KADAR oxldl PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL CONTROLLED AND UNCONTROLLED TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KADAR oxldl PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL CONTROLLED AND UNCONTROLLED TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS"

Transkripsi

1 KADAR oxldl PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL DAN TIDAK TERKONTROL oxldl LEVELS IN CONTROLLED AND UNCONTROLLED TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS Liong Boy Kurniawan 1,Uleng Bahrun 1, Mansyur Arif 1, John MF Adam 2, Ilhamjaya Patellongi 3, Ruland DN Pakasi 1 1. Bagian Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 2. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar 3. Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar Alamat Korespondesi : Liong Boy Kurniawan Bagian Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : liongboykurniawan@yahoo.com 1

2 ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah kolesterol LDL antara lain melalui proses glikasi dapat teroksidasi menjadi oxldl yang berperan penting dalam aterogenesis Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar oxldl pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol dan dibandingkan dengan subyek normal sebagai kontrol. Penelitian ini dilakukan di bagian RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, RS. Akademis Jaury dan RS UNHAS pada bulan September 2012 sampai Januari Metode penelitian ini adalah cross sectional. Pasien dikategorikan sebagai DM terkontrol jika kadar HbA1c nya <7% dan tidak terkontrol jika kadarnya >7%. Pemeriksaan kadar oxldl dilakukan dengan metode ELISA. Data dianalisis dengan analisis statistik Mann Whitney Test, uji Korelasi Spearman s dan Pearson. Hasil penelitan menunjukkan kadar oxldl pada DM tipe 2 tidak terkontrol lebih tinggi daripada yang terkontrol DM yang terkontrol lebih tinggi daripada kontrol orang sehat. Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat korelasi yang bermakna antara kadar oxldl dengan kolesterol total, LDL, trigliserida dan GDP tetapi tidak ditemukan korelasi antara oxldl dengan kadar HbA1c pada penderita DM tipe 2. Kata kunci : oxldl, Diabetes Melitus tipe 2, Aterogenesis ABSTRACT Background of this study was LDL cholesterol could be oxidized to become oxldl by glication which had important role in atherogenesis process The purpose was to know the difference of oxldl levels in controlled and uncontrolled type 2 Diabetes Melitus compared with normal subjects as control. The research was performed atn at Wahidin Sudirohusodo Hospital, Akademis Jaury Hospital and UNHAS Hospital, Makassar. The method was cross sectional. Patients were cathegorized as controlled if HbA1c level <7% and uncontrolled if HbA1c level >7%. oxldl levels were measured using ELISA method. Statistic analyses of Mann Whitney Test, uji Korelasi Spearman s dan Pearson. The results showed oxldl levels in uncontrolled was higher than in controlled DM type 2 and in controlled was higher than control subjects. In conclusion oxldl had significant correlation with total cholesterol, LDL, fasting glucose levels and trigliseride but showed no correlation with HbA1c levels. Key-words : oxldl, DM Type 2, Atherogenesis 2

3 PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang diakibatkan oleh defek pada sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Hiperglikemia kronis akibat diabetes dihubungkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (ADA, 2012) Penelitian oleh Shaw (2010) menunjukkan prevalensi diabetes di seluruh dunia pada populasi dewasa (usia tahun) adalah 6,4% tahun 2010, diderita oleh 287 juta orang dewasa dan diperkirakan akan meningkat hingga 7,7% dan diderita oleh 439 juta orang dewasa pada tahun Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan 4,6% dengan jumlah penderita sebanyak pasien. (Shaw, 2010) Kejadian penyakit kardiovaskuler meningkat pada penderita DM tipe 2. Framingham Heart Study melaporkan peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK) sebanyak satu hingga lima kali pada DM. Penderita DM tipe 2 tanpa riwayat infark miokard sebelumnya mempunyai risiko PJK yang sama dengan individu non diabetik yang memiliki riwayat infark miokard sebelumnya. (Powers, 2005) Gangguan lipid umum ditemukan pada penderita DM dan berperan dalam terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Dislipidemia diabetik memiliki karakteristik hipertrigliseridemia, peningkatan very low density lipoprotein (VLDL) dan small dense LDL (sdldl) serta penurunan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL). Aktivitas lipoprotein lipase (LPL) di jaringan lemak yang meningkat pada penderita DM menyebabkan lipolisis. Peningkatan uptake trigliserida pada hati meningkatkan produksi VLDL. (Shen, 2007) Oxidized LDL (oxldl) dapat terbentuk oleh berbagai sebab, salah satunya adalah melalui glikasi non enzimatik. Proses glikasi dapat terjadi pada Apo B maupun fosfolipid kolesterol LDL. Advanced glycosylation end products (AGEs) yang terbentuk akibat stres oksidatif dan hiperglikemia dapat mengoksidasi kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang terglikasi akan berikatan dengan reseptor scavenger makrofag menyebabkan terbentuknya sel busa (foam cell) yang mendasari terbentuknya lesi aterosklerotik. (Faulin, 2009) Aterosklerosis berhubungan erat dengan metabolisme kolesterol LDL. Oxidized LDL terlibat dalam perkembangan lesi aterosklerotik tahap dini melalui pembentukan sel busa. Sel busa merupakan lesi aterosklerotik yang mengandung sejumlah droplet lipid berbentuk busa pada sitoplasmanya. Makrofag mengekspresikan reseptor terhadap oxldl yang dapat mengikat oxldl. (Itabe, 2003) 3

4 Berbagai penelitian membuktikan peran oxldl dengan kejadian PJK. Penelitian Ehara (2001) menunjukkan bahwa kadar oxldl secara signifikan berkorelasi positif dengan beratnya sindrom koroner akut. (Ehara, 2001) Kadar oxldl sirkulasi juga memiliki nilai prediktor kejadian PJK di masa datang pada penderita DM tipe 2 dengan penyakit arteri koroner. (Shimada, 2004) Kadar secara signifikan lebih tinggi pada penderita PJK dibandingkan kontrol normal. (Toshima, 2000) Kadar oxldl juga secara independen berasosiasi dengan prognosis buruk penderita infark miokard akut dalam 6 bulan setelah serangan. (Gomez, 2009) Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kadar oxldl pada penderita DM terkontrol dan tidak terkontrol. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode cross sectional yang dilakukan di RS Wahidin Sudirohusodo, RS Akademis Jaury dan RS UNHAS, Makassar mulai September 2012 sampai Januari Didapatkan 66 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Metode Pengumpulan Sampel Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah berumur lebih atau sama dengan 40 tahun, tidak mengkonsumsi obat anti dislipidemia, bukan perokok, tidak menggunakan obat anti oksidan, tidak ada riwayat PJK, tidak sedang menderita penyakit infeksi dan bersedia ikut dalam penelitian (informed consent). Sampel yang ikterus atau hemolisis dieksklusi dari penelitian ini. Subjek dilakukan pemeriksaan HbA1c dan digolongkan sebagai DM tidak terkontrol jika kadar HbA1c nya lebih dari 7% dan DM terkontrol bila kadarnya kurang atau sama dengan 7%. Kadar oxldl pada penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol dibandingkan. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Mann Whitney, Uji korelasi Spearman s dan Pearson. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar oxldl pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol, terkontrol dan kontrol normal. Kadar oxldl lebih tinggi pada kelompok DM tidak terkontrol dibandingkan yang terkontrol dan yang terkontrol lebih tinggi daripada kontrol normal. 4

5 Pada penelitian ini diperoleh 66 orang subyek pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria. Subjek penelitian terdiri dari terdiri dari 24 laki-laki (36,4%) dan 42 perempuan (63,6%). Berdasarkan kadar HbA1c, jumlah penderita DM tipe 2 terkontrol sebanyak 21 orang (31,8%) dan tidak terkontrol sebanyak 21 orang (31,8%) dengan kontrol normal sebanyak 24 orang (36,4%). Umur penderita bervariasi dari 42 tahun sampai umur 76 tahun pada DM tipe 2 terkontrol, 40 tahun sampai umur 69 tahun pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dan 40 tahun sampai umur 77 tahun pada kontrol normal (Tabel 1). Rerata kadar oxldl pada kontrol adalah 48,57 U/L, pada DM tipe 2 terkontrol adalah 57,71 U/L dan pada DM tipe 2 tidak terkontrol adalah 68,53 U/L. Hasil uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney (oxldl tidak terdistribusi normal) menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar oxldl antara kontrol dan penderita DM tipe 2 terkontrol (p=0,015) serta antara penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol (p=0,039) (Tabel 2). Kadar maksimum oxldl pada kontrol sehat 65,88 U/L kemudian dijadikan sebagai nilai cut off. Uji Korelasi Spearman s (oxldl tidak terdistribusi normal) menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara oxldl dan HbA1c pada penderita DM tipe 2 (p=0,149, r=0,227) tetapi terdapat korelasi yang bermakna dengan trigliserida (p=0,000, r=0,453) dan GDP (p=0,000, r=0,430). Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi yang bermakna antara oxldl dengan kolesterol total (p=0,000, r=0,661) dan LDL (p=0,000, r=0,641) (Tabel 3). PEMBAHASAN Pada penelitian ini ditemukan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL pada penderita DM tipe 2 lebih tinggi dari pada kontrol. Hal ini sesuai dengan teori bahwa resistensi insulin pada penderita DM tipe 2 menyebabkan peningkatan FFA sehingga FFA yang dimobilisasi ke hati meningkat. Akibat peningkatan FFA akan menyebabkan peningkatan produksi trigliserida dan VLDL di hati. Trigliserida dalam VLDL yang masuk dalam sirkulasi akan mengalami pertukaran dengan kolesteril ester pada inti LDL dan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase maupun lipase hepar membentuk sdldl. Pada penelitian ini rerata kadar trigliserida pada penderita DM tidak terkontrol lebih rendah daripada yang terkontrol dapat disebabkan karena kadar trigliserida dipengaruhi oleh berbagai faktor lain selain DM serta kurangnya jumlah sampel. (Yuan, 2007) Kadar HDL yang lebih tinggi pada DM tipe 2 dibandingkan kontrol dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel serta 5

6 kriteria sampel yang kurang ketat sehingga variabel yang mempengaruhi kadar HDL seperti aktivitas fisik tidak dikontrol. Rerata kadar oxldl ditemukan meningkat secara bermakna pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dibandingkan yang terkontrol dan pada DM tipe 2 terkontrol dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Toshima dkk (2000) yang menemukan bahwa kadar oxldl pada penderita DM lebih tinggi dibandingkan kontrol tetapi peneliti tersebut tidak menganalisis perbedaan kadar oxldl antara penderita DM terkontrol dan tidak terkontrol. Toshima dkk juga menemukan kadar oxldl pada penderita PJK jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penderita DM maupun kontrol, menunjukkan peranan oxldl dalam aterogenesis. (Toshima, 2000) Kadar oxldl yang lebih tinggi menunjukkan risiko kardiovaskuler pada penderita DM tidak terkontrol lebih besar dibandingkan dengan penderita DM terkontrol karena oxldl berperan dalam proses aterogenesis. (Itabe, 2011) Temuan ini juga mendukung teori bahwa peningkatan glikasi lipoprotein yang terjadi pada penderita DM meningkatkan kerentanan LDL teroksidasi sehingga penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap aterogenitas dibandingkan yang terkontrol. (Shen, 2007) Meskipun kadar oxldl lebih tinggi pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dibandingkan yang terkontrol, tetapi tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara kadar HbA1c dengan oxldl. Temuan ini sesuai dengan temuan Toshima dkk di Jepang yang tidak menemukan korelasi antara kadar oxldl dengan HbA1c pada penderita DM. (Toshima, 2000) Hal ini dapat disebabkan HbA1c hanya memberi gambaran kontrol glikemik dalam 2 hingga 3 bulan terakhir dan kontrol glikemik pasien sebelum masa tersebut tidak diketahui sehingga dapat terjadi bias dalam analisis. Selain itu pembentukan oxldl juga tidak hanya melalui jalur glikasi, tetapi dapat melalui jalur lain seperti oksidasi oleh reactive nitrogen atau oxygen species sehingga peningkatan kadar oxldl tidak hanya disebabkan oleh glikasi DM tetapi juga dapat dapat disebabkan oleh faktor lain sehingga dapat menjadi bias penelitian. Meskipun faktor yang dapat membiaskan hasil penelitian tersebut diupayakan dikontrol melalui kriteria inklusi tetapi diperlukan kriteria yang lebih ketat dan obyektif untuk menghindari bias pada penelitian-penelitian selanjutnya. Pada kelompok kontrol dan penderita DM, kadar oxldl memiliki korelasi yang bermakna dengan profil lipid khususnya dengan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL. Korelasi yang kuat ditemukan antara oxldl dengan kolesterol total dan LDL sedangkan korelasi dengan kekuatan sedang ditemukan antara oxldl dengan kadar trigliserida. Semakin tinggi kadar kolesterol total, LDL maupun trigliserida semakin tinggi kadar oxldl. 6

7 Pada kelompok normal, DM terkontrol dan tidak terkontrol ditemukan korelasi yang bermakna antara kadar GDP dengan oxldl tetapi tidak ditemukan korelasi yang bermakna antar HbA1c dengan oxldl. Hal ini dapat disebabkan karena HbA1c merupakan penanda laboratorium yang kadarnya mencerminkan glikasi hemoglobin yang bervariasi sesuai umur eritrosit dan menunjukkan rerata indeks glikemik dalam 2-3 bulan terakhir sedangkan GDP menunjukkan kadar glukosa basal pasien setelah puasa. Meskipun pada keseluruhan kelompok ditemukan korelasi yang bermakna antara kadar oxldl dengan GDP tetapi jika dianalisis secara spesifik pada masing-masing kelompok tidak ditemukan korelasi yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh bias hasil penelitian akibat kurangnya jumlah sampel dan sebaran sampel yang tidak normal. Jika menggunakan kadar maksimum oxldl pada orang normal sebagai cut off yaitu 65,88 U/L ditemukan distribusi kadar oxldl yang tinggi pada DM tipe 2 tidak terkontrol lebih besar daripada yang terkontrol. Hal ini memberikan gambaran proses aterogenesis pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol lebih tinggi daripada pada DM terkontrol sehingga mendukung teori perlunya kontrol glikemik untuk mencegah PJK pada DM tipe 2. Cut off untuk kadar oxldl yang digunakan pada penelitian ini masih dipengaruhi oleh banyak faktor. Jumlah sampel yang sedikit dapat menyebabkan nilainya mungkin lebih tinggi daripada nilai cut off yang sebenarnya. Profil lemak yang tidak dikendalikan juga dapat menyebabkan bias. Pada penelitian selanjutnya diharapkan nilai cut off dapat ditetapkan dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dengan mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi oxldl. Hasil penelitian ini menunjukkan penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol lebih rentan terhadap komplikasi kardiovaskuler melalui proses aterogenesis yang diperantarai oleh oxldl dibandingkan dengan DM terkontrol. Pada DM terjadi gangguan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan sdldl dan trigliserida, penurunan kadar HDL serta kadar LDL yang normal atau sedikit meningkat. Hiperglikemia pada DM menyebabkan glikasi kolesterol LDL sehingga terjadi oksidasi pada LDL khususnya pada molekul ApoB sehingga membentuk oxldl yang sangat aterogenik. Kelemahan penelitian ini adalah jumlah sampel yang sedikit sehingga nilai cut off yang sebenarnya belum dapat ditentukan, juga menyebabkan bias pada uji korelasi beberapa variabel. Selain itu beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar oxldl belum dikontrol secara ketat dan obyektif sehingga dapat menjadi bias hasil penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan sampel yang besar untuk penentuan nilai cut off serta kriteria inklusi ditetapkan dengan lebih ketat dan obyektif. 7

8 KESIMPULAN DAN SARAN Kadar oxldl pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol lebih tinggi dibandingkan pada terkontrol dan kadarnya pada penderita yang terkontrol lebih tinggi dibandingkan kontrol normal. Tidak terdapat hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar oxldl. Terdapat korelasi antara oxldl dengan kolesterol total, LDL, trigliserida dan GDP pada keseluruhan kelompok. Penelitian lanjut dengan sampel yang lebih besar diperlukan untuk menemukan nilai cut-off oxldl yang dapat direkomendasikan sebagai penanda aterogenesis. Kriteria inklusi yang lebih ketat dan obyektif diperlukan untuk menghindari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar oxldl selain DM. DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes. Diabetes Care. 35(1): S64-S71. Ehara S, Ueda M, Naruko T, Haze K, et al. (2001). Elevated levels of Oxidized Low Density Lipoprotein Show a Positive Relationship with the Severity of Acute Coronary Syndromes. Circulation. 103: Faulin TES, Garcia MCC, Abdalla DSP. (2009). Recent Advances on Detection of Modified Forms of Low-Density Lipoproteins. Recent Patents on Endocrine, Metabolic & Immune Drug Discovery. 3: Gomez M, Valle V, Aros F, Sanz G, et al. (2009). Oxidized LDL, Lipoprotein (a) and Other Emergent Risk Factors in Acute Myocardial Infarction (FORTIAM Study). Rev Esp Cardiol. 62(4): Itabe H. (2003). Oxidized Low-Density Lipoproteins: What is Understood and What Remains to Be Clarified. Biol Pharm Bull. 26(1): 1-9. Powers AC. (2005). Diabetes Melitus. Harrison s Principles of Internal Medicine. 16 th Ed. McGraw-Hill. New York Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. (2010). Global Estimates of the Prevalence of Diabetes for 2010 and Diabetes Research and Clinical Practice. 87: Shen GX. (2007). Lipid Disorders in Diabetes Melitus and Current Management. Current Pharmaceutical Analysis. 3: Shimada, K, Mokuno H, Matsunaga E, Miyazaki T, et al. (2004). Predictive Value of Circulating Oxidized LDL for Cardiac Events in Type 2 Diabetic Patients with Coronary Artery Disease. Diabetes Care. 27(3): Toshima S, Hasegawa A, Kurabayashi M, Itabe H, et al. (2000). Circulating Oxidized Low Density Lipoprotein Levels : A Biochemical Risk Marker for Coronary Heart Disease. Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology. 20:

9 Lampiran Daftar Tabel Tabel.1. Karakteristik variabel penelitian Kontrol Normal DM Tipe 2 Terkontrol DM tipe 2 tidak terkontrol Variabel (n=24) (n=21) (n=21) Range Mean+SD Range Mean+SD Range Mean+SD Umur * ,04+10, ,76+8, ,67+7,90 (tahun) HbA1c (%) ,99+0,76 7,3-14,5 9,78+2,09 GDP (mg/dl) Kolesterol Total * (mg/dl) HDL (mg/dl) Trigliserida (mg/dl) LDL * (mg/dl) ,13+8, ,43+37, ,29+77, ,08+25, ,52+34, ,95+41, ,96+13, ,43+10, ,48+12, ,54+58, ,76+150, ,95+94, ,21+20, ,14+37, ,86+24,03 9

10 Tabel 2. Kadar oxldl pada kontrol normal, penderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol oxldl Kelompok (U/L) Range 95% CI Mean+SD Median Lower Upper Kontrol (n=24) DM Terkontrol (n=21) DM Tidak terkontrol (n=21) 23,62-65,88 44,11 53,03 48,57+10,57 48,47 36,91-76,58 52,44 62,99 57,71+11,59 60,67 50,96-97,96 61,77 75,28 68,53+14,84 63,40 Tabel 3. Korelasi kadar oxldl terhadap profil lipid dan GDP pada seluruh sampel Variabel Ox-LDL r p Kolesterol Total 0,661 0,000 HDL 0,116 0,176 Trigliserida 0,453 0,000 LDL 0,641 0,000 GDP 0,430 0,000 10

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan mengalami peningkatan di masa datang (Suyono, 2014). Diabetes melitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP Theresa Sugiarti Oetji, 2011 Pembimbing I : drg. Winny Suwindere, MS. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

Analisis Kadar Kolesterol Low Density Lipoproteinsebagai Faktor Risiko Komplikasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Analisis Kadar Kolesterol Low Density Lipoproteinsebagai Faktor Risiko Komplikasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Analisis Kadar Kolesterol Low Density Lipoproteinsebagai Faktor Risiko Komplikasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1 Pranita Aritrina, 2 Asnah Marzuki, 3 Fitriani Mangarengi 1 Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Online : http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 25408844 HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Aditya Devi Ratnasari 1, Indranila KS 2, Dwi Retnoningrum

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KADAR HbA1c DAN RASIO LDL/HDL KOLESTEROL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

KORELASI ANTARA KADAR HbA1c DAN RASIO LDL/HDL KOLESTEROL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 KORELASI ANTARA KADAR HbA1c DAN RASIO LDL/HDL KOLESTEROL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH Theresia Indri, 2011. Pembimbing I Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK POLA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT- INAP DI BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM RS. IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2005 - DESEMBER 2005 Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan sindrom metabolik dengan karakteristik dimana seseorang mengalami hiperglikemik kronis akibat kelainan sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah suatu kelompok kondisi metabolik yang heterogen dan kompleks ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan kerja insulin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi insulin,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN SPEKTROFOTOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KLINIK NIRLABA BANDUNG Fenny Mariady, 2013. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI

PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran LadysaAshadita G0012111

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Veronica Shinta Setiadi, 2016. Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (ADA,

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Mellitus (DM) merupakan permasalahan yang besar di masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF), Negara Asia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL Levina Stephanie, 2007. Pembimbing I : dr. Hana Ratnawati, M.Kes.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard merupakan perkembangan yang cepat dari nekrosis miokard yang berkepanjangan dikarenakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia 2.1.1 Definisi Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid dimana terjadi peningkatan maupun penurunan komponen lipid dalam darah. Kelainan komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian diseluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON Daniel Hadiwinata, 2016 Pembimbing Utama : Hendra Subroto, dr.,sppk. Pembimbing Pendamping: Dani,

Lebih terperinci

Korelasi Peningkatan Kadar Trigliserida Terhadap Pembentukan Small Dense LDL Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Korelasi Peningkatan Kadar Trigliserida Terhadap Pembentukan Small Dense LDL Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Korelasi Peningkatan Kadar Trigliserida Terhadap Pembentukan Small Dense LDL Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1,2 Musyarrafah, 3 Christiana Lethe, 4 Joko Widodo 1 Teknologi Laboratorium Kesehatan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian pada tahun 2012. Angka mortalitas ini mengalami peningkatan apabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Wahyudi 1, Aditya Maulana P.P, S.Farm.M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena BAB 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan di dunia yang menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia produktif dan usia

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci