Darmawaty, Mansyur Arif, Ruland Pakasi, Hardjoeno, Burhanuddin Bahar dan Abdul Muis ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Darmawaty, Mansyur Arif, Ruland Pakasi, Hardjoeno, Burhanuddin Bahar dan Abdul Muis ABSTRACT"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KADAR D-DIMER DENGAN SKOR CANADIAN NEUROLOGICAL SCALE (CNS) PADA PENDERITA STROK ISKEMIK AKUT (The Correlation Between D-dimer Level and Clinical level of Acute Ischemic Stroke Patient) Darmawaty, Mansyur Arif, Ruland Pakasi, Hardjoeno, Burhanuddin Bahar dan Abdul Muis ABSTRACT The Purpose of this study is to find out the correlation between D- dimer level and CNS score of acute ischemic stroke patient. This study was carried out at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, Dadi Hospital (Stroke Center), Ibnu Sina Hospital and Labuang Baji Hospital. The study design was longitudinal, performed during the period of August to November The total sample was 32 individuals with age ranging between 40 to 73 years. The concentration of D-dimer was measured by turbidimetry method using Cobas Integra. The examination of clinical severity was based on Canadian Neurological Scale (CNS). When the CNS was equal or more than 6,5 the clinical level was considered mild, while CNS less than 6,5 the clinical level was considered as severe. Increased D-dimer if the level > 5 µg/ml. The result of this study showed that mean level of D-dimer on day one ( < 72 ours) and day 7 : 1,23 ± 0,89 µg/ml dan 1,33 ± 0,84 µg/ml. The changes of CNS score consist of the increased CNS score was 22 patients (68,6%), decreased score CNS was 6 patients (18,6%) and 4 patient the score constant. By Spearmen s rho, the result showed significant correlation between D- dimer level and the CNS score. Eventhough the concentration of D-dimer could not predicted proggresion acute stroke ischemic. Correlation between CT scan with D-dimer and clinical feature was not significant. Key words :.D-dimer, CNS, Acute Ischemic Stroke. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di BLU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Stroke Center RS Dadi, RS Ibnu Sina dan RS Labuang Baji. Metode penelitian bersifat longitudinal dilakukan selama bulan Agustus sampai November Total sampel 32 orang, berumur antara tahun. Kadar D- dimer diukur dengan metode Turbidimetry menggunakan alat Cobas Integra. Pemeriksaan derajat klinis berdasarkan Canadian neurological Scale dan diukur pada hari yang sama dengan kadar D- dimer. Derajat Klinis digolongkan derajat klinis ringan bila skala CNS 6,5 dan berat bila CNS < 6,5. Kadar D-dimer meningkat bila kadarnya > 5 µg/ml. Hasil penelitan menunjukkan rerata kadar D-dimer pada onset (< 72 jam) dan hari ketujuh setelah strok iskemik akut masing-masing 1,23 ± 0,89 µg/ml dan 1,33 ± 0,84 µg/ml. Berdasarkan skor CNS didapatkan 22 orang (68,8 %) skor CNS meningkat, 6 orang (18,8 %) skor CNS menurun dan 4 orang (5,6 %) skor CNS tetap. Hasil uji korelasi Spearman s rho menunjukkan adanya hubungan bermakna kadar D-dimer dengan skor CNS pada strok iskemik akut. Walaupun demikian kadar D-dimer pada penelitian ini belum dapat digunakan untuk memprediksi progresi strok. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara kadar D-dimer dengan CT scan begitu pula hasil CT scan dengan derajat klinis. Kata kunci : D-dimer, CNS, Strok Iskemik Akut.

2 PENDAHULUAN Strok adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat, lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya penyebab selain dari gangguan vaskuler. 1 Angka kematian karena strok di seluruh dunia menempati peringkat ke-2 setelah penyakit jantung dan merupakan penyebab kecacatan utama pada usia dewasa. Menurut data World Health Organisation (WHO) pada tahun 2001 sebanyak 20,5 juta orang di dunia menderita strok, dari jumlah tersebut 5,5 juta telah meninggal dunia. 2 Di Indonesia penyakit strok menduduki posisi ketiga dari kelompok penyakit degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Sebanyak 28,5 % penderita strok meninggal dan sisanya menderita cacat, hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari strok. Yayasan Strok Indonesia (Yastroki) menyatakan 63,52 per penduduk Indonesia berumur di atas 65 tahun diperkirakan menderita strok dan sebanyak jiwa meninggal dunia pertahun. 2 Secara umum strok diklasifikasikan menjadi strok iskemik dan strok hemoragik. Strok iskemik merupakan strok yang paling banyak ditemukan kira-kira 80 % kasus strok yang terdiri dari emboli ekstra cranial (25%) dan trombosis intra cranial (75%). Strok hemoragik ditemukan pada 20% kasus yang terdiri dari perdarahan intraserebral (15%) dan perdarahan subarahnoid (5 %). 3 Aktivasi koagulasi darah dan trombosis adalah kejadian yang hampir selalu ada pada strok iskemik. Pembentukan trombus seringkali berasal dari kelainan hemostasis yang tidak diketahui yang ditemukan pada trauma endotel dalam suatu preserebral aterosklerotik atau pada kelainan jantung. 4 Aktivasi hemostasis berperan dalam perkembangan klinis strok iskemik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan produksi fibrin dan trombin yang mempengaruhi aktivitas fibrinolitik. Pada tahun 1990 sejumlah penelitian memperlihatkan adanya gangguan fungsi hemostasis pada pasien strok iskemik dimana marker pembentukan fibrin meningkat setelah kejadian strok iskemik dan Transient Ischemic Attack (TIA) serta menunjukkan kadar yang berbeda berdasarkan subtipe strok iskemik. 5 D-dimer adalah produk yang dihasilkan dari degradasi ikatan silang fibrin pada setiap terbentuknya bekuan darah yang merupakan salah satu penanda adanya aktivasi sistim koagulasi dan fibrinolisis. Di dalam plasma D-dimer terdapat sebagai kompleks dari beberapa derivat crosslinked fibrin dengan berat molekul 2 x 106 Dalton dan jarang sebagai D-dimer bebas. D- dimer memungkinkan penggunaan klinis yang luas sebagai parameter pembentukan fibrin in vivo seperti pada keadaan trombosis contohnya pada DIC (Dissaminated Intravascular Coagulation), DVT (Deep Vein Thrombosis), CHD (Congestive Heart Failure), trombosis arteri dan vena. 6,7 Penelitian yang dilakukan oleh Walter A, mengungkapkan bahwa pemeriksaan kadar D-dimer dapat digunakan untuk penilaian awal sub tipe stroke iskemik apakah kardioemboli, aterotrombotik atau lakunar. Kadar D-dimer secara bermakna lebih tinggi pada subtipe kardioemboli dibandingkan aterotrombotik dan lakunar. 5 Pada fase akut stroke iskemik terjadi perubahan jaringan otak, neurotransmitter, biomolekular (imunologik), sejumlah produk metabolit yang merusak, radikal bebas yang menyebabkan jaringan otak terganggu. Proses peradangan yang dominan pada strok iskemik akut berlangsung pada hari ke 2-3 setelah serangan strok ( Pantoni, 1998). Perbaikan setelah serangan strok secara bermakna ditemukan pada hari 7 sampai hari ke 10 perawatan. 8 Pemburukan neurologik awal yang dikenal sebagai strok progresif berhubungan dengan prognosis pasien yang jelek. Perburukan awal dari strok akut terjadi dalam onset jam. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai penyebab adalah gagalnya kolateral, pembentukan bekuan darah yang progresif,strok berulang dan transformasi hemoragik. 9 Beratnya gejala strok awal merupakan prediktor untuk perburukan gejala klinik. Oleh karena itu penting untuk menilai berat ringannya penyakit dengan mengukur derajat klinis pasien selama sakit saat dirawat dan saat keluar dari rumah sakit. 10 Salah satu metode yang digunakan untuk menilai luaran setelah strok adalah Canadian Neurological Scale (CNS). Skala ini dikembangkan untuk mengukur outcome neurologik dan

3 perbaikan pasien dengan strok. Canadian Neurological Scale didisain untuk memantau fungsi motorik dan mental penderita strok. 11 Penelitian oleh Delgado P dkk, mengobservasi peningkatan kadar D-dimer plasma yang berhubungan dengan pemburukan neurologi awal dan luaran yang jelek pada 21 orang pasien strok perdarahan intraserebral, ternyata peningkatan kadar D-dimer lebih dari 1,9 ng/ml merupakan prediktor bebas terjadinya Early Neurological Deteoritation(END) dan kematian. Pada penelitian lain oleh Berge et.al pada strok iskemik akut dilaporkan bahwa peningkatan D- dimer mempunyai hubungan linear dengan beratnya strok yang diperiksa saat masuk rumah sakit pada saat keluar rumah sakit dengan menggunakan Barthel Indeks. 7 Di Indonesia penelitian tentang kadar D-dimer berkaitan dengan derajat klinis yang diukur dengan skala CNS pada strok iskemik masih kurang oleh karena itu dianggap penting untuk meneliti kadar D-dimer dihubungkan dengan skala CNS. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan kadar D-dimer dengan skor Canadian Neurological Scale (CNS) pada penderita strok iskemik akut? Tujuan penelitian adalah Mengetahui hubungan kadar D-dimer dengan skor Canadian Neurological Scale (CNS) pada pasien strok iskemik. Manfaat penelitian adalah jika D-dimer terbukti mempunyai hubungan dengan derajat klinis yang dinilai dengan skala CNS pada strok iskemik maka kadar D-dimer dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam penatalaksanaan penderita strok iskemik akut oleh para klinisi. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan penelitian observasional yang bersifat longitudinal selama periode Agustus 2010 sampai dengan Nopember Tempat penelitian di Ruang perawatan penyakit saraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RS Ibnu Sina Makassar, RS Labuang Baji Makassar dan RS Khusus Dadi (Stroke Center) Makassar untuk pengambilan sampel penelitian dan tes laboratorium untuk pemeriksaan kadar D-dimer dilakukan di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik BLU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Prinsip pemeriksaan kadar D-dimer yang dilakukan sebagai berikut : Pemeriksaan Immunoturbidimetrik dengan pemancaran partikel. Partikel latex dengan ukuran yang sama dilapisi dengan antibodi monoklonal (fragmen F (ab ') 2 ) ke epitop D-dimer. Kompleks antigen / antibodi yang dihasilkan oleh penambahan sampel mengandung D-dimer menyebabkan peningkatan kekeruhan tes reaktan. Perubahan absorbansi dengan waktu tergantung pada konsentrasi epitopes D-dimer dalam sampel. Presipitat ditentukan secara turbidimetrik pada panjang gelombang 659 nm. 12 Populasi penelitian adalah semua individu yang didiagnosis stroke iskemik akut dengan onset 0-72 jam yang dirawat di Bagian Neurologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RS Ibnu Sina, RS Labuang Baji dan RS Dadi (Stroke Center) Makassar. Kriteria Inklusi adalah orang dewasa berusia 40 tahun yang didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan CT- scan dirawat dengan strok iskemik dengan onset 0-72 jam, baru pertama kali mendapat serangan strok, dilakukan pemeriksaan D-dimer, bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah Pasien keluar dari rumah sakit sebelum hari ke-7 perawatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan selama periode Agustus sampai November 2010 pada empat RS di Makassar yaitu RSUP Wahidin Sudirohusodo, RS Labuang Baji, RS Ibnu Sina dan RS Khusus Dadi (Stroke Center). Pada periode tersebut diperoleh 32 sampel yang memenuhi kriteria penelitian dimana terdiri dari 13 (40,6%) orang laki-laki dan 19 (59,4 %) orang wanita. Penelitian ini adalah penelitian longitudinal dengan menganalisa kadar D-dimer dan skala Canadian Neurological Scale (CNS) penderita strok iskemik akut. Derajat klinis dihitung berdasarkan skor CNS kemudian dikelompokkan ke dalam derajat klinis ringan ( CNS 6,5) dan derajat klinis berat ( CNS < 6,5). Pemeriksaan skor CNS dan kadar D-dimer dilakukan pada hari yang sama yaitu onset < 72 jam dan hari ke- 7 setelah onset strok.

4 Tabel 1. Karakteristik umum Variabel Penelitian Variabel Umur (tahun) Jumlah N % , , , ,5 Jenis Kelamin Laki-laki 13 40,6 Wanita 19 59,4 Faktor resiko Hipertensi 23 71,88 Diabetes Mellitus 5 15,62 Dislipidemia 8 25 Merokok 4 12,5 CT Scan Lakunar 6 18,75 Non Lakunar 26 82,25 Sumber : Data primer Keterangan : n = jumlah sampel CT Scan : Computed Tomografi Scan 2. Gambaran Kadar D-dimer dan Skala CNS Subyek Penelitian Pada tabel 7 terlihat bahwa kadar D-dimer rata-rata pada onset < 72 jam adalah 1,23 ± 0,89 µg/ml dan kadar D-dimer pada hari ketujuh adalah 1,33 ± 0,84 µg/ml. Kadar D-dimer onset < 72 jam dan hari ketujuh lebih tinggi dari nilai rujukan yaitu < 0,5 µg/ml. Rerata kadar D-dimer onset < 72 jam dan hari ketujuh tidak berbeda jauh meskipun kadar D-dimer sedikit lebih tinggi dari onset < 72 jam. Tabel 2. Kadar D-dimer pada hari pertama (onset < 72 jam) dan hari ketujuh Variabel N Kadar D-dimer X ± SD (µg/ml) D-dimer I (< 72 jam) 32 1,23 ± 0,89 D-dimer II 32 1,33 ± 0,84 Sumber : Data primer Ket : D-dimer I = kadar D- dimer hari pertama ( onset < 72 jam), D- dimer II = kadar D-dimer hari ke -7, N= jumlah sampel, SD (standar Deviasi)

5 Pemeriksaan neurologis yang dilakukan dengan memakai Canadian Neurological Scale (CNS) dari 32 pasien strok iskemik didapatkan subyek penelitian yang mengalami perbaikan skor CNS ada 22 orang (68,8%), penurunan skor CNS ada 6 orang (18,8 %) dan yang tidak mengalami perubahan skor CNS ada 4 orang (5,6%). Tabel 3. Karakteristik subyek berdasarkan perubahan skor CNS hari pertama (< 72 jam) dan hari ketujuh Perubahan CNS I- CNS II n % Peningkatan skor CNS Penurunan skor CNS Tidak ada perubahan skor CNS Sumber : Data primer Keterangan : CNS I = Skor CNS pada hari pertama (< 72 jam), CNS II= Skor CNS pada hari ke 7 setelah onset strok, n = jumlah sampel 3. Perbedaan kadar D-dimer berdasarkan derajat klinis pada onset < 72 jam dan hari ketujuh Pada tabel 4 diperlihatkan perbedaan rerata kadar D-dimer pada onset < 72 jam dan hari ketujuh. Kadar D-dimer lebih tinggi pada derajat klinis berat dibanding derajat klinis ringan. Tabel 4. Perbedaan kadar D-dimer berdasarkan derajat klinis pada onset < 72 jam dan hari ketujuh Variabel Kadar D-dimer (µg/ml ) onset < 72 jam onset hari ketujuh Derajat klinis Ringan 1,141 ± 0,626 0,937 ± 0,364 Berat 2,494 ±1,382 2,136 ± 1,92 Sumber : Data primer 4. Hubungan Kadar D-dimer dengan Skor CNS Pada tabel 10 menunjukkan hubungan antara skor CNS dengan kadar D-dimer. Kadar D-dimer hari pertama berhubungan dengan skor CNS hari pertama dan skor hari ke- 7. Tabel 5. Hubungan kadar D-dimer hari pertama (< 72 jam) dan hari ketujuh dengan skor CNS D-dimer I vs CNS I D-dimer I vs CNS II D-dimer II vs CNS II Variabel p r 0,000 0,032 0,000 Sumber : Data primer Uji Spearman s rho ; p < 0,05-0,634-0,381-0,584 Ket : D-dimer I= kadar D-dimer hari pertama (<72 jam),d-dimer II= kadar D-dimer hari ke 7 setelah strok, CNS I = skor CNS hari pertama (<72 jam),cns II= skor CNS pada hari ketujuh strok, p= probabilitas, r= koefisien korelasi Hasil uji korelasi Spearman s rho menunjukkan adanya hubungan antara skor CNS dengan kadar D-dimer, begitu pula kadar D-dimer hari ketujuh berhubungan dengan skor CNS hari ketujuh

6 berupa korelasi negatif (p = - 0,634, p = - 0,381 dan p = - 0,584 ) dimana semakin rendah skor CNS maka semakin tinggi kadar D-dimer. 5. Hubungan antara kadar D-dimer dengan hasil CT Scan Pada tabel 6 menunjukkan perbedaan rerata kadar D-dimer onset < 72 jam dengan lesi lakunar 0,880 ± 0,507 µg/ml, lesi non lakunar 1,309 ± 0,947 µg/m sedang rerata kadar D-dimer onset hari ketujuh dengan lesi lakunar 0,840 ± 0,311 µg/ml, lesi non lakunar 1,4 ± 0,882 µg/ml Tabel 6. Hubungan kadar D-dimer dengan hasil CT Scan Variabel CT Scan P Lakunar non lakunar D dimer I 0,880 ± 0,507 1,309 ± 0,947 0,161 D dimer II 0,840 ± 0,311 1,4 ± 0,882 0,144 Sumber :Data primer Ket : D-dimer I= kadar D-dimer hari pertama (<72 jam),d-dimer II= kadar D-dimer hari ketujuh setelah strok, p = probabilitas Hasil uji statistik dengan Mann Whitney test i menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna (p= 0,161 dan p= 0,144) antara kadar D-dimer dengan lesi lakunar dan non lakunar. 5. Hubungan antara hasil CT Scan dengan derajat klinis Pada tabel 7 memperlihatkan lesi lakunar mempunyai derajat klinis ringan baik onset < 72 jam dan onset hari ketujuh. Sedang pada lesi non lakunar ada 20 orang memilki derajat klinis ringan dan 6 orang dengan derajat klinis berat. Tabel 7. Hubungan derajat klinis strok iskemik akut dengan hasil CT scan Variabel CT Scan P Lakunar (n) Non lakunar (n) Derajat klinis ringan ,192 Derajat klinis berat 0 6 Sumber : Data primer Ket: n= jumlah sampel, p= probabilitas Uji statistik dengan Chi Square menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara derajat klinis dengan hasil CT scan dengan nilai p = 0,192 b. Pembahasan Penelitian mengenai hubungan kadar D-dimer dengan derajat klinis penderita strok iskemik akut telah dilakukan pada subyek penelitian 32 orang dengan distribusi umur yang paling banyak antara rentang tahun yaitu 40,6 %. Seperti yang didapatkan pada penelitian Aliah A. (2000) bahwa rata-rata umur penderita strok berada dalam rentang umur tersebut. Hal yang serupa dilaporkan oleh American Heart Association bahwa insiden strok iskemik mulai rentang umur tahun sebanyak 11 % mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia. 1 Sejumlah 32 pasien strok yang diteliti faktor resiko terbanyak adalah hipertensi sebanyak 18 orang ( 56,25 %), hiperkolesterolemia 1 orang (3,13 %), DM 1 orang (3,13%), hipertensi dan hiperkolesterolemia 5 orang (15,63 %), hipertensi dan DM 1 orang (3,13 %), hipertensi dan rokok 1 orang (3,13 %), hipertensi, DM dan hiperkolesterolemia 1 orang (3,13 %), hipertensi, DM, hiperkolesterolemia dan rokok 1 orang (3,13 %). Pada penelitian ini faktor resiko strok yang

7 terbanyak adalah hipertensi (71,88%), CT Scan kepala didapatkan lesi lakunar 6 orang (18,75 %) dan non lakunar sebanyak 26 orang (82,25 %). Penelitian ini menunjukkan rerata kadar D-dimer tidak berbeda jauh antara kadar D-dimer pada onset < 72 jam dan hari ketujuh, keduanya menunjukkan peningkatan dari nilai rujukan < 0,5 µg/ml. Rerata kadar D-dimer onset < 72 jam 1,23 ± 0,89 µg/ml dan hari ketujuh adalah 1,33 ± 0,84 µg/ml. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Feinberg dkk bahwa kadar D-dimer meningkat selama minggu pertama sampai minggu kedua setelah strok. Begitu pula penelitian oleh Yamazaki dkk bahwa pada pasien strok iskemik menunjukkan peningkatan kadar D-dimer pada fase akut ( < hari ke- 7) dan fase sub akut ( 8-28 hari) setelah strok. Analisis data berdasarkan perubahan skor CNS onset < 72 jam dibandingkan skor CNS hari ketujuh didapatkan subyek penelitian yang mengalami perbaikan skor CNS sebanyak 22 orang, subyek yang mengalami penurunan skor CNS sebanyak 6 orang dan subyek penelitian yang tidak mengalami perubahan skor CNS sebanyak 4 orang. Analisis derajat klinis berdasarkan skor CNS menunjukkan 27 orang derajat klinis ringan dan 5 orang derajat klinis berat. Rerata kadar D- dimer pada onset < 72 jam dengan derajat klinis ringan 1,141 ± 0,626 µg/ml, derajat klinis berat 2,494 ± 1,382 µg/ml, pada hari ketujuh rerata kadar D-dimer untuk derajat klinis ringan 0,937 ± 0,364 µg/ml dan derajat klinis berat 2,136 ± 1,92 µg/ml. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar D-dimer lebih tinggi pada derajat klinis berat dibandingkan subyek dengan derajat klinis ringan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yurisman A dan Berge E dimana kadar D-dimer yang tinggi memberikan luaran klinis yang jelek pada penderita strok iskemik akut. 14,15 Kemudian dilakukan uji korelasi skor CNS dengan kadar D-dimer menggunakan uji Spearman s rho dan memperlihatkan adanya hubungan bermakna secara statistik diantara keduanya (D-dimer I vs CNS I, p= 0,000, r= -0,634 dan D dimer II vs CNS II, p = 0,000, r = - 0,584). Pada penelitian ini terlihat bahwa kadar D-dimer yang tinggi berbanding terbalik (r= -0,634 dan r = -0,584) dengan skor CNS berarti semakin tinggi kadar D-dimer semakin rendah skor CNS. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Yurisman A. dkk (2008) mendapatkan bahwa peningkatan kadar D-dimer berhubungan dengan defisit neurologis yang diukur dengan NIHSS dan MRS pada hari ke-15 post strok iskemik akut begitu juga dengan penelitian oleh Berge E, et.al (2001) mendapatkan peningkatan marker koagulasi dan fibrinolisis yang berhubungan dengan beratnya strok. 14,15 Strok iskemik disebabkan oleh adanya hambatan pembuluh darah yang mensuplai otak di bagian distal dari daerah yang mengalami sumbatan. Hampir semua bekuan berupa trombus yang berasal dari lesi aterotrombotik atau embolisasi dari jantung. Peningkatan D-dimer sebagai marker koagulasi dan fibrinolisis menggambarkan pembentukan dan pemecahan trombus secara terus menerus pada pembuluh darah serebral, diduga semakin tinggi kadar D-dimer semakin banyak trombus yang terbentuk. Meskipun besarnya trombus bukan satu-satunya penyebab beratnya derajat klinis pada penelitian ini. 16 Analisis data mengenai hubungan antara kadar D-dimer dengan hasil CT scan menunjukkan rata-rata kadar D-dimer lebih rendah pada lesi lakunar dibanding non lakunar pada onset < 72 jam dan hari ketujuh yaitu 0,880 ± 0,507 µg/ml dan 0,840 ± 0,311 µg/ml, lesi non lakunar yaitu 1,30 ± 0,947 µg/ml dan 1,4 ±0,882 µg/ml.walaupun uji statistik memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna (p=0,161 dan p= 0,144). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ageno,W didapatkan kadar D-dimer yang lebih rendah pada strok lakunar pada hari pertama dan hari ke -6, kadar D- dimer strok lakunar yaitu 0,67 ± 0,08 µg/ml dan 0,72±0,06, aterotrombotik 1,34 ± 0,21 µg/ml dan 1,53±0,26 µg/ml. Strok lakunar adalah strok yang mengenai pembuluh darah arteriol, rendahnya kadar D-dimer pada lesi lakunar menunjukkan bahwa kemungkinan mekanisme non trombotik mendasari terjadinya oklusi pembuluh darah kecil seperti lipohialinosis, proses degeneratif pada pembuluh darah yang berhubungan dengan hipertensi atau diabetes. Fisher dan Francis menyatakan bahwa pada lesi lakunar trombus yang terbentuk sangat sedikit untuk meningkatkan kadar D-dimer dalam plasma yang dapat dideteksi. 5 Hubungan antara hasil CT Scan dengan derajat klinis didapatkan bahwa pada strok lakunar 6 orang mempunyai derajat klinis ringan tidak ada yang memiliki derajat klinis berat, sedang pada strok non lakunar ada 20 orang memiliki derajat klinis ringan dan 5 orang derajat klinis berat. Uji

8 statistik memperlihatkan hubungan yang tidak bermakna dengan p = 0,192. Pada strok lakunar defisit yang terjadi hanya mengenai arteriol sehingga memperlihatkan derajat klinis ringan. Hasil penelitian ini masih sangat terbatas dalam menjelaskan hubungan kadar D-dimer pada subyek dengan strok iskemik akut oleh karena itu pemeriksaan kadar D-dimer sebaiknya juga dilakukan setelah fase pasca akut untuk melihat bagaimana kadar D-dimer pada fase tersebut yang pada penelitian ini tidak dilakukan. Untuk itu dibutuhkan penelitian prospektif kasus kontrol dengan jumlah subyek yang lebih banyak sehingga diperoleh informasi yang lebih luas tentang hubungan strok iskemik dengan kadar D- dimer. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa rerata kadar D dimer pada onset < 72 jam dan hari ketujuh setelah strok iskemik akut lebih tinggi dari nilai rujukan. Perubahan skor CNS pada onset < 72 jam dibandingkan hari ketujuh setelah strok iskemik akut menunjukkan peningkatan skor pada 22 orang, penurunan skor 6 orang dan tidak ada perubahan skor CNS 4 orang. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar D-dimer dengan skor CNS dimana semakin tinggi kadar D-dimer semakin rendah skor CNS. Kadar D-dimer dapat dijadikan sebagai indikator prognostik terhadap derajat klinis strok iskemik akut. DAFTAR PUSTAKA 1. Aliah A. dan Widjaya D Faktor Resiko Strok pada Beberapa Rumah Sakit di Makassar Kurun Waktu Januari sampai September Sutrisno, A Epidemi Strok dalam Strok? You Must Know before You Get It, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 3. Hinkle, J.L., M.K Acute Ischemic Strok Review. Journal of Neuroscience Nursing; 39 (5): Brey R. L., Coull B.M Coagulation Abnormalities in Stroke. Stroke Pathophysiology, Diagnosis and Management. 4 th Ed. Churchill Livingstone. 5. Ageno W., et al Plasma Measurement of D-Dimer Levels for the Early Diagnosis of Ischemic Stroke Subtype. Arch. Intern.Med ; 162 : Adam S.S., Key N.S., and Greenberg C.S D-Dimer antigen : Current Concepts and Future Prospects.Blood ; 13 : Haapaniemi E. and Tatlisumak T Is D-dimer Helpful in Evaluating Stroke Patients? A systematic review. Acta Neurol Scand ; 119 : Pantoni L, Sarti C. and Inzitari D Cytokines and Cell Adhesion Molecules in Cerebral Ischemia, Arteriosclerosis, Thrombosis and Vacular Biology ; 18: Wityk RJ, et al Serial Assesment of Acute Stroke using the NIH stroke scale. Stroke ; 25 : Thanvi B., Treadwell S. and Robinson T Early Neurological Deterioration in Acute Ischemic Stroke : Predictors, Mechanism and Management. Postgrad Med J ; 84 : Rundek T. and Sacco, R.L Outcome following Stroke in Stroke Pathophysiology, Diagnosis and Management. 4 th Ed. Churchill Livingstone. 12.Cote R, Battista R.N. Wolfson C., et al The Canadian Neurological Scale : Validation and Reliability Assessment. Neurology ; 39 : p 13. Anonim Tina quant D-Dimer Kit. Roche Diagnostic 14. Yurisman A., Rambe AS. dan Nasution D Corelation Between D dimer Level and Modified Rankin Scale and National Institute of Health Scale on day 15 Post Acute Stroke. Abstract. Departement Neurologi Universitas Sumatera Utara. 15.Berge E., Friss F and Sandset PM Hemostatic Activation in Acute Ischemik Stroke. Abstract. Thrombosis Research. Vol Barber M., et.al Hemostatic Function and Progressing Ischemic Stroke : D-Dimer Predict Early Clinical Progression. Stroke ; 25 : 1 5

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan ditemukannya berbagai penyakit pada usia lanjut yang semakin meningkat seperti penyakit degeneratif dan sistemik. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke dan penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, stroke

Lebih terperinci

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya maka masalah kesehatan berupa penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke (sesuai definisi WHO) adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah defisit neurologis yang disebabkan oleh cedera akut dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark serebral, perdarahan intraserebral

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian. 59 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang datang kontrol di poliklinik saraf RSUP Dr. Kariadi selama periode bulan April sampai Juni 2012 dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas setelah demensia. Setiap tahun, lima belas juta orang di dunia terkena serangan stroke. Data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh adanya gangguan perfusi ke otak. Manifestasi klinis dari stroke merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu sindrom neurologi dengan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP). 47 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendapatkan 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek penelitian dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini stroke semakin menakutkan karena frekuensi kejadian yang semakin meninggi serta menjadi momok bagi masyarakat karena tingkat kesembuhannya yang rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke (Nufus, 2012). Stroke menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total kematian di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi stroke secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki urutan pertama sebagai penyakit serebrovaskular. Stroke merupakan salah satu sumber gangguan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian terbanyak ke tiga setelah penyakit Jantung Koroner, dan Kanker.Setiap tahunnya, sebanyak 15 juta populasi di

Lebih terperinci

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang berlangsung selama (minimal) 24 jam atau lebih, ada keterlibatan

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke. Background: Dysphagia is a commonly morbidity after stroke, the presence of dysphagia has been associated with increased risk for pulmonary complication and even mortality.there is is emerging evidence

Lebih terperinci

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients

Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9. (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Analysis of Matrix Metalloproteinase-2 (MMP-2) and Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Levels in Breast Cancer Patients Uleng Bahrun 1, Besse Rosmiati 1, Wildana 1, Mansyur Arif 1, Ruland DN. Pakasi 1,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah hilangnya fungsi otak secara cepat akibat gangguan pada pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh adanya iskemi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya di hadapi negara maju, tapi juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI OLEH : Sharon Paulina Budiharjo NRP: 1523011038 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat. ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda.

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat. ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda. Sebagai faktor pembekuan, fibrinogen merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia modern di abad ke 21 ini, banyak kemajuan yang telah dicapai, baik pada bidang kedokteran, teknologi, sosial, budaya maupun ekonomi. Kemajuan-kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : YULI MARLINA 080100034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 GAMBARAN FAKTOR RISIKO

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT.

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul: AKUT. LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab kematian dan kecacatan dari fungsional tubuh manusia setelah penyakit kanker dan jantung. Setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang memiliki gejala onset mendadak. Definisi stroke secara klinis meliputi empat komponen yakni, kerusakan atau defisit neurologis,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik Dengan Fungsi

Lebih terperinci