JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : ISSN MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : ISSN MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI"

Transkripsi

1 JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : ISSN MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI Mannose-Binding Lectin as a Predictor Early Onset Sepsis Rafika Mansyur, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar ( loe_goe812@yahoo.com) ABSTRAK Angka kematian dan kesakitan pada Sepsis Neonatorum Onset Dini (SNOD) masih tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan kadar MBL serum awal terhadap kemungkinan kejadian SNOD. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSIA. St. Fatimah sejak Mei 2012 hingga Agustus Sampel penelitian adalah bayi baru lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan MBL serum dilakukan segera setelah lahir lalu subjek dipantau selama 72 jam hingga timbul outcome (SNOD atau tidak SNOD). Dari 95 subjek penelitian, 14 bayi mengalami SNOD dan 81 tidak mengalami SNOD. Kemudian dilakukan pengelompokan ulang kelompok SNOD, yaitu yang memiliki minimal dua kategori A (kesulitan bernapas dan instabilitas suhu), dengan 9 subjek tidak dimasukkan dalam analisis. Kadar MBL serum pada kelompok SNOD lebih rendah dibandingkan kelompok tidak SNOD, dengan nilai p = 0,000. Titik potong 0,3µg/mL merupakan nilai terbaik untuk memprediksi kejadian SNOD (sensitivitas 100%, spesifisitas 98,77%, NPP 83,33%, NPN 100%, p=0,000; OR 6, IK95% 1,003-35,908). Bayi baru lahir dengan kadar MBL 0,3 µg/ml enam kali lipat berisiko mengalami SNOD (dengan kesulitas bernapas dan instabilitas suhu) dibandingkan yang memiliki kadar MBL >0,3 µg/ml. Kata Kunci: Sepsis neonatorum onset dini, mannose-binding lectin, prediktor ABSTRACT Morbidity and mortality rate in Early Onset Dini (EOS) is still high.the aim of this study is to examine the role of MBL serum level in EOS. The study design was a cohort prospective study was conducted at dr. Wahidin Sudirohusodo hospital and St. Fatimah hospital from May 2012 until Agustus The population included newborn baby whose mother has risk factors of sepsis and admitted to dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital and St. Fatimah Hospital. Blood sampling was done soon after birth and then we observed the subjects in 72 hours. There were 95 samples, with 14 subjects became EOS and 81 subjects remained health. We recollect EOS group who has at least 2 A categories (respiratory distress and body temperature instability). MBL serum level was lower on EOS group than without EOS group with the cutoff point of 0,3 µg/ml is the best level to distinguish between EOS and without EOS (p = 0,000, sensitivity 100%, specificity 98,77%, positive predictive value 83,33%, negative predictive value 100%, OR 6, 95%CI 1,003-35,908). EOS (with respiratory distress and body temperature instability) is six times more frequent in newborn baby with MBL serum level 0,3 µg/ml. Keywords: Early onset sepsis, mannose-binding lectin, predictor 372

2 Sepsis neonatorum onset dini, mannose-binding lectin, prediktor ISSN PENDAHULUAN Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat invasi mikroorganisme ke dalam aliran darah, yang terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis neonatorum onset dini (SNOD) dan sepsis neonatorum onset lambat (SNOL) (Gomella, 2004). Respon imun adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh yang penting dalam pencegahan terjadinya infeksi. Respon imun terbagi menjadi dua sistem. Pertama, sistem imun alamiah (non - spesifik) termasuk di dalamnya sistem komplemen (C) dan mannose-binding lectin (MBL). Kedua, sistem imun adaptif yang fungsinya lebih spesifik. Jika terjadi penekanan atau gangguan pada sistem imun adaptif, maka sistem imun alamiah akan memegang peranan penting (Vandenbroucke-Grauls, 2008). Sistem imun alamiah, MBL, mempunyai kemampuan dalam pengenalan berbagai macam kuman patogen (Oudshoorn dkk., 2008; Kerrigan dkk., 2009) serta dalam hal modifikasi efisiensi pengambilan dan ekspresi reseptor fagositik. Setelah berikatan dengan permukaan kuman patogen, maka akan memicu suatu proses imun yang bertujuan untuk mengeliminasi kuman patogen (mikroba). Proses imun tersebut, yaitu MBL dapat berfungsi secara langsung sebagai opsonin ataupun mengaktivasi sistem komplemen (Parish, 2001; Janewa y dkk., 2008; Kerrigan dkk., 2009). Suatu penelitian melaporkan bahwa nilai median konsentrasi MBL serum pada BBL yang kemudian mengalami infeksi lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami infeksi. Kadar MBL yang rendah saat lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi akan meningkatkan faktor risiko infeksi BBL (Benedetti dkk., 2010). Hingga saat ini belum ada patokan standar kadar MBL untuk mengatakan seseorang mengalami defisiensi MBL. Selain itu, masih terdapat kontroversi tentang kadar MBL serum dengan kemungkinan terjadinya sepsis (Benedetti dkk., 2007; Schlapbach dkk., 2010). Insiden sepsis neonatorum yang tinggi disebabkan oleh banyak faktor perinatal yang belum dapat ditangani secara optimal. Salah satunya adalah keterlambatan diagnosis sepsis neonatorum, hal ini disebabkan sulitnya ditemukan tanda-tanda sepsis klasik pada BBL. Demikian pula biakan darah yang merupakan baku emas dalam diagnosis sepsis, baru dapat memberikan hasil setelah 3-5 hari pengambilan sampel darah, dan dapat pula memberikan hasil negatif palsu. Pemeriksaan penunjang seperti C- reactive protein (CRP) ataupun rasio I/T tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis pasti sepsis neonatorum (Aminullah, 2008). Terdapat dilema dalam penatalaksanaan sepsis, yaitu jika terjadi keterlambatan pengobatan akan meningkatkan angka mortalitas, sedangkan jika terjadi overdiagnosis, akan menyebabkan overtreatment, yang merugikan pasien dan keluarganya. Oleh karena itu diperlukan parameter lain dalam deteksi dini faktor risiko sepsis yang lebih akurat dalam memprediksi kejadian sepsis neonatorum. Beberapa tahun terakhir MBL menjadi pusat perhatian para peneliti dalam hubungannya dengan faktor risiko infeksi/ sepsis dan mengemukakan kadar MBL serum yang rendah merupakan prediktor sepsis neonatorum. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengidentifikasi peran dan nilai prediksi kadar MBL serum yang berhubungan dengan kejadian sepsis neonatorum. Selain itu, penelitian kadar MBL serum dengan kemungkinan terjadinya sepsis masih sangat terbatas, bahkan sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan di Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kita untuk aplikasi klinik yang lebih baik di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan kadar MBL serum awal terhadap kemungkinan kejadian SNOD. 373

3 Rafika Mansyur ISSN BAHAN DAN METODE Lokasi dan rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS/ RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSIA St. Fatimah Makassar. Merupakan suatu penelitian kohort prospektif untuk mengetahui peranan MBL serum awal terhadap kejadian SNOD. Dilakukan pemeriksaan MBL serum segera setelah lahir, lalu subjek dipantau dalam 72 jam hingga timbul outcome (SNOD atau tidak SNOD) Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah bayi baru lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi di RS dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSIA St. Fatimah Makassar. Cara pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Subyek penelitian adalah bayi baru lahir dari ibu dengan faktor risiko infeksi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan bersedia menjadi subyek penelitian (mendapat izi n dari orang tua) serta menandatangani persetujuan informed consent. Metode pengumpulan dan analisis data Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pencatatan usia gestasi, jenis kelamin, dan tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, kesadaran). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan MBL serum awal dan kemudian dipantau dalam 72 jam, hingga terbagi menjadi kelompok, yaitu kelompok SNOD dan tidak SNOD. Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji X 2 (Chi square) untuk analisis jenis kelamin. Uji mann Whitney dan uji student-t untuk analisis kadar MBL serum antara kelompok SNOD dan tidak SNOD. Analisis ROC dilakukan untuk mencari titik potong kadar MBL, lalu dihitung nilai ketepatan setiap titik potong. Uji Fisher s exact digunakan untuk menganalisis hubungan antara titik potong terhadap outcome. HASIL Karakteristik sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel penelitian. Dari total sampel 95 subjek, terdiri dari 43 (45,3%) laki - laki dan 52 (54,7%) perempuan. Terdapat 44 subjek (46,3%) dengan ibu demam dan 51 subjek (53,7%) ibu tidak demam. Subjek dengan ibu lekositosis yaitu 36 (37,9%), sedangkan yang tidak lekositosis 59 (62,1%). Subjek dengan ibu KPD sebanyak 41 (43,2%) dan yang tidak KPD 54 (56,8%). Terdapat 86 subjek (90,5%) subjek dengan warna ketuban keruh/hijau, sedangkan 9 subjek (9,5) tidak disertai warna ketuban keruh/hijau. Frekuensi kejadian SNOD antara jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan metode Chi-square X 2 (Tabel 2), dengan hasil pada kelompok laki-laki sebesar 16,3% dan perempuan 13,5%, sedangkan frekuensi kejadian tidak SNOD pada kelompok laki-laki sebesar 83,7% dan perempuan 86,5%. Analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dan kejadian SNOD (p = 0,70). Tabel 3 memperlihatkan Kadar MBL pada kelompok SNOD memiliki nilai median 0,88 μg/ml, simpang baku 0,33 μg/ml, dan rentangan 0,17-0,94 μg/ml. Sedangkan pada kelompok tidak SNOD memiliki nilai median 0,90 μg/ ml, simpang baku 0,38 μg/ml, dan rentangan 0,3-3,17 μg/ml. Hasil uji statistik Mann-Whitney antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,047. Setelah dilakukan pengelompokan SNOD ulang, yakni kelompok SNOD yang memiliki minimal dua kategori A (kesulitan bernapas dan instabilitas suhu), maka diperoleh hasil, kelompok SNOD 5 subjek dan tidak SNOD 81 subjek, sedangkan 9 subjek dari kelompok SNOD yang termasuk ke dalam kelompok SNOD tidak diikutkan dalam analisis. Tabel 4 memperlihatkan uji hipotesis terhadap pengelompokan subjek dengan karakteristik sama dan yang 374

4 Sepsis neonatorum onset dini, mannose-binding lectin, prediktor ISSN paling dapat membedakan kelompok SNOD dan tidak SNOD, menggunakan uji Student-t. Rerata kadar MBL pada kelompok SNOD adalah 0,25 (SD 0,048) μg/ml, sedangkan rerata kadar MBL pada kelompok tidak SNOD adalah 0,91 (SD 0,380) μg/ml. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan hasil nilai p = 0,000. Hasil analisis Fisher s Exact test antara nilai titik potong 0,3 terhadap outcome diperlihatkan dalam Tabel 5. Hasil yang diperoleh yaitu frekuensi kejadian SNOD pada kelompok MBL 0,3 μg/ml sebesar 83,3% dan frekuensi kejadian tidak SNOD pada kelompok MBL > 0,3 μg/ml sebesar 100%. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna antara titik potong MBL 0,3 μg/ml dan kejadian SNOD (p = 0,000). Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian No. Karakteristik Sampel Total (n = 95) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 43 (45,3) Perempuan 52 (54,7) 2 Suhu Ibu Demam 44 (46,3) Tidak Demam 51 (53,7) 3 Lekosit Ibu Lekositosis 36 (37,9) Normal 59 (62,1) 4 Ketuban Pecah Dini (KPD) KPD 41 (43,2) Tidak KPD 54 (56,8) 5 Warna Ketuban Tidak normal 86 (90,5) Normal 9 (9,5) Tabel 2. Distribusi dan analisis jenis kelamin terhadap outcome Jenis Kelamin SNOD Tidak SNOD Total Laki-laki 7 (16,3) 36 (83,7) 43 (100) Perempuan 7 (13,5) 45 (86,5) 52 (100) Total 14 (14,7) 81 (85,3) 95 (100) Chi-square X 2 df = 1 p = 0,70 COR = 1,25 (IK95% 0,402-3,891) Tabel 3. Nilai rerata MBL pada kelompok SNOD tidak SNOD Kadar MBL serum awal (μg/ml) SNOD Tidak SNOD (n = 14) (n= 81) Mean 0,67 0,91 Median 0,88 0,90 Simpang baku 0,33 0,38 Rentangan 0,17-0,94 0,3-3,17 Mann-Whitney Test p = 0,

5 Rafika Mansyur ISSN Tabel 4. Nilai rerata MBL pada kelompok SNOD dan tidak SNOD setelah pengelompokan Kadar MBL serum awal (μg/ml) SNOD (n = 5) Tidak SNOD (n= 81) Mean 0,25 0,91 Median 0,26 0,90 Simpang baku 0,048 0,380 Rentangan 0,17-0,29 0,30-3,17 Uji t t = p = 0,000 IK95% (-1,00) (-0,31) Tabel 5. Evaluasi hasil analisis titik potong MBL 0,3 terhadap outcome MBL SNOD Tidak SNOD 0,3 μg/ml 5 (100) 1 (1,23) > 0,3 μg/ml 0 (0) 80 (98,77) Total 5 (100) 81 (100) Fisher s Exact Test p = 0,000 COR = 6 (IK95% 1,003-35,908) PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan peranan kadar MBL serum awal terhadap kemungkinan kejadian SNOD dengan menggunakan desain kohort prospektif yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai Agustus Telah diperoleh 95 sampel yang terdiri atas 14 sampel SNOD dan 81 sampel tidak SNOD. Analisis dilakukan terhadap efek dari faktor jenis kelamin, suhu ibu, lekosit ibu, ketuban pecah dini dan warna ketuban. Kadar MBL pada kelompok SNOD memiliki nilai median 0,88 μg/ml, simpang baku 0,33 μg/ml, dan rentangan 0,17-0,94 μg/ml. Sedangkan pada kelompok tidak SNOD memiliki nilai median 0,90 μg/ml, simpang baku 0,38 μg/ml, dan rentangan 0,3-3,17 μg/ml. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna, dengan nilai p = 0,047. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Benedetti dkk. (2007) yang memperoleh hasil median kadar MBL serum bayi yang mengalami sepsis, secara signifikan lebih rendah dibandingkan yang tidak mengalami sepsis, dengan nilai p < 0,05. Hasil penelitian Frakking dkk. (2007) menunjukkan frekuensi bayi memiliki kadar MBL yang rendah yang mengalami SNOD lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang memiliki kadar MBL normal. Ia juga menambahkan bahwa kadar MBL serum pada bayi yang terbukti sepsis memiliki kadar MBL yang lebih rendah dari bayi yang tersangka besar sepsis. Hasil di atas juga sesuai dengan penelitian Schlapbach dkk. (2010), serta Mohamed dan Saeed (2011), yang mendapatkan kadar MBL yang rendah berhubungan dengan kejadian SNOD, dengan hasil yang berbeda bermakna secara statistik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada BBL yang memiliki kadar MBL rendah memiliki risiko terhadap kejadian SNOD (Salem dkk., 2006). Hal ini diakibatkan karena pada BBL imunitas spesifiknya belum berfungsi secara optimal, sehingga saat terjadi infeksi, 376

6 Sepsis neonatorum onset dini, mannose-binding lectin, prediktor ISSN maka imunitas nonspesifik yang lebih berperan dalam proses eliminasi kuman. Jadi, pada BBL dari ibu dengan faktor risiko sepsis, yang memiliki kadar MBL rendah akan lebih berisiko mengalami SNOD dibandingkan BBL yang memiliki kadar MBL tinggi. Dari hasil analisis ROC untuk mencari titik potong yang dapat memprediksi kejadian SNOD, didapatkan hasil titik potong kadar MBL kedua kelompok berhimpit di nilai 0,82 hingga 0,86. Hasil perhitungan ketepatan kadar MBL pada setiap titik potong menunjukan kadar MBL 0,86 memiliki Area Under Curve (AUC) terbesar dengan nilai 0,541; dengan nilai sensitivitas 42,86%, spesifisitas 34,57%, nilai prediksi positif 17,65%, nilai prediksi negatif 82,35%, dan nilai p = 0,550. Hasil ini menunjukkan bahwa titik potong tersebut tidak dapat digunakan sebagai prediktor SNOD. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan penelitian lain sebelumnya, yaitu Schlapbach dkk memperoleh titik potong kadar MBL 0,3 µg/ml ( p=0,028), Benedetti dkk. dengan titik potong 0,7 (p=0,001), Frakking dkk. dengan titik potong 0,2 µg/ml (p<0,01), Mohamed dan Saeed dengan titik potong 0,5 µg/ml (p<0,05). Dzwonek dkk memperoleh titik potong 0,4 µg/ml (p=0,11), hal ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Hal ini disebabkan bervariasinya karakteristik/kategori dalam menyatakan subjek mengalami SNOD atau tidak, sehingga menyebabkan data dari penelitian ini menjadi heterogen dalam hal karakteristik penegakan SNOD. Akibatnya pergeseran nilai-nilai yang signifikan kadar MBL terhadap kejadian SNOD tidak tampak. Dari data penelitian didapatkan bahwa ada sebagian SNOD memiliki nilai MBL yang masuk dalam rentangan kelompok tidak SNOD (lebih tinggi) dan demikian pula sebaliknya ada sebagian kelompok tidak SNOD yang memiliki nilai MBL yang masuk dalam rentangan kelompok SNOD (lebih rendah). Mekanisme imun yang mendasari penelitian ini adalah BBL dengan kadar MBL yang tinggi, memiliki kemampuan eliminasi kuman yang lebih baik dibandingkan BBL dengan kadar MBL rendah. Hal ini disebabkan bahwa MBL merupakan imunitas nonspesifik pertama dalam kondisi terpapar infeksi, yang selanjutnya dapat langsung membunuh mikroba dengan proses opsonisasi ataupun melalui aktivasi sistem komplemen, yang juga pada akhirnya akan membunuh mikroba. Jadi, pada kelompok dengan kadar MBL lebih rendah namun tidak mengalami SNOD, hal ini mungkin disebabkan adanya bantuan imunitas lain dalam mengeliminasi kuman (Janeway dkk, 2008), sehingga tidak mengalami SNOD. Ada penjelasan lain untuk temuan ini, yaitu subjek SNOD memiliki temuan klinis yang cukup bervariasi dan ada temuan yang kurang spesifik dalam membedakan SNOD dan tidak SNOD. Sehingga ada kemungkinan beberapa subjek yang tidak SNOD, namun diklasifikasikan sebagai SNOD, yang pada akhirnya mengurangi hubungan antara rendahnya kadar MBL dengan SNOD. Jadi, tidak mengherankan jika hasil analisis titik potong tidak dapat digunakan untuk membedakan kelompok SNOD dan tidak SNOD. Hal ini menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan yang lain adalah tidak diketahui kondisi genotip MBL yang sangat mempengaruhi ekspresi kadar MBL serum dan kerentanan subjek terhadap infeksi (Schlapbach dkk, 2010; Mohamed dan Saeed, 2011). Oleh karena itu, selanjutnya dilakukan pengelompokan karakteristik yang sama dari subjek penelitian, dengan tujuan membuat data menjadi homogen dalam mengatakan seorang subjek mengalami SNOD. Subjek dalam kelompok SNOD, yaitu subjek SNOD yang harus memiliki minimal dua kategori A (kesulitan bernapas dan instabilitas suhu). Hasil yang diperoleh yaitu terdapat 5 subjek yang memiliki karakteristik yang 377

7 Rafika Mansyur ISSN sama dan mengalami SNOD, 81 subjek yang tidak memiliki karakteristik tersebut dan tidak mengalami SNOD. Sedangkan 9 subjek SNOD tidak dimasukkan dalam kelompok SNOD karena tidak memiliki karakteristik yang sama (kesulitan bernapas dan instabilitas suhu) dan didiagnosa sebagai SNOD dikeluarkan dari analisis. Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa rerata kadar MBL pada kelompok SNOD (n=5) adalah 0,25 (SD 0,048) μg/ml, sedangkan rerata kadar MBL pada kelompok tidak SNOD (n=81) adalah 0,91 (SD 0,380) μg/ml. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan hasil nilai p = 0,000 dengan IK95% ( -1,00) (-0,31). Hasil sesuai dengan penelitian Schlapbach dkk. (2010), Frakking dkk. (200 7), serta Mohamed dan Saeed (2011), yang men - dapatkan kadar MBL yang rendah berhubungan dengan kejadian SNOD, dengan hasil yang berbeda bermakna secara statistik. Dari hasil analisis ROC untuk mencari titik potong yang dapat memprediksi kejadian SNOD, didapatkan hasil titik potong kadar MBL kedua kelompok antara titik 0,3 hingga 0,8. Hasil perhitungan ketepatan kadar MBL pada setiap titik potong menunjukkan titik potong 0,3 memiliki Area Under Curve (AUC) terbesar dengan nilai 0,994; dengan nilai sensitivitas 100%, spesifisitas 98,77%, nilai prediksi positif 83,33%, nilai prediksi negatif 100%, dan nilai p = 0,000. Didukung pula oleh hasil analisis titik potong 0,3 terhadap outcome, didapatkan nilai OR 6 (IK95% 1,003-35,908), p = 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar MBL 0,3 μg/ml dapat digunakan sebagai prediktor SNOD dengan risiko enam kali lebih tinggi dibandingkan yang memiliki kadar MBL > 0,3 μg/ml. Titik potong ini sama dengan penelitian Schlapbach dkk (2010) dengan OR 3,88 (IK95% 1,16-13,02), nilai p = 0,028. Kekuatan dari penelitian ini adalah menggunakan desain kohort prospektif, merupakan desain terbaik dalam menentukan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti serta dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek/outcome. Hasil akhir penelitian ini dapat dijadikan acuan baru dalam pengelolaan BBL dari ibu yang memiliki faktor risiko sepsis, agar dapat menekan angka kejadian sepsis yang morbiditas dan mortalitasnya masih cukup tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkan bahwa Kadar MBL serum awal pada BBL yang mengalami SNOD lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami SNOD, dan frekuensi SNOD (memiliki kategori kesulitan bernapas dan instabilitas suhu) pada BBL dengan kadar MBL 0,3 μg/ml enam kali lebih banyak dibandingkan dengan BBL dengan kadar MBL > 0,3 μg/ml. Disarankan untuk dilakukan penilaian faktor lain yang mempengaruhi kadar MBL serum, penelitian lebih lanjut mengenai kadar MBL saat BBL mengalami sepsis dan lebih jauh meneliti mengenai genotip MBL dalam hubungannya dengan kadar MBL serum BBL serta upaya pencegahan timbulnya sepsis melalui pengelolaan BBL yang baik, pemantauan lanjut terhadap sampel yang memiliki kadar MBL rendah untuk mencegah timbulnya sepsis di kemudian hari, serta peninjauan kembali mengenai penegakan diagnosis SNOD berdasarkan 3 kategori B dalam rangka mencapai manajemen BBL yang lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA Aminullah, A. (2008). Sepsis pada Bayi Baru Lahir. Dalam Buku Ajar Neonatologi. Edisi I. IDAI Jakarta. h Benedetti, F., Auriti, C., D'Urbano, L. (2007). Low Serum Level of MBL are a Risk Factor for Neonatal Sepsis. Diakses 17 April Available from: Dzwonek A.B., Neth, O.W., Thiebaut, R., Gulczynska, E., Chilton, M., Hellwig, T. (2008). The Role of Mannose-Binding Lectin in 378

8 Sepsis neonatorum onset dini, mannose-binding lectin, prediktor ISSN Susceptibility to Infection in Preterm Neonates. International Pediatric Research Foundation, 63(6): Frakking, F.N.J., Brouwer, N., Eijkelenburg, N.K.A. van, Merkus, M.P., Kuijpers, T.W., Offringa, M., and Dolman, K.M. (2007). Low Mannose-binding Lectin (MBL) Levels in Neonates with Pneumonia and Sepsis. British Society for Immunology, Clinical and Experimental Immunology. 150: Gomella, T.L., Cunningham, M.D., Eyal, F.G., Zenk, K.E., (ed.). (2004). Infectious Diseases. Dalam Neonatology: Management, Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. 5 th Edition. McGraw-Hill Companies. h Janeway, C.A., Traver, P., and Walport, M. (2008). Innate Immunity. Dalam Immunobiology: The Immune System in Health and Disease. 7 th Edition. New York: Garland Science. h Kerrigan, A.M. and Brown, G,D. (2009). C-type Lectins and Phagocytosis. Immunology 214(7): Diakses 17 April Available from: Mohamed, W.A.W. and Saeed, M.A. (2011). Mannose-Binding Lectin Serum Levels in Neonatal Sepsis and Septic Shock. DOI: / Diakses 17 Oktober Available from: Oudshoorn, A.M.J., Dungen, F.A.M. van den, Bach, K.P., and Koomen, I. (2008). Mannose-Binding Lectin in Term Newborns and Their Mothers: Genotypic and Phenotypic Relationship. Human Immunology, DOI: /j.humimm Diakses 16 Desember Available from: direct.com Parish CR. (2001). Innate Immune Mechanisms: Nonself Recognition. Diakses 16 Desember Available from: xxmu.edu.cn/reading/innate/17.pdf Salem, S.Y., Sheiner, E., Zmora, E., Vardi, H., Shoham-Vardi, H., and Mazor, M. (2006). Risk Factors for Early Neonatal Sepsis. 274: DOI: /s Diakses 17 Juli Available from: link.com Schlapbach L.J., Mattmann M., Thiel S., Boillat C., Otth M., Nelle M., et al. (2010). Differential Role of the Lectin Pathway of Complement Activation in Susceptibility to Neonatal Sepsis /2010/ DOI: / Vandenbroucke-Grauls, C.M.J.E., Zwet, W.C. van der, Catsburg, A., Elburg, R.M. van, Savelkoul, P.H.M. (2008). Mannose-Binding Lectin (MBL) Genotype In Relation To Risk Of Nosocomial Infection In Pre-Term Neonates In The Neonatal Intensive Care Unit. Diakses 23 Juli Available from: wiley.com. 379

MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI MANNOSE-BINDING LECTIN AS A PREDICTOR EARLY ONSET SEPSIS

MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI MANNOSE-BINDING LECTIN AS A PREDICTOR EARLY ONSET SEPSIS MANNOSE-BINDING LECTIN SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI MANNOSE-BINDING LECTIN AS A PREDICTOR EARLY ONSET SEPSIS Rafika Mansyur, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran,

Lebih terperinci

ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS

ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT SEBAGAI PREDIKTOR SEPSIS NEONATORUM ONSET DINI ABSOLUTE NEUTROPHIL COUNT AS A PREDICTOR OF EARLY ONSET NEONATAL SEPSIS Hijrah Harmansyah, Ema Alasiry, Dasril Daud Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan 79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG Enderia Sari 1), Mardalena 2) 1)2) Enderia Sari,Stikes Muhammadiyah Pelembang, Email : Enderia_sari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum

Neopterin Serum sebagai Prediktor Dini Luaran Perburukan pada Sepsis Neonatorum ARTIKEL PENELITIAN Global Medical and Health Communication (GMHC) Online submission: http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc GMHC. 201;5(3):241 DOI: http://dx.doi.org/.2313/gmhc.v5i3.31 pissn 2301-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 TESIS VALIDITAS DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 JIMMY NIM 0914028203 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Penelitian ini meliputi penentuan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (Positive Predictive Value/PPV), nilai duga negatif (Negative Predictive

Lebih terperinci

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN 34-36 MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes iv ABSTRAK UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI IgM ANTI SALMONELLA METODE IMBI DAN RAPID TEST TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID Gabby Ardani L, 2010.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom respons inflamasi sistemik atau yang lebih dikenal dengan istilah systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons inflamasi tubuh yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : ISSN EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT

JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : ISSN EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT JST Kesehatan, Juli 2014, Vol.4 No.3 : 277 282 ISSN 2252-5416 EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT The Evaluation of Hasanuddin University -Modified Who

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2009 sampai Januari 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GISELA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu observasional, analitik, studi kasus kontrol untuk melihat perbandingan akurasi skor wells dengan skor padua dalam memprediksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN TERJADINYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DANNY INDRAWARMAN J500070078 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis adalah puncak interaksi kompleks mikroorganisme penyebab infeksi dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, 2000).The American College

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA KEJANG PERTAMA DALAM MEMPREDIKSI TIMBULNYA KEJANG BERULANG PADA ANAK IDENTIFICATION OF RISK FACTORS AT FIRST SEIZURE IN PREDICTING RECURRENT SEIZURE IN CHILDREN Yanuar

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti dan memiliki insiden yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin subyek terdiri atas 26 bayi (54,2%) laki-laki dan 22 bayi (45,8%)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana

Lebih terperinci

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang RINGKASAN Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium Development Goals/MDGs

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) Oleh: Risanto Siswosudarmo Departemen Obstetrika dan Ginekologi FK UGM Yogyakarta Pendahuluan. Test diagnostik adalah sebuah cara (alat) untuk menentukan apakah seseorang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Dalam... i Pernyataan Orisinalitas... ii Persetujuan Skripsi... iii Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi... iv Motto dan Dedikasi... v Kata Pengantar... vi Abstract...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara sekelompok orang terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi

BAB I PENDAHULUAN. berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum janin genap berusia 37 minggu penuh. Persalinan preterm dan komplikasi yang mengiringi persalinan preterm menempati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur 56 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dijumpai 52 penderita cedera kepala tertutup derajat sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur penderita adalah 31,1 (SD 12,76)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT

EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO MODIFIKASI UNIVERSITAS HASANUDDIN PADA PENDERITA DIARE AKUT THE EVALUATION OF HASANUDDIN UNIVERSITY - MODIFIED WHO DEHYDRATION SCORE IN ACUTE DIARRHEA PATIENTS Pauzin Mupidah,

Lebih terperinci

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pediatric Risk of mortality (PRISM III) Score as a Predictor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kejadian gagal bernapas secara spontan dan teratur pada bayi baru lahir. Kelainan ini ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis

Lebih terperinci

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014. HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 Oleh : PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang perawatan anak RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- September 2015 dengan jumlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SEKAR AYU KINANTI TISTIA G0013214

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010) BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi jaringan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Dari beberapa jenis patogen tersebut, patogen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP) FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI BARU LAHIR DENGAN PENYAKIT MEMBRAN HIALIN YANG DIBERI CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan

Lebih terperinci

D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK

D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK D DIMER PADA KEGANASAN HEMATOLOGI DI RSUP SANGLAH ABSTRAK Trombosis adalah komplikasi utama dan penyebab utama kedua kematan terbesar dari pemderita keganasan. Studi epidemiologis menunjukkan trombosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. Diikuti prospektif. Perawatan terbuka (Kontrol) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik. B. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini yaitu cohort. Penelitian mulai dari sini Subyek tanpa faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 Astri Maulani, 2007; Pembimbing I: Bambang Hernowo, dr.,sp.a.,m.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh : POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER 2014 Oleh : DASTA SENORITA GINTING 120100251 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Data Data didapatkan dari kuesioner program skrining See & Treat di 4 Puskesmas Jatinegara yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, Bidara Cina dan Rawa Bunga dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis adalah penyakit sistemik disebabkan penyebaran mikroba atau toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti disfungsi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci