

54 kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kelas 4. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman terdapat 22 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang tersebar di Kecamatan Ngemplak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September Oktober C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah. D. Populasi Penelitian Tujuan dari penelitian pendidikan yaitu untuk mempelajari sesuatu tentang sekelompok besar manusia dengan belajar dari sekelompok manusia yang lebih kecil. Sekelompok besar yang diharapkan untuk dapat dipelajari disebut dengan populasi, sedangkan kelompok kecil yang benar-benar dipelajari disebut sampel (Brog dan Gall, 1979: ). Berdasarkan paparan tersebut, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa yang berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. Jumlah populasi diketahui dari data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas 39

55 4 tersebut masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 dengan jumlah 137 siswa. Namun, terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang menjadi 114 siswa. Jumlah populasi tersebut tersebar di sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1 berjumlah 4 siswa, SDN Kejambon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Krawitan berjumlah 3 siswa, SDN Krapyak 1 berjumlah 7 siswa, SDN Krapyak 2 berjumlah 8 siswa, SDN Pokoh 1 berjumlah 3 siswa, SDN Pokoh berjumlah 11 siswa, SDN Jaten berjumlah 10 siswa, SDN Koroulon 1 berjumlah 5 siswa, SDN Koroulon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Karanganyar berjumlah 4 siswa, SDN Umbulwidodo berjumlah 6 siswa, SDN Banjarharjo berjumlah 11 siswa, SDN Ngemplak 1 berjumlah 5 siswa, SDN Ngemplak 2 berjumlah 7 siswa, SDN Ngemplak 4 berjumlah 5 siswa, SDN Malangrejo berjumlah 8 siswa, SDN Randusari berjumlah 3 siswa, dan SDN Sempu berjumlah 6 siswa. E. Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008: 81). Sampel dapat digunakan apabila suatu populasi tersebut besar dan ada keterbatasan dalam penelitian, baik dari segi tenaga, biaya, maupun waktu. Pemilihan jumlah subjek dari populasi yang telah ditentukan disebut dengan sampling (Brog dan Gall, 1979: ). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan secara 40

56 acak dengan menggunakan undian. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 49) yaitu: Keterangan: n : Sampel N : Populasi d : Nilai presisi 95% atau Sig.= 0,05 Jumlah sampel dari populasi sebanyak 114 siswa ditentukan dengan Rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel yang didapat sebanyak 89 siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. F. Definisi Operasional Faktor-faktor Siswa Berprestasi Rendah Faktor kesulitan belajar merupakan sesuatu yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Faktor tersebut tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 41

57 Prestasi belajar dalam penelitian ini mencakup prestasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Prestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan dari nilai rata-rata di bawah 65. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data atau sering disebut dengan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013: 203). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket. Metode ini dipilih mengingat jumlah responden yang cukup besar. Melalui angket ini, diharapkan peneliti dapat meperoleh informasi mengenai variabel yang diukur dengan lebih efektif dan efisien. H. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup. Angket tertutup merupakan pertanyaan yang mengharapkan responden memberi jawaban secara singkat atau memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah tersedia pada setiap pertanyaan (Sugiyono, 2008: 143). Angket faktor kesulitan belajar siswa disusun dalam bentuk skala. Setiap butir pernyataan mengandung masing-masing empat alternatif respon yang diberikan bobot antara 1 sampai 42

58 4. Sebelum menyusun instrumen, terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk mempermudah pembuatan butir-butir instrumen dalam angket. Masingmasing indikator terdiri dari beberapa sub-indikator yang diwakili beberapa butir pernyataan sebagai alat ukurnya. Berikut ini merupakan kisi-kisi angket tertutup: Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba No Faktor Indikator No. Item Unfavorable Favorable Jumlah 1. Internal/ 1. Fisiologi 1 2, 3, 4, 5 5 Diri Sendiri 2. Psikologi 6, 9, 10, 11, 7, 8, 12, Eksternal/ Lingkungan 1. Lingkungan Keluarga 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22 16, Lingkungan Sekolah 3. Lingkungan Masyarakat 24, 26, 28, 25, 27, , 31 32, 34 33, 35 4 Jumlah 35 Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan teori tentang faktorfaktor kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: ) dan Muhibbin Syah (2011: 185) dengan jumlah item sebanyak 35 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 15 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 5 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 9 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 8 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 4 butir item. 43

59 Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba No Faktor Indikator 1. Internal/ Diri Sendiri 2. Eksternal/ Lingkunga n No. Item No. Item Unfavorable Favorable yang Jml Gugur 1. Fisiologi 1 2, 3, Psikologi 6, 9, 10, 11, Lingkungan 15, 17, 18, Keluarga 19, 20, 21, Lingkungan Sekolah 3. Lingkungan Masyarakat 7, 8, 12, , 26, 28, 25, , 31 32, Jumlah 31 Setelah dilakukan uji coba terdapat 4 butir item yang gugur, diantaranya item nomor 5, 23, 29, dan 31. Dengan demikian jumlah item yang digunakan dalam penelitian yaitu berjumlah 31 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 11 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 4 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir item. I. Skala Pengukuran Skala pengukuran disepakati sebagai acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dapat menghasilkan data berupa data 44

60 kuantitatif (Sugiyono, 2008 : 92). Dengan demikian, nilai variabel yang diukur dengan suatu instrumen dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga data akan menjadi lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Jawaban pada setiap item instrumen yang menggunakan skala, mempunyai gradasi dari jawaban yang sangat positif sampai dengan yang sangat negatif. Penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan alternatif jawaban yang sifatnya ragu-ragu. Alternatif jawaban yang digunakan adalah selalu, sering, jarang sekali, tidak pernah. Alternatif jawaban pada setiap butir merupakan data kualitatif yang kemudian ditransformasikan menjadi menjadi data kuantitatif menggunakan simbol angka. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk pernyataan favorable: 1. Selalu : 4 2. Sering : 3 3. Jarang sekali : 2 4. Tidak pernah : 1 Untuk pernyataan unfavorable: 1. Selalu : 1 2. Sering : 2 3. Jarang sekali : 3 4. Tidak pernah : 4 45

61 Untuk mendeskripsikan hasil penelitian ini, maka dibuatlah kategori menurut pengelompokan skor hasil penelitian. Dalam Riduan (2004:71-79) dijelaskan bahwa skor hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan nilai persentase yang didapat dari pengolahan skala, kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. 76%-100% : sangat menyebabkan kesulitan belajar 2. 51%-75% : menyebabkan kesulitan belajar 3. 26%-50% : kurang menyebabkan kesulitan belajar 4. 0%-25% : tidak menyebabkan kesulitan belajar J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh sebab itu, setelah instrumen selesai dibuat maka perlu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil pengukuran dapat menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 228). Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal instrumen harus memenuhi construct validity. Untuk menguji validitas konstruksi (construct validity) dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment expert), untuk menentukan apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau perombakan total (Sugiyono, 2008: 125). 46

62 Selanjutnya perlu juga dilakukan uji coba instrumen. Menurut Sugiyono (2008: 125) uji coba instrumen dapat dilakukan peneliti pada populasi dimana sampel diambil. Dengan demikian, diharapkan karakteristik dari sampel uji coba dapat mirip dengan responden. Instrumen diujicobakan pada 25 siswa. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan Software SPSS 16. Dari hasil pengolahan data akan diperoleh butir instrumen yang valid dan tidak valid. Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan pada 25 sampel menunjukkan hasil bahwa dari 35 item yang di uji cobakan, terdapat 4 item yang tidak valid. Perhitungan reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan Software SPSS 16. Sebagai tolak ukur tinggi rendahnya reliabilitas instrument digunakan klasifikasi menurut Suharsimi Arikunto sebagai berikut : Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen Besarnya nilai Klasifikasi 0,800 1,00 Tinggi 0,600 0,800 Cukup 0,400 0,600 Agak rendah 0,200 0,400 Rendah 0,000 0,200 Sangat Rendah Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan pada 25 sampel menunjukkan bahwa dari 35 item yang di uji cobakan, didapat hasil uji reliabilitas sebesar 0,

63 K. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif yaitu teknik menganalisa data dengan cara menjelaskan atau menggunakan angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel, frekuensi dan persentase. Sehingga, teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini yaitu menggunakan statistik deskriptif. Data kuantitatif berupa skor-skor berbentuk angka yang kemudian dapat diukur persentasenya. Selanjutnya, skor persentase dimaknai secara kualitatif berdasarkan klasifikasi dengan pengkategorian, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data tersebut. Data tersebut dijabarkan ke dalam kata-kata sehingga data yang diperoleh bisa lebih jelas dan valid. Sehingga teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase. Pedoman yang digunakan dalam melakukan analisis dengan menghitung persentase dari data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus: Keterangan : P : Persentase F : Skor Perolehan N : Skor Maksimal 48

64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian 1. Deskripsi Populasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 19 (Sembilan belas) Sekolah Dasar (SD) negeri di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 114 siswa kelas 4 yang tersebar di Sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1, SDN Kejambon 2, SDN Krawitan, SDN Krapyak 1, SDN Krapyak 2, SDN Pokoh 1, SDN Pokoh 2, SDN Jaten, SDN Koroulon 1, SDN Koroulon 2, SDN Karanganyar, SDN Umbulwidodo, SDN Banjarharjo, SDN Ngemplak 1, SDN Ngemplak 2, SDN Ngemplak 4, SDN Malangrejo, SDN Randusari, dan SDN Sempu. 2. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah. Faktor penyebab kesulitan belajar dinilai dengan menggunakan angket. Angket tersebut diberikan kepada 89 siswa kelas 4 yang memiliki prestasi rendah. Siswa-siswa tersebut merupakan anggota populasi dari 114 siswa kelas 4 yang berprestasi rendah di SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan melihat hasil perolehan responden pada Aspek fisik, aspek psikis, aspek lingkungan keluarga, 49

65 aspek lingkungan sekolah dan aspek lingkungan masyarakat. Hasil analisis data penelitian faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik yaitu sebagai berikut: a. Faktor Siswa pada Aspek Fisiologi di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek fisik terdiri dari 4 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 1. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik adalah sebagai berikut: Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi No Kategori Interval F % Sangat Menyebabkan Menyebabkan Tidak Menyebabkan 76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% % 33,7% 57,3% 9% Jumlah % Kategori aspek fisik pada Tabel.5 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek fisik dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek fisik dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek fisik dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 50

66 0%-25%, berarti pada aspek fisik dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.5, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik menunjukkan bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 33,7%, pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan sebagian kecilnya tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Tabel. 6 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi No. Item Jumlah Persentase % % % % Jumlah Total % 53% 42% Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa kondisi fisik siswa sebagian besar dalam kondisi yang baik. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi sebagian besar siswa yang cukup sehat dan jarang sekali ditemukan siswa yang sedang mengalami gangguan kesehatan ataupun cacat fisik. Terlihat dari kondisi siswa yang lincah dan bersemangat ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas. Sebagian besar siswa memiliki kondisi badan yang sehat sehingga mudah dalam berkonsentrasi. Hal tersebut ditunjukkan 51

67 dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Sedangkan dari segi daya tahan siswa dalam belajar, masih terdapat siswa yang merasa mudah lelah ketika belajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 63%. Dengan demikian, apabila dilihat dari kondisi kesehatan tubuh persentase yang diperoleh yaitu 53%. Masih terdapat pula beberapa siswa yang memiliki gangguan dalam pengelihatan, sehingga kurang bisa membaca tulisan dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Selain itu, juga terdapat siswa yang mengalami gangguan dalam mendengar sehingga kurang bisa mendengar dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 43%. Apabila dilihat dari cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh persentase yang diperoleh yaitu 42%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total yaitu sebesar 48%. b. Faktor Siswa pada Aspek Psikologi di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek psikis terdiri dari 9 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 9 x 4 = 36 dan skor terendah adalah 9 x 1 = 9. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis adalah sebagai berikut: 52

68 Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi No Kategori Interval F % Sangat Menyebabkan Menyebabkan Tidak Menyebabkan 76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% ,1% 51,7% 2,2% 0% Jumlah % Kategori aspek psikologi pada Tabel.7 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek psikis dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek psikis dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek psikis dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek psikis dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.7, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 46,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 51,7%, dan kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 2,2%. 53

69 Tabel. 8 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi No. Item Jumlah Persentase % % % % % % % % % Jumlah Total % 77% 65% 75% 80% Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa siswa merasa cukup kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 75%. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Nilai-niai yang diperoleh sebagian besar siswa cukup rendah sehingga intensitas siswa dalam mengikuti remidi cukup tinggi. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 80%. Disamping itu, siswa juga merasa kesulitan dalam mengingat kembali materi pelajaran yang sudah di pelajari sebelumnya. Hal tersebut dapat diketahui dari perolehan persentase sebesar 76%. Dengan demikian, apabila dilihat dari intelegensi siswa persentase yang diperoleh yaitu 77%. 54

70 Sebagian siswa merasa cukup kesulitan dalam belajar matematik atau materi-materi yang berkaitan dengan berhitung. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 71%. Disamping itu terdapat pula siswa yang merasa cukup kesulitan dalam belajar bahasa atau materi-materi yang lebih menekankan pada aspek kebahasaan seperti membaca dan memahami kalimat. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 60%. Dengan demikian, apabila dilihat dari bakat siswa persentase yang diperoleh yaitu 65%. Dari segi ketertarikan siswa dalam belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang merasa tertarik untuk belajar, baik itu di rumah maupun di sekolah. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 76%. Hal tersebut diperkuat dengan masih adanya siswa yang kurang memperhatikan ketika pelajaran sedang berlangsung, ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 75%. Dengan demikian, apabila dilihat dari minat siswa persentase yang diperoleh yaitu 75%. Siswa merasa tidak bersemangat ketika mengerjakan soal yang dirasa cukup sulit. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 83%. Sebagian besar siswa juga mengaku bahwa terkadang masih merasa malas untuk mempelajari materi pelajaran untuk keesokan harinya. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 77%. Apabila dilihat dari motivasi siswa 55

71 persentase yang diperoleh yaitu 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 75%. c. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 8 x 4 = 32 dan skor terendah adalah 8 x 1 = 8. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga adalah sebagai berikut: Tabel. 9 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga No Kategori Interval F % Sangat Menyebabkan Menyebabkan Tidak Menyebabkan 76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% ,4% 19,1% 68,5% 9% Jumlah % Kategori aspek lingkungan keluarga pada Tabel.9 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan keluarga 56

72 dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.9, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 19,1%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 68,5%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar 9%. Tabel. 10 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga No. Item Jumlah Persentase % % 44% % 41% % % 42% % 44% % 51% % 43% Jumlah Total % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa hubungan antar anggota keluarga sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 40%. Meskipun masih terdapat siswa yang bertengkar dengan saudaranya di rumah. Hal tersebut dilihat dari 57

73 persentase yang diperoleh yaitu sebesar 49%. Dengan demikian, apabila dilihat dari hubungan antar anggota keluarga persentase yang diperoleh yaitu 44%. Sedangkan dari segi kondisi ekonomi, sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan siswa terkait perlengkapan untuk sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 41%. Dari segi perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan siswa juga sudah cukup baik. Sebagian besar siswa mengaku bahwa orang tua selalu mengingatkan untuk belajar dan mengerjakan PR. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 40%. Disamping itu, apabila siswa merasa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, orang tua mereka dirumah bersedia membantu menjelaskan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Namun terdapat juga beberapa siswa yang sudah tidak memiliki orang tua, sehingga peran orang tua tersebut digantikan oleh kakek/nenek maupun pengurus panti asuhan. Dengan demikian, apabila dilihat dari perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan persentase yang diperoleh yaitu 42%. Sebagian siswa mengaku bahwa ketika belajar di rumah, mereka diberikan waktu yang cukup untuk belajar setiap harinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 51%. Disamping itu tersedia juga ruang yang nyaman untuk belajar. 58

74 Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Dengan demikian, siswa juga dapat belajar dengan tenang di rumah. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 43%. Berdasarkan perolehan data dan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 44%. d. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 7 x 4 = 28 dan skor terendah adalah 7 x 1 = 7. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: Tabel. 11 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah No Kategori Interval F % Sangat Menyebabkan Tidak Menyebabkan 76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% ,4% 30,3% 57,3% 9% Jumlah % Kategori aspek lingkungan sekolah pada Tabel.11 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan sekolah dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan 59

75 sekolah dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan sekolah dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan sekolah dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.11, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut berada pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Tabel. 12 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah No. Item Jumlah Persentase % % 41% % % 56% % 52% % % 43% Jumlah Total % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa cara mengajar guru sudah cukup baik. Ketika pembelajaran di kelas guru dapat menerangkan materi pelajaran 60

76 dengan jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 37%. Namun, sebagian siswa masih merasa bosan dengan cara guru dalam mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 45%. Dengan demikian, apabila dilihat dari cara mengajar guru persentase yang diperoleh yaitu 41%. Sedangkan dari segi interaksi siswa dengan guru, masih cukup banyak siswa yang merasa sungkan atau takut untuk menanyakan materi yang di rasa kurang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 57%. Bahkan beberapa siswa masih merasa takut untuk berbicara kepada guru. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 54%. Dengan demikian, apabila dilihat dari hubungan interaksi guru dengan siswa persentase yang diperoleh yaitu 56%. Hubungan interaksi siswa dengan siswa lain kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa satu dengan yang lain kurang mau membantu menjelaskan apabila ada materi yang dirasa kurang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 52%. Dari segi sarana prasarana sekolah sudah dirasa lengkap dan memadai untuk proses pembelajaran. Gedung sekolah yang ditempati sudah layak dan nyaman untuk menjadi tempat belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Fasilitas belajar yang ada di sekolah juga sudah cukup lengkap 61

77 dan dalam kondisi masih layak untuk digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Apabila dilihat dari sarana prasarana sekolah persentase yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan sekolah kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 47%. e. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 3 x 4 = 12 dan skor terendah adalah 3 x 1 = 3. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut: Tabel. 13 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat No Kategori Interval F % Sangat Menyebabkan Tidak Menyebabkan 76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25% ,1% 56,2% 30,3% 3,4% Jumlah % Kategori aspek lingkungan masyarakat pada Tabel.13 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan sangat menyebabkan 62

78 kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.13, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 10,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 56,2%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%. Tabel. 13 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat No. Item Jumlah Persentase % 58% % 60% % Jumlah Total % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa kondisi lingkungan masyarakat di daerah tempat tinggal kurang mendukung proses pembelajaran siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kurang dipatuhinya jam belajar masyarakat 63

79 yang diberlakukan. Dengan demikian waktu belajar siswa di rumah menjadi terganggu dan kurang efektif. Namun, ada juga sebagian siswa yang di lingkungan tempat tinggalnya jam belajar masyarakat tersebut sudah terlaksana. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 58%. Apabila dilihat dari segi keberadaan teman bermain, adanya teman bermain juga memiliki peran yang cukup besar. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa bersama teman bermainnya di lingkungan sekitar rumah. Namun apabila dilihat dari adanya kegiatan belajar bersama, masih dirasa kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 59%. Diperkuat dengan masih adanya siswa yang teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya hanya mengajak bermain secara terusmenerus. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 61%. Apabila dilihat dari keberadaan teman bermain persentase yang diperoleh yaitu 60%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 59%. 64

80 B. Pembahasan 1. Faktor Siswa pada Aspek Fisik di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik menunjukkan bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 33,7%, pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan sebagian kecilnya tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Faktor fisik dapat dilihat dari kondisi kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Apabila dilihat dari kondisi kesehatan tubuh persentase yang diperoleh yaitu 53% dan dilihat dari cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh persentase yang diperoleh yaitu 42%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total yaitu sebesar 48%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, ditemukan bahwa pada faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kesehatan tubuh yaitu siswa merasa mudah lelah ketika belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: ) bahwa seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Faktor fisiologi merupakan faktor-faktor yang bersifat fisik atau menyangkut kondisi jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh 65

81 atau kurang berfungsinya organ tubuh. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit berkonsentrasi, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Kondisi yang demikian akan menyebabkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Dalyono (2005: 232) juga menjelaskan bahwa cacat tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat. Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran, lemahnya penglihatan, maupun gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. Hal demikian juga sejalan dengan pendapat Slameto (2013: 55) bahwa cacat tubuh merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya anggota tubuh. Oleh sebab itu, cacat tubuh juga dapat menyebabkan terganggunya proses belajar, sehingga dapat menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor fisik dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Dilihat dari kondisi kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa faktor internal pada aspek fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor 66

82 internal pada aspek fisik dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. 2. Faktor Siswa pada Aspek Psikis di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 46,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 51,7%, dan kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 2,2%. Faktor fisik dapat dilihat dari intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Apabila dilihat dari intelegensi persentase yang diperoleh yaitu 77%, dilihat dari bakat persentase yang diperoleh yaitu 65%, dilihat dari minat persentase yang diperoleh yaitu 75%, dan dilihat dari motivasi persentase yang diperoleh yaitu 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah motivasi yaitu siswa merasa tidak bersemangat ketika mengerjakan soal-soal yang dirasa sulit. Berdasakan 67

83 penjabaran tersebut, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: ) bahwa faktor psikologi merupakan faktorfaktor yang bersifat psikis, seperti halnya intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sugihartono (2007: 150) menjelaskan bahwa kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah. Dalyono (2005: 232) juga menambahkan, meskipun siswa yang memiliki intelegensi rendah lebih berpotensi mengalami kesulitan dalam belajar. Kemampuan intelegensi dapat dilihat dari segi pemahaman, ingatan, kemampuan dalam menyelesaikan soal, dan intensitas mengikuti remidi (Meizuvan Khoirul Arief, 2012: 6-9). Sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: ), bakat juga dapat menyebabkan kesulitan belajar. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang. Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar. Selain bakat, minat juga dapat menyebabkan kesulitan belajar. Sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: 235) bahwa tidak adanya minat seorang siswa terhadap suatau pembelajaran dapat menimbulkan rasa tidak tertarik dan tidak senang. Hal tersebut berakibat pada timbulnya problema pada diri siswa sehingga muncul kesulitan belajar. 68

84 Motivasi juga dapat menjadi penyebab timbulnya kesulitan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: ) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor psikis dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari segi intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor internal pada aspek psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi psikis siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang kurang baik. Dengan demikian, faktor internal pada aspek psikologi dinyatakan dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. 3. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak 69

85 diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 19,1%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 68,5%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar 9%. Faktor lingkungan keluarga dapat dilihat dari hubungan antar anggota keluarga, kondisi ekonomi keluarga, perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya, kelengkapan fasilitas belajar, manajemen waktu belajar di rumah, dan kenyamanan suasana di rumah. Apabila dilihat dari hubungan antar anggota keluarga persentase yang diperoleh yaitu 44%, dilihat dari kondisi ekonomi keluarga persentase yang diperoleh yaitu 41%, dilihat dari perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya persentase yang diperoleh yaitu 42%, dilihat dari kelengkapan fasilitas belajar persentase yang diperoleh yaitu 44%, dilihat dari managemen waktu belajar di rumah persentase yang diperoleh yaitu 51%, dan dilihat dari kenyamanan suasana dirumah persentase yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 44%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pada faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang diterapkan oleh orang tua. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh 70

86 Dalyono (2005: 238) bahwa lingkungan keluarga juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut meliputi situasi dan kodisi dalam lingkungan keluarga yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, seperti: a) hubungan antar anggota keluarga; b) kondisi ekonomi keluarga; c) perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya; d) kelengkapan fasilitas belajar; e) manajemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah. Pendapat tersebut juga diperkuat dengan penjelasan Desmita (2012: 220) bahwa lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap anak. Masa usia sekolah merupakan masa untuk pertama kalinya anak memulai kehidupan sosial yang sesungguhnya. Dengan demikian, terjadilah perubahan hubungan anak dengan orangtua. Perubahan tersebut disebabkan adanya peningkatan penggunaan waktu bersama teman-teman sebayanya. Sekalipun tidak lagi menjadi subjek tunggal, orang tua tetap menjadi bagian penting yang menjadi figur sentra dalam proses pembelajaran anak. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar bagi siswa. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan keluarga dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan antar anggota keluarga, kondisi ekonomi keluarga, perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya, kelengkapan fasilitas belajar, managemen waktu belajar di rumah, dan kenyamanan suasana dirumah. Berdasarkan penelitian 71

87 diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan keluarga pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan keluarga dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. 4. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut berada pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Faktor lingkungan sekolah dapat dilihat dari cara mengajar guru, hubungan interaksi guru dengan siswa, hubungan interaksi siswa dengan siswa lain, dan sarana prasarana sekolah. Apabila dilihat dari cara mengajar guru persentase yang diperoleh yaitu 41%, dilihat dari hubungan interaksi guru dengan siswa persentase yang diperoleh yaitu 56%, dilihat dari hubungan interaksi siswa dengan 72

88 siswa lain persentase yang diperoleh yaitu 52%, dan dilihat dari sarana prasarana sekolah persentase yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan sekolah tidak menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 47%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, pada faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu hubungan interaksi guru dengan siswa, sehingga siswa masaih merasa takut dan canggung untuk berbicara atau bertanya kepada guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: ) bahwa faktor lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut meliputi adanya a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah. Pendapat tersebut diperkuat dengan penjelasan Desmita (2012: 232) bahwa sekolah merupakan lingkungan yang sengaja dibentuk guna mendidik dan membina siswa ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan sekolah dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal 73

89 tersebut dapat dilihat dari cara mengajar guru, hubungan interaksi guru dengan siswa, hubungan interaksi siswa dengan siswa lain, dan sarana prasarana sekolah. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan sekolah kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan sekolah pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan sekolah dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. 5. Faktor Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor lingkungan masyarakat faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 10,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 56,2%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%. Faktor lingkungan masyarakat dapat dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Apabila dilihat dari kondisi 74

90 lingkungan tempat tinggal persentase yang diperoleh yaitu 58% dan dilihat dari keberadaan teman bermain persentase yang diperoleh yaitu 60%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 60%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, pada faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terusmenerus, sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar bersama masih jarang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: ) bahwa lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar terhadap siswa. Faktor lingkungan masyarakat dapat mencakup kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Keberadaan teman bermain memang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap seorang siswa. Hal tersebut disebabkan karena siswa usia sekolah dasar khususnya kelas tinggi memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, 2012: 35). Oleh sebab itu, siswa akan lebih senang menghabiskan banyak waktu bersama teman-teman sebayanya. Penjelasan tersebut diperkuat dengan pendapat dari Rita Eka Izzaty dkk. (2008: 117) yang menyebutkan bahwa 75

91 salah satu karakteristik siswa sekolah dasar pada kelas tinggi yaitu suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama dan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan masyarakat dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan masyarakat pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang kurang baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan masyarakat dinyatakan dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu: 1. Faktor-faktor kesulitan belajar dalam penelitian ini masih terlalu luas, sehingga belum mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar per mata pelajaran. 2. Instrumen dalam penelitian ini kurang dapat mengukur objek yang diteliti, sehingga data yang diperoleh kurang sesuai. 76

92 3. Pengumpulan data melalui angket masih memiliki kelemahan seperti kurang mampu mengungkap kenyataan yang ada. Hal tersebut dikarenakan kondisi responden yang memungkinkan kurang teliti dalam menjawab dan adanya kecenderungan persamaan jawaban atau jawaban yang asal-asalan dari responden. 4. Peneliti hanya melihat dari sisi subjektif atau dari jawaban siswa saja. 5. Pada penelitian ini masih berasumsi bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami siswa masih bersifat klasikal dan bukan individual, sehingga belum mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar secara individual. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa faktorfaktor kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. 6. Karena responden merupakan siswa berprestasi rendah sehingga banyak diantaranya yang lambat dalam memahami pernyataan dan belum lancar membaca, sehingga peneliti perlu mendampingi secara langsung dalam pengisisan angket. 7. Terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang dari jumlah awal yang sudah ditentukan berdasarkan hasil TKM (Tes Kendali Mutu). 77

93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-kecamatan Ngemplak yaitu faktor internal pada aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat. Sedangkan pada faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, dan faktor eksternal aspek lingkungan keluarga masuk pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor internal aspek fisiologi tersebut yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa yang mudah lelah ketika belajar yaitu sebesar 63%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor internal aspek psikologi tersebut yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa merasa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang dirasa sulit yaitu sebesar 83%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan keluarga tersebut yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang yaitu sebesar 51%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan sekolah tersebut yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasa takut dan canggung untuk berbicara/bertanya kepada guru yaitu sebesar 57%. Dari faktor kesulitan 78

94 belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bagi guru disarankan untuk memilih strategi belajar yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih merasa tertarik untuk belajar khususnya pada materi-materi yang sebelumnya dirasa sulit. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih bersemangat ketika mengerjakan soal yang sulit. Disamping itu, guru disarankan untuk lebih mendekatkan diri kepada siswa, sehingga siswa tidak merasa takut dan canggung lagi kepada guru. 2. Bagi Orang Tua Bagi orang tua disarankan untuk selalu memperhatikan kondisi fisik siswa khususnya kecukupan gizi siswa, sehingga siswa tidak merasa mudah lelah ketika belajar. Disamping itu, orang tua perlu untuk mengatur manajemen waktu belajar di rumah sehingga siswa memiliki waktu belajar yang cukup di rumah. 3. Bagi Warga di Lingkungan Masyarakat 79

95 Bagi warga di lingkungan masyarakat disarankan untuk memperhatikan kebutuhan belajar bagi para siswa, sehingga warga di lingkungan masyarakat dapat mendukung proses belajar siswa dengan memantau pergaulan siswa di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat dapat memberikan arahan untuk kegiatan yang lebih bersifat positif dan menunjang proses belajar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam, sehingga mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar pada setiap mata pelajaran serta dapat dipertimbangkan untuk pemberian solusi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Disamping itu, dalam penyusuan instrument harus lebih disesuaikan sehingga data yang diperoleh lebih akurat. 80

96 DAFTAR PUSTAKA Ali Mustadi. (2012). Peningkatan Active English Achievement Melalui Metode Total Physical Response Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Didaktika, [S.l.], v.3, n.2, p ISSN Diakses dari: < Pada tanggal: 25 januari 2016 pukul WIB. Anonim. (1992). Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya, Cet.3. Jakarta: Sinar Grafika. Anonim. (2015). Sebaran Nilai Hasil Ujian Nasional SD/MI Kabupaten Sleman Tahun Diakses dari: pada tanggal: 28 Juli 2015 pukul WIB. Arif Rohman. (2011). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama. Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Brog, Walter R. dan Gall, Meredith D. (1979). Educational Research. New York: Longman Inc. Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Eko Putro Widoyoko. (2014). Penilaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hornby, A.S. (1995). Oxford Advanced Larner s Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Meizuvan Khoirul Arief. (2012). Identifikasi Fisika Pada Siswa RSBI: Studi Kasus di RSMABI Se Kota Semarang. Unnes Physics Education Journal (2). Hlm Diakses dari: Pada tanggal: 28 juli 2015 pukul WIB. Muhibbin Syah. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhibbin Syah. (2013). Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 81

97 Mulyadi. (2010). Diagnosis & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera. Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nini Subini. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Zainal Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.. 82

98 LAMPIRAN 83

99 Lampiran 1. Surat Pernyataan Validator Instrumen 84

100 Lampiran 2. Angket Faktor untuk Uji Coba Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nama Kelas Sekolah :.. :.. :.. Petunjuk pengisisan Bacalah pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berilah tanda centang ( ) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaanmu! (SL = Selalu, SR = Sering, JS = Jarang Sekali, TP = Tidak Pernah) No. Pernyataan 1. Berkonsentrasi dalam belajar karena memiliki kondisi badan yang sehat. 2. Merasa lelah ketika belajar. 3. Mengalami gangguan pengelihatan. 4. Mengalami gangguan pendengaran. 5. Mengalami gangguan fungsi anggota tubuh. 6. Ketika guru memberikan soal, saya dapat memahaminya. 7. Nilai-nilai dalam pelajaran kurang memuaskan, sehingga saya mengikuti remidi. 8. Mengalami kesulitan dalam mengingat materi pelajaran yang telah di pelajari. 9. Merasa mudah dalam belajar matematik. 10. Merasa mudah dalam belajar bahasa. 11. Merasa tertarik untuk belajar baik itu di rumah maupun di sekolah. 12. Tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. 13. Mengerjakan dengan semangat jika ada tugas yang sulit. 14. Merasa malas mempelajari materi yang akan dipelajari keesokan harinya di sekolah. Jawaban SL SR JS TP 85

101 15. Seluruh anggota dalam keluarga hidup dengan rukun. 16. Bertengkar dengan saudara di rumah. 17. Orang tua mampu membelikan perlengkapan sekolah yang dibutuhkan. 18. Orang tua mengingatkan untuk belajar setiap hari. 19. Ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, orang tua membantu menjelaskannya. 20. Di rumah saya tersedia ruang yang nyaman untuk belajar. 21. Orang tua memberlakukan jam belajar sehingga diberi batas waktu yang cukup untuk belajar di rumah. 22. Dapat belajar dengan tenang di rumah. 23. Merasa terganggu jika sedang belajar di rumah. 24. Ketika pembelajaran di kelas, guru dapat menerangkan pelajaran dengan jelas. 25. Cara guru dalam mengajar di kelas membuat bosan. 26. Bertanya kepada guru jika merasa kurang jelas. 27. Merasa takut untuk berbicara kepada guru. 28. Ketika ada yang kurang paham dengan materi pelajaran, saya dan teman-teman saling membantu menjelaskan. 29. Merasa marah jika ada teman yang mengganggu ketika belajar. 30. Merasa gedung sekolah yang ditempati nyaman untuk belajar. 31. Merasa fasilitas belajar yang disediakan oleh sekolah sudah lengkap. 32. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah saya memberlakukan jam belajar masyarakat. 33. Merasa kurang nyaman belajar di lingkungan sekitar rumah. 34. Belajar bersama dengan teman-teman di lingkungan rumah. 35 Teman-teman di lingkungan rumah mengajak 86

102 bermain terus-menerus. 87

103 Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen 88

104 89

105 90

106 No. Resp Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Skor Perolehan Jml 91

107

108 Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen A. Uji Validitas Correlations Total Bt1 Pearson Correlation.624 ** Sig. (2-tailed).001 N 25 Bt2 Pearson Correlation.404 * Sig. (2-tailed).045 N 25 Bt3 Pearson Correlation.508 ** Sig. (2-tailed).009 N 25 Bt4 Pearson Correlation.676 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt5 Pearson Correlation.288 Sig. (2-tailed).163 N 25 Bt6 Pearson Correlation.601 ** Sig. (2-tailed).001 N 25 Bt7 Pearson Correlation.700 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt8 Pearson Correlation.669 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt9 Pearson Correlation.552 ** Sig. (2-tailed).004 N 25 Bt10 Pearson Correlation.521 ** Sig. (2-tailed).008 N 25 Bt11 Pearson Correlation.571 ** Sig. (2-tailed).003 N 25 93

109 Bt12 Pearson Correlation.503 * Sig. (2-tailed).010 N 25 Bt13 Pearson Correlation.643 ** Sig. (2-tailed).001 N 25 Bt14 Pearson Correlation.483 * Sig. (2-tailed).014 N 25 Bt15 Pearson Correlation.568 ** Sig. (2-tailed).003 N 25 Bt16 Pearson Correlation.486 * Sig. (2-tailed).014 N 25 Bt17 Pearson Correlation.650 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt18 Pearson Correlation.712 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt19 Pearson Correlation.581 ** Sig. (2-tailed).002 N 25 Bt20 Pearson Correlation.477 * Sig. (2-tailed).016 N 25 Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 25 Total Bt21 Pearson Correlation.522 ** Sig. (2-tailed).007 N 25 Bt22 Pearson Correlation.558 ** Sig. (2-tailed).004 N 25 Bt23 Pearson Correlation Sig. (2-tailed).833 N 25 Bt24 Pearson Correlation.788 ** 94

110 Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt25 Pearson Correlation.538 ** Sig. (2-tailed).006 N 25 Bt26 Pearson Correlation.669 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt27 Pearson Correlation.474 * Sig. (2-tailed).017 N 25 Bt28 Pearson Correlation.435 * Sig. (2-tailed).030 N 25 Bt29 Pearson Correlation Sig. (2-tailed).987 N 25 Bt30 Pearson Correlation.747 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt31 Pearson Correlation.532 ** Sig. (2-tailed).006 N 25 Bt32 Pearson Correlation.624 ** Sig. (2-tailed).001 N 25 Bt33 Pearson Correlation.137 Sig. (2-tailed).515 N 25 Bt34 Pearson Correlation.751 ** Sig. (2-tailed).000 N 25 Bt35 Pearson Correlation.576 ** Sig. (2-tailed).003 N 25 Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 25 95

111 B. Uji Reliabilitas Scale: all variables Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt

112 Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt Bt

113 Lampian 6. Angket Faktor untuk Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nama Kelas Sekolah :.. :.. :.. Petunjuk pengisisan Bacalah pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berilah tanda centang ( ) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaanmu! (SL = Selalu, SR = Sering, JS = Jarang Sekali, TP = Tidak Pernah) No. Pernyataan 1. Berkonsentrasi dalam belajar karena memiliki kondisi badan yang sehat. 2. Merasa lelah ketika belajar. 3. Mengalami gangguan pengelihatan. 4. Mengalami gangguan pendengaran. 5. Ketika guru memberikan soal, saya dapat memahaminya. 6. Nilai-nilai dalam pelajaran kurang memuaskan, sehingga saya mengikuti remidi. 7. Mengalami kesulitan dalam mengingat materi pelajaran yang telah di pelajari. 8. Merasa mudah dalam belajar matematik. 9. Merasa mudah dalam belajar bahasa. 10. Merasa tertarik untuk belajar baik itu di rumah maupun di sekolah. 11. Tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. 12. Mengerjakan dengan semangat jika ada tugas yang sulit. 13. Merasa malas mempelajari materi yang akan dipelajari keesokan harinya di sekolah. 14. Seluruh anggota dalam keluarga hidup dengan Jawaban SL SR JS TP 98

114 rukun. 15. Bertengkar dengan saudara di rumah. 16. Orang tua mampu membelikan perlengkapan sekolah yang dibutuhkan. 17. Orang tua mengingatkan untuk belajar setiap hari. 18. Ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, orang tua membantu menjelaskannya. 19. Di rumah tersedia ruang yang nyaman untuk belajar. 20. Orang tua memberlakukan jam belajar sehingga diberi batas waktu yang cukup untuk belajar di rumah. 21. Dapat belajar dengan tenang di rumah. 22. Ketika pembelajaran di kelas, guru dapat menerangkan pelajaran kepada dengan jelas. 23. Cara guru dalam mengajar di kelas membuat bosan. 24. Bertanya kepada guru jika merasa kurang jelas. 25. Merasa takut untuk berbicara kepada guru. 26. Ketika ada yang kurang paham dengan materi pelajaran, saya dan teman-teman saling membantu menjelaskan. 27. Merasa gedung sekolah yang ditempati nyaman untuk belajar. 28. Merasa fasilitas belajar yang disediakan oleh sekolah sudah lengkap. 29. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah saya memberlakukan jam belajar masyarakat. 30. Belajar bersama dengan teman-teman di lingkungan rumah. 31. Teman-teman di lingkungan rumah mengajak bermain terus-menerus. 99

115 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian 100

116 101

117 102

118 103

119 104

120 105

121 106

122 107

123 108

124 109

125 110

126 111

127 112

128 113

129 114

130 115

131 116

132 117

133 118

134 119

135 120

136 Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian 121

137 122

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK Faktor-faktor Kesulitan (Novi Sanggra Pangestika) 81 FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK THE LEARNING DIFFICULTY FACTORS OF UNDER ACHIEVEMENT

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 GURU SEKOLAH DASAR SISWA-SISWA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran biologi termasuk salah satu mata pelajaran yang kompleks, karena didalamnya tercakup seluruh makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan). Proses

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM PENGARUH PERHATIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGISEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kunci utama pembangunan sebuah bangsa. Para ahli meyakini bahwa daya saing suatu bangsa sangat bergantung pada penyelenggaraan pendidikannya, yaitu

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK 1 DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo khususnya siswa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Oleh Yudi Kuswanto 05601241074 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Widi Nugroho NIM

SKRIPSI. Disusun oleh : Widi Nugroho NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PECAHAN DALAM TEMA PEKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KERTAS KARTON BERWARNA DI SDN DEPOK 1 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Motivasi dan Kebutuhan 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Iqbal Yulianto NIM

SKRIPSI. Oleh Iqbal Yulianto NIM PENGARUH MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS-II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND DENGAN SIKAP TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SD DI KELAS SE-GUGUS KALITIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN GEDONGTENGEN KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Eka Prasetya NIM

SKRIPSI. Oleh Eka Prasetya NIM HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Arin Nur Astuti NIM

SKRIPSI. Oleh Arin Nur Astuti NIM HUBUNGAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH SOKONANDI, UMBULHARJO, YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD N BENDUNGAN IV WATES KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Abstrak. Ria Risty Rahmawati. K8409052.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

MINAT SISWA PUTRA KELAS ATAS SD NEGERI DAN MI DI DESA KALIWUNGU KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TERHADAP EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SKRIPSI

MINAT SISWA PUTRA KELAS ATAS SD NEGERI DAN MI DI DESA KALIWUNGU KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TERHADAP EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SKRIPSI MINAT SISWA PUTRA KELAS ATAS SD NEGERI DAN MI DI DESA KALIWUNGU KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TERHADAP EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI KLEGUNG 1 TEMPEL SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI KLEGUNG 1 TEMPEL SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI KLEGUNG 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs KAPETAKAN CIREBON SKRIPSI

PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs KAPETAKAN CIREBON SKRIPSI PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs KAPETAKAN CIREBON SKRIPSI SAYYIMATUL HOTIMAH NIM 58450992 JURUSAN TADRIS MATEMATIKA - FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN ANALISIS BUTIR SOAL TES ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMP NEGERI 2 GODEAN, KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

MOTTO. 3. Bukan orang lain yang menentukan takdir kita, tapi diri sendiri.(penulis)

MOTTO. 3. Bukan orang lain yang menentukan takdir kita, tapi diri sendiri.(penulis) MOTTO 1. Jika kamu meninggikan diri kamu akan direndahkan, jika kamu merendahkan diri kamu akan ditinggikan (Alkitab). 2. Berapapun uang yang kamu miliki, kamu tidak akan bisa membeli waktu (penulis).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN LAGU ANAK-ANAK TERHADAP HASIL BELAJAR APRESIASI PUISI KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Oleh FENI TRISTANTI NIM

Oleh FENI TRISTANTI NIM ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MENURUT POLYA POKOK BAHASAN VOLUME KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS V SDN 2 BLAMBANGAN BANYUWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA KELUARGA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih 1 I. PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Menenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI SE GUGUS III KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI SE GUGUS III KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SD NEGERI SE GUGUS III KECAMATAN RAWALO KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakulltas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI FAKTOR YANG MENDUKUNG KELANCARAN PROGRAM PPL MAHASISWA PPKHB PENJAS ORKES FIK UNY DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KREATIVITAS SISWA DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS I KECAMATAN BANTUL TAHUN 2011/2012

HUBUNGAN KREATIVITAS SISWA DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS I KECAMATAN BANTUL TAHUN 2011/2012 HUBUNGAN KREATIVITAS SISWA DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS I KECAMATAN BANTUL TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

KECAKAPAN PASSING BOLA VOLI PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI MINI SD NEGERI 2 KEDUNGWULUH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH SKRIPSI

KECAKAPAN PASSING BOLA VOLI PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI MINI SD NEGERI 2 KEDUNGWULUH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH SKRIPSI KECAKAPAN PASSING BOLA VOLI PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI MINI SD NEGERI 2 KEDUNGWULUH KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Sri Atyanti NIM

SKRIPSI. Oleh: Sri Atyanti NIM TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA DIDIK KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI SROWOLAN KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS III SD N 1 SRIBITAN KASIHAN, BANTUL 2011 / 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBIAYAAN TANGGUNG RENTENG DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA ANGGOTA LKM KUBE SEJAHTERA 10 BIMOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN

PENGARUH PEMBIAYAAN TANGGUNG RENTENG DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA ANGGOTA LKM KUBE SEJAHTERA 10 BIMOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN PENGARUH PEMBIAYAAN TANGGUNG RENTENG DAN PENDAMPINGAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA ANGGOTA LKM KUBE SEJAHTERA 10 BIMOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM

SKRIPSI. Oleh Akhmad Faiz Abror Rosyadi NIM PENGARUH MINAT MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN TERHADAP KEDISIPLINAN PADA SISWA KELAS V SD SE GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakulltas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PANDANGAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PJKR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN SKRIPSI

PANDANGAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PJKR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN SKRIPSI PANDANGAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PJKR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratanGunaMemperoleh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA. Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Tugas ini disusun sebagaipengganti Tes Tengah Semester (TTS) mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI 2 Dosen Pengampu: Dr. H. Purwanto, M. Pd. Disusun

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN MUATAN LOKAL KETERAMPILAN DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI

EVALUASI PELAKSANAAN MUATAN LOKAL KETERAMPILAN DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI EVALUASI PELAKSANAAN MUATAN LOKAL KETERAMPILAN DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENERAPAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS (Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di Indonesia Pada Siswa Kelas V Semester Ganjil SDN Rambipuji

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP N 12 Padang)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP N 12 Padang) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima18/02/2013 Direvisi06/03/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Retno Wulandari NIM

SKRIPSI. Oleh : Retno Wulandari NIM KORELASI PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATKA DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN GAMPING TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Oleh : SETA EKA PURWANTO

Oleh : SETA EKA PURWANTO HUBUNGAN PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR DI LUAR JAM PELAJARAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KECAMATAN PLAYEN TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas adalah salah satu lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Melalui pendidikan diharapkan manusia menjadi sumber daya yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Made Wena menjelaskan bahwa strategi pembelajaran sangat berguna, baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi

BAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru SD berperan sebagai pengajar dan pembimbing, wajib melakukan layanan bimbingan belajar baik secara kelompok

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION) PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE CIRC (COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SD NEGERI SURUH 02 KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. 1. Prestasi Belajar Ekonomi. a. Pengertian Prestasi. Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar Ekonomi a. Pengertian Prestasi Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari usaha. Menurut Muhibbin

Lebih terperinci

PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci