BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaam Teknik Industri Teknik industri adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan instalasi dari sistem terintegrasi yang meliputi manusia, material, peralatan (mesin), energi dan informasi. Menurut Turner (2000), teknik industri juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam bidang matematika, fisik, dan ilmu sosial yang digabungkan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi hasil dalam merancang suatu sistem Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada

2 16 sistem rumah tangga. Menurut A.H Nasution (2003), dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari 3 bentuk sebagai berikut: Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi menjadi produk jadi Barang setengah jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi Barang Jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Gambar 2.1 Proses Transformasi Produksi Masalah Persediaan Dalam Sistem Manufaktur Masalah persediaan dalam sistem manufaktur lebih rumit bila dibandingkan dengan masalah pada sistem non manufaktur. Pada sistem manufaktur, ada hubungan langsung antara tingkat persediaan, jadwal produksi dan permintaan konsumen. Oleh karena itu, perencanaan dan pengendalian persediaannya harus terintegrasi dengan peramalan permintaan, jadwal induk produksi, dan pengendalian produksi. Selain kondisi di atas, sistem manufaktur memiliki 3 bentuk persediaan, yaitu persediaan bahan baku,

3 17 barang setengah jadi dan barang jadi. Masalah utama persediaan produk adalah menentukan berapa jumlah produksi yang ekonomis yang akan menjawab persoalan berapa jumlah produk dan kapan produk itu diproduksi sehingga dapat meminimasi biaya simpan dan resiko kerusakan. terdapat beberapa item penting persediaan yang berkaitan dengan penentuan jumlah persediaan yang optimal dan biaya total yang optimal : 1. Permintaan (demand) Terdapat asumsi tentang pola dan karakteristik dari permintaan seringkali menjadi hal yang paling signifikan dalam penentuan kekomplekan dari pengendalian persediaan. a) Konstan dan Variable. Model persediaan yang sederhana mengasumsikan bahwa tingkat permintaan adalah konstan. Model EOQ dan perluasan dari model ini didasarkan pada asumsi ini. Selain itu juga terdapat permintaan yang berubahrubah pada konteks yang beragam. b) Pasti dan Acak. Sangat mungkin bahwa permintaan konstan tapi dalam keadaan acak. Persamaan dari acak ini yaitu tidak pasti atau stokastik. Dalam permintaan stokastik, diasumsikan bahwa tingkat rata-rata permintaan adalah konstan. Permintaan acak ini lebih realistik dan kompleks dibandingkan permintaan yang bersifat deterministik.

4 18 2. Lead Time dan Replinishment Rate Adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan dan siapnya pengiriman produk itu sendiri. Waktu tunggu ini dapat konstan dan dapat bersifat probabilistik, Replinishment rate adalah sebagai dasar untuk membentuk suatu sistem persediaan. 3. Persediaan pengaman (Safety Stock) Adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan ketika kondisi permintaan tidak diketahui. Faktorfaktor yang menentukan besarnya persediaan ini adalah produk rata-rata selama periode tertentu pesanan yang datang dan waktu tunggu yang bervariasi. 4. Reorder Level Reorder Level merupakan tingkat pemesanan kembali dimana digunakan sebagai acuan pemesanan dari suatu sistem persediaan Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan ( inventory ) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan untuk memenuhi permintaan saat ini maupun saat yang akan datang. Jadi perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu usaha pengaturan dan perencanaan segala sumber daya yang ada dan disimpan untuk digunakan guna memenuhi kebutuhan permintaan saat ini maupun yang akan datang.

5 19 Secara umum, tujuan suatu perusahaan melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh penghematan biaya yang berarti. Penghematan tersebut diperoleh dengan cara mengelola persediaan secara efektif dan efisien, artinya persediaan yang ada tidak berlebih atau pun kurang dalam memenuhi kebutuhan permintaan pasar Faktor-faktor Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Untuk mengetahui kebijakan tingkat persediaan barang yang optimal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut A.H Nasution (2003), faktor-faktor tersebut antara lain : Biaya persediaan barang ( Inventory Costs ) Biaya yang berkaitan dengan pemilikan barang dapat dibedakan sebagai berikut : a. Holding costs atau Carrying costs Biaya yang dikeluarkan karena memelihara barang atau opportunity costs karena melakukan investasi dalam barang dan bukan investasi lainnya. b. Ordering costs Biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier untuk mengganti barang yang telah dijual. c. Stock Out costs Biaya yang timbul karena kehabisan barang pada saat diperlukan. Sejauh mana permintaan barang oleh konsumen dapat diketahui. Jika permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan

6 20 berapa kebutuhan barang dalam suatu periode. Kebutuhan barang dalam periode inilah yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau disebut sebagai lead time atau delivery time. Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan dari konsumen atau disebut sebagai backlogging. 2.2 Perubahan Sistem Pengendalian Persediaan Menurut Richard J. Tersine (1994), perubahan sistem pengendalian persediaan perlu dilakukan oleh perusahaan jika dalam perkembangannya terjadi kendala-kendala dalam persediaan yang disebabkan oleh sistem persediaan yang ada diantaranya ketinggalan jaman, tidak efisien dan lainlain. Tanda-tanda dari kebutuhan sistem pengendalian persediaan yang baru bisa dilihat dari sistem yang tidak dapat mendukung sepenuhnya kegiatan yang harusnya dapat dilakukan dengan optimal. Seperti terjadinya stockout dan kadang terjadi surplus atau overstock pada persediaan Perubahan Strategi Menurut Richard J. Tersine (1994), mengimplementasikan sistem persediaan yang baru memerlukan pengembangan dari perubahan strategi. Sistem yang baru tidak dapat langsung diterapkan, tetapi harus melalui tahap pendekatan sehingga tidak terjadi benturan dalam sistem yang sedang berjalan.

7 21 Terdapat beberapa pendekatan dalam perubahan strategi seperti: Pendekatan cold turkey atau turnkey Pendekatan sistem pararel Pendekatan pilot Pendekatan modular Menurut Richard J. Tersine, sistem yang baru tidak akan sempurna seperti dan tidak akan memberikan hasil yang optimal. Hal yang paling penting adalah setiap sistem baru akan memberikan perkembangan hasil yang lebih baik dari metode yang dipakai sekarang. Sistem yang baru ini harus menghasilkan perencanaan dan penjadwalan yang layak. Sangat tidak realistik bila mengandalkan semua akan berjalan dengan benar. Harus ada kemampuan pembetulan yang bisa dilakukan pada sistem ketika terjadi kesalahan, keadaan darurat atau kejadian yang tidak biasa Desain Proses Strategik Dalam Sistem Manufaktur Menurut Vincent Gaspersz (2002), pada dasarnya terdapat 3 hal penting yang perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen industri ketika mendesain proses strategik dalam suatu sistem manufaktur, yaitu :

8 22 1. Strategi respons terhadap permintaan konsumen (tipe produksi) Terdiri dari : a. Design-to-Order (Engineer-to-Order) b. Make-to-Order c. Assemble-to-Order d. Make-to-Stock e. Make-to-Demand 2. Strategi desain proses manufakturing Terdiri dari : a. Project (No Product Flow) b. Job Shop (Jumbled Flow) c. Line Flow (Small Batch or Interrupted Line Flow, Large Batch or Repetitive Line Flow, and Continuous Line Flow) d. Flexible Manufacturing System (FMS) e. Agile Manufacturing System (AMS) 3. Strategi sistem perencanaan dan pengendalian manufakturing (sistem produksi) Terdiri dari : a. Project Management (PM) b. Manufacturing Resource Planning (MRP II)

9 23 c. Just-In-Time (JIT) d. Continuous Process Control e. Flexible Control System f. Agile Control System Sistem Persediaan Hibrid Dalam sistem persediaan, terkadang sering dibingungkan oleh istilah pull system, push system, make to order (MTO), make to stok (MTS), make to forecast (MTS), material requirement planning (MRP), kanban dan masih banyak istilah-istilah lain. Secara umum, push system sering diidentikkan dengan MTS dan MRP sedangkan pull system diidentikan dengan MTO dan kanban. Banyak pertanyaan mengenai sistem persediaan apa yang terbaik untuk diterapkan oleh industri tersebut, apakah dapat digunakan kedua sistem persediaan sekaligus dalam satu perusahaan atau dapat digabungkan kedua metode yang berlawanan arusnya untuk memperoleh keuntungan dari kedua sistem. Menurut Hopp dan Spearman 2003, sistem produksi tarik (pull production system) adalah sistem yang dengan tegas membatasi jumlah pekerjaan yang diproses boleh berada dalam sistem. Dengan begitu, secara tidak langsung manyatakan bahwa sistem produksi dorong (push production system) adalah sistem yang tidak tegas membatasi jumlah pekerjaan yang diproses boleh berada dalam sistem.

10 24 Tabel 2.1 Contoh-contoh Push dan Pull Make-to-Forecast Make-to-Order Make-to-Stock Push MRP dengan Peramalan MRP dengan order tetap (Q,r) dengan menarik dari persediaan produk (FGI) Pull Kanban dengan kanban dengan kanban dengan menarik dari waktu takt & waktu takt & order FGI peramalan Sehingga didapatkan definisi bahwa sistem pull tidak selalu identik dengan make to order (MTO), dan sistem push tidak selalu identik dengan make to forecast (MTF) dan make to stock (MTS). Hopp dan Spearman juga mengemukakan bahwa seperti contoh diatas menunjukkan bahwa kombinasi dari semuanya dapat dimungkinkan. Mungkin saja MTO lebih unggul dalam banyak hal tetapi bukan berarti sistem yang lain tidak unggul. Tergantung dari kebijakan perusahaan dalam menentukan dan menerapkan sistem yang tepat yang pada akhirnya dapat meminimalkan biaya, proses produksi yang optimal, memuaskan konsumen dan tentu saja keuntungan yang maksimal. Pada industri makanan yang menjalankan sistem persediaan berdasarkan pesanan pelanggan (MTO) juga sangat dimungkinkan unruk

11 25 menerapkan persediaan di gudang atau stok (MTS) bagi pelanggan yang meminta barang pada saat yang tidak terduga dengan begitu perusahaan dapat meminimumkan persediaan barang jadi dan memaksimumkan kepuasan konsumen baik pesanan yang tetap maupun permintaan tidak tetap. Ada dua cara untuk penjadwalan dan perencanaan dalam ERP. Yaitu MRP dan Kanban. MRP adalah push sedangkan Kanban adalah pull sehingga secara teori keduanya tidak searah dan tidak dapat digabungkan. tetapi dapat digunakan bersama artinya dapat dilakukan penjadwalan menggunakan kanban dan MRP secara bersama-sama. Untuk MRP, penjadwalan dan perencanaan dilakukan dari atas kebawah, sehingga merupakan sistem push. Biasanya digunakan untuk tujuan make to stock (MTS) tetapi MRP juga dapat digunakan dalam make to order (MTO). Untuk kanban, penjadwalan dan perencanaan dilakukan dari bawah ke atas. Tujuannya untuk menjaga zero inventory, ini merupakan sistem pull sehingga kedua sistem ini berlawanan arah. Make to stock (MTS) berdasarkan peramalan sedangkan make to order berdasarkan pesanan sesungguhnya. Perbedaanan kanban dan MRP adalah titik mulai penjadwalan dan perencanaannya. Jadi kanban dan MRP dapat digunakan untuk peramalan atau dari pesanan. Dalam MRP, ketika menghadapi pesanan, maka akan diperhitungkan kebutuhan bahan baku

12 26 kemudian diteruskan ke tahap selanjutnya seperti proses produksi dll sehingga disebut sistem push. Dalam kanban, unit terbawah (downstream) akan meminta bahan baku ke bagian atas (upstream) untuk di suplai sesuai order sehingga disebut sistem pull. Seperti diterangkan diatas bahwa kombinasi sistem yang dapat diterapkan untuk memperoleh keuntungan dari kedua sistem, maka sistem hibrid yang akan dibahas dan coba diterapkan pada industri makanan yang mempunyai karakteristik diatas adalah sistem hybrid inventory control policy atau dapat disebut kebijakan pengendalian persediaan hibrid antara make-toorder push strategy dengan make-to-stock pull strategy. Pada sistem ini, perencanaan produksi menggunakan sistem push dengan MRP untuk pesanan tetap (deterministik) sedangkan pengaturan tingkat stok barang jadi menggunakan sistem pull dengan kanban untuk permintaan tidak tetap (probabilistik). Pesanan tetap dapat diartikan pesanan dengan jumlah tetap yang diterima oleh perusahaan dari pelanggan dengan tenggang waktu sehingga dapat dibuat perencanaan produksi sedangkan permintaan tidak tetap adalah permintaan yang datang setiap saat dan akan dipenuhi dengan barang jadi yang ada dari stok gudang. Sehingga dalam sistem ini lebih mengutamakan pelanggan tetap. Permintaan tidak tetap yang tidak dapat dipenuhi oleh stok gudang akan menjadi backorder sehingga akan dipenuhi

13 27 oleh sistem kanban yang akan memerintahkan produksi selanjutnya jadi fungsi kanban adalah untuk menjaga level stok. Menurut Hopp dan Spearman (2003), di dunia nyata tidak ada sistem push murni atau pull murni. Meskipun dalam teoritis atau matematis dapat dibedakan secara hitam dan putih antara sistem push dan pull. Pada kenyataannya berupa bayangan abu-abu Sistem hibrid adalah dua atau lebih sistem yang dikombinasikan untuk meningkatkan kemampuan sistem tersebut dengan menerapkan keunggulan yang terdapat pada masing-masing sistem. Dalam sistem persediaan hibrid, strategi-strategi baik dalam respon, perencanaan, proses dan pengendalian dikombinasikan sehingga menghasilkan sistem persediaan yang memberikan hasil yang lebuh baik kepada perusahaan. Sistem persediaan hibrid telah dikenal oleh dunia industri sebagai sistem persediaan yang telah banyak membantu memecahkan masalah-masalah persediaan yang dihadapi. Banyak industri yang memadukan sistem pull dengan push untuk memperoleh keuntungan dari keunggulan kedua sistem tersebut baik untuk strategi make to stock maupun untuk strategi make to order. Salah satu sistem persediaan hibrid yang dikenal adalah dengan kebijakan hibrid yang mengkombinasikan sistem push strategi make to order (MTO) dengan sistem pull strategi make to stock (MTS) yang dikenalkan oleh David Claudio. Didalam kebijakan ini, sistem pull diperuntukkan bagi

14 28 pelanggan biasa sedangkan pelanggan yang menginformasikan terlebih dahulu kebutuhan permintaannya akan diperlakukan dengan sistem push dan akan diberikan prioritas lebih tinggi dibanding dengan pelanggan yang tidak memberikan informasi kebutuhannya. Menurut Claudio (2007), sistem pull telah sukses dalam implementasinya di dunia industri. Diantara yang sukses adalah sistem kanban dan CONWIP, dalam sistem pull, semua permintaan konsumen diharapkan dapat dipenuhi dari stok, karena itu ketika permintaan konsumen tiba, kemungkinan untuk mendapatkan produk akan tinggi dan service level dapat di pertahankan. Perlu ditambahkan, pelanggan tidak memerlukan waktu untuk menunggu jika produk yang diinginkan tersedia. Atas dasar ini maka sistem ini perlu dioperasikan dengan strategi make to stock (MTS). Menurut Hopp dan Spearman (1996) sistem push memiliki sifat make to stock (MTS) sedangkan sistem pull memiliki sifat make to order (MTO). Maka dari itu penjadwalan yang mengendalikan sistem push adalah pesanan atau peramalan bukan oleh status sistem. Strategi make to order (MTO) dapat mengurangi biaya persediaan dan biaya service level karena konsumen harus menunggu ketika produk yang diinginkan diproduksi. Metode yang cukup terkenal dalam strategi make to order (MTO) adalah MRP dengan situasi jumlah pesanan pelanggan diketahui.

15 Master Production Schedule (MPS) Menurut Hamid Noori dan Russel Radford (2002), Jadwal Produksi Induk (MPS) adalah suatu daftar jadwal produksi yang berisi tentang jumlah suatu produk atau sekumpulan produk yang akan diproduksi, biasanya berbasis mingguan, bahkan harian, Fungsi MPS Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitab dengan aktivitas melakukan 4 fungsi utama, yaitu : 1. Menyediakan atau memberi input utama kepada sistem perencana kebutuhan material atau kapasitas. 2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (Production and Purchase Orders) untuk item-item MPS. 3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. Tabel 2.2 Format Master Production Schedule (MPS) Item No : Lead Time : O n Hand : Past Period D ue Forecast A ctual Order Project Available Balance A vailable to Promise M aster Scheduled K apasitas Produksi Terpasang (K PT) Tabel D escription : Safety Stock : Demand Time Fences Planning Time Fences

16 Bill Of Material (BOM) Menurut Hamid Noori dan Russel Radford (2002),bill of material atau struktur produk adalah daftar (list) dari bahan, material, atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur untuk membuat produk akhir. Atau dapat juga didefinisikan sebagai cara-cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. Struktur produk terbagi atas : Struktur standart Dimana lebih banyak subassemblies daripada produk akhir, dan lebih banyak komponen daripada subassemblies. Struktur modular Dimana lebih sedikit subassemblies daripada produk akhir. Struktur Inverted Dimana lebih sedikit subassemblies daripada produk akhir, dan lebih sedikit komponen dan bahan baku dibandingkan subassemblies. 2.5 Material Requirement Planning (MRP) Perencanaan kebutuhan material (MRP) adalah suatu sistem yang menggabungkan kontrol persediaan dan sebuah teknik pendawalan dari komponen-komponen suatu produk yang ingin dihasilkan dengan memperhatikan jumlah dari masing-masing komponen tersebut untuk setiap

17 31 satu unit produknya, persediaan dari masing-masing komponen yang ada di tangan atau gudang, dan rencana penerimaan dari komponen-komponen yang telah dipesan, dan melakukan penyesuaian jumlah kebutuhan tiap komponen tersebut untuk selanjutnya dilakukan pemesanan sesuai dengan waktu tunggu dari masing-masing komponen Tujuan MRP Tujuan MRP adalah untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Ada 4 (empat) tujuan utama sistem MRP yaitu: 1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat 2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Input MRP MRP memerlukan beberapa informasi-informasi yang berfungsi sebagai input dan digunakan dalam perencanaan pesanan komponen dan material. Input MRP diantaranya adalah: Master Production Planning (MPS) 1. MPS atau jadwal produksi induk merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang

18 32 merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. 2. Bill Of Material (BOM) dan Struktur Produk Struktur Produk adalah komponen pembentuk produk akhir ditempatkan pada level satu dan seterusnya membentuk sebuah hirarki. Kegunaan dari struktur produk adalah: 1. Mengetahui jumlah item penyusun produk akhir 2. Memberikan aturan untuk produk yang akan dibuat Bill Of Material yaitu daftar atau list dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir atau jaringan yang menggambarkan hubungan induk-komponen. 3. Informasi dari file induk setiap komponen yang meliputi: Status persediaan, termasuk persediaan yang ada dan jadwal penerimaan komponen dari pesanan yang sudah dilakukan. Waktu tunggu (Lead time). Persediaan pengaman (Safety Stock). Informasi jumlah pesanan dan lain-lain.

19 Format MRP Format MRP: 1. Part No menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit. 2. BOM UOM menyatakan satuan komponen atau material yang akan dirakit. 3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur suatu komponen. 4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada di tangan sebagai antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang. 5. Description menyatakan deskripsi material secara umum. 6. On hand menyatakan jumlah material yang ada sebagai sisa periode sebelumnya 7. Order policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang. 8. Lot size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang. 9. Gross requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada setiap periode. Untuk end item (finished product), kuantitas gross requirement sama dengan master production scheduled (MPS). Untuk komponen kuantitas gross requirement diturunkan dari planned order release induknya. 10. Scheduled receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada periode tertentu.

20 Project available balance (PAB 1) menyatakan kuantitas material yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB 1 dapat dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan scheduled receipts pada periode itu dan menguranginya dengan gross requirement pada periode yang sama. Rumus : 12. Net requirement menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang harus disediakan untuk me menuhi induk komponennya atau untuk memenuhi master production scheduled. Net requirement = 0 (nol) jika PAB 1 lebih besar dari 0 (nol) dan sama dengan minus apabila PAB 1 kurang sama dengan nol. Rumus: 13. Planned order receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada suatu periode. POR muncul pada saat yang sama dengan Net Requirements akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung pada order policy-nya, selain itu juga harus mempertimbangkan safety stock nya juga. 14. Planned order release menyatakan kapan suatu order sudah di-release atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan

21 35 oleh induk itemnya. Kapan suatu order harus di-release ditetapkan dengan lead time period sebelum dibutuhkan. 15. Projected available balance 2 (PAB 2) menyatakan kuantitas material yang ada di tangan sebagai persediaan pada akhir periode. PAB 2 dapat dihitung dengan cara menggunakan planned order receipts pada net requirement. Rumus: Tabel 2.3 Format MRP Teknik-teknik Penentuan Ukuran Lot Sistem MRP memiliki 4 (empat) langkah utama yang selanjutnya keempat langkah tersebut harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini dapat dilakukan secara manual apabila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu

22 36 program diperlukan jika jumlah item sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Netting Adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam netting ini adalah kebutuhan kotor untuk setiap periode, rencana penerimaan dari sub kontraktor selama periode tersebut, dan tingkat ketersediaan yang dimiliki pada awal periode perencanaan. 2. Lotting Adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ada banyak alternatif metode untuk menentukan ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total biaya set-up dan biaya simpan. Teknik-teknik tersebut adalah teknik lot for lot, eqonomic order quantity, period order quantity, fixed period requirement, dan lain-lain. 3. Offsetting Proses ini dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam memenuhi tingkat kebutuhan bersih yang diperlukan dalam proses ini adalah lead time produk tersebut. Pemesanan harus dilakukan lebih

23 37 awal dari periode kebutuhan material tersebut. Periode kebutuhan material dikurangi dengan lead time menghasilkan periode pemesanan yang dilakukan. 4. Explosion Proses ini menghitung kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih rendah, berdasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting data yang diperlukan dalam proses ini adalah struktur produk dan bill of material (BOM) dari produk tersebut. Berdasarkan rencana pemesanan, akan dihitung kebutuhan kotor komponen-komponen penyusun produk akhir sesuai dengan dengan bill of material (BOM) dan struktur produknya. Dari proses explosion ini juga akan diketahui rencana pemesanan untuk komponenkomponen penyusun produk tersebut Output MRP Keluaran dari sistem MRP adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk melakukan pengendalian produksi: Rencana pemesanan yang disusun berdasarkan waktu tenggang dari setiap komponen atau item. Dengan adanya rencana pemesanan, maka jadwal kebutuhan bahan pada tingkat lebih rendah dapat diketahui. Jumlah lot bahan baku yang akan dipesan dapat diketahui berdasarkanpemilihan metode lot yang paling efisien.

24 Sistem Pemesanan Sistem Pemesanan Interval Tetap Menurut Zulian Yamit (2005), sistem pemesanan interval atau biasa disebut sistem periodik adalah berdasarkan atas tinjauan periodik periodik terhadap posisip persediaan. Penentuan kapan melakukan pemesanan dan berapa banyak yang harus dipesan tidak terikat pada permintaan melainkan pada tinjauan secara periodik. Dalam sistem pemesanan interval tetap hanya memuat dua parameter, yaitu periode waktu tetap (W) dan tingkat persediaan maksimal (E). sistem ini dikenal juga dengan nama W-sistem dengan interval pemesanan konstan. Interval pemesanan dapat menggunakan hari atau minggu sesuai kococokan Sistem Pemesanan EOQ Dengan Quantity Discount. Salah satu model perhitungan untuk menghitung permintaan yan ekonomis adalah dengan model quantity discount. Menurut Zulian Yamit (2005), dalam kenyataannya asumsi harga konstan tidak selalu benar. Kuantitas diskon atau unit diskon maupun harga diskon merupakan praktek yang biasa dalam dunia bisnis saat ini dan digunakan sebagai insentif bagi perusahaan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar.

25 39 Gambar 2.2 Gambar Perbandingan Biaya Pada EOQ Incremental Discount Gambar 2.3 Gambar Perbandingan Biaya Pada EOQ Unit Discount Secara umum terdapat dua tipe kuantitas diskon yang diberikan pemasok, yaitu: incremental diskon dan unit diskon. Rumus untuk unit diskon adalah: Untuk kuantiti ekonomis: Q* 2CR PF

26 40 Untuk total biaya: CR PFQ TC(Q) PR Q 2 Dimana: Q* = Jumlah pesanan ekononis C = Biaya pesan R = Kebutuhan dalam periode P = Harga barang satuan F = Biaya simpan dalam persen per tahun Langkah-langkah penyelesaian: Menghitung Q* untuk tiap harga diskon yang ditawarkan. Menentukan keabsahan kuantiti ekonomis dengan kuantiti yang ditawarkan. Menghitung total biaya untuk setiap kuantiti yang telah di absahkan. Pilih quantiti ekonomis yang telah diabsahkan dengan total biaya yang terendah.

27 Kapasitas Produksi Definisi Kapasitas Produksi Menurut Vincent Gaspersz (2005, p203), kapasitas produksi merupakan suatu kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber sumber daya yang tersedia dalam periode waktu tertentu serta merupakan fungsi dari banyaknya sumber sumber daya yang tersedia, seperti peralatan, mesin, personel, ruang, dan jadwal kerja Metode Pengukuran Kapasitas Produksi Menurut Vincent Gaspersz (2005, p208), terdapat tiga metode dalam pengukuran kapasitas produksi yang ada yaitu : a) Theoretical Capacity (Maximum Capacity atau Design Capacity) Merupakan kapasitas maksimum yang mungkin dari sistem manufaktur yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperti tiga shift per hari, tidak ada downtime mesin, dan lainnya. Jadi kapasitas ini diukur berdasarkan jam kerja yang tersedia untuk melakukan pekerjaan, tanpa suatu kesempatan untuk berhenti atau beristirahat. b) Demonstrated Capacity (Actual Capacity atau Effective Capacity) Merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pengalaman, yang mengukur produksi secara actual dari pusat kerja di

28 42 waktu lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka rata-rata berdasarkan beban kerja normal. c) Rated Capacity (Calculated Capacity atau Nominal Capacity) Merupakan penyesuaian dari kapasitas teoritis dengan faktor produktivitas yang telah ditentukan oleh demonstrative capacity. Kapasitas ini didapatkan dengan menggandakan waktu kerja yang tersedia dengan faktor utilisasi dan efisiensi. 2.8 Uji Kecukupan Data Menurut Ralph M. Barnes (1983 p ), dalam melakukan observasi dan pengumpulan data hendaknya melakukan evaluasi terhadap error dari data yang dikumpulkan. Untuk itu perlu untuk diketahui nilai N, yaitu jumlah observasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan kebenaran data pada tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang sudah ditentukan. Berikut adalah rumus N dengan 95 persen tingkat kepercayaan dan 5 persen tingkat ketelitian : N X X N ', Dimana : X 2 N = Jumlah observasi yang diperlukan untuk tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %. N = Jumlah observasi awal yang dilakukan.

29 43 40 = Konstanta tingkat ketelitian (5% = 40, 10% = 20). X = Data waktu yang dikumpulkan. Menurut Sutalaksana (1979, p135), tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat kepercayaan menujukkan besarnya kepercayaan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian yang ada. 2.9 Apakah Kanban Itu? Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi JIT. Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat persegi panjang. Kanban yang sering digunakan adalah kanban pengambilan (withdrawal kanban) dan kanban perintah produksi (production kanban). Suatu kanban pengambilan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus diambil dari proses terdahulu oleh proses berikutnya, sementara kanban perintah produksi menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus dihasilkan proses terdahulu. Kanban perintah produksi sering disebut kanban

30 44 dalam pengolahan atau secara sederhana kanban produksi. Jenis kanban yang lain adalah kanban pemberi tanda. Terdapat dua jenis kanban pemberi tanda, yakni : 1 Kanban segitiga. Kanban yang berbentuk segitiga ini terbuat dari lembaran logam dan cukup berat. Kanban segitiga biasanya ditempelkan pada suatu kotak dalam lot. Apabila suatu tumpukan kotak diambil oleh proses berikutnya sehingga kotak yang telah ditempeli kanban segitiga berada pada tumpukan teratas maka instruksi produksi harus digerakkan. Dengan kata lain, kanban segitiga menginformasikan titik pesan ulang.. 2 Kanban peminta bahan. Kanban ini berbentuk segiempat dan fungsinya hampir sama dengan kanban segitiga. Hanya saja kanban peminta bahan berfungsi sebagai titik pesan ulang untuk memerintahkan pengambilan bahan dan biasanya kanban peminta bahan ditempel pada kotak diatas kotak yang ditempeli kanban segitiga tergantung pada lamanya pengambilan bahan.

31 Bagaimana Cara Menggunakan Kanban. Gambar 2.4 Langkah-langkah Dalam Menggunakan Kanban Gambar 2.4 menunjukkan bagaimana kanban pengambilan dan kanban perintah produksi digunakan. Mulai dari proses berikutnya, berbagai langkah yang menggunakan kanban adalah : 1 Pembawa dari proses berikutnya pergi ke gudang proses terdahulu dengan kanban pengambilan yang disimpan dalam pos kanban pengambilan (yakni kotak atau berkas penerima) bersama palet kosong (peti kemas) yang ditaruh diatas forklift atau jip. Ia melakukannya secara teratur pada waktu yang telah ditentukan. 2 Bila pembawa dari proses berikutnya mengambil suku cadang di gudang A, pembawa itu melepaskan kanban perintah produksi yang dilampirkan pada unit fisik dalam palet (perhatikan tiap palet mempunyai satu lembar kanban) dan menaruh kanban ini dalam pos

32 46 penerima kanban. Ia juga meninggalkan palet kosong di tempat yang ditunjuk oleh orang yang ada pada proses terdahulu. 3 Untuk tiap kanban perintah produksi yang dilepaskannya di tempat itu ia menempelkan satu kanban pengambilan. Ketika menukarkan kedua jenis kanban itu, dengan hati-hati ia membandingkan kanban pengambilan dengan kanban perintah produksi untuk melihat konsistensinya. 4 Bila pekerjaan dimulai pada proses berikutnya, kanban pengambilan harus ditaruh dalam pos kanban pengambilan harus ditaruh dalam pos kanban pengambilan. 5 Pada proses terdahulu, kanban perintah produksi harus dikumpulkan dari pos penerima kanban pada waktu tertentu atau bila sejumlah unit telah diproduksikan dan harus ditempatkan dalam pos kanban perintah produksi dengan urutan yang sama dengan urutan penyobekan kanban di gudang A. 6 Menghasilkan suku cadang sesuai dengan urutan nomor kanban perintah produksi di dalam pos. 7 Ketika diolah, unit fisik dan kanban itu harus bergerak secara berpasangan. 8 Bila unit fisik diselesaikan dalam proses ini, unit ini dan kanban perintah produksi ditaruh dalam gudang A, sehingga pembawa dari proses berikutnya dapat mengambilnya kapan saja.

33 Menentukan Jumlah Kanban. Salah satu syarat untuk mengoperasikan sistem kanban dengan baik adalah dengan memiliki penyempurnaan kerja di sistem. Penyempurnaan kerja ini berasal dari penggunaan sejumlah kanban secara tepat pada setiap pusat kerja. Jumlah kanban yang dibutuhkan pada salah satu pusat kerja mungkin tidak sama dengan yang dibutuhkan di pusat kerja lain karena perbedaan cara kerja di setiap pusat kerja, unit yang diproduksi dan batas kapasitas kontainer (unit yang berbeda ditempatkan pada kontainer yang sama). Sebuah formula dapat digunakan untuk menentukan jumlah kanban produksi yang ideal yang dapat mendukung produksi ditunjukkan dengan rumus berikut : (d)(t)(1 e) Np c Dimana, Np adalah jumlah kanban produksi yang digunakan untuk mendukung rata-rata produksi tertentu. d adalah rata-rata jumlah produksi yang direncanakan untuk pusat kerja. t adalah rata-rata waktu satu unit (lot) untuk setup atau produksi dinyatakan sebagai persentase per hari. e adalah suatu nilai yang berkisar antara 0 1 yang dinyatakan dengan persentase inefisiensi yang ada pada sistem. (contoh : nilai 0 menunjukkan tidak ada inefisiensi). c adalah kapasitas kontainer (biasanya sama dengan 1 kecuali produksi ukuran lot).

34 48 Suatu formula untuk menentukan jumlah kanban pengambilan (conveyance kanban) dapat ditunjukkan dengan : (d)(t)(1 s) Nc c Dimana, Nc adalah jumlah kanban pengambilan yang digunakan untuk mendukung rata-rata produksi tertentu. d adalah rata-rata jumlah produksi yang direncanakan harian untuk pusat kerja. t adalah rata-rata waktu material handling yang dinyatakan dengan persentase per hari. s adalah level safety stock untuk inventory yang dinyatakan dengan persentase dari permintaan harian. c adalah kapasitas kontainer (biasanya sama dengan 1 kecuali produksi ukuran lot) Kanban Game Untuk memudahkan pihak perusahaan dalam penentuan produksi dengan metode kanban, biasa digunakan program komputer seperti program Excel Worksheet dari Microsoft. Dengan bantuan perangkat lunak ini, maka dapat ditentukan persediaan harian metode kanban sehingga dapat mengetahui berapa batch produksi yang dibutuhkan untuk mengembalikan persediaan barang jadi Pada gambar dibawah ini, adalah Excel Spreadsheet yang dapat digunakan untuk mensimulasikan permainan kanban yang dapat diterapkan untuk produksi harian. Pada bagian awal, dimasukan kapasitas produksi

35 49 harian untuk prooduksi kanban lalu masukan kapasitas maksimum yaitu kapasitas maksimum yang diperbolehkan untuk masing-masing varian produk Mengevaluasi tiap-tiap varian dan menentukan varian yang akan diproduksi dalam satuan kontainer. Kelebihan produksi akan ditandai warna merah pada kolom OVR STK sehingga. Kelebihan produksi tidak diperbolehkan, ketika tanda kelebihan produksi timbul, maka harus mengubah jumlah produksi dari varian produk yang mengindikasikan kelebihan produksi. Nilai negatif pada balance menandakan stok tidak dapat memenuhi permintaan. Dalam hal ini, diperbolehkan back-order. Sehingga memberikan hasil yang kosisten dari sistem ini. Dalam permainan ini juga tersedia grafik yang menunjukan total stok untuk analisa. Gambar dan grafik untuk permainan kanban dapat terlihat dibawah ini:

36 50 Gambar 2.5 Permainan Kanban Total Stok Qty Day Gambar 2.6 Grafik Stok Kanban

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Definisi Dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Dalam pabrik (manufacturing), persediaan dapat terdiri dari: persediaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Definisi serta Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Teguh Baroto (2002, p14), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM) Petunjuk Sitasi: Eunike, A., Herdianto, B., & Setyanto, N. W. (2017). Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM).

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis yang ada di perusahaan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 60 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah : 1. Data Kapasitas Produksi Adapun kapasitas produksi reguler perhari untuk satu lini produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manufacturing Resource Planning (MRP II) MRP (Material Requirement Planning) telah digunakan secara meluas pada industri-industri manufaktur dan menghasilkan pengurangan persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI 2013 MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI TI 3002 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Laboratorium Sistem Produksi Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung TI 3002 Praktikum

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas dimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi 32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Vincent Gaspersz (1998, p3) produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktifitas yang bertanggung

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Proses manufaktur dapat digambarkan seperti terlihat dalam Gambar 2.1., berupa kerangka masukan-keluaran, dimana masukannya berupa bahan baku, selanjutnya bahan

Lebih terperinci

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP) PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Retro Gemilang Internasional Sidoarjo) 2009 Adib Fahrozi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PENGERTIAN Persediaan : - Segala sesuatu/sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan - Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci