Evaluation Performance of Building Structure with Response Spectrum Analysis using Software ETABS V 9.50 (Case Study : Solo Center Point Building)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluation Performance of Building Structure with Response Spectrum Analysis using Software ETABS V 9.50 (Case Study : Solo Center Point Building)"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id EVALUASI KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS RESPON SPEKTRUM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS V 9.50 ( STUDI KASUS : GEDUNG SOLO CENTER POINT ) Evaluation Performance of Building Structure with Response Spectrum Analysis using Software ETABS V 9.50 (Case Study : Solo Center Point Building) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh : ISMAILAH NUR ELLIZA I JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013 to user i

2 digilib.uns.ac.id ii

3 digilib.uns.ac.id iii

4 digilib.uns.ac.id MOTTO Alloh SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.Al-Baqoroh:286) Semua yang indah akan tepat pada waktunya. Orang harus cukup tegar untuk memaafkan kesalahan, cukup pintar untuk belajar dari kesalahan dan cukup kuat untuk mengoreksi kesalahan. Semangat dan kerja keras adalah kunci keberhasilan yang dilandasi keyakinan dan doa Tuhan menabulkan do a kita dengan 3 cara : Apabila Tuhan Mengatakan YA maka kita akan mendapatkan apa yang kitamau Apabila Tuhan mengatakan TIDAK maka kita akan mendapatkan yang lebih baik Apabila Tuhan mangatakan Tunggu maka kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendak-nya Bagaimana sikap kita pada orang lain, akan mencerminkan sikap orang lain ke kita. iv

5 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Assalamu alaikum.wr.wb. Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-nya. Nikmat iman dan sehat yang ALLAH SWT berikan kepada saya. Skripsi ini saya persembahkan sebagai ucapan terima kasih juga kepada: Ibu dan Bapak yang selalu mendukung, mendo akan, membimbing, juga mendengarkan segala keluh kesah saya selama ini. Terimakasih ya Ibu, Bapak, segala pengorbanan yang kalian lakukan untukku hanya Allah SWT yg dapat membalasnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kalian. Saya akan selalu berusaha untuk membahagiakan kalian sampai akhir hidup saya. Terima kasih pada si ade Nisa dan seluruh keluarga besar saya, yang telah memberi dukungan semangat dan doanya. Dosen pembimbing saya, Bapak Edy Purwanto dan Bapak Setiono terimakasih atas bimbingan, ilmu yang disampaikan pada saya dan menyemangati saya sehingga Tugas Akhir dapat terselesaiakan. Teman seperjuangan saya Dian Ayu Angling Sari dan Bagus Hendri S, yang saling bahu membahu, saling menyemangati, mendengarkan seluruh keluh kesahku, menikmati lembur di ces bersama sampai satpam ngusir,berbagi suka dan duka bersama,terima kasih maaf aku sering merepotkan. Semoga kenangan ini akan menjadi kenangan manis yang akan menjadi cerita indah buat anak-anak kita kelak dan tak lekang oleh waktu. Buat Mamahnya Ayu terima kasih banyak atas dukungannya selama ini maaf kalo selama ini sering merepotkan. Dede Kinanthi semoga jadi anak yang berbakti yaa, amin.sekali lagi terima kasih telah menjadi pendukung kami bertiga,serasa punya keluarga baru di Solo. Teman sepermainan saya, Eir, Tyo, Tutut, Revy, Paska, Nisa, Nadya. Terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. Maaf kalo selama ini saya banyak nyusahin dan ngerepotin kalian. Kalo kita udah punya hidup masing masing nanti, jangan pernah lupa keep contact. Buat para pejuang kloter satu Tutut, Revy, Alty, Syfa pejuang kloter selanjutnya semangat kawan mari kita susul perintis 09 Festy, ST. Semangat. Buat warga setia CES yang budiman, pak ketua Patrich, Ade Dewa, Fido, Satya, Adit kecil dan warga Ces lainnya terima kasih, maaf sering merepotkan dan sering rusuh di CES. v

6 digilib.uns.ac.id Buat para atlit badminton 09 terima kasih telah menjadi coach saya salam sehat selalu. Buat mba mba kos: mb Hyw, mb puu, mb lia, mb ayu ang telah menginspirasiku, terima kasih. Seluruh teman - teman Civil Engineering 2009 yang telah saya anggap keluarga. Terimakasih banyak. Mohon maaf atas semua kesalahan yang saya lakukan. Sukses untuk kita semua. Semua teman-teman dan sahabat saya dimanapun kalian berada saat ini, semoga silaturahmi kita selalu terjaga dengan baik. Wassalamu alaikum.wr.wb. vi

7 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ismailah Nur Elliza, EVALUASI KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS RESPON SPEKTRUM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS V 9.50 (STUDI KASUS : GEDUNG SOLO CENTER POINT) Wilayah Indonesia terdiri daratan, lautan dan gunung-gunung maka dari itu Indonesia termasuk negara yang rawan terjadi gempa. Hal ini disebabkan Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, Filipina dan Indo-Australia. Pengembangan infrastruktur yang sangat digemari pada zaman sekarang adalah gedung bertingkat karena semakin terbatasnya lahan yang tersedia. Dengan adanya kejadian gempa di Indonesia yang mengakibatkan kerugian sangat besar bagi bangunan, maka diperlukan pengembangan analisis gempa terhadap struktur. Ada 2 pendekatan yang digunakan untuk memperhitungkan beban lateral (gempa bumi) yang bekerja pada suatu struktur, yaitu analisis secara statik ekivalen dan analisis dinamik ( response spectrum atau time history ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan gedung dilihat dari displacement, drift dan base shear. Hasil dari penelitian ini dianalis dengan kinerja struktur batas layan dan kinerja struktur batas ultimit. Metode yang digunakan adalah analisis dinamik response spektrum dengan menggunakan program ETABS V Nilai displacement pada arah X adalah 0,1254 m dan pada arah Y adalah 0,1533 m. Maksimum total drift pada arah X adalah 0,0055 m dan pada arah Y adalah 0,0099 m, sehingga gedung aman terhadap kinerja batas ultimate (0,02h) dan kinerja batas layan {(0,03/R) x h}. Displacement pada gedung Solo Center Point tidak melampaui displacement maksimal dan aman terhadap gempa rencana. Kata kunci : Response spektrum,drift, displacement, base shear vii

8 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Ismailah Nur Elliza, EVALUATION PERFORMANCE OF BUILDING STRUCTURE WITH SPECTRUM RESPONSE ANALYSIS USING SOFTWARE ETABS V 9.50 (CASE STUDY: SOLO BUILDING CENTER POINT) Indonesian territory consists of lands, oceans and mountains, that is why Indonesia becomes an earthquakes prone country. This because Indonesia is located at the confluence of four major tectonic plates, the Eurasian plate, the Pacific, the Philippines and Indo-Australia. The development of popular infrastructure in recent times is the high rise building due to the limited area. Because of the earthquakes in Indonesia, which resulted in huge losses for the building, it would require the development of seismic analysis of structures. There are two approaches used to calculate the lateral loads (earthquakes) on working structure, the equivalent static analysis and dynamic analysis (spectrum response or time history). The objecives of this study is to determine the safety of the building seen from the displacement, drift and base shear. The results of this study had been analyzed by the performance of the structure service ability limit the performance of the structure and performance of structures ultimit limit. The method used is the spectrum response dynamic analysis using ETABS program V The value of displacement in the X direction is 0,1254 m and the Y direction is 0,1533 m. Maximum total drift in the direction of X is 0,0055 m and the Y direction is 0,0099 m, so that the building is safe for ultimate performance limit (0,02 h) and service ability performance limit {(0,03 / R) x h}. The displacement in Solo Center Point building does not exceed the maximum displacement and safe against earthquake plan. Keywords : Response Spectrum, drift, displacement,base shear viii

9 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah, serta karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS RESPON SPEKTRUM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS V 9.50 ( STUDI KASUS : GEDUNG SOLO CENTER POINT ). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan wacana dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi orang lain pada umumnya. Atas bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak hingga selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Univeritas Sebelas Maret Surakarta. 2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Edy Purwanto, ST, MT, dan Setiono, ST, MSc selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam menyusun laporan ini. 4. Ir. Rr. Rintis Hadiani, MT selaku pembimbing Akademik. 5. Rekan-rekan mahasiswa teknik sipil angkatan 2009 atas kerjasama dan bantuannya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca, karena banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki. Kritik dan saran akan penulis terima untuk kesempurnaan tulisan ini. Surakarta, Januari 2013 Penulis ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL... xvii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Dasar Teori Analisis Dinamik Sistem dengan Banyak Kebebasan Pembentukan Persamaan MDOF Konsep Perencanaan Gedung Tahan Gempa Prinsip dan Kaidah Perancangan Prinsip Dasar Perencanaan, Perancangan dan Pelaksanaan Sistem Struktur Jenis Beban x

11 digilib.uns.ac.id Kombinasi Pembebanan Defleksi Lateral Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa Faktor Keutamaan Koefisien Modifikasi Respon Wilayah Gempa Jenis Tanah Setempat Faktor Respon Gempa Kategori Desain Gempa (KDG) Arah Pembebanan Gempa Kinerja Struktur Kinerja Batas Layan Kinerja Batas Ultimit BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Data Struktur Gedung Tahapan Analisis Studi Literatur Pengumpulan data Pemodelan 3D Perhitungan Pembebanan Analisis Respon Spektrum Diagram Alir Pembuatan Grafik Respon Spektrum Pembahasan Hasil Analisis Respon Spektrum Dari Program ETABS V BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Denah Solo Center Point Data Elevasi Gedung Spesifikasi Material Mutu Beton Mutu Baja Baja Tulangan xi

12 digilib.uns.ac.id Data Elemen Struktur Plat Lantai Balok Kolom Pembebanan Beban Mati Reduksi Beban Hidup (L R ) Perhitungan Berat Struktur Tiap Lantai Momen Inersia Massa Bangunan Beban Gempa Faktor Respon Gempa Data Gempa Faktor Reduksi Gempa Tekanan Tanah Pada Dinding Basement Tekanan ke Atas (Uplift) Pada Lantai dan Pondasi Hasil Analisis Displacement, Drift dan Base Shear dengan Beban Gempa Hasil Analisis Displacement akibat Beban Kombinasi Hasil Analisis Base Shear akibat Beban Kombinasi Hasil Kontrol Struktur Gedung Evaluasi Beban Gempa Kinerja Batas Layan Kinerja Batas Ultimit Kontrol Partisipasi Massa Level Kinerja Struktur (ATC-40) Grafik Simpangan Struktur Terhadap Beban Gempa BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Beban Hidup Pada Lantai Gedung Tabel 2.2. Berat Sendiri Bahan Bangunan Tabel 2.3. Berat Sendiri Komponen Gedung Tabel 2.4 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur lainnyan untuk beban gempa Tabel 2.5. Faktor Keutamaan Gempa dan Angin, ASCE Tabel 2.6. Parameter Sistem Struktur Beton Umum Tabel 2.7. Klasifikasi Situs Tabel 2.8. Koefisien Situs, Fa Tabel 2.9. Kategori Lokasi Fv untuk Menentukan Nilai S Tabel Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda Pendek Tabel Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda 1,0 detik Tabel Kategori Desain Gempa (KDG) dan Resiko Kegempaan Tabel 3.1. Deskripsi Gedung Tabel 4.1. Data Elevasi Gedung Tabel 4.2. Mutu Beton Gedung Solo Center Point Tabel 4.3. Tipe Balok Tabel 4.4. Tipe Kolom Tabel 4.5. Beban Mati Lantai Basement Tabel 4.6. Rekapitulasi Berat Struktur Per Lantai Tabel 4.7. Massa Bangunan Tabel 4.8. Momen Inersia Lantai Banguan Tabel 4.9. Data Tanah yang Digunakan Untuk Desain Tabel Faktor Skala Spektrum Respon Gempa Rencana Tabel Parameter Sistem Struktur Beton Umum Tabel Simpangan Horisontal (Displacement) Terbesar Tabel Base Shear Terbesar Tabel Evaluasi Beban Gempa commit Arah X to dan user Y xiii

14 digilib.uns.ac.id Tabel Kinerja Batas Layan Arah X ( s) Tabel Kinerja Batas Layan Arah Y( s) Tabel Kinerja Batas Ultinit Arah X ( m) Tabel Kinerja Batas Ultinit Arah Y ( m) Tabel Hasil dari Modal Partisipasi Massa Rasio Tabel Batasan Rasio Drift Atap Menurut ATC Tabel Level Kinerja Struktur arah X Tabel Level Kinerja Struktur arah Y xiv

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Tampak Gedung Solo Center Point... 2 Gambar 2.1. Kestabilan Struktur Portal... 7 Gambar 2.2. Diagram Beban (P) - Waktu (t) Gambar 2.3. Balok dengan Tumpuan Sederhana dengan Beban Merata p(x,t).. 13 Gambar 2.4. Respons Struktur Gambar 2.5. Defleksi Lateral Gambar 2.6. Peta Wilayah Gempa di Indonesia untuk S Gambar 2.7. Peta Wilayah Gempa di Indonesia untuk S s Gambar 2.8. Desain Respon Spektrum Gambar 3.1 Tampak Gedung Solo Center Point Gambar 3.2. Sistem koordinat yang digunakan dalam program ETABS Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Respon Spektrum Gambar 3.4. Diagram Alir Analisis Respon Spektrum Gambar 4.1. Tampak Gedung Solo Center Point Gambar 4.2. Respon Spektrum Gedung Solo Center Point Gambar 4.3. Data Tanah Gambar 4.4. Beban Tekanan Tanah Gambar 4.5. Beban Uplift Gambar 4.6. Grafik Kontrol Kinerja Batas Layan Arah X dan Arah Y Gambar 4.7. Grafik Kontrol Kinerja Batas Ultimit Arah X dan Arah Y Gambar 4.8. Displacement Akibat Beban Gempa Arah X Gambar 4.9. Displacement Akibat Beban Gempa Arah Y Gambar Story Drift Akibat Beban Gempa Arah X Gambar Story Drift Akibat Beban Gempa Arah Y xv

16 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Langkah ETABS V 9.50 xvi

17 digilib.uns.ac.id DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL B = Panjang gedung pada arah gempa yang ditinjau (m) C = Faktor respons gempa dari spektrum respons Ct = Koefisien pendekatan waktu getar alamiah untuk gedung beton bertulang menurut IBC 2006 Ec = Modulus elastisitas beton E = Beban Gempa e = Eksentrisitas antara pusat masa lantai dan pusat rotasi Fa = Koefisien periode pendek Fv = Koefisien periode 1.0 detik f c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa) f y f ys g Hn I k M n N P- = Mutu baja / kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan (Mpa) = Mutu tulangan geser/sengkang (Mpa) = Percepatan gravitasi = Tinggi gedung = Faktor keutamaan = Kekakuan struktur = Momen = Jumlah tingkat = Nomor lantai tingkat paling atas = Beban lateral tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik tangkapnya menyimpan kesamping yang disebabkan oleh beban gempa lateral (N-mm) q = Beban merata (Kg/m 2 ) q D = Beban mati merata (Kg/m 2 ) q L = Beban hidup merata (Kg/m 2 ) R S S S 1 = Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan = Parameter respon spektra percepatan pada periode pendek = Parameter respon spektra percepatan pada periode 1 detikk xvii

18 digilib.uns.ac.id SS = Lokasi yang memerlukan investigasi geoteknik dan analisis respon site spesifik T = Waktu getar gedung pada arah yang ditinjau (dt) T eff T 1 V V i Vn W i W t Z i D roof ζ ξ (ksi) = Waktu getar gedung effektif (dt) = Waktu getar alami fundamental (dt) = Gaya geser dasar (ton) = Gaya geser dasar nominal (ton) = Gaya geser gempa rencana (ton) = Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai (ton) = Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai (ton) = Ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral (m) = Displacement atap = Koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung, bergantung pada wilayah gempa = Faktor pengali dari simpangan struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada taraf pembebanan nominal untuk mendapatkan simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan γ (Gamma) = factor beban secara umum (Sigma) = Tanda penjumlahan xviii

19 digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia terdiri daratan, lautan dan gunung-gunung maka dari itu Indonesia termasuk negara yang rawan terjadi gempa. Hal ini disebabkan Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, Filipina dan Indo-Australia. Gempa bumi adalah getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi akibat dari pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi (lempeng bumi). Ketika pergeseran ini terjadi, maka timbul getaran yang disebut dengan gelombang seismic. Gelombang ini menjalar ke segala arah menjauhi pusat gempa. Getaran yang sampai ke permukaan bumi bisa bersifat merusak struktur bangunan serta menelan korban jiwa. Gempa dahsyat yang melanda Indonesia yang telah menimbulkan korban terhadap manusia dan harta benda yang cukup besar diantaranya : Gempa/Tsunami Aceh 26 Desember 2004 dengan besaran 9 Skala Richter Gempa Nias 28 Maret 2005 dengan besaran 8,7 Skala Richter Gempa Yogyakarta 26 Mei 2006 dengan besaran 5,9 Skala Richter Gempa Padang tahun 2009 dengan besaran 7,6 Skala Richter Gempa Mentawai tahun 2010 dengan besaran 7,2 Skala Richter Dengan adanya kejadian gempa di Indonesia yang mengakibatkan kerugian sangat besar bagi bangunan, maka diperlukan pengembangan analisis gempa terhadap struktur. Ada 2 pendekatan yang digunakan untuk memperhitungkan beban lateral (gempa bumi) yang bekerja pada suatu struktur, yaitu analisis secara statik ekivalen dan analisis dinamik ( respon spektrum atau time history ). Analisis 1

20 digilib.uns.ac.id 2 dinamik sangat cocok digunakan untuk analisis struktur bangunan yang tidak beraturan, bertingkat banyak terhadap pengaruh gempa. Dalam penelitian ini menggunakan analisis dinamik dengan metode analisis respon spektrum. Respon spektrum adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot antara periode struktur T, lawan respon-respon maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Dalam analisis respon spektrum hanya dipakai untuk menentukan gaya geser tingkat nominal dinamik akibat pengaruh gempa rencana. Gaya-gaya internal dalam unsur struktur gedung didapat dari analisis 3 dimensi berdasarkan beban gempa statik ekuivalen. Gambar 1.1. Tampak Gedung Solo Center Point Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah ini adalah bagaimana mengevaluasi struktur dengan analisis respon spektrum dilihat berdasarkan Displacement, drift dan base shear.

21 digilib.uns.ac.id Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Struktur yang digunakan adalah struktur beton. 2. Bangunan yang ditinjau bangunan bertingkat 19 lantai dan 2 basement. 3. Analisis struktur ditinjau dalam 3 dimensi menggunakan bantuan software ETABS v Analisa gaya gempa berdasarkan SNI dengan peta gempa terbaru (Peta Hazard Gempa Indonesia 2010). 5. Sistem struktur yang direncanakan adalah : a. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. b. Dual System (kombinasi sistem rangka pemikul momen dan sistem dinding struktural) Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur gedung dengan analisis respon spektrum yang ditinjau berdasarkan displacement, drift dan base shear Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini memberi manfaat terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknik sipil. 2. Mengembangkan pengetahuan mengenai penggunaan software ETABS v9.5 khususnya dalam desain struktur beton portal 3 dimensi. 3. Memberikan pemahaman tentang analisis gempa dinamik.

22 digilib.uns.ac.id 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Gempa bumi merupakan getaran yang terjadi pada permukaan tanah yang dapat disebabkan oleh aktivitas tektonik, vulkanisme, longsoran termasuk batu, bahan peledak. Dari semua penyebab tersebut di atas, goncangan yang disebabkan oleh peristiwa tektonik merupakan penyebab utama kerusakan struktur dan perhatian utama dalam kajian tentang bahaya gempa. (Chen dan Lui, 2006) Gempa bumi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah gempa bumi tektonik, yang merupakan jenis gempa yang menimbulan kerusakan paling luas. (Dewi dan Sudrajat, 2007) Hal yang perlu diperhatikan adalah kekuatan bangunan yang memadai untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya terutama lantai atas. Semakin tinggi bangunan, defleksi lateral yang terjadi juga semakin besar pada lantai atas. (Mc.Cormak,1995) Hal penting dari evaluasi berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan terhadap gempa dinyatakan secara jelas. Sasaran kinerja tersebut terdiri dari kejadian gempa rencana yang ditentukan (earthquake hazard), dan taraf kerusakan yang diijinkan atau level kinerja (performance level) dari bangunan terhadap kejadian gempa tersebut. (Dewobroto, 2006) Evaluasi kinerja dapat memberikan informasi sejauh mana gempa akan mempengaruhi struktur bangunan gedung. Hal ini penting untuk evaluasi perilaku seismik struktur gedung pasca leleh. (Pranata, 2006) 4

23 digilib.uns.ac.id 5 Dinamik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perubahan waktu. Beban dinamik adalah setiap beban yang besarnya, arahnya atau posisinya berubah menurut waktu. Demikian juga, respons struktur terhadap beban dinamik, yaitu lendutan dan tegangan yang dihasilkan, juga perubahan waktu, atau sifat dinamik (Clough and Penzien, 1997). Berdasarkan IBC 2006, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan kriteria sebagai berikut: a. Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil. b. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tetapi bukan merupakan kerusakan struktural. c. Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non-struktural pada gempa kuat, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai menyebabkan bangunan runtuh. d. Sistem sprinkler untuk proteksi kebakaran dan tangga keluar tetap utuh. Menurut SNI pasal 1.3 dilakukannya perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung bertujuan untuk : a. Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa yang kuat. b. Membatasi kerusakan gedung akibat gempa ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki. c. Membatasi ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni gedung ketika terjadi gempa ringan sampai sedang d. Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung. Menurut Applied Tecnology Council (ATC)-40, kriteria-kriteria struktur tahan gempa adalah sebagai berikut : 1. Immediate Occupancy (IO) Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa tersebut, struktur tidak mengalami kerusakan struktural dan tidak mengalami kerusakan non struktural. Sehingga dapat langsung commit dipakai. to user

24 digilib.uns.ac.id 6 2. Life Safety (LS) Struktur gedung harus mampu menahan gempa sedang tanpa kerusakan struktur, walaupun ada kerusakan pada elemen non-struktur. 3. Collapse Pervention (CP) Struktur harus mampu menahan gempa besar tanpa terjadi keruntuhan struktural walaupun struktur telah mengalami rusak berat, artinya kerusakan struktur boleh terjadi tetapi harus dihindari adanya korban jiwa manusia. Daniel L. Schodek (1999) menyatakan bahwa pada struktur stabil apabila dikenakan beban, struktur tersebut akan mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang lebih kecil dibandingkan struktur yang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena pada struktur yang stabil memiliki kekuatan dan kestabilan dalam menahan beban. Stabilitas merupakan hal yang sulit di dalam perencanaan struktur yang merupakan gabungan dari elemen-elemen. Untuk memperjelas mengenai stabilitas struktur akan diilustrasikan dalam Gambar 2.1. Δ (a) Susunan kolom dan balok (b) Ketidakstabilan terhadap beban horisontal

25 digilib.uns.ac.id 7 (c) Tiga metode dasar untuk menjamin kestabilan struktur sederhana meliputi : penopang diagonal, bidang geser dan titik hubung kaku. (d) Setiap metode yang dipakai untuk menjamin kestabilan pada struktur harus dipasang secara simetris. Apabila tidak, dapat terjadi efek torsional pada struktur. Gambar 2.1. Kestabilan Struktur Portal. Sumber : Daniel L. Schodek (1999) Pada Gambar 2.1(a). struktur stabil karena struktur belum mendapatkan gaya dari luar, apabila suatu struktur dikenakan gaya horisontal maka akan terjadi deformasi seperti yang terlihat pada Gambar 2.1(b). Hal ini disebabkan karena struktur tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk menahan gaya horisontal dan struktur tidak mempunyai kemampuan untuk mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban horisontal dihilangkan sehingga akan terjadi simpangan horisontal yang berlebihan yang dapat menyebabkan keruntuhan. Menurut Daniel L. Schodek (1999), terdapat beberapa cara untuk menjamin kestabilan struktur seperti pada Gambar 2.1(c). Cara pertama dengan menambahkan elemen struktur diagonal pada struktur, sehingga struktur tidak mengalami deformasi menjadi jajaran genjang seperti pada Gambar 2.1(b). Hal ini disebabkan karena dengan menambahkan elemen struktur diagonal gaya-gaya yang dikenakan pada struktur akan disebarkan keseluruh bagian termasuk ke elemen diagonal, gaya-gaya yang diterima masing-masing struktur akan berkurang sehingga simpangan yang dihasilkan lebih kecil. Cara kedua adalah dengan menggunakan dinding geser. Elemennya merupakan elemen permukaan bidang kaku, yang tentunya dapat commit menahan to deformasi user akibat beban horisontal dan

26 digilib.uns.ac.id 8 simpangan horisontal yang akan dihasilkan akan lebih kecil. Cara ketiga adalah dengan mengubah hubungan antara elemen struktur sedemikian rupa sehingga perubahan sudut untuk suatu kondisi pembebanan tertentu. Hal ini dengan membuat titik hubung kaku diantara elemen struktur sebagai contoh meja adalah struktur stabil karena adanya titik hubung kaku di antara setiap kaki meja dengan permukaan meja yang menjamin hubungan sudut konstan di antara elemen tersebut, sehingga struktur menjadi lebih kaku. Dalam menentukan letak bresing maupun dinding geser hendaknya simetris. Hal ini untuk menghindari efek torsional Dasar Teori Analisis Dinamik Secara umum analisis struktur terhadap beban gempa dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Analisis beban statik ekuivalen adalah suatu cara analisis struktur dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal yang diperoleh dengan hanya memperhitungkan respon ragam getar yang pertama. Biasanya distribusi gaya geser tingkat ragam getar yang pertama ini di sederhanakan sebagai segitiga terbalik. 2. Analisis dinamik adalah analisis struktur dimana pembagian gaya geser gempa di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamis gerakan tanah terhadap struktur. Analisis dinamik terbagi menjadi 2, yaitu : a. Analisis ragam respon spektrum dimana total respon didapat melalui superposisi dari respon masing-masing ragam getar. b. Analisis riwayat waktu adalah analisis dinamis dimana pada model struktur diberikan suatu catatan rekaman gempa dan respon struktur dihitung langkah demi langkah pada interval tertentu. Analisis dinamik untuk perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika diperlukan evaluasi yang lebih akurat dari gaya-gaya gempa yang bekerja pada struktur, serta untuk mengetahui perilaku dari struktur akibat pengaruh gempa.

27 digilib.uns.ac.id 9 Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara elastis maupun inelastis. Pada cara elastis dibedakan Analisis Ragam Riwayat Waktu (Time History Modal Analysis), dimana pada cara ini diperlukan rekaman percepatan gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respon (Respons Spectrum Modal Analysis), dimana pada cara ini respon maksimum dari tiap ragam getar yang terjadi didapat dari Spektrum Respon Rencana (Design Spectra). Pada analisis dinamis elastis digunakan untuk mendapatkan respon struktur akibat pengaruh gempa yang sangat kuat dengan cara integrasi langsung (Direct Integration Method). Analisis dinamik elastis lebih sering digunakan karena lebih sederhana. Untuk struktur gedung yang tidak beraturan yang tidak memenuhi struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung tersebut harus ditentukan melalui analisis respon dinamik 3 dimensi. Untuk mencegah terjadinya respon struktur gedung terhadap pembebanan gempa yang dominan dalam rotasi dari hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak ragam pertama (fundamental) harus dominan dalam translasi. (SNI ) Analisis dinamik adalah untuk menentukan pembagian gaya geser tingkat akibat gerakan tanah oleh gempa dan dapat dilakukan dengan cara analisis ragam spektum respon. Pembagian gaya geser tingkat tersebut adalah untuk menggantikan pembagian beban geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi gedung pada analisis beban statik ekuivalen. Pada analisis ragam spektum respon, sebagai spektrum percepatan respon gempa rencana harus dipakai diagram koefisien gempa dasar (C) untuk wilayah masing-masing gempa. Nilai C tersebut tidak berdimensi sehingga respon masing-masing ragam merupakan respon relatif. Untuk stuktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang berdekatan harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respon ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal

28 digilib.uns.ac.id 10 dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS) (SNI ) Perbedaan antara Beban Statik dan Dinamik (Widodo 2000) Pada ilmu statika keseimbangan gaya-gaya didasarkan atas kondisi statik, artinya gaya-gaya tersebut tetap intesitasnya, tetap tempatnya dan tetap arah/ garis kerjanya. Gaya-gaya tersebut dikategorikan sebagai beban statik. Kondisi seperti ini akan berbeda dengan beban dinamik dengan pokok-pokok perbedaan sebagai berikut ini : a. Beban dinamik adalah beban yang berubah-ubah menurut waktu (time varying) sehingga beban dinamik merupakan fungsi dari waktu. b. Beban dinamik umumnya hanya bekerja pada rentang waktu tertentu. Untuk gempa bumi maka rentang waktu tersebut kadang-kadang hanya beberapa detik saja. Walaupun hanya beberapa detik saja namun beban angin dan beban gempa misalnya dapat merusakkan struktur dengan kerugian yang sangat besar. c. Beban dinamik dapat menyebabkan timbulnya gaya inersia pada pusat massa yang arahnya berlawanan dengan arah gerakan. d. Beban dinamik lebih kompleks dibanding dengan beban statik, baik dari bentuk fungsi bebannya maupun akibat yang ditimbulkan. Asumsi-asumsi kadang perlu diambil untuk mengatasi ketidakpastian yang mungkin ada pada beban dinamik. e. Karena beban dinamik berubah-ubah intensitasnya menurut waktu, maka pengaruhnya terhadap struktur juga berubah-ubah menurut waktu. Oleh karena itu penyelesaian problem dinamik harus dilakukan secara berulang-ulang bersifat penyelesaian tunggal ( single solution ), maka penyelesaian problem dinamik bersifat penyelesaian berulang-ulang (multiple solution). f. Sebagai akibat penyelesaian yang berulang-ulang maka penyelesaian struktur dengan beban dinamik akan lebih mahal dan lebih lama.

29 digilib.uns.ac.id 11 Beban Statik Beban Impak Getaran Mesin Getaran Gempa Gambar 2.2. Diagram Beban (P) - Waktu (t) Sumber : (Mei,2011) Beban dinamik menimbulkan respon yang berubah-ubah menurut waktu, maka struktur yang bersangkutan akan ikut bergetar atau ada gerakan. Dalam hal ini bahan akan melakukan resistensi terhadap gerakan dan pada umumnya dikatakan bahan yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk meredam getaran. Dengan demikian pada pembebanan dinamik, akan terdapat peristiwa redaman yang hal ini tidak ada pada pembebanan statik. Menurut Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung SNI , Struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m. 2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut. 3. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut. 4. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama orthogonal denah struktur gedung secara keseluruhan.

30 digilib.uns.ac.id Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran terbesar denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya loncatan bidang muka. 6. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar-tingkat. 7. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini. 8. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut. 9. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai tingkat seluruhnya. Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga menurut standar ini analisisnya dapat dilakukan berdasarkan analisis statik ekuivalen.

31 digilib.uns.ac.id 13 Struktur gedung yang tidak memenuhi ketentuan diatas, ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respon dinamik Sistem dengan Banyak Derajat Kebebasan (MDOF) Pada kenyataan adalah sulit mendapatkan struktur yang hanya memiliki satu derajat kebebasan (Single Degree Of Freedom = SDOF) atau pendekatan yang diberikan oleh sistem SDOF mempunyai keandalan yang kurang memenuhi untuk beberapa struktur pada umumnya, sehingga pendekatan pada sistim MDOF akan lebih baik. (Paz, 1996). Sebagai contoh suatu struktur berupa balok diatas tumpuan sederhana (simple beam) seperti gambar 2.1. P (x, t) m (x), EI (x) Gambar 2.3. Balok dengan Tumpuan Sederhana dengan Beban Merata p (x, t) Pendekatan diskrit struktur pada gambar 2.3. akan lebih baik jika derajat kebebasannya lebih dari satu, dan akibat dari beban yang bekerja p (x, t) akan timbul respons struktur sebagaimana terlihat pada gambar 2.4. V (x, t) V 1 (t) V 2 (t) V 3 (t) V 4 (t) v : peralihan (displacement) Gambar 2.4. Respons struktur kumpulan dari respons yang diskrit pada gambar 2.4. ini menggambarkan respons struktur yang lebih teliti daripada hanya ditinjau satu derajat kebebasan saja, dan tentunya masih banyak derajat kebebasan yang ditinjau hasil yang diperoleh semakin akurat.

32 digilib.uns.ac.id Pembentukan Persamaan MDOF Dengan memperhatikan gambar 2.4., maka pada tiap titik nodal mempunyai 3 (tiga) derajat kebebasan yang menyatakan : - perpindahan lateral ( ) - perpindahan rotasi ( ) - perpindahan longitudinal ( ) Selanjutnya pada tiap titik nodal, terdapat 4 tipe gaya yang bekerja yaitu : - gaya luar p i (t) - gaya pegas f S i - gaya redaman f D i - gaya inersia f I i Gaya pegas, gaya redaman dan gaya inersia adalah gaya-gaya yang disebabkan adanya gerakan (motion). Pada titik nodal (i) akan selalu berlaku persamaan kesetimbangan : f I i + f D i + f S i = p i (t) (2.1) dalam bentuk matik dapat ditulis : [ f I i ] + [ f D i ] + [ f S i ] = { p i (t)} (2.2) masing-masing suku dari persamaan (2.1) adalah a. [ f S i ] = koefisien pengaruh kekakuan f S i = k i1. u 1 + k i2. u 2 + k i3. u k in. u n atau dalam bentuk matrik dapat ditulis [ f S ] = [ k ].{u} (2.3) dimana [ k ] : matrik kekakuan b. [ f D i ] = koefisien pengaruh redaman f D i = c i1. u 1 + c i2. u 2 + c i3. u c in. u n atau dalam bentuk matrik dapat ditulis fd = c. u (2.4) dimana [ c ] : matrik redaman c. [ f I i ] = koefisien massa fi i = m ii. u i

33 digilib.uns.ac.id 15 atau dalam bentuk matrik dapat ditulis fi = m. u (2.5) dimana [ m ] = matrik massa, yang berupa matrik diagonal. Dengan demikian keseimbangan total pada MDOF adalah m u + c u + k u = p t (2.6) persamaan ini merupakan persamaan system MDOF Konsep Perencanaan Gedung Tahan Gempa Struktur tahan gempa adalah struktur yang tahan (tidak rusak dan tidak runtuh) apabila terlanda gempa, bukan struktur yang semata-mata (dalam perencanaan) sudah diperhitungkan dengan beban gempa (Tjokrodimulyo, 2007) Dalam perencanaan bangunan tahan gempa struktur yang didesain harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Di bawah gempa ringan (gempa dengan periode ulang 50 tahun dengan probabilitas 60% dalam kurun waktu umur gedung) struktur harus dapat berespon elastik tanpa mengalami kerusakan baik pada elemen structural (balok, kolom, pelat dan pondasi struktur) dan elemen non struktural (dinding bata, plafond dan lain lain). b. Di bawah gempa sedang (gempa dengan periode ulang tahun) struktur bangunan boleh mengalami kerusakan ringan pada lokasi yang mudah diperbaiki yaitu pada ujung-ujung balok di muka kolom, yang diistilahkan sendi plastis, struktur pada tahap ini disebut tahap First Yield yang merupakan parameter penting karena merupakan batas antara kondisi elastik (tidak rusak) dan kondisi plastik (rusak) tetapi tidak roboh atau disingkat sebagai kondisi batas antara beban gempa ringan dan gempa kuat. c. Di bawah gempa kuat (gempa dengan periode ulang tahun dengan probabilitas 20%-10% dalam kurun waktu umur gedung) resiko kerusakan harus dapat diterima tapi tanpa keruntuhan struktur. Jadi, kerusakan struktur pada saat gempa kuat terjadi harus didesain pada tempat-tempat tertentu sehingga mudah diperbaiki setelah gempa kuat terjadi.

34 digilib.uns.ac.id Prinsip dan Kaidah Perancangan Prinsip Dasar Perencanaan, Perancangan dan Pelaksanaan Prinsip-prinsip dasar perlu diperhatikan dalam perencanaan, perancangan dan pelaksanaan struktur bangunan beton bertulang tahan gempa yaitu : 1. Sistem struktur yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat kerawanan daerah dimana struktur bangunan tersebut berada terthadap gempa. 2. Aspek kontinuitas dan integritas struktur bangunan perlu diperhatikan. Dalam pendetailan penulangan dan sambungan-sambungan, unsur-unsur struktur bangunan harus terikat secara efektif menjadi satu kesatuan untuk meningkatkan struktur secara menyeluruh. 3. Konsistensi sistem struktur yang diasumsikan dalam desain dengan sistem struktur yang dilaksanakan harus terjaga. 4. Materi beton yang digunakan haruslah memiliki daya tahan yang tinggi dilingkungannya. 5. Unsur-unsur arsitektural yang memiliki masa yang besar harus terikat dengan kuat pada sistem portal utama dan harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap sistem struktur. 6. Metode pelaksanaan, sistem quality control dan quality assurance dalam tahapan konstruksi harus dilaksanakan denagn baik dan harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa besarnya gaya gempa yang diterima struktur bangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh karakteristik gempa yang tejadi, karakteristik tanah dimana bangunan berada dan karakteristik struktur bangunan. Karakteristik struktur bangunan yang berpengaruh diantaranya bentuk bangunan, massa bangunan, beban gravitasi yang bekerja, kekakuan dan lain-lain.

35 digilib.uns.ac.id Sistem Struktur Ada 4 jenis sistem struktur dasar yang ditetapkan dalam peraturan perencanaan gempa Indonesia (SNI ), yaitu : 1. Sistem dinding penumpu, yaitu sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. 2. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memililki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing. 3. Sistem rangka pemikul momen, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memililki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. 4. Sistem ganda, yaitu sistem yang terdiri dari rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi, pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral, dan kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi sistem ganda. Selain 4 sistem struktur dasar tersebut, dalam SNI juga mengenalkan 3 sistem struktur lain, yaitu sistem struktur gedung kolom kantilever (sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral), sistem interaksi dinding geser dengan rangka, dan subsistem tunggal (subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan).

36 digilib.uns.ac.id Jenis Beban Beban yang akan ditanggung oleh suatu struktur atau elemen struktur tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya. Meski beban-beban tersebut telah diketahui dengan baik pada salah satu lokasi struktur tertentu, distribusi dari elemen yang satu ke elemen yang lain pada keseluruhan struktur masih membutuhkan asumsi dan pendekatan. Jenis beban yang biasa digunakan dalam bangunan gedung meliputi : a. Beban Lateral, yang terdiri atas : 1) Beban Gempa Besarnya simpangan horisontal (drift) bergantung pada kemampuan struktur dalam menahan gaya gempa yang terjadi. Apabila struktur memiliki kekakuan yang besar untuk melawan gaya gempa maka struktur akan mengalami simpangan horisontal yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur yang tidak memiliki kekakuan yang cukup besar. Berdasarkan SNI pasal , untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung baja, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama tetapi efektifitasnya hanya sebesar minimal 30% tapi tidak lebih dari 70%. 2) Beban Angin Beban angin pada struktur terjadi karena adanya gesekan udara dengan permukaan struktur dan perbedaan tekanan dibagian depan dan belakang struktur. Beban angin tidak memberi konstribusi yang besar terhadap struktur dibandingkan dengan beban yang lainnya. Menurut Schodek (1999), besarnya tekanan yang diakibatkan angin pada suatu titik akan tergantung kecepatan angin, rapat massa udara, lokasi yang ditinjau pada stuktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris struktur, dimensi struktur.

37 digilib.uns.ac.id 19 b. Beban Gravitasi, yang terdiri atas : 1) Beban Hidup Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup gedung tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan pada lantai dan atap. Beban hidup dapat menimbulkan lendutan pada struktur, sehingga harus dipertimbangkan menurut peraturan yang berlaku agar struktur tetap aman. Menurut Schueller (1998), beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam atau di atas suatu bangunan disebut beban penghunian (occupancy load). Beban ini mencakup beban peluang untuk berat manusia, perabot partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi, buku, lemari arsip, perlengkapan mekanis dan sebagainya.

38 digilib.uns.ac.id 20 Tabel 2.1. Beban Hidup Pada Lantai Gedung No Lantai gedung Beban Satuan 1. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam no Kg/m 2 2. Lantai tangga rumah tinggal sederhana dan gudanggudang tidak penting yang bukan untuk took, pabrik 125 Kg/m 2 atau bengkel. 3. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, took, toserba, restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit. 250 Kg/m 2 4. Lantai ruang olah raga. 400 Kg/m 2 5. Lantai dansa. 500 Kg/m 2 6. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari yang disebut dalam no 1 s/d 5, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang 400 Kg/m 2 rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap. 7. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton berdiri. 500 Kg/m 2 8. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam no Kg/m 2 9. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam no 4,5,6 dan Kg/m Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam no 3,4,5,6 dan Kg/m Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, took buku, took besi, ruang alat-alat dan ruang mesin harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri dengan minimum. 400 Kg/m Lantai gedung parkir bertingkat : Untuk lantai bawah 800 Kg/m 2 Dilanjutkan

39 digilib.uns.ac.id 21 Lanjutan No. Lantai gedung Beban Satuan Untuk lantai tinggkat lainnya 400 Kg/m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai yang berbatasan dengan minimum. 300 Kg/m 2 Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11) 2). Beban Mati Beban mati (DL) adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat tetap. Beban mati terdiri dari dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan superimpossed deadload (SiDL). Beban superimpossed adalah beban mati tambahan yang diletakkan pada struktur, dimana dapat berupa lantai (ubin/keramik), peralatan mekanik elektrikal, langit-langit, dan sebagainya. Perhitungan besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan. Tabel 2.2. Berat Sendiri Bahan Bangunan No Bahan Bangunan Beban Satuan 1 Baja 7850 Kg/m 3 2 Batu alam 2600 Kg/m 3 3 Batu belah, batu bulat, batu gunug ( berat tumpuk ) 1500 Kg/m 3 4 Batu karang ( berat tumpuk ) 700 Kg/m 3 5 Batu pecah 1450 Kg/m 3 6 Besi tuang 7250 Kg/m 3 7 Beton ( 1 ) 2200 Kg/m 3 8 Beton bertulang ( 2 ) 2400 Kg/m 3 9 Kayu ( kelas 1 ) ( 3 ) 1000 Kg/m 3 10 Kerikil, koral (kering udara commit sampai to lembab, user tanpa diayak) 1650 Kg/m 3 Dilanjutkan

40 digilib.uns.ac.id 22 Lanjutan No Bahan Bangunan Beban Satuan 12 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 Kg/m 3 13 Pasangan batu cetak 2200 Kg/m 3 14 Pasangan batu karang 1450 Kg/m 3 15 Pasir ( kering udara sampai lembab ) 1600 Kg/m 3 16 Pasir ( jenuh air ) 1800 Kg/m 3 17 Pasir kerikil, koral ( kering udara sampai lembab ) 1850 Kg/m 3 18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700 Kg/m 3 19 Tanah, lempung dan lanau ( basah ) 2000 Kg/m 3 20 Timah hitam ( timbel ) 1140 Kg/m 3 Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983)

41 digilib.uns.ac.id 23 Tabel 2.3. Berat Sendiri Komponen Gedung No Komponen gedung Beban Satuan 1 Adukan, per cm tebal : Dari semen Dari kapur, semen merah atau tras 2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm 21 Kg/m 2 17 Kg/m 2 14 Kg/m 2 tebal 3 Dinding pasangan bata merah : Satu batu Setengah batu 4 Dinding pasangan batako : Berlubang : Tebal dinding 20 cm ( HB 20 ) Tebal dinding 10 cm ( HB 10 ) Tanpa lubang Tebal dinding 15 cm Tebal dinding 10 cm 5 Langit-langit dan dinding ( termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku ), terpadu dari : Semen asbes ( eternity dan bahan lain sejenis ), dengan tebal maksimum 4mm. Kaca, dengan tebal 3-4 mm. 6 Penggantung langit-langit ( dari kayu ), dengan bentang Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 Kg/m 2 maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m. 40 Kg/m 2 7 Penutup atap genting dengan reng dan usuk / kaso per m 2 bidang atap. 50 Kg/m 2 8 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk / kaso, per m 2 bidang atap. 40 Kg/m 2 9 Penutup atap seng gelombang ( BWG 24 ) tanpa gording 10 Kg/m 2 10 Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso dan beton, tanpa adukan, per cm commit tebal. to user 21 Kg/m 2 Dilanjutkan

42 digilib.uns.ac.id 24 Lanjutan No Komponen gedung Beban Satuan 11 Semen asbes gelombang ( tebal 5 mm ) 11 Kg/m 2 12 Ducting AC dan penerangan 30,6 Kg/m 2 Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11-12) Kombinasi Pembebanan Menurut SNI pasal 11.2, kombinasi beban yang dipakai dalam penelitian ini yaitu : a. U = 1,4 D b. U = 1,2 D + 1,6 L c. U = 0,9 D + 1,0E d. U = 1,2 D + 1,0L + 1,0E Dimana: U = Kuat Perlu D = Beban Mati L = Beban Hidup E = Beban Gempa Defleksi Lateral Besarnya simpangan horisontal (drift) harus dipertimbangkan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu kinerja batas layan struktur dan kinerja batas ultimit. Mc.Cormac (1981) menyatakan bahwa simpangan struktur dapat dinyatakan dalam bentuk Drift Indeks seperti pada Gambar 2.1. F H H L Gambar 2.5. Defleksi Lateral Sumber : Mc. Cormac (1981) L

43 digilib.uns.ac.id 25 Drift Indeks dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.1 : Drift Indeks = h (2.1) Dimana : = besar defleksi maksimum yang terjadi (m) h = ketinggian struktur portal (m) Besarnya drift Indeks tergantung pada besarnya beban-beban yang dikenakan pada struktur. Berdasarkan AISC 2005, besarnya drift indeks berkisar antara 0,01 sampai dengan 0,0016. Kebanyakan, besar nilai drift indeks yang digunakan antara 0,0025 sampai 0, Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa Faktor Keutamaan Untuk berbagai kategori gedung bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur gedung yang diharapkan. Pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan (I). Tabel 2.4. Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur lainnya Untuk Beban Gempa Kategori Jenis Pemanfaatan Resiko Gedung dan struktur lainnyan yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tidak dibatasi untuk : - Fasilitas Pertanian. - Fasilitas sementara tertentu - Fasilitas gedung yang kecil Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I,III,IV I II Dilanjutkan

44 digilib.uns.ac.id 26 Lanjutan Jenis Pemanfaatan Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan. Gedung dan struktur lainnyan, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fsilitas manufaktur, proses penanganan penyimpanan, penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak), yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran. Gedung dan struktur lain yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, tetapi tidak dibatasi untuk : - Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat. - Fasilitas pemadam kebakaran, ambulance dan kantor polisi serta kendaraan darurat. - Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya. - Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat. - Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat. - Struktur tambahan ( termasuk tidak dibatasi untuk, tower Kategori Resiko III IV Dilanjutkan

45 Jenis Pemanfaatan - telekomunikasi, tangki penyimpan bahan bakar, tower pendingin, struktur stasiun listrik,tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) diisyaratkan dalam kategori resiko IV untuk operasi pada saat keadaan darurat - Tower. - Fasilitas penampung air dan struktur pompa yang dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan air pada saat memadamkan kebakaran - Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting terhadap sistem pertahanan nasional. Gedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung bahan yang sangat beracun dimana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyarakan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi nasyarakat bila terjadi kebocoran. Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun, sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan dalam kategori resiko yang lebih rendah bilamana dapat dibuktikan dengan memuaskan dan berkekuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa kebocoran bahan beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung atau struktur lainnya tersebut juga merupakan fasilitas yang penting. Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko IV Sumber : RSNI digilib.uns.ac.id 27 Lanjutan Kategori Resiko IV

46 digilib.uns.ac.id 28 Tabel 2.5. Faktor Keutamaan Gempa dan Angin, ASCE 7-10 Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa (I E ) Faktor Keutamaan Angin (I w ) I atau II 1,00 1,00 III 1,25 1,00 IV 1,50 1,00 Sumber : RSNI Koefisien Modifikasi Respon. Koefisien modifikasi respon, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut, faktor reduksi gempa representatif struktur gedung tidak beratutan.

47 digilib.uns.ac.id 29 Tabel 2.6. Parameter Sistem Struktur Beton Umum Tabel Sistem Struktur Beton Bertulang Penahan Gaya Seismik R Ω o C d (Shear Wall Frame Interactive System With Ordinary Reinforced Concrete Moment Frames and Ordina 1. Sistem dinding penumpu (Bearing Wall System) - Dinding geser beton bertulang khusus 5,0 2,5 5,0 - Dinding geser beton bertulang biasa 4,0 2,5 4,0 - Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0 - Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 - Dinding geser pracetak menengah 4,0 2,5 4,0 - Dinding geser pracetak biasa 3,0 2,5 3,0 2. Sistem rangka bangunan (Building Frame Systems) - Dinding geser beton bertulang khusus 6,0 2,5 5,0 - Dinding geser beton bertulang biasa 5,0 2,5 4,5 - Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0 - Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 - Dinding geser pracetak menengah 5,0 2,5 4,5 - Dinding geser pracetak biasa 4,0 2,5 4,0 3. Sistem rangka pemikul momen (Moment Resisting Frame Systems) - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus 8,0 3,0 5,5 - Rangka beton bertulang pemikul momen menengah 5,0 3,0 4,5 - Rangka beton bertulang pemikul momen biasa 3,0 3,0 2,5 4. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus (Dual Systems With Special Momen Frames) - Dinding geser beton bertulang khusus 7,0 2,5 5,5 - Dinding geser beton bertulang biasa 6,0 2,5 5,0 5. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen menengah (Dual Systems With Intermediate Momen Fram - Dinding geser beton bertulang khusus 6,5 2,5 5,0 - Dinding geser beton bertulang biasa 5,5 2,5 4,5 6. Sistem interaktif dinding geser-rangka dengan rangka pemikul momen beton bertulang biasa dan dinding 4,5 2,5 4,0 7. Sistem kolom kantilever didetail untuk memenuhi persyaratan untuk: (Cantievered Coloum Systems Det - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus 2,50 1,25 2,50 - Rangka beton bertulang pemikul momen menengah 1,50 1,50 1,50 - Rangka beton bertulang pemikul momen biasa 1,00 1,50 1,00 Catatan : TB = Tidak Dibatasi; TD= Tidak Diijinkan Sumber : RSNI

48 digilib.uns.ac.id Wilayah Gempa Menurut peta hazard gempa Indonesia 2010, meliputi peta percepatan puncak (PGA) dan respon spektra percepatan di batuan dasar (SB) untuk perioda pendek 0.2 detik (Ss) dan untuk periode 1.0 detik (S1) dengan redaman 5% mewakili tiga level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun atau memiliki kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10% dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun. Definisi batuan dasar SB adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang memiliki memiliki kecepatan rambat gelombang geser (Vs) mencapai 750 m/detik dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang memiliki nilai kecepatan rambat gelombang geser yang kurang dari itu. Pada Pererncanaan Gedung Solo Center Point digunakan wilayah gempa yang disusun berdasarkan peta respon spektrum percepatanuntuk periode pendek 0,2 detik di batuan dasar S B untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun (redaman 5%). Gambar 2.6. Peta Wilayah Gempa di Indonesia untuk S 1 Sumber : Peta hazard gempa Indonesia 2010

49 digilib.uns.ac.id 31 Gambar 2.7. Peta Wilayah Gempa di Indonesia untuk S S Sumber : Peta hazard gempa Indonesia Jenis Tanah Setempat Perambatan gelombang Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD) melalui lapisan tanah di bawah bangunan diketahui dapat memperbesar gempa rencana di muka tanah tergantung pada jenis lapisan tanah. Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis perambatan gelombang gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan menggunakan gerakan gempa masukan dengan percepatan puncak untuk batuan dasar (SNI ). RSNI Gempa 2010 menetapkan jenis-jenis tanah di Indonesia menjadi 4 kategori, yaitu Tanah Keras, Tanah Sedang, Tanah Lunak, dan Tanah Khusus.

50 digilib.uns.ac.id 32 Tabel 2.7. Klasifikasi Situs Kelas Situs Kecepatan Rambat Gelombang (m/s) N SPT (cohesionles soil layers) Kuat geser niralir (kpa) SA (Batuan Keras) >1500 N/A N/A SB (Batuan) N/A N/A SC (Tanah Keras, Sangat Padat dan Batuan Lunak) > SD ( Tanah Sedang) < 175 < 15 < 50 Atau setiap profil yang mengandung lebih dari 3m tanah dengan karakteristik SE (Tanah Lunak) sebagai berikut: 1. Indeks plastisitas, PI > Kadar air, w 40 % 3. Kuat geser niralir š u < 25 kpa SF ( Tanah Khusus yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifiksitus yang mengikuti Pasal 6.9.1) Keterangan : N/A = tidak dapat dipakai Sumber : RSNI Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut : Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H>3 m) Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H>7,5m dengan indeks plastisitas PI>75) Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H> 35m dengan š u < 50 kpa Faktor Respon Gempa Faktor respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi, besarnya nilai faktor respon gempa diperoleh dari perhitungan S S dan S 1.

51 digilib.uns.ac.id 33 Tabel 2.8. Koefisien Situs, Fa Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCE R Kelas Situs Terpetakan Pada Periode Pendek, T=0,2 detik, S S Ss 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss 1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB SC 1,2 1,2 1,1 1 1 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF SS b Catatan : 1. Untuk nilai-nilai antara S 1 dapat dilakukan interpolasi linier 2. SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs spesifik,lihat pasal Sumber : RSNI Tabel 2.9. Kategori Lokasi Fv untuk Menentukan Nilai S1 Kelas Situs Mapped Maximum Consideret Earthquike Spectral Response Acceleration Parameter at 1-s periode S1 < 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 > 0.5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5 SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4 SF SS b Catatan : 1. Untuk nilai-nilai antara S 1 dapat dilakukan interpolasi linier 2. SS= Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons situs spesifik,lihat pasal Sumber : RSNI

52 digilib.uns.ac.id 34 Gambar 2.8. Desain Respon Spektrum Sumber : Peta hazard gempa Indonesia 2010 Keterangan: S S = Parameter respon spektra percepatan pada perioda pendek, yang didapat dari Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S S. S 1 = Parameter respon spektra percepatan pada perioda 1-detik, yang didapat dari Peta Wilayah gempa di Indonesia untuk S 1. F a = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau, bergantung pada kelas lokasi dan nilai S S. F v = Parameter respon spektra percepatan untuk gempa maksimum yang ditinjau, bergantung pada kelas lokasi dan nilai S 1. S DS = Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.F a.s S ) S D1 = Parameter respon spektra percepatan desain. (2/3.F v.s 1 ) T = Periode Kategori Desain Gempa (KDG) Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasar Kategori Resiko Banguan (KRB) dan tngkat kekuatan gerakan tanah akibat gempa yang diantisipasi dilokasi struktur banguan.

53 digilib.uns.ac.id 35 KDG : A B C D E Resiko gempa meningkat. Persyaratan desain dan detailing gempa meningkat. F Kategori desain gempa dievaluasi berdasarkan parameter respon percepatan periode pendek dan berdasarkan parameter respon percepatan periode 1,0 detik. Tabel Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda Pendek Nilai S DS Kategori Resiko Bangunan (KRB) I atau II III IV S DS < 0,167 A A A 0,167 < S DS < 0,33 B B B 0,330 < S DS < 0,50 C C C 0,500 < S DS D D D Sumber : RSNI (2010) Tabel Kategori Desain Gempa (KDG) Berdasarkan Parameter Percepatan Perioda 1,0 detik Nilai S D1 Kategori Resiko Bangunan (KRB) I atau II III IV S D1 < 0,067 A A A 0,067 < S D1 < 0,133 B B B 0,133 < S D1 < 0,20 C C C 0,20 < S D1 D D D Sumber : RSNI

54 digilib.uns.ac.id 36 Tabel Kode Kategori Desain Gempa (KDG) dan Resiko Kegempaan Tingkat Resiko Kegempaan Rendah Menengah Tinggi RSNI KDG A,B KDG C KDG D,E,F SRPMB/mM/K SRPMM/K SRPMK Sumber : RSNI Arah Pembebanan Gempa Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh gempa rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsurunsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan. Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30% Kinerja Struktur Kinerja Batas Layan Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan nonstruktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal yang telah dibagi faktor skala. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak

55 digilib.uns.ac.id 37 boleh melampaui 0,03 R bergantung yang mana yang nilainya terkecil. kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, Kinerja Batas Ultimit Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ. a. Untuk struktur gedung beraturan : ξ = 0,7 R (2.3) b. Untuk struktur gedung tidak beraturan : ξ = 0,7R Faktor Skala (2.4) dengan R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan.

56 digilib.uns.ac.id BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Struktur Gedung Pada penelitian ini dilakukan pada Solo Center Point yang berada didaerah Surakarta. Struktur gedung beton bertulang dengan ketinggian 19 lantai dan 2 basement. Fungsi utama bangunan adalah sebagai apartement, penthouse, condotel dan mall. Tabel 3.1. Deskripsi Gedung Gedung Solo Center Point Sistem Struktur Fungsi Gedung Dual System Wall-frame beton bertulang apartement, condotel dan mall Jumlah Lantai 19 Tinggi Maksimum Gedung Tinggi Lantai Tipikal Jumlah Lantai Basement Tinggi Lantai Tipikal Basement Luas Total Gedung Termasuk Basement Kedalaman Basement 80,15 m 3,5 m 2 3 m m 2 6 m Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011) 38

57 digilib.uns.ac.id 39 Tampak Gedung Solo Center Point dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Tampak Gedung Solo Center Point Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011) 3.2. Tahapan Analisis Metode penelitian ini menggunakan analisis respon spektrum. Analisis menggunakan program ETABS V Untuk mewujudkan uraian diatas maka langkah analisis yang hendak dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

58 digilib.uns.ac.id Studi Literatur Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis respon spektrum. Mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier respon spektrum. Buku acuan yang dipakai antara lain SNI Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung, Peraturan pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung SNI , Federal Emergency Management Agency for Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings (FEMA-356), Uniform Building Code for Earthquake Design volume-2 (UBC,1997) dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan analisis respon spektrum Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi bangunan Solo Center Point yang diteliti, baik data sekunder maupun data primer. Data yang didapat adalah Shop Drawing Apartemen Tuning. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang selanjutnya dianalisis dengan bantuan ETABS V Data tanah yang digunakan berdasarkan data tanah yang sudah ada (Data Perancangan Gedung Solo Center Point). Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan gambar yang ada sehingga analisis ini tidak menyimpang dari gambar yang ada. Semua struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing, untuk bangunan non striktural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pemodelan 3D ini. Data tanah digunakan untuk menentukan besarnya gaya tanah yang menekan dinding basement. Besarnya gaya tekan tanah mempengaruhi struktur bagunan yang akan dianalisis, oleh sebab itu besarnya gaya tekan tanah ini perlu diperhatikan dalam pemodelan 3D.

59 digilib.uns.ac.id Pemodelan 3D Pembuatan model struktur bangunan dengan pemodelan 3D sesuai dengan data dan informasi dari shop drawing Gedung Solo Center Point. 1. System koordinat global dan lokal Pemodelan ini dibuat sesuai dengan Shop Drawing yang ada. Perlu diketahui pembuatan model 3D yang ada pada program ETABS V 9.50 mempunyai aturan sistem koordinat global dan lokal. Sistem koordinat global adalah sistem koordinat 3 dimensi yang saling tegak lurus dan perjanjian tanda yang digunakan memenuhi kaidah aturan tangan kanan. Sistem ini memiliki 3 sumbu yang saling tegak lurus yaitu sumbu X,Y,Z. Arah koordinat dalam model struktur yang digunakan munggunakan nilai ± X, ± Y dan ± Z. Semua sistem koordinat dalam model struktur yang digunakan selalu didefinisikan dengan koordinat global baik secara langsung maupun secara tidak langsung. ETABS V 9.50 mengasumsikan bahwa sumbu global Z selalu merupakan sumbu vertikal, dimana sumbu global +Z merupakan sumbu vertikal yang memiliki arah ke atas. Bidang X-Y merupakan suatu bidang horizontal. Komponen-komponen struktur seperti joint, element, dan constraint memiliki sumbu lokal tersendiri untuk mendefinisikan properties, beban dan respon dari bagian struktur tersebut. Sumbu dari sistem koordinat lokal ini dinyatakan dengan sumbu 1, 2 dan 3. Secara umum sistem koordinat lokal dapat bervariasi untuk setiap joint, element, dan constraint. Sistem koordinat lokal elemen yang dipakai pada penelitian ini dinyatakan dengan sumbu lokal 1, sumbu lokal 2, dan sumbu lokal 3 di mana : a. Sumbu lokal 1 adalah arah aksial. b. Sumbu lokal 2 searah sumbu global +Z untuk balok dan searah sumbu global +X untuk kolom. c. Sumbu lokal 3 mengikuti kaidah aturan tangan kanan, di mana sumbu 3 tegak lurus dengan sumbu lokal 1 dan sumbu lokal 2.

60 digilib.uns.ac.id 42 Sumbu Z Global Sumbu Y Global Sumbu Lokal 2 Sumbu Lokal 1 Sumbu Lokal 3 Sumbu Lokal 2 Arah Putar Sumbu Sumbu X Global Sumbu Lokal 3 Sumbu Lokal 1 Gambar 3.2. Sistem koordinat yang digunakan dalam program ETABS. Sumber : Aplikasi Rekayasa Konstruksi Edisi Baru 2007, Wiryanto Dewobroto. 2. Elemen-elemen portal dan pelat lantai Tahapan awal yang dilakukan adalah mendefinisikan semua jenis dan ukuran penampang elemen portal yang digunakan. Setelah tahapan ini selesai, masingmasing elemen portal harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran penampang yang dibuat. Tahapan kedua adalah pembuatan pelat yang merupakan satu kesatuan struktur bangunan. 3. Diaphragm constraint Tahapan ini dilakukan secara manual dalam ETABS V Diaphragm Constraint ini menyebabkan semua joint pada satu lantai diberi batasan constraint bergerak secara bersamaan sebagai diafragma planar yang bersifat kaku (rigid) terhadap semua deformasi yang mungkin terjadi. Asumsi Diaphragm constraint sangat tepat untuk fenomena terbentuknya rigid floor di mana lantai struktur bergerak bersamaan ketika suatu struktur mengalami gempa Perhitungan Pembebanan Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati, beban hidup. Beban mati yang dihitung berdasar pemodelan yang ada dimana beban sendiri didalam Program ETABS V 9.50 dimasukkan dalam load case dead, sedangkan berat sendiri tambahan yang tidak dapat dimodelkan dalam program ETABS V 9.50 dalam load case super dead. Perhitungan berat sendiri ini dalam program ETABS V 9.50 yang untuk dead adalah 1, sedangkan super dead adalah 0, dimana beban untuk dead telah commit dihitung to secara user otomatis oleh program ETABS

61 digilib.uns.ac.id 43 V 9.50, sedangkan untuk beban super dead bebannya perlu dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada. Beban hidup yang dimasukkan dalam program ETABS V 9.50 dinotasikan dalam live. Beban hidup ini mendapatkan reduksi beban gempa. Beban hidup disesuaikan dengan peraturan yang ada. Perhitungan beban hidup ini dalam program ETABS V 9.50 yang untuk live adalah 0, di mana beban hidup perlu dimasukkan secara manual sesuai dengan data yang ada Analisis Respon Spektrum Menganalisis model struktur dengan respon spektrum untuk mendapat kurva respon spektrum sesuai wilayah gempa yang dianalisis dengan bantuan program ETABS V Data yang dibutuhkan dalam analisis respon spektrum adalah fungsi bangunan, letak bangunan terhadap wilayah gempa, jenis tanah dan tipe struktur. Data fungsi bangunan digunakan untuk mendapatkan nilai faktor keutamaan (I), letak bagunan terhadap wilayah gempa dan jenis tanah dipakai untuk mendapatkan nilai waktu getar alami (Tc) dan kurva respon spektrum gempa rencana sedangkan tipe struktur dipakai untuk mentukan faktor reduksi gempa.

62 digilib.uns.ac.id Diagram Alir Pembuatan Grafik Respon Spektrum Mulai Menentukan Letak Lokasi Pada Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 Menentukan S 1 dari Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 (Gambar 2.4) Menentukan S s dari Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 (Gambar 2.5) Menentukan Kategori Resiko Bangunan (Tabel 2.4) Menentukan Faktor Keutamaan (I e ) pada Tabel 2.5 Menentukan Koefisien Situs (Site Coeficient) pada Tabel 2.7, Fa dan Fv - S DS = 2/3. (Fa. Ss) - S D1 = 2/3. (Fv. S 1 ) - T 0 = 0,2. (S D1 /S DS ) - T S = S D1 /S DS - S a = S D1 /T - S = S.{0,4+0,6(T/T )} Plot dalam Bentuk Grafik A

63 digilib.uns.ac.id 45 A Menentukan Kategori Desain Gempa (Seismic Design Seismic) pada Tabel 2.10, 2.11, 2.12 Mencari Faktor Modifikasi (R) pada Tabel 2.6 Menghitung Gaya Lateral Ekuivalen Menghitung Berat Struktur Tiap Lantai Menghitung Mass Moment of Inertia (MMI) Selesai Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Respon Spektrum Langkah-langkah dalam menentukan S 1 dan S s adalah : 1. Menentukan lokasi gedung yang kita tinjau pada Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 (Gambar 2.4) untuk menentukan S 1 2. Kemudian tergolong pada warna apakah lokasi yang kita tinjau itu, warna menunjukkan nilai dari S 1 tersebut. Nilai tersebut masih dalam konstanta dikali dengan gravitasi (0,55g). 3. Lakukan langkah yang sama dalam menentukan nilai S s.

64 digilib.uns.ac.id Pembahasan Hasil Analisis Respon Spektrum dari Program ETABS V 9.50 Dari hasil analisis respon spektrum didapatkan nilal displacement, gaya geser dasar dan drift. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Mulai Data struktur (Shop Drawing) Membuat model geometri sruktur 3D sesuai data yang ada Perhitungan Pembebanan : 1.Beban gravitasi (Beben mati dan beban hidup) 2. Beban gempa (Respon spectrum) Analisis struktur dengan program ETABS 9.5 Hasil analisis struktur : 1.Displacement 2. Drift 3.Base Shear Menentukan nilai maksimum displacement dan drift Out Put 1. Grafik hubungan antara Displacement dengan ketinggian bangunan. 2. Grafik hubungan antara drift dengan tinggi per lantai Selesai Gambar 3.4. Diagram Alir Analisis Respon Spektrum

65 digilib.uns.ac.id BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah menganalisis struktur gedung Solo Center Point menggunakan metode response spectrum, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis ragam spektrum respons pada arah X dan Y menghasilkan V > 0,8 V 1, maka dapat disimpulkan bahwa nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana memenuhi persyaratan SNI Pasal Berdasarkan tinjauan displacement pada arah X = 0,1185 m dan arah Y = 0,1442 m, gedung Solo Center Point dinyatakan aman terhadap syarat evaluasi kinerja batas layan dan batas ultimate sesuai SNI Berdasarkan hasil analisis ragam spektrum respons terhadap level kinerja struktur sesuai ATC-40, pada arah X maupun arah Y nilai maksimum total drift menunjukan gedung yang dianalisis termasuk dalam kategori level Immediate Occupancy. Nilai maksimum total inelastik drift pada arah X menunjukan gedung yang dianalisis juga termasuk dalam kategori level Immediate Occupancy Saran Penulis mempunyai beberapa saran, bila di masa depan dilakukan penelitian lanjutan : 1. Analisis respon spektrum perlu dicoba pada gedung-gedung tinggi lainya untuk mendalami perilaku seismik gedung bertingkat banyak. 2. Penelitian ini dapat dikembangkan melalui penambahan metode analisis lainnya seperti analisis pushover dan modal pushover analysis serta memberi tambahan evaluasi kinerja yang commit sesuai to dengan user metode yang akan digunakan. 80

66 digilib.uns.ac.id 81

67 digilib.uns.ac.id BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Denah Solo Center Point Gambar 4.1. Tampak Gedung Solo Center Point Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011) 47

68 digilib.uns.ac.id Data Elevasi Gedung Tabel 4.1. Data Elevasi Gedung No, Lantai Elevasi Tiap Lantai (m) Tinggi Bangunan (m) 1 Basement 2-6,20 2,8 2 Basement 1-3,40 3,4 3 Lantai Dasar 0,00 4,20 4 Lantai 1 +4,20 4,00 5 Lantai 2 +8,20 4,00 6 Lantai 3 +12,20 4,00 7 Lantai 4 +16,20 4,00 8 Lantai 5 +22,30 6,10 9 Lantai 6 +25,80 3,50 10 Lantai 7 +29,30 3,50 11 Lantai 8 +32,80 3,50 12 Lantai 9 +36,30 3,50 13 Lantai ,80 3,50 14 Lantai ,30 3,50 15 Lantai ,80 3,50 16 Lantai ,30 3,50 17 Lantai ,80 4,50 18 Lantai ,10 3,30 19 Lantai ,40 3,30 20 Lantai ,70 3,30 21 Lantai ,00 3,30 22 Lantai ,30 3,30 23 Atap +75,30 4,00 Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)

69 digilib.uns.ac.id Spesifikasi Material MutuBeton Tabel 4.2. Mutu Beton Gedung Solo Center Point Mutu Beton Fungsi Gedung Solo Center Point K f c Ec *) MPa MPa Balok Balok Induk , ,9148 Balok Anak , ,9148 Balok di dalam core , ,9148 Balok penggantung Lift , ,9144 Balok Tie beams , ,9148 Kolom Kolom , ,9144 Wall Core Wall , ,9144 RC Wall , ,9148 Shearwall lift , ,9144 Pelat Pelat lantai , ,9148 Pelat atap , ,9148 Pelat basemen , ,9148 Ground slab , ,9148 Dinding Penahan Tanah Dinding , ,9144 Pondasi PondasiBorpile ,96 Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)

70 digilib.uns.ac.id 50 Contoh Perhitungan Konversi : f c = (0,83 x K) / 9,81 Ec = 4700 f c Keterangan : Faktor gravitasi = 9,81 kg/dt 2 Faktor konvers dari silinder ke kubus = 0,83 Balok Induk dengan K = 300 f c = (0,83 x K) / 9,81 f c = (0,83 x 300) / 9,81 f c = 25,38 MPa Ec = 4700 f c Ec = ,38 Ec = 23886,9148 MPa Mutu Baja Tulangan Mutu baja tulangan, fy = 400 MPa ( Ulir ) = 240 MPa ( Polos ) Tulangan geser d > 10 mm fy = 400 MPa d < 10 mm fy = 240 MPa Modulus elatisitas baja Es = Mpa Data Elemen Struktur Pelat Lantai Tebal pelat basement 1 Tebal pelat basement 2 Tebal Pelat Tipikal t = 35 cm t = 22,5 cm t = 22,5 cm

71 digilib.uns.ac.id Balok Tipe balok yang dipakai sebagai berikut : Tabel 4.3. Tipe Balok No Tipe Dimensi Dimensi No Tipe (mm) (mm) 1 B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x B x 600 Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011)

72 digilib.uns.ac.id Kolom Tipe kolom yang dipakai sebagai berikut : Tabel 4.4. Tipe Kolom No Tipe Dimensi (mm) 1 K1 250 x K2 300 x K3 400 x K4 400 x K5 400 x K6 400 x K7 400 x K8 500 x K9 500 x K x K x K x K x K x K x K x K x K x 877 Sumber : PT. Mukti Adhi Sejahtera (2011) 4.4. Pembebanan Beban Mati Beban Mati (Berat Sendiri) Bahan Bangunan dan Komponen Gedung Beton bertulang : 2400 kg/m 3 = 2,400 t/m 3 Beton ringan : 200 kg/m 3 = 0,200 t/m 3 Pasir (kering udara sampai lembab) : 1600 kg/m 3 = 1,600 t/m 3 Adukan semen/spesi (untuk t=2 cm) : (2*21) kg/m 2 = 0,042 t/m 2 Eternit / Plafond : 11 kg/m 2 = 0,011 t/m 2

73 digilib.uns.ac.id 53 Penggantung langit-langit : 7 kg/m 2 = 0,007 t/m 2 Dinding partisi (kaca) : 10 kg/m 2 = 0,010 t/m 2 Penutup lantai (keramik) : 24 kg/m 2 = 0,024 t/m 2 Pasangan Bata Merah : 1700 kg/m 3 = 1,700 t/m 3 Pasangan Pre Cast : 1200 kg/m 3 = 1,200 t/m 3 Koefisien Reduksi Beban Mati : = 0,9 Sumber : Peraturan pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung (Standar Nasional Indonesia 1983.hal.11-12) Reduksi Beban Hidup (L R ) Reduksi beban hidup untuk gedung adalah : Peninjauan beban gravitasi 0,75 Peninjauan beban gempa 0,3 Reduksi beban hidup komulatif di lantai 1 adalah 0,4 n >= Perhitungan Berat Struktur Tiap Lantai Hasil perhitungan berat per lantai disajikan dalam tabel berikut : 1. Lantai Basement 2 Tabel 4.5. Beban Mati Lantai Basement 2 No Unit Volume Berat sendiri Berat 1 Kolom 55,6774 m 3 2,400 t/m 3 133,6258 ton 2 Plat 500,8350 m 3 2,400 t/m ,0040 ton 3 Balok 87,6394 m 3 2,400 t/m 3 210,3346 ton 4 Shear Wall 15,9033 m 3 2,400 t/m 3 38,1679 ton 5 Core Wall 62,3522 m 3 2,400 t/m 3 149,6453 ton 6 Pas Bata - m 3 1,700 t/m 3 - ton 7 Plesteran - m 3 0,021 t/m 3 - ton 8 Kolom Praktis - m 3 2,400 t/m 3 - ton 9 Dinding Partisi - m 3 0,010 t/m 3 - ton 10 Beton Ringan - m 3 0,200 t/m 3 - ton 11 Pre Cast - m 3 1,200 t/m 3 - ton 12 Keramik - m 3 0,240 t/m 3 - ton 13 Spesi Keramik - m 3 0,042 t/m 3 - ton 14 Plafond - m 3 0,011 t/m 3 - ton Jumlah 1733,7776 ton

74 digilib.uns.ac.id 54 Beban hidup lantai basement 2 : Beban hidup lantai parkir = luas lantai m 2 x beban hidup lantai parkir t/m 2 = 1247,43 m 2 x 0,4 t/m2 = 498,97 ton Reduksi beban hidup Berat total basement 2 = beban hidup lantai parkir x koefisien reduksi gempa pada bangunan apartemen = 498,97 ton x 0,3 = 149,6916 ton = 2017,0949 ton

75 digilib.uns.ac.id 55 Perhitungan beban struktur untuk lantai berikutnya direkapitulasi pada tabel berikut ini : Tabel 4.6. Rekapitulasi Berat Struktur Per lantai No. Lantai Beban Mati (Ton.f) Beban Hidup (Ton.f) Beban Total (Ton.f) 1 Basement , , , Basement , , , Lantai Dasar 3071, , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai , , , Lantai Atap1 380,9704 6, , Atap LMR 34,3836 0, ,9282

76 digilib.uns.ac.id 56 Tabel 4.7. Massa Bangunan No. Lantai Berat Bangunan (Ton.f) g (m/s 2 ) Massa Bangunan (Ton) 1 Basement ,4692 9, , Basement ,3706 9, , Lantai Dasar 3373,8888 9, , Lantai ,7808 9, , Lantai ,5236 9, , Lantai ,0052 9, , Lantai ,6170 9, , Lantai ,6010 9, , Lantai ,4892 9, , Lantai ,5015 9, , Lantai ,5015 9, , Lantai ,5015 9, , Lantai ,5015 9, , Lantai ,8609 9, , Lantai ,8609 9, , Lantai ,9366 9, , Lantai ,8435 9, , Lantai ,8435 9, , Lantai ,8435 9, , Lantai ,8435 9, , Lantai ,8435 9, , Lantai ,5511 9, , Lantai Atap1 387,1210 9, , Atap LMR 34,9282 9,81 342,6452 Jumlah 42262, ,4531

77 digilib.uns.ac.id Inersia Massa Bangunan Perhitungan mass moment of inertia (MMI cm ) lantai bangunan pada lantai gedung ini termasuk dalam lantai bangunan yang tidak beraturan, maka menggunakan rumus sebagai berikut : (Computers and Structures, Inc, 2005) Dimana : MMI cm = m (I x + I y ) A m = massa per lantai (ton) A = luas per lantai (m 2 ) I x = inersia arah x (m 4 ) I y = inersia arah y (m 4 )

78 digilib.uns.ac.id 58 No. Hasil perhitungan momen inersia lantai bangunan sebagai berikut: Tabel 4.8. Momen Inersia Lantai Bangunan Massa Luas Lantai (m 2 Perlantai ) (Ton) Ix (m 4 ) Iy (m 4 ) MMi (Ton. m 2 ) 1 Basement , , , , Basement , , , , ,2 3 Lantai Dasar 4032, , , , ,9 4 Lantai , , , , ,1 5 Lantai , , , , ,5 6 Lantai , , , , ,6 7 Lantai , , , , ,7 8 Lantai , , , , ,4 9 Lantai , , , , ,42 10 Lantai , , , , ,86 11 Lantai , , , , ,86 12 Lantai , , , , ,86 13 Lantai , , , , ,86 14 Lantai , , , , Lantai , , , , Lantai , , , , ,63 17 Lantai , , , , ,97 18 Lantai , , , , ,97 19 Lantai , , , , ,97 20 Lantai , , , , ,97 21 Lantai , , , , ,97 22 Lantai , , , , ,31 23 Lantai Atap1 1025,1 3797, , , ,98 24 Atap LMR 90,76 342, , , ,45878

79 digilib.uns.ac.id Beban Gempa Jenis Tanah Setempat Tabel 4.9. Data Tanah yang Digunakan Untuk Desain Kedalaman (m) Nilai SPT > Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata pada lapisan tanah setebal 20 m paling atas bernilai 15 < N < 50 maka sesuai dengan tabel 4 SNI hal 15, jenis tanah ditetapkan sebagai tanah sedang Data Gempa Tanah Dasar : Tanah Sedang (Kelas D) ( Tabel 2.7. ) Kategori Resiko Bangunan : III (le = 1,25) ( Tabel 2.4. dan Tabel 2.5. ) Fungsi Bangunan : Apartemen Tebal Plat Basement 2 : 350 mm Tebal Plat Basement 1 : 225 mm Tebal Plat Lantai : 150 mm Tebal Plat Atap : 150 mm Tebal Shear Wall : 400 mm Tebal Core Wall : 250 mm Jumlah lantai : 2 Basement + 19 lantai + 1 atap Nilai S 1 : 1,056 ( Dari Gambar 2.6. ) Nilai S S : 3,193 ( Dari Gambar 2.7. )

80 digilib.uns.ac.id 60 Nilai Fa dan Fv: Fa = 1 ( Dari Tabel 2.8 ) Karena S s = dan termauk S s 1,20 Fa = 1 Nilai Fv Karena S 1 = 1,056 dan termasuk S 1 > 0,5 Fv = 1,5 ( Dari Tabel 2.9 ) Perhitungan Nilai S DS dan S D1 S DS = 2/3 x Fa x S S = 2/3 x 1,0 x 3,193 = 2,1287 S D1 = 2/3 x Fv x S 1 = 2/3 x 1,5 x 1,056 = 1,056 Penentuan Respon Spektra dan KDG T 0 = 0,2(S D1 / S DS ) = 0,0992 Dengan T S = (S D1 / S DS ) = 0,4961 Sa = SDS (0,4 + 0,6 (T/T0)) = 7,2389 Dari perhitungan gempa di atas maka didapat grafik spectra response acceleration (g) 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Respon Spektra 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,51010,5 Periode T (sec) Gambar 4.2. Respon Spektrum Gedung Solo Center Point

81 digilib.uns.ac.id 61 Menurut SNI Pasal 7.2.1: nilai Ordinat dari Spektrum Respon Gempa Rencana harus dikalikan dengan faktor skala I/R, sedangkan nilai C dinyatakan dengan percepatan gravitasi, maka harus dikali juga dengan nilai percepatan gravitasi pada lokasi bangunan tersebut. Tabel Faktor Skala Spektrum Respon Gempa Rencana Percepatan Gempa Arah (Direction) Faktor Skala ( I R.g) RSPX RSPY U1 (100%) 1,5328 U2 (30%) 0,4598 U1 (30%) 0,4598 U2 (100%) 1, Faktor Reduksi Gempa Faktor reduksi gempa diambil dari tabel nilai R = 8, Ω 0 = 3 dan C d = 5,5 RSNI , nilai faktor reduksi gempa dengan jenis sistem rangka penahan momen dengan rangka momen beton bertulang khusus adalah 8. Tabel Parameter Sistem Struktur Beton Umum Tabel Sistem Struktur Beton Bertulang Penahan Gaya Seismik R Ω o C d 1. Sistem dinding penumpu (Bearing Wall System) - Dinding geser beton bertulang khusus 5,0 2,5 5,0 - Dinding geser beton bertulang biasa 4,0 2,5 4,0 - Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0 - Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 - Dinding geser pracetak menengah 4,0 2,5 4,0 - Dinding geser pracetak biasa 3,0 2,5 3,0 2. Sistem rangka bangunan (Building Frame Systems) - Dinding geser beton bertulang khusus 6,0 2,5 5,0 - Dinding geser beton bertulang biasa 5,0 2,5 4,5 - Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0 - Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5 - Dinding geser pracetak menengah 5,0 2,5 4,5 - Dinding geser pracetak biasa 4,0 2,5 4,0 3. Sistem rangka pemikul momen (Moment Resisting Frame Systems) - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus 8,0 3,0 5,5 - Rangka beton bertulang pemikul momen menengah 5,0 3,0 4,5 - Rangka beton bertulang pemikul momen biasa 3,0 3,0 2,5 Sumber : RSNI

82 digilib.uns.ac.id Tekanan Tanah Pada Dinding Basement Data tanah diambil dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil. Semua data tanah di seluruh tempat diasumsikan sama dengan data tanah yang ada. 0 γ = 17,25 kn/m 3 C = 0,741 kg/cm 2 = 74,1x10 3 kn/m 2 M.A.T = 21,679 o γ = 19,33 kn/m 3 C = 0,072 kg/cm 2 = 7,20 x10 3 kn/m 2 = 23,796 o Gambar 4.3. Data Tanah 0 Ka = tan 2 (45-21,679/2) = 0, ,1302 Pa = 17,25x4x0,1758 = 12,1302 kn/m 2 Ka = tan 2 (45-23,796/2) = 0, ,1302 Pa = 19,33x2x0,4250 = 16,4305kN/m 2 Ka = tan 2 (45-23,796/2) = 0, , ,4305 Pa = (19,33-1)x2x0,4250 = 15, Ka = tan 2 (45-23,796/2) = 0, , , ,5805 Pa = (19,33-1)x2x0,4250 = 15,5805 kn/m 2 Pw= 1x6 = 6 kn/m 2 Gambar 4.4. Beban Tekanan Tanah

83 digilib.uns.ac.id Tekanan ke Atas (Uplift) Pada Lantai dan Pondasi Kondisi geologi lapisan tanah di lokasi didominasi oleh lempung lanau dengan muka air tanah rata-rata pada kedalaman 6 m. Dalam desain lantai basement dan elemen-elemen horisontal sejenis lainnya yang berada di bawah tanah, tekanan ke atas air harus diambil sebesar tekanan hidrostatis penuh dan diterapkan di seluruh luasan. Besarnya tekanan hidrostatik harus diukur dari sisi bawah struktur. Bebanbeban ke atas lainnya harus diperhitungkan dalam desain tersebut. El = -6,2 m Ground Slab Uplift Pw = 1x6 = 6 kn/m 2 Gambar 4.5. Beban Uplift

84 digilib.uns.ac.id Hasil Analisis Displacement, Drift dan Base Shear Akibat Beban Kombinasi Hasil analisis displacement, drift dan base shear dengan menggunakan program ETABS V melalui beban gempa diperoleh nilai displacement, drift dan base shear terbesar Hasil Analisis Displacement akibat Beban Kombinasi Tabel Simpangan Horisontal (Displacement) Terbesar No. Lantai UX (m) UY (m) 1 Lantai Atap 0,1185 0, Lantai 19 0,1137 0, Lantai 18 0,1094 0, Lantai 17 0,1050 0, Lantai 16 0,1003 0, Lantai 15 0,0953 0, Lantai 14 0,0901 0, Lantai 13 0,0826 0, Lantai 12 0,0766 0, Lantai 11 0,0705 0, Lantai 10 0,0642 0, Lantai 9 0,0579 0, Lantai 8 0,0515 0, Lantai 7 0,0450 0, Lantai 6 0,0385 0, Lantai 5 0,0327 0, Lantai4 Mezz 0,0295 0, Lantai4 0,0218 0, Lantai 3 0,0155 0, Lantai 2 0,0096 0, Lantai 1 0,0044 0, Lantai Dasar 0,0006 0, Basement 1 0,0002 0, Basement Sumber : Etabs Table Point Displacement

85 digilib.uns.ac.id Hasil Analisis Base Shear akibat Beban Kombinasi Tabel Base Shear Terbesar Lantai Vx (kn) Vy (kn) Base 37339, ,23 Sumber : Etabs Table Support Reaction 4.6. Hasil Kontrol Struktur Gedung Evaluasi Beban Gempa Berdasarkan pasal 5.6 SNI mengatakan bahwa untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T 1 dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada koefisien ζ untuk wilayah gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan T 1 < ζ. n, dengan nilai T 1 = 1,056 (Sumber: Gambar 4.2) maka : 1,056 < 0,18 x 23 1,056 < 4,14 (memenuhi syarat) Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama, maka perlu dievaluasi. T 1 = 1,056 C 1 = 0,3125 (didapat dari grafik respon spektra) Maka, V 1 = C 1 I R V 1 = W t 0,3125 1, ,2276 = 2063,5853 t = 20635,853 kn

86 digilib.uns.ac.id 66 Mencari Faktor Skala Faktor skala (FS) = 0,8 V 1 V t > 1 ( SNI Pasal 7.2.3) V > 0,80 V 1.( SNI Pasal 7.1.3) Vx = 37339,10 kn > 0, ,853 Vx = 37339,10 kn > 16508,6827 kn ( Memenuhi Syarat ) Vy = 39740,23 kn > 0, ,853 Vy = 39740,23 kn > 16508,6827 kn ( Memenuhi Syarat ) Tabel Evaluasi Beban Gempa Arah X dan Arah Y Lantai Vx (kn) Vy (kn) Syarat (kn) Ket Base 37339, , ,6827 Aman Analisis ragam spektrum respons pada arah X dan Y menghasilkan V > 0,8V 1, maka dapat disimpulkan bahwa nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada arah X dan Y memenuhi persyaratan SNI Pasal Kinerja Batas Layan Hasil dari analisis ragam spektrum respons dengan program ETABS kemudian dicek dengan kinerja batas layan sesuai SNI , dengan persyaratan sebagai berikut : FS 0,03 R h i 30 mm Dimana: R = Koefisien Modifikasi Respons (Tabel 2.5) Δ = Simpangan Antar Tingkat FS = Faktor Skala hi = Tinggi Tingkat

87 digilib.uns.ac.id 67 Tabel Kinerja Batas Layan Arah X ( s) No. Lantai H (m) s arah X (m) s antar tingkat X (m) Syarat s (m) {(0.03/R)*H} Ket. 1 Lantai Atap 4 0,1185 0,0048 0,01500 Aman 2 Lantai 19 3,3 0,1137 0,0043 0,01238 Aman 3 Lantai 18 3,3 0,1094 0,0044 0,01238 Aman 4 Lantai 17 3,3 0,1050 0,0047 0,01238 Aman 5 Lantai 16 3,3 0,1003 0,0050 0,01238 Aman 6 Lantai 15 3,3 0,0953 0,0052 0,01238 Aman 7 Lantai 14 4,5 0,0901 0,0075 0,01688 Aman 8 Lantai 13 3,5 0,0826 0,0060 0,01313 Aman 9 Lantai 12 3,5 0,0766 0,0061 0,01313 Aman 10 Lantai 11 3,5 0,0705 0,0063 0,01313 Aman 11 Lantai 10 3,5 0,0642 0,0063 0,01313 Aman 12 Lantai 9 3,5 0,0579 0,0064 0,01313 Aman 13 Lantai 8 3,5 0,0515 0,0065 0,01313 Aman 14 Lantai 7 3,5 0,0450 0,0065 0,01313 Aman 15 Lantai 6 3,5 0,0385 0,0058 0,01313 Aman 16 Lantai 5 6,1 0,0327 0,0032 0,02288 Aman 17 Lantai4 Mezz 4 0,0295 0,0077 0,01500 Aman 18 Lantai4 4 0,0218 0,0063 0,01500 Aman 19 Lantai 3 4 0,0155 0,0059 0,01500 Aman 20 Lantai 2 4 0,0096 0,0052 0,01500 Aman 21 Lantai 1 4,2 0,0044 0,0038 0,01575 Aman 22 Lantai Dasar 3,4 0,0006 0,0004 0,01275 Aman 23 Basement 1 2,8 0,0002 0,0002 0,01050 Aman 24 Basement 2 0 0,0000 0,0000 0,00000 Aman

88 digilib.uns.ac.id 68 Tabel Kinerja Batas Layan Arah Y ( s) No. Lantai H (m) s arah Y (m) s antar tingkat Y (m) Syarat s (m) {(0.03/R)* H} Ket. 1 Lantai Atap 4 0,1442 0,0089 0,01500 Aman 2 Lantai 19 3,3 0,1353 0,0075 0,01165 Aman 3 Lantai 18 3,3 0,1278 0,0075 0,01165 Aman 4 Lantai 17 3,3 0,1203 0,0075 0,01165 Aman 5 Lantai 16 3,3 0,1128 0,0076 0,01165 Aman 6 Lantai 15 3,3 0,1052 0,0075 0,01165 Aman 7 Lantai 14 4,5 0,0977 0,0103 0,01588 Aman 8 Lantai 13 3,5 0,0874 0,0077 0,01235 Aman 9 Lantai 12 3,5 0,0797 0,0076 0,01235 Aman 10 Lantai 11 3,5 0,0721 0,0074 0,01235 Aman 11 Lantai 10 3,5 0,0647 0,0072 0,01235 Aman 12 Lantai 9 3,5 0,0575 0,0070 0,01235 Aman 13 Lantai 8 3,5 0,0505 0,0068 0,01235 Aman 14 Lantai 7 3,5 0,0437 0,0066 0,01235 Aman 15 Lantai 6 3,5 0,0371 0,0063 0,01235 Aman 16 Lantai 5 6,1 0,0308 0,0034 0,02153 Aman 17 Lantai 4 Mezz 4 0,0274 0,0055 0,01412 Aman 18 Lantai 4 4 0,0219 0,0060 0,01412 Aman 19 Lantai 3 4 0,0159 0,0058 0,01412 Aman 20 Lantai 2 4 0,0101 0,0052 0,01412 Aman 21 Lantai 1 4,2 0,0049 0,0040 0,01482 Aman 22 Lantai Dasar 3,4 0,0009 0,0006 0,01200 Aman 23 Basement 1 2,8 0,0003 0,0003 0,00988 Aman 24 Basement 2 0 0,0000 0,0000 0,00000 Aman

89 digilib.uns.ac.id 69 B2 B1 Dasar Mezz Atap Lantai Kinerja Batas Layan Syarat s (m) s antar tingkat Y (m) s antar tingkat X (m) Simpangan (m) 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 Gambar 4.6. Grafik Kontrol Kinerja Batas Layan Arah X dan Arah Y Kinerja Batas Ultimit Hasil dari analisis ragam spektrum respons dengan program ETABS kemudian dicek dengan kinerja batas ultimit sesuai SNI , dengan persyaratan sebagai berikut: ξ. 0,02. h i Dimana: ξ = Faktor Pengali (Persamaan 2.7) Δ = Simpangan Antar Tingkat hi = Tinggi Tingkat

90 digilib.uns.ac.id 70 a. Evaluasi Kinerja Batas Ultimit arah X Untuk Gedung Tidak Beraturan ξ = ξx = 0,7xR FS 0,7R Faktor Skala = 0,7x 8 1,1565 ( SNI Pasal 8.2.1) = 4,8422 Tabel Kinerja Batas Ultimit Arah X ( m) No. Lantai H (m) m arah X (m) m antar tingkat X (m) ξ. m antar tingkat X (m) Syarat m (m) Ket. 1 Lantai Atap 4 0,1185 0,0048 0,0232 0,08 Aman 2 Lantai 19 3,3 0,1137 0,0043 0,0208 0,07 Aman 3 Lantai 18 3,3 0,1094 0,0044 0,0213 0,07 Aman 4 Lantai 17 3,3 0,1050 0,0047 0,0228 0,07 Aman 5 Lantai 16 3,3 0,1003 0,0050 0,0242 0,07 Aman 6 Lantai 15 3,3 0,0953 0,0052 0,0252 0,07 Aman 7 Lantai 14 4,5 0,0901 0,0075 0,0363 0,09 Aman 8 Lantai 13 3,5 0,0826 0,0060 0,0291 0,07 Aman 9 Lantai 12 3,5 0,0766 0,0061 0,0295 0,07 Aman 10 Lantai 11 3,5 0,0705 0,0063 0,0305 0,07 Aman 11 Lantai 10 3,5 0,0642 0,0063 0,0305 0,07 Aman 12 Lantai 9 3,5 0,0579 0,0064 0,0310 0,07 Aman 13 Lantai 8 3,5 0,0515 0,0065 0,0315 0,07 Aman 14 Lantai 7 3,5 0,0450 0,0065 0,0315 0,07 Aman 15 Lantai 6 3,5 0,0385 0,0058 0,0281 0,07 Aman 16 Lantai 5 6,1 0,0327 0,0032 0,0155 0,12 Aman 17 Lantai4 Mezz 4 0,0295 0,0077 0,0373 0,08 Aman 18 Lantai4 4 0,0218 0,0063 0,0305 0,08 Aman 19 Lantai 3 4 0,0155 0,0059 0,0286 0,08 Aman 20 Lantai 2 4 0,0096 0,0052 0,0252 0,08 Aman 21 Lantai 1 4,2 0,0044 0,0038 0,0184 0,08 Aman 22 Lantai Dasar 3,4 0,0006 0,0004 0,0019 0,07 Aman 23 Basement 1 2,8 0,0002 0,0002 0,0010 0,06 Aman 24 Basement 2 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,00 Aman

91 digilib.uns.ac.id 71 b. Evaluasi Kinerja Batas Ultimit arah Y Untuk Gedung Tidak Beraturan ξ = ξy = 0,7R Faktor Skala 0,7xR FS = 0,7x 8 1 ( SNI Pasal 8.2.1) = 5,60 Tabel Kinerja Batas Ultimit Arah Y ( m) No. Lantai H (m) m arah Y (m) m antar tingkat Y (m) ξ. m antar tingkat Y (m) Syarat m (m) Ket. 1 Lantai Atap 4 0,1442 0,0089 0,0498 0,08 Aman 2 Lantai 19 3,3 0,1353 0,0075 0,0420 0,07 Aman 3 Lantai 18 3,3 0,1278 0,0075 0,0420 0,07 Aman 4 Lantai 17 3,3 0,1203 0,0075 0,0420 0,07 Aman 5 Lantai 16 3,3 0,1128 0,0076 0,0426 0,07 Aman 6 Lantai 15 3,3 0,1052 0,0075 0,0420 0,07 Aman 7 Lantai 14 4,5 0,0977 0,0103 0,0577 0,09 Aman 8 Lantai 13 3,5 0,0874 0,0077 0,0431 0,07 Aman 9 Lantai 12 3,5 0,0797 0,0076 0,0426 0,07 Aman 10 Lantai 11 3,5 0,0721 0,0074 0,0414 0,07 Aman 11 Lantai 10 3,5 0,0647 0,0072 0,0403 0,07 Aman 12 Lantai 9 3,5 0,0575 0,0070 0,0392 0,07 Aman 13 Lantai 8 3,5 0,0505 0,0068 0,0381 0,07 Aman 14 Lantai 7 3,5 0,0437 0,0066 0,0370 0,07 Aman 15 Lantai 6 3,5 0,0371 0,0063 0,0353 0,07 Aman 16 Lantai 5 6,1 0,0308 0,0034 0,0190 0,12 Aman 17 Lantai4 Mezz 4 0,0274 0,0055 0,0308 0,08 Aman 18 Lantai4 4 0,0219 0,0060 0,0336 0,08 Aman 19 Lantai 3 4 0,0159 0,0058 0,0325 0,08 Aman 20 Lantai 2 4 0,0101 0,0052 0,0291 0,08 Aman 21 Lantai 1 4,2 0,0049 0,0040 0,0224 0,08 Aman 22 Lantai Dasar 3,4 0,0009 0,0006 0,0034 0,07 Aman 23 Basement 1 2,8 0,0003 0,0003 0,0017 0,06 Aman 24 Basement 2 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,00 Aman

92 digilib.uns.ac.id 72 Kinerja Batas Ultimate Lantai B Mezz Atap 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 Simpangan (m) Syarat m (m) m antar tingkat Y (m) m antar tingkat X (m) Gambar 4.7. Grafik Kontrol Kinerja Batas Ultimit Arah X dan Arah Y Berdasarkan nilai kontrol batas layan dan batas ultimit struktur gedung sesuai SNI yang ditampilkan dalam Tabel Tabel menunjukan bahwa struktur gedung tersebut pada arah X maupun arah Y memenuhi dari batas yang disyaratkan.

93 digilib.uns.ac.id Kontrol Partisipasi Massa Tabel Hasil dari Modal Partisipasi Massa Rasio Mode Period UX UY UZ Sum UX Sum UY 1 1, ,7343 1, ,7343 1, , , , ,212 45, , ,0001 0, , , , ,3655 0, , , , , , , , , ,1024 3, , , , ,3284 0, ,086 66, , ,1348 4, , , , ,2315 4, , , , ,7741 0, , , , ,0801 2, , , , ,7393 0, ,046 78, , ,046 78, , ,046 78, , ,0006 0, , , , ,0033 0, , , , ,0158 1, , , , ,0357 1, , , , ,4909 1, , , , , , , ,0003 0, , , , ,1114 0, , , , ,0006 0, , , , ,9469 1, , , , ,3188 2, , , , ,4519 0, , , , ,2608 0, , , , ,7755 1, , , , ,5497 0, , , , ,045 0, ,053 88, , ,0262 2, , , , ,0002 0, , , , ,0612 0, , , , , , , commit 0,0001 to user 0 87, , Sum UZ Dilanjutkan

94 digilib.uns.ac.id 74 Lanjutan 36 0, ,1587 0, , , , ,0209 0, , , , ,0105 0, , , , ,014 0, , , , ,0664 0, ,411 93, , ,7198 0, , , , , , , Sumber : Etabs Table Modal Partisipation Massa Ratio Pada tabel menunjukkan bahwa mode ke 27 mampu memenuhi syarat partisipasi massa (melampaui 90%) sesuai SNI pasal Level Kinerja Struktur (ATC-40) Menurut ATC-40, batasan rasio drift adalah sebagai berikut : Tabel Batasan Rasio Drift Atap Menurut ATC-40. Parameter Maksimum Total Drift Maksimum Total Inelastik Drift Perfomance Level IO Damage Control LS Structural Stability 0,01 0,01 s.d 0,02 0,02 0,33 Vi 0,005 0,005 s.d 0,015 No limit Pi No limit Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19 Persamaan yang digunakan : Dt Maksimal Drift = Htotal Maksimal In-elastic Drift = Dt D1 Htot Keterangan : Dt = displacement atap (paling atas) D1 = displacement lantai 1 (lantai diatas penjepitan lateral)

95 digilib.uns.ac.id 75 a. Evaluasi kinerja arah X Batasan rasio drift atap yang dievaluasi dengan analisis ragam spektrum respons pada gedung, dengan parameter maksimum total drift dan maksimum inelastik drift, maka : Tabel Level Kinerja Struktur Arah X D t (m) 0,1185 D 1 (m) 0,0000 h t (m) 81,5 Maksimum total drift (Dt / ht) 0,0015 Level kinerja Immediate Occupancy Maksimum total inelastik drift {(D t - D 1 )/ h t } 0,0015 Level kinerja Immediate Occupancy b. Evaluasi kinerja arah Y Batasan rasio drift atap yang dievaluasi dengan analisis ragam spektrum respons pada gedung, dengan parameter maksimum total drift dan maksimum inelastik drift, maka : Tabel Level Kinerja Struktur Arah Y D t (m) 0,1442 D b1 (m) 0,0000 h t (m) 81,5 Maksimum total drift (Dt / ht) 0,0018 Level kinerja Immediate Occupancy Maksimum total inelastik drift {(D t - D 1 )/ h t } 0,0019 Level kinerja Immediate Occupancy Hasil evaluasi level kinerja struktur sesuai Applied Technology Council 40 pada Tabel dan Tabel 4.22., untuk nilai maksimum total drift dan nilai maksimum total inelastik drift pada arah X maupun Y termasuk dalam kategori level Immediate Occupancy (IO) yakni struktur bangunan aman, resiko korban jiwa dari kegagalan struktur tidak terlalu berarti, gedung tidak mengalami kerusakan berarti, dan dapat segera difungsikan/beroperasi kembali.

96 digilib.uns.ac.id Grafik Simpangan Struktur Terhadap Beban Gempa Displacement maksimum dan story drift maksimum akibat beban gempa dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini : Gambar 4.8. Displacement Akibat Beban Gempa Arah X

( STUDI KASUS : HOTEL DI DAERAH KARANGANYAR )

( STUDI KASUS : HOTEL DI DAERAH KARANGANYAR ) EVALUASI KINERJA GAYA GEMPA PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS RESPON SPEKTRUM BERDASARKAN BASE SHARE, DISPLACEMENT, DAN DRIFT MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS ( STUDI KASUS : HOTEL DI DAERAH KARANGANYAR

Lebih terperinci

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH Yunizar NRP : 0621056 Pemnimbing : Yosafat Aji Pranata, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05 ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05 Jufri Vincensius Chandra NRP : 9921071 Pembimbing : Anang Kristianto, ST., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN Edita S. Hastuti NRP : 0521052 Pembimbing Utama : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji Pranata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas gempa moderat hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013 PERBANDINGAN ANALISIS STATIK EKIVALEN DAN ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS PADA STRUKTUR BERATURAN DAN KETIDAKBERATURAN MASSA SESUAI RSNI 03-1726-201X TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP : DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH Refly. Gusman NRP : 0321052 Pembimbing : Ir. Daud R. Wiyono, M.Sc. Pembimbing Pendamping : Cindrawaty Lesmana, ST., M.Sc.(Eng) FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93721 niniaswad@gmail.com

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013 i PERBANDINGAN RESPON STRUKTUR BERATURAN DAN KETIDAKBERATURAN HORIZONTAL SUDUT DALAM AKIBAT GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS STATIK EKIVALEN DAN TIME HISTORY TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER Diva Gracia Caroline NRP : 0521041 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL 2017

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL 2017 TUGAS AKHIR STUDI ANALISIS PERFORMANCE GEDUNG BERTINGKAT DENGAN LAHAN PARKIR DI BASEMENT, MIDDLE FLOOR, DAN TOP FLOOR Diajukan sebagai persyaratan untuk meraih gelar Strata 1 (S-1) Dosen Pembimbing : Fajar

Lebih terperinci

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY Rezky Rendra 1, Alex Kurniawandy 2, dan Zulfikar Djauhari 3 1,2, dan 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK TIME HISTORY MENGGUNAKAN ETABS STUDI KASUS : HOTEL DI KARANGANYAR SKRIPSI

EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK TIME HISTORY MENGGUNAKAN ETABS STUDI KASUS : HOTEL DI KARANGANYAR SKRIPSI EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK TIME HISTORY MENGGUNAKAN ETABS STUDI KASUS : HOTEL DI KARANGANYAR Performance Evaluation of Multistoried Building Structure with Dynamic

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi BAB III LANDASAN TEORI A. Gempa Bumi Gempa bumi adalah bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan dilapisan kerak bumi. akumulasi energi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK Sri Fatma Reza 1, Reni Suryanita 2 dan Ismeddiyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil/Universitas

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL Oleh : Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Padang fajar_nugroho17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) TUGAS AKHIR Oleh : I Putu Edi Wiriyawan NIM: 1004105101 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dianalisis periode struktur, displacement, interstory drift, momen kurvatur, parameter aktual non linear, gaya geser lantai, dan distribusi sendi plastis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031

Lebih terperinci

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X HALAMAN JUDUL KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X TUGAS AKHIR Oleh: I Gede Agus Hendrawan NIM: 1204105095 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V Julita Andrini Repadi 1, Jati Sunaryati 2, dan Rendy Thamrin 3 ABSTRAK Pada studi ini

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS DAN STRUKTUR BAWAH GEDUNG BERTINGKAT 25 LANTAI + 3 BASEMENT DI JAKARTA Disusun oleh : HERDI SUTANTO (NIM : 41110120016) JELITA RATNA WIJAYANTI (NIM : 41110120017)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI 03-2847-2013 Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh: NAMA

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Cinthya Monalisa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Agus Krisnhawa Putra NIM : 1104105075 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI Ayuni Kresnadiyanti Putri NRP : 1121016 Pembimbing: Ronald Simatupang, S.T., M.T. ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 2.1. ACUAN PERATURAN

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 2.1. ACUAN PERATURAN BAB II KRITERIA PERENCANAAN 2.1. ACUAN PERATURAN Peraturan yang digunakan antara lain : 1. SNI Gempa Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 1726-2002) 2. SNI Baja Tata

Lebih terperinci

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON 03-2847-2002 DAN SNI GEMPA 03-1726-2002 Rinto D.S Nrp : 0021052 Pembimbing : Djoni Simanta,Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS DINAMIK RESPON SPEKTRUM MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS (STUDI KASUS : BANGUNAN HOTEL DI SEMARANG) Edy Purnomo 1), Edy Purwanto 2), Agus Supriyadi

Lebih terperinci

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Revie dan Jorry, 2016) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : GO, DERMAWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancanaan Tahan Gempa Berbasis Kinerja Menurut Muntafi (2012) perancangan bangunan tahan gempa selama ini analisis terhadap gempa menggunakan metode Force Based Design, dan

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER Choerudin S NRP : 0421027 Pembimbing :Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping :Cindrawaty Lesmana, M.Sc. Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA Oleh: Agus 1), Syafril 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemilihan Struktur Konsep pemilihan struktur pada perencanaan rusunawa ini dibedakan dalam 2 hal, yaitu Struktur Atas (Upper Structure) dan Struktur Bawah (Sub Structure).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berpotensi mengalami bencana gempa bumi. Hal tersebut disebabkan karena Indonesia berada di wilayah jalur gempa Pasifik (Circum Pasific

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA Yonatan Tua Pandapotan NRP 0521017 Pembimbing :Ir Daud Rachmat W.,M.Sc ABSTRAK Sistem struktur pada gedung bertingkat

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA Lucy P. S. Jansen Servie O. Dapas, Ronny Pandeleke FakultasTeknik Jurusan Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN 4.1 EKSENTRISITAS STRUKTUR Pada Tugas Akhir ini, semua model mempunyai bentuk yang simetris sehingga pusat kekakuan dan pusat massa yang ada berhimpit pada satu titik. Akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respons, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respons, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Respons struktur akibat gempa yang terjadi dapat dianalisis dengan analisis beban gempa yang sesuai peraturan yang berlaku. Analisis beban gempa dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i ) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka. Dalam merancang suatu struktur bangunan harus diperhatikan kekakuan, kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya, serta bagaimana

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PENTAGON PURBA NPM.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS RIWAYAT WAKTU MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS V 9.5 ( STUDI KASUS : GEDUNG SOLO CENTER POINT ) Dian Ayu Angling Sari 1), Edy Purwanto 2), Wibowo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR NOTASI... xviii

Lebih terperinci

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA Lilik Fauziah M. D. J. Sumajouw, S. O. Dapas, R. S. Windah Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI LEMBAR PERYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN LEMBAR PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit. EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA BAJA DAN BETON KOMPOSIT PEMIKUL MOMEN KHUSUS YANG DIDESAIN BERDASARKAN SNI 1729:2015 Anthony 1, Tri Fena Yunita Savitri 2, Hasan Santoso 3 ABSTRAK : Dalam perencanaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

Yogyakarta, Juni Penyusun

Yogyakarta, Juni Penyusun KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati serta puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayang-nya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi

Lebih terperinci

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN DAVID VITORIO LESMANA 0521012 Pembimbing: Olga C. Pattipawaej, Ph.D. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI 03-1726-2002 TUGAS AKHIR RICA AMELIA 050404014 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A464 Analisis Perbandingan Biaya Perencanaan Gedung Menggunakan Metode Strength Based Design dengan Performance Based Design pada Berbagai Variasi Ketinggian Maheswari Dinda Radito, Shelvy Surya, Data

Lebih terperinci

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat Reka Racana Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2016 Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat MEKY SARYUDI 1, BERNARDINUS HERBUDIMAN 2, 1 Mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR ISI JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PENGESAHAN iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iv PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL xiv DAFTAR NOTASI xvi ABSTRAK xix

Lebih terperinci

ANALISIS BANGUNAN ASIMETRIS TERHADAP TINJAUAN DELATASI AKIBAT GAYA HORIZONTAL

ANALISIS BANGUNAN ASIMETRIS TERHADAP TINJAUAN DELATASI AKIBAT GAYA HORIZONTAL ANALISIS BANGUNAN ASIMETRIS TERHADAP TINJAUAN DELATASI AKIBAT GAYA HORIZONTAL Syano Verdio Juvientrian Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email: alghulam_almuslim@yahoo.co.id Hidayat Mughnie

Lebih terperinci

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H Frederikus Dianpratama Ndouk 145 102 156 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT. KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT. Sri Haryono 1) ABSTRAKSI Semakin tinggi tingkat sebuah struktur bangunan akan menyebabkan adanya pengaruh P-Delta

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1. Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, struktur dimodelkan tiga dimensi sebagai portal terbuka dengan penahan gaya lateral (gempa) menggunakan 2 tipe sistem

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aman secara konstruksi maka struktur tersebut haruslah memenuhi persyaratan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aman secara konstruksi maka struktur tersebut haruslah memenuhi persyaratan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pembebanan Struktur Dalam merencanakan suatu struktur bangunan tidak akan terlepas dari beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Agar struktur bangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : ELVAN GIRIWANA 3107100026 1 Dosen Pembimbing : TAVIO, ST. MT. Ph.D Ir. IMAN WIMBADI, MS 2 I. PENDAHULUAN I.1 LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi jalur cincin api dunia. Terdapat empat lempeng tektonik dunia yang ada di Indonesia, yaitu lempeng Pasific,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

BAB IV ANALISIS STRUKTUR BAB IV ANALISIS STRUKTUR 4.1 Deskripsi Umum Model Struktur Dalam tugas akhir ini, struktur hotel dimodelkan tiga dimensi (3D) sebagai struktur portal terbuka dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SPRMK)

Lebih terperinci

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU TUGAS AKHIR DICKY ERISTA 06 0404 106 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1 PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1 Himawan Indarto ABSTRAK Dengan adanya standar gempa Indonesia yang baru yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA SNI.03-1726-2002 TATA CARA PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTUK BANGUNAN GEDUNG FILOSOFI GEMPA 1. MENGHIDARI TERJADINYA KORBAN JIWA MANUSIA 2. MEMBATASI KERUSAKAN, SEHINGGA

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER Metode analisa riwayat waktu atau Time History analysis merupakan metode analisa yang paling lengkap dan representatif, akan tetapi metode tersebut terlalu rumit

Lebih terperinci

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA Rowland Badenpowell Edny Turang Marthin D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD ) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : Sholihin Hidayat 0919151058

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH ASTRAK DAMPAK PEMATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA ANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH Josia Irwan Rastandi 1 Salah satu hal yang baru dalam SNI 03-1726-2002 yang tidak ada dalam peraturan sebelumnya

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL GRAND SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Boni Sitanggang NPM.

Lebih terperinci