Berdasarkan data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 15 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 8000 rpm yait

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Berdasarkan data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 15 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 8000 rpm yait"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Dalam pengujian pengaruh variasi putaran mesin terhadap daya mesin yang diujikan menggunakan roller CVT (Continously Variable Transmision) berdiameter 15 mm (Standar Pabrik), 16 mm, dan 17 mm pada sepeda motor Yamaha Mio Soul tahun 2007 yang dilakukan dengan alat DYNOJET tipe 250i dapat menghasilkan keluaran berupa daya pada poros roda. 1. Daya pada Poros Roda Tabel 4.1. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter er 15 mm. Daya Pada Poros Roda Putaran Mesin (Hp) (rpm) Rata-Rata (Hp)

2 Berdasarkan data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 15 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 8000 rpm yaitu sebesar 4,46 Hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 2,88 Hp. Tabel 4.2. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 16 mm Putaran Mesin (rpm) Daya Pada Poros Roda (Hp) Rata-Rata (Hp) Berdasarkan ar data hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 16 mm diperoleh daya tertinggi pada putaran mesin 7500 rpm yaitu sebesar 4,54 Hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu 3,54 Hp Tabel 4.3. Hasil pengamatan daya pada poros roda menggunakan roller CVT diameter 17 mm Putaran Mesin (rpm) Daya Pada Poros Roda (Hp) Rata-Rata (Hp)

3 Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa hasil daya mesin dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm diperoleh daya mesin tertinggi pada putaran mesin 7000 rpm yaitu sebesar 4,33 hp dan terendah pada putaran 5000 rpm yaitu sebesar 3,35 Hp. 4.2 Pembahasan Dari deskripsi data diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Hasil pengujian menggunakan alat DYNOJET 250i menghasilkan keluaran berupa grafik. Grafik tersebut menunjukkan besarnya daya yang terjadi pada poros roda. a) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 15 mm Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm. Gambar 4.1. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm. 41

4 Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5550 rpm grafik daya pada poros roda menanjak sangat tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran 5550 rpm 6050 rpm grafik daya terus mengalami peningkatan dengan tidak teratur dan tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 6100 rpm rpm grafik daya menunjukkan peningkatan yang lebih halus. Hal ini terjadi karena roller CVT sudah berada pada posisi puncak jalur roller CVT telah mampu mengimbangi kerja putaran mesin yang tinggi. Sehingga pada posisi ini roller CVT menggunakan gaya sentrifugal yang didapat dari putaran mesin yang tinggi untuk bekerja mendorong pulley primer dalam mengikat V-belt hingga kekuatan maksimal sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin ke poros roda lebih optimal. Daya poros roda maksimal tercapai pada putaran 7800 rpm yaitu sebesar 4,45 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7800 rpm daya poros sudah mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius Vbelt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley 42

5 sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.1 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.1 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 15 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian aian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca (besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT diameter er 15 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,33 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,33 x 7000 / 5252 N = 4,44 Hp b) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT diameter 16 mm 43

6 Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 16 mm Gambar 4.2 Grafik daya pada poros roda saat menggunakan roller CVT diameter 16 mm Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5350 rpm grafik daya pada poros roda terus menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan putaran mesin meningkat dengan cepat sehingga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley 41 primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran mesin 5400 rpm 5800 rpm grafik daya terus menunjukkan kenaikan namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 5900 rpm-7500 rpm grafik daya menunjukkan peningkatan yang lebih halus. Hal ini terjadi karena roller CVT sudah berada pada posisi puncak 44

7 jalur roller CVT telah mampu mengimbangi kerja putaran mesin yang tinggi. Sehingga pada posisi ini roller CVT menggunakan gaya sentrifugal yang didapat dari putaran mesin yang tinggi untuk bekerja mendorong pulley primer dalam mengikat V-belt hingga kekuatan maksimal sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin ke poros roda lebih optimal. Pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm grafik daya cenderung stabil walaupun bergelombang. Dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT diameter 16 mm pada putaran mesin 7500 rpm 8000 rpm menghasilkan gaya sentrifugal yang paling maksimal sekaligus stabil dalam menekan pulley primer dalam mengikat V-belt. Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7500 rpm yaitu sebesar 4,54 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7500 rpm daya poros dengan menggunakan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu stabil hingga putaran mesin 8000 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.2 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor 45

8 Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.2 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 16 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca ( besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT diameter er 16 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,308 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,308 x 7000 / 5252 N = 4,41 Hp c) Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 17 mm Berikut ini merupakan grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 17 mm. 46

9 Gambar 4.3. Grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 17 mm Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa, pada putaran 5000 rpm-5300 rpm grafik daya pada poros roda menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pembukaan katup gas yang spontan mengakibatkan rpm meningkat dengan cepat sehingga ga dalam kondisi ini menunjukkan bahwa roller CVT yang terletak didalam pulley primer bergerak cepat untuk dapat mencapai puncak teratas jalur gerak roller CVT. Pada putaran mesin 5350 rpm 5600 rpm grafik daya terus menunjukkan kenaikan an namun tidak setinggi sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ini roller CVT sudah menekan pulley primer untuk mencapai titik maksimal dalam mengikat V-belt namun gaya sentrifugal yang dihasilkan masih cenderung lemah, hal ini disebabkan putaran mesin belum mampu mengimbangi kinerja roller CVT. Pada putaran mesin 5600 rpm-7850 rpm grafik masih meningkat dan pergerakkan peningkatan cenderung lebih halus. Hal ini disebabkan karena roller CVT mampu berimbang dengan kinerja putaran mesin sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan mampu menekan pulley primer dalam mengikat V-belt dengan maksimal sehingga daya dari mesin menuju poros roda dapat tercapai secara optimal. 47

10 Daya poros maksimal tercapai pada putaran 7700 rpm yaitu sebesar 4,48 hp. Daya poros maksimal terjadi hanya sesaat karena pada putaran mesin diatas 7700 rpm daya poros dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm menunjukkan grafik yang sudah mulai turun lalu stabil hingga putaran mesin 7900 rpm, dan sesaat kemudian daya mulai turun, hal ini terjadi karena semakin tinggi putaran mesin akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin kuat mendorong pulley primer sehingga semakin kuat dalam mengikat V-belt akibatnya radius V-belt pada pulley primer menjadi semakin besar dan radius V-belt pada pulley sekunder mengecil. Sehingga efek yang terjadi adalah putaran pulley primer menjadi lebih lama daripada perputaran pulley sekunder dan kinerja roller CVT semakin berat dalam menekan pulley primer. Dari gambar 4.3 dapat kita lihat grafik daya yang dihasilkan pada poros roda cenderung membentuk gelombang. Gelombang tersebut menunjukkan bahwa daya yang terjadi pada poros roda cenderung tidak stabil. Hal ini terjadi karena pada sepeda motor Mio Soul Tahun 2007 hanya mempuyai satu buah torak dimana dalam dua kali putaran poros engkol hanya dihasilkan satu kali tenaga atau langkah usaha. Dari gambar 4.3 yang berupa grafik daya pada Yamaha Mio Soul Tahun 2007 dengan menggunakan roller CVT diameter 17 mm dapat dihitung secara teoritis dalam pencapaian daya dengan menggunakan rumus daya efektif sebagai berikut : Torsi dan putaran mesin sudah diketahui karena dengan penggunaan dynamometer dengan tipe Dynojet 250i data-data tersebut dapat terbaca ( besarnya torsi per putaran mesin terdata). Dalam perhitungan teoritis pencapaian daya menggunakan roller CVT 48

11 diameter 17 mm dengan data sebagai berikut maka akan dapat dibuktikan besarnya 45 daya yang sama dengan pembacaan data menggunakan dynamometer tipe Dynojet 250i. T = 3,24 lbs.ft n = 7000 rpm N = 3,24 x 7000/ 5252 N = 4,3 Hp d) Perbandingan Daya pada Poros Roda Menggunakan Roller CVT Diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm. Tabel 4.4. Hasil pengamatan perbandingan daya pada poros roda dengan menggunakan Roller CVT diameter 15 mm,16 mm,dan 17 mm Daya Pada Poros Roda (Hp) Putaran Mesin (rpm) Roller CVT 15mm Roller CVT 16mm Roller CVT 17mm Rata-Rata (Hp) Tabel diatas merupakan hasil pengamatan perbandingan daya pada poros roda dengan menggunakan roller CVT diameter 15 mm (standar pabrik), 16 mm, dan 17 mm. Agar penyajian data lebih jelas, data diatas akan disajikan dalam grafik seperti pada gambar

12 Gambar 4.4. Grafik Perbandingan daya pada poros roda ketika menggunakan Roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa, pada putaran mesin 5000 rpm-5500 rpm grafik daya poros roda yang terjadi ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm menunjukkan peningkatan yang tidak sama. Pada putaran mesin 5000 rpm-5500 rpm ini pergerakkan roller CVT 15 mm adalah menuju pada pucak jalur roller CVT yang terletak didalam pulley primer. Dimana dalam hal ini, roller r CVT 15 mm menunujukkan grafik peningkatan yang paling tinggi, namun daya yang dihasilkan paling rendah yaitu pada putaran mesin 5000 rpm menghasilkan daya 2.88 Hp dan pada putaran mesin 5500 rpm menghasilkan daya 3.90 Hp. Rendahnya daya yang dihasilkan roller CVT 15 mm ini karena pergerakkannya cenderung agak lambat dalam mencapai jalur puncak roller CVT sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk bekerja dengan baik. Sedangkan untuk peningkatan grafiknya yang paling tinggi disebabkan lamanya roller CVT 15 mm mencapai puncak jalur roller CVT sehingga roller CVT 15 mm 50

13 yang menerima gaya sentrifugal dari putaran mesin melalui perputaran pulley primer akan menahan gaya sentrifugal yang diterimanya hingga mencapai jalur puncak roller CVT untuk digunakan mendorong pulley primer mengikat V-belt sehingga mampu menyalurkan daya dari mesin menuju ke poros roda. Untuk penggunaan roller CVT diameter 16 mm pada putaran mesin 5000 rpm rpm menghasilkan daya yang lebih baik dari pada roller CVT diameter 15 mm namun peningkatan grafiknya tidak terlalu tinggi. Pada putaran mesin 5000 rpm daya yang dihasilkan yaitu 3.54 Hp dan pada putaran mesin 5500 rpm 3.93 Hp. Dalam penggunaan naan roller r CVT 16 mm ini grafik menunjukkkan bahwa gerak bebas roller terjadi lebih singkat daripada roller CVT diameter 15 mm yaitu dari putaran mesin 5000 rpm rpm. Meningkatnya daya yang dihasilkan roller r CVT diameter 16 mm dibandingkan dengan roller CVT 15 mm dikarenakan pergerakkan roller CVT 16 mm lebih cepat menuju u puncak jalur roller CVT karena diameternya lebih besar, sehingga putaran mesin dapat diimbangi oleh kinerja gerak roller yang lebih cepat efeknya gaya sentrifugal dapat bekerja dengan maksimal. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter er 17 mm menghasilkan daya sebesar 3.35 Hp pada putaran mesin 5000 rpm dan daya sebesar 3.83 Hp pada putaran mesin 5500 rpm. Dalam penggunaan roller CVT 17 mm ini grafik menunjukkkan bahwa gerak bebas roller terjadi lebih singkat dari pada roller CVT diameter 16 mm yaitu dari putaran mesin 5000 rpm-5300 rpm.dalam hal ini grafik maupun peningkatan daya yang dihasilkan tidak lebih bagus atau menurun daripada penggunaan roller CVT diameter 16 mm dan 15 mm. Dengan menggunakan roller CVT 17 mm maka gerak roller 51

14 didalam jalur roller akan semakin cepat mencapai jalur puncak roller CVT, sehingga mempercepat roller CVT menekan pulley primer. Namun dalan hal ini menyebabkan putaran mesin yang belum optimal harus memberikan gaya sentifugal yang besar terhadap roller CVT 17 mm, sehingga mengakibatkan pencapaian daya tidak optimal. Pada putaran mesin 5500 rpm grafik daya pada poros roda ketika menggunakan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, ataupun 17 mm tetap mengalami peningkatan dengan grafik yang lebih halus peningkatnya. Hal ini dikarena roller CVT mulai mampu mengimbangi mbangi secara perlahan dengan baik beban kerja dari putaran mesin sehingga mampu mendorong pulley primer hingga mencapai kekuatan maksimal untuk mengikat V-belt yang akan menyalurkan daya dari mesin ke poros roda. Dalam penggunaan roller CVT diameter 15 mm menunjukkan grafik yang meningkat hingga sampai mencapai daya maksimal pada putaran mesin 7800 rpm yaitu sebesar 4,46 Hp. Pada penggunaan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang lebih baik dari roller CVT diameter 15 mm, dimana dalam penggunaan roller CVT 16 mm mampu menghasilkkan daya yang lebih besar pada putaran mesin yang sama apabila dibandingkan ingkan dengan penggunaan roller CVT diameter 15 mm Sehingga dengan penggunaan naan roler CVT 16 mm mampu menghasilkan daya maksimal mesin yang lebih cepat yaitu sebesar 4,54 Hp pada putaran mesin 7500 rpm. Sedangkan untuk penggunnaan roller CVT diameter 17 mm menunjukkan grafik yang tidak lebih baik dari roller CVT diameter 15 mm ataupun 16 mm, hal ini dikarenakan terlalu cepatnya gerak roller CVT sehingga terlalu memaksakan kinerja mesin yang tidak disesuaikan dengan beban kerjanya, sehingga pada penggunaan roller 52

15 CVT 17 mm menghasilkan daya maksimal pada putaran mesin 7700 rpm yaitu sebesar 4,28 Hp. Perbedaaan pencapaian daya maksimal dari setiap roller CVT disebabkan karena ukuran diameter roller CVT yang tidak sama mengakibatkan kinerja putaran mesin terhadap setiap roller CVT berbeda pula sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan pada tiap putaran mesin masing-masing roller CVT juga berbeda Grafik daya poros roda pada penggunaan roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, dan 17 mm akan turun setelah mencapai daya poros maksimal. Grafik yang ditunjukkan tiap roller pun menunjukkan penurunan yang tidak sama. Dimana dalam gambar 15 ditunjukkan bahwa roller CVT diameter 15 mm setelah mencapai daya maksimal langsung menunjukkan penurunan grafik yang cepat, sedangkan untuk roller CVT diameter 16 mm setelah mencapai daya maksimal tidak langsung turun namun menunjukan grafik yang stabil baru kemudian turun setelah mencapai 8000 rpm. Begitu juga dengan penggunaan roller CVT diameter 17 mm setelah mencapai daya maksimal tidal langsung turun namun menunjukkan grafik yang stabil hingga 7850 rpm, walaupun tidak selama roller CVT diameter 16 mm dalam kestabilan daya setelah mengalami ami daya maksimal. Hal ini dikarenakan ukuran dari diameter roller CVT, dimana semakin besar ukuran diameter roller CVT maka permukaan roller CVT yang digunakan untuk mendorong pulley primer semakin besar sehingga gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT akan lebih maksimal dalam menyalurkan daya dari mesin menuju poros roda. Dengan berdasar pada perbandingan grafik daya diatas, dapat dijelaskan bahwa 53

16 roller CVT diameter 17 terlalu cepat pergerakannya sehingga terlalu memaksakan beban kerja akibatnya daya maksimal yang dihasilkan paling rendah dan kestabilan daya setelah mencapai daya maksimal tidak terlalu lama. Untuk roller CVT diameter 15 tidak adanya kestabilan daya seusai mengalami pencapaian daya maksimal dikarenakan kekuatan tekan dari gaya sentrifugal diameter roller CVT 15 mm cenderung lemah karena ukurannya yang lebih kecil dibanding ukuran roller CVT diameter 16 mm dan 17 mm sehingga permukaan kerja roller tidak terlalu lebar akibatnya gaya sentrifugal yang dihasilkan tidak bekerja secara optimal. Sedangkan pada roller CVT 16 mm mampu menyetabilkan daya paling lama seusai pencapaian daya maksimal hingga putaran mesin 8000 rpm. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja roller CVT diameter 16 mm mampu mengimbangi kinerja putaran mesin dan menyalurkan gaya sentrifugal dengan maksimal sehingga pencapian daya bisa optimal. Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa bentuk grafik dengan berdasar pada bentuk gelombang menunjukkan perbedaan pada masing-masing roller CVT, dimana bentuk gelombang pada grafik daya penggunaan roller CVT diameter 15 mm menunjukkan grafik yang paling tidak teratur gelombangnya. Untuk grafik daya penggunaan roller CVT diameter 16 mm menunjukkan grafik yang lebih teratur dibanding roller CVT diameter 15 mm. Hal ini dikarenakan ukuran diameter roller CVT yang semakin besar akan membuat pergerakan roller CVT semakin cepat sehingga putaran mesin dapat meningkat lebih cepat. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter 17 mm grafik daya semakin teratur atau semakin sedikit grafik yang berbentuk gelombang karena ukuran diameter yang semakin besar. 54

17 d) Jawaban Pertanyaan Penelitian Dengan berdasar pada hasil pembahasan antar kinerja roller CVT diameter 15 mm, 16 mm, 17 mm dan perbandingan antara ketiganya, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban terhadap pertanyaan penelitian adalah : 1. Pengaruh diameter roller CVT terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa diameter roller CVT dapat mempengaruhi besar kecilnya daya. Hal ini juga harus disesuaikan dengan jarak lintasan roller CVT. Sebab dalam eksperimen ini menunjukkan bahwa roller CVT diameter 16 mm menghasilkan daya yang lebih baik daripada roller CVT diameter 15 mm, akan tetapi roller CVT diameter 17 mm menghasilkan daya yang paling rendah karena pergerakkan roller CVT yang terlalu cepat menekan pulley primer. 2. Penggaruh variasi putaran mesin terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa kenaikan putaran mesin dapat menaikkan daya yang dihasilkan pada poros roda hingga daya maksimal karena semakin besar putaran mesin akan menyebabkan gaya sentrifugal yang dihasilkan roller CVT semakin besar sehingga daya dari mesin dapat disalurkan dengan maksimal menuju poros roda. Kenaikan putaran mesin setelah mencapai daya maksimal membuat daya yang dihasilkan pada poros roda menurun. 3. Interaksi diameter roller CVT dan variasi putaran mesin terhadap daya yang dihasilkan pada poros roda menunjukkan bahwa perubahan diameter roller CVT mengakibatkan puncak maksimal daya dapat digapai pada putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasilkan putaran bawah dengan daya yang lebih bertenaga Sedangkan putaran 51 mesin menyebabkan perubahan gaya sentifugal 55

18 yang terjadi pada roller CVT menjadi lebih besar sehingga diameter pulley primer akan membesar dan daya pada roda akan naik f) Temuan Penelitian Penggunaan Roller CVT Diameter 16 mm dan 17 mm Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa penggunaan roller CVT dengan memperbesar ukuran diameter harus disesuaikan dengan sistem CVT terutama jalur gerak/lintasan kerja roller r serta kapasitas mesin sehingga dengan penggunan roller CVT dengan diameter yang lebih besar dapat meningkatan performa motor dengan lebih baik. Dalam kasus eksperimen penggunaan diameter roller CVT diameter 15 mm ( standar pabrik ), 16 mm, dan 17 mm terhadap daya pada sepeda motor Yamaha Mio Soul Tahun 2007 menunjukkan bahwa pemakaian roller CVT 16 mm menunjukkan peningkatan performa yang lebih baik daripada penggunaan roller CVT 15 mm yang mengacu pada standar pabrik. Dalam eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan roller CVT diameter 16 mm mampu menghasilkan puncak daya maksimal pada putaran mesin lebih awal sehingga mampu menghasikan putaran bawah dengan daya yang lebih bertenaga. Sedangkan untuk penggunaan roller CVT diameter 17 mm menghasilkan daya yang menurun oleh karena terlalu cepatnya gerak roller yang tidak sesuai dengan putaran mesin sehingga terlalu memaksakan beban kerja yang diterima roller CVT. 56

PENGARUH DIAMETER ROLLER CVT (CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP DAYA PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007

PENGARUH DIAMETER ROLLER CVT (CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP DAYA PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007 PENGARUH DIAMETER ROLLER CVT (CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP DAYA PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007 Restu Prima Bagus Wibowo, Ranto & Karno MW Prodi. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil pemeriksaan dan pengukuran 4.1.1 Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian primary fixed

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Prosedur Pengujian Untuk melakukan pengujian, motor harus memiliki prosedur tersendiri. Berikut prosedur yang harus dipenuhi sebagai berikut : a. Motor harus dalam kondisi standar

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

Priya Adityas - Pengaruh Berat Roller CVT (Continuously Variable Transmission) dan...

Priya Adityas - Pengaruh Berat Roller CVT (Continuously Variable Transmission) dan... PENGARUH BERAT ROLLER CVT (CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP TORSI PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007 Priya Adityas, C. Sudibyo dan Basori Program Studi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Motor Matic Yamaha Mio Soul (Sumber S : Dokumen Pribadi) 2.2 PENGERTIAN CVT Sistem CVT (Continously Variable Transmission), adalah sistem o

Gambar 2.1 Motor Matic Yamaha Mio Soul (Sumber S : Dokumen Pribadi) 2.2 PENGERTIAN CVT Sistem CVT (Continously Variable Transmission), adalah sistem o BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTOR MATIC Motor matic adalah suatu kendaraan yang nyaman saat dikendaraain dengan hanya menarik gas motor langsung bisa berjalan. Yang pada dasarnya kinerja motor matic berbeda

Lebih terperinci

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Tahap Pengujian Sepeda Motor Yamaha Mio Soul Tune Up Roller CVT Diameter 15mm Roller CVT Diameter 16mm Roller CVT Diameter 17mm Variasi Putaran Mesin Pengukuran Daya

Lebih terperinci

: Memperbaiki transmisi otomatis

: Memperbaiki transmisi otomatis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah Bidang Studi Keahlian Program Studi Keahlian Mata Pelajaran : SMK Negeri 2 Yogyakarta : Teknologi dan Rekayasa : Teknik Kendaraan Ringan : Sistem Pemindah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS PEMBERAT (ROLLER) TERHADAP PERFORMA MESIN YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS PEMBERAT (ROLLER) TERHADAP PERFORMA MESIN YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 PENGARUH PENGGUNAAN JENIS PEMBERAT (ROLLER) TERHADAP PERFORMA MESIN YAMAHA MIO SOUL TAHUN 21 Achmad Al Farobi S1 Pendidikan Teknik Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya email: achmadalfarobi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian CVT (Continously Variable Transmision) Sistem CVT (Continously Variable Transmission) adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor saat ini.

Lebih terperinci

ARTIKEL. Analisa Pengaruh Jenis Pegas, Roller Terhadap Torsi Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Matic

ARTIKEL. Analisa Pengaruh Jenis Pegas, Roller Terhadap Torsi Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Matic ARTIKEL Analisa Pengaruh Jenis Pegas, Roller Terhadap Torsi Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Matic Analysis Of The Influence Of The Kind Of Pegas, A Roller Against Torsi And Consumption Of Fuel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc Untuk mendapatkan hasil torsi motor dilakukan pengujian menggunakan metode dynotest atau dynamometer. Setelah dilakukan

Lebih terperinci

Tugas Akhir TM

Tugas Akhir TM Tugas Akhir TM 090340 REDESAIN PERENCANAAN SISTEM CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) DAN PENGARUH BERAT ROLLER TERHADAP KINERJA PULLEY PADA SEPEDA MOTOR MATIC Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang masuk melalui lubang intake dengan 7 variabel bukaan klep in saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil pengujian flowbench 1.1.1. Pengambilan data awal airflow (cfm) pada lubang intake standar Pengujian dilakukan untuk mencari data banyaknya campuran bahan bakar yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN VARIASI PEGAS SLIDING SHEAVE TERHADAP PERFORMANCE MOTOR HONDA BEAT 2011

PENGARUH PEMAKAIAN VARIASI PEGAS SLIDING SHEAVE TERHADAP PERFORMANCE MOTOR HONDA BEAT 2011 JTM. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, 126-131 PENGARUH PEMAKAIAN VARIASI PEGAS SLIDING SHEAVE TERHADAP PERFORMANCE MOTOR HONDA BEAT 2011 Gilang Apriliyan Dharma S1 Pendidikan Teknik Mesin Otomotif, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: MECKY JUNELIS Dibimbing oleh : 1. Irwan Setyowidodo, S.Pd., M.Si. 2. Ali Akbar, M.T

JURNAL. Oleh: MECKY JUNELIS Dibimbing oleh : 1. Irwan Setyowidodo, S.Pd., M.Si. 2. Ali Akbar, M.T JURNAL ANALISIS PENGARUH MASSA ROLLER CVT (COUNTINOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) STANDART DENGAN VARIASI TERHADAP DAYA DAN TORSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA VARIO TECHNO 125 PGM-FI TAHUN 2012 ANALYSIS OF EFFECT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perkembangan teknologi semakin pesat diberbagai Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perkembangan teknologi semakin pesat diberbagai Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sekarang ini perkembangan teknologi semakin pesat diberbagai Negara khususnya dibidang transportasi, perkembangan ini muncul karena manusia menggunakan akalnya

Lebih terperinci

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal STUDY EXPERIMENTAL PENGARUH SPARK PLUG CLEARANCE TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC Edi Sarwono 1, Toni Dwi Putra 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Pada internal combustion engine dipengaruhi oleh proses

Lebih terperinci

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DISUS O L E H x Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftarisi.......ii KataPengantar...... iii BAB I PENDAHULUAN... A.Latar Belakang Fungsi Transmisi Keuntungan dan Kerugian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Honda Beat PGM-FI Komponen tersebut adalah drive belt, boss movable

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Honda Beat PGM-FI Komponen tersebut adalah drive belt, boss movable BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 dan pengukuran Pada bab ini akan membahas tentang hasil dan pengukuran. Pemeriksaan serta pengukuran telah dilakukan pada komponen yang terdapat pada Honda Beat PGM-FI 2014.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang 1 7 2 6 5 3 4 Gambar 4.1. Desain Mesin Pengupas Kulit Kentang Komponen-komponen inti yang ada pada mesin pengupas kulit kentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Saputra, dkk (2010) melakukan penelitian tentang variasi Konstanta Berat Roller Centrifugal Terhadap Daya Dan Torsi Mesin Pada Motor Gokart Matic.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kendaraan Yang Diuji Untuk mengetahui, Perbandingan atau Pengaruh Pegas cvt Standar Dengan Pegas cvt racing terhadap kecepatan pada kendaraan yamaha fino, Maka perlu melakukan

Lebih terperinci

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi KARAKTERISTIK UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH DENGAN VARIASI VOLUME SILINDER DAN PERBANDINGAN KOMPRESI Oleh : ANDIK IRAWAN dan ADITYO *) ABSTRAK Perbedaan variasi volume silinder sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Matic motor matic adalah suatu kendaraan yang aman dan nyaman saat dikendarai dengan hanya menarik gas kemudian motor langsung jalan. yang pada dasa rnya kinerja motor matic

Lebih terperinci

VARIASI KONSTANTA BERAT ROLLER SENTRIFUGAL TERHADAP DAYA DAN TORSI MESIN PADA MOTOR GOKART MATIC

VARIASI KONSTANTA BERAT ROLLER SENTRIFUGAL TERHADAP DAYA DAN TORSI MESIN PADA MOTOR GOKART MATIC VARIASI KONSTANTA BERAT ROLLER SENTRIFUGAL TERHADAP DAYA DAN TORSI MESIN PADA MOTOR GOKART MATIC Andi Saputra 1), Zulfah 2), Rusnoto 3) 1) Mahasiswa Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc 131 843 905 Oleh : Alessandro Eranto Bais 2106 030 056 ABSTRAK Perkembangan dunia otomotif semakin berkembang pesat. Salah satu contoh perkembangan yang saat ini

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir PENGUJIAN PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN MOTOR TERHADAP DAYA PADA SISTEM TRANSMISI CVT OLEH: M. WAHYU ARDANI 2107 030 035 PEMBIMBING : IR. SUHARIYANTO, MSC Program Studi D3 Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan ini menjelaskan perhitungan dari proses pengambilan data pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRINSIP PEMINDAHAN TENAGA Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD. Gatot Budy Prasetiyo*)

ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD. Gatot Budy Prasetiyo*) ANALISIS PERFORMANCE CONTINUOSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) PADA MOTOR BEBEK MATIC HONDA BEAT MENGGUNAKAN DYNO ABD Gatot Budy Prasetiyo*) ABSTRAK Perkembangan teknologi otomotif khususnya sepeda motor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi durasi standard camshaft dan after market camshaft, lift standard camshaft dan after market

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder. Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme Katup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Engine Honda Beat PGM-FI Berikut ini tabel hasil pemeriksaan dan pengukuran komponen cylinder head (mekanisme katup) : Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan suatu benda dari tempat kesuatu tempat. Transportasi sangat dibutuhkan manusia untuk kebutuhan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan suatu benda dari tempat kesuatu tempat. Transportasi sangat dibutuhkan manusia untuk kebutuhan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kendaraan adalah transportasi yang digunakan untuk memindahkan suatu benda dari tempat kesuatu tempat. Transportasi sangat dibutuhkan manusia untuk kebutuhan aktivitas

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG Nana Supriyana Program Studi Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto Email: Nana.sttw@gmail.com Taufiq

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010)

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR Khabiburrahman 1, Supraptono 2, Dwi Widjanarko 3 123 Jurusan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z. 3.1 Diagram Alir Modifikasi BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN Mulai Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z Target Desain Modifikasi Perhitungan Modifikasi

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH OLEH : RIKO PRIANDHANY 2107 030 036 DOSEN PEMBIMBING : IR. SUHARIYANTO, M.T Abstrak Saat ini jamur ditemukan

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Mesin-mesin dan Alat Uji Untuk mengetahui Perbandingan atau Pengaruh Pegas Katup Standar Dengan Pegas Katup XR dan EDR Terhadap Laju Aliran Bahan Bakar dan Kecepatan maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Mulai Studi Literatur, Persiapan alat dan bahan modifikasi Cylinder Head 2 lubang busi Pengujian performa Engine 2 busi Pengujian dengan peng. std

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Sepeda Motor Untuk penelitian ini sepeda motor yang digunakan YAMAHA mio sporty 113 cc tahun 2007 berikut spesifikasinya : 1. Spesifikasi Mesin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Mototech. Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK. Oleh : RAHMA GRESYANANTA FABIAN SURYO S Pembimbing

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK. Oleh : RAHMA GRESYANANTA FABIAN SURYO S Pembimbing TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH GELAS PLASTIK Oleh : RAHMA GRESYANANTA 2107039001 FABIAN SURYO S 2107039023 Pembimbing Ir. Suhariyanto, MT ABSTRAK Limbah dari plastik merupakan masalah yang dianggap

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik, KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN KARBURATOR RACING TERHADAP KINERJA MOTOR 2-LANGKAH 150 CC Andriansyah Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Mesin-mesin dan Alat Uji Untuk mengetahui Perbandingan atau Pengaruh CDI Standar dengan CDI dual band Terhadap performa Mesin pada Sepeda Motor dan Konsumsi Bahan Bakar maka

Lebih terperinci

PENGUJIAN TRANSMISI OTOMATIS CVT MESIN SEPEDA MOTOR SUZUKI SKYDRIVE TAHUN 2010

PENGUJIAN TRANSMISI OTOMATIS CVT MESIN SEPEDA MOTOR SUZUKI SKYDRIVE TAHUN 2010 PENGUJIAN TRANSMISI OTOMATIS CVT MESIN SEPEDA MOTOR SUZUKI SKYDRIVE TAHUN 2010 Mochammad Khafid Kurniawan D3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail: kkhafid@gmail.com Dwi Heru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Literatur Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART 4.1. Analisa Performa Perhitungan ulang untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin, apakah kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA UNJUK KERJA

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA UNJUK KERJA BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA UNJUK KERJA Untuk berbagai kondisi operasi mesin.harga dari parameter untuk kerja bervariasi dan menggambarkan kemampuan untuk kerja mesin untuk satu daerah operasi tertentu.untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003 Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003 Tri Sularto NIM. K.2502062 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor

Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. No., Desember 008 (97 10) Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor 1 Made Dwi Budiana P.

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX THE INFLUENCE OF INDUCT PORTING INTAKE AND EXHAUST FOR THE 4 STROKES 200 cc PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Uji Dynotest Pada Mesin Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Tipe Mesin (5TP 4-tak, Bore Up 180 cc) Dengan Penerapan Metode High Performance Tuning Gambar 4.1. Uji

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin UMY

Jurnal Teknik Mesin UMY PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 2 JENIS KOIL DAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM Yosa Wahyu Saputra

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A-947

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A-947 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-947 Studi Eksperimental dan Analisa Laju Keausan Roller pada Sistem Continously Variable Transmission (CVT) dengan Gerakan Reciprocating

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU Oleh : Agustinus Iwop Agus Supriyadi Pembimbing Ir. Mahirul Mursid, MSc ABSTRAK Abstrak Tembakau adalah bahan baku utama yang digunakan untuk membuat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC Abdul Rohman studi Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG Bambang Yunianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBELAH BAMBU UNTUK PRODUKSI JERUJI SANGKAR BURUNG

RANCANG BANGUN MESIN PEMBELAH BAMBU UNTUK PRODUKSI JERUJI SANGKAR BURUNG RANCANG BANGUN MESIN PEMBELAH BAMBU UNTUK PRODUKSI JERUJI SANGKAR BURUNG Oleh: IMAM KURNIA HAQQI 2110039004 TRI AYU RACHMAWATI 2110039025 Dosen Pembimbing: Ir.SUHARIYANTO,MT Instruktur Pembimbing: Priyo

Lebih terperinci

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH ANALISA VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG Mohamad Hakam (1), Lukman Handoko (2), dan Arik Eko P (3) 1,2 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) Jalan Teknik kimia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Bahan yang digunakan pada penelitian a. Premium, Pertamax, Pertamax plus b. Karburator standar PWL dengan lubang venturi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

Karakteristik Traksi Sepeda Motor dengan Continuose Variable Transmission System

Karakteristik Traksi Sepeda Motor dengan Continuose Variable Transmission System Karakteristik Traksi Sepeda Motor dengan Continuose Variable Transmission System I Ketut Adi Atmika 1)*, I Dewa Gede Ary Subagia 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Start Motor Tersedia Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya Daya Maksimum Tidak Ya Dapat memutar Propeller sebagai Sumber tenaga Hovercraft

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER Sutarno 1, Nugrah Rekto P 2, Juni Sukoyo 3 Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Sumingkir No. 01

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA PADA PERTAMAX 4.1.1 Pengujian Pertamax Pada Gear 1 Analisa perbandingan emisi gas buang CO,HC,CO2 dan NOx pada sepeda motor dengan kapasitas 150 cc dengan bahan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL Oleh : FIDYA GHANI PUTRA 08 030 06 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Suhariyanto, MT. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 10 Avita Ayu Permanasari, Pengaruh Variasi Sudut Butterfly Valve pada Pipa Gas Buang... PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Oleh: Avita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya waktu maka ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada semakin berkembang. Untuk itu manusia harus mampu mengimbanginya dengan menciptakan penemuan-penemuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROL RPM UNTUK MENGHASILKAN PERUBAHAN RASIO SECARA OTOMATIS PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

IMPLEMENTASI KONTROL RPM UNTUK MENGHASILKAN PERUBAHAN RASIO SECARA OTOMATIS PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) IMPLEMENTASI KONTROL RPM UNTUK MENGHASILKAN PERUBAHAN RASIO SECARA OTOMATIS PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT) I Gede Hartawan 2108 030 002 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

Simulation Characteristics Continous Variable Transmission of Motor Cycle using Torque Control Based Fuzzy Logic

Simulation Characteristics Continous Variable Transmission of Motor Cycle using Torque Control Based Fuzzy Logic 4 IPTEK, The Journal for Technology and Science, Vol. 0, No. 1, February 009 Simulation Characteristics Continous Variable Transmission of Motor Cycle using Torque Control Based Fuzzy Logic Ary Subagia

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125

ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125 ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125 THE VARIATION ANALYSIS OF SPARKPULG ELECTRICAL SLOT ESTRANGEMENT ON TORSION AND POWER OF SUPRA X 125

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi daya, torsi dan konsumsi bahan bakar. Data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi

Lebih terperinci