BAB I PENDAHULUAN. Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan atau memberi. Pattidana adalah berdana dengan cara pelimpahan jasa. Pattidana juga diartikan sebagai memberikan inspirasi kebajikan/kebahagiaan bagi makhluk lain. Pattidana sering diterjemahkan sebagai Pelimpahan Jasa, walaupun pada kenyataan tidak ada sesuatu yang dilimpahkan. Tradisi Pattidana merupakan proses mengkondisikan dan menginspirasi pikiran leluhur atau orang tua yang telah meninggal untuk berbuat baik dengan ikut berbahagia atas jasa kebajikan yang telah diperbuat oleh orang lain, dalam hal ini keluarga (Widiyanto, 2011: 28-29). Setelah melakukan jasa atau perbuatan baik, maka seseorang bersama sanak keluarga biasanya menyatakan bahwa perbuatan baik ini dilakukan atas nama leluhur yang telah meninggal agar mereka turut berbahagia. Harapannya adalah para leluhur mengetahui perbuatan baik yang telah dilakukan dan tumbuh dalam pikirannya ikut berbahagia dalam batin sehingga dapat terlahir kembali di alam bahagia. Pattidana dalam tradisi agama Buddha dapat disebut sebagai pelimpahan jasa yang diperuntukkan untuk para leluhur atau sanak keluarga yang telah meninggal. Melalui pattidana lehuhur atau orang tua yang telah meninggal diharapkan ikut berbahagia atas perbuatan yang baik yang dilakukan keluarga sehingga terkondisi terlahir di alam bahagia. 1

2 digilib.uns.ac.id 2 Pelimpahan jasa dapat dilakukan tanpa harus melakukan ritual-ritual tertentu terkait waktu dan tempat. Poin pentingnya adalah bahwa sebelum melakukan pelimpahan harus ada perbuatan baik yang dilakukan. Pelaku mengarahkan pikirannya kepada orang yang telah meninggal dan mengajak agar keluarga yang telah meninggal ikut berbahagia atas perbuatan baik yang telah dilakukan. Pelimpahan jasa ini selain dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan upacara ritual keagamaan, juga dapat dilakukan setiap hari. Pelimpahan jasa setiap hari dapat dilakukan pada malam hari sebelum beristirahat. Misalnya melakukan suatu kebajikan dengan cara membaca paritta doa dan bermeditasi. Renungan doa selama melakukan meditasi antara lain adalah, Semoga dengan kebajikan yang telah dilakukan sampai saat ini akan memberikan kebahagiaan untuk para leluhur di kehidupan yang sekarang. Semoga leluhur bahagia. Semua semua mahluk bahagia (Uttamo, 2005: 38). Bhakti adalah wujud sikap hormat dan patuh. Bhakti dalam Bahasa Pali berarti kesetiaan atau dalam bahasa ingrisnya devotion/faithful (Panjika, 2004: 341). Penelitian ini berfokus terhadap bhakti anak terhadap orang tua dan leluhur. Sikap hormat dan patuh terhadap orang tua dapat diwujudkan dalam berbagai tindakan. Menuruti nasehat orang tua dan menjalankan perintah orang tuanya merupakan sedikit contoh dalam mewujudkan sikap bhakti terhadap orang tua. Apabila orang tua telah meninggal, anak juga masih dapat menunjukkan sikap bhaktinya dengan cara memberi doa agar orang tuanya dapat terlahir di alam yang berbahagia. Rasa bhakti terhadap orang tua telah menjadi kewajiban bagi anak, tetapi pada prakteknya anak-anak sering lupa dengan budi yang dan bimbingan yang

3 digilib.uns.ac.id 3 diberikan oleh orang tua. Anak-anak justru sering melupakan segala budi luhur yang telah diberikan oleh orang tua. Orang tua merupakan sosok yang sangat penting dalam kehidupan setiap anak. Setiap orang tua selalu bersyukur jika mereka dikarunia seorang anak. Orang tua bersyukur karena mereka mampu meneruskan garis keturunan keluarga serta memiliki generasi yang diharapkan menjadi lebih baik. Anak yang baik selalu bersyukur karena orang tuanya telah memberikan cinta kasih dan perhatian yang penuh kepada mereka. Mereka hendaknya selalu bersyukur karena dengan kasih sayang serta perhatiannya, mereka menjadi anak yang tumbuh sehat dan pintar. Sebaliknya, seorang anak hendaknya dapat menjaga serta merawat orang tuanya setelah anak tersebut sudah dewasa dan mampu mencari nafkah sendiri. Dalam U.U. No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan di Pasal 46 ayat 2 jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan bantuannya. Hal ini menuntut anak-anak yang telah dewasa untuk selalu menjaga keluarganya, khususnya orang tuanya. Anak yang berbhakti kepada orang tua tidak hanya dibuktikan dengan limpahan materi yang diberikan kepada orang tuanya sebagai imbalan karena telah merawat dan membesarkan anak. Anak yang benar-benar berbhakti akan selalu memberikan kenyamanan dan ketenangan serta kasih sayang yang tulus kepada kedua orang tuanya. Dalam agama Islam, berbakti kepada kedua orang tua merupakan hal yang sangat penting. Khususnya berbakti kepada seorang ibu. Dalam hadits yang berbunyi surga itu di bawah telapak kaki ibu... (Silsilah al-

4 digilib.uns.ac.id 4 Ahadits adh-dha ifah, no 593). Hal ini mencerminkan betapa besarnya jasa orang tua kepada anaknya baik itu ibu ataupun ayahnya Dalam Kitab Suci Tripitaka bagian Anguttara Nikaya II, 4. diterangkan bahwa terdapat empat ladang yang subur untuk menanam kebajikan, yaitu: (1) Buddha, (2) orang yang suci, (3) Ibu, (4) Ayah. Ibu yang penyayang dan ayah yang baik menjadi tempat untuk anak-anak berbuat baik. Walaupun sedikit perbuatan baik yang dilakukan pasti akan sangat bernilai harganya. Dengan mencegah orang tua untuk berbuat jahat, menganjurkan berbuat baik dan menjadi teladan untuk hidup yang baik dan mulia merupakan wujud bhakti atau sikap hormat yang perlu dilakukan (Tejanando, 2006:26). Nilai luhur dari kutipan di atas jika diterapkan dalam kehidupan manusia pasti akan membentuk sebuah keluarga yang harmonis. Relevansi antara orang tua dan anak serta komunikasi yang terjalin dengan baik setidaknya menjadi beberapa contoh positif yang dapat diambil dalam kutipan tersebut. Khusus bagi orang tua yang telah meninggal, dalam agama Buddha memiliki tradisi yang tujuannya agar orang yang telah meninggal dapat terlahir ke alam yang berbahagia. Banyak cara untuk memberikan bhakti kepada orang tua khususnya bagi orang tua yang telah meninggal. Setiap suku di Indonesia memiliki cara sendirisendiri dalam mewujudkan bhakti mereka kepada orang tua atau leluhur yang telah meninggal. Contohnya di Bali yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu. Masyarakat di Bali mengadakan tradisi ngaben dengan tujuan: 1) dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan abu ke sungai atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Athanam), 2)

5 digilib.uns.ac.id 5 membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian tradisi untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalanan Atma ke Sunia Loka, 3) bagi pihak keluarga merupakan simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas dan merelakan kepergian anggota keluarganya. Tradisi ngaben di Bali merupakan wujud bhakti terhadap sanak keluarga yang telah meninggal. Dengan memperlakukan orang yang telah meninggal dengan baik, maka secara tidak langsung keluarga telah berbuat baik untuk kehidupan kedepannya. Tradisi ngaben banyak menyita perhatian banyak masyarakat, tidak terkecuali turis mancanaegara. Hal ini selain mewujudkan sikap bhakti terhadap leluhur juga dapat menunjukkan sikap gotong royong kepada dunia lewat mata para turis mancanegara. Masyarakat Toraja percaya bahwa tradisi pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang maka biaya tradisi pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama Aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Selain itu juga dilakukan tradisi penyembelihan hewan kerbau yang dipercaya sebagai hewan untuk mengantarkan perjalanan ke alam Puya. Contoh dari tradisi pemakaman sebagai simbol bhakti atau hormat terhadap orang tua yang telah meninggal seperti di masyarakat Bali dan Toraja juga dilaksanakan di daerah-daerah lain. Tetapi, setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam memperlakukan jenazah yang telah meninggal. Setiap tradisi atau

6 digilib.uns.ac.id 6 upacara yang dilaksanakan disetiap daerah dalam memperlakukan orang yang telah meninggal bertujuan agar orang yang telah meninggal tersebut dapat hidup bahagia atau tenang di alamnya. Secara khusus dalam penelitian ini akan mengadakan penelitian kepada masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari, Kec. Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Agama Buddha mulai masuk ke daerah Wonogiri sekitar tahun Hal ini dimulai dengan adanya ketentuan dari pemerintah bahwa setiap Warga Negara Indonesia wajib memiliki agama. Pada saat itu masyarakat sangat antusias dalam belajar agama Buddha yang terbukti dengan pelaksanaan puja bhakti atau pertemuan-pertemuan yang membahas tentang agama Buddha (Tarno, 2013: 4). Pelaku sejarah perkembangan agama Buddha di Wonogiri yaitu bapak Tugimin menyatakan bahwa: Penyebaran agama Buddha di Wonogiri terjadi hampir di setiap kecamatan, namun yang dapat bertahan hanya beberapa wilayah, seperti Kecamatan Slogohimo, Jatisrono, Manyaran, Giriwoyo, Wuryantoro, Girimarto, Ngadirojo, dan Wonogiri kota. Umat Buddha antar wilayah di Wonogiri tersebut sering mengadakan pertemuan dengan saling mengunjungai antar Vihara. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat keyakinan dan persaudaraan antar umat Buddha di Kabupaten Wonogiri. (wawancara bapak Tugimin, ). Pada awal masuknya agama Buddha di Wonogiri, masyarakat agama Buddha belum banyak mengerti tentang tradisi-tradisi yang ada dalam agama Buddha. Dalam setiap pertemuan yang dilakukan, masyarakat agama Buddha selalu membaca doa untuk tradisi umum. Dalam perkembangannya, masyarakat agama Buddha mengalami perubahan. Menurut Bapak Timan, seorang tokoh agama Buddha di Desa Jatisari, masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari yang menjadi tempat penelitian telah mengalami commit perubahan to user dalam hal bhakti terhadap orang tua.

7 digilib.uns.ac.id 7 Dimulai pada sekitar tahun 1996, dimana para generasi agama Buddha mulai meninggalkan tradisi bhakti dalam agama Buddha yang tertulis dalam Sigalovada Sutta yaitu menjelaskan tentang cara memperlakukan orang tua yaitu: (1) Dahulu anak ditunjang orang tua, sekarang anak akan menunjang orang tuanya, (2) Anak akan menjalankan kewajiban terhadap orang tua, (3) Anak akan menjaga kehormatan keluarga, (4) Anak akan mengurus warisan dengan baik, (5) Anak akan mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluarga yang telah meninggal (Rashid, 1997: ). Bapak Timan menyatakan gambaran tradisi pattidana yang dilaksanakan umat Buddha di Desa Jatisari yaitu: Khusus bagi anak-anak yang orang tuanya telah meninggal pada saat itu, mereka sering meninggalkan tradisi pattidana yang dianjurkan dalam Agama Buddha karena belum mengerti tentang tradisi pattidana (wawancara bapak Timan ). Kegiatan semacam ini tidak lepas dari pengetahuan yang kurang tentang tradisi pattidana dalam agama Buddha yang dimiliki masyarakat Desa Jatisari. Hal tersebut dikarenakan masyarakat di Desa Jatisari sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan buruh yang dikatakan sebagai sebuah alasan kurang mengertinya tradisi yang dimiliki oleh agamanya. Selain itu, kurangnya penyuluh agama Buddha yang memberikan pengetahuan tentang tradisi-tradisi dalam agama Buddha juga menjadi sebab bahwa masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari belum mengerti tentang tradisi pattidana. Kesibukan sebagai petani tentu telah menyita banyak tenaga sehingga untuk mengadakan sebuah acara seperti pelimpahan jasa yang bertujuan untuk membantu orang tua atau leluhur yang telah meninggal hanya dipasrahkan kepada pengurus Vihara. Bapak Tugimin selaku ketua Vihara di Desa Jatisari, masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari masih sebatas commit ritual to dan user belum mengerti tentang makna dan

8 digilib.uns.ac.id 8 tujuannya. Belum banyak yang mereka ketahui tentang inti ajaran agama Buddha. Sehingga dalam mengadakan upacara keagamaan Buddha banyak yang tidak mengerti dan lebih sering hanya dipercayakan kepada pengurus Vihara. Dalam tradisi pelimpahan jasa/pattidana contohnya masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari sebagian besar mengadakan genduren yang tidak lepas dari makan-makan dan pada akhir acara memberikan semacam oleholeh kepada yang hadir dalam acara tersebut (wawancara bapak Tugimin, ). Tradisi pattidana merupakan wujud bhakti kepada orang tua khususnya orang tua yang telah meninggal. Pattidana yang dilaksanakan bertujuan untuk membebaskan sanak keluarga dari penderitaan. Tetapi dalam prakteknya, masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari banyak yang belum mengerti tentang makna dan tujuan dari tradisi pattidana tersebut. Sebagian besar umat hanya mempercayakan kepada tokoh umat Buddha di Desa Jatisari saja dalam melaksanakan tradisi pattidana. Umat merasa sudah cukup dengan menyediakan tempat dan makanan dalam mengadakan tradisi pattidana tanpa mengetahui maksud dan tujuan tradisi pattidana yang dilaksanakan. (wawancara Bapak Tugimin, ). Tradisi pattidana dalam pelaksanaannya hendaknya melibatkan keluarga yang ditinggalkan, karena pattidana bertujuan untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal agar dapat berbahagia di alamnya sekarang. Selain hal tersebut umat yang mengadakan tradisi pattidana juga harus mengerti atau setidaknya mengetahui paritta/doa apa saja yang dibacakan dalam melaksanakan tradisi pattidana. Dalam kenyataannya, umat Buddha di Desa Jatisari banyak yang tidak mengetahui atau mengerti paritta/doa yang dibacakan pada saat melaksanakan tradisi pattidana. Wujud tradisi pattidana yang telah berubah ini maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dalam sebuah penelitian agar dapat memperoleh pengetahuan yang jelas tentang konsep commit tradisi to user pattidana dalam masyarakat agama

9 digilib.uns.ac.id 9 Buddha di Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menarik karena dalam penelitian ini membahas tentang sebuah tradisi yang dimiliki oleh salah satu agama di Indonesia yaitu agama Buddha, khususnya dalam bhakti terhadap orang tua yaitu tradisi pattidana. Penelitian yang berhubungan dengan tradisi pattidana sangat sulit didapatkan sehingga ini merupakan langkah untuk memberikan konsep dari tradisi pattidana itu sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan hermeneutika. Sejarah, hukum, agama, filsafat, seni, kesusastraan, maupun linguistik atau semua yang termasuk dalam Geisteswissenschafren atau ilmu-ilmu pengetahuan kemanusiaan atau ilmu pengetahuan tentang kehidupan (life sciences) sebagai dinyatakan oleh Wilhekm Dilthey memerlukan hermeneutik. Jika pengalaman manusia yang diungkapkannya dalam bentuk bahasa tampak asing bagi pembaca berikutnya maka perlulah untuk ditafsirkan secara benar. Disiplin ilmu yang pertama banyak menggunakan hermeneutic adalah ilmu tafsir kitab suci (Sumaryono, 1999:28). Alasan tersebut yang membuat penulis memilih menggunakan pendekatan hermeneutika karena dalam penelitian ini penulis membahas tentang doktrin-doktrin yang berhubungan dengan agama tertentu yaitu agama Buddha. Pada dasarnya semua objek itu netral. Sebab objek adalah objek. Sebuah meja di sini atau bintang di angkasa berada begitu saja. Benda-benda itu tidak bermakna pada dirinya sendiri. Hanya subjeklah yang kemudian memberi pakaian arti pada objek. Sebuah benda menjadi objek karena kearifan subjek yang menaruh perhatian atas benda itu, arti atau makna diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek. Jika tidak demikian, maka objek menjadi tidak bermakna

10 digilib.uns.ac.id 10 sama sekali. Hussrel dalam buku yang ditulis oleh Sumaryono menyatakan bahwa objek dan makna tidak pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama, sebab pada mulanya objek itu netral. Meskipun arti atau makna muncul sesudah objek atau objek menurunkan maknanya atas dasar situasi subjek, semua adalah sama saja. Dari sinilah kita melihat keunggulan hermeneutik (Sumaryono, 1999:30). Penelitian yang akan diteliti oleh penulis sangat erat kaitannya dengan proses pemberian arti atau makna. Pendekatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan perubahan sosial. Penelitian tersebut juga menggunakan pendekatan perubahan sosial karena dalam subjek penelitian terjadi perubahan sebuah tradisi yang dimungkinkan terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut yang nantinya dapat meyebabkan perubahan bentuk, fungsi dan makna dalam tradisi pattidana yang dilaksanakan oleh umat Buddha di Desa Jatisari. Penelitian tentang tradisi pattidana yang dilaksanakan oleh umat Buddha di Desa Jatisari dalam sudut pandang kajian budaya mendapatkan tempat dalam hal identitas. Identitas yang dimaksud adalah identitas budaya yang merupakan ciri muncul karena seseorang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu, itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan. Secara epistimologi, kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti, kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang mirip satu sama lain. Pada tataran teknis, pengertian epistimologo diatas hanya sekedar menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas dengan kata

11 digilib.uns.ac.id 11 identik, misalnya menyatakan bahwa sesuatu itu mirip satu dengan yang lain (Liliweri, 2007: 69). Dalam arti sederhana Identitas adalah simbolisasi ciri khas yang mengandung diferensiasi dan mewakili citra organisasi. Identitas dapat berasal dari sejarah, filosofi atau visiatau cita-cita, misi atau fungsi, tujuan, strategi atau program. Unsur umum identitas antara lain adalah: (1) Nama, logo, slogan dan mascot, (2) Sistem grafis dan elemen visual yang standar: warna, gambar, bentuk huruf dan tata letak.(3) Aplikasi pada media resmi (official) dan media komunikasi, publikasi dan promosi (komersial). Identitas masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari yang di maksud dalam penelitian ini adalah identitas yang itu meliputi pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan. Agama yang dianut oleh sebagian masyarakat di Desa Jatisari adalah agama Buddha. Dalam perkembangannya agama Buddha memiliki sebuah tradisi untuk mendoakan leluhurnya yang disebut dengan tradisi pattidana. Pelaksanaan tradisi pattidana di Desa Jatisari telah mengalami akulturasi budaya yaitu antara tradisi Jawa dan agama Buddha. Tradisi pattidana yang dilaksanakan oleh masyrakat agama Buddha di Desa Jatisari telah mengalami perubahan dalam hal bentuk, fungsi dan maknanya. Perubahan yang terjadi dari segi pelaksanaan tradisi pattidana dan dari pesan dari agama Buddha tetang tujuan dari pattidana tersebut. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan untuk menulis penelitian dengan judul perubahan bentuk, fungsi dan makna tradisi pattidana dalam masyarakat agama Buddha Theravada di Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

12 digilib.uns.ac.id 12 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah asal-usul dan proses terbentuknya tradisi pattidana? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang mendorong perubahan pada bentuk, fungsi, dan makna dari tradisi patttidana yang dilaksanakan oleh masyarakat agama Buddha Theravada di Desa Jatisari? 3. Bagaimanakah perubahan bentuk, fungsi, dan makna dari tradisi patttidana yang dilaksanakan oleh masyarakat agama Buddha Theravada di Desa Jatisari? 4. Bagaimanakah reaksi masyarakat agama Buddha Theravada terhadap perubahan bentuk, fungsi, dan makna dalam tradisi pattidana? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Khusus Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian dengan arah kajian budaya (culture stadies) ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Untuk mendeskripsikan asal-usul dan proses terbentuknya tradisi pattidana. b. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong perubahan pada bentuk, fungsi, dan makna dari tradisi Patttidana. c. Untuk mendeskripsikan perubahan bentuk, fungsi dan makna dari tradisi patttidana yang dilaksanakan oleh masyarakat agama Buddha Theravada di Desa Jatisari.

13 digilib.uns.ac.id 13 d. Untuk mengungkap reaksi masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari terhadap perubahan bentuk, fungsi dan makna dalam tradisi pattidana. 2. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memahami tradisi pattidana sebagai wujud bhakti terhadap orang tua. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk dapat memberikan konsep tradisi pattidana yang benar kepada masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni aspek teoristis dan aspek praktis. 1. Aspek Teoretis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan khususnya tentang tradisi pattidana sebagai wujud bhakti terhadap orang tua. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat agama Buddha di Desa Jatisari, Kec. Jatisrono, Kab. Wonogiri. Hasil penelitian juga diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan tentang agama di Indonesia. 2. Aspek Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi masyarakat dan keluarga agar lebih dapat memahami tentang tradisi pattidana sebagai wujud bhakti kepada orang tua. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang memiliki tema yang sejenis.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitiannya berkarakteristik kualitatif. Kirk dan Miller (dikutip Moleong, 2013; 4)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitiannya berkarakteristik kualitatif. Kirk dan Miller (dikutip Moleong, 2013; 4) BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini mempergunakan paradigma budaya, maka rancangan penelitiannya berkarakteristik kualitatif. Kirk dan Miller (dikutip Moleong, 2013; 4) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan untuk makan. Dalam upayanya untuk mempertahankan hidup, manusia memerlukan makan. Makanan adalah sesuatu

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Elemen-eleman sosial budaya masyarakat Desa Gamtala yang berpotensi sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat pasti mempunyai nama, yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda eksistensi

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI

PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DHARMA SANTI NASIONAL PERAYAAN HARI

Lebih terperinci

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA 1. Raja Sudhodhana mengundang 108 pertapa/brahmana, diantara 108 pertapa itu ada 8 orang pertapa bijak 2. Salah satu orang bijak adalah Kondanya 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN DHARMA SHANTI NASIONAL HARI RAYA

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN 60 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Nyadran di desa Pagumenganmas Tradisi Nyadran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah merupakan wujud ideal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Theravada. Wisjaya Mastiono. Teknik Multimedia / Fakultas Teknik

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Theravada. Wisjaya Mastiono. Teknik Multimedia / Fakultas Teknik Pembuatan Aplikasi Video Panduan Puja Bakti Agama Buddha Theravada Wisjaya Mastiono Teknik Multimedia / Fakultas Teknik mastionowisjaya@gmail.com Abstraksi - Agama adalah ajaran yang mengatur kepercayaan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK NASIONAL 2564 MAJELIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2013, tgl.23 Juli 2013, di Jakarta Selasa, 23 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2013, tgl.23 Juli 2013, di Jakarta Selasa, 23 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2013, tgl.23 Juli 2013, di Jakarta Selasa, 23 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PUNCAK PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA ACARA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI TAHUN 2014 Hari/tgl : Minggu, 17 Agustus 2014 Pukul : 07.30 WIB Tempat : Lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci