BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah serius yang sering diderita oleh jutaan orang di belahan dunia karena dapat menyebabkan komplikasi pada organ-organ penting di dalam tubuh. Hipertensi merupakan faktor yang berkontribusi terhadap banyak penyakit lainnya termasuk Myocardial Infraction (MI), stroke, gagal jantung, gagal ginjal, retinopati dan merupakan penyebab utama kematian (Martin, 2008). Terdapat hubungan yang kuat antara penyakit ginjal kronis dengan tekanan darah tinggi, masing-masing dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan mekanisme kerja dari sistem reninangiotensin pada ginjal yang secara langsung akan mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh. Tekanan darah yang meningkat akan menyebabkan tekanan dalam ginjal juga meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada nefron (peningkatan interglomerular pressure) yang dapat menyebabkan proteinuria (adanya protein dalam urin). Kontrol tekanan darah merupakan dasar dari perawatan pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease) dan relevan pada semua tahap CKD terlepas dari penyebab yang mendasari (KDIGO, 2012). Hipertensi dan diabetes merupakan dua faktor risiko CKD yang paling penting (KDIGO 2012). Prevalensi hipertensi (HTN) terus meningkat, sekitar 74,5 juta orang di Amerika Serikat berusia 20 tahun dan berusia lebih tua memiliki hipertensi (Cohen & Townsend, 2011). Di Indonesia, angka kejadian hipertensi dengan penyakit ginjal tertinggi terjadi di daerah Jawa Barat dengan angka kejadian mencapai 1303 kasus dan tertinggi kedua terjadi di daerah Jawa Tengah dengan angka kejadian mencapai 1184 kasus pada Tahun 2012 (PERNEFRI, 2012). Penderita hipertensi dengan gangguan ginjal menempati posisi dengan angka kejadian terbesar (35%) dibandingkan dengan hipertensi yang dengan komplikasi pada organ lain. Terdapat 5654 kasus pada penyakit ginjal hipertensi yang dilaporkan sepanjang tahun 2012 (PERNEFRI, 2012). Angka kejadian yang 1

2 2 semakin meningkat tersebut secara tidak langsung menuntut ketepatan penatalaksanaan terapi pada pasien dengan lebih baik lagi untuk tahun-tahun yang akan datang. Penelitian sebelumnya di Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto hanya dilakukan penelitian tentang gambaran penggunaan obat pada penderita gagal ginjal kronis (Lestari, 2006). Namun pada penelitian tersebut tidak melakukan penelitian secara detail tentang evaluasi penggunaan antihipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan agen antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronis di Rumah Sakit tersebut adalah kalium losartan yaitu sebanyak 3 kasus (1,97%), kaptopril sebanyak 1 kasus (0,66%) dan loop diuretik (furosemid) dalam bentuk injeksi sebesar 80,26% kasus (Lestari, 2006). Kontrol tekanan darah merupakan dasar dalam penatalaksanaan terapi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis dan sangat tepat diterapkan pada semua tahap penyakit ginjal kronis terlepas dari penyebab yang mendasari (KDIGO, 2012). Evaluasi terhadap pengendalian tekanan darah pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi umumnya masih sangat jarang (Shrestha & Dhungel, 2012). Kontrol tekanan darah pada penyakit ginjal kronis juga masih cukup sulit (Shrestha & Dhungel, 2012). Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi karena merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di daerah Surakarta. Berdasarkan data yang tercantum di Bagian Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi, hipertensi dengan penyakit ginjal kronis merupakan kasus urutan ke-17 yang paling banyak diderita oleh pasien, dengan angka kejadian 976 kasus selama tahun Selain itu, belum ada penelitian yang dilakukan tentang evaluasi penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit tersebut, sehingga lebih mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui ketepatan penatalaksanaan terapi yang diberikan kepada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

3 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, disusun rumusan permasalahan penelitian ini, meliputi: Apakah penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 sudah tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi apakah pemberian terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 memenuhi kriteria tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien. D. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Hipertensi dan Penyakit Ginjal Kronis Hipertensi merupakan suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah terusmenerus mengalami peningkatan. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh dalam pembuluh darah. Tekanan darah yang dihasilkan oleh kekuatan darah memompa dinding pembuluh darah (arteri) seperti yang dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan, jantung harus memompa lebih keras lagi, sehingga terjadilah peningkatan tekanan darah (WHO, 2013). Terdapat tujuh kategori tekanan darah dalam pedoman JNC 7 yang didefinisikan dari JNC 6, disederhanakan dan dikurangi menjadi empat kategori: a. Tekanan darah normal: SBP <120 mmhg dan tekanan darah diastolik (DBP) <80 mmhg. b. Prehipertensi: Ini adalah pasien di puncak terkena hipertensi. Hal ini didefinisikan sebagai SBP mmhg atau DBP dari mmhg. c. Tahap I hipertensi: SBP mm Hg atau DBP mmhg. d. Tahap II hipertensi: SBP 160 mmhg atau DBP 100 mmhg. (Martin, 2008)

4 4 Penyakit Ginjal Kronis (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai adanya kerusakan ginjal, dengan tingkat penurunan fungsi ginjal selama jangka waktu tiga bulan atau lebih. CKD dapat dibagi menjadi lima tahap, tergantung pada seberapa parah kerusakan pada ginjal atau tingkat penurunan fungsi ginjal. Tidak semua tahap CKD berkembang dari Tahap 1 ke Tahap 5. Tahap 5 dikenal sebagai tahap akhir penyakit ginjal atau End-Stage Renal Disease (ESRD). Hal ini juga dapat disebut gagal ginjal stadium akhir. Penting untuk diingat bahwa stadium akhir mengacu pada akhir fungsi ginjal (ginjal bekerja kurang dari 15% dari keadaan normal), bukan akhir dari hidup pasien. Untuk mempertahankan hidup pada tahap ini, diperlukan dialisis atau transplantasi ginjal (The Kidney Foundation of Canada, 2014). Tabel 1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronis Kriteria untuk CKD ( 3 bulan) Penanda kerusakan ginjal (satu atau lebih) Albuminuria (AER 30 mg / 24 ; ACR 30 mg /g [ 3 mg / mmol]) Kelainan sedimen urin Elektrolit dan kelainan lain karena gangguan tubular Kelainan terdeteksi oleh histologi Kelainan struktural terdeteksi oleh imaging Riwayat transplantasi ginjal Penurunan GFR GFR < 60 ml / menit / 1,73 m 2 (kategori GFR G3a-G5) Singkatan: CKD, chronic kidney disease; GFR, glomerular filtration rate; AER, albumin excretion rate; ACR, albumin-tocreatinine ratio. (KDIGO, 2013) 2. Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis CKD diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kategori GFR dan kategori albuminuria atau disebut Cause, GFR and Albuminuria Categories (CGA): a. Menetapkan penyebab CKD berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit sistemik dan patologis-anatomi ginjal. Evaluasi konteks klinis, termasuk kondisi individu dan riwayat keluarga, faktor sosial, lingkungan, obatobatan, pemeriksaan fisik, pemeriksanaan laboratorium, Imaging, dan diagnosis patologis untuk menentukan penyebab penyakit ginjal (KDIGO, 2013).

5 5 b. Kategori Glomerular Filtration Rate (GFR) pada Penyakit Ginjal Kronis Tabel 2. Kategori GFR pada Penyakit Ginjal Kronis Kategori GFR GFR (ml/min/1,73 m 2 ) Ketentuan G1 90 Normal atau tinggi G Penurunan ringan* G3a Penurunan ringan-sedang G3b Penurunan sedang-parah G Penurunan parah G5 < 15 Gagal ginjal Singkatan: CKD, chronic kidney disease; GFR, glomerular fitration rate. *Sehubungan dengan umur remaja Tidak adanya bukti kerusakan ginjal, tidak satu pun kategori GFR G1 ataupun G2 memenuhi kriteria untuk CKD. (KDIGO, 2013) c. Penetapan kategori albuminuria pada penyakit ginjal kronis sebagai berikut: Apabila pengukuran albuminuria tidak tersedia, dapat digantikan dengan hasil strip reagen urin. Tabel 3. Penetapan Kategori Albuminuria pada Penyakit Ginjal Kronis Kategori AER ACR Ketentuan (mg/24) (mg/mmol) (mg/g) A1 < 30 < 3 < 30 Normal-ringan A Peningkatan sedang* A3 > 300 > 30 > 300 Peningkatan berat** Singkatan: AER, albumin excretion rate; ACR, albumin-to-kreatinin rasio; CKD, chronic kidney disease. * Sehubungan dengan tingkat remaja. **Termasuk sindrom nefrotik (albumin ekskresi biasanya >2200 mg / 2 [ACR>2220 mg/g; >220 mg/mmol]). (KDIGO, 2013) 3. Epidemiologi Angka kejadian hipertensi terus meningkat, sekitar 74,5 juta orang di Amerika Serikat berusia 20 tahun dan lebih tua menderita hipertensi. Faktor penuaan dan obesitas merupakan dua alasan yang paling penting dibalik peningkatan angka kejadian tersebut. Hipertensi (HTN) sering menyertai dan menjadi penyebab dari keparahan CKD (Chronic Kidney Disease). Bahkan lebih banyak pasien mengembangkan hipertensi dari CKD dibandingkan mengembangkan CKD dari HTN yang disebut nephrosclerosis hipertensi. Dalam satu studi observasional, CKD dan HTN meningkatkan risiko stroke hingga 22% dibandingkan dengan orang yang hipertensi tanpa CKD. Sebaliknya, lebih dari 2 kali lipat peningkatan risiko stroke ketika nilai SBP dibawah 120 mmhg. Risiko gagal jantung dan kematian kardiovaskular pada pasien CKD juga meningkat saat

6 6 nilai SBP mendekati 120 mmhg dan di bawah ambang batas tersebut (Cohen & Townsend, 2011). Penyebab baru gagal ginjal pasien hemodialisis dari data tahun 2010 menyebutkan bahwa penyakit ginjal hipertensi menempati posisi dengan angka kejadian tertinggi sebesar 35% jika dibandingkan dengan penyakit ginjal kronis dengan komplikasi lain (PERNEFRI, 2012). Jumlah pasien berdasarkan etiologi tahun 2012, E4 (Penyakit Ginjal Hipertensi) masih menduduki angka tertinggi (5654 kasus) (PERNEFRI, 2012). Dari data epidemiologi tersebut dapat dilihat bahwa kejadian hipertensi dengan penyakit ginjal di Indonesia memang masih menjadi masalah serius yang diderita sebagian besar populasi di Indonesia. Dikelompokkan Berdasarkan usia, semua tahap CKD lebih banyak terjadi pada usia diatas 60 tahun (39,4%) dibandingkan pada usia tahun (12,6%) atau tahun (8,5%). Berdasarkan tingkat pendidikan, orang dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki risiko CKD lebih rendah (15,7%) dibandingkan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah (22,1%) (Cohen & Townsend, 2011). 4. Etiologi dan Patofisiologi Hipertensi sendiri dapat bertindak sebagai faktor risiko yang dominan pada pasien dengan CKD dan sebagian besar pasien CKD akan mengalami hipertensi. Mekanisme yang mendasari dan dianggap paling penting dalam peningkatan tekanan darah adalah terkait dengan retensi natrium dan stimulasi sistem reninangiotensin. Aktivasi simpatik dan pelepasan katekolamin juga meningkat pada CKD (Alani, et al., 2014). Dua penelitian besar telah mengevaluasi hubungan antara fungsi ginjal dan kematian pada pasien hipertensi. Berdasarkan data dari Hypertension Detection and Follow-up Program Cooperative Group, pasien dianalisis untuk menilai semua penyebab kematian. Hasil menunjukkan bahwa pasien dengan kadar kreatinin 1,7mg/dL memiliki risiko kematian 3 kali lebih besar daripada pasien lainnya yang memiliki kadar kreatinin dibawah 1,7mg/dL (Alani, et al., 2014).

7 7 Studi dari The Hypertension Optimal Treatment (HOT) juga mendukung hasil ini. Menurut The Hypertension Optimal Treatment (HOT), pasien dengan nilai GFR <60 ml/menit (biasanya komplikasi CVD) memiliki risiko kematian lebih besar dibandingkan dengan pasien yang memiliki GFR >60 ml/menit (Alani, et al., 2014). The National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) menunjukkan bahwa pengobatan antihipertensi akan dimulai pada mereka yang berusia dibawah 80 tahun dengan penurunan fungsi ginjal dan hipertensi tahap 1, untuk tujuan target tekanan darah adalah dibawah dari 140/90mmHg. Tekanan darah selama hemodialisis/periode dialisis peritoneal tidak boleh lebih dari 160 mmhg. Terbatasnya jumlah penelitian RCT (Randomised Control Trial) terhadap kontrol tekanan darah yang optimal pada pasien CKD merupakan salah satu faktor penting dalam masalah ini (Alani, et al., 2014). 5. Faktor Risiko Kategori faktor risiko dari penyakit ginjal kronis dilampirkan dalam tabel berikut: Tabel 4. Kategori Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis Klasifikasi Definisi Faktor Risiko Kategori 1 Intervensi faktor spesifik mengurangi risiko Diabetes, hipertensi, obesitas, gangguan metabolik, hiperlipidemia Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 Intervensi faktor spesifik mungkin dapat mengurangi risiko Modifikasi faktor spesifik dapat menurunkan risiko Faktor spesifik yang tidak dapat dimodifikasi Merokok, kokain, paparan nefrotoksik (obat-obatan tertentu), batu ginjal, hipertrofi prostat (obstruksi), media radiocontrast Asupan tinggi protein, obesitas, sindrom metabolik, berpenghasilan rendah dan/atau tingkat pendidikan, bahaya lingkungan kimia Usia lanjut, jenis kelamin laki-laki, etnis (Afrika Amerika, penduduk asli Amerika, Hispanik, dan Asia), riwayat keluarga CKD (penyakit ginjal kistik), berat badan lahir rendah, bawaan atau diperoleh ginjal soliter, dan kerusakan ginjal sebelumnya (trauma, infeksi) (Krol, 2011)

8 8 6. Komplikasi Komplikasi CKD mempengaruhi sebagian besar sistem organ. Kondisi umum lainnya yang mempengaruhi CKD adalah usia lanjut (elderly), seperti infeksi dan gangguan fisiologis. Selain itu, CKD dikaitkan dengan peningkatan risiko dari efek samping obat, pemberian radiocontrast intravaskular, operasi dan prosedur invasif lainnya. Secara keseluruhan komplikasi CKD berhubungan dengan morbiditas, kematian dan biaya yang lebih tinggi (KDIGO, 2013). Pemeriksaan rutin atau deteksi dini diperlukan pada kelompok yang berisiko tinggi, misalnya orang dengan diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, penyakit saluran struktural ginjal. Orang yang memiliki riwayat keluarga gagal ginjal, riwayat keturunan penyakit ginjal, usia lanjut, pasien yang menerima obat nefrotoksik potensial atau yang memiliki hematuria atau proteinuria dapat segera dilakukan karena merupakan indikasi awal kerusakan ginjal (KDIGO, 2013). Faktor yang terkait dengan perkembangan CKD dan dengan peningkatan risiko kardiovaskular sebagian besar saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga target terapi dari faktor-faktor risiko tersebut diharapkan dapat mengurangi risiko CVD (Cardiovascular Disease) pada pasien CKD. Terapi yang dilakukan diharapkan juga dapat mengurangi perkembangan CKD menjadi stadium akhir penyakit ginjal atau End-Stage Renal Disease (ESRD). Terdapat bukti kuat bahwa penghambatan dari Renin-Angiotensin-Aldosterone System (RAAS) merupakan strategi efektif untuk menurunkan tekanan darah atau Blood Pressure (BP) dan dapat mengurangi risiko penyakit ginjal, serta risiko kardiovaskular terhadap albuminuria (KDIGO, 2013). 7. Penatalaksanaan Terapi Laporan ketujuh dari Joint National Committee (JNC 7) mengeluarkan serangkaian indikasi yang menarik (lihat tabel 5) untuk pengobatan hipertensi, yang juga harus diikuti dalam terapi pasien CKD. Modifikasi gaya hidup dan diet harus selalu ditegakkan di pasien CKD dengan hipertensi. Pembatasan natrium dapat menghasilkan penurunan BP substansial dan terutama melibatkan mengurangi asupan garam (asin) dalam makanan olahan. Saat ini tidak ada cukup

9 9 bukti untuk mendukung tujuan SBP <130 mmhg di CKD dengan rasio protein kreatinin urin <0,22. Pada pasien dengan CKD dan proteinuria >1 g/hari, direkomendasikan target SBP adalah mmhg. Tabel 5. Indikasi Pengobatan Hipertensi Berdasarkan JNC 7 Indikasi Pengobatan Penyakit ginjal kronis ACEI, ARB Diabetes melitus ACEI, ARB, BB, CCB* Gagal jantung ACEI, ARB, BB, ARA, tiazid Risiko tinggi CAD (Coronary Artery Disease) ACEI, tiazid, BB, CCB* Post-MI (Myocardial infarction) ACEI, BB, ARA Pencegahan primer stroke ARB (losartan, LIFE Trial) Pencegahan sekunder stroke ACEI Singkatan: ACEI, angiotensin converting enzyme inhibitor; ARB, angiotensin receptor blocker; BB, beta blocker; CCB, calcium channel blocker; ARA, antagonist receptor aldosterone (epleronone, spironolactone). *Pemilihan CCB nondihidropiridin lebih disukai pada pasien CKD dengan proteinuria. Tabel 6. Terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis Target Terapi BP <130/80 mmhg CKD tanpa proteinuria BP / mmhg CKD dengan proteinuria Terapi Lini-pertama GFR> 20 ml / menit / 1,73 m 2 ACEI atau ARB Kebanyakan pasien CKD dengan HTN membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi. Terapi Lini Kedua dan Ketiga GFR 40 ml / menit / 1,73 m 2 Tambahkan tiazid dan/atau CCB, jika terapi anti- RAAS adalah lini pertama. GFR <40 ml / menit / 1,73 m 2 Tambahkan agen loop diuretik, misalnya, bumetanid atau furosemid (dosis dua kali sehari) atau torsemid (dosis sekali sehari) dan/atau CCB, jika agen anti- RAAS dimulai sebagai terapi lini pertama. Terapi Lini Keempat HR >80 bpm HR 80 bpm Situasi klinis yang spesifik Diabetes CAD (Coronary artery disease) BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) Resistensi thiazide HTN Aldosteronisme primer Hipotensi ortostatik Tahap 2 Hipertensi (tidak terkontrol) SBP >150 mmhg DBP >90 mmhg Beta blocker atau alpha/beta blocker Pertimbangkan menambahkan ARA (spironolakton atau eplerenon), jika proteinuria. ACEI atau ARB untuk diabetes tipe 1 atau ARB ACEI untuk diabetes tipe 2 Beta blocker, CCB, alpha/beta blocker, misalnya, labetalol Alpha-1 blocker, misalnya, prazosin, terazosin, doxazosin amilorid atau ARA ARA Target 2-min, SBP (> 120 mmhg) (Cohen & Townsend, 2011)

10 10 Tabel 7. Dosis Terapi Hipertensi pada Penyakit Ginjal Kronis No Golongan Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi (per hari) Durasi Rute Keterangan 1 ACEI Captopril 12,5 2x1 Tiap 12 p.o - Lisinopril 2,5-40 mg 1x1 Tiap 24 p.o 2,5-5 mg jika ClCr <30 ml/min (max 40mg /hari); 5-10mg jika ClCr ml/min (max Ramipril 1,25 mg 1x1 Tiap 24 2 ARB Candesartan 4 mg 1x1 Tiap 24 3 Agonis sentral alfa-2 4 Diuretik Loop diuretik Diuretik Tiazid Irbesartan 150 mg 1x1 Tiap 24 Klonidin 0,15 mg 2x1 Tiap 12 Furosemid mg 2x1 Tiap 12 Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-50mg 1x1 Tiap 24 5 CCB Nondihidr opiridin Diltiazem mg 3x1 Tiap 8 Dihidropiri Amlodipin 5-10mg 1x1 Tiap 24 din Nifedipin 5 mg 3x1 Tiap 8 6 Β-blocker Bisoprolol 2,5-10mg 1x1 Tiap 24 7 Aldosteron Reseptor Blocker 40mg). p.o - p.o Dosis ditingkatkan bila diperlukan (max. 32mg) Ditingkatkan hingga 300mg per hari jika ditoleransi (Pada pasien hemodialisis atau usia > 75 th dosis 75mg per hari) p.o - i.v p.o p.o p.o - p.o - p.o - Mungkin diperlukan dosis tinggi (max 1,5g per hari). Hindari jika kreatinin < 30mL/min (tidak efektif) Elderly 2x sehari Spironolakton 25-50mg 1-2x Monitor plasma kalium, risiko tinggi terjadi hiperkalemia (BNF, 2007)

11 11 E. Landasan Teori Penyakit ginjal kronis (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) merupakan masalah kesehatan paling umum di masyarakat dan membutuhkan program terpadu untuk mendeteksi, memantau serta mengendalikannya. Salah satu penelitian program CKD tersebut dirancang dan dilaksanakan di Shahreza (Iran) terhadap pasien diabetes dan hipertensi (Barahimi, et al., 2014). Penelitian dilakukan dengan uji kreatinin serum dan urin albumin-kreatinin rasio, kemudian dilakukan program manajemen CKD termasuk pelatihan, skrining, pemantauan, dan pengendalian berat badan, hipertensi, diabetes mellitus, lipid, dan serum vitamin D. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa integrasi program CKD dalam perawatan kesehatan dasar mungkin akan menghasilkan perbaikan dalam pengelolaan pasien CKD (Barahimi, et al., 2014). Penelitian di atas dilakukan terhadap pasien diabetes melitus dan hipertensi, sedangkan pada penelitian skripsi ini secara spesifik hanya mengevaluasi ketepatan dan pengaruh dari penatalaksanaan hipertensi yang dilakukan terhadap pasien penyakit ginjal kronis, tanpa mengevaluasi terapi diabetes melitus. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Shrestha & Dhungel (2012) di Nepal Hospital Medical College Teaching selama tiga tahun, dari 16 April 2008 sampai 15 April Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa kontrol hipertensi pada pasien CKD masih cukup sulit, karena terdapat lebih dari dua pertiga pasien (68,6%) masih memiliki BP >140/90 mmhg setelah pemberian terapi (Shrestha & Dhungel, 2012). Kelompok tersebut kemudian diberikan agen antihipertensi tambahan, yaitu amlodipin dan furosemid (antihipertensi yang populer digunakan di Nepal) diikuti oleh prazosin dan metoprolol. Efek terapi dari agen hipertensi tersebut memang baik, tetapi kontrol terhadap tekanan darah pada pasien CKD di Nepal umumnya masih sangat memprihatinkan (Shrestha & Dhungel, 2012). Penelitian di atas dilakukan terhadap pasien CKD dengan hipertensi secara prospektif, sedangkan pada penelitian dalam proposal skripsi ini hanya akan dilakukan analisis data dengan metode retrospektif (deskriptif) tanpa adanya perlakuan. Namun pada dua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kontrol

12 12 tekanan darah pada awal deteksi CKD dan penanganan yang tepat mungkin akan dapat menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas terhadap pasien CKD. Penelitian terhadap gambaran penggunaan obat pada penderita gagal ginjal kronis juga pernah dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (Lestari, 2006). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa agen antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronis adalah kalium losartan sebanyak 3 kasus (1,97%), kaptopril sebanyak 1 kasus (0,66%) dan yang menggunakan diuretik loop (furosemid) sebanyak 80,26% (Lestari, 2006). Namun tidak dijelaskan secara rinci tentang evaluasi terapi hipertensi yang diberikan pada penyakit ginjal kronis. F. Keterangan Empiris Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data penatalaksanaan terapi yang tepat dalam penatalaksanaan hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014, mengingat angka kejadian yang masih sangat tinggi di daerah Jawa Tengah dan daerah lain di Indonesia.

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : AYU ANGGRAENY K 100110010 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu kelainan asimptomatis (tanpa gejala) yang ditandai dengan hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan faktor resiko yang telah diketahui untuk Cardiovascular Disease (CVD) dan progresi penyakit ginjal. Proteinuria umumnya terjadi pada pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu masalah kesehatan yang serius di dunia. Hal ini dikarena penyakit ginjal dapat menyebabkan kematian, kecacatan serta penurunan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi hipertensi di negara berkembang sekitar 80% penduduk mengidap hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2007 adalah 32,2% dan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi masalah kesehatan utama masyarakat daerah perkotaan dan urban di seluruh dunia. Beban mendasari saat ini penyakit karena perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

Lebih terperinci

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. Pilihlah satu jawaban yang benar : 1. Seorang wanita dengan umur 70 tahun,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di masyarakat. Seseorang dapat dikatakan hipertensi ketika tekanan darah sistolik menunjukkan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT GINJAL KRONIK

PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT GINJAL KRONIK PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT GINJAL KRONIK Afiatin Divisi Ginjal Hipertensi Dept IP Dalam FK Unpad-RS. Hasan Sadikin Bandung Pernefri Korwil Jawa Barat Afiatin dr. SpPD KGH CURICULUM VITAE Anggota PAPDI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya Aida Lydia Pringgodigdo Nugroho Perhimpunan Nefrologi Indonesia Outline Definisi PGK dan PGK di Dunia PGK di Indonesia Etiologi dan Faktor

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : ANNISA RAKHIM K 100 070 058 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan menyimpulkan bahwa faktor diurnal dan nokturnal (siang dan malam) mempengaruhi ritme sirkadian tubuh

Lebih terperinci

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat terutama pada usia dewasa dan lansia. Hipertensi dapat terjadi tanpa adanya sebab-sebab khusus (hipertensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Chronic Kidney Disease 2.1.1 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana ginjal gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga mengalami pergeseran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. 1 Tekanan darah secara fisiologis dapat naik dan turun mengikuti siklus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140 mmhg dan

Lebih terperinci

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih dan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih ( The

Lebih terperinci

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp. PD Disusun oleh : Isnan Wahyudi 1102009145 Judul asli : The Prevalence and Prognosis

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Arsyik Ibrahim, Ayi Indah Utami Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual 3.1.1 Skema Kerangka Konseptual Pola Penggunaan Angiotensin Reseptor Bloker pada Pasien Stroke Iskemik Etiologi - Sumbatan pembuluh darah otak - Perdarahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan penyakit yang berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan sering diderita manusia di belahan dunia yang dapat menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003 mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke (cedera serebrovaskular (Cerebrovascular accident, CVA) merupakan penyakit mematikan terbesar di dunia (Valentina L.B, 2008). Di Amerika Serikat, stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

Lebih terperinci

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad KEDOKTERAN KELUARGA SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HIPERTENSI LAPORAN KASUS FEBRUARI 2008 OLEH : ANITA AMIR C111 03 172 RIZKI AMALIAH RIFAI C111 03 210 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah National Kidney Foundation menyebutkan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama gagal ginjal kronik. Seiring waktu, tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang sejalan dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau CKD (Chronic Kidney Disease) merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Oleh : ARLIS WICAK KUSUMO J 500060025

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hipertensi umumnya tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh : EVALUASI KETEPATAN OBATANTIDIABETIK DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATIDI RSUD X SURAKARTA JANUARI-JULI 0 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ELIT RIZAL FALAH K 00 00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua

Lebih terperinci

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas 1 Kesehatan Rawat Jalan pada Tahun 2015 dengan Metode ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin F 1, Syahrul N 2,3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan

Lebih terperinci

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Oleh: PIGUR AGUS MARWANTO J 500 060 047 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit heterogen yang serius yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). Risiko kematian penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Contrast induced nephropathy (CIN) merupakan salah satu komplikasi serius akibat pemakaian zat kontras berbahan dasar iodium yang dipakai dalam tindakan radiologi.

Lebih terperinci

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19 Volume 14 Nomor 2 19 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI FASILITAS KESEHATAN RAWAT JALAN PADA TAHUN 2015 DENGAN METODE ATC/DDD Dika P. Destiani 1, Rina S 1., Eli H 1, Ellin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% peningkatan prevalensi pertahun.

Lebih terperinci

An Update Management Concept in Hypertension Ria Bandiara SubBagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr.Hasan Sadikin Bandung

An Update Management Concept in Hypertension Ria Bandiara SubBagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr.Hasan Sadikin Bandung An Update Management Concept in Hypertension Ria Bandiara SubBagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr.Hasan Sadikin Bandung Disampaikan pada acara Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Dengan prevalensi 15% di negara berkembang, dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:

Lebih terperinci

Diajukan oleh RA Oetari

Diajukan oleh RA Oetari ANALISIS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP HIPERTENSI DENGAN DIABETES DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DENGAN METODE ATC/DDD Tesis Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci