BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Batuk dan demam merupakan faktor risiko untuk pengembangan pneumonia (Fatmi & White, 2002).
|
|
- Hendra Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Batuk dan demam merupakan faktor risiko untuk pengembangan pneumonia (Fatmi & White, 2002). Walaupun kondisi anak usia 0-4 tahun dengan batuk akut di puskesmas menjadi lebih baik namun 5%-10% nya berkembang menjadi bronchitis dan atau pneumonia (Hay & Wilson, 2002). Sebagian besar kematian akibat ISPA di negara berkembang karena pneumonia (WHO, 1996). Fokus manajemen ISPA adalah deteksi dan terapi pneumonia serta manajemen anak batuk dan demam dengan memastikan kondisinya bukan pneumonia (WHO, 2001). Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak-anak di seluruh dunia. Lebih dari 2 juta anak-anak dibawah 5 tahun mati karena pneumonia per tahun (ICDDR, 2008). Lebih dari 100 anak meninggal karena pneumonia di dunia setiap jam (R. E. Black & Arifeen, 2012). Kematian karena pneumonia banyak terjadi di negara-negara berkembang, yang jumlahnya lebih besar dari jumlah kematian akibat AIDS, malaria, dan TBC kombinasi (WHO, 2007). Hanya 1 dari 5 petugas kesehatan yang tahu bagaimana mendiagnosis pneumonia (IVAC, 2008). Diagnosis memainkan peran penting dalam perawatan medis (Roychowdhury et al., 2004). Salah satu tantangan yang paling penting dalam manajemen pneumonia adalah diagnosis dini dan tepat (Reissig, Gramegna, & Aliberti, 2012). Sementara dokter mungkin memiliki perbedaan konsepsi tentang apa yang mereka maksud dengan diagnosis. Keahlian individu bervariasi antar tenaga kesehatan akan menyebabkan masalah diagnosis yang berbeda dalam mengevaluasi kondisi pasien yang sama baik dengan langkah-langkah yang berbeda maupun sama (Berner, 2007). 1
2 2 Manajemen Terpadu Balita sakit (MTBS) adalah sebuah pendekatan untuk mengurangi kematian, memperbaiki perkembangan dan kesehatan anak di komunitas, fasilitas kesehatan, dan jenjang sistem kesehatan (J. A. Schellenberg et al., 2004). Penilaian MTBS pada anak sakit merupakan kombinasi dari tandatanda individu yang mengarah ke satu atau lebih klasifikasi, bukan untuk diagnosis (UNICEF & WHO, 2004). Algoritma MTBS cukup kritis dalam memutuskan apakah anak-anak batuk karena pneumonia atau tidak, sensitivitasnya mendeteksi pneumonia cukup tinggi (97%) (Gove, 1997). Klasifikasi penyakit pneumonia dengan menggunakan algoritma MTBS dibandingkan dengan diagnosis dokter memiliki sensitivitas 97% dan spesifisitas 49% (Perkins et al., 1997). Dengan menerapkan MTBS selama 2 tahun, angka kematian anak di Tanzania menurun sebesar 13% (J. A. Schellenberg et al., 2004). Salah satu masalah kesehatan terbesar saat ini adalah medical error (Robert et al., 2003). Dalam perawatan kesehatan dengan sistem yang sangat kompleks, berpeluang untuk terjadinya banyak kesalahan. Manusia dapat membuat kesalahan dalam semua lini pekerjaan. Pasien harus memiliki jaminan bahwa pengobatan medis yang dijalaninya berjalan baik dan aman untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kesalahan dapat dicegah dengan merancang sistem yang membuat orang sulit untuk melakukan kesalahan dan mudah untuk melakukan hal yang benar dan diperlukan upaya terpadu oleh organisasi profesi, pelayanan kesehatan, konsumen, regulator dan pembuat kebijakan (Kohn, Corrigan, & Donaldson, 2000). Kesalahan yang dilaporkan dalam rekam medis mencakup terapi, diagnosis, layanan operasional atau administratif terkait yang berhubungan dengan semua pelayanan maupun bukan-perawatan kesehatan. Kesalahan pengobatan adalah kesalahan yang paling umum secara eksplisit didokumentasikan dalam rekam medis (Cao, Stetson, & Hripcsak, 2003). Rumah sakit dan para dokter di Amerika menggunakan rekam medis elektronik dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan kesembuhan pasien, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya, meningkatkan prosedur
3 3 penagihan, mengurangi hilangnya arsip, data, kesalahan medis, dan menyediakan dokumen riwayat pasien dengan baik (Kukafka et al., 2007). Saat ini ilmu komputer telah merevolusi dunia dan menjadi komponen vital dari kehidupan kita. Komputerisasi di bidang kesehatan utamanya penggunaan rekam medis elektronik mengalami perkembangan yang cepat terutama di negara- negara barat seperti Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat. Di Jepang rekam medis elektronik dimulai tahun Amerika memulai menggunakan rekam medis elektronik bagi seluruh penduduknya sejak tahun 2004 (Nakamura, 2006). Di beberapa negara penggunaan rekam medis elektronik berkisar dari 50% sampai 90% (Wang et al., 2002). Organisasi kesehatan di seluruh dunia sedang aktif mengembangkan rekam kesehatan elektronik dan sistem pendukung keputusan klinis (SPKK) untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Sistem pendukung keputusan klinis memberikan jaminan panduan pengobatan evidence based yang potensial diadopsi untuk perawatan pasien (Li et al., 2012). Clinical guideline bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diterima pasien. Mengkoding, menafsirkan dan mengintegrasikan pedoman klinis dalam format komputer dengan rekam medis elektronik dapat mengaktifkan kapan dan dimana pengiriman rekomendasi dibutuhkan (Peleg, Keren & Denekamp, 2008). Computerized physician order entry (CPOE) dan SPKK dapat mengurangi lebih dari 85% kesalahan medis serius (D. W Bates et al., 2003). Sistem pendukung keputusan klinis yang terintegrasi dalam rekam medis elektronik menjamin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan. Sampai saat ini efektivitas SPKK jauh dari yang diharapkan, terutama mengenai manajemen rawat jalan penyakit kronis. Hal ini disebabkan, karena dokter tidak menggunakan SPKK sepenuhnya. Hambatan untuk penggunaan SPKK oleh dokter karena desainnya belum terintegrasi dalam alur kerja tenaga kesehatan, relevansi penanganan pasien, penggunaan perangkat lunak dan antisipasi kebutuhan operator (Edmonson, Smith-Akin & Bernstam, 2007, Li et al., 2012).
4 4 Untuk mendukung efektifitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan rutin pada pasien, SPKK membutuhkan integrasi dengan sistem informasi klinik dan alur kerja tenaga kesehatan. Integrasi sistem dengan alur kerja dan sistem informasi tenaga kesehatan sangat penting untuk mempengaruhi bagaimana sistem diaplikasikan dalam pelayanan kepada pasien (Support, 2001). Sistem Pendukung Keputusan Klinik meningkatkan kinerja tenaga kesehatan sebesar 64% yang meliputi 40% sistem diagnostik, 76% sistem pengingat, 62% sistem manajemen penyakit, dan 66% sistem peresepan (A. X. Garg et al., 2005). Sistem pendukung keputusan klinis paling efektif ketika digunakan untuk memberikan rekomendasi antibiotik untuk pneumonia dan aspirin untuk myocardial infarction (Melnick et al., 2010). Kekuatan SPKK adalah dapat mengambil dan memproses data dalam jumlah besar, jangka waktu pendek, akses data terpadu pasien lebih lengkap untuk meningkatkan keakuratan dan ketepatan rekomendasi yang terkomputerisasi (Aronsky et al., 2001). Sistem pendukung keputusan klinik yang memiliki pengingat yang terkomputerisasi menyebabkan peningkatan vaksinasi untuk pencegahan pneumokokus dan influensa dari 6,1% menjadi 28,4%. SPKK juga dapat membantu mengatasi masalah kontraindikasi dari peresepan antimikroba (Evans et al., 1998). Sistem pendukung keputusan klinik dalam mendiagnosis acute respiratory infections (ARI) di puskesmas berkisar antara 39,4% - 77,2%. Dari delapan penyakit ARI, penggunaan SPKK untuk diagnosis pneumonia anak maupun dewasa menunjukkan prosentase terkecil (Nietert, 2012). Indonesia termasuk dalam urutan kedelapan dari 10 negara terbesar kematian anak akibat pneumonia. Lebih dari 80% kematian akibat pneumonia disebabkan oleh Pertusis dan TBC. Diagnosis sebagai tersangka pneumonia anak di fasilitas kesehatan sebesar 66% (Black et al., 2010). Pneumonia merupakan penyebab terbesar kematian bayi dan balita di Indonesia. Susenas, 2001 mencatat bahwa kasus kematian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) akibat pneumonia sebesar 80-90% (Depkes RI, 2010). Dari tahun ke tahun pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian
5 5 bayi dan anak balita di Indonesia. Pneumonia merupakan penyebab kematian balita nomer 2 (15,5%) dari seluruh kematian balita (Riskesdas, 2007). Angka ini sangat besar, sehingga perlu menjadi perhatian agar angka kematian ini dapat diturunkan (Depkes RI, 2010). Angka kesakitan pneumonia balita yang tinggi di unit rawat jalan puskesmas pada penelitian (Mardijanto & Hasanbasri, 2005) menyimpulkan bahwa kinerja proses MTBS tidak bertambah baik selama periode , seperti pengisian formulir MTBS dan pembuatan klasifikasi keluhan yang belum lengkap, penggunaan kotrimoksasol yang masih memprihatinkan, dan masih ditemukannya beberapa kasus dimana antibiotik diberikan pada balita sakit dengan klasifikasi bukan pnemonia yang seharusnya hanya diberikan obat pelega tenggorokan saja. Berdasarkan laporan kematian anak dan laporan bulanan KIA Propinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk. Di Jawa Timur, pneumonia merupakan penyebab kematian nomer 2 (10,4%) pada balita. Tahun 2011 pneumonia tidak termasuk 10 besar penyakit penyebab kematian pada balita digantikan ISPA (13,5%) sebagai penyebab utamanya (Dinkes Jatim, 2010). Pneumonia merupakan penyebab kematian nomer 1 (23,8%) pada balita di Nganjuk tahun 2010, dan penyebab nomer 3 (12,5%) pada tahun Permasalahan rekam medis elektronik seluruh puskesmas di Kabupaten Nganjuk ternyata belum dapat menggambarkan kondisi riil. Dari studi pendahuluan didapatkan bahwa ketidaklengkapan data rekam medis elektronik (RME) dari 20 puskesmas mulai bulan Juli-November 2011 sebesar 49,91%. Dengan rincian anamnesa tidak diisi 19,93%, pemeriksaan fisik tidak diisi 41,77%, diagnosis tidak diisi 2,78%, hasil laborat tidak diisi sebesar 63,38% dan 20,16% resep tidak terdokumentasi dalam RME. Oleh karena itu perlu dilakukannya redesain RME di seluruh puskesmas. Isue penting yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah bahwa rekam medis elektronik yang merupakan salah satu komponen electronic health record/rekam kesehatan elektronik memiliki fungsi kuat sebagai informasi
6 6 klinis dan diharapkan dapat berfungsi optimal dalam menunjang akurasi diagnosis dan terapi bagi pasien. B. Rumusan Masalah Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak-anak di seluruh dunia (WHO, 2007). Indonesia termasuk 10 besar negara dengan kasus kematian anak terbanyak karena pneumonia (R. Black et al., 2010). Berdasarkan laporan bulanan (LB1), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), batuk bukan pneumonia menduduki peringkat pertama dalam 10 penyakit terbanyak pada tahun Sedangkan kunjungan kasus pneumonia dalam 2 tahun tersebut menduduki urutan 27 & 35 serta menjadi penyebab kematian utama di Kabupaten Nganjuk. Program MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) merupakan salah satu upaya penting dalam penanganan kasus pneumonia anak. Dikombinasikan dengan rekam medis elektronik, akan sangat berpotensi dalam upaya deteksi dini dan penanganan awal kejadian penyakit, terutama di fasilitas kesehatan primer. Dengan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Solusi kritis apa bagi bidan puskesmas agar mampu memutuskan apakah anak-anak batuk karena pneumonia atau tidak? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengembangkan sistem pendukung keputusan klinik anak batuk untuk meningkatkan akurasi klasifikasi dan terapi pneumonia berbasis MTBS yang dikombinasikan dengan rekam medis elektronik bagi bidan di puskesmas 2. Tujuan Khusus a. Identifikasi kelengkapan data klinis dalam rekam medis elektronik untuk kebutuhan klasifikasi penyakit dalam MTBS. b. Pengembangan sistem pendukung keputusan klinik anak batuk dalam rekam medis elektronik untuk meningkatkan akurasi klasifikasi dan terapi pneumonia.
7 7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI Sistem ini dapat sebagai masukan dalam mengintegrasikan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) dengan program MTBS. 2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk Sistem ini dapat membantu pelaksanaan program MTBS di puskesmas dan jaringannya agar dapat dioptimalkan untuk fungsi surveilans. 3. Manfaat bagi Puskesmas Memberi nilai tambah pada rekam medis elektronik puskesmas yang terintegrasi dengan sistem pendukung keputusan klinik anak batuk berbasis algoritma MTBS untuk meningkatkan akurasi klasifikasi dan terapi anak batuk dan diharapkan mampu menjadi pemicu bagi petugas kesehatan di polindes, pustu, dan puskesmas induk untuk patuh terhadap standar MTBS. 4. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan referensi dalam penelitian, pengembangan sistem pendukung keputusan klinik. 5. Manfaat bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya bidang sistem pendukung keputusan klinik. 6. Bagi Tenaga kesehatan Memberikan kemudahan dan dukungan dalam pengambilan keputusan klinik khususnya untuk anak batuk, agar dapat mendeteksi dan menangani kasus pneumonia lebih akurat dan cepat sehingga akan mengurangi keparahan dan kematian. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian RME atau SPKK khususnya masalah pneumonia diantaranya adalah: 1. Menurut hasil penelitian Diero et al., 2004 menyatakan bahwa rekam medis elektronik memungkinkan untuk mengakses data secara cepat, sistematis, dan tepat waktu untuk memprediksi dan memandu terapi klinis. Data dari
8 8 rekam medis elektronik bisa memprediksi pasien HIV yang terinfeksi pneumonia carinii. Namun, indeks yang dihasilkan kurang akurat untuk memungkinkan dokter mengobati pasien secara empiris dengan tidak mengesampingkan bronkoskopi untuk akurasi diagnosis. Namun, jika bronkoskopi tidak tersedia, maka indeks prediktif dapat memberikan informasi signifikan untuk membantu dokter dalam membuat pilihan antibiotik secara empiris. 2. Penelitian oleh Wong et al., 2010 meneliti bahwa anak di bawah 10 tahun memiliki kecenderungan terinfeksi Influenza Like illness (ILI) tetapi tidak terlalu membahayakan. RME dapat mendeteksi secara cepat pergerakan kegawatan kejadian pandemi secara real time. Penelitian ini akan memproporsikan kasus ILI dengan penumonia. Gejala pneumonia terjadi dalam waktu yang lama, ketika serangan terjadi barulah pasien akan berkunjung di puskesmas/sarana kesehatan. Penilaian terhadap efektifitas dan kegawatan faktor risiko dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengantisipasi meningkatkanya kegawatan kasus. 3. Penelitian pneumonia oleh Wahyono et al., 2008 dengan menggunakan rekam medis elektronik dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pola pengobatan infeksi saluran pernapasan akut pasien balita di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara. Data diperoleh secara retrospektif terhadap kartu rekam medis seluruh pasien infeksi saluran pernapasan akut balita di Puskesmas tersebut selama tahun Analisa dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif bukan analitik, kemudian dibandingkan dengan standar penatalaksanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120 kasus yang terjadi pada balita usia 0 59 bulan, seluruhnya terdiagnosis sebagai penderita infeksi saluran pernapasan akut pneumonia. 4. Penelitian Aronsky et al., 2001 meneliti evaluasi komputerisasi SPK yang merupakan kombinasi tehnik jaringan bayesian dan sistem natural language untuk mendiagnosis pasien pneumonia dengan usia lebih dari 18 tahun. SPK menghitung probabilitas penumonia dengan menggunakan informasi dari instansi kesehatan dengan 2 tehnik tersebut. Kombinasi 2 cara tersebut
9 9 menghasilkan performance yang lebih bagus dalam sebuah SPK. Desain penelitian prospektif, studi klinis. 5. Penelitian Suharyanto, 2011 mengembangkan prototipe sistem pendukung keputusan klinik dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan DBD. Rancangan penelitian dengan pendekatan action research. Pengembangan sistem dengan prototiping menggunakan rule based dengan format IF <gejala> THEN <diagnosis> untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem yang dikembangkan diuji dengan membandingkan hasil output dari tenaga kesehatan dan output dari sistem sesuai 2 guideline (WHO 1997 dan WHO 2009). Pengujian pada 46 tenaga kesehatan dan sampel 108 kasus. Kinerja sistem pada DBD berdasarkan Guideline WHO 1997 adalah 77,78% dan berdasarkan Guidelline WHO 2009 adalah 78,79%. Hasil output sistem dan diagnosis dari tenaga kesehatan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dan sistem lebih baik dalam mendiagnosis. Sistem memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk mendukung pengambilan keputusan klinis mendiagnosis dan penatalaksanaan DBD. 6. Penelitian Harefa, 2010 mengembangkan prototipe sistem pendukung keputusan diagnosis malaria. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan action research untuk mengekplorasi tahap per tahap dari pengembangan prototipe sistem pendukung keputusan diagnosis malaria. Hasil penelitian adalah terciptanya suatu model aplikasi sistem pendukung keputusan diagnosis malaria berbasis komputer yang dirancang dengan bahasa pemograman PHP dan database MySQL. Cara kerja sistem pakar ini yaitu dengan memasukkan gejala-gejala klinis malaria ke dalam sistem pakar, maka data gejala tersebut akan diolah oleh sistem pakar untuk kemudian dihasilkan diagnosis serta saran medis yang berguna untuk membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan. 7. Roychowdhury et al., 2004 merancang sistem pakar dengan memodelkan pengetahuan dan proses berpikir dokter dalam mendiagnosis pneumonia dan penyakit kuning. Fuzzy Logic Controller (FLC) digunakan untuk
10 10 memodelkan proses dan sebuah algoritma genetik membantu memilih sebuah aturan terbaik dari banyak rule base dalam FLC.
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia atau geriatrik di dunia. Berdasar data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program MDGs yang ke empat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa Indonesia yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciF. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang mengenai saluran pernapasan. Istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory
Lebih terperinciManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 1 LATAR BELAKANG Setiap tahun, lebih dari 10 juta anak di dunia meninggal sebelum Latar mencapai Belakang usia 5 tahun Lebih dari setengahnya akibat dari 5 Latar Belakang
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Klinis Anak Batuk Berbasis Algoritma MTBS
Sistem Pendukung Keputusan Klinis Anak Batuk Berbasis Algoritma MTBS Mamik Endang Ekawati 1, Guardian Y. Sanjaya 2, Ida Safitri Laksono 3 1).Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk; 2).Program Studi Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sistem informasi memainkan peran penting dalam kegiatan bisnis dan organisasi sehari-hari, sebuah sistem informasi yang terintegrasi sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh belahan dunia. Penyakit infeksi masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap
Lebih terperinciMODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)
Modul Puskesmas 1. SIMPUS MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS) I. DESKRIPSI SINGKAT Sistem informasi merupakan bagian penting dalam suatu organisasi, termasuk puskesmas. Sistem infomasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pneumonia merupakan penyakit yang mendominasi penyebab kematian pada balita di seluruh dunia, yaitu sebesar 124 juta kasus kematian anak terjadi akibat pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciLaporan Skripsi BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat pesat, teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ataupun keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem respirasi tersering pada anak (GINA, 2009). Dalam 20 tahun terakhir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007
POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun
Lebih terperinciSISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS MAKALAH ASKEB V TENTANG SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS D I S U S U N OLEH : RIZKY RAHMADHANI 0112042 DOSEN PEMBIMBING : YULIARNI S.SIT. MPH PRODI DIII
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak akan menjadi penerus bangsa, dengan punya anak yang sehat dan cerdas maka akan kuatlah bangsa tersebut. Selain itu kesehatan anak merupakan masalah besar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 1 Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,
Lebih terperinciBuletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radang paru atau yang lebih dikenal dengan sebutan pneumonia merupakan penyakit saluran napas bawah akut yang biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007).
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian dan kesakitan di negara berkembang, dan penyebab penting dari malnutrisi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anakanak di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hal kelangsungan hidup. Dalam hal ini, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 PENGANTAR Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan dokter ahli dan tenaga medis relatif masih kurang khususnya di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Hal ini membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterapkannya aturan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tanggal 1 Januari 2014 menuntut agar rumah
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 7 PEDOMAN PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas dalam pemeliharaan status kesehatan holistik manusia telah dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. Dalam setiap tahapan dari siklus
Lebih terperinci1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit demam dengue atau demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010 (RPKMIS), masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas baik seperti yang diharapkan, dan dapat memberikan pengaruh
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gastroenteritis akut adalah keadaan yang ditandai dengan timbulnya diare dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian ke-5 di dunia dengan jumlah 5-10 juta anak per tahun, penyebab utama diare pada anak usia dini adalah infeksi virus selain oleh bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan komputer dewasa ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Komputer yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, didapatkan bahwa penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciRima Nurasmi Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan ABSTRAK
IMPLEMENTASI CASE BASE REASONING PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KESEHATAN UNTUK PENANGANAN DINI PADA KECELAKAAN DENGAN METODE HERBAL Studi Kasus Dalam Rumah Tangga Rima Nurasmi Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangatlah pesat dan sangat membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini menuntut kita untuk aktif dan inovatif dalam menemukan hal-hal baru dalam bidang teknologi dan informasi. Salah satu perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
39 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif bersifat retrospektif, dengan menggunakan data sekunder di ambil dari data rekam medik di Puskesmas
Lebih terperinciEVALUASI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI KABUPATEN PEKALONGAN
JMPK Vol. 08/No.01/Maret/2005 Evaluasi Manajemen Terpadu Balita Sakit EVALUASI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI KABUPATEN PEKALONGAN EVALUATION OF THE INTEGRATED MANAGEMENT OF CHILDHOOD ILLNESS PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit
Lebih terperinciSTIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia.
Lebih terperinciSugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...
Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian balita tiap tahunnya. Jumlah ini melebihi angka kematian gabungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinci13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun
13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun 1) Pengertian a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat layanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang baik serta harus meminimalkan setiap kesalahan, baik layanan administrasi maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas kecamatan X Koto Singkarak adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas kecamatan X Koto Singkarak adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tepat dan akurat sehingga pemanfaatan waktu harus dilakukan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi sekarang ini telah membuat manusia bekerja dengan tepat dan akurat sehingga pemanfaatan waktu harus dilakukan secara efisien. Banyaknya data maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).
Lebih terperinciSISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER
SISTEM AKAR DIAGNOSIS ENYAKIT INFEKSI SALURAN ERNAASAN AKUT ADA ANAK MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES CLASSIFIER Hendra Effendi Teknik Informatika STMIK alcomtech Jl. Basuki Rahmat No. 05, alembang 30129,
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42
KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MUCHSON, YETTI OKTAVIANINGTYAS K, AYU WANDIRA INTISARI
Lebih terperinci