BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Infark Miokard Akut 1.a. Definisi, Klasifikasi dan Faktor Risiko Infark Miokard Akut Infark miokard akut dengan ST-segmen elevasi adalah salah satu bentuk dari PJK yang didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana didapatkan gejala yang khas dari iskemia miokard yang dikaitkan dengan perubahan gambaran elektrokardiografi (EKG) berupa ST-segmen elevasi dan adanya peningkatan nilai biomarker dari miokard yang nekrosis (O'Gara et al., 2013). Diagnosa ST Elevasi tanpa adanya hipertrofi ventrikel kiri atau Left Bundle Branch Block (LBBB) telah dijabarkan pada panduan klinis European Society of Cardiology/ American Heart Association (ESC/AHA) tahun 2012 sebagai elevasi dari ST segmen dihitung dari titik J pada setidaknya 2 sadapan yang bersebelahan 2 mm (0.2 mv) pada laki-laki atau 1.5 mm (0.15 mv) pada wanita di sadapan V 2 -V 3 dan atau 1 mm (0.1 mv) di sadapan lain di dada atau sadapan ekstremitas (Thygesen et al., 2012). Infark miokard akut berkaitan dengan berbagai kondisi klinis. ESC/AHA tahun 2012 mengklasifikasikan infark miokard akut sebagai: Tipe 1 : Infark Miokard spontan Tipe 2 : Infark Miokard sekunder karena ketidakseimbangan iskemi Tipe 3 : Infark Miokard yang menyebabkan kematian sebelum kadar biomarker diketahui. Tipe 4a: Infark Miokard yang berhubungan dengan tindakan intervensi koroner perkutan (IKP) 4

2 Tipe 4b : Infark Miokard yang berhubungan dengan trombosis stent Tipe 5 : Infark Miokard yang berhubungan dengan operasi pintas koroner Infark miokard akut dapat terjadi karena beberapa faktor risiko. Faktor risiko yang paling penting antara lain merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, menopause dan faktor risiko lain (Steg et al., 2012). 1.b. Epidemiologi Di Amerika, kurang lebih pasien menderita SKA pada tahun 2009 (Rhee et al., 2011). Di Indonesia, penyakit jantung koroner menurut riset kesehatan dasar tahun 2013 memiliki prevalensi 4% - 5 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013). 1.c. Patogenesis Infark Miokard Akut Aterosklerosis adalah suatu proses yang mendasari terbentuknya penyempitan pembuluh darah setempat oleh plak aterosklerotik, yang mengakibatkan terjadinya gangguan aliran darah sehingga terjadi gangguan pengangkutan oksigen serta hasil metabolisme ke otot jantung dengan akibat terjadi-nya iskemia miokard. Proses ini bersifat progresif dalam beberapa tahun. Bila plak ateroma ini menyebabkan penyempitan lebih dari 70%, aliran darah akan terganggu dan menimbukan manifestasi klinis sebagai angina pektoris. Robekan plak aterosklerotik dan ulserasi atau tukak, akan menimbulkan terjadinya manifestasi klinis angina pektoris yang tidak stabil atau infark miokard Aterosklerosis pada dasarnya merupakan gabungan dari 3 komponen penting : 1. Athrosis yang merupakan akumulasi senyawa yang kaya akan kolesterol yang sering disebut ateroma. 2. Sclerosis yang merupakan ekspansi jaringan fibrosa. 3. Inflamasi yang melibatkan aktifitas monosit atau makrofag, limfosit T dan sel mast. Dengan adanya 3 komponen aterosklerosis ini maka anggapan dimana sebelumnya PJK merupakan penyakit degeneratif yang mau tidak mau akan terjadi dengan sendirinya dengan meningkatnya umur, maka sekarang terdapat pemikiran baru, bahwa PJK merupakan penyakit inflamasi. (Gambar 1)

3 Gambar 1. Patogenesis Aterosklerosis. (1) LDL ditangkap oleh endothelium. (2) Oksidasi LDL oleh makrofag dan sel otot polos vaskuler. (3) Pelepasan faktor pertumbuhan dan sitokin. (4) Tertariknya monosit. (5) Akumulasi sel lemak. (6) Proliferasi sel otot polos. (7, 8) Terbentuknya Plak (Libby, 2012). 1.d. Respon Intrinsik Terhadap Iskemia Peningkatan berlebihan dari sitokin paska iskemia juga diakibatkan induksi sementara terhadap stress-induced transcription factors. Jalur ini mendorong induksi sitokin yang merupakan pemersatu dari sinyal stres seluler dan peningkatan respon terhadap stimulus seperti hipoksia, radikal bebas, disregulasi osmotik dan jejas membrane (Calabro et al, 2012). Regulator inflamasi lain akibat stress adalah PPAR-γ, yang memiliki peran dalam inflamasi paska iskemia. PPARs berperan sebagai regulator dari proliferasi sel dan respon inflamasi. PPAR-γ diekspresikan di makrofag, sel T, sel endothelial, otot polos pembuluh darah dan sel kardiomiosit. Data-data menunjukan activator PPAR-γ menekan proliferasi sel T dan menghambat produksi sitokin proinflamasi melalui jalur monosit-makrofag. Aktivator PPAR-γ ini menghambat ekspresi gen melalui penghambatan aktivitas transkripsi Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) dan NF-κB. Aktivasi PPAR-γ berhubungan dengan efek pleiotrofik pada pembuluh darah seperti antioksidan, antiapoptotik, anti inflamasi dan fungsi anti hipertensi (Frangogiannis et al, 2002). 1.e. Biomarker HsCRP pada Inflamasi Akibat SKA Inflamasi merupakan salah satu penyebab plak ateromatosa pecah,

4 menyebabkan kaskade kejadian yang menyebabkan oklusi arteri koroner. Peningkatan HsCRP pada orang dewasa sehat dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiovaskular. HsCRP itu sendiri memperantarai kejadian atherothrombosis. Sensitivitas HsCRP yang mendeteksi tingkat yang lebih rendah <5 mg / L diklasifikasikan dalam risiko rendah, menengah dan tinggi. Individu dengan tingkat resiko menengah dan tinggi akan mendapatkan manfaat yag lebih baik bila dilakukan terapi agresif. Peningkatan HsCRP paska SKA terutama saat nekrosis miokard terjadi menunjukkan tingkat peradangan miokard. Pada suatu penelitian menemukan bahwa pengukuran HsCRP (diambil antara 12 dan 24 jam paska kejadian) memprediksi terjadinya gagal jantung (HR = 2,6; p = 0,04) dan kematian (HR = 2,7; p = 0,02) paska IMA (Weir et al, 2006). Peningkatan puncak HsCRP di fase awal IMA terkait dengan komplikasi mekanik awal, termasuk ruptur jantung, aneurisma ventrikel dan pembentukan trombus. Kadar puncak HsCRP paska IMA pada 2-4 hari, kemudian menurun dari 8 sampai 12 minggu untuk mereda ke tingkat dasar (Velazquez et al, 2004). Menariknya, tingkat HsCRP paska IMA yang tidak memprediksi kejadian infark miokard berulang. Kejadian koroner akut tambahan hanya dapat diprediksi setelah tingkat CRP memiliki surut ke tingkat dasar (setelah sekitar 12 minggu). Salah satu kelemahan HsCRP yaitu pada suatu keadaan disertai inflamasi lainnya (arthritis arthritis, keganasan, vaskulitis) dapat menjadi non spesifik (Cleland et al, 2005). Paska infark Left Ventricle Systolic Dysfunction (LVSD) diketahui sebagai penanda untuk prognosis yang buruk. Kejadian tersebut dikaitkan dengan peningkatan resiko kematian jantung, reinfark dan rehospitalisasi. Setengah dari pasien yang didiagnosa dengan awal paska infark LVSD mengalami CHF. Prevalensi paska infark LVSD berkisar antara %. IMA merangsang terjadinya respon inflamasi sistemik dengan pelepasan sitokin proinflamasi dan peningkatan sintesis HsCRP (Uehara et al, 2003). Pemicu pelepasan sitokin dan faktor pertumbuhan pada IMA meliputi deformasi mekanik vetrikel kiri, iskemia dengan nekrosis, pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) dan jalur sitokin itu sendiri (Anzai et al, 1997). Mediator-mediator tersebut mengakibatkan ekspansi nekrosis dan pembentukan skar seperti halnya mestimulasi timbulnya HsCRP. Peningkatan HsCRP dalam plasma pada IMA dimulai pada jam-jam pertama saat gejala timbul, dengan puncak sekitar hari kedua dan kembali ke nilai dasar setelah beberapa minggu. Peningkatan jumlah HsCRP dalam tubuh terkait

5 dengan peningkatan kematian dalam jangka waktu yang menengah dan panjang (Suleiman et al, 2006). Gambar 2. Patogenesis CRP (Adukauskiene et al, 2016) 1.f. Angiotensin II dan Inflamasi Angiotensin II (AII) melalui reseptor Angiotensin II subtipe 1 (AT1) berperan sebagai mediator inflamasi melalui beberapa mekanisme. AII menimbulkan efek proinflamasi pada leukosit, sel endotel dan sel otot polos serta menimbulkan stimulus mitogenik pada sel otot polos. Penelitian pada endotel dan sel otot polos menunjukkan bahwa AII menstimulasi penururnan Nicotinamde Adenine Dinucleotide Phosphate Hydrogen (NADPH) Oxidase. NADPH oxidase merupakan kunci utama terbentuknya ROS. Stres oksidatif dapat didefinisikan sebagai peningkatan terbentuknya ROS dan sering terjadi pada aterosklerosis yang meliputi hiperlipidemia, hipertensi dan diabetes mellitus. ROS bersifat sangat reaktif dan cepat sekali dalam mengoksidasi lipid, protein dan asam nukleat, serta dapat juga merusak protein membran sel, sehingga dapat meleburkan membran lipid dan protein, sehingga membrane sel mengeras dan mengeluarkan materi genetik dalam nukleus. Akibatnya, Deoxyribonucleic Acid (DNA) menjadi rentan untuk mutase maupun destruksi. ROS menurunkan bioavaibilitas Nitrit Oxide (NO) dan menyebabkan disfungsi endotel. ROS dimediasi peroksidase lipid merupakan kunci utama awal terjadinya aterosklerosis. Detoksifikasi sangat penting dalam melindungi tubuh dari meluapnya ROS. Oleh karena itu keseimbangan ROS dalam tubuh yang sehat sangat diperlukan. Efek proinflamasi AII diduga memicu stress oksidatif melalui

6 berbagai mediator. NFkβ dikendalikan oleh status redoks dalam sel. Inflamasi pada tingkat seluler dapat digambarkan sebagai peningkatan NFkB dalam nukleus. Stimulasi A II menyebabkan terjadinya fosforilasi IkB, terlepasnya NFkβ dari IkB dan aktivasi NFkβ dan mengalami translokasi ke dalam nukleus. Akibatnya merangsang terjadinya transkripsi sitokin proinflamasi [TNF-α, Interleukin -1 (IL- 1) dan Interleukin-6 (IL-6)], molekul adesi (intercellular adhesion molecule (ICAM) dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1)), kemokin (Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1), IL-8 dan Macrophage Inhibiting Factor), Matrix Metalloproteinases (MMP-1 and MMP-9) dan berbagai gen yang mengatur transkripsi, apoptosis dan proliferasi sel. Faktor transkripsi lainnya, activator protein-1 (AP-1), juga diaktivasi oleh AII. (Dandona et al, 2007) Gambar 3. Efek Proinflamasi Angiotensin II (Dandona et al, 2007)

7 2. Telmisartan 2.1. Sejarah Telmisartan digambarkan secara kimiawi [1,1-biphenyl]-2-carboxylic acid,4-[(1,4-dimethyl-2-propyl[2,6-bi-1h-benziamidazol]-1-yl)methyl]-cas) (Gambar. 4). Obat ini merupakan bentuk aktif, bukan suatu prodrug dan sifat molekulnya kurang stabil (Zou et al, 2009). Telmisartan merupakan suatu ARB yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) sebagai terapi pada hipertensi sejak bulan November 1998 dan terbukti lebih efisien dan tahan lama dalam mengontrol tekanan darah dibandingkan obat-obatan lainnya (Singh et al, 2013). Gambar 4. Struktur Kimia Telmisartan (Zou et al, 2009) 2.2. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Telmisartan merupakan suatu antagonis angiotensin II non peptida aktif secara oral yang berperan pada reseptor subtipe AT1. Obat ini memiliki afinitas tertinggi pada reseptor AT1 dan memiliki afinitas reseptor Angiotensin II subtipe 2 (AT2) yang minimal. Penelitian terbaru menyatakan bahwa telmisartan memiliki sifat agonis PPARγ yang memperlihatkan efek metabolik yang menguntungkan. PPARγ merupakan suatu reseptor yang mengatur transkripsi gen spesifik dan yang mana target gen tersebut termasuk pengaturan metabolisme gula dan lipid seperti halnya suatu respon anti inflamasi. AII dibentuk dari angiotensin I pada suatu reaksi katalisasi oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE). AII merupakan agen paling penting pada sistem renin-angiotensin, dengan efek meliputi vasokonstriksi, stimulasi sintesis dan pelepasan aldosteron, stimulasi jantung dan

8 reabsorbsi natrium ginjal. Telmisartan bekerja dengan menghambat vasokonstriktor dan sekresi efek AII (Verdecchia et al, 2005). Gambar 5. Fungsi Biologi Angiotensin II (Vito et al, 2011) Telmisartan diserap secara oral dengan konsentrasi plasma puncak diukur pada 0,5-1 jam. Pada plasma konsentrasinya 10-25% dari puncak dengan dosis sekali sehari. Bioavailabilitasnya meningkat tergantung dosis bervariasi dari 42-58% untuk dosis antara mg. Lebih dari 99% dari telmisartan merupakan plasma protein-terikat albumin dan α - 1 glikoprotein. Dari jumlah ini, lebih dari 80% mencerminkan senyawa induk, dengan sisanya menjadi konjugat glukuronida dari telmisartan. Pada dosis oral, hampir semua (> 98%) obat ini diekskresikan tidak berubah dalam feses melalui sistem empedu, dengan ekskresi urin <1%. Klirens dosis oral dipengaruhi oleh usia, dosis, konsumsi alkohol dan gangguan hati, tetapi tidak berpengaruh pada serum kreatinin atau riwayat merokok. Telmisartan tidak dimetabolisme oleh sistem sitokrom P450 dan karenanya interaksi dengan obat lain jarang terjadi. Ini merupakan suatu keuntungan pada orang tua, yang mana sering menerima beberapa obat sehingga yang meningkatkan risiko untuk interaksi beberapa obat yang merugikan. Pada pasien hipertensi ringan sampai sedang waktu paruhnya 24 jam, lebih panjang dari semua ARB yang beredar saat ini (Cowan et al, 2009) Mekanisme aksi

9 A II merupakan suatu vasokonstriktor yang merangsang sintesis dan pelepasan aldosteron, penghambatan dari efek tersebut mengakibatkan penurunan resistensi vaskuler sistemik. Telmisartan tidak menghambat ACE, reseptor hormon lainnya, maupun kanal ion. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa telmisartan merupakan agonis parsial PPARγ, yang dikenal sebagai target pada obat anti diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa telmisartan dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat dan lipid (Cowan et al, 2009). Gambar 6. Fungsi Biologis Telmisartan (Vito et al, 2011) 3. Valsartan 3.1. Sejarah Valsartan merupakan berasal dari tetrazole nonpeptida yang poten dan aktif secara oral, yang mana menghambat secara selektif reseptor. Valsartan pertama kali ditemukan oleh Novartis dan dijual dengan nama dagang Diovan. Di Amerika Serikat, valsartan terdaftar oleh FDA sebagai terapi hipertensi pada anak yang berusia 6 tahun keatas dan dewasa sejak Desember 2008 (Siddiqui et al, 2011).

10 Gambar 7. Struktur Kimia Valsartan (Siddiqui et al, 2011) 3.2. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Valsartan bukan merupakan ARB yang istimewa. Obat ini memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor AT1 dibandingkan losartan, tetapi lebih rendah afinitasnya dibandingkan candesartan, telmisartan dan olmesartan. Valsartan memiliki waktu paruh yang pendek dibandingkan telmisartan dan olmesartan, akan tetapi kemampuannya menurunkan tekanan darah dalam 24 jam stabil, oleh sebab itu obat ini dapat diberikan sehari sekali. Valsartan dimetabolisme secara minimal oleh hati (~20%) dan diekskresi sebagian besar dalam bentuk yang tidak berubah. Valsartan tidak menghambat katabolisme yang dimediasi oleh ACE, atau yang berefek terhadapnya, bradikinin, tidak juga mengikat atau menghambat reseptor hormon lainnya atau kanal ion yang diketahui sangat berperan dalam mengendalikan sistem kardiovaskuler (Black et al, 2009) Efek Pleotrofik Valsartan Manfaat valsartan pada gagal jantung meliputi menurunkan remodeling ventrikel, memperbaiki left ventricular ejection fraction (LVEF), menurunkan brain natriuretic peptide (BNP) dan aldosteron, memperbaiki pulmonary capillary wedge pressure, cardiac output, dan systemic vascular resistance. Kemampuan pleotrofik dari valsartan inilah yang memberikan banyak manfaat pada pasien gagal jantung. Meskipun sebagian besar data ini diperoleh dari pasien dengan populasi hipertensi akan tetapi masih relevan untuk proteksi kardiovaskuler pada pasien dengan gagal jantung. Valsartan menekan produksi TNFα, IL-6, ROS, Tissue Plasminogen Activator, dan MCP-1. Telmisartan mempunyai kemampuan PPARγ yang signifikan, sedangkan valsartan kurang memiliki efek pleiotrofik ini (Benge et al, 2012). B. Penelitian Yang Relevan HsCRP merupakan suatu protein yang disintesis oleh hepatosit dibawah pengaruh IL-6 dalam 24 72jam dalam keadaan infeksi dan non infeksi seperti infark miokard. Berdasarkan kemampuan stabilitas jangka panjang, HsCRP yang beredar memungkinkan dilakukan penelitian khususnya pada PJK. Karena karakteristik itulah maka dilakukan beberapa penelitian yang menekankan efek ARB dalam menurunkan HsCRP pada pasien

11 hipertensi dan diabetes. Penelitian Val-MARC (Valsartan-Managing blood pressure Aggressively and evaluating Reductions in hscrp) merupakan salah satu penelitian yang penting yang menekankan penurunan tekanan darah dan penurunan HsCRP sekaligus untuk mengetahui antagonis Angiotensin II subtipe 1 Receptor (AT1R) melalui valsartan memiliki kemampuan menurunkan HsCRP. Penelitian ini mencakup 1668 pasien dengan hipertensi tingkat 2 secara acak diberikan valsartan saja ( mg/hari, n = 836) atau valsartan/ hydrochlorothiazide, mg/12.5 mg/hari, n = 832) selama rentang waktu 6 minggu. Pada akhir terapi, valsartan dapat menurunkan HsCRP secara signifikan. Pada penelitian VAST (Valsartan/HCTZ versus Amlodipine in STage II hypertensive patients) valsartan/hct lebih baik dibandingkan amlodipine 10 mg sehari sekali. Pada penelitian Valsartan Heart Failure Trial (ValHeFT), obat ini diketahui dapat menurunkan konsentrasi HsCRP. Efek valsartan dalam menurunkan HsCRP merupakan efek lain selain kemampuan menurunkan tekanan darah dan diperkirakan merupakan suatu efek pleiotrofik yang sangat berperan sebagai efek antiinflamasi (Del Fiorentino et al, 2009). Peningkatan HsCRP mengindikasikan adanya inflamasi sistemik. HsCRP merangsang terbentuknya MCP-1 dan ICAM-1 dan menurunkan endothelial NO synthase. HsCRP meningkatkan ukuran infark miokard pada binatang coba. HsCRP dapat diturunkan dengan terapi ACEI maupun ARB (Dandona et al, 2007). Pada penelitian VALIANT (Valsartan in Acute Myocardial Infarction) dengan populasi pasien LVSD, gagal jantung atau keduanya yang disebabkan oleh IMA dibandingkan efikasi dan keamanannya dengan terapi jangka panjang dengan valsartan, captopril dan kombinasi keduanya pada pasien paska IMA dengan resiko tinggi. Penelitian tersebut merupakan multisenter, buta ganda dan acak. Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan mortalitas diantara pasien yang diterapi dengan captopril 50 mg tiga kali sehari, valsartan 160 mg dua kali sehari atau kombinasi valsartan 80 mg dan captopril 50 mg (McMurray et al, 2006). Pada penelitian Italo Porto et al pada tahun 2009 membandingkan 22 pasien yang menggunakan ramipril 5 mg/hari dengan 20 pasien yang menggunakan telmisartan 80 mg/hari pada pasien-pasien dengan SKA selama 20 hari, didapatkan hasil bahwa kadar HsCRP menurun signifikan pada kelompok telmisartan dibandingkan ramipril (p=0.013). Dapat disimpulkan bahwa telmisartan lebih memiliki efek antiinflamasi yang kuat daripada ramipril pada keadaan setelah SKA (Porto et al, 2009).

12 Tabel 1. Perubahan HsCRP Selama Terapi ARB (Del Fiorentino et al, 2009) Catatan: C: Candesartan I : Irbesartan L: Losartan O: Olmesartan T: Telmisartan V: Valsartan CHF: Congestive Heart Failure HC : Hypercholesterolemia HT : Hypertension CAD: Coronary Artery Disease T2D : type 2 diabetes T1D : type 1 diabetes NS : normal subjects MS : metabolic syndrome B : baseline P : concurrent placebo Ns : not significant

13 C. Kerangka Berpikir Infark Miokard Akut Pemberian Valsartan 80 mg Pemberian Telmisartan 40 mg Tekanan Darah Inflamasi Tekanan Darah IKK NFkβ TNF α IL6 IL 1β Kadar HsCRP Keterangan : 1. : menghambat 4. : menurunkan 2. : mengaktivasi 5. : meningkatkan 3. variabel tergantung 6. : variabel bebas IKK : Inhibitor of nuclear factor kappa-b kinase NFkβ: Nuclear Factor kappa β TNF α : Tumor Necrozing Factor α IL1β : Interleukin 1β Pada pasien yang mengalami infark miokard akut akan terjadi proses inflamasi akut sehingga akan mengaktifkan NF-ĸB, pada akhirnya akan menyebabkan keluarnya

14 sitokin pro inflamasi, seperti TNFα, IL-1, IL-6. IL-6 akan menstimulasi produksi CRP didalam hepar (Kumar dan Cannon., 2009 ; Loo dan Martin., 1999). Telmisartan diketahui mampu menurunkan kadar penanda inflamasi seperti IL - 6, MMP- 9, MMP - 2 dan PTX3 ( plasma pentathrix - 3 ), suatu penanda inflamasi vaskuler. Obat ini juga diketahui menurunkan ekspresi MCP - 1 dan CC Chemokine Receptor 2 (CCR 2). Hal ini ditemukan untuk menurunkan pelepasan sitokin pro- inflamasi seperti prostaglandin E2 (PGE2), VCAM-1, aktivasi NFkB dan menghambat pembentukan ROS melalui aktivitas PPAR-γ agonis. ROS dan NFkB diketahui sebagai awal proses inflamasi dan meningkatkan transkripsi sitokin pro -inflamasi, molekul adhesi dan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate Hydrogen (NADPH) oksidase (Dandona et al, 2007). Pada penelitian Dandona et al (2003) menunjukkan bahwa valsartan menurunkan sitokin proinflamasi, TNF α dan IL 6 selain efek penurunan tekanan darah. Pada penelitian Yasunari et al tahun 2004 yang menguji terbentuknya ROS dan CRP antara pemberian valsartan dan amlodipine pada pasien hipertensi dengan LVH, menunjukkan bahwa adanya penurunan ROS yang lebih kuat pada pemberian valsartan dibandingkan amlodipine (Yasunari et al, 2004). Dandona et al paada tahun 2003 mengatakan bahwa valsartan menurunkan terbentuknya ROS dan afinitas ikatan NFkβ pada sel mononuklear secara in vivo (Dandona et al, 2003). D. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP pada pemberian telmisartan atau valsartan pada pasien IMA. Pemberian telmisartan lebih baik dalam menurunkan kadar HsCRP dan menurunkan tekanan darah lebih kuat dibanding valsartan pada pasien IMA.

15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HsCRP DAN TEKANAN DARAH ANTARA TERAPI TELMISARTAN DAN VALSARTAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT

PERBEDAAN KADAR HsCRP DAN TEKANAN DARAH ANTARA TERAPI TELMISARTAN DAN VALSARTAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT PERBEDAAN KADAR HsCRP DAN TEKANAN DARAH ANTARA TERAPI TELMISARTAN DAN VALSARTAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Magister Program Studi Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang berasosiasi dengan infark miokard. Menurut WHO, pada 2008 terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh dunia. Hal ini sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu sindroma klinis berupa sekumpulan gejala khas iskemik miokardia yang berhubungan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard akut (IMA) dan merupakan salah satu faktor risiko kematian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih arteri koroner dan atau cabang-cabangnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala akibat resistensi insulin disertai abnormalitas fungsi dan deposisi lemak. Sindroma metabolik menjadi faktor risiko penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian diseluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik subyek penelitian Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive sampling pada penderita dengan stenosis jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Acute Coronary Syndrome (ACS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS) >139 mmhg dan/ atau, Tekanan Darah Diastolik (TDD) >89mmHg, setelah dilakukan pengukuran rerata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gagal jantung hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia(jessup dan Brozena, 2013). Prevalensi gagal jantung masih cukup tinggi, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya. Infark miokard

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan manifestasi penyakit diabetes mellitus (DM). Pada saat ini prevalensinya makin meningkat di negara maju. Penyakit ini menempati peringkat empat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c- BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil peneltian 5.1.1 Proses Analisis Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Super Oxide Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi rokok sudah menjadi gaya hidup baru bagi masyarakat di seluruh dunia. Menurut laporan WHO yang ditulis dalam Tobacco Atlas tahun 2012, konsumsi rokok terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan sebagai kondisi dimana muncul gejala-gejala khas iskemik miokard dan kenaikan segmen ST pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global pada saat ini. Prevalensi global diabetes pada orang dewasa diperkirakan meningkat dari 6,4 % pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (JNC7, 2003). Peningkatan tekanan darah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

EFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI. Augusta L.Arifin

EFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI. Augusta L.Arifin EFEK METABOLIK TELMISARTAN PADA PASIEN DIABETES-HIPERTENSI Augusta L.Arifin Sub Bagian Endokrinologi & Metabolisme Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat BAB VI PEMBAHASAN Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat menyebabkan perlemakan hati non alkohol yang ditandai dengan steatosis hati, inflamasi dan degenerasi ballooning hepatosit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selama bulan September 2015 hingga Oktober 2015 diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal luas sebagai penyakit kardiovaskular, merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penderita hipertensi yang selalu meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan akan obat anti hipertensi meningkat. Industri farmasi sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung. BAB V PEMBAHASAN STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung. Mekanisme diabetogenik STZ adalah alkilasi DNA oleh STZ melalui gugus nitroourea yang mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada negara maju antara lain heart failure, ischemic heart disease, acute coronary syndromes, arrhythmias,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian Telmisartan 40 mg maupun Valsartan 80

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF Kriteria eksklusi: Anemia Edema preibial Cr. Serum >1,4 mg/dl R. Ca VU 22 orang Cek darah 15 mg pioglitazone slm 12 mgg Cek darah Diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah sindrom koroner akut (Lilly, 2011). Sindom koroner akut (SKA) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar seperempat penduduk Eropa dewasa diperkirakan memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik juga

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci