ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI REFUSE DERIVED FUEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI REFUSE DERIVED FUEL"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI REFUSE DERIVED FUEL (RDF) (Studi kasus : Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) Kecamatan Citeureup PT Indocement) ANDITA HERLAMBANG DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i

2 ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH REFUSE DERIVED FUEL (RDF) (Studi kasus : Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) Kecamatan Citeureup PT Indocement) ANDITA HERLAMBANG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) di Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup dan PT Indocement adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Andita Herlambang H iii

4 RINGKASAN ANDITA HERLAMBANG. Analisis Kelayakan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) (Studi Kasus : Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup PT Indocement). Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan (telah diambil bagian utamanya dan telah mengalami pengolahan) dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya, serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan pelestarian alam (Hadiwiyoto, 1983). Jumlah penduduk, pola hidup dan keadaan sosial ekonomi masyarakat menjadi faktor utama yang mempengaruhi kadar buangan sampah. Penduduk yang banyak dan memiliki pola hidup yang tidak teratur, akan menimbulkan kadar buangan sampah yang tinggi, selain itu kenaikan kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan berbagai aktivitas dengan konsekuensi bertambahnya volume dan frekuensi membuang sampah. Dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik untuk penanggulangan dampak dari sampah tersebut, sehingga nantinya juga bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi pihak-pihak tertentu. Sampah organik yang dijadikan kompos akan berguna dalam pertanian dengan menjadikannya sebagai pupuk. Sampah anorganik akan dipilah terlebih dahulu sebelum dilakukan pembakaran. Apabila ada sampah yang masih bisa dimanfaatkan atau untuk daur ulang, dapat menghasilkan nilai ekonomi. Botol-botol air mineral bekas, koran dan majalah-majalah bekas, besi bekas dan barang lain yang bisa didaur ulang akan dikumpulkan yang nantinya akan dijual ke tempat pengumpulan barang bekas. Diperlukan analisis kelayakan dari pengelolaan sampah tersebut, agar dapat mengetahui seberapa besar manfaat yang diterima. Diharapkan dengan mengetahui manfaat yang diterima, akan muncul pengelolaan-pengelolaan sampah lain yang bisa mengurangi intensitas penumpukan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis kelayakan proyek pengelolaan sampah jika dilihat dari aspek finansial dan ekonomi dan 2) Menganalisis kepekaan kondisi kelayakan proyek ketika terjadi perubahan pada harga input atau output. Data penelitian didapat dari data sekunder yang dimiliki PT Indocement dan tempat pengelolaan sampah, sedangkan data primer didapat dari wawancara dengan pihak terkait. Data yang didapat diolah menggunakan Microsoft Excel. Melihat hasil dari pengolahan data yang dihasilkan, pengelolaan sampah tersebut layak untuk dilanjutkan dari segi finansial, sedangkan dari sisi ekonomi UPK Kecamatan Citeureup tidak layak untuk dilanjutkan. Dihasilkan Nett Present Value sebesar Rp , Nett Benefit Cost Ratio sebesar 1,994, Internal Rate of Return 30,387 persen, dan Payback Period 4,260 tahun dan pada analisis ekonomi dihasilkan Nett Present Value sebesar Rp , Nett Benefit Cost Ratio sebesar 0,581, dan Internal Rate of Return sebesar 3,720 persen. Tingkat pengembalian investasi pengelolaan sampah tersebut yaitu 4,260 tahun untuk analisis finansial dan untuk analisis ekonomi melebihi umur proyek 10 tahun, yaitu 28,810 tahun. Pengelolaan sampah Kecamatan Citeureup tetap layak untuk dilanjutkan ketika terjadi penurunan harga output sebesar 45,507 persen atau kenaikan harga solar sebesar 90 persen. Berdasarkan penelitian ini, maka iv

5 saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penambahan kapasitas produksi dari UPK Kecamatan Citeureup dan menerapkan iuran kebersihan warga berdasarkan tingkat buangan sampah masyarakat. v

6 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Instalasi Pengelolaan Sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) (Studi kasus : Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Ceiteureup PT Indocement) Nama : Andita Herlambang NRP : H Disetujui Pembimbing Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP : Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : Tanggal Lulus : vi

7 KATA PENGANTAR Segala Puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan (telah diambil bagian utamanya dan telah mengalami pengolahan) dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya, serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan pelestarian alam, untuk itu dibutuhkan pengelolaan sampah yang efektif dalam mengurangi intensitas timbunan sampah. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Bogor, Juni 2012 Penulis vii

8 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Penulis menghaturkan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan secara khusus mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak, ibu, kakak dan adik yang telah memberikan curahan kasih sayang, motivasi dan doa yang tidak pernah putus. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dan mau meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Novindra, SP, M.Si selaku dosen penguji. 4. Ibu Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 6. Pegawai Unit Pengelolaan Kebersihan Kec. Citeureup, PT Indocement, Kecamatan Citeureup dan pihak lain yang telah membantu selama penelitian 7. Dwi Ayu Farosa, atas semua pelajaran hidup dan motivasinya. 8. Teman-teman angkatan 42 Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 9. Adik-adik angkatan 43, 45, 46 yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sampah Penggolongan Sampah Pengelolaan Sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Tinjauan Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Proyek Identifikasi Manfaat dan Biaya Analisis Finansial Kriteria Investasi Analisis Ekonomi Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kelayakan Finansial Analisis Kelayakan Ekonomi V. GAMBARAN UMUM Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Unit Pelayanan Kebersihan Citeureup Lokasi dan Sarana Fisik Struktur Organisasi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ix

10 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah Identifikasi Biaya Identifikasi Manfaat Kelayakan Investasi Pengelolaan Sampah dan Tingkat Pengembalian Investasi Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP...57 x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Biaya Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Switching Value Cash Flow Finansial xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Unit Pelayanan Kebersihan Citeureup xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Biaya Penerimaan Cash Flow Finansial Cash Flow Ekonomi xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Adanya interaksi antara aktivitas ekonomi dan eksistensi sumberdaya alam menimbulkan masalah yang berdampak pada degradasi lingkungan. Aktivitas ekonomi yang dilakukan tanpa memikirkan keseimbangan lingkungan dapat menurunkan atau bahkan merusak kualitas lingkungan dan sumberdaya alam itu sendiri (Slamet, 2007). Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia menjadi salah satu pemicu terjadinya kerusakan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang terkait dengan aktivitas penduduk adalah sampah. Semua manusia melakukan kegiatan konsumsi dalam proses memenuhi kebutuhannya. Kegiatan konsumsi ini akan menghasilkan sisa-sisa bahan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sisa-sisa bahan yang dihasilkan dari proses konsumsi masyarakat tersebut dikenal sebagai limbah domestik. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis 1. Aktivitas manusia akan menghasilkan sisa-sisa buangan. Sisa-sisa buangan yang dianggap tidak memiliki nilai guna akan dibuang dan menjadi sampah. Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas industri, rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar dan sebagainya. Hampir semua produk industri 1 (diakses September 2008)

15 akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang sama dengan jumlah konsumsi. Jumlah penduduk dan pola hidup menjadi faktor utama yang mempengaruhi kadar buangan sampah. Penduduk yang banyak dan memiliki pola hidup yang tidak teratur, akan menimbulkan kadar buangan sampah yang tinggi. Faktor selanjutnya adalah keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang semakin banyak sampah yang akan dibuang. Kenaikan kesejahteraan ini akan meningkatkan berbagai aktivitas dengan konsekuensi bertambahnya volume dan frekuensi membuang sampah. Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini juga menambah jumlah pasokan sampah karena pemakaian bahan baku dalam industri semakin beragam. Gaya hidup masyarakat juga mempengaruhi kadar buangan sampah. Perubahan gaya hidup masyarakat yang konsumtif meningkatkan kadar buangan sampah. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengelolaan dan memperhatikan sampah yang dibuang makin memperparah kondisi timbunan sampah. Perubahan gaya hidup yang diiringi ketidakpeduliannya masyarakat terhadap sampah semakin membuat jumlah buangan sampah meningkat 2. Meningkatnya sampah perkotaan telah menimbulkan berbagai permasalahan, yaitu lingkungan, kesehatan, sosial dan ekonomi. Sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat mencemari lingkungan, bukan hanya pemandangan yang kumuh atau bau busuk yang ditimbulkannya tetapi juga ancaman terhadap berubahnya ekosistem perairan biologis yang ditimbulkan dari rembesan cairan sampah yang masuk ke sistem drainase atau sungai yang 2 (diakses September 2008)

16 mengakibatkan pencemaran air. Berbagai organisme termasuk ikan akan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap (Hadiwiyoto, 1983). Sampah memiliki berbagai macam jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami, sehingga perlu dibantu oleh manusia dalam pemusnahannya. Sampah berbahaya merupakan sampah yang tergolong anorganik, tetapi keberadaannya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan 3. Dibutuhkan penanganan khusus untuk mengurangi pasokan maupun dampak dari sampah berbahaya tersebut. Tempat pengelolaan yang jauh dari pemukiman penduduk dan terpencil akan memperkecil dampak dari sampah berbahaya tersebut. Ketiga jenis sampah tersebut memerlukan pengelolaan lebih lanjut agar nantinya dapat menghasilkan nilai ekonomi atau dapat dimanfaatkan lagi untuk keperluan lain. Pengelolaan sampah bisa melalui cara pengumpulan, pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, pembakaran, atau Sanitary Landfill (Hadiwiyoto, 1983). Pengelolaan sampah yang tidak baik akan mengakibatkan pencemaran tanah, air dan udara, selain itu juga menjadi tempat berkembang biak bagi serangga, tikus, dan kuman-kuman penyakit yang membahayakan kesehatan. Pengelolaan sampah yang kurang baik juga akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk, sehingga menimbulkan kesan kumuh. Dampak lain yang ditimbulkan dari sampah yang penanganannya kurang adalah rendahnya 3 (diakses September 2008)

17 tingkat kesehatan masyarakat yang menyebabkan meningkatnya biaya pengobatan dan turunnya kinerja masyarakat (produktivitas menurun), selain itu sampah padat yang dibuang ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak negatif bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan dan drainase 4. Dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik untuk penanggulangan dampak dari sampah tersebut, sehingga nantinya bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi pihak-pihak tertentu. Sampah organik yang dijadikan kompos akan berguna dalam pertanian dengan menjadikannya sebagai pupuk. Sampah anorganik akan dipilah terlebih dahulu sebelum dilakukan pembakaran. Apabila ada sampah yang masih bisa dimanfaatkan atau untuk daur ulang maka akan diolah untuk menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Botol-botol air mineral bekas, koran dan majalah-majalah bekas, besi bekas dan barang lain yang bisa didaur ulang akan dikumpulkan yang nantinya akan dijual ke tempat pengumpulan barang bekas. Di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor, dilakukan kerjasama dalam pengelolaan sampah dengan PT. Indocement. Sampah yang dihasilkan dari pemukiman penduduk sekitar diolah dengan dikeringkan kemudian digiling sehingga menghasilkan sampah kering, yang pada akhirnya sampah kering tersebut akan digunakan oleh PT. Indocement sebagai bahan bakar dalam proses produksinya. Adanya proses pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kecamatan Citeureup dengan PT Indocement dapat dilihat bahwa sampah yang tidak berguna dapat diubah menjadi bahan yang berguna. 4 (diakses September 2008)

18 1.2 Perumusan Masalah Sampah yang dihasilkan dari segala macam aktivitas manusia kurang mendapatkan perhatian. Orang-orang beranggapan bahwa sampah yang mereka buang sudah tidak berguna lagi. Anggapan tersebut membuat sampah tidak mendapatkan pengelolaan yang baik dan hanya mengandalkan pihak terkait dalam pengelolaannya. Di Kecamatan Citeureup, sampah yang dibuang warga menumpuk di pinggir jalan. Tempat sampah yang tersedia tidak mampu menampung sampah yang dibuang masyarakat, kemudian kurang teraturnya jadwal pengambilan sampah mengakibatkan sampah makin menumpuk dan membuat lingkungan yang kumuh. Masing-masing rumah tangga memiliki tingkat buangan sampah yang berbeda. Tingkat pendapatan dan pola hidup menjadi variabel yang menentukan perbedaan tingkat buangan dari masing-masing rumah tangga, selain itu dipengaruhi juga dari tingkat kepedulian masyarakat (Slamet, 2007). Pendapatan yang tinggi membuat tingkat konsumsi meningkat, dengan begitu sampah yang dihasilkan dari aktivitas konsumsi juga meningkat. Masyarakat yang memiliki pola hidup yang buruk dan tidak teratur akan membiarkan sampah yang tidak terolah dan menyerahkan pengelolaannya kepada Dinas Kebersihan, yang mana Dinas Kebersihan pun tidak mampu mengelola sampah yang semakin banyak dan jadwal pengambilan sampah pun menjadi tidak teratur. Ketidakmampuan Dinas Kebersihan dalam mengelola sampah yang semakin banyak mendorong PT Indocement dan pemerintah Kecamatan Citeureup bekerja sama membangun instalasi pengelolaan sampah yang disebut Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup. Penambahan tempat sampah

19 dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk. Namun, penambahan tempat sampah tersebut tidak diiringi dengan kepedulian masyarakat. Masyarakat hanya membuang sampah begitu saja dan menyerahkan pengelolaan kepada pihak Unit Pelayanan Kebersihan Kecamatan Citeureup tanpa ada kontribusi terhadap sampah yang mereka buang. Ada nilai ekonomi yang dihasilkan dari sampah ketika dilakukan pengelolaan yang baik dari sampah. Sampah yang menumpuk dikumpulkan dan diolah menjadi bahan bakar yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi PT. Indocement. Unit Pelayanan Kebersihan yang dibangun masih belum bisa mengurangi jumlah sampah yang ada di Kecamatan Citeureup. Setiap harinya Unit Pelayanan Kebersihan tersebut hanya mampu mengolah 10 ton sampah yang akan menghasilkan 4 ton sampah kering yang siap untuk digunakan untuk proses pembakaran PT Indocement, sedangkan setiap harinya sampah di Kecamatan Citeureup mencapai 15 sampai 20 ton yang sebagian besar berasal dari sampah pasar dan sampah rumah tangga. Kurangnya Unit Pelayanan Kebersihan untuk pengelolaan sampah tersebut mendorong PT Indocement untuk menambah Unit Pelayanan Kebersihan di daerah Gunung Putri dan Klapanunggal. Penambahan unit ini dalam rangka pengalihan bahan bakar pada proses produksi dari penggunaan batu bara ke energi alternatif lain. Saat ini, PT Indocement mentargetkan 95 persen dari pemakaian batubara per hari, dan sisanya menggunakan energi lain dalam proses pembakaran. Oleh karena itu, setidaknya dibutuhkan 150 ton dari energi lain yang bisa didapat dari produk akhir Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) 5. 5 UPK Kecamatan Citeureup

20 Dari perumusan masalah di atas, maka menimbulkan pertanyaan penelitian yang perlu dijawab, yakni : 1. Bagaimana kelayakan proyek pengelolaan sampah tersebut baik dari aspek finansial maupun ekonomi? 2. Bagaimana kondisi kelayakan investasi proyek tersebut ketika terjadi perubahan pada harga input dan output? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai : 1. Menganalisis kelayakan proyek sampah tersebut dilihat dari aspek finansial dan ekonomi. 2. Menganalisis kondisi kelayakan proyek ketika terjadi perubahan pada harga input atau output. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Masyarakat, sebagai informasi bahwa jika sampah diolah selain mengurangi masalah pencemaran lingkungan juga akan memberikan manfaat ekonomi. 2. Akademisi, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan. 3. Instansi, sebagai sumber informasi bagi instansi khususnya PT Indocement dalam membuat kebijakan yang memungkinkan pendayagunaan potensi sampah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor yang mengambil tempat di sebuah instalasi pengelolaan sampah yang dinamakan Unit

21 Pelayanan Kebersihan (UPK) Kecamatan Citeureup, dimana UPK tersebut merupakan hasil kerja sama antara PT Indocement dan pemerintah Kecamatan Citeureup. Penelitian ini menganalisis kelayakan UPK Kecamatan Citeureup dari segi finansial dan ekonomi. Analisis kelayakan finansial didapat dari penghitungan NPV, IRR, Nett B/C, Payback Periode, sedangkan untuk aspek non-finansial seperti aspek teknis, aspek sosial, institusi-organisasi-manjerial, aspek komersial tidak dilakukan penelitian secara mendalam. Pada analisis kelayakan ekonomi juga menghitung NPV, IRR, Nett B/C dan Payback Period, namun ada sedikit pembeda dari analisis finansial, yaitu subsidi dan pajak. Harga sampah dan akibat penggunaan dari produk UPK ini tidak dilakukan penghitungan.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU No.18 tahun 2008). Sementara itu, menurut Hadiwiyoto (1983) sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan (telah diambil bagian utamanya dan telah mengalami pengolahan) dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya, serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan pelestarian alam. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya. Dari segi sosial ekonomi, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada gunanya. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencernaan dan gangguan pada kelestarian lingkungan (Hariono, 2007). 2.2 Penggolongan Sampah Sampah memiliki penggolongan yang berbeda berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Secara garis besar sampah dibedakan menjadi dua jenis (Suprihatin et al., 1999). 1. Sampah organik Sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Macam-macam sampah

23 yang tergolong organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. 2. Sampah anorganik Sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan alumunium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedangkan sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian. Berdasarkan asalnya, kertas, koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain, maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik. Sampah yang dikelola menurut UU No. 8 Tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya. Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

24 2.3 Pengelolaan Sampah Menurut UU No.8 tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Suatu pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit, sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa pengolahan adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari sampah dan keterkaitannya dengan lingkungan. Pengolahan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah, atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat. Dari jenis-jenis sampah yang ada, dibutuhkan pengelolaan tersendiri dari masing-masing jenis sampah tersebut. Menurut Hadiwiyoto (1983), di Indonesia dikenal tiga teknologi pengolahan sampah, yaitu : 1. Pengomposan (Composting) Pengomposan adalah proses fermentasi sampah organik secara aerobik yang paling menunjang dalam menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik karena sampah jenis ini mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikrobamikroba. Menurut Program Subsidi Kompos yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, bahan baku kompos yang boleh dikomposkan adalah sampah perkotaan seperti sampah pasar, sampah permukiman, dan sampah pertamanan.

25 Selain itu bahan baku yang boleh dikomposkan adalah limbah padat dari rumah pemotongan hewan. 2. Pembakaran Sampah (Incineration) Pembakaran sampah dengan menggunakan incinerator adalah salah satu cara pengolahan sampah baik padat maupun cair. Tujuan utama pembakaran sampah adalah mereduksi buangan padat. Kelebihan incinerator adalah dapat mencegah pencemaran udara, hal tersebut didapat dengan syarat incinerator harus memiliki alat pengendali polusi udara. 3. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Sanitary Landfill) Teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah padat suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Penimbunan sampah yang sesuai dengan persyaratan teknis akan membuat stabilitas lapisan tanah lebih cepat dicapai. 2.4 Refuse Derived Fuel (RDF) Refuse Derived Fuel (RDF) merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari daur ulang sampah yang menghasilkan energi panas yang tinggi. Istilah lain untuk bahan bakar dari sampah padat kota seperti bahan bakar daur ulang (Recovered Fuel), bahan bakar dari pembungkus (Packaging Derived Fuel), bahan bakar dari potongan kertas dan plastik (Paper and Plastic Fraction), dan bahan bakar dari proses mesin (Process Engineered Feul) (Gendebien et al, 2003). Pemanfaatan sampah kota menjadi RDF bisa menjadi solusi yang menjanjikan untuk menyelesaikan masalah sampah. RDF dapat digunakan dalam penunjang bahan bakar dalam klin semen atau pembakaran di boiler berbahan bakar batu bara. Menurut Gendebien et al (2003), proses pembuatan RDF dari

26 sampah kota pada umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu pemisahan langsung di sumbernya, pemisahan sampah sesuai jenisnya dengan menggunakan mesin, pemotongan sesuai dengan ukuran yang diinginkan (pemotongan kecil, bilah, dan gilingan) pemisahan kembali (screening), pencampuran dengan bahan-bahan tambahan lain (blending), pengeringan, pembungkusan, dan penyimpanan Menurut Prihandana dan Hendroko (2007) menyatakan bahwa salah satu cara mengelola sampah untuk memproduksi listrik melalui pembakaran langsung (direct combustion). Energi yang dihasilkan berbentuk energi listrik, energi gas, energi panas, dan energi dingin yang banyak dibutuhkan industri. Di dalam proses pembakaran langsung, sampah dibakar untuk menghasilkan energi panas secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Kelebihan pembakaran langsung adalah mencegah pencemaran udara dengan syarat proses pembakaran ini harus beroperasi secara berkesinambungan selama enam atau tujuh hari selama seminggu dengan kondisi temperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat efisiensi serta mencegah terjadinya pencemaran udara dan bau. Keuntungan penggunaan sampah untuk energi yaitu solusi pemecahan masalah pembuangan sampah, dan menghemat investasi dalam pemakaian luas lahan TPA serta solusi krisis energi yang dialami oleh Indonesia. Pengolahan sampah menjadi RDF di UPK Kecamatan Citeureup dilakukan dengan proses yang sederhana. Sampah yang masuk awalnya disortir untuk memisahkan sampah organik dan sampah anorganik. Sampah yang digunakan dalam proses pengolahan hanya sampah anorganik yang kemudian masuk ke proses pemotongan. Proses pemotongan dilakukan untuk memperkecil dimensi

27 sampah sehingga sampah yang besar bisa ikut terolah. Sampah yang telah menjadi potongan kecil-kecil masuk ke dalam mesin press, dan setelah sampah menjadi padat, sampah tersebut masuk ke dalam proses packing. Hasil akhir pengolahan sampah ini yang dikenal sebagai Refuse Derived Fuel (RDF) 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Sukiaki (2004) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Pilot Plant Biogas dengan Kompos sebagai Produk Sampingan di TPA Pasir Impun. Tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari kelayakan finansial usaha pengembangan Pilot Plant Biogas dengan kompos sebagai produk sampingan. Hasil analisis kelayakan usaha Pilot Plant Biogas dengan skala kg, dengan tingkat diskonto 10 persen nilai NPV positif sebesar Rp atau lebih besar dari nol, nilai Net B/C adalah sebesar 1,3 atau lebih dari satu. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 14 persen atau lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan. Nilai Payback Period adalah 10 tahun 10 bulan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial maka usaha Pilot Plants Biogas di TPA Pasir Impun, Bandung layak untuk dilaksanakan. Gumelar (2002) meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Proyek Pengelolaan Sampah Kota dengan Pendekatan Nir Limbah (Zero Waste) di kelurahan Petamburan Jakarta Pusat. Berdasarkan hasil perhitungan pada tahun ke nol manfaat bersih setelah pajak pada proyek pengolahan sampah tersebut bernilai negatif yaitu sebesar Rp 529,5 juta. Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai NPV sebesar Rp 72.3 juta yang berarti bahwa nilai pendapatan yang diperoleh dengan memperhitungkan nilai waktu uang selama delapan tahun adalah sebesar 72,3 juta, dimana kegiatan produksi belum berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa

28 investasi pada proyek pengelolaan sampah tersebut layak diusahakan karena nilai NPV yang terjadi lebih besar dari nol. Dilihat dari nilai NBCR maka proyek dinyatakan layak, karena NBCR didapat sebesar 1,14 dimana nilai tersebut lebih besar dari satu. Berdasarkan hasil analisis diatas maka disimpulkan bahwa proyek pengolahan sampah kota dengan pendekatan nir limbah ini tetap layak diusahakan pada peningkatan kapasitas produksi batako dan serpihan plastik secara optimal. Namun pada kombinasi antara penjualan sebesar 26,3 persen dan kenaikan upah tenaga kerja sebesar 28,6 persen proyek ini sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Kaitan penelitian di atas dengan penelitian ini memiliki kesamaan dalam permasalahan yang dikaji. Kesamaan dalam menganalisis kelayakan proyek dengan melihat dari aspek kelayakan finansial. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas terdapat pada produk hasil proyek, dimana penelitian terdahulu membahas mengenai biogas, sedangkan pada penelitian ini membahas tentang sampah yang diolah menjadi RDF.

29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan pengelolaan yang baik dalam penanggulangan sampah tersebut. Salah satunya dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat meningkatkan nilai dan manfaat dari sampah tersebut. Adanya analisis proyek diperlukan agar proyek pengelolaan sampah tersebut bisa terus berlanjut. Tujuannya dilakukan analisis proyek : 1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi di dalam proyek, 2. Menghindari pemborosan sumber daya dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat dipilih aternatif proyek yang paling menguntungkan, 4. Menentukan prioritas investasi (Gray et al, 1992) Pengertian Proyek Proyek menurut Gray, et al (1992) didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat berupa penambahan kesempatan kerja atau perbaikan suatu sistem, sedangkan menurut Gittinger (1986), proyek pertanian adalah suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Alasan dilakukan analisis terhadap proyek pada dasarnya adalah untuk mencoba menentukan atau menilai manfaat yang diperoleh akibat dari

30 pengeluaran biaya dari adanya proyek dan membandingkannya dengan situasi tanpa proyek. Dari analisa suatu proyek juga dapat diketahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungannya. Tujuan analisis proyek menurut Gray, et al (1993) adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas proyek Identifikasi Manfaat dan Biaya Dalam menentukan manfaat dan biaya suatu program/proyek harus dilihat secara luas pada manfaat dan biaya sosial dan tidak hanya pada individu saja. Manfaat dan biaya dapat dikelompokkan dengan berbagai cara karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (Mangkoesoebroto, 1998), salah satunya yaitu membagi manfaat dan biaya suatu proyek secara riil dan semu. Manfaat dan biaya riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat atau biaya bagi pihak lain, sedangkan manfaat dan biaya semu adalah yang hanya diterima oleh kelompok tertentu, tetapi kelompok lainnya mendapat keuntungan atau kerugian karena proyek tersebut. 1. Biaya Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membantu tujuan (Gittinger, 1986). Dalam suatu analisis finansial, biaya yang umumnya digunakan adalah biaya

31 langsung yaitu biaya operasional, biaya investasi, dan biaya lainnya. Manfaat lebih berupa nilai produksi total, pinjaman, nilai sisa, dan pendapatan lainnya. Secara umum menurut Gittinger (1986), analisis biaya manfaat merupakan suatu analisis yang ditujukan untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diterima pada suatu kegiatan ekonomi. Analisis ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan mengenai pengalokasian sumber daya yang langka. Pentingnya mengukur biaya secara akurat sering diabaikan dalam analisis manfaat dan biaya. Hasil dari suatu analisis menjadi kurang baik akibat memperkirakan biaya yang terlalu besar atau memperkirakan manfaat yang terlalu rendah. Negara-negara berkembang yang masih mengutamakan pertumbuhan ekonomi lebih cenderung melihat manfaat suatu proyek atau program terhadap pertumbuhan dan mendistribusikan biaya yang muncul ke setiap kelompok masyarakat. Negara-negara maju, khususnya program yang berhubungan dengan lingkungan hidup, sering lebih memperhatikan biaya sehingga analisis dimaksudkan untuk landasan memperkirakan biaya secara akurat. 2. Manfaat Pada dasarnya analisis biaya-manfaat merupakan suatu cara untuk menghitung manfaat-manfaat yang akan diperlukan dan kerugian-kerugian yang harus ditanggung akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam analisis biaya manfaat juga dilakukan perhitungan terhadap biaya dan manfaat yang akan diterima oleh masyarakat dan individu. Analisis biaya manfaat yang ditujukan untuk melihat di suatu proyek dari sudut pandang kelembagaan atau badan-badan

32 yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek tersebut dilakukan analisis finansial. Menurut Gittinger (1986), manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya. Menurut Kadariah, et al, (1999), manfaat dan biaya dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Manfaat langsung yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik dan penurunan biaya. Manfaat langsung berhubungan dengan tujuan utama dari proyek. Manfaat langsung timbul karena meningkatnya hasil atau produktivitas karena adanya proyek. 2. Manfaat tidak langsung yang disebabkan oleh adanya proyek tersebut biasanya dirasakan oleh orang tertentu serta masyarakat berupa adanya efek ganda, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja. 3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan kualitas lingkungan hidup Analisis Finansial Analisis finansisal dilakukan dengan tujuan untuk melihat suatu hasil kegiatan investasi. Analisis finansial merupakan analisis manfaat biaya yang berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya. Analisis finansial didasarkan pada suatu keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan yang sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat

33 segera melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan analisis cash flow (Gittinger, 1986). Cash flow analysis dilakukan setelah komponen-komponen ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penghasilan atau manfaat Kriteria Investasi 1. Nett Present Value (NPV) NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun internal cash flow) dimasa yang akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaatnya lebih besar dari pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih suatu proyek merupakan seluruh nilai dari manfaat proyek yang dikurangkan dengan biaya proyek pada tahun yang bersangkutan dan didiskontokan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Rumus perhitungannya adalah (Gittinger, 1986) : NPV = T t= Mt Bt t 0 (1 + i) dengan : NPV : nilai bersih sekarang i t t M t : tingkat diskonto : umur proyek : tahun = 0, 1, 2,..., T : Manfaat pada tahun t

34 B t : Biaya pada tahun t Berdasarkan metode ini, proyek yang mempunyai NPV tertinggi adalah proyek yang mendapat prioritas untuk dilaksanakan. Pemilihan proyek tergantung dari tingkat diskonto yang dipilih. Pemilihan tingkat diskonto haruslah mencerminkan biaya oportunitas pengunaan dana. Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV adalah sebagai berikut : i) NPV > 0, artinya proyek tersebut layak untuk dilaksanakan secara finansial karena manfaat yang didapat lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. ii) NPV = 0, artinya proyek tersebut bisa dilaksanakan, tetapi manfaat yang diterima hanya sanggup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. iii) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang didapat tidak bisa menutupi biaya yang telah dikeluarkan 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek (Kadariah et al, 1999). Proyek dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang dianggap relevan dan dinyatakan tidak layak jika lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan. Dengan metode ini tingkat diskonto dicari sehingga menghasilkan nilai sekarang suatu proyek sama dengan nol. Rumus yang digunakan adalah (Gittinger, 1986) : IRR = NPVP ip + ( in ip) NPVP NPVN dengan : ip in : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif : tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif

35 NPVP : nilai bersih sekarang dari ip NPVN : nilai bersih sekarang dari in Proyek yang mempunyai nilai IRR yang lebih tinggi yang mendapat prioritas, walaupun demikian, pertimbangan untuk melaksanakan proyek tidak cukup hanya dengan IRR-nya saja, tetapi secara umum tingkat pengembaliannya (rate of return) harus lebih besar dari biaya oportunitas penggunaan dana. Jadi suatu proyek akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian (IRR) dan tingkat diskonto (i). Tingkat diskonto disebut juga sebagai external rate of return, merupakan biaya pinjaman modal yang harus diperhitungkan dengan tingkat pengembalian investasi. Investor akan melaksanakan semua proyek yang mempunyai IRR i dan tidak melaksanakan investasi pada proyek yang mempunyai IRR < i. 3. Nett Benefit Cost Ratio (NBCR) Nett B/C merupakan angka perbandingan anatara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif, artinya perhitungan ini berguna untuk mengetahui nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Proyek dikatakan layak jika Nett B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika lebih kecil dari satu. Jika Nett B/C sama dengan satu maka keputusan diserahkan kepada pihak manajemen. N B/C = n t= o n Bt Ct t (1 + i) Bt Ct t t= 0 (1 + i) ; dimana Bt Ct > Bt Ct > 0 0 dengan : Bt : manfaat yang diperoleh pada tahun t

36 Ct t I : biaya yang dikeluarkan pada tahun t : umur proyek : tingkat diskonto Proyek yang akan dijalankan adalah proyek yang memiliki nilai Nett B/C lebih dari satu, sedangkan yang memiliki nilai kurang dari satu tidak akan dijalankan (Gittinger, 1986). 4. Payback Period Payback period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar manfaat yang diterima sama besarnya dengan investasi yang dikeluarkan (Zubir, 2005). Kriteria investasi ini mengukur jangka waktu pengembalian biaya investasi maupun manfaat bersih negatif, melalui pendapatan bersih yang diperoleh. Terkait dengan hal ini, semakin singkat payback period suatu investasi menunjukan investasi tersebut lebih diprioritaskan oleh investor dan semakin baik untuk dilakasanakan Analisis Ekonomi Analisis ekonomi memiliki kesamaan dengan analisis finansial dalam perhitungan NPV, Nett B/C serta IRR, namun ada beberapa unsur yang berbeda dalam penilaiannya, yaitu pembayaran transfer dalam analisis ekonomi terkait atas pajak dan subsidi. a. Pajak Dalam analisis ekonomi, pajak tidak dikurangi dalam perhitungan benefit dari proyek tersesbut. Pajak adalah bagian dari hasil bersih proyek yang diserahkan kepada pemerintah untuk digunakan bagi masyarakat sebagai keseluruhan, oleh karena itu pajak tidak dianggap biaya.

37 b. Subsidi Subsidi sesungguhnya adalah suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek sehingga dalam analisis ekonomi harga pasar harus disesuaikan untuk menghilangkan efek dari subsidi. Jika subsidi menurunkan harga barang input, maka besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga barang input tersebut sehingga masuk ke dalam biaya Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Suatu proyek pada dasarnya menghadapai ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis nilai pengganti digunakan untuk melihat perubahan input maupun output sampai batas dimana proyek tersebut masih layak untuk dilanjutkan. Menurut Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu. Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubahubah akibat empat masalah utama, yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986). Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu : 1. Penurunan harga output 2. Kenaikan biaya investasi 3. Kenaikan biaya total 4. Kenaikan biaya operasional

38 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Masalah sampah telah menjadi masalah yang serius di Kecamatan Citeureup. Sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar dan industri tidak mampu dikelola dengan baik, sehingga menumpuk di beberapa tempat pembuangan sementara. Timbunan sampah yang tidak diiringi dengan jadwal pengambilan yang pasti menimbulkan pemandangan yang kurang sedap bagi penduduk sekitar. Adanya masalah tersebut membuat Kecamatan Citeureup bekerja sama dengan PT Indocement membangun sebuah pengelolaan sampah yang nantinya hasil dari pengelolaan sampah tersebut digunakan untuk bahan bakar dalam produksi PT Indocement. Pembangunan instalasi pengelolaan sampah tersebut masih kurang mencukupi jika dibandingkan dengan pasokan sampah yang ada. Dibutuhkan setidaknya dua sampai tiga unit instalasi pengelolaan sampah untuk dapat mengelola sampah yang dihasilkan di Kecamatan Citeureup. Pembangunan instalasi pengelolaan sampah membutuhkan evaluasi dari instalasi pengelolaan sampah yang telah ada sebelumnya. Evaluasi dari instalasi pengelolaan sampah tersebut bisa terlihat melalui analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial dan ekonomi dicari menggunakan analisis NPV, IRR, Nett B/C, dan payback period. Selain itu dibutuhkan juga analisis nilai pengganti untuk melihat kepekaan proyek tersebut terhadap perubahan harga baik input maupun output. Analisis Net Present Value (NPV) digunakan untuk melihat pendapatan bersih yang diterima, menguntungkan atau tidak. Analisis IRR digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari investasi yang telah dikeluarkan. Semakin besar nilai IRR, maka proyek tersebut semakin layak untuk

39 dilanjutkan. Analisis Nett B/C digunakan untuk melihat perbandingan manfaat dan biaya bersih dari proyek. Semakin besar nilai Nett B/C maka proyek tersebut semakin menguntungkan, karena manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Analisis payback period digunakan untuk melihat waktu pengembalian investasi. Semakin kecil pacyback period proyek tersebut makin bagus, karena tingkat pengembalian dari investasi yang telah ditanamkan semakin cepat. Analisis kelayakan ini dibuat agar nantinya diharapkan ada pihak yang mau bekerja sama dengan Kecamatan Citeureup untuk membangun instalasi pengelolaan sampah lain, sehingga pasokan sampah di Kecamatan Citeureup bisa terus dikendalikan. Selain itu, analisis kelayakan proyek ini juga bisa digunakan sebagai bahan evaluasi apabila ada kekurangan pada instalasi pengelolaan sampah yang telah dibuat.

40 Sampah Kecamatan Citeureup Instalasi Pengelolaan Sampah Analisis Biaya Manfaat Analisis Finansial dan Ekonomi NPV IRR Nett B/C Payback Period Analisis Nilai Pengganti Perubahan harga input Perubahan harga output Layak / Tidak Layak Rekomendasi masukan dalam strategi pengelolaan sampah

41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Puspanegara, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa lokasi pengelolaan sampah ini hanya satu-satunya di Kecamatan Citeureup dan penelitian ini akan dijadikan acuan oleh PT Indocement dan Kecamatan Citeureup untuk membangun instalasi pengelolaan sampah lainnya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai Februari Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pimpinan tempat pengelolaan sampah dan pimpinan Safety Security and Community Departement (SSCD) PT. Indocement, selain itu data primer juga didapatkan dari observasi langsung di tempat penelitian, sedangkan data sekunder didapat dari laporan keuangan dari tempat pengelolaan sampah dan PT. Indocement. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan pengolahan sampah menjadi RDF, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pembuatan proyek pengelolaan sampah tersebut. D yang didapat dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam arus biaya dan manfaat, kemudian disusun dengan Microsoft Excel sehingga terbentuk arus dana yang dibutuhkan untuk analisis finansial dan ekonomi.

42 Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam menganalisis data pembuatan cash flow diantaranya : 1. Analisis finansial yang dilakukan hanya melihat pada criteria kelayakan yang terdiri dari Nett Present Value, Internal Rate of Return, Nett Benefit Cost Ratio dan Payback Period, tanpa meneliti secara mendalam pada aspek-aspek nonfinansial (aspek teknis, aspek sosial, institusi-organisasi-manjerial, aspek komersial). 2. Perhitungan pada analisis ekonomi hanya sebatas pada subsidi dan pajak. Perhitungan ekonomi mengenai harga sampah dan akibat penggunaan RDF tidak dilakukan. 3. Discount factor menggunakan suku bunga kredit, yaitu sebesar 12 persen, walaupun pada proyek ini tidak menggunakan dana pinjaman, tapi penggunaan suku bunga kredit ini akan lebih kompetitif dibandingkan menggunakan suku bunga deposito. 4. UPK memiliki kapasitas produksi 60 ton setiap bulannya. Pada tahun pertama dan kedua produksi hanya 50 dan 75 persen dari kapasitas produksi. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja masih membutuhkan adaptasi dalam mengelola sampah agar mencapai kapasitas produksi maksimal. 5. Cash flow finansial dan ekonomi hanya dibedakan pada aspek subsidi, pajak dan bunga. 6. Umur proyek 10 tahun, karena pinjaman tanah yang diberikan oleh Kecamatan Citeureup hanya memiliki jangka waktu 10 tahun. Tanah dijadikan patokan umur proyek karena tanah merupakan aset yang memiliki umur ekonomis paling panjang dibanding aset yang lain.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, jumlah penduduk Indonesia berkembang pesat. Kondisi perkembangan ini akan memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah dampak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penduduk kota Pekanbaru mencapai sekitar satu juta jiwa. Terkait juga pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat di kota Pekanbaru telah menghasilkan sampah

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah

AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI. Antung Deddy Radiansyah AN JUDUL ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA PENGOMPOSAN BERSUBSIDI Antung Deddy Radiansyah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii RINGKASAN H. Antung Deddy R. Analisis Keberlanjutan Usaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci