BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen Pengertian produk tidak dapat dihilangkan dengan kebutuhan, dikarenakan produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Produk konsumen adalah semua hal meliputi barang atau jasa yang ditawarkan kepada setiap orang untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (Nasution A, 2001). Akhir-akhir ini banyak ditemukan produk-produk yang beredar dipasaran mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Produk-produk yang mengandung bahan toksik dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit lalu beredar keseluruh tubuh sesuai dengan dosis dan lama pajanan seseorang. Hati, paru-paru dan organ tubuh dalam lainnya merupakan organ yang menjadi tempat zat-zat yang bersifat toksik terakumulasi didalam tubuh. Kosmetika termasuk dalam produk yang digunakan konsumen dalam kebutuhan sehari-hari. Menurut Wall dan Jellinek yang dikutip oleh Tranggono (2007), kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Di Mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. 6

2 Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetika merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, 2007). Sama halnya yang disebutkan oleh Wasitaatmadja (1997) bahwa kosmetik bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam sehingga dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI dalam Tranggono (2007), kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat yaitu : 1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lainlain. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. 4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain. 5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain. 7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain. 7

3 8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-lain. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain. 11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain-lain. 12. Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain. 13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain. Sesuai dengan pasal 47 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, pemerintah telah melakukan berbagai upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dengan salah satu upaya kesehatan bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak sedap. Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan oral hygine yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Prayitno, 2008). 8

4 Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan yang berarti individu tadi telah melakukan tindakan pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi (Sriyono, 2005). Tujuan menyikat gigi adalah untuk menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gigiva, mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal, atau sensitivitas (Sriyono, 2005). Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas (belajar dan bekerja) dan penurunan produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup (Depkes RI, 1996). Upaya pemeliharaan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk dintaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Riyanti, 2005). Sebagai salah satu preparat dalam kebersihan mulut, pasta gigi yang digunakan bersama dengan sikat gigi lebih menekankan dari segi fungsi kosmetika yaitu meliputi pengangkatan materi alba, sisa-sisa makanan dan stain 9

5 dari permukaan gigi. Sehingga diperoleh kesan gigi yang bersih dan nafas yang segar. 2.2 Fluor Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas dialam. Fluor bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluorida. (Yanti, 2005). Fluor merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion Fluorida (F). Dimana fluorida bersifat organik dan anorganik yang mengandung elemen fluor. Seperti halnya halogen, fluor adalah ion monovalen (-1 charge). Zat fluor dapat bersenyawa dengan elemen atau radikal lainnya seperti hydrofluoric acid (HF), sodium fluorie (NaF), calcium fluoride (CaF2) dan uranium hexafluoride (UF6) (Achmad, 2004). Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluor, pemberian tablet fluor dan topikal varnish. Tujuan penggunaan fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies (Angela, 2005). Sejak dulu senyawa fluor yang biasa digunakan adalah sodium fluoride dan sodium monofluorofosfat. Fluor yang ditambahkan pada pasta gigi rata-rata mempunyai konsentrasi yang sama yaitu 0,1% atau 1 mg/l, walaupun ada juga pasta gigi yang konsentrasi fluornya 0,15%. Berarti jumlah ini adalah kira-kira sama dengan 1 mg fluor dalam 1 gr pasta gigi. Jika mengosok gigi dengan 1 gr pasta gigi berfluor lalu dilarutkan dalam 10 ml saliva (cairan mulut), maka di dalam mulut diperoleh konsentrasi fluor sebesar 100 ppm (Yoga, 1994). 10

6 2.2.1 Sifat-sifat fluor Ion fluor dalam penggolongan secara kimiawi termasuk dalam golongan halogen (Golongan 2A). Persenyawaan kimia dalam bentuk fluor paling banyak terdapat sebagai fluorspar (CaF2), fluorapatit (Ca 10 F 2 (PO 4 ) 6 F 2 ), atau cryolite. Fluor merupakan unsur yang menunjukkan semua bentuk elemen (ionized, ionizable, atau nonionizable) yang artinya adalah suatu unsur kimia yang sangat elektronegatif dibandingkan unsur kimia yang lain. Dengan unsur yang kecil, afinitas elektron yang tinggi dan ikatan dengan unsur lainnya yang lemah menyebabkan fluor mempunyai reaktifitas yang kuat dengan elemen jenis lain (Fejerskov dkk, 1996). Beberapa ion fluor larut dalam air, akan tetapi fluor yang berikatan dengan lithium,, alumunium, stronikum, barium, magnesium, kalsium, dan manganese hanya sedikit yang larut. Campuran kovalen biasanya ditemukan dalam bentuk non-metal, seperti silicone tetra fluoride dan sulfur heksa fluoride (Fejerskov dkk,1996). Fluor merupakan suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang F dan nomor atom 19. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti mengalir. Fluor (F) adalah gas halogen beracun univalen berwarna kuning-hijau pucat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk dengan senyawa lain bahkan dengan gas mulia, memiliki sifat kimia yang paling reaktif dan elektronegatif dari unsur lain yang menyebabkan kaca, logam bahkan air serta zat lain akan terbakar dan menyala terang saat direaksikan, memiliki titik lebur pada suhu -219,6 0 C, dan titik didih C. Dalam bentuk murninya, fluor sangat berbahaya yang dapat 11

7 menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit (Halogen Group, 2009) Sumber Pencemaran Fluor Fluor di alam dapat ditemukan di tanah, di air maupun di udara, selain juga ditemukan pada tanaman. Fluor merupakan elemen yang paling elektronegatif dan semua elemen kimia, maka secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam bentuk elemen tersendri. Kombinasi secara kimiawi dalam bentuk fluorida, fluor adalah urutan ke 17 dari susunan elemen, dan keberadaannya merupakan % dari permukaannya tanah. Di daerah pegunungan, kandungan fluor dalam tanah relatif rendah. Fluor sebagai unsur kimia halogen dalam tabel periodik yang paling reaktif sehingga jarang ditemukan dalam keadaan bebas. Fluor sama seperti unsur halogen lainnya yaitu klor, yodium dan brom didapat dalam bentuk Binary Compound yang disebut fluorida. Sumber utama dari fluorida adalah air, terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Fluor ditemukan berikatan dengan senyawa lain didalam tanah sebagai fluorspar (calcium, fluoride), cryolite (sodium aluminium fluoride), dan lain-lain mineral seperti fluorapatite, fluorphospat dan fluorsilikat (Panjaitan, 1995). Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Air laut mempunyai kandungan fluor dengan konsentrasi 0,814 mg/liter. Kadar fluor dalam air yang berasal dari danau, sungai atau sumur buatan adalah dibawah 0,5 mg/liter. Adanya perbedaan kadar fluor yang bervariasi tersebut, kelihatannya sebagai akibat perbedaan keadaan hidrogeologis setempat (WHO, 1994). 12

8 Fluorida ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan jaringan tubuh. Pada tahun 1802 telah ditemukan pertama kali tentang adanya fluorida dalam jaringan tubuh binatang, dimana menunjukkan adanya fluorida dalam fosil gigi gajah. Selain terdapat dalam gigi, fluorida juga dijumpai dalam tulang. Oleh karena unsur halogen mempunyai afinitas yang tinggi terhadap kalsium fluorida dalam makanan biasanya diukur dalam mgr dan ukuran ini hampir sama dengan ukuran fluorida dalam air yaitu ppm (1 mg fluoride dalam 1 liter air). Kebutuhan fluorida per hari yang berasal dari makanan adalah sebesar 0,2 0,6 mgr (Panjaitan, 1995). Daging, buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung sedikit sekali fluorida. Makanan laut seperti ikan banyak mengandung fluorida, terutama ikan bertulang halus seperti sardencis, ikan salem dan lain-lain. Teh dan ikan adalah sumber lain yang mengandung fluor dalam jumlah yang bermakna. Daun teh yang kering mengandung ppm. Daging ikan mengandung fluor sekitar 1 ppm, sedangkan kulit dan tulang ikan mengandung lebih dari itu. Jumlah fluorida dalam ikan segar adalah sebesar 7 12 ppm, jika kandungan fluor dalam air rendah, anda dapat menambah fluor melalui makanan (Besford J, 1996). Polusi fluor pada lingkungan dapat terjadi akibat fluor yang berasal dari pertambangan, pembuangan industri, pembakaran batu bara, pupuk dan pestisida yang tidak disertai perlindunan. Sumber utama polusi adalah industri dan pertambangan. Sebagai contoh, sembilan puluh persen sampel udara yang diambil dari sebuat kota di Republik Federasi Jerman pada tahun 1965, mengandung fluor 0,5 3,8 mg/m 3. Banyak masalah yang muncul pada daerah pertambangan phosphate dan fluorospar, bilamana debu yang kaya akan fluor tertiup angin akan 13

9 menempel pada tanaman, dan selanjutnya dapat memasuki rantai makanan (WHO, 1994) Kegunaan Fluor Pada tahun 1886 ahli kimia Perancis Henri Miossan berhasil mengisolasi fluor dari senyawanya dengan cara mengelektrolisis lelehan fluorida. Berdasarkan kerjanya dalam mengisolasi fluor tersebut, Miossan memenangkan penghargaan Nobel 1906 dalam bidang kimia. Gas fluor sangat beracun, sehingga dalam keadaan murni gas ini jarang digunakan, tetapi dalam bentuk senyawa fluor banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Dalam bentuk klorofluorokarbon, yaitu cairan atau gas yan tidak berwarna dan tidak beracun seperti freon (CCI 2 F 2, CCIF 3 ) digunakan sebagai zat pendispersi dalam semprotan aerosol dan sebagai zat pendingin (refrigenerant). 2. Politetrafluoroetilena (teflon), yaitu sejenis plastik yang sangat tahan terhadap sebagian besar reaksi kimia, banyak digunakan dalam industri automobile, sebagai contoh untuk membuat produk-produk yang digunakan sebagai paking motor (motor gasket) dan aksesoris dashboard, serta teflon juga digunakan sebagai pelapis pada bagian dalam permukaan panic atau peralatan dapur lainnya. 3. Cairan hidrokarbon yang terfluorinasi yang diperoleh dari minyak bumi digunakan sebagai minyak pelumas sangat stabil. 14

10 4. Uranium heksafluorida digunakan dalam proses difusi gas untuk menyediakan bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga atom (Krisbiyantoro, 2008). 5. Pembuatan aluminium dengan menggunakan kalium fluorida selama elektrolisis. 6. Pembuatan baja, pupuk asam fosfat, batu bata, ubin, barang-barang dari tanah liat, semen, kaca dan enamel (Connell & Miller, 2006) Pengendalian Fluor Fluoridasi termasuk pasta gigi yang mengandung fluor memang salah satu cara efektif mengontrol kerusakan gigi seperti karies, namun penggunaannya harus tepat dosis dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya. Menurut Standar Nasional kadar fluor pada pasta gigi yang baik untuk anak adalah mg/l (SNI ). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan hygiene mulut adalah 0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika Serikat, serta ISO (BPOM, 2009). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik telah menetapkan bahwa jumlah senyawa fluorida yang boleh terkandung dalam pasta gigi tidak boleh dari 0,15% atau 1500 ppm. Hal ini sejalan dengan yang telah ditetapkan oleh negaranegara di ASEAN kecuali Thailand. Thailand menetapkan kadar fluorida dalam pasta gigi tidak boleh lebih dari 0,11% atau 1100 ppm, disebabkan karena 15

11 kandungan fluorida pada air minum Thailand sudah cukup tinggi. Sedangkan untuk pasta gigi anak-anak kandungan fluoridanya harus kurang dari 0,1% atau 1000 ppm (BPOM, 2009). Selain kadar yang dibatasi ada, penandaan-penandaan yang harus dicantumkan pada kemasan pasta gigi yang berfluorida yaitu tertera mengandung senyawa fluorida, misalnya sodium fluoride dan untuk pasta gigi yang mengandung 0,1-0,15% fluoride, kecuali sudah ada penandaan kontra indikasi untuk anak-anak, misalnya hanya digunakan untuk dewasa maka wajib mencantumkan Anak-anak usia 6 tahun dan dibawahnya gunakan seukuran biji kacang polong (diameter 6 mm) untuk penyikatan gigi yang diawasi untuk memperkecil kemungkinan tertelan. Dalam hal asupan fluorida dari sumber lainnya konsultasikan dengan dokter gigi atau dokter. Pemakaian pasta gigi sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. Pada anak terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering menelan pasta gigi juga karna pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari fluorosis, banyaknya pasta gigi yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji kacang polong (American Dental Association, 2014). Sesuai dengan rekomendasi American Dental Association menyebutkan bahwa orang tua disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi sebelum menggunakan pasta gigi berfluoride kepada anak-anak usia 2 tahun. Untuk anakanak usia 2 sampai 6 tahun dianjurkan menggunakan pasta gigi berfluorida sejumlah ukuran kacang polong pada setiap menyikat gigi. Selain itu rekomendasi lain mengusulkan untuk anak usia mulai dari 3 tahun, orangtua harus mulai menyikat gigi anak secara menyeluruh dua kali sehari 16

12 dengan menggunakan pasta gigi berfluorida dalam jumlah tidak lebih dari ukuran sebutir beras (sekitar 0,1 gram pasta gigi atau 0,1 miligram fluorida) dan mengawasinya untuk memastikan menggunakan jumlah pasta gigi yang tepat. Untuk anak-anak 3 sampai 6 tahun, orang tua harus memastikan penggunaan pasta gigi berfluorida tidak lebih dari sebesar ukuran kacang polong (sekitar 0,25 gram pasta gigi atau 0,25 mg fluorida) dan mengawasi anak dalam menyikat gigi untuk meminimalkan terjadinya pasta gigi yang tertelan (American Dental Association, 2014) Dampak Penggunaan Fluor Terhadap Lingkungan dan Manusia Zat atau senyawa hasil kegiatan manusia ataupun industri (limbah) biasanya berbahaya dan mempunyai sifat beracun. Keberadaan zat atau senyawa tersebut di lingkungan akan sangat membahayakan dan menurunkan kualitas lingkungan (Darmono, 1995). Hampir semua sumber atau persediaan air dalam tanah mengandung ion fluor, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Ion fluor merupakan elemen yang sangat elektronegatif dan aktif sehingga terdistribusi di alam secara meluas dan ditemukan dalam mineral-mineral di tanah, udara, air,tumbuhan, dan juga binatang. Fluorida dilepaskan sebagai limbah dari berbagai proses industri seperti pabrik yang memproduksi baja, aluminium, tembaga, dan nikel serta pabrik lainnya seperti pengolahan fosfat, pupuk, gelas/kaca, pembuatan keramik dan bata, serta produksi lem. Penggunaan pestisida yang mengandung fluorida juga mempengaruhi fluorida pada sumber tanah. Produksi fosfat dan pabrik aluminium 17

13 merupakan industri yang utama dalam pelepasan fluorida ke lingkungan (WHO, 2004). Dengan pupuk dan pabrik pembuatan asam fosfat, batuan fosfat yang mengandung fluor yang digunakan dalam proses tersebut, melakukan sejumlah reaksi untuk membentuk asam hidroflorat (HF) dan silikon tetrafluorida (SiF 4 ) yang berbentuk gas dan dibuang ke atmosfer. Pada pembuatan aluminium proses tersebut melibatkan penggunaan kalsium fluorida selama elektrolisis dan gas yang sama (HF dan SiF 4 ) yang dilepaskan. Mineral yang mengandung fluorida sering digunakan dalam pembuatan baja, batu bata, ubin, barang-barang dari tanah liat, semen, kaca, enamel. Batu bara mengandung fluorida 0,001-0,048% yang menyebabkan pembentukan asam hidroflorat dan silikon tetrafluorida di dalam proses pembakarannya (Connell dan Miller, 2006). Dalam lingkungan, silikon tetrafluorida bereaksi dengan air menghasilkan asam fluorosilat (H 2 SiF 4 ). Keduanya, asam fluorosilat dan asam hidroflorat yang merupakan bentuk gas utama dari fluor, yang siap diserap oleh hewan dan tanaman (Smith dan Hodge, 1979). Partikulat pada umumnya antara lain kriolit, natrium fluorosilikat, aluminium fluorida, natrium fluorida dipancarkan ke dalam atmosfer dan mempunyai kelarutan air tanah dari 0,04-4,0 g per 100 ml pada C. Dengan zat-zat ini, hujan dan keadaan iklim lainnya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perluasan pengaruh toksik (Connell dan Miller, 2006). Secara optimal intake fluorida ditentukan antara 0,05 sampai 0,07 mg/kg berat badan per hari. Menurut Mc Clure, untuk anak-anak usia 1-12 tahun, intake yang paling optimal adalah 0,05 mg/kg berat badan, sementara menurut Farkas, 18

14 intake yang paling optimal untuk pencegahan karies tanpa menimbulkan fluorosis adalah 0,06 mg/kg berat badan untuk anak usia 1-12 tahun (Buzalaf, 2011). Kira-kira 75-90% dari fluor yang dikonsumsi diserap didalam lambung yang bersifat asam, fluor dikonversikan menjadi hydrogen fluoride (HF) dan hampir 40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung dalam bentuk HF. ph asam lambung yang tinggi akan mengurangkan absropsi dengan mengurangkan konsentrasi HF. Fluor yang tidak diabropsi dilambung akan diserap oleh usus dan ph tidak mempengaruhi absorpsinya berbanding di lambung (Whitford, 1997;IPCS, 2002). Setelah diabsorpsi di dalam darah, fluor didistribusikan keseluruh tubuh dengan kira-kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi kandungan kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia tersusun seperti crystal lattice. Fluor bisa melewati plasenta dan dijumpai didalam air susu ibu pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam darah (WHO, 1996;IPCS, 2002). Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (IPCS, 2002). Urinary fluor clearance meningkat dengan ph urin disebabkan oleh penurunan konsentrasi HF. Berbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa memberi efek kepada ph urin dan ini seterusnya akan memberi efek terhadap fluoride clearance dan retention (USNRC, 1993). Menurut salah satu penelitian, diperkirakan 25-38% anak menelan pasta gigi sewaktu menyikat gigi. Hal ini disebabkan oleh produsen pasta gigi yang sering menambahkan rasa yang disukai anak-anak ke dalam pasta gigi yang bertujuan untuk menarik perhatian anak, sehingga anak-anak cenderung untuk memakan 19

15 pasta gigi yang dioleskan di atas sikat giginya atau menelan pasta gigi tersebut sewaktu menyikat gigi karena anak dibawah umur 5 tahun belum begitu pandai membuang atau meludahkan cairan yang ada didalam mulutnya (Shulman, 1997). Gejala awal keracunan fluorida termasuk gangguan pencernaan, mual, muntah, dan sakit kepala. Dosis minimal yang yang dapat menghasilkan gejala ini diperkirakan 0,1 sampai 0,3 mg/kg fluorida (yaitu 0,1-0,3 miligram fluorida untuk setiap kilogram berat badan). Gejala keracunan fluorida akut hampir sama dengan penyakit umum lainnya, 80% insiden keracuanan fluorida terjadi pada anak usia 6 tahun dengan kadar florida 5 mg/kg BB. Sebagaimana dicatat dalam Journal of Public Health Dentisty : Memperkirakan kejadian eksposur fluorida beracun nasional juga diperumit oleh adanya bias. Orang tua atau pengasuh mungkin tidak menyadari gejala yang terkait dengan toksisitas fluorida ringan seperti kolik atau gastroenteritis, terutama jika mereka tidak melihat anak menelan fluorida. Demikian pula, karena sifat spesifik dari gejala ringan sampai sedang, dokter tidak meungkin memasukkan toksisitas fluorida tanpa riwayat konsumsi fluorida. Meskipun insiden kejadian tertelannya pasta gigi pada anak banyak yang tidak terdiagnosis, jumlah laporan ke Poison Control Center di AS mengalami peningkatan sejak Food and Drugs Administration (FDA) mengeluarkan peringatan bahaya racun fluorida. Memang di awal 1990-an (sebelum peringatan FDA), ada sekitar laporan keracuan setiap tahun dari pasta gigi fluorida. Saat ini, terdapat peningkatan 20 kali lipat sejak FDA menambahkan peringatan (Shulman, 1997). 20

16 Intake fluorida yang berlebihan dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan bagi manusia sebagai berikut antara lain : 1. Efek terhadap gigi dan tulang Efek fluor yang berlebihan pada gigi disebut fluorosis gigi. Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika gigi sedang berkembang (Aoba T, Fejerskov O, 2002). Perubahan tampilan enamel gigi adalah warna gigi menjadi tidak putih, pucat, dan buram. Ini bisa berupa tumpukan putih yaitu masih pada tahap ringan sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna gigi yang gelap atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan enamelnya juga menjadi lunak dan rapuh. Tanda pertamanya berupa erupsi gigi dengan enamel yang berbintik-bintik (mottled enamel). Fluorosis gigi merupakan suatu fenomena yang terjadi pada masa pembentukan gigi, maka hanya anak berusia 8 tahun ke bawah yang memiliki risiko tinggi terkena fluorosis. Sedangkan anak berusia di atas 8 tahun tidak berisiko terkena fluorosis. Pada masa ini apabila seseorang terpapar fluorida lebih dari 1 ppm setiap harinya minimal 2 tahun, maka dapat menimbulkan noda cokelat kehitaman pada permukaan gigi. Namun, proses ini akan berhenti saat anak berusia 13 tahun karena proses pembentukan enamel telah sempurna (Centers for Disease Control and Prevention, 2001). Keparahan kondisi ini tergantung kepada dosis, durasi dan masa pengambilan fluor. Kadar fluorida dalam air yang dapat menyebabkan 21

17 terjadinya fluorosis pada tulang adalah antara 8-10 ppm. Fluorosis pada tulang ini ditunjukkan oleh adanya pertambahan ketebalan tulangtulang kortikal panjang pada endosteal dan periosteal. 2. Kanker Banyak penelitian dilakukan terhadap pekerja terutamnya dalam bidang peleburan aluminium dilaporkan terdapat peningkatan insiden dan mortalitas akibat kanker paru, kanker kandung kemih dan juga kanker-kanker lain. Hasil penelitian Grandjean, Olsen (2004) di Denmark terhadap pekerja pabrik cryolite yang berbentuk cohort selama 12 tahun telah menunjukkan hasil yaitu mortalitas total lebih dari 90%. Kematian pekerja-pekerja ini kebanyakannya adalah akibat kanker dengan insiden yang paling tinggi adalah kanker paru primer dan kanker kandung kemih. Grandjean dan Olsen membuat kesimpulan bahwa fluor perlu dipertimbangkan sebagai antara faktor yang menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker paru primer. 3. Penurunan IQ Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini, didapati bahwa fluor (F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid (Shivarajashankara et al., 2001). Penelitian oleh Lu et al (2000) di China yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan yaitu anak-anak yang minum air yang kadar 22

18 fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah. Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bisa menurunkan IQ masih tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahwa ini mungkin melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas kholinesterase di otak. Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect terhadap aktivitas kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester choline. Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan utilisasi acethycholine, seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls saraf pada jaringan otak (Vani, Reddy, 2000). 2.3 Pasta Gigi Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi pada peradaban manusia ditemukan pada 1550 SM di Mesir Kuno, dimana bahan-bahan pembuatnya terdiri dari campuran serbuk batu api, tanah liat, kemenyan dan madu.sedangkan pada masa Romawi dan Yunani Kuno, pasta gigi terbuat dari serbuk tanduk rusa, serbuk tulang hewan, serbuk batu apung dan marmer, madu dan berbagai macam tumbuhan obat yang digunakan hingga ke zaman pertengahan. Sedangkan produk pasta gigi komersial yang sudah diproduksi di pasaran dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1850 dengan nama Sheffield Toothpaste (Mitsui, 1997). Sedian pembersih gigi adalah sediaan semi padat yang efektif sebagai medium perawatan yang terdiri dari campuran bahan penggosok, bahan pembersih, dan bahan tambahan agar zat aktif dapat berkerja pada permukaan gigi dengan efek utamanya yaitu membuat permukaan gigi lebih resisten terhadap kerusakan oleh bakteri atau jamur di mulut tanpa merusak gigi maupun membran 23

19 mukosa mulut (SNI ). Sediaan pembersih gigi dapat berupa pasta, gel, pasta dengan lapisan berwarna, serbuk atau cairan. Sediaan dalam bentuk gel umumnya disukai karena mempuyai penampilan yang lebih baik. Namun sediaan dalam bentuk pasta maupun gel, masyarakat menyebutnya sebagai pasta gigi (J. B.Wilkinson dan Moore, 2000). Pasta gigi merupakan salah satu media dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang dipakai bersamaan sikat gigi untuk membersihkan permukaan gigi dari sisa makanan yaitu materi alba, film, food debris dan stain yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi. Menurut American Council on Dental Therapeutics (1970), pasta gigi adalah suatu bahan yang digunakan dengan sikat gigi untuk membersihkan tempat-tempat yang dapat dicapai. Saat ini seluruh pasta gigi yang beredar di masyarakat, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, sebagian besar mengandung flour. Pasta gigi didefinisikan suatu bahan semi-aqueous yang digunakan bersamasama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta gigi biasa digunakan pada saat menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi. Penggunaan pasta gigi bersamaan sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut Fungsi Pasta Gigi Fungsi pasta gigi adalah untuk membersihkan gigi yang dianggap sebagai bahan kosmetik. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi memiliki fungsi utama yaitu membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman, menjaga gigi dan gusi, menghilangkan bau yang tidak sedap dalam pernafasan, 24

20 dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut, mencegah terjadinya karang gigi dan radang gusi (Depkes RI, 1996). Menyikat gigi dengan pasta gigi adalah penting. Pasta gigi digunakan di dalam menyikat gigi dengan berbagai alasan : 1. Pasta gigi dan teknik penyikatan gigi yang benar dapat bekerja untuk menghilangkan plak dan menghambat pertumbuhan bakteri merugikan yang melekat pada gigi dimana dapat menyebabkan karies, penyakit gingiva. 2. Pasta gigi yang mengandung fluorida, dapat membuat seluruh permukaan gigi lebih resisten untuk berlubang dan fluorida dapat meningkatkan remineralisasi secara dini sehingga mencegah perusakan gigi yang lebih lanjut. 3. Komposisi tertentu pada pasta gigi dapat membantu membersihkan dan mengkilatkan gigi dan menyingkirkan stain. 4. Pasta gigi membantu menyegarkan nafas dan membuat mulut terasa lebih bersih. 5. Pemakaian pasta gigi dapat menyenangkan penyikatan dengan adanya bahan pemberi rasa yang dikandungnya. 6. Pasta gigi dapat digunkan sebagai vehikel (bahan untuk memasukkan obat) yang cocok untuk memasukkan obat-obatan ke dalam mulut (Oral Health Care Product, 1994) Komposisi Pasta Gigi Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. 25

21 Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi pasta gigi beserta fungsi bahan-bahan yang terkandung akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Bahan abrasif (20-50%) Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silica atau hydrated silica, sodiaum bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat. 2. Air (20-40%) Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut. 3. Humectant atau pelembab (20-35%) Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab. 4. Bahan perekat (1-2%) Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberikan bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid dan liquid pada suau pasta igi. Contohnya glycerol, sorbitol dan polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum. 5. Surfectan atau Deterjen (1-3%) Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsikan (melarutkan lemak) dan 26

22 memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini juga memiliki efek antti bakteri. 6. Bahan penambah rasa (0-2%) Biasanya pasta gigi mengunakan pemanis buatan untuk memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan. 7. Bahan terapeutik (0-2%) Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing-masing bahan terapeutik adalah : a.fluoride Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat dalam pasta gigi adalah Stannous fluoride, Sodium fluoride dan Sodium monofluorofosfat. Stannous, Stannous fluoride atau Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat stain abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF merupakan fluor 27

23 yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif. b.bahan desensitisasi Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitivitas denti/hipersensi. Bahan sensitivitas yang sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate yang dapat memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan Stronsium chloride yang dapat memblok tubulus dentin. c.bahan anti-tartar Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi, misalnya Tetrasodium pyrophosphate. d.bahan antimikroba Bahan ini digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi misalnya daun sirih dan siwak. 8. Bahan pemutih (0,05-0,5%) Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat, Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate 9. Bahan pengawet (0,05-0,5%) Bahan pengawet ini berfungsi untuk menceah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering 28

24 ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate, Methylparaben, dan Etihylparaben (Storehagen, 2003) Jenis-jenis Pasta Gigi Pada masa lampau, pasta gigi yang digunakan bersamaan dengan sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Sesuai dengan perkembangan zaman banyak pasta gigi mempunyai efek untuk merawat penyakit mulut dan mencegah karies gigi, sehingga sukar dibedakan dengan jelas antara pasta gigi yang berefek kosmetik dan yang berefek terapi. Ada bebarapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal : 1. Pasta gigi anti karies Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium monofluorofosfat (NaMNF). Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi. Fluor sangat berperan penting terhadap peningkatan kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies adalah Colgate, Pepsodent dan Fluordine. 2. Pasta gigi anti plak Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi plak, kalkulus dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah triklosan. Triklosan (2,4 trikloro-2 -hidroksi difenil eter) adalah suatu antimikroba dengan spectrum luas (dengan minimal inhibitory 29

25 concentration atau konsentrasi penghambat minimal terhadap banyak bakteri oral kurang dari 10 µg/g) terhadap kebanyakan bakteri yang membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke permukaan oral tetapi tidak menimbulkan stein. Contoh merek dagangnya adalah Antiplague, AP Pasta gigi pemutih Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat, pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah Diamond, dan Opale. 4. Pasta gigi anti hipersensitivitas Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit, berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate dan Stronsium chloride. Contoh merek daangnya adalah Colgate Sensitive, Sensodyne dan Sensodyne-F. 5. Pasta gigi herbal Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung herbal telah banyak dilakukan oleh para ahli (Panjaitan, 1997). Menurut kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu: 1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi kosmetik ini tidak mengandung bahan obatobatan. Efek penggunaan pasta gigi yang bersifat kosmetik ini adalah untuk membersihkan dan mengkilatkan gigi dengan menyingkirkan 30

26 materi alba, plak, sisa-sisa makanan dan memberikan kesegaran pada nafas. 2. Fungsi kosmetik terapeutik. Penggunaan pasta gigi ini adalah untuk memelihara secara cermat dan menghilangkan plak gigi secara fisismekanis. Efek dari pasta gigi ini adalah sebagai bahan terapi untuk mencegah karies, kalkulus dan menghambat penyakit gingiva. 3. Fungsi terapeutik. Pasta gigi ini mengandung obat-obatan. Fungsi pasta gigi ini adalah membawa oabat-obatan ke permukaan gigi atau ke sekitar pasta gigi, misalnya: plak, saliva, dan jaringan mukosa. Efek pasta gigi secara klinis dapat mengurangi plak, kalkulus, karies, dan penyakit gingival, akan tetapi pasta gigi akan berfungsi atau dapat memberikan efek jika obat-obatan tersebut bereaksi secara kimiawi atau secara farmakologi dengan hidroxil apatit. Efek pasta gigi juga tergantung pada ketepatan prosedur atau cara menyikat gigi. Pasta gigi terapeutik ini dibagi lagi dalam dua kelompok, yaitu pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor dan pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor (Houwink, 1993). Pasta gigi terapeutik ini dibagi dalam dua kelompok yaitu : 1. Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor Ada beberapa macam pasta gigi yang termasuk ke dalam pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor, yaitu : a. Pasta gigi yang mengandung ammonium, b. Pasta gigi yang mengandung klorofil, c. Pasta gigi yang mengandung antibiotika, 31

27 d. Pasta gigi yang mengandung antienzim, e. Pasta gigi yang mengandung oksidator, f. Pasta gigi yang mengandun enzim proteolitik. Pada pasta gigi yang diatas digunakan untuk perawatan penyakit periodontal. 2. Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor merupakan salah satu cara penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Konsentrasi fluor dalam pasta gigi adalah 1000 ppm/1 miligram fluor dalam 1 gram pasta gigi yang mengandung fluor. Dengan pasta gigi yang mengandung fluor dapat diharapkan menghambat karies sebesar 15-30%. a. Pasta gigi yang mengandung sodium fluoride, merupakan campuran pertama fluorida yang digunakan dalam formulasi pasta gigi dipakai juga sebagai bahan topikasl aplikasi fluor. Melalui penelitian terhadap pasta gigi yang mengandung 0,22% sodim fluorida diketahui bahwa kandungan ini tidak efektif dalam menurunkan insiden karies karena bahan ini tidak dapat bercampur sempurna dalam formulasi pasta gigi denggan kalsium 32

28 sebagai bahan abrasif karena dapat membentuk kalsium fluoride yang tidak dapat terlarut. b. Pasta gigi yang mengandung stannous fluoride, pasta gigi yang mengandung 0,4% stannous fluorida dan kalsium pirofosfat sebagai bahan pembersih dan pengkilat merupakan pasta gigi yang telah dikenal luas, di mana kalsium pirofosfat ini dipilih karena merupakan bahan abrasif yang cukup baik dan dapat dikombinasikan dengan stannous fluorida. Bahan ini efektif dalam menurunkan insiden permukaan karies baru pada anakanak, digunakan pula dalam pasta gigi profilaksis, topikal aplikasi dan fluoridasi air minum. Sayangnya pemakaian yang lama dapat memberikan warna pada gigi. c. Pasta gigi yang mengandung sodium monofluorofosfat, dikenal dalam pasta gigi yang mengandung 0,76% sodium monofluorofosfat dan dikalsium fosfat sebagai bahan pembersih dan pengkilat. Bahan sodium monofluorofosfat ini sangat efektif pada pasta gigi sensitif, terutama pada orang dewasa yang telah lama menggosok gigi dengan cara salah, efektif untuk mengurangi rasa sensitif pada leher gigi yang terbuka, dan efektif pada gingival yang sensitif. d. Pasta gigi yang mengandung amino fluorida. Organik fluorida terutama amino fluorida mempunyai kemampuan mengurangi pembentukan karies gigi. Laporan secara in vitro telah menunjukkan bahwa absorbsi fluorida oleh enamel dan resisten 33

29 enamel terhadap dekalsifikasi oleh asam yang terdapat dalam mulut lebih besar pada oranik fluorida. Amino fluorida mungkin mempunyai efek inhibisi langsung terhadap enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri pada plak, akibatnya terjadi penurunan inflamasi gingival. Konsentrasi amino fluorida yang rendah dapat mengurangi pembentukan ekstraseluler polisakarida dan pembentukan plak. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa amino fluorida berguna untuk memperbaiki kesehatan gingival, mengurangi pembentukan karies gigi serta dapat juga menghalangi metabolisme enzim bakteri dan efektif pada permukaan enamel (Panjaitan, 1997). 2.4 Peran Fluorida Pada Gigi Fluorida adalah suatu zat yang dapat memberikan kekerasan dan daya tahan pada enamel gigi dan mencegah terjadinya karies gigi. Hal ini mula-mula diketahui dengan penelitian Morichini pada tahun 1805, dimana ia menemukan fluoride pada gigi enamel manusia. Kemudian peneliti-peneliti lain juga menemukan fluoride tidak hanya pada enamel gigi saja, melainkan pada dentin dan tulang. Sejak tahun 1865, fluoride dianjurkan oleh dokter dan dokter gigi dalam usaha pencegahan terhadap karies gigi (Houtwink, 1993). Gigi terdiri dari dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah , sehingga struktur sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies. Struktur gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal penting yaitu hidroksil apatit, dengan rumus kimia Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2. Permukaan ini lebih banyak mengandung mineral dan bahan-bahan organik dengan air 34

30 yang relatif lebih sedikit. Mineralisasi tidak hanya melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap melalui penyerapan mineral langsung ke permukaan gigi. Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh hidroksi apatit pada gigi adalah ion fluor, dengan adanya penambahan fluor, hidroksi apatit akan berubah menjadi fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga gigi akan lebih tahan terhadap proses demineralisasi.suwelo menyatakan bahwa penambahan ion fluor menyebabkan hidroxil apatit berubah menjadi fluor apatit yang lebih tahan terhadap asam sehingga proses karies dapat dihambat (Panjaitan, 1995). Fluor berperan dalam pembentukan gigi dan mulut dalam suasana asam. Fluor berperan dalam pembentukan gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang akan merusak gigi sehingga menyebabkan terjadinya karies. Disini fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk membentuk asam. Fluor juga berfungi merangsang pembentukkan mineral kembali yang akan menghentikan proses terjadinya karies (Pittford, 1997). 2.5 Fluorida pada Pasta Gigi Anak Pemakaian fluor secara lokal yang biasa dilakukan sehari-hari adalah menyikat gigi dengan menggunkan pasta gigi yang mengandung fluor. Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat 35

31 menfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia : Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 +F Ca 10 (PO 4 ) 6 (OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan ph plak sampai mencapai ph kritis (ph) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991). Beberaapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan Fluoride (F) pada pasta gigi anak-anak. Salah satunya adalah Lembaga Kesehatan Jakarta Public Interest Research and Advocay Center (LKJ PIRAC) pada September Oktober 2002 telah melakukan riset terhadap kandungan fluor dan pengamatan kemasan dalam pasta gigi anak yang beredar dipasaran di Jakarta. Dari hasil analisa laboratorium, ditemukan produk pasta gigi yang mengandung Fluoride (F) dengan konsentrasi yang tinggi. Adapun hasil kandungan Fluorida (F) yang diperoleh pada pasta gigi anak-anak sebagai berikut : 36

32 Tabel 2.1 Hasil Uji Fluor (F) pada Pasta Gigi Anak oleh LKJ PIRAC No. Merek Pasta Gigi Parameter Uji Hasil Uji Fluor (F) di Laboratorium (Ppm) Hasil Uji Fluor (F) pada Kemasan (Ppm) Selisih 1. Pepsodent junior MFP 1443, ,32 387,25 2. Cussons kids MFP 1156, ,5 153,16 3. Formula gel MFP & NaF 1255, ,55 38,66 4. Dee-dee MFP 1114, Club rasa MFP 1078, ,1 222,71 strawberry 6. Macleans milk MFP 488,42 528,16 39,73 teeth 7. Kodomo MFP 1245, ,32 189,5 8. Total care junior MFP & NaF 1181, ,81 227,78 9. Siwak F junior MFP 1196,02 925,28 271,74 Sumber : Lembaga Kesehatan Jakarta Public Interest Research and Advocay Center, 2002 Dari hasil penelitian laboratorium menunjukan bahwa terdapat 8 merek pasta gigi yang mengandung fluorida melebihi part per milligram (ppm) dan hanya satu merek pasta gigi yang kadarnya di bawah 500 ppm. Serta ditemukan perbedaan jumlah kandungan zat ini secara signifikan pada hasil uji di laboratorium dengan penghitungan berdasarkan yang tercantum dalam kemasan. Hanya satu produk yang melengkapi kemasannya dengan peringatan pihak produsen atas bahaya yang akan terjadi bila anak menelan fluorida dan peringatan disajikan dalam bahasa Inggris. Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang. Dan menuntut Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk menurunkan standar kandungan fluorida pada pasta gigi, khususnya untuk anak-anak dari ppm menjadi ppm (LJK PIRAC, 2002). 37

33 2.6 Perbedaan Pasta Gigi Anak dan Dewasa Pembersihan gigi anak dimulai sejak gigi mulai erupsi karena menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh Edwardson dan Mejare (1978), bakteri penyebab penyakit gigi ada di rongga mulut, begitu gigi mulai muncul di rongga mulut. Anak yang belum dapat berkumur dan meludahkan cairan yang ada di mulutnya disarankan menggunakan pasta gigi yang tidak mengandung fluor. Ketika sudah dapat berkumur dengan baik, orang tua dapat memberikan pasta gigi yang mengandung fluor. Penyikatan gigi yang dilakukan oleh anak harus sepengetahuan orang tua dengan mengawasi saat anak menggosok giginya. Akan tetapi, banyak sekali dijumpai pasta gigi untuk anak yang tidak mengandung fluor. Banyak orang tua yang memberikan pasta gigi untuk anaknya sama dengan pasta gigi yang biasa dipakai orang dewasa. Ini bisa diakibatkan karena harga pasta gigi anak yang lebih mahal dan masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa komposisi pasta gigi untuk anak-anak dan orang dewasa adalah sama, yang membedakannya hanya dari segi rasa, sehingga orang tua lebih menyukai memberikan pasta gigi dewasa untuk anaknya. Perbedaan antara pasta gigi anak dan pasta gigi untuk orang dewasa dapat diperhatikan sebagai berikut, diantaranya : 1. Pasta gigi orang dewasa mengandung kadar fluor yang tinggi. Kadar fluor yang tinggi tidak dianjurkan untuk pasta gigi anak karena apabila fluor tertelan dalam jumlah yang banyak bisa mengakibatkan keracunan pada anak. Pasta gigi untuk anak, idealnya mengandung fluor sebanyak 30% dari jumlah kandungan 38

34 fluor pada pasta gigi untuk dewasa, berarti mengandung 0,03% fluor. Diharapkan dengan konsentrasi fluor 0,03% dapat menghambat proses terjadinya karies. 2. Pasta gigi orang dewasa mengandung deterjen yang cukup kuat. Apabila anak menggunakan pasta gigi untuk orang dewasa yang mengandung bahan ini maka bisa mengakibatkan mulut terasa kering dan perih. 3. Pasta gigi orang dewasa biasanya ada yang mengandung Sodium Lauryl Sulfate (SLS) yang merupakan deterjen sintetis yang sangat ampuh untuk membersihkan lantai. Apabila anak memakai pasta gigi yang mengandung bahan tersebut, bahkan bila sampai termakan maka zat ini dapat membuat mulut anak terasa terbakar. 4. Pasta gigi orang dewasa biasanya mengandung harsh abrasive yang dapat mengikis lapisan gigi anak. 5. Pasta gigi orang dewasa sering mengandung perasa yang kuat (harsh flavorings) yang justru tidak disukai oleh anak karena meninggalkan rasa yang tidak enak di mulut usai menyikat gigi (Yoga, 1994). Terdapat perbedaan yang mendasar pada komposisi antara pasta gigi untuk anak dan untuk orang dewasa, tetapi kenyataan yang terdapat dilapangan sangat bertolak belakang. Pasta gigi anak yang beredar tidak aman untuk anak. Beberapa komposisi yang seharusnya hanya bisa terdapat pada pasta gigi orang dewasa juga terdapat pada pada pasta gigi anak, misalnya konsentrasi fluorida yang tinggi. 39

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT

BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT 15 BAB 2 PASTA GIGI SEBAGAI SALAH SATU MEDIA DALAM MENJAGA KESEHATAN RONGGA MULUT Pada masa lalu, pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik. Tetapi akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Upaya utama dalam pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Upaya utama dalam pemeliharaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting bagi kita semua. Terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Upaya utama dalam pemeliharaan kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fluor Fluorida adalah suatu elemen alami yang dapat ditemukan pada air minum dan di dalam tanah pada berbagai konsentrasi. Fluorida merupakan mineral yang sangat bermanfaat dan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber alami dan industri. Salah satu sumber utama fluorida ada pada air

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber alami dan industri. Salah satu sumber utama fluorida ada pada air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fluorida (F) adalah element zat kimia alami yang tersedia di alam melimpah ruah dan merupakan suatu racun enviromental penting yang berasal dari sumber alami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu kesatuan dari kesehatan pada umumnya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Gigi dan mulut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang mengkonsumsi air minum dari air PAH dan air PDAM di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies merupakan interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat difermentasi oleh bakteri

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari  ke dentin berlanjut ke BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi adalah suatu kerusakan bersifat progesif dan akumulatif yang terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari email ke dentin berlanjut ke pulpa

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Estetika adalah salah satu hal yang diperhatikan masyarakat terutama mereka yang berkecimpung di bidang hiburan seperti bintang film, model, penyanyi, serta mereka

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 tentang daftar pola sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan merestorasi gigi tidak hanya untuk menghilangkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya (Ford, 1993).

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Air Minum 2.1.1 Definisi air minum Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 / MENKES / PER / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum,dalam

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut diderita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi karies di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi. Indeks DMF-T Indonesia menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013 adalah 4,6% yang memiliki arti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebersihan mulut merupakan salah satu bagian terpenting pada pasien perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik cekat selalu dihubungkan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka, dan tubuh yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut mempunyai pengaruh besar dalam asupan gizi dan perlindungan dari infeksi mikroba sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal penting karena berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Menurut Wall dan Jellinenk, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat aerob serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang penting dari kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu sendi kehidupan yang harus diketahui, ditindaklanjuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri

Lebih terperinci

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias MATA KULIAH KOSMETOLOGI (PENANGGUNG JAWAB: DRA, JUANITA T, APT) KOSMETOLOGI KOSMETIKA LOGOS = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias = Ilmu Menurut PERMENKES N0.220 THN 1976 : KOSMETIKA adalah: Bahan/campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi yang sehat, putih dan rapi adalah keinginan setiap orang, karena adalah salah satu elemen penting penunjang estetika.gigi yang putih membuat seseorang lebih percaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah utama yang diderita oleh 90% penduduk di Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan di masyarakat adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga Acetid acid (Acidum aceticum), akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasanya disebut cuka atau asam

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih,

Lebih terperinci