Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014"

Transkripsi

1 di Instalasi Rawat Inap Jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah Periode Januari-April 2014 Rasionality of Antipsychotic Usage On Schizophrenia Patient at Mental Health Department of Madani Hospital of Central Sulawesi In Period of January-April 2014 Fahrul 1*, Alwiyah Mukaddas 2, Ingrid Faustine 2 1 Prodi Farmasi, untad 2 Lab. Farmakologi dan Farmasi Klinik, Prodi Farmasi, Untad ABSTRACT Schizophrenia is a severe mental disorder, that antipsychotics was effective therapy to treat it. There are 50 million sufferers in the world, 50% did not receive appropriate treatment and 90% of patients who did not receive the proper treatment in developing country. This research is aimed to find out rationality of antipsychotic usage includes right indication, drug, patient, dosage, and frequency in Schizophrenia Patient Department of Mental health in Madani Hospital of Central Sulawesi, in the period of January-April This research is a descriptive study, prospectively done by collecting primary data which was observation and interview, and secondary data was from the schizophrenia patient medical record. Data analysis was done by descriptive quantitative to provide an overview of the characteristic of each study variables including patient characteristic, clinical characteristic, and rational use of drug. The obtained results in rationality treatment was as follows : 100% precise indications, 90.4% right drug, 87.8% right patient, 81.6% right dosage and 90.4% appropriate frequency of antipsychotic use. Antipsychotic usage in schizophrenia Patient at mental health department of Madani Hospital of Central Sulawesi cannot be stated as rational yet. Key Words : Rationality, antipsychotic, schizophrenia ABSTRAK Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat, dimana antipsikotik merupakan terapi yang efektif mengobatinya. Terdapat 50 juta penderita di dunia, 50% tidak menerima pengobatan yang sesuai dan 90% dari penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut terjadi di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antipsikotik meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan tepat frekuensi pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah Periode Januari-April Metode yang digunakan adalah deskriptif yang dikerjakan secara prospektif dengan mengumpulkan data primer dengan melakukan observasi, wawancara dan data sekunder dari rekam medik pasien skizofrenia yang menjalani rawat inap di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April Analisa data dilakukan secara deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan atau corresponding author : fahrul_elbarca@yahoo.com 18

2 memberikan gambaran karakteristik setiap variabel penelitian meliputi : Karakteristik pasien, karakteristik klinis dan rasionalitas penggunaan obat. Hasil rasionalitas pengobatan yang didapatkan adalah sebagai berikut : tepat indikasi 100%, tepat obat 90,4%, tepat pasien 87,8%; tepat dosis 81,6% dan tepat frekuensi pemberian antipsikotik 90,4%. Penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah Periode Januari-April 2014 belum dapat dikatakan rasional. Kata Kunci : Rasionalitas, antipsikotik, skizofrenia I. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Penyakit ini menyerang 4 sampai 7 dari 1000 orang (Saha et al, 2005). Skizofrenia biasanya menyerang pasien dewasa yang berusia tahun. Diperkirakan terdapat 50 juta penderita di dunia, 50% dari penderita tidak menerima pengobatan yang sesuai, dan 90% dari penderita yang tidak mendapat pengobatan tepat tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2011). Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia) sebesar 0,46%. Sulawesi Tengah menempati peringkat pertama dari provinsi lain yang berada di Sulawesi dengan penderita skizofrenia sebesar 0,53%. (RISKESDAS, 2008). Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan antipsikotik. Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan utama yang efektif mengobati skizofrenia (Irwan dkk, 2008). Rumah Sakit Daerah Madani merupakan satu-satunya Rumah Sakit milik pemerintah di Provinsi Sulawesi Tengah sebagai rujukan untuk pasien gangguan kejiwaan. Berdasarkan 19 laporan dari unit rekam medik RSD Madani menyatakan bahwa kasus pasien skizofrenia rawat inap termasuk pasien terbanyak dan mengalami peningkatan setiap tahunnya di rumah sakit tersebut dengan kejadian pada tahun 2010 terdapat 326 pasien skizofrenia dari 506 pasien gangguan jiwa, tahun 2011 terdapat 347 pasien skizofrenia dari 560 pasien gangguan jiwa, tahun 2012 terdapat 365 pasien skizofrenia dari 427 pasien gangguan jiwa dan tahun 2013 terdapat 375 pasien skizofrenia dari 662 pasien gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa Rumah Sakit Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan tepat frekuensi. II. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental observasional yang

3 dikerjakan secara prospektif dan hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan observasi dan wawancara, dimana peneliti terlibat secara langsung dalam mengamati keadaan pasien dan data sekunder dari rekam medik pasien. III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Pasien Jumlah pasien Persentase (%) Karakteristik Pasien 1. Jenis Kelamin Laki-laki 59 79,7 Perempuan 15 20,3 2. Usia a. Laki-Laki , , ,2 > b. Perempuan , , ,2 > Suku/etnis Kaili 22 29,7 Pamona 7 9,5 Mori 2 2,7 Tomini 5 6,8 Bungku 3 4,1 Dampelas 1 1,4 Lainnya 21 28,4 Tanpa Keterangan 12 16,4 4. Status Perkawinan Kawin 10 13,5 Tidak/Belum Kawin 53 71,6 Duda/Janda 11 14,9 5. Jenjang Pendidikan Tidak Sekolah 10 13,5 SD 21 28,4 SMP 19 25,7 SMA Akademi 1 1,4 Sarjana 3 4,1 6. Pekerjaan PNS 2 2,7 Tani/Nelayan 14 18,9 Wiraswasta 4 5,4 Buruh 1 1,4 Pelajar/Mahasiswa 2 2,7 Tidak Bekerja 51 68,9 Tabel 1 Distribusi karakteristik pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari- April 2014 Prognosis atau perjalanan penyakit pada laki-laki lebih buruk dibandingkan pada penderita perempuan sehingga cepat terlihat. Penyebabnya dapat karena faktor genetik, lingkungan atau pengaruh dari dalam diri sendiri. (Kaplan and Sadock, 1997; Byrne et al, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan pasien laki-laki berjumlah 59 orang (79,7%), sedangkan pasien perempuan hanya berjumlah 15 orang (20,3%). Berdasarkan wawancara peneliti dengan perawat rawat inap pasien skizofrenia, jenis kelamin laki-laki penderita skizofrenia lebih banyak dirawat inap dibanding dengan perempuan karena laki-laki biasanya memiliki agresifitas sangat tinggi sehingga sulit ditangani jika hanya dirawat di rumah, sedangkan agresifitas pada perempuan penderita skizofrenia masih dapat ditangani oleh keluarga di rumah sehingga cenderung dirawat di rumah. Skizofrenia pada laki-laki biasanya timbul antara usia tahun, sedangkan pada wanita antara tahun (Irmansyah, 2005). Penelitian ini menunjukkan distribusi

4 usia pasien skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, usia yang terbanyak pada pasien berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan adalah yang berusia antara tahun yaitu 66,1% dan 73,3%. Hal ini disebabkan pada usia muda terdapat faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional, sedangkan pada usia tua lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biologik (Kaplan and Sadock, 1997). Distribusi suku menunjukkan suku terbanyak pasien skizofrenia adalah suku Kaili yaitu 29,70%. Hal ini disebabkan karena jumlah responden pada saat penelitian yang paling banyak dirawat inap adalah suku Kaili. Kelompok suku lainnya merupakan terbanyak kedua yaitu 28,40% (Tabel 1). Suku lainnya merupakan suku yang berasal dari luar Sulawesi Tengah. Hal ini sesuai dengan Kaplan and Sadock (2010), disebutkan bahwa para imigran baru memiliki stress lebih besar karena harus beradaptasi dengan kultur sekitarnya. Gangguan jiwa skizofrenia biasanya muncul pada masa remaja atau belum menikah, sehingga pasien perlu pengobatan dalam jangka waktu lama karena skizofrenia bersifat kronis sehingga kemampuannya membangun relasi dengan baik (misalnya untuk menikah) cenderung terganggu (David, 2004; Sira, 2011). Penelitian ini menunjukkan status perkawinan pasien skizofrenia yang 21 terbanyak adalah status tidak/belum kawin yaitu 71,6%. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang yang tidak kawin (Kaplan and Sadock, 2010). Jenjang pendidikan pasien skizofrenia yang terbanyak pada penelitian ini yaitu pendidikan SD 28,4%. Jenjang pendidikan yang terbanyak setelah itu adalah SMA 27,7%. Hal ini berkaitan dengan onset dari skizofrenia, usia pertama kali terkena skizofrenia antara dan tahun (Kaplan and Sadock, 2010). Oleh karena itu, pada usia tersebut pasien yang terkena skizofrenia tidak dapat mendapat pendidikan yang lebih tinggi lagi karena kesulitan untuk mengikuti pendidikan formal. Distribusi pekerjaan pasien yang terbanyak pada penelitian adalah tidak bekerja yaitu 62,2%. Selain motivasi diri yang kurang karena adanya gejala negatif yang mendasarinya, stigmatisasi dan diskriminasi pada penyandang gangguan jiwa menghalangi mereka untuk berintegrasi ke dalam masyarakat, karena sering mendapatkan ejekan, serta isolasi sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, faktor ini membatasi hak berpendapat dan hak memperoleh pekerjaaan (Saperstein et al, 2011). b. Karakteristik klinis skizofrenia 1. Gejala Skizofrenia Gejala Jumlah Persentase

5 (%) Gejala Positif Waham Halusinasi Inkoherensi Gejala Negatif Afek Datar Alogia Isolasi sosial Tabel 2 Distribusi gejala pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Gejala skizofrenia yang paling banyak adalah gejala positif (72,3%). Menurut Hawaris (2007) gejala positif skizofrenia merupakan gambaran gangguan jiwa skizofrenia yang mencolok dan amat mengganggu lingkungan atau keluarga dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa penderita berobat. Halusinasi merupakan gejala positif yang paling banyak ditemukan di RSD Madani yaitu 44,5%. Halusinasi yaitu persepsi sensorik yang salah di mana tidak terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya dengan wujud penginderaan yang keliru (Arif, 2006). Halusinasi juga merupakan salah satu gejala psikotik yang merupakan kriteria diagnostik skizofrenia sehingga gejala ini mendominasi dari gejala lainnya. Afek tumpul merupakan gejala negatif yang banyak ditemukan di RSD Madani yaitu 16,8%. Afek tumpul atau alam perasaan yang datar merupakan gambaran alam perasaan yang dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi (Hawaris, 2007). 2. Tipe-tipe skizofrenia Diagnosa Jumlah pasien Persentase (%) Skizofrenia Paranoid 30 40,5 Skizofrenia Hebefrenik 3 4,1 Skizofrenia Tak Terinci 20 27,0 Skizofrenia Residual 4 5,4 Skizofrenia YTT 17 23,0 Total Tabel 3 Distribusi tipe-tipe skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Tipe skizofrenia terbanyak adalah tipe paranoid yaitu 40,5%. Menurut Arif (2006) ciri utama skizofrenia tipe paranoid adalah adanya keyakinan yang tidak rasional (waham) mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif masih terjaga. Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa gejala halusinasi paling banyak ditemukan yang merupakan salah satu ciri yang mendominasi tipe paranoid. Tipe tak terinci merupakan tipe yang terbanyak kedua yaitu 27%. Tipe ini mempunyai gejala positif yang menonjol atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe skizofrenia yang lain. Berbeda dengan tipe tak terinci, tipe yang tak tak tergolongkan (YTT) gejalanya sulit untuk digolongkan pada skizofrenia tertentu dimana pada penelitian ini terdapat 22

6 sebanyak 23%. Selanjutnya tipe residual (5,4%), tipe ini diberikan bila mana pernah paling tidak satu kali episode skizofrenia tetapi tanpa gejala positif yang menonjol. Tipe yang paling sedikit adalah tipe hebefrenik (4,1%), ciri utama tipe ini adalah pembicaraan kacau dapat disertai kekonyolan dan tawa yang tidak berkaitan dengan isi pembicaraan (Arif, 2006; Hawaris, 2007). 3. Jenis antipsikotik yang digunakan Jenis Antipsikotik Jumlah Persentase (%) Tipikal Klorpromazin 37 27,2 Trifluoperazin 10 7,4 Haloperidol 59 43,4 Atipikal Klozapin 26 19,1 Olanzapin 1 0,7 Risperidon 3 2,2 Total Tabel 4 Distribusi jenis antipsikotik yang digunakan pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Obat antipsikotik (neuroleptik) merupakan terapi utama pada pasien skizofrenia. Jenis antipsikotik yang banyak digunakan di RSD Madani periode Januari- April 2014 adalah tipikal yaitu 78% dan paling sedikit adalah jenis atipikal yaitu 22%. Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya karena antipsikotik tipikal digunakan untuk mengobati gejala positif yang merupakan gejala yang mendominasi pasien skizofrenia. Pada penelitian ini gejala positif mendominasi (72,3%) sehingga penggunaan antipsikotik tipikal juga paling tinggi (78%). Antipsikotik tipikal yang banyak digunakan adalah haloperidol yaitu 43,4% Haloperidol merupakan antipsikotik yang bersifat D 2 antagonis yang sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan efek antikolinergiknya sangat minimal. Klorpromazin merupakan antipsikotik tipikal yang paling banyak digunakan kedua yaitu 27,2%. Selain memiliki efek samping hipotensi yang tinggi dari pada haloperidol, klorpromazin juga memiliki efek samping sedatif kuat yang digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku. Sedangkan haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap sindrom positif dengan gejala dominan antara lain halusinasi, waham, apatis, menarik diri, hipoaktif kehilangan minat dan inisiatif dan perasaan tumpul (Maslim, 2003; Dipiro et al, 2011). 4. Lama Rawat Inap Lama Rawat Inap Jumlah pasien Persentase (%) < 28 hari 22 29,7 > 28 hari 30 40,5 Tabel 5 Distribusi lama rawat inap pasien infeksi saluran kemih yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April

7 Lama rawat inap pasien kurang dari 28 hari sebanyak 30%, sedangkan lama rawat inap yang lebih dari 28 hari sebanyak 40%. Berdasarkan standar pelayanan medik RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah, rawat inap perlu bagi pasien skizofrenia jika membahayakan diri sendiri atau lingkungannya dan lama perawatan pasien skizofrenia adalah minimal 4 minggu (28 hari). Hasil penelitian menunjukkan pasien yang menjalani rawat inap > 28 hari paling dominan hal ini dikarenakan pengobatan skizofrenia membutuhkan waktu yang lama. Namun terdapat pula 30% pasien yang menjani rawat inap < 28 hari karena menurut salah satu dokter spesialis jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah pasien boleh berobat jalan jika selama perawatan pasien sudah memenuhi kriteria pasien pulang yaitu tenang, kooperatif, perawatan diri cukup, minum obat teratur, makan dan minum teratur. 5. Keadaan Pulang Keadaan pulang pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari- April 2014 adalah seluruh pasien skizofrenia pulang 52 orang (70,3%) sembuh parsial dengan tetap berobat jalan dan pasien skizofrenia belum pulang 22 orang (29,7%) masih dirawat inap. Beberapa pasien sudah memenuhi kriteria pulang tapi masih dirawat inap karena belum adanya keluarga yang menjemput. Namun, jika jangka waktu yang cukup lama keluarga tidak datang, pasien diantar kerumahnya oleh pihak rumah sakit.. c. Rasionalitas penggunaan antipsikotik 1. Tepat indikasi Tepat Indikasi Jumlah Persentase (%) Ya Tidak 0 0 Total Tabel 6 Distribusi tepat indikasi pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari- April 2014 Hasil penelitian menunjukan semua pasien skizofrenia mendapatkan terapi antipsikotik. Hal tersebut menunjukkan semua pasien 100% tepat indikasi. Ketepatan indikasi disesuaikan dengan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Pemilihan obat mengacu pada penegakkan diagnosis. Jika diagnosis yang ditegakkan tidak sesuai maka obat yang digunakan juga tidak akan memberikan efek yang diinginkan. 2. Tepat obat Tepat Obat Jumlah Persentase (%) Ya ,4 Tidak Total Tabel 7 Distribusi tepat obat pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April

8 Pemilihan antipsikotik sebaiknya mempertimbangkan tanda-tanda klinis dari pasien, profil khasiat dan efek samping dari obat-obat yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan pemilihan jenis, golongan dan kombinasi antipsikotik pada pasien skizofrenia yang tepat obat sebesar 90,4% dan yang tidak tepat obat sebesar 9,6%. Penelitian pada 136 antipsikotik terdapat yang tidak tepat obat sebesar 9,4%. Hal ini terjadi karena pasien dengan episode pertama diberi Antipsikotik generasi I yaitu masing-masing diberi haloperidol, trifluoperazin dan kombinasi haloperodol dengan klorpromazin sebanyak 3 pasien. Hal ini tidak sesuai dengan algoritma pengobatan dimana firstline pada pengobatan episode pertama adalah antipsikotik generasi II. Selain itu, pasien yang kesekian kalinya masuk rumah sakit dengan gejala positif dan negatif tetapi hanya diberikan terapi trifluoperazin sebanyak 1 pasien. Trifluoperazin merupakan antipsikotik generasi I yang hanya efektif terhadap gejala positif. Penggunaan kombinasi klorpromazin dengan trifluoperazin pada 4 pasien juga dianggap tidak tepat. Pemberian kombinasi ini dianggap polifarmasi karena keduanya merupakan golongan fenotiazin. Pemberian obat antipsikotik dalam satu golongan umumnya memiliki efek yang sama misalnya pada potensi antipsikotiknya, efek 25 sampingnya seperti efek sedatif, efek ekstrapiramidal dan efek hipotensif. Kombinasi tersebut selain tidak memberikan keuntungan justru akan meningkatkan risiko efek samping yang dapat membahayakan pasien. Pemilihan obat antipsikotik dipengaruhi oleh tingkat sedasi yang diinginkan dan kerentanan pasien terhadap efek samping ekstrapiramidal. Perbedaan antara obat antipsikotik merupakan hal yang tidak begitu penting dibanding respon pasien terhadap obat. Maksudnya adalah jenis antipsikotik yang diberikan pada pasien tergantung pada respon pasien terhadap obat tersebut. Jika pasien memiliki respon yang baik dengan mengalami perbaikan gejala dengan pemberian jenis obat antipsikotik tertentu maka obat itulah yang efektif untuk pasien tersebut. Namun bila respon pasien terhadap jenis antispikotik tertentu tidak baik maka perlu diganti dengan jenis antipsikotik lain hingga pasien merespon lebih baik. Selain medikasi antipsikotik dari pengobatan skizofrenia, intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis seperti dukungan keluarga dan terapi spiritual. 3. Tepat Pasien Tepat Pasien Jumlah Persentase (%) Ya 65 87,8 Tidak 9 12,2 Total

9 Tabel 8 Distribusi tepat pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Distribusi tepat pasien skizofrenia yang mendapat terapi antipsikotik didapatkan hasil tepat Pasien sebesar 87,7% dan tidak tepat sebesar 12,2%. Tepat pasien jika penggunaan obat antipsikotik sesuai dengan kondisi fisiologi dan patofisiologi pasien atau tidak adanya kontraindikasi dengan pasien dan tidak terdapat riwayat alergi. Hasil penelitian didapatkan 12,2% pasien tidak tepat pasien, karena 1 pasien yang mempunyai riwayat alkoholik diberikan terapi klozapin yang kontraindikasi dengan riwayat tersebut. Selain itu, tidak ditemukannya lagi riwayat penyakit lain pada semua pasien yang diteliti. Menurut salah satu dokter di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah jika ditemukan riwayat dan penyakit fisik yang berat pasien di tempatkan di ruang tersendiri yang merupakan tempat rawat inap pasien skizofrenia dengan gangguan lainnya. Sehingga mempermudah dokter untuk lebih berhati-hati dalam memberikan terapi antipsikotik. 4. Tepat dosis Tepat Dosis Jumlah Persentase (%) Ya ,6 Tidak 25 18,4 Total Tabel 9 Distribusi tepat dosis pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Hasil penelitian didapatkan tepat dosis sebesar 81,6% dan tidak tepat sebesar 18,4% dari 136 antipsikotik. Tepat dosis adalah dosis yang berada dalam area terapi obat antipsikotik dan kesesuaian dosis tersebut berdasarkan kondisi pasien khususnya pasien lanjut usia. Hasil penelitian ini diperoleh dosis yang tidak tepat diberikan pada pasien lanjut usia karena dosis awal yang diberikan sama dengan dosis untuk pasien dewasa. Pemberian dosis obat antipsikotik pada pasien lanjut usia setengah dosis dewasa (BPOM RI, 2008). Pasien usia lanjut membutuhkan dosis antipsikotik lebih rendah karena beberapa alasan antara lain penurunan klirens ginjal, penurunan cardiac output, penurunan fungsi liver, penurunan P450 dan lebih sensitif untuk gejala ekstrapiramidal (Amir, 2013). Menurut Maharani (2004) dosis obat antipsikotik pada pasien skizofrenia dimulai dengan dosis yang rendah lalu perlahan-lahan dinaikkan, dapat juga langsung diberi dosis tinggi tergantung pada keadaan pasien dan kemungkinan terjadi efek samping. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit boleh diberikan dosis tinggi karena pengawasannya lebih baik (Maramis, 2004). 5. Tepat frekuensi 26

10 TFPA Jumlah Persentase (%) Ya ,4 Tidak 13 9,6 Total TFPA : Tepat Frekuensi Pemberian Antipsikotik Tabel 10 Distribusi tepat frekuensi pemberian antipsikotik pasien skizofrenia yang dirawat inap jiwa di RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 Hasil penelitian didapatkan tepat frekuensi pemberian antipsikotik sebesar 90,4% dan tidak tepat sebesar 9,6% dari 136 antipsikotik. Penentuan frekuensi pemberian obat dengan fungsi organ normal dapat ditentukan dengan melihat nilai waktu paruh (t 1 2 ) obat. Waktu paruh haloperidol 12 jam, sehingga cukup diberikan 2 kali sehari. Klorpromazin dapat diberikan dosis awal mg 3 kali sehari namun untuk dosis pemeliharaan diberikan 100 mg 2 kali sehari. Klozapin hanya tersedia dalam bentuk preparat oral, konsentrasi plasma puncak dicapai setelah 2 jam pemberian oral. Waktu paruh eliminasi adalah 12 jam (antara jam). Sehingga klozapin cukup diberikan 2 kali sehari agar dapat mempertahankan kadar obat dalam plasma. Kadar puncak plasma dicapai 5 jam pemberian olanzapin. Waktu paruh 31 jam (rata-rata jam) dengan satu kali dosis (Dipiro et al, 2011; Amir, 2013). Antipsikotik sering diberikan dalam dosis harian yang terbagi dan titrasi hingga mencapai dosis efektif. Jika dosis harian efektif pasien telah diketahui, obat dapat 27 diberikan tidak terlalu sering. Dosis sekali sehari, biasanya pada malam hari, dapat bermanfaat bagi kebanyakan pasien selama menjalani terapi rumatan jangka panjang. Penyederhanaan jadwal dosis akan meningkatkan kepatuhan pasien (Katzung, 2012). Penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 belum dapat dikatakan rasional, karena kriteria pengobatan rasional meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan tepat frekuensi belum tepat 100%. Hasil rasionalitas pengobatan adalah sebagai berikut : tepat indikasi 100%; tepat obat 90,4%; tepat pasien 87,8%; tepat dosis 81,6%; dan tepat frekuensi pemberian antipsikotik 90,4%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari-April 2014 belum dikatakan rasional. IV. DAFTAR PUSTAKA Amir, N., 2013, Buku Ajar Psikiatri: Skizofrenia. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

11 Anonim., Standar Pelayanan Medik RSJ Madani. RSJ Madani Provinsi Sulawesi Tengah, Palu Arif, I. M., 2006, Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Penerbit Refika Aditama, Bandung. BPOM RI., 2008, IONI: Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Byrne, M., Agerbo, E., Ewald, H., Eaton, W.W., Mortensen., P.B., 2003, Parental Age and Risk of Schizophrenia. Arch Gen Psychiatry David, A., 2004, Buku Saku Psikiatri. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., and Dipiro, C.V., 2009, Pharmacotherapy Handbook, Seventh Edition, , McGraw-Hill Medical, New York. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2011, Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 8th, McGraw-Hill Medical, New York. Hawaris, D., 2007, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Edisi 2, Balai Penerbitan, Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Irmansyah, M., 2005, Skizofrenia Bisa Mengenai Siapa Saja. Majalah Kesehatan Jiwa No. 3, Jakarta. Irwan M., Fajriansyah A., Sinuhadji B., Indrayana M. 2008, Penatalaksanaan Skizofrenia. Fakultas Kedokteran Riau, Riau. Kaplan, H.I., Sadock B.J., 1997, Sinopsis psikiatri Edisi ke-7, Terjemahan. Binarupa Aksara, Jakarta.., 2010, Sinopsis psikiatri Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta. Katzung, B., 2012, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakrata. 28 Maharani, F.R.L., 2004, Kajian Penggunaan Obat Antipsikosis pada Pasien Skizofrenia di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Januari-Desember Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Maramis, W.F., 2004, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya. Maslim., 2003, Panduan Praktis Penggunaan Klinis dan Kebijakan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication), Edisi 3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta. Riset Kesehatan Dasar, 2008, Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Saha, S., Chant, D., Welham, J., McGrath., 2005, A Systematic Review of the Prevalence of Schizophrenia. PloS Med 2(5): e141. Saperstein, A.M., Fiszdon J.M., and Bell, M.D., 2011, Intrinsic motivation as a predictor of work outcome after vocational rehabilitation in schizophrenia J Nerv Ment Dis:199:672 Sira, I., 2011, Karakteristik Skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak Periode 1 Januari 31 Desember Naskah Publikasi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak. WHO., 2011, management/schizophrenia/en/ (diakses 8 Desember 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014 Pola Pengobatan Pasien Schizoprenia (Hariyani, dkk) 6 POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID PERIODE JANUARI-JUNI 2014 THE TREATMENT PATTERN OF SCHIZOPRENIA PATIENT

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN TERAPI ANTIPSIKOTIK HALOPERIDOL-KLORPROMAZIN DAN RISPERIDON-KLOZAPIN PADA PASIEN SKIZOFRENIA COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS AND EFFICACY OF ANTIPSYCHOTICS THERAPY OF HALOPERIDOL-CHLORPROMAZINE

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASEN SKIZOFRENIA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

GAMBARAN POLA PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASEN SKIZOFRENIA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi GAMBARAN POLA PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK PADA PASEN SKIZOFRENIA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA THE DESCRIPTION OF ANTIPSYCHOTICS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sangat kompleks, yang ditandai dengan sindrom heterogen seperti pikiran kacau dan aneh, delusi, halusinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA

GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA GAMBARAN EFEK SAMPING ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PADA BANGSAL RAWAT INAP DI RS. GRHASIA YOGYAKARTA DESCRIPTION OF SIDE EFFECTS OF ANTI PSYCHOTIC DRUG IN SCHIZOPHRENIA PATIENT IN GRHASIA HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009

NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009 NASKAH PUBLIKASI KARAKTERISTIK SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT KHUSUS ALIANYANG PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009 INGRIED SIRA I 11107023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

Keywords : schizophrenia, the combination therapy, Risperidone, Haloperidol, costeffectiveness.

Keywords : schizophrenia, the combination therapy, Risperidone, Haloperidol, costeffectiveness. ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI KOMBINASI DARI RISPERIDON DAN HALOPERIDOL PADA FASE AKUT PASIEN SKIZOFRENIA Cost-Effectiveness Analysis of Combination Therapy between Risperidone and Haloperidol On Acute

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom kronik yang beranekaragam dari pemikiran yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, paham yang

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PENDERITA PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI JUNI 2015 EVALUATION OF ANTIBIOTIC USE AT CHILDRENS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Oleh: DHIKA ASRI PURNAMISIWI K100120190 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : TITIN SETYANINGSIH K 100 060 098 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA BEDA PERSEPSI DOKTER INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA DIFFERENT PERCEPTION BETWEEN INTEGRATION AND NON-INTEGRATION PRIMARY CARE DOCTOR IN KLATEN REGENCY TOWARDS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA Kristiani Bayu Santoso 1), Farida Halis Dyah Kusuma 2), Erlisa Candrawati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 1 POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Nur Afifah, Eka Kartika Untari Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012) A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan menurut Undang Undang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009) pasal 1 adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di RSD dr. Soebandi Jember (Factors that Affect the Recurrence of Schizophrenia at dr. Soebandi Hospital, Jember) Farida Yan Pratiwi Kurnia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali luput dari perhatian. Orang sengaja menghindari dan tidak mencari bantuan bagi keluarganya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DINI ANGGRAINI 201110201085 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...,... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran. Gangguan tersebut dapat berupa disorganisasi (kekacauan) isi pikiran, yang ditandai antara lain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

* Dosen FK UNIMUS. 82

* Dosen FK UNIMUS.  82 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA

DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA Farmasains Vol. 2. No. 6, Oktober 2015 DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID AKUT DI RS JIWA X JAKARTA DRUG RELATED PROBLEMS ANTIPSYCHOTIC ON ACUTE PARANOID SCHIZOPHRENIC

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Berusaha untuk sembuh dan mengobati penyakit ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Berusaha untuk sembuh dan mengobati penyakit ini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia adalah kelainan psikiatri yang meliputi 4 hal, yaitu persepsi, pikiran, afek, dan prilaku. Penyakit ini biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun dan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian Penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gejala Klinis Pasien Skizofrenia telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

MATA KULIAH Farmakoterapi I

MATA KULIAH Farmakoterapi I RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH Farmakoterapi I Oleh : Prof. Dr. Mustofa, Apt. (Koordinator) Dra., Apt. Dr. dr., M.Kes. PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER FARMASI KLINIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ, 2001) adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit

Lebih terperinci