Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang ma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang ma"

Transkripsi

1 STUDI REALITAS TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh : Saepul Anwar Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada kompetensi kepribadian guru PAI SMA yang mana kompetensi kepribadian itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlakul karimah. Kata Kunci : Guru, Guru PAI, Kompentensi Guru, Kompentensi Guru PAI, Kompetensi Kepribadian A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi guru pada saat ini masih banyak diperbincangkan orang, atau masih saja diperbincangkan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan profesi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada halhal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri (Usman, 2011:1). Masyarakat, orang tua murid, bahkan murid sekalipun terkadang banyak yang mencemoohkan guru, mulai dari penampilan, cara berbicara, kedisiplinan, bahkan perilakunya sebagai guru. Karena kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh seorang guru akan mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Dari kenyataan ini sekalipun pahit bagi guru, sudah saatnya kompetensi profesi guru itu harus ditingkatkan. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 8 bahwa: seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No. 14 Tahun 2005). Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada kompetensi kepribadian, yang mana kompetensi kepribadian Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

2 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlakul karimah. Setiap guru memiliki ciri-ciri kepribadian, ciri-ciri inilah yang membedakan kepribadian guru yang satu dengan guru yang lainnya. Setiap perkataan, tindakan, perbuatan dan tingkah laku yang positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Kepribadian memang suatu yang abstrak yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara bergaul, cara berpakain, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Seperti yang dikemukakan Daradjat (Sagala, 2009:33) bahwa: Kepribadian disebut sebagai suatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Dewasa ini, nama baik guru sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan, terperosok, jatuh karena berbagai sebab. Berbagai kasus telah terjadi karena kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Sering kita dengar dalam berita-berita baik di media elektronik maupun media cetak seorang guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji yang merusak citra dan martabat guru, dan parahnya lagi ketika tindakan-tindakan itu dilakukan oleh seorang guru agama Islam. Misalnya: adanya oknum guru yang mencabuli muridnya, adanya oknum guru yang terlibat pencurian, penipuan, dan lain sebagainya. Banyak peserta didik yang terlibat vcd forno, narkoba, merokok, rambut gondrong, bolos, tidak mengerjakan tugas, berkelahi, ribut di kelas, melawan kepada guru, semua itu dapat menghambat jalannya proses pembelajaran. Sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Mulyasa (2008:119) terhadap siswa SMA dan SMK Jakarta Utara: Mereka mengungkapkan beberapa harapan dari guru dan beberapa kelemahan dari gururnya yang mereka rasa sebagai penghambat belajar. mereka berharap bahwa guru dapat menjadi teladan bagi peserta didik baik dalam pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Beberapa sikap guru yang kurang disukai mereka antara laia: guru yang sombong (tidak suka menegur atau tidak mau menegur kalau ketemu di luar kelas), guru yang suka merokok, memakai baju tidak rapih, sering datang kesiangan, dan masih banyak ungkapan lain yang mengungkapkan kekurang sukaan mereka terhadap gurunya. 146 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

3 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk tampil menyenangkan peserta didik, agar dapat mendorong mereka untuk belajar. Karena pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan menjadi sorotan peserta didik serta orang disekitarnya yang menganggap dan mengakuinya sebagai guru. Pada realitasnya, saat ini dunia pendidikan dihadapkan pada persoalan profesionalitas guru. Beberapa problem profesionalitas guru terbentang mulai dari kenyataan bahwasanya tidak sedikit guru yang mengajar bidang studi bukan pada vaksnya (tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang diterima di bangku kuliah). Penyimpangan profesionalitas menjadi suatu problem besar karena menyangkut pendidikan yang notabene merupakan wahana pembentuk pribadi dari generasi kegenaerasi yang akan memikul beban dan tanggungjawab sebagai khalifah fil ardl (Farida, 2007:216). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut bagaimana sebenarnya kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap profesinya. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana sebenarnya kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam khususnya Guru PAI Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bandung Barat. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah seputar Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa submasalah, yaitu: 1. Bagaimana tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana kemampuan interpersonal yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana kemampuan kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat? 4. Bagaimana kemampuan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam menjaga kestabilan emosi? 5. Bagaimana kemampuan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam bersikap terbuka? C. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Pada Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

4 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui kemampuan integritas yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. 2. Untuk mengetahui kemampuan interpersonal yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. 3. Untuk mengetahui sikap kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. 4. Untuk mengetahui kestabilan sikap guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. 5. Untuk mengetahui kemampuan guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat dalam bersikap terbuka D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bersifat teoritik dan praktik sebagai berikut: 1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dalam hal pengembangan profesionalisme guru melalui kompetensi kepribadian guru. 2. Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran berbagai pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan profesionalisme Guru dalam hal ini kompetensi kepribadian guru PAI SMU. E. METODE PENELITIAN Penelitian ini diorientasikan untuk mengkaji tentang "Studi Realitas tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat". Rumusan masalah yang akan diteliti memerlukan pengamatan dan penelitian secara mendalam, oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk bilangan untuk mendeskripsikan suatu objek penelitian atau variabel di mana bilangan tersebut menjadi bagian dari pengukuran. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mencatat dan menganalisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik sehingga diketahui tingkat keterhubungan tiap-tiap variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Sukmadinata (2010, hal. 53) ada beberapa metode yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian 148 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

5 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar tindakan. Sehubungan dengan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dengan pendekatan naturalistik dalam penelitian ini, digunakan untuk mengkaji hal-hal yang sedang berlangsung, khususnya seputar kondisi empirik kompetensi kepribadian guru PAI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung. Nasution (2002:67) menyatakan bahwa pendekatan ini untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang ditemui dalam penelitian eksperimen. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan statistik nonparametris, hal ini merujuk kepada pendapat Sugiyono (2011, hal. 150) yang menyatakan bahwa statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk ordinal dan nominal. Prosedur analisis data secara statistik yang akan digunakan adalah analisis parsial. Analisis ini dimaksudkan untuk menghitung masing-masing komponen secara terpisah. Untuk lebih rincinya prosedur analisis statistik tersebut adalah: 1. Memeriksa jawaban angket dan menghitung jumlah skornya. Cara pemberian skor pada butir-butir pernyataan dalam instrumen kompetensi kepribadian guru bergerak dari 1 sampai 5. Untuk butir pernyataan yang favorable jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, STS diberi skor 1. Sedangakan untuk butir pernyataan yang unfavorable, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, STS diberi skor Menghitung rata-rata per item soal perindikaor sesuai dengan perolehan data hasil jawaban responden. 3. Menghitung rata-rata skor perindikator dengan menjumlahkan rata-rata per item dan membaginya dengan jumlah item perindikator. 4. Menghitung rata-rata tiap komponen berdasarkan indikatornya. 5. Menginterpretasikan tinggi rendahnya rata-rata tiap item, tiap indikator, dan tiap variabel ke dalam kategorisasi lima skala normal menurut penghitungan Azwar (2010:108), yaitu: - Antara 1 < X < 2 Sangat Rendah - Antara 2 < X < 2,7 Rendah - Antara 2,7 < X < 3,3 Sedang - Antara 3,3 < X < 4 Tinggi - Antara 4 < X < 5 Sangat Tinggi F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Integritas Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

6 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, bisa terlihat pada tabel berikut: Tabel 1 Komponen Integritas No. Indikator Rata-rata Interpretasi 1 Menjunjung tinggi kode etik guru 4,0 Tinggi 2 Dapat bersikap jujur pada diri sendiri dan orang lain 3,5 Tinggi 3 Memiliki akhlak mulia 3,2 Sedang 4 Bertindak sesuai dengan norma 3,6 Tinggi Rata-rata 3,6 Tinggi Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen integritas indikator 1.1 Menjunjung tinggi kode etik guru berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 4,0. Pada indikator 1.2 dapat bersikap jujur pada diri sendiri maupun orang lain menunjukkan nilai rata-rata 3,5 yang tergolong dalam kulaifikasi tinggi. Pada indikator 1.3 memiliki akhlak mulia menunjukkan nilai rata-rata 3,2 termasuk dalam kategori sedang. Pada indikator 1.4 bertindak sesuai dengan norma menunjukkan nilai rata-rata 3,6 yang tergolong pada kualifikasi tinggi. Dengan demikian hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen integritas berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi integritas ini sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,6 yang berada pada interval 3,3 < X < 4 dengan kualifikasi tinggi. Artinya secara umum Guru PAI SMA di Kabupaten Bandung Barat menjunjung tinggi kode etik guru, dapat bersikap jujur pada diri sendiri maupun orang lain, memiliki akhlak mulia, dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Pernyataan di atas diperkuat berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa yang menunjukkan bahwa tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam sudah kompeten. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa : a. Guru Pendidikan Agama Islam menjunjung tinggi kode etik guru, hal ini terlihat guru Pendidikan Agama Islam mau menerima saran dari teman sejawatnya, menanggapi siswa yang sulit diatur, memahami dan senantiasa menerapkan kode etik guru. b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bersikap jujur baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. 150 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

7 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar c. Sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam memiliki akhlak yang mulia. Dalam keseharian menurut para siswa guru PAI menampilkan pribadi yang patut menjadi contoh. d. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam bertindak sesuai dengan norma. Hal ini bisa terlihat mereka senantiasa mentaati peraturan sekolah. 2. Kemampuan Interpersonal Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, bisa terlihat pada tabel berikut: Tabel 2 Komponen Kemampuan Interpersonal No. Indikator Rata-rata Interpretasi 1 Mampu berkomunikasi secara efektif 4,3 Sangat tinggi 2 Dapat bekerjasama 3,4 Tinggi 3 Bersahabat 3,7 Tinggi Rata-rata 3,8 Tinggi Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kemampuan interpersonalnya adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen kemampuan interpersonal indikator 2.1 mampu berkomunikasi secara efektif berada dalam kategori kompeten. Dengan nilai rata-rata 4,3, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kategori sangat tinggi karena berada pada interval 4 < X < 5. Pada indikator 2.2 dapat bekerjasama profil guru Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 2 bahwa indikator dapat bekerjasama berada dalam kategori positif atau baik dengan nilai rata-rata 3,4. Adapun pada indikator 2.3 bersahabat nilai rata-ratanya adalah 3,7, ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berada dalam kategori positif/baik. Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen kemampuan interpersonal berdasarkan pada setiap indikatornya dapat diketahu nilai ratarata untuk indikator kemampuan interpersonal adalah 3,8 yang tergolong pada kualifikasi tinggi, dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kemampuan interpersonal sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

8 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat kemampuan interpersonal guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat secara umum menunjukkan bahwa : a. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini terlihat ketika guru Pendidikan Agama Islam berkomunikasi dengan orang lain mereka suka menatap lawan bicaranya. b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bekerjasama, contohnya ketika diminta pertolongan yang bukan merupakan tugas pokok seorang guru Pendidikan Agama Islam, mereka mau bekerjasama. c. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki sikap bersahabat, mereka senantiasa meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan dari siswanya yang sedang mempunyai masalah sehingga siswanya pun tidak merasa segan terhadap guru Pendidikan Agama Islam. Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kemampuan interpersonal akan menampilkan pribadi yang mampu berkomunikasi secara efektif, dapat bekerjasama, dan bersahabat. 3. Kepemimpinan Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat Untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga, bisa terlihat pada tabel berikut: Tabel 3 Komponen Kepemimpinan No. Indikator Rata-rata Interpretasi 1 Memiliki kredibilitas 3,8 Tinggi 2 Disiplin 4,6 Sangat tinggi 3 Dapat menjadi motivator 4,3 Sangat tinggi 4 Dapat bersikap adil 3,7 Tinggi 5 Memiliki etos kerja yang tinggi 3,4 Tinggi 6 Dapat menjadi contoh/teladan 4,1 Sangat Tinggi 7 Dapat mengelola/memanajemen kelas 3,7 Tinggi 8 Tegas 3,7 Tinggi Rata-rata 3,9 Tinggi Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kemampuan kepemimpinannya baik. Data menunjukkan bahwa pada komponen kepemimpinan indikator Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

9 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar memiliki kredibilitas berada pada kategori tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam memiliki kredibilitas yang tinggi dengan nilai rata-rata 3,8. Pada indikator 3.2. disiplin mempunyai nilai rata-rata 4,6 yang menunjukkan kategori sangat tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam memiliki budaya disiplin tinggi. Pada indikator 3.3 dapat menjadi motivator menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam sudah dapat menjadi motivator terutama bagi para siswanya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata 4,3 di mana rata-rata tersebut berada dalam kualifikasi sangat tinggi. Pada indikator 3.4 dapat bersikap adil terlihat dalam tabel tiga yang menunjukkan indikator bersikap adil mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat mampu menunjukkan sikan adil dalam prilaku kesehariaan mereka. Pada indikator 3.5 memiliki etos kerja yang tinggi, dalam tabel 3 terlihat bahwa rata-rata untuk indikator 'memiliki etos kerja' sebesar 3,4 yang mempunyai kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat memiliki etos kerja yang tinggi. Selanjutnya indikator 3.6 dapat menjadi contoh/teladan dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator dapat menjadi teladan/contoh mempunyai rata-rata 4,1 dengan kualifikasi sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa dalam menjadi contoh/teladan, guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat berada dalam kategori positif/baik. Selanjutnya indikator 3.7 dapat mengelola/memanajemen kelas dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator 'dapat mengelola/memanajemen kelas' mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat mampu mengelola kelas dengan baik. Adapun indikator 3.8 tegas dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator 'tegas' mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu menunjukkan ketegasan dalam bersikap. Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen kepemimpinan berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kepemimpinan sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sangat baik. Hasil wawancara baik terhadap kepala sekolah, guru, maupun siswa menunjukkan bahwa tingkat kompetensi kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sesuai gambaran di atas. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa: a. Sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten dalam sikap memiliki kredibilitas. Hal ini terlihat ketika guru Pendidikan Agama Islam datang terlambat ke sekolah, mereka mempunyai alasan yang kuat dan masuk akal untuk dipertanggungjawabkan. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

10 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI b. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat berdisiplin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak melanggar kode etik guru, dan selalu berusaha untuk datang tepat waktu. c. Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat bisa menjadi motivator dalam kebaikan, tertutama bagi para siswanya. d. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bersikap adil. Hal ini bisa terlihat bahwa guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah membedakan siswa yang berprestasi dengan siswa yang lainnya. Artinya mereka mampu memperlakukan siswa secara adil. e. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki etos kerja yang tinggi. Hal itu terlihat dari keaktifan mereka dalam setiap kegiatan yang diadakan sekolah, baik berupa kegiatan keagamaan maupun kegiatan lainnya. f. Guru Pendidikan Agama Islam dapat menjadi contoh/teladan, misalnya dalam hal penampilan, perkataan, sikap dan lain sebagainya. g. Guru Pendidikan Agama Islam mampu mengelola kelas dengan baik. Hal ini terlihat ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, guru Pendidikan Agama Islam memberikan pembelajarang dengan cara yang efektif dan menyenangkan. h. Guru Pendidikan Agama Islam bersikap tegas dalam hal pemberian nilai. Ketika ada siswa yang nilainya kurang, guru Pendidikan Agama Islam memberikan remedial untuk menambah nilai siswa tersebut. Pribadi guru Pendidikan Agama Islam yang mempunyai kemampuan kepemimpinan akan menampilkan pribadi seorang guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kredibilitas, disiplin, dapat menjadi motivator, bersikap adil, memiliki etos kerja yang tinggi, dapat menjadi contoh/teladan, dapat mengelola/memanajemen kelas, dan dapat bersikap tegas. 4. Kestabilan Emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat Untuk menjawab pertanyaan penelitian keempat, bisa terlihat pada tabel berikut: Tabel 4 Komponen Kestabilan Emosi No. Indikator Rata-rata Interpretasi 1 Dapat memahami emosi diri dan orang lain 3,8 Tinggi 2 Dapat menanggapi peristiwa dan permasalahan di sekitarnya 3,9 Tinggi 3 Mampu mengelola emosi-emosi yang 3, 7 Tinggi 154 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

11 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar dirasakannya Rata-rata 3,8 Tinggi Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kestabilan emosi adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen kestabilan emosi indikator 4.1 dapat memahami emosi diri dan orang lain berada dalam kategori baik. Dengan nilai rata-rata 3,8, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,3 < X < 4. Pada indikator 4.2 dapat menanggapi secara objektif peristiwa dan permasalahan disekitarnya profil guru Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 4.6 bahwa indikator dapat bekerjasama berada dalam kategori positif atau baik dengan nilai rata-rata 3,9. Adapun pada indikator 4.3 mampu mengelola emosi-emosi yang dirasakannya nilai rata-ratanya adalah 3,7, ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berada dalam kategori positif/baik. Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen kestabilan emosi berdasarkan pada setiap indikatornya dapat diketahui nilai rata-rata untuk indikator kestabilan emosi adalah 3,8 yang tergolong pada kualifikasi tinggi, dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kestabilan emosi sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah baik atau cenderung ke arah positif. Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat kestabilan emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sangat baik. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa : a. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu mengendalika emosi diri dan mampu memahami gejolak emosi orang lain. Hal ini terlihat guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah terlihat murung tanpa alasan tertentu, perasaannya tidak mudah tersinggung, selalu menghargai pendapat orang lain. b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bekerjasama, contohnya ketika berbeda pendapat atau berbeda pemikiran dengan orang lain, guru Pendidikan Agama Islam tidak mempermasalahkannya tetapi menerimanya. c. Ketika ada suatu rencana yang tidak berjalan sebagaima mestinya guru Pendidikan Agama Islam tidak frustasi atau putus asa dalam menanggapinya. Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kestabilan emosi akan menampilkan pribadi yang mampu memahami emosi diri dan orang lain, dapat menanggapi secara objektif peristiwa dan permasalahan di sekitarnya, dan mampu mengelola emosi-emosi yang dirasakannya. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

12 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI 5. Keterbukaan Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat Untuk menjawab pertanyaan penelitian kelima, bisa terlihat pada tabel berikut: Tabel 5 Komponen Keterbukaan No. Indikator Rata-rata Interpretasi 1 Inovatif 4,2 Tinggi 2 Kreatif 4,4 Sangat tinggi 3 Mau menerima saran dan kritik 3,2 Sedang 4 Memiliki rasa ingin tahu 4,2 Sangat tinggi Rata-rata 4,0 Tinggi Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam tingkat keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen keterbukaan indikator 5.1 inovatif berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam inovasi berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 4,2 yang berada pada interval 4 < X < 5. Pada indikator 5.2 kreatif, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa sikap kreatif berada pada interval 4 < X < 5 dengan nilai rata-rata 4,4 yang tergolong dalam kualifikasi sangat tinggi. Artinya sikap kreatif yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam berada pada kategori tinggi. Pada indikator 5.3 mau menerima saran dan kritik, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar guru PAI mau menerima saran dan kritik dari siapa pun. Pada indikator 5.4 memiliki rasa ingin tahu, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa indikator memiliki rasa ingin tahu berada pada interval 4 < X < 5 dengan nilai rata-rata 4,2 yang tergolong pada kualifikasi sangat tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam dalam memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen keterbukaan berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi keterbukaan, pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam sudah tinggi dengan nilai rata-rata 4,0 yang berada pada interval 3,3 < X < 4. Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah tinggi. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa : 156 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

13 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar a. Guru Pendidikan Agama Islam senantiasa membaca buku-buku terbaru yang berkaitan dengan pelajaran dan mengganti metode pembelajaran dalam menyampaikan materi. b. Guru Pendidikan Agama Islam kreatif dalam menyampaikan materi.. c. Sebagian guru Pendidikan Agama Islam mau menerima saran dan kritik dari orang lain. Contohnya ketika ada orang tua yang komplain terhadap hasil belajar siswanya, guru Pendidikan Agama Islam mau menerima komplain tersebut. d. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam memiliki rasa ingin tahu. Ini bisa terlihat dalam perkembangan teknologi mereka tidak ketinggalan zaman. Terutama dalam hal pemakaian komputer ketika kegiatan belajar mengajar. Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki keterbukaan akan menampilkan pribadi yang inovatif, kreatif, mau menerima saran dan kritik, dan memiliki rasa ingin tahu. Berdasarkan pembahasan dari setiap pertanyaan di atas dapat diketahui bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten. Tabel 6 Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam No. Kompetensi Rata-rata Interpretasi 1 Integritas 3,6 Tinggi 2 Kemampuan interpersonal 3,8 Tinggi 3 Kepemimpinan 3,9 Tinggi 4 Kestabilan emosi 3,8 Tinggi 5 Keterbukaan 4,0 Tinggi Rata-rata 3,8 Tinggi Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam memiliki nilai rata-rata 3,8. Rata-rata tersebut berada pada interval 3,3< X < 4 yang berada dalam kategori tinggi. Artinya bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan kecenderungna ke arah yang positif. G. PENUTUP Penelitian yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kemampuan integritas guru sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,6 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (2) Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

14 Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Kemampuan interpersonal guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kemampuan interpersonal guru sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,8 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (3) Tingkat kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian dalam kepemimpinan sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,9 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (4) Kestabilan emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru dalam kestabilan emosi sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,8 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (5) Keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru dalam sikap terbuka sudah kompeten dengan nilai ratarata 4,0 yang termasuk pada kualifikasi sangat tinggi. Rekomendasi dari penelitian ini adalah : (1) Pengembangan kompetensi kepribadian guru harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara terus menerus baik melalui diklat, lanjutan pendidikan formal, dan bimbingan teman sejawat; (2) Suvervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai bagian dari tugas pokok membina guru, belum menyentuh secara langsung pengembangan kompetensi kepribadian, oleh karenanya diharapkan bahwa suvervisi yang dilakukan menyentuh aspek pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian guru; (3) Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat diharapkan mampu memberikan urutan prioritas dalam pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI. H. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Farida, A. (2007). Sikap Profesional Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Provinsi Bengkulu. In Kompetensi Guru Madrasah. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. Furchan, Arief, (2005). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujib, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Pranada Media Group. Mulyasa, E. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja RosdaKarya. 158 Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

15 Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI Saepul Anwar.(2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, S., (2002). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nurdin, M. (2008). Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah. (n.d.). Peraturan Pemerintah. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Saondi, O., & Suherman, A. (2010). Etika profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama. Saudagar, F., & Idrus, A. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: GP Press. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syahidin. (2005). Aplikasi Metode Pendidikan Qurani Dalam Pembelajaran Agama di Sekolah. Tasikmalaya: Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Tafsir, A. (2010). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Asa Mandiri. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri. Tim Fokus Media. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bandung: Fokus Media. Uhbiyanti, Nur. (1997). Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1. Bandung : Pustaka Setia. Tohirin. (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grafindo Persada. Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wijayanti, R. (2009). Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru. Tesis Program Pasca Sarjana UNY Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta lim Vol. 9 No

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Kompetensi Guru. E. Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI DI KOTA BEKASI

PROFIL KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI DI KOTA BEKASI PROFIL KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI DI KOTA BEKASI Khoirunnisa,* Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

¹ Sofyan Kasiaradja Mahasiswa pada Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo: Prof.Dr.H. Ansar M.Si dan Dr. Asrin M.

¹ Sofyan Kasiaradja Mahasiswa pada Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo: Prof.Dr.H. Ansar M.Si dan Dr. Asrin M. KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN Sofyan Kasiaradja,Ansar,Asrin ¹ Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Studi S1, Manajemen Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

Khoirunnisa Profil Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru (Redaksi, 2009: 47

Khoirunnisa Profil Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru (Redaksi, 2009: 47 PROFIL KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI DI KOTA BEKASI Oleh : Khoirunnisa Abstrak Permasalahan dilatarbelakangi oleh fenomena di lapangan yang terkait dengan guru PAI khususnya di Kota

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 CILIMUS TAHUN AJARAN 013/014 Hj.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Melda Ariyanti Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu, baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Suwatno, A. Sobandi, Rasto 1 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) tingkat implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalitas seorang guru dalam proses belajar mengajar menjadi hal yang sangat penting dan utama untuk diterapkan di semua mata pelajaran. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA Hari Amanto, Amat Mukhadis & Mardji, Pemetaan Kompetensi... 49 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen terpenting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan adalah guru. Guru merupakan suatu profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik profesional yaitu guru. Guru memiliki tugas utama mendidik,

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan beberapa hal berkaitan dengan metode penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan penelitian hingga dapat di peroleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang

Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN POKOK BAHASAN HAK ASASI MANUSIA DI KELAS VII PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Abstract: Keyword:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Drs. Uep Tatang Sontani, M.Si 1 Dr. Suwatno, M.Si. Drs. Ade Sobandi, M.Si. Rasto, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon Abstrak Guru merupakan titik sentral dalam mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Selain ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Guru 2.1.1. Pengertian Guru (Rastodio, 2009, h. 40) adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, bukan hanya memajukan kebudayaan dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Secara umum, terdapat pengaruh antara PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhāq mulia siswa. Adapun secara khusus dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan sebagai pendengar saja, ketika guru menerangkan mereka justru

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan sebagai pendengar saja, ketika guru menerangkan mereka justru BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukkan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru ialah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. 1 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta Dokumen Negara. 2007. Panduan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah : Pengembangan Profesi Dosen Pengampu : Dr. Tasman Hamami, M.A DISUSUN OLEH: Heri Susanto (10411044) Mir atun Nur Arifah (10411057)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penguasaan kemampuan pedagogik pada Mahasiswa Pendidikan Geografi

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Aah Ahmad Syahid, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Email: syahid@upi.edu ABSTRAK Analisis kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja, akan tetapi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi guru dalam menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, tercermin pada kepribadian guru.sebagai guru memiliki tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan watak anak bangsa yang bermartabat sesuai dengan ajaran agama, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia, pendidikan telah diatur dalam berbagai peraturan perundangundangan seperti yang tercantum di dalam

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 1, PEBRUARI 2013:1-8 PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK Hari Amanto Amat Mukhadis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pendidikan diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang berkualitas, perlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan sebagaimana yang ditulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Explanatory Survey Method dimana penelitian ini dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar. Sebagaimana diperbuat dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah penting dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan memiliki arti bahwa lulusan pendidikan memiliki

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN 1. Kualifikasi Penguji

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran pada jalur pendidikan sekolah adalah

Lebih terperinci

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar 2 3 Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar Ayu Prastika Dewi 1, Elida 2, Wiwik Gusnita 2 Program

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional pendidikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan akan sumber daya manusia unggul yang memiliki kompetensi yang tinggi merupakan kebutuhan mendesak dalam menyelesaikan berbagai krisis yang terjadi di

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS. DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

( Word Converter - Unregistered )

( Word Converter - Unregistered ) PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP PROFESIONALITAS MAHASISWA PPL (PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN) PRODI PKn di SMPN KOTA MALANG Wika Leny Setyowati, Drs. Edi Suhartono, S.H. M.Pd, Siti Awaliyah, S.Pd, M.Hum Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA Silka Pendidikan Fisika Universitas Kristen Indonesia Toraja email: kapoorsilka@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kinerja guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri yang bersertifikat pendidik

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Ronny Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang pendidik harus memiliki kompetensi yang menunjukan kemampuanya sebagai profesional. Adapun kompetensi tersebut seperti yang disebutkan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA PGRI LAWANG KABUPATEN MALANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA PGRI LAWANG KABUPATEN MALANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA PGRI LAWANG KABUPATEN MALANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016 LOREN TRISNAWINATA tlollend@yahoo.com Drs. Rusno, MM

Lebih terperinci

Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Produktif di SMK Negeri 1 Tarakan

Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Produktif di SMK Negeri 1 Tarakan Volume 3, Nomor, Januari 25; -92 Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Produktif di SMK Negeri Tarakan Mustari Pengawas SMK pada Dinas Pendidikan Kota Tarakan Email: mus_ari@ymail.com Abstract: This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Karman Lanani Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unveristas Khairun E-mail: karmanlanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 yang ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI AKADEMIK DENGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI AKADEMIK DENGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SERTIFIKASI AKADEMIK DENGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Di samping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 1 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 2005 Abstraks Oleh Sukanti, Sumarsih, Siswanto, Ani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar sehingga siswa memiliki ketakwaan, kecerdasan,

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal. 70-81 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI Oleh: Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGERTIAN PROFESI Suatu pekerjaan tertentu (a particular business) yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah alur yang sangat penting yang harus dilalui oleh manusia, baik itu pendidikan secara formal ataupun non formal. mengindikasikan Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia untuk memiliki suatu pengetahuan tertentu. Peranan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA GURU SDN CIAWIGEBANG KUNINGAN

PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA GURU SDN CIAWIGEBANG KUNINGAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA GURU SDN CIAWIGEBANG KUNINGAN Asep Saipul Hamami, Euis Ike Novitasari, Herawati Linda Yulistiani, Irma Hawari, Mohamad Apip, Vinny Nahdiatul Idza Mohamad Apip (PGSD,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru merupakan profesi yang membanggakan, maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci