KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 241 / MEN / V /2007 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 241 / MEN / V /2007 TENTANG"

Transkripsi

1 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 241 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS BUMI SUB SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS HULU BIDANG PENGEBORAN SUB BIDANG PENGEBORAN DARAT MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa dalam rangka sertifikasi kompetensi kerja dan pengembangan pendidikan dan pelatihan profesi berbasis kompetensi di Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Hulu seta Panas Bumi Bidang Pengeboran, perlu penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Hulu serta Panas Bumi Bidang Pengeboran dengan Keputusan Menteri; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637); 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah beberapa kali diubah yang terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

2 Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Nomor KEP.69/MEN/V/2004; 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.14/MEN/VII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I; Memperhatikan Hasil Konvensi Nasional RSKKNI Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu serta Panas Bumi Bidang Pengeboran yang diselenggarakan tanggal 19 September 2006 di Pusdiklat Migas Cepu; MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu serta Panas Bumi Bidang Pengeboran, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. KEDUA KETIGA Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU berlaku secara nasional dan menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi serta uji kompetensi dalam rangka sertifikasi kompetensi. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU ditinjau setiap lima tahun atau sesuai dengan kebutuhan. KEEMPAT Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 31 Mei 2007

3 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep. 241 / MEN / V / 2007 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran Darat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan personil pemegang jabatan tenaga teknik khusus yang mempunyai kompetensi kerja standar sektor industri migas, makin dirasakan karena sifat industri migas yang padat teknologi, padat modal dan berisiko bahaya yang tinggi. Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh pemegang jabatan tenaga teknik khusus (TTK) sektor industri migas, sub sektor industri migas hulu dan panas bumi antara lain untuk bidang pengeboran di Indonesia. Disamping hal tersebut diatas dan karena potensi pertambangan minyak dan gas bumi masih merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA dan AFLA, maka perlu mendorong dan merealisasikan SDM yang kompeten. Untuk tujuan tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem diklat dan perangkat-perangkat pendukungnya. Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan SDA secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas. 1

4 Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia (SKKNI) Sektor Industri Migas Sub Sektor Industri Migas Hulu Bidang Pengeboran disusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Kerja yang menggunakan Model of Occupation Skill Standard (MOSS) yang telah distandarkan oleh Badan Nasional Standardisasi (BSN) dengan Nomor SNI menjadi bentuk standar kompetensi kerja yang mengacu pada Regional of Model Competency Standard (RMCS) yang disepakati oleh Indonesia diforum ASEAN pada tahun 1997 di Bangkok Thailand dan diforum Asia Pasifik pada tahun 1998 di Ciba Jepang. Prosedur perumusan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tersebut sesuai amanat PP Nomor 31 tahun 2006, tentang Sistim Pelatihan Kerja Nasional pasal 5,6 dan 7. Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Tenaga Teknik Khusus yang bekerja pada bidang pengeboran sub sektor industri migas hulu dan panas bumi. Sumber data diperoleh dari SNI, MOSS, Standar Internasional dan Workplaces bidang pengeboran. Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan 1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 2. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4. Mijn Politie Reglement 1930 Staadsblad 1930 Nomor Mijn Ordonnantie (Ordonansi Tambang) tahun 1930 No. 38; 6. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) 7. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006 tentang Sistim Pelatihan Kerja Nasional. 8. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01/P/M/Pertamb./1980 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja dan Teknik yang dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi; 9. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 03.P/123/M.PE/1986 dan / atau No. 07.P/075/M.PE/1991 tentang Sertifikasi Tenaga Teknik Khusus Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi beserta aturan pelaksanaannya 10. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.111.K/70/MEEM/2003 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kompetensi Kerja Tenaga Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi sebagai Standar Wajib di Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. 11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Kep.227/MEN/2003,Junto No.Kep.69/Men/V/2004, tentang Perubahan Lampiran Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.KEP.211/MEN/2004 tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat Kompetensi 13. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.KEP.231A/MEN/X/2005 tentang Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi dan Pembinaan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) 2

5 14. Peraturan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.17.P/123/D.DJM/1989 tentang tatacara dan persyaratan sertifikasi tenaga teknik khusus pemboran; 15. Keputusan Dirjen Migas No.Kep.01.K/60.05/DJM/2003, tentang Lembaga Sertifikasi Personil Tenaga Teknik Khusus Minyak dan Gas Bumi. B. TUJUAN Penyusunan Standar kompetensi Industri Migas Sub Sektor Industri Migas Hulu Bidang Pengeboran mempunyai tujuan yaitu pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak dalam bidang keahlian tersebut di atas sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak di antaranya 1. Institusi pendidikan dan pelatihan Memberikan informasi untuk pengembangan program kurikulum. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian dan sertifikasi. 2. Dunia industri pertambangan minyak dan gas bumi, serta pengusahaan tenaga panas bumi dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi Membantu memberikan pedoman yang harus dipenuhi untuk rekruitmen tenaga kerja pemegang jabatan tenaga teknik khusus di bidang pengeboran Mengembangkan program pelatihan bagi karyawan berdasarkan kebutuhan Untuk membuat uraian pekerjaan dan/ atau jabatan. 3. Institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan, penilaian dan sertifikasi. Selain tujuan tersebut di atas, tujuan lain dari penyusunan standar ini adalah untuk mendapatkan pengakuan secara nasional maupun internasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah 1. Menyesuaikan penyusunan standar kompetensi tersebut dengan kebutuhan dunia usaha/ dunia industri, dengan melakukan eksplorasi data primer dan sekunder secara komprehensif. 2. Menggunakan referensi dan rujukan dari standar-standar sejenis yang digunakan oleh negara lain atau standar internasional, agar dikemudian hari dapat dilakukan proses saling pengakuan (Mutual Recognition Agreement/ MRA) 3. Dilakukan bersama dengan representatif dari asosiasi profesi, asosiasi industri/usaha secara institusional, dan asosiasi lembaga pendidikan dan pelatihan profesi atau para pakar dan ahli dibidangnya agar memudahkan dalam pencapaian konsensus melalui forum konvensi dan pemberlakuan secara nasional. C. PENGGUNAAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA 3

6 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan untuk - Menyusun uraian pekerjaan. - Menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia. - Menilai unjuk kerja seseorang. - Sertifikasi profesi di tempat kerja. Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka seseorang mampu - Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan. - Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan. - Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula. - Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda D. FORMAT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA Format Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor dunia industri pertambangan minyak dan gas bumi, serta pengusahaan tenaga panas bumi dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi mengacu kepada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan Keputusan Menteri No. 69/MEN/V/2004 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 227/MEN/2003, sebagai Kode Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format kodefikasi SKKNI. Judul Unit Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar kompetensi. Deskripsi Unit Menjelaskan Judul Unit yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen pendukung unit kompetensi sasaran apa yang harus dicapai. Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan kompetensi di setiap elemen, apa yang harus dikerjakan pada waktu menilai dan apakah syaratsyarat dari elemen dipenuhi. Batasan Variabel Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit dan memberikan informasi lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan 4

7 Panduan Penilaian Kompetensi kunci mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau jasa yang dihasilkan. Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi - Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu. - Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan. - Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian. Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran/ fungsi pada suatu pekerjaan. Kompetensi kunci meliputi - Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi. - Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi. - Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas. - Bekerja dengan orang lain dan kelompok. - Menggunakan ide-ide dan teknik matematika. - Memecahkan masalah. - Menggunakan teknologi. Kompetensi kunci dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Tingkat 1 harus mampu - melaksanakan proses yang telah ditentukan. - menilai mutu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Tingkat 2 harus mampu - mengelola proses. - menentukan kriteria untuk mengevaluasi proses. Tingkat 3 harus mampu - menentukan prinsip-prinsip dan proses. - mengevaluasi dan mengubah bentuk proses. - menentukan kriteria untuk pengevaluasian proses. E. KODEFIKASI STANDAR KOMPETENSI Kodifikasi setiap unit kompetensi mengacu pada format kodifikasi SKKNI sebagai XXX. XX SEKTOR SUB-SEKTOR BIDANG/GRUP NOMOR UNIT VERSI 5

8 SEKTOR SUB SEKTOR Diisi dengan singkatan 3 huruf dari nama sektor Untuk dunia industri pertambangan minyak dan gas bumi, serta pengusahaan tenaga panas bumi dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi disingkat dengan IMG. Diisi dengan singkatan 2 huruf dari sub sektor. Jika tak ada sub sektor, diisi dengan huruf OO. Untuk Sub Sektor industri migas hulu dan panas bumi bidang pengeboran disingkat dengan BR. BIDANG/GRUP Diisi dengan 2 digit angka yaitu 00 Jika tidak ada grup. 01 Identifikasi Kompetensi Umum yang diperlukan untuk dapat bekerja pada sektor. 02 Identifikasi Kompetensi Inti yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tugas inti pada sektor tertentu. 03 dst Identifikasi Kompetensi Kekhususan / spesialisasi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tugas spesifik pada sektor tertentu. NO. URUT UNIT Diisi dengan nomor urut unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit angka, mulai dari 001, 002, 003 dan seterusnya. VERSI Diisi dengan nomor urut versi menggunakan 2 digit angka, mulai dari 01, 02, 03 dan seterusnya. F. PANITIA TEKNIS Panitia teknis dibentuk berdasarkan surat keputusan Ditjen Migas Kep.No 5742/28.07/PANTEK/DMT/2006 tanggal 01 Mei 2006 selaku pengarah penyusunan rancangan SKKNI SEKTOR INDUSTRI MIGAS SERTA PANAS BUMI. Susunan panitia teknis sebagai NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI JABATAN DALAM PANITIA 1. Indrayana Chaidir Ditjen Migas Pengarah 2. Imran Robert Pasaribu Ditjen Migas Ketua Panitia 3. Djamaluddin Ditjen Migas Wk. Ketua 4. Robert Dampang Ditjen Migas Sekretaris 5. Sunoto Murbini IATMI Sub Panitia Teknis 6. Sri Tarmizi IPMI Sekretaris 7. Tisnaldi Ditjen Migas Anggota 8. Wahyu Djatmiko PPTMGB Lemigas Anggota 9. Hadi Purnomo PPTMGB Lemigas Anggota 10. Bambang Widarsono PPTMGB Lemigas Anggota 11. Tunggal PPTMGB Lemigas Anggota 12. Tri Bambang SR. PPTMGB Lemigas Anggota 6

9 13. Yayun Andriani PPTMGB Lemigas Anggota 14. Ego Sharial PPTMGB Lemigas Anggota 15. Jamsaton Nababan PT.PERTAMINA Dit.Hulu Anggota 16. Irman Susandi PT.PERTAMINA Dit.Hulu Anggota 17. Budiman Simarmata PT.PERTAMINA Dit.Hulu Anggota 18. Singgih Hidayat PT.PERTAMINA Pusat Anggota 19. Y. Sriwidodo PT.PERTAMINA Pusat Anggota 20. Wahyu Affandi ITB Bandung Anggota 21. Priyo Hutomo Dupont Indonesie Anggota 22. Arie Yoewono S. BP Hilir Migas Anggota NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI JABATAN DALAM PANITIA 23. Luluk Priambudi BP Hilir Migas Anggota 24. Henry Ahmad BP Hilir Migas Anggota 25. M. Pardamean Simbolon BP Hilir Migas Anggota 26. A. Farid Baidjuri BP Migas Anggota 27. Kamaludin Hasim BP Migas Anggota 28. Marhaendrata BP Migas Anggota 29. Bambang Sugito PPT Migas Cepu Anggota 30. Henk Subekti PPT Migas Cepu Anggota 31. Buntaram PPT Migas Cepu Anggota 32. Didiek Suprihardi PPT Migas Cepu Anggota G. TIM TEKNIS Susunan tim teknis dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi selaku Ketua Dewan Pengarah/ Pimpinan LSP Migas. No 003.K/65.07/BDM/2006 tanggal 2 Agustus 2006 selaku pengarah penyusunan rancangan SKKNI Bidang Pengeboran. Susunan tim teknis sbb NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI JABATAN DALAM PANITIA 1. Achmad Mudofir Pusdiklat Migas Ketua Tim 2. Sutignyo Pusdiklat Migas Wk. Ketua Tim 3. Sugiyono Pusdiklat Migas Sekretaris/ Anggota 4. Slamet Prihatmodjo Depnakertrans Nara Sumber Std 5. Faisal E. Yazid APMI Nara Sumber Substansi 6. Muhammad Muslich BNSP Nara Sumber Sertifikasi 7. Kaswir Badu Pusdiklat Migas Anggota 8. Henk Subekti Pusdiklat Migas/IATMI Anggota 9. Bayu Priantoko Depnakertrans Anggota 10. Sri Parwana Pusdiklat Migas Anggota 7

10 11. Mulyadi Pusdiklat Migas Anggota 12. Bambang Budiono Pusdiklat Migas Anggota 13. Patuan Alfons Ditjen Migas Anggota 14. M. Eddy Aminuddin Ditjen Migas Anggota 15. Y. Sriwidodo PT. Pertamina Anggota 16. Budi Inderadjaja Chevron Ind. Company Anggota 17. Susilo HW Chevron Pacific Ind. Anggota 18. Asep M. Shiddiq Pusdiklat Migas Anggota H. KONVENSI RSKKNI Rancangan SKKNI Sektor Industri Minyak dan Gas Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Bidang Pengeboran dirumuskan oleh panitia teknis dan disusun oleh tim teknis. Panitia teknis menyelenggarakan konvensi nasional antar asosiasi profesi, asosiasi perusahaan, pakar dan praktisi di bidang Pengeboran yang dihadiri instansi terkait dalam rangka membakuan RSKKNI bidang pengeboran yang pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 19 September 2006 di Widya Patra I Pusdiklat Migas Cepu, hal ini sesuai dengan amanat PP Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional Pasal 7 ayat (4). Adapun peserta konvensi RSKKNI bidang pengeboran sebagai NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI KETERANGAN 1. Henk Subekti LSP PPT MIGAS Ketua Sidang 2. Bambang Budiono LSP PPT MIGAS Sekretaris 3. Purwanto, ST, ST STEM Anggota 4. Ir. Muhammad Dulpi Dirjen Migas Anggota 5. Ir. Djaswadi, M.Si. STEM Anggota 6. Y. Sriwidodo PT. Pertamina Anggota 7. Zahrul Chevron Pasific Indonesia Anggota 8. RD. Setiyawan Chevron Pasific Indonesia Anggota 9. Zainal Arifin Chevron Pasific Indonesia Anggota 10. Achyar Sutachyar LSP PPT MIGAS Anggota 11. Putut Prasetyo LSP PPT MIGAS Anggota 12. R. Suhardi LSP PPT MIGAS Anggota 13. Martono LSP PPT MIGAS Anggota 14. Sumaryono LSP PPT MIGAS Anggota 15. Suhartono LSP PPT MIGAS Anggota 16. Marlin Maryudhi LSP PPT MIGAS Anggota 17. Puryadi LSP PPT MIGAS Anggota 18. Sumadi Ridho LSP PPT MIGAS Anggota 19. Asyik Kurniawan LSP PPT MIGAS Anggota 20. Ir. Nurhenu K. LSP PPT MIGAS Anggota 21. Ruslan LSP PPT MIGAS Anggota 8

11 22. Ali Mashsum LSP PPT MIGAS Anggota 23. Sutignyo LSP PPT MIGAS Anggota 24. Adi Nugroho LSP PPT MIGAS Anggota 25. Surahman LSP PPT MIGAS Anggota 26. Suharsono LSP PPT MIGAS Anggota 27. Mustakim LSP PPT MIGAS Anggota 28. Suparno LSP PPT MIGAS Anggota 29. Moestadjab S. LSP PPT MIGAS Anggota 30. Soegiyono LSP PPT MIGAS Anggota I. PEMETAAN KKNI Untuk menyusun SKKNI diawali dengan pembuatan peta KKNI pada masingmasing bidang. Adapun bentuk peta KKNI adalah sebagai Level KKNI Sertifikat IX Sertifikat VIII Sertifikat VII Sertifikat VI PETA KKNI Bidang Pengeboran Pada Industri Migas Pengeboran Darat Area Pekerjaan atau Jabatan Pengeboran Lepas Pantai Tipe Duduk Pengeboran Lepas Pantai Tipe Apung Rig Superintendent /Drilling Supervisor Rig Superintendent /Drilling Supervisor Rig Superintendent /Drilling Supervisor Sertifikat V Ahli Pengendali bor Ahli Pengendali bor Ahli Pengendali bor Sertifikat IV Juru Bor Juru Bor Juru Bor Sertifikat III Operator Menara Bor Operator Menara Bor Sertifikat II Operator Lantai Bor Operator Lantai Bor Sertifikat I - - J. PEMAKETAN SKKNI Dalam rangka pemaketan SKKNI dipergunakan peta KKNI bidang Pengeboran. Pemaketan SKKNI sabagai KODE PEKERJAAN/JABATAN Penjelasan Kode Pekerjaaan/Jabatan. 9

12 1. Katagori C (Jasa Pertambangan dan Penggalian) 2. Golongan Pokok 11 (Pertambangan dan Jasa Pertambangan Minyaj dan Gas Bumi) 3. Golongan 10 (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Serta Pengusahaan Tenaga Panas Bumi). 4. Sub Golongan 1 (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi) 5. Kelompok Bidang Pekerjaan 1. IMG Hulu 2. IMG Hilir 3. IMG Hulu dan Hilir 6. Sub Kelompok (Dimensi/Area pekerjaan/jabatan) 1. Eksplorasi 2. Pengeboran 3. Eksploitasi 4. Produksi 7. Profesi/ Pekerjaan 1. Pengeboran Darat 1.1. Operator Lantai Bor (OLB II) 1.2. Operator Menara Bor (OMB II) 1.3. Juru Bor (JB III) 1.4. Ahli Pengedali Bor (APBIII) 1.5. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS III) 2. Pengeboran Lepas Pantai tipe Duduk 2.1. Operator Lantai Bor (OLB I) 2.2. Operator Menara Bor(OMB I) 2.3. Juru Bor (JBII) 2.4. Ahli Pengendali Bor (APB II) 2.5. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS II) 3. Pengeboran Lepas Pantai tipe Apung 3.1. Operator Lantai Bor (OLB I) 3.2. Operator Menara Bor(OMB I) 3.3. Juru Bor (JBI) 3.4. Ahli Pengendali Bor (APB I) 3.5. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS I) 8. Kualifikasi 1. Pengeboran Darat II. Operator Lantai Bor (OLB II) III. Operator Menara Bor (OMB II) IV. Juru Bor (JB III) V. Ahli Pengedali Bor (APBIII) VI. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS III) 2. Pengeboran Lepas Pantai tipe Duduk II. Operator Lantai Bor (OLB I) 10

13 III. Operator Menara Bor(OMB I) IV. Juru Bor (JBII) V. Ahli Pengendali Bor (APB II) VI. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS II) 3. Pengeboran Lepas Pantai tipe Apung II. Operator Lantai Bor (OLB I) III. Operator Menara Bor(OMB I) IV. Juru Bor (JBI) V. Ahli Pengendali Bor (APB I) VI. Rig Superintendent / Drilling Supervisor (DS I) Versi = 01 AREA PEKERJAAN Pengeboran Darat PEKERJAAN Operator Lantai Bor (Floorman) KODE PEKERJAAN C KOMPETENSI UMUM NO KODE UNIT JUDUL UNIT II IMG.BR Melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. 2. IMG.BR Melaksanakan pembinaan kerja sama. 3. IMG.BR Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran 4. IMG.BR Menyesuaikan diri dalam hal menagani bahan kimia berbahaya dan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. KOMPETENSI INTI NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengerjakan cabut masuk pipa. 2. IMG.BR Membantu pelaksanaan penurunan rangkaian pipa selubung (casing) dan penyemenan 3. IMG.BR Mengerjakan kegiatan operasi penyelesaian sumur (well completion). 4. IMG.BR Mengerjakan rig-up dan rig-down 5. IMG.BR Melaksanakan bongkar pasang pencegah semburan liar. 6. IMG.BR Melaksanakan pencegahan semburan liar. 7. IMG.BR Melaksanakan pemeliharaan peralatan putar. 11

14 KOMPETENSI KHUSUS NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengerjakan pencegahan bahaya Hydrogen sulfide. AREA PEKERJAAN Pengeboran Darat PEKERJAAN Operator Menara Bor Darat ( Derrickman) KODE PEKERJAAN C 11 KOMPETENSI UMUM III 01 NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. 2. IMG.BR Melaksanakan pembinaan kerja sama. 3. IMG.BR Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran. 4. IMG.BR Menyesuaikan diri dalam hal menagani bahan kimia berbahaya dan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. KOMPETENSI INTI NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengerjakan cabut masuk pipa. 2. IMG.BR Membantu pelaksanaan penurunan rangkaian pipa selubung (casing) dan penyemenan 3. IMG.BR Mengerjakan kegiatan operasi penyelesaian sumur (well completion). 4. IMG.BR Mengerjakan rig-up dan rig-down 5. IMG.BR Melaksanakan bongkar pasang pencegah semburan liar. 6. IMG.BR Melaksanakan pencegahan semburan liar. 7. IMG.BR Melaksanakan pemeliharaan peralatan putar. 8. IMG.BR Membantu perawatan lumpur. 9. IMG.BR Mengoperasikan pompa lumpur. KOMPETENSI KHUSUS 12

15 NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengerjakan pencegahan bahaya Hydrogen sulfide. 2. IMG.BR Membantu operasi pemancingan AREA PEKERJAAN Pengeboran Darat PEKERJAAN Juru Bor Darat ( Driller) KODE PEKERJAAN C KOMPETENSI UMUM NO KODE UNIT JUDUL UNIT IMG.BR Memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. 2. IMG.BR Melaksanakan pembinaan kerja sama. 3. IMG.BR Melakukan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran 4. IMG.BR Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. 5. IMG.BR Melaksanakan penerapan prosedur darurat. 6. IMG.BR Melaksanakan penerapan pencegahan polusi lingkungan. IV 01 KOMPETENSI INTI NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengoperasikan sistem peralatan pengangkat (hoisting system) drilling rig. 2. IMG.BR Mengoperasikan sistem peralatan putar (rotating system) drilling rig. 3. IMG.BR Mengoperasikan sistem peralatan sirkulasi (circulating system) drilling rig. 4. IMG.BR Melaksanakan bongkar pasang pencegah semburan liar. 5. IMG.BR Melaksanakan pencegahan semburan liar. 6. IMG.BR Mengaoperasikan sistem peralatan pencegah semburan liar (blowout prevention system) drilling rig. 7. IMG.BR Melaksanakan pencegahan dan pengendalian 13

16 tekanan sumur. 8. IMG.BR Mengoperasikan sistem motor penggerak (prime mover system) drilling rig 9. IMG.BR Menghubungkan prinsip-prinsip optimasii pengeboran lubang. 10. IMG.BR Menangani problem-problem pengeboran. 11. IMG.BR Melaksanakan uji kandungan lapisan (Drill Stem Test). 12. IMG.BR Melaksanakan operasi perforasi completion. 13. IMG.BR Melaksanakan penurunan casing dan penyemenan. 14. IMG.BR Menunjukkan pemeliharaan lumpur pengeboran 15. IMG.BR Mengoperasikan pengendalian kemiringan lubang bor. 16. IMG.BR Mengoperasikan rangkaian pipa bor (Drill stem). NO KODE UNIT JUDUL UNIT 17. IMG.BR Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan harian peralatan rig. 18. IMG.BR Mengoperasikan instrumentasi rig pengeboran dan pengamat lumpur. 19. IMG.BR Mengoperasikan pengeboran inti (Conventional coring). KOMPETENSI KHUSUS 1. IMG.BR Mengerjakan rutinitas sistem penanggulangan bahaya hydrogen sulfide. 2. IMG.BR Melaksanakan pemancingan (Fishing job). 3. IMG.BR Melaksanakan stimulasi. AREA PEKERJAAN Pengeboran Darat PEKERJAAN Ahli Pengendali Pengeboran. KODE PEKERJAAN C KOMPETENSI UMUM NO KODE UNIT JUDUL UNIT IMG.BR Melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. V 01 14

17 2. IMG.BR Melaksanakan pembinaan kerja sama. 3. IMG.BR Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran. 4. IMG.BR Menyesuaikan diri dalam hal menagani bahan kimia berbahaya dan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. 5. IMG.BR Melaksanakan penerapan prosedur darurat 6. IMG.BR Melaksanakan penerapan pencegahan polusi lingkungan. 7. IMG.BR Melaksanakan penerapan peraturan tambang migas dan panas bumi KOMPETENSI INTI NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Memilih sistem peralatan pengangkat (hoisting system) drilling rig. 2. IMG.BR Memilih sistem peralatan putar (rotating system) drilling rig. 3. IMG.BR Memilih sistem peralatan sirkulasi (circulating system) drilling rig. 4. IMG.BR Mengaoperasikan sistem peralatan pencegah semburan liar (blowout prevention system) drilling rig. 5. IMG.BR Melaksanakan pencegahan dan pengendalian tekanan sumur. 6. IMG.BR Memilih system motor penggerak (prime mover system) drilling rig 7. IMG.BR Memilih sistem peralatan pencegah semburan liar (blowout prevention system) drilling rig. 8. IMG.BR Mendesain Optimasi Hidrolika Pengeboran 9 IMG.BR Mendesain penanganan problema pengeboran. 10. IMG.BR Merencanakan pengendalian tekanan sumur dan pencegahan semburan liar untuk bit tidak di dasar lubang. 11. IMG.BR Menghubungkan pelaksanaan operasi uji kandungan lapisan (Drill Stem Test) dengan kondisi reservoir. 12. IMG.BR Mengatur pekerjaan penyemenan 13. IMG.BR Merancang rangkaian pipa bor (Drill Stem). 14. IMG.BR Melaksanakan rig-up, rig-down dan moving. 15. IMG.BR Memilih drilling bit. 15

18 16. IMG.BR Melaksanakan pengendalian tekanan sumur. 17. IMG.BR Melaksanakan pengeboran berarah/mendatar (Directional/ Horizontal Drilling) KOMPETENSI KHUSUS NO KODE UNIT JUDUL UNIT 1. IMG.BR Mengerjakan rutinitas sistem penanggulangan bahaya Hydrogen sulfide. 2. IMG.BR Melaksanakan pemancingan (Fishing job). BAB II STANDAR KOMPETENSI NASIONAL INDONESIA Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2006, tentang Sistim Pelatihan Kerja Nasional, bahwa SKKNI disusun berdasarkan kebutuhan lapangan usaha yang sekurang-kurangnya memuat kompetensi keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja. SKKNI dapat dikelompokkan kedalam jenjang kualifikasi dengan mengacu pada KKNI dan/ atau jenjang jabatan. Pengelompokkan SKKNI ke dalam jenjang kualifikasi dilakukan berdasarkan tingkat pelaksanaan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tanggung jawab pekerjaan. Rancangan SKKNI dibakukan melalui forum konvensi nasional antar asosiasi profesi, perusahaan, lembaga diklat, pakar dan praktisi dibidang pengeboran pada industri migas dan panas bumi. A. DAFTAR UNIT KOMPETENSI Dengan mengacu pada hasil Konvensi Nasional Standar Kompetensi Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran Darat pada Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi, dapat disusun daftar unit kompetensi yang dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu a. Kompetensi Umum (general) b. Kompetensi Inti (functional) c. Kompetensi Khusus (specific) 1. KOMPETENSI UMUM (GENERAL) KODE UNIT IMG.BR JUDUL UNIT KOMPETENSI Melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. 16

19 IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR Melaksanakan pembinaan kerja sama. Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran. Menyesuaikan diri dalam hal menagani bahan kimia berbahaya dan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Melaksanakan penerapan prosedur darurat Melaksanakan penerapan pencegahan polusi lingkungan. Melaksanakan penerapan peraturan tambang migas dan panas bumi 2. KOMPETENSI INTI (FUNCTIONAL) KODE UNIT IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR JUDUL UNIT KOMPETENSI Mengerjakan cabut masuk pipa. Membantu pelaksanaan penurunan rangkaian pipa selubung (casing) dan penyemenan Mengerjakan kegiatan operasi penyelesaian sumur (well completion). Mengerjakan rig-up dan rig-down Melaksanakan bongkar pasang pencegah semburan liar. Melaksanakan pencegahan semburan liar. Melaksanakan pemeliharaan peralatan putar. Membantu perawatan lumpur. Mengoperasikan pompa lumpur. Mengoperasikan sistem peralatan pengangkat (hoisting system) drilling rig. Mengoperasikan sistem peralatan putar (rotating system) drilling rig. Mengoperasikan sistem peralatan sirkulasi (circulating system) drilling rig. Mengaoperasikan sistem peralatan pencegah semburan liar (blowout prevention system) drilling rig. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian tekanan sumur. Mengoperasikan sistem motor penggerak (prime mover system) drilling rig 17

20 IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR Menghubungkan prinsip-prinsip optimasii pengeboran lubang. Menangani problem-problem pengeboran. Melaksanakan uji kandungan lapisan (Drill Stem Test). Melaksanakan operasi perforasi completion. Melaksanakan penurunan casing dan penyemenan. Menunjukkan pemeliharaan lumpur pengeboran Mengoperasikan pengendalian kemiringan lubang bor. Mengoperasikan rangkaian pipa bor (Drill stem). KODE UNIT IMG.BR IMG.BR IMG.BR JUDUL UNIT KOMPETENSI Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan harian peralatan rig. Mengoperasikan instrumentasi rig pengeboran dan pengamat lumpur. Mengoperasikan pengeboran inti (Conventional coring). IMG.BR Memilih sistem peralatan pengangkat (hoisting system) drilling rig. IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR IMG.BR Memilih sistem peralatan putar (rotating system) drilling rig. Memilih sistem peralatan sirkulasi (circulating system) drilling rig. Memilih sistem peralatan pencegah semburan liar (blowout prevention system) drilling rig. Memilih system motor penggerak (prime mover system) drilling rig Mendesain penanganan problema pengeboran. Merencanakan pengendalian tekanan sumur dan pencegahan semburan liar untuk bit tidak di dasar lubang. Menghubungkan pelaksanaan operasi uji kandungan lapisan (Drill Stem Test) dengan kondisi reservoir. Mengatur pekerjaan penyemenan Merancang rangkaian pipa bor (Drill Stem). Melaksanakan rig-up, rig-down dan moving. Memilih drilling bit. 18

21 IMG.BR IMG.BR Melaksanakan pengendalian tekanan sumur. Melaksanakan pengeboran berarah/mendatar (Directional/ Horizontal Drilling) 3. KOMPETENSI KHUSUS KODE UNIT IMG.BR IMG.BR IMG.BR JUDUL UNIT KOMPETENSI Mengerjakan rutinitas sistem penanggulangan bahaya Hydrogen sulfide. Melaksanakan pemancingan (Fishing job). Melaksanakan stimulasi. B. UNIT-UNIT KOMPETENSI Unit-unit kompetensi disusun berdasarkan format standar kompetensi kerja nasional indonesia yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Kep.69/Men/V/2004, tentang perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 227/men/2003. Unit-unit kompetensi tersebut adalah sebagai 1. Unit Kompetensi Umum 2. Unit Kompetensi Inti 3. Unit Kompetensi Khusus 19

22 KODE UNIT IMG.BR JUDUL UNIT DESKRIPSI UNIT Memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan di tempat kerja pengeboran. Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja pengeboran. ELEMEN KOMPETENSI 1. Memenuhi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Unsur/bahan-bahan berresiko tinggi di identifikasi berdasarkan label dan lembar data keselamatan. 1.2 Komponen keselamatan dan kesehatan kerja diperiksa pada awal sebelum mengoperasikan semua alat unit rig pengeboran 1.3. Perlengkapan pelindung perorangan di identifikasikan sesuai dengan tugastugas yang ditetapkan di tempat kerja. 1.4 Resiko pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan di identifikasi dan tindakan antisipasi dilakukan untuk mengurangi resiko yang berhubungan dengan pekerjaan di tempat kerja. 1.5 Sebelum melakukan penanganan secara manual resiko pekerjaan dinilai dan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi yang aman. 1.6 Semua prosedur dan instruksi kerja untuk pengendalian pekerjaan berbahaya di ikuti secara seksama. 2. Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kondisi berbahaya/darurat 2.1 Pengetahuan dan kemampuan untuk mengikuti prosedur yang berhubungan dengan kecelakaan, api dan kondisi darurat termasuk komunikasi dilokasi dan petunjuk un tuk bahaya pribadi dipelihara sesuai dengan ketentuan didunia industri pengeboran 20

23 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 2.2 Prosedur penanganan darurat diikuti sesuai standard operating prosedure di pengeboran 2.3 Perlengkapan pelindung perorangan di gunakan sesuai dengan spesifikasi pabrik dan persyaratan di tempat kerja. 3. Memelihara infrastruktur dan lingkungan kerja 3.1 Kontribusi semua komponen keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan-lingkungan di usahakan terus-menerus dan dilaksanakan untuk keseluruhan infrastruktur. 3.2 Bantuan keselamatan dan kesehatan kerja disiapkan untuk antisipasi effektif dalam mengendalikan resiko kecelakaan yang berhubungan tugas / pekerjaan di tempat kerja. 4. Memenuhi peraturan larangan di lingkungan lokasi kerja 4.1 Unsur/bahan-bahan dan peralatan/ perlengkapan yang dilarang dibawa dilokasi pengeboran diidentifikasi berdasarkan ketentuan peraturan polisi tambang. 4.2 Unsur/bahan-bahan dan peralatan/ perlengkapan yang terlarang diperiksa pada saat memasuki daerah lokasi unit rig pengeboran. 4.3 Ketentuan larangan-larangan dilokasi pengeboran dijelaskan kepada setiap personel yang memasuki lokasi pengeboran. BATASAN VARIABEL 1. Unit ini berlaku untuk memenuhi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kondisi berbahaya/darurat, memelihara infrastruktur dan lingkungan kerja, dan memenuihi peraturan larangan di lingkungan lokasi kerja, yang digunakan untuk memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan kerja dan lindunganlingkungan di tempat kerja pengeboran. 21

24 2. Unit ini berlaku untuk memenuhi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kondisi berbahaya/darurat, memelihara infrastruktur dan lingkungan kerja, dan memenuihi peraturan larangan di lingkungan lokasi kerja, yang digunakan untuk memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan kerja dan lindunganlingkungan di tempat kerja pengeboran. 3. Perlengkapan untuk memenuhi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kondisi berbahaya/darurat, memelihara infrastruktur dan lingkungan kerja, dan memenuhi peraturan larangan di lingkungan lokasi kerja, mencakup 3.1 Perlengkapan pelindung perorangan. 3.2 Perkakas kecil (tool kit) 3.3 Rotary slip 3.4 Safety belt 3.5 PPPK dan tandu 3.6 Peralatan pemadam api ringan 3.7 Poster peringatan dan petunjuk keselamatan kerja 4. Tugas memenuhi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kondisi berbahaya/darurat, memelihara infrastruktur dan lingkungan kerja, dan memenuihi peraturan larangan di lingkungan lokasi kerja meliputi 4.1 Mempergunakan alat-alat bengkel dan menggerinda 4.2 Membantu pengelasan 4.3 Membuat ikatan tali baja dengan wire rope clip 4.4 Mengangkat / memindahkan beban berat dengan tangan 4.5 Memadamkan api dengan semua jenis alat pemadam api ringan di rig 4.6 Memindahkan, menyimpan/ menimbun dan mempergunakan/ mencampurkan bahan kimia berbahaya. 4.7 Bekerja dengan perpipaan bertekanan tinggi 4.8 Memindahkan, menyimpan/ menimbun bejana bertekanan. 4.9 Menjaga kebersihan dan kerapihan peletakkan peralatan pada tempatnya 4.10 Bekerja dengan kunci pipa bor dan rangkaian pipa bor dengan kondisi memiliki torsi putar yang tinggi. 5. Peraturan untuk melaksanakan unit ini meliputi 5.1. Mijn Politie Reglement (MPR) tahun 1930 (Stb 341) 5.2. Mijn Ordonnantie (Ordonansi Tambang) tahun 1930 No Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun Permen P&E 06/ Tahun Kepmen KLH Kep-03/1991 Kep 48 & 50/

25 PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian Alat dan bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait 2. Kondisi Penilaian Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut Penilaian dapat dilakukan dengan cara demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 3.1. Pengetahuan Keselamatan kerja umum 3.2. Pengetahuan Peralatan Pelindung perorangan 3.3. Pengetahuan Keselamatan kerja di unit drilling rig 3.4. Pengetahuan dasar ergonomic 3.5. Pengetahuan dasar lindungan lingkungan di lokasi pengeboran 4. Keterampilan yang dibutuhkan Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 4.1. Terampil mempergunakan tool kit Terampil mengoperasikan peralatan rig dilantai bor. 5. Aspek Kritis Penilaian Aspek kritis merupakan sikap kerja yang harus diperhatikan, sebagai 5.1. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dilingkungan kerja sesuai dengan prosedur di drilling rig Menjelaskan pemakaian Peralatan Pelindung perorangan Menjelaskan cara bekerja aman di lantai bor dan diperalatan sirkulasi Menjelaskan tindakan pencegahan pencemaran yang harus dilakukan di lingkungan unit pengeboran. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1 3. Merencanakan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 23

26 KODE UNIT IMG.BR JUDUL UNIT DESKRIPSI UNIT Melaksanakan Pembinaan Kerja Sama. Unit ini kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk membangun kerja sama dengan orang atau kelompok lain di lokasi pengeboran migas dan panas bumi. ELEMEN KOMPETENSI 1. Melakukan interaksi di tempat kerja KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Isu dan peristiwa yang memerlukan tindakan/ perhatian dilaporkan secara rinci kepada ahli pengendali pengeboran sesuai dengan instruksi kerja di perusahaan. 1.2 Pesan di dengar dicatat secara teliti dan disampaikan secara effisien dan effektif kepada orang atau kelompok lain. 1.3 Tingkah laku positif dipelihara/ dipertahankan dalam melakukan hubungan dengan orang lain. 2. Berpartisipasi dalam rapat dan kelompok kerja 2.1 Interaksi dalam forum rapat dilakukan secara konsisten sesuai tujuan rapat. 2.2 Interaksi dengan kelompok kerja secara aktif, effektif, effisien ditunjukkan dalam rapat dan kelompok kerja. 2.3 Keputusan kelompok di mengerti dan diterapkan sesuai kebutuhan. 3. Memelihara penampilan pribadi 3.1 Pakaian kerja di tunjukkan sesuai ketentuan perusahaan. 3.2 Perawatan kesehatan pribadi dilakukan sesuai ketentuan perusahaan. 24

27 BATASAN VARIABEL 1. Unit ini berlaku untuk melakukan interaksi di tempat kerja, berpartisipasi dalam rapat dan kelompok kerja dan memelihara penampilan pribadi untuk membina kerja sama pada pengeboran migas dan panas bumi. 2. Perlengkapan untuk melakukan interaksi di tempat kerja, berpartisipasi dalam rapat dan kelompok kerja dan memelihara penampilan pribadi, mencakup 2.1 Perlengkapan kerja 2.2 Perlengkapan komunikasi meliputi komputer, faximile, telepon, dll. 2.3 Perlengkapan alat tulis kantor 2.4 Perlengkapan pertemuan (meeting) 3. Tugas untuk melakukan interaksi di tempat kerja, berpartisipasi dalam rapat dan kelompok kerja dan memelihara penampilan pribadi, meliputi 3.1 Mengikuti pertemuan (meeting) 3.2 Safety meeting 3.3 Mengenakan pakaian kerja sesuai prosedur perusahaan. 3.4 Memelihara kesehatan sesuai prosedur perusahaan. 4. Peraturan untuk melaksanakan unit ini meliputi 4.1. Mijn Politie Reglement (MPR) tahun 1930 (Stb 341) 4.2. Mijn Ordonnantie (Ordonansi Tambang) tahun 1930 No Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun Peraturan perusahaan PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian Alat dan bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait 2. Kondisi Penilaian Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut Penilaian dapat dilakukan dengan cara demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 3.1. Pengetahuan pedoman-pedoman, prosedur-prosedur, dan praktekpraktek yang diatur oleh perusahaan Pengetahuan prosedur-prosedur pelaporan tempat kerja Pengetahuan sistem ijin bekerja 3.4. Pengetahuan prosedur-prosedur keadaan darurat 3.5. pengetahuan operasi pengeboran normal 25

28 3.6. Pengetahuan operasi pengeboran non-rutin 3.7. Pengetahuan keselamatan kerja diunit drilling rig 4. Keterampilan yang dibutuhkan Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 4.1. Terampil menerima dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, instruksi-instruksi, pedoman praktek-praktek kerja, standar dan jadwal operasional Terampil meneruskan informasi secara akurat dan lengkap, dan meminta kejelasan (klarifikasi) informasi yang diterima Terampil mengendalikan/ meminimumkan resiko bahaya-bahaya didaerah kerja. 5. Aspek Kritis Penilaian Aspek kritis merupakan sikap kerja yang harus diperhatikan, sebagai berikut 5.1. Melaksanakan penjelasan singkat (briefing)/ pelimpahan (handover) situasi Mengintegrasikan, membaca, menginterpretasikan dan menerapkan peraturan-peraturan, pedoman-pedoman, prosedur-prosedur dan praktek-praktek Mempersiapkan teknik-teknik komunikasi yang cocok dengan tempat kerja. KOMPETENSI KUNCI No. KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1 3. Merencanakan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 26

29 KODE UNIT IMG.BR JUDUL UNIT Melakukan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran DESKRIPSI UNIT Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran pada operasi pengeboran migas dan panas bumi. ELEMEN KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi klasifikasi api dan memilih media pemadamnya KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Segitiga api, bahan (material) yang mudah terbakar, bahan (material) yang meluaskan api diidentifikasi. 1.2 Eksplosif demo dilaksanakan sesuai prosedur. 1.3 Klasifikasi kebakaran diidentifikasi sesuai dengan standar Indonesia dan NFPA. 1.4 Media pemadam diidentifikasi 1.5 Persiapan keselamatan kebakaran direncanakan sesuai prosedur pemadaman api (STCW-F). 2. Melakukan pengamatan dini sebelum terjadinya kebakaran 2.1 Pemeriksaan alat-alat detektor kebakaran dilaksanakan secara berkala. 2.2 Isyarat adanya bahaya kebakaran dapat ditunjukan secara dini. 2.3 Jenis isyarat dini diidentifikasi pada kontrol panel 27

30 ELEMEN KOMPETENSI 3. Menggunakan macam-macam perlengkapan pemadam kebakaran KRITERIA UNJUK KERJA 3.1 Baju tahan api digunakan sesuai ketentuan NFPA. 3.2 Peralatan bantu pernapasan digunakan di ruang berasap atau smoke chamber sesuai prosedur. 3.3 Selang penyemprot kebakaran digunakan sesuai prosedur. 3.4 Alat-alat pemadam api ringan digunakan sesuai prosedur.selimutselimut api digunakan sesuai prosedur 4. Menerapkan organisasi pemadam kebakaran di lokasi pengeboran 4.1 Signal kebakaran dan uraian tugasnya diidentifikasi. 4.2 Bagan pengendali kebakaran dan sijil kebakaran ditunjukkan. 4.3 Cara keselamatan perorangan didemonstrasikan sesuai prosedur. 4.4 Sistim penjagaan didemonstrasikan sesuai prosedur BATASAN VARIABEL 1. Unit ini berlaku untuk menggunakan perlengkapan, mendemonstrasikan cara pencegahan, melakukan pengamatan dini, mengidentifikasi sistem, menerapkan organisasi dan mendemonstrasikan metode pemadaman kebakaran yang digunakan untuk melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran pada pengeboran migas dan panas bumi. 2. Perlengkapan untuk menggunakan perlengkapan, mendemonstrasikan cara pencegahan, melakukan pengamatan dini, mengidentifikasi sistem, menerapkan organisasi dan mendemonstrasikan metode pemadaman kebakaran, mencakup 2.1 Alat pemadaman kebakaran 2.2 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 2.3 Alat pelindung pernafasan 2.4 Alat-alat eksplosif demo 2.5 Detektor kebakaran dan alarm 2.6 Selimut api atau fireblanked 2.7 Baju tahan api 28

31 3. Tugas menggunakan perlengkapan, mendemonstrasikan cara pencegahan, melakukan pengamatan dini, mengidentifikasi sistem, menerapkan organisasi dan mendemonstrasikan metode pemadaman kebakaran meliputi 3.1 Memeriksa peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja. 3.2 Memeriksa sistem peringatan dini 3.3 Memeriksa kesiapan alat keselamatan kerja 4. Peraturan untuk melaksanakan unit ini meliputi 4.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4.1. Rekomendasi pabrik pembuat dan peraturan perundangan yang berlaku 4.1. Standard Operational Procedure (SOP) PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian Alat dan bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait 1.1. IMG.BR Memenuhi Persyaratan K3 & LL di tempat kerja pengeboran 1.2. IMG.BR Membina Kerja Sama 1.3. IMG.BR Menyesuaikan diri dalam hal menangani bahan kimia berbahaya dan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. 2. Kondisi Penilaian Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut Penilaian dapat dilakukan dengan cara demonstrasi, simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 3.1. Pengetahuan teknik pemadam kebakaran 3.2. Pengetahuan teknik mengoperasikan peralatan keselamatan kerja 3.3. Pengetahuan teknik penyelamatan 4. Keterampilan yang dibutuhkan Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai 4.1 Terampil mengidentifikasi bahan yang mudah terbakar, mudah meledak. 5. Aspek Kritis Penilaian Aspek kritis merupakan sikap kerja yang harus diperhatikan, sebagai berikut 5.1 Kemampuan mengidentifikasi dan membuat klasifikasi api dan memilih media pemadamnya 5.2 Kemampuan untuk menguraikan sebab-sebab terjadinya kebakaran dan cara penanggulangannya 29

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 241/MEN/V/2007 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 241/MEN/V/2007 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 241/MEN/V/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS BUMI SUB

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 250 / MEN / V / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 250 / MEN / V / 2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 250 / MEN / V / 2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

Lampiran. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. No : KEP. 243 / MEN / V / Tentang

Lampiran. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. No : KEP. 243 / MEN / V / Tentang MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No KEP. 243 / MEN / V / 2007 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 245 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 245 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 245 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 244 / MEN / V / 2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 210 / MEN / X / 2008 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR INDUSTRI MINYAK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 248 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 248 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 248 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 242 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 242 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 242 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 245/MEN/V/2007 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 245/MEN/V/2007 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR KEP. 245/MEN/V/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS BUMI SUB

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 243 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 243 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 243 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 242/MEN/V/2007

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 242/MEN/V/2007 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR KEP. 242/MEN/V/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS BUMI SUB

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 248/MEN/V/2007 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP. 248/MEN/V/2007 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR KEP. 248/MEN/V/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI SERTA PANAS BUMI SUB

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254/MEN/V/2007 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254/MEN/V/2007 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254/MEN/V/2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X. Makalah Profesional

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X. Makalah Profesional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X Jakarta, 12 14 November 2008 Makalah Profesional IATMI 08 002 PENINGKATAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254 / MEN / VI /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254 / MEN / VI /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 254 / MEN / VI /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 251 / MEN / V /2007 TENTANG

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 251 / MEN / V /2007 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 251 / MEN / V /2007 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PERTAMBANGAN DAN GALIAN GOLONGAN POKOK PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

NOMOR 248 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 248 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN GOLONGAN POKOK INDUSTRI BARANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 245 / MEN / XII / 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 245 / MEN / XII / 2008 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 245 / MEN / XII / 2008 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR INDUSTRI MINYAK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMI GRASI REPUBLI K I NDONESI A NOMOR KEP. 211 / MEN/ X / 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN GOLONGAN POKOK JASA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP - 69 / MEN / III / V / 2004 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 227 TH 2003

KEPMEN NO. 227 TH 2003 KEPMEN NO. 227 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 227/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI PROGRAMER KOMPUTER 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah satu tahun diberlakukan. Era Globalisasi dalam perdagangan bebas Asia Tenggara telah

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI KEPUTUSAN NO : KEP- 008/BNSP/XII/2005 TENTANG Pedoman BNSP 101-2005 Pelaksanaan Pembakuan SKKNI Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI... GOLONGAN POKOK... PADA JABATAN KERJA

Lebih terperinci

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4 PENINGKATAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA MIGAS MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) DAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) Oleh: Ali Supriyadi*) ABSTRAK Kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI

BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI BAB I PENJELASAN UMUM STANDAR KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER DAN SISTEM ADMINISTRASI 1.1 Rasional Perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang telah berjalan selama empat tahun merupakan bagian dari era

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / XII / 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / XII / 2008 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 246 / MEN / XII / 2008 TENTANG PENETAPAN SKKNI SEKTOR INDUSTRI MINYAK

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2015 KEMEN ESDM. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Migas. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.21/MEN/X/2007 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN

Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN Draft Konvensi RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BEKERJA PADA KETINGGIAN Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekretariat Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 2010

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

Draft Kaji Ulang SKKNI Operasi Produksi

Draft Kaji Ulang SKKNI Operasi Produksi LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI... GOLONGAN POKOK... PADA JABATAN KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2013

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2013 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. /MEN/ / 2008

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. /MEN/ / 2008 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. /MEN/ / 2008 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR JASA KEMASYARAKATAN DAN PERORANGAN

Lebih terperinci

Oleh Fortries Aurelia Samahi

Oleh Fortries Aurelia Samahi Oleh Fortries Aurelia Samahi 6506 040 016 BAB I PENDAHULUAN Adanya potensi bahaya terjadinya kecelakaan blowout pada drilling proses dan efeknya dapat berujung bencana Kemungkinan terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KONSTELASI KESELAMATAN MIGAS LINGKUP PENANGANAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA MIGAS

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KONSTELASI KESELAMATAN MIGAS LINGKUP PENANGANAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA MIGAS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KONSTELASI KESELAMATAN MIGAS Oleh : Luluk Sumiarso Direktur Jenderal Migas Disampaikan pada : Lokakarya Sehari Tentang Pengembangan Koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA oleh Ir. SUMARNA F. ABDURRAHMAN, MSc KETUA KOMITE TETAP SISTEM KOMPETENSI SDM KADIN - INDONESIA KONDISI DAN MASALAH TANTANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125TAHUN2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR INDUSTRI PEMURNIAN DAN PENGILANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) SEKTOR JASA PENDIDIKAN LAINNYA BIDANG JASA PENDIDIKAN BAHASA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNTUK KEPARIWISATAAN (SUB BIDANG TATA GRAHA)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 51 Lt. 6A Telepon (021) 52961311, Faximile (021) 52960456 Jakarta

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR FORKLIFT (FL)

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR FORKLIFT (FL) PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR FORKLIFT (FL) KODE PROGRAM PELATIHAN : C.11.20.0.3.4.1.II.01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI GOLONGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

Darmawansyah, ST, M.Si /

Darmawansyah, ST, M.Si / Darmawansyah, ST, M.Si 08180676099 / 085213401980 darmawansyah73@gmail.com PROFIL SDM INDONESIA FEB 2015 5,46 juta penganggur menjadi prioritas untuk ditingkatkan kompetensinya Sumber : diolah dari berita

Lebih terperinci

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas No.235, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. KKNI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL

Lebih terperinci

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1086 K/40/MEM/2003 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Lebih terperinci

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima No. 307, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Standar dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara dan Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

- 5 - BAB I PENDAHULUAN

- 5 - BAB I PENDAHULUAN - 5 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN DAN PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS PENGAWAS OPERASIONAL DI BIDANG

Lebih terperinci

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR I. LATAR BELAKANG Dasar Hukum STTK Bidang Perawatan Sumur adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia No.20 Tahun 2008, Tentang : Pemberlakuan Standar

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSEP TGL. 9-4-2003 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Bab

Lebih terperinci

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017 MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017 TENTANG PEMERIKSAAN KESELAMATAN INSTALASI DAN PERALATAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER OPERATOR INSTRUMENTASI SPAM NAMA PEMOHON NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI)

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 02/BNSP.211/X/2013 Tentang PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP Versi 1 Oktober

Lebih terperinci

bahwa untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan

bahwa untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PEMERIKSAAN KESELAMATAN INSTALASI DAN PERALATAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM STANDARDISASI KOMPETENSI PERSONIL DAN LEMBAGA JASA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lebih terperinci

Menglngat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Kctcnagakerjaan

Menglngat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Kctcnagakerjaan KEPUTUSAN MENTERJ TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 227/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDARD KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN JEMBATAN (KJ) S/D 25 TON KODE PROGRAM PELATIHAN : C II.

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN JEMBATAN (KJ) S/D 25 TON KODE PROGRAM PELATIHAN : C II. PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN JEMBATAN (KJ) S/D 25 TON KODE PROGRAM PELATIHAN : C.11.20.0.3.3.1.II.01 GAMBAR DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI 125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI NO NOMOR SNI J U D U L KETERANGAN 1. SNI 07-0728-1989 Pipa-pipa baja pengujian tekanan tinggi untuk saluran pada industri minyak dan

Lebih terperinci

TENAGA KERfffi lloonr*.*.,

TENAGA KERfffi lloonr*.*., TENAGA KERfffi lloonr*.*., REPIJBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 325 /MEN/ rx /2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI JURU UKUR SEISMIK KODE PROGRAM PELATIHAN C 11 20 0 1 1 1 II 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat JUDUL : Managemen Tanggap Darurat DESKRIPSI : Bagian ini menjelaskan identifikasi kompetensi yang dibutuhkan dalam mengelola operasional tanggap darurat, memeriksa peralatan dan fasilitas tanggap darurat,

Lebih terperinci

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN MOBIL s.d 25 Ton

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN MOBIL s.d 25 Ton PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KRAN MOBIL PADA PESAWAT ANGKAT OPERATOR KRAN MOBIL s.d 25 Ton KODE PROGRAM PELATIHAN C.11. 20. 0 3.1.1. II. 01 DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 96A TH 2004

KEPMEN NO. 96A TH 2004 KEPMEN NO. 96A TH 2004 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Nomor: KEP. 96 A/MEN/VI/2004 TENTANG PEDOMAN PENYIAPAN DAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI MENTERI TENAGA

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAAN. Nomor : Tanggal, Lampiran : Satu berkas H a l : Laporan Periodik enam bulanan

KOP PERUSAHAAN. Nomor : Tanggal, Lampiran : Satu berkas H a l : Laporan Periodik enam bulanan Contoh Surat Pengantar Laporan KOP PERUSAHAAN Nomor : Tanggal, Lampiran : Satu berkas H a l : Laporan Periodik enam bulanan Yang terhormat, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi U.p. Direktur Teknik dan

Lebih terperinci

2018, No.8-2- Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Repu

2018, No.8-2- Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Repu No.8, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Jenjang KKNI Tenaga Kerja Bidang Alat dan Mesin Pertanian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50/PERMENTAN/SM.200/12/2017 TENTANG JENJANG

Lebih terperinci

TENAcAKERfffillo r*"*r,

TENAcAKERfffillo r**r, TENAcAKERfffillo r*"*r, REPTJBLIK II\DONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 11 /MENATT2OIO TENTANG PENETAPAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.65/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG STANDAR DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DENGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2. 1 of 8 28/04/2008 10:08 AM KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1454 K/30/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI ENERGI

Lebih terperinci

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas)

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) (Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) *** EXPERT SHARING IKATAN AHLI FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI INDONESIA Hotel AMOS-COZY, Oleh : Muliana Sukardi (Ketua LSP-Hulu Migas) ***

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.189/LATTAS/XII/2013

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.189/LATTAS/XII/2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 51 Lt. 6A Telepon (021) 52961311, Faximile (021) 52960456 Jakarta

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN BNSP 401-2006 =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP.213/MEN/IX/2005 Tanggal : 16 September 2005

: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP.213/MEN/IX/2005 Tanggal : 16 September 2005 Lampiran : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP.213/MEN/IX/2005 Tanggal : 16 September 2005 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA SEKTOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH dan TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304 Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN BNSP 304 =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi 1 / 17 KATA PENGANTAR 2 /

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 04/BNSP.305/X/2013 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP Versi 1

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KOMPETENSI PELAKSANAAN RETROFIT DAN RECYCLE PADA SISTEM REFRIGERASI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 13/BNSP.218/XII/2013 Tentang PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Semester I Tahun 2017

CAPAIAN KINERJA Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Semester I Tahun 2017 Badan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Manusia CAPAIAN KINERJA Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral Semester I Tahun 2017 Disampaikan dalam rangka Press Conference Jakarta,

Lebih terperinci