ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A"

Transkripsi

1 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN WIDYA ANJUNG PERTIWI. Analisis Strategi Pemasaran Depo Pemasaran Ikan (DPI) Air Tawar Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dibawah bimbingan BAYU KRISNAMURTHI. Luasan wilayah yang sebagian besar merupakan perairan membuat Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun, sebagian besar berada di perikanan budidaya yang mencapai 57,7 juta ton per tahun. Potensi tersebut sangat mendukung terhadap perkembangan produksi perikanan budidaya yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 26,6 persen pada tahun Salah satu provinsi yang mengalami peningkatan produksi perikanan air tawar yaitu Jawa Barat. Produksi perikanan air tawar di Jawa Barat meningkat rata-rata 5,38 persen atau ,5 ton setiap tahun. Peningkatan produksi tersebut berimplikasi terhadap proses pemasaran. Dalam rangka menyukseskan proses pemasaran hasil perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan telah menyediakan sarana dan prasarana yaitu Depo Pemasaran Ikan (DPI) sebagai penunjang proses pemasaran perikanan air tawar. Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi merupakan salah satu DPI yang menyediakan sarana dan prasarana penunjang bagi proses pemasaran perikanan air tawar. DPI Sindangwangi yang berlokasi di jalan Lengkongkulon, Kabupaten Majalengka ini dibangun pada tahun Permasalahan yang dimiliki DPI Sindangwangi adalah minimnya minat pedagang ikan untuk menggunakan fasilitas yang disediakan sehingga banyak fasilitas yang belum termanfaatkan dan target yang telah ditetapkan oleh DPI Sindangwangi belum dapat tercapai. Permasalahan tersebut muncul karena adanya faktor kinerja pemasaran baik yang bersifat internal maupun eksternal yang kurang mendukung. Dengan adanya permasalahan tersebut, DPI Sindangwangi harus melakukan strategi pemasaran untuk menarik minat pedagang dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor kinerja pemasaran yang kurang mendukung tersebut. Dalam merumuskan strategi pemasaran ini diperlukan serangkaian proses analisis dan pembelajaran dari DPI lain yang tergolong sudah baik. DPI Kota Tasikmalaya yang memiliki pedagang lebih banyak dengan volume ikan yang dipasarkan lebih banyak pula dapat dijadikan pembanding dalam melakukan proses pengembangan strategi pemasaran bagi DPI Sindangwangi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi faktorfaktor kinerja pemasaran Depo Pemasaran Ikan di Kabupaten Majalengka, (2) Merumuskan pengembangan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi Depo Pemasaran Ikan Kabupaten Majalengka berdasarkan analisis perbandingan dengan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari data internal DPI (DPI Sindangwangi dan DPI Kota Tasikmalaya), artikel dan literatur dari perpustakaan dan dinas terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode benchmarking dan spider web analysis yang bertujuan untuk mengetahui proses

3 terbaik dari institusi pembanding. Kinerja terbaik tersebut dijadikan masukan dalam proses perumusan strategi bagi DPI Sindangwangi. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor kinerja pemasaran bagi DPI Sindangwangi diperoleh bahwa faktor kinerja yang berpengaruh terhadap suksesnya proses pemasaran DPI Sindangwangi dan yang akan dinilai dan dibandingkan dalam proses benchmarking adalah (1) Pelayanan, yaitu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pedagang seperti penanganan keluar masuk ikan, penanganan ikan yang terkena penyakit, serta pemeliharaan sarana dan prasarana, (2) Sarana dan Prasarana, yaitu tata letak sarana dan prasarana serta kesesuaian saran dan prasarana dengan kebutuhan pedagang, (3) Orang, yaitu pengelola sebagai personel yang terlibat dalam penyampaian jasa yang memiliki kesigapan, ketelitian kerja, kerjasama tim dan pengalaman kerja, (4) Proses, yaitu kemudahan dalam memperoleh hak guna pakai sarana dan prasarana, kelancaran komunikasi antara pengelola dan pedagang selama proses pelayanan, dan kemitraan, (5) Harga, yaitu harga yang terjangkau oleh pengguna jasa Depo dan sesuai dengan pelayanan serta kondisi sarana dan prasarana yang tersedia, (6) Promosi, yaitu jenis promosi yang dilakukan dan waktu pelaksanaan promosi, (7) Lokasi, yaitu kemudahan mengakses lokasi, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan lokasi. Berdasarkan analisis perbandingan (benchmarking) dan spider web analysis, kinerja pemasaran DPI Kota Tasikmalaya sebagai benchmark yang lebih unggul dibandingkan DPI Sindangwangi yaitu pelayanan dengan skor 0.552, orang dengan skor 0.561, proses dengan skor 0.503, dan lokasi dengan skor Berdasarkan proses benchmarking dengan DPI Kota Tasikmalaya dan melihat kinerja pemasaran saat ini di DPI Sindangwangi maka strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh DPI Sindangwangi yaitu (1) strategi produk dengan meningkatkan pelayanan melalui jalinan kemitraan dengan lembaga terkait, melakukan peremajaan sarana dan prasarana serta meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pengelola dan pembinaan hubungan baik antara pengelola dan pedagang, (2) strategi promosi dengan melakukan promosi yang tepat sasaran, (3) strategi lokasi dengan memasang petunjuk arah menuju lokasi dan memberikan kenyamanan bagi pedagang dengan memasang atap tambahan untuk lokasi kolam retail.

4 ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh: Widya Anjung Pertiwi A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul : Analisis Strategi Pemasaran Depo Pemasaran Ikan (DPI) Air Tawar Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Nama : Widya Anjung Pertiwi NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus : 23 Agustus 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI, KABUPATEN MAJALENGKA, JAWA BARAT BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Agustus 2008 Widya Anjung Pertiwi A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 20 Oktober 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Yayat Sudrajat (Almarhum) dan Entin Heliati. Pendidikan Penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Budi Asih, Majalengka lalu melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Majalengka dari tahun Tahun 1998 Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Majalengka hingga tahun 2001 dan menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Majalengka pada tahun Atas izin Allah SWT, pada tahun 2004 Penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama memjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, Penulis aktif dalam kegiatan organisasi diantaranya menjadi staf Biro Entrepreneur Koperasi Mahasiswa IPB periode dan menjadi Vice President dari Divisi Produksi Archipelago Student Company pada peride Penulis pernah menjadi staf Divisi Kerjasama Unit Kegiatan Mahasiswa Century periode Selain itu Penulis pernah menjadi pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Melati Kecamatan Darmaga, Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan izin-nya lah Penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi berjudul Analisis Strategi Pemasaran Depo Pemasaran Ikan (DPI) Air Tawar Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah bagi keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Penelitian ini merupakan suatu bentuk ketertarikan Penulis terhadap bidang pemasaran dikaitkan dengan usaha jasa di bidang agribisnis yang memiliki peluang untuk berkembang. Perkembangan usaha jasa menuntut para pelaku usaha untuk melakukan strategi agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan sehingga dapat menjamin keberlanjutan usahanya. Hal tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan mengambil pelajaran dari proses bisnis terbaik yang dilakukan pihak lain dalam usaha yang sama. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, namun penulis tetap berharap penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak, terutama bagi pelaku usaha. Semoga penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik. Bogor, Agustus 2008 Widya Anjung Pertiwi A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Mama dan Adikku tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada henti, serta dorongan moril dan materil sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan serta kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev sebagai dosen penguji utama yang telah berkenen meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi Penulis. 4. Faroby Faletehan, SP, ME sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan. 5. Dosen, asisten, dan staf sekretariat serta staf Komisi Pendidikan Departemen Manajemen Agribisnis atas bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan kuliah hingga proses seminar dan ujuan skripsi. 6. UPTD Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi : Kepala UPTD (Briana Sudarmeilan, S.TP, MP) dan seluruh staf atas izin, bantuan, penerimaan yang sangat baik kepada Penulis selama pengambilan data. 7. UPTD Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya : Kepala UPTD ( Ir. Yerni Siswita) dan seluruh staf atas kesediaannya menjadi lembaga pembanding dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Penulis dalam penelitian ini.

10 8. Bayufrio Gurusinga atas kasih sayang, kepercayaan, semangat, dan kesabaran dalam mendengarkan keluhan Penulis selama proses penyusunan skripsi. 9. Yulita Riani Putri sebagai teman diskusi dan berbagi serta Rayi Anggororatri yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil. 10. Mita Pusponingtyas atas dukungan, masukan dan bantuan yang diberikan, teman-teman seperjuangan Aliy, Rizal, Rani, Yulita dan Rayi, serta semua teman di AGB 41 atas kebersamaan yang menyenangkan. 11. Anak-anak Harmony I. Vera, Zisalwa, Endah, Gita, Nisa, Pungky yang telah menemani perjuangan Penulis selama tinggal di Pondok Harmony I. 12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.

11

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Budidaya Air Tawar Depo Pemasaran Ikan Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Jasa Kualitas Jasa Pemasaran Jasa Strategi Pemasaran Bauran Pemasaran Jasa Konsep Benchmarking Jenis-jenis Benchmarking Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Operasional III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Perbandingan (Benchmarking) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi Sejarah dan Perkembangan Visi, Misi dan Tujuan Lokasi Deskripsi Usaha dan Operasional DPI Sindangwangi Struktur Organisasi Depo Pemasaran Ikan (DPI) Kota Tasikmalaya Sejarah dan Perkembangan Visi, Misi dan Tujuan Lokasi Deskripsi Usaha dan Operasional DPI Kota Tasikmalaya Struktur Organisasi... 56

13 V. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN SINDANGWANGI, KABUPATEN MAJALENGKA 5.1 Identifikasi Faktor Kinerja Pemasaran Pelayanan Sarana dan Prasarana Orang Proses Harga Promosi Lokasi Penilaian Faktor Kinerja Pemasaran Kinerja Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi Kinerja Depo Pemasaran Ikan (DPI) Kota Tasikmalaya Perbandingan Kinerja DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya VI. PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN DPI SINDANGWANGI 6.1 Strategi Produk Strategi Promosi Strategi Lokasi VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 96

14 i DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Tahun Potensi Lahan Budidaya Air Tawar menurut Propinsi di Pulau Jawa Depo Pemasaran Ikan (DPI) di Indonesia Tahun Potensi Lahan Perikanan Kabupaten Majalengka Tahun Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Kab. Majalengka Tahun Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Kota Tasikmalaya Tahun Penilaian Bobot Faktor Sukses Kritis Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi Daftar Harga Sewa Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi Sarana dan Prasarana DPI Kota Tasikmalaya Retribusi masing-masing Fasilitas DPI Kota Tasikmalaya Volume Transaksi Ikan di DPI Sindangwangi Volume Transaksi Ikan di DPI Kota Tasikmalaya Persentase Jumlah Transaksi terhadap Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Majalengka dan Kota Tasikmalaya Perbandingan Jumlah Fasilitas di DPI Sindangwangi dan di DPI Kota Tasikmalaya Perbandingan Harga Fasilitas di DPI Sindangwangi dan di DPI Kota Tasikmalaya Skor Faktor Kinerja Pemasaran Pada DPI Sindangwangi Skor Faktor Kinerja Pemasaran Pada DPI Kota Tasikmalaya... 87

15 ii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa Kerangka Pemikiran Operasional Diagram Jaring Laba-laba Struktur Organisasi DPI Sindangwangi Struktur Organisasi DPI Kota Tasikmalaya Diagram Jaring Laba-laba Hasil Perbandingan Kinerja DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya... 88

16 iii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Rumah Tangga Perikanan Kabupaten Majalengka Tahun Denah Tata Letak Fasilitas di DPI Sindangwangi Denah Tata Letak Fasilitas di DPI Kota Tasikmalaya Hasil Pembobotan terhadap Faktor Sukses Pemasaran Hasil Pemberian Rating terhadap Faktor Sukses Pemasaran Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi Rangkaian Proses Pada DPI Sindangwangi Sarana dan Prasarana DPI Kota Tasikmalaya Rangkaian Proses Pada DPI Kota Tasikmalaya

17 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Luasan wilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan perairan berkorelasi positif terhadap potensi produksi perikanan. Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun, hingga saat ini pemanfaatannya mencapai sembilan juta ton. Potensi tersebut sebagian besar berada di perikanan budidaya yang mencapai 57,7 juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 2,08 persen. Potensi perikanan tangkap (laut dan perairan umum) hanya sebesar 7,3 juta ton per tahun dan telah dimanfaatkan sebesar 65,75 persen. Sementara dari sisi potensi nilai ekonomi, diperkirakan mencapai US$78,1 miliar per tahun, yang terdiri dari US$16,2 miliar perikanan tangkap, dan US$61,9 miliar dari perikanan budidaya (Sukandar, 2008). Melihat potensi perikanan yang belum termanfaatkan secara optimal, DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) ditargetkan untuk meningkatkan produksi perikanan sebesar 20 persen pada tahun Peningkatan produksi perikanan tersebut bersumber dari perikanan tangkap sebesar 19,24 persen dan perikanan budidaya sebesar 38,64 persen. Dalam rangka memenuhi target peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 38,64 persen pada tahun 2009, terdapat beberapa strategi yang akan dilaksanakan yaitu pengembangan kawasan secara bertahap, penerapan teknologi berkelanjutan, penyediaan induk unggul dan benih berkualitas, pembinaan intensif, dan pendekatan akuabisnis. 1 1 Produksi Perikanan Budidaya Meningkat 26,6 persen. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc. (Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Departemen Kelautan dan Perikanan) dalam diakses 15 Februari 2008.

18 2 Tabel 1. Perkembangan Produksi Perikanan Budidaya Tahun (dalam ton) Tahun Rincian Kenaikan rata-rata (%) *) 2007**) Perikanan Budidaya Jumlah ,60 15,14 Budidaya Laut ,23 15,14 Tambak ,87 15,13 Kolam ,99 15,15 Karamba ,39 15,12 Jaring Apung ,44 15,18 Sawah ,68 15,17 Keterangan: *) Angka yang telah diperbaiki **) Angka sementara Sumber : diakses 15 Februari 2008 Dari Tabel 1 terlihat bahwa pada periode , secara umum produksi perikanan budidaya mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 26,6 persen, yaitu dari produksi sebesar ton pada tahun 2003 menjadi sebesar ton pada tahun 2007, dan selama periode produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan sebesar 15,14 persen. Perikanan budidaya air tawar memberikan kontribusi terhadap total produksi perikanan budidaya sebesar 28,87 persen. Perikanan budidaya air tawar di Indonesia pada awal perkembangannya dibudidayakan sebagai bagian pelengkap rumah tangga di pedesaan yang jauh dari pantai, terutama di Jawa Barat (Ahmad, 2006). Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi lahan budidaya air tawar yang cukup besar. Diantara provinsi di pulau jawa, Jawa Barat menempati urutan kedua setelah Jawa Timur untuk potensi lahan budidaya air tawar yaitu sebesar

19 3 ha untuk budidaya kolam, 500 ha untuk budidaya perairan umum, dan ha untuk budidaya sawah (Tabel 2). Tabel 2.Potensi Lahan Budidaya Air Tawar menurut Propinsi Di Pulau Jawa Potensi Lahan (Ha) No. Provinsi Kolam Perairan Umum Sawah 1. DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Sumber : Hasil Survey Ditjen Perikanan, 2006 Produksi perikanan air tawar di Jawa Barat meningkat rata-rata 5,38 persen atau ,5 ton setiap tahun. Berdasarkan data Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, meningkatnya produksi perikanan air tawar terlihat pada periode Pada periode itu, produksi meningkat sebesar 14 persen. Tahun 2005, di Jawa Barat terdapat tak kurang dari pembudidaya ikan air tawar. Produksi perikanan air tawar sekitar 53 persen didukung oleh hasil budidaya kolam. Tahun 2005 produksi budidaya kolam mencapai ton. Hasil budidaya jaring apung adalah terbesar nomor dua dengan produksi ton atau berkontribusi 28,5 persen. 2 Meningkatnya produksi perikanan budidaya berimplikasi terhadap pemasaran hasil produksi tersebut. Pada umumnya para petani perikanan budidaya memiliki jaringan pemasaran yang terbatas pada daerah sekitar di mana produksi berlangsung. Suatu proses pemasaran akan berguna jika barang yang dibutuhkan konsumen sampai kepada konsumen yang tepat, pada waktu dan jumlah yang tepat pula. Dalam rangka menyukseskan proses pemasaran hasil perikanan, 2 [diakses 15 Februari 2008]

20 4 Departemen Kelautan dan Perikanan telah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh para petani perikanan. Beberapa sarana yang dapat mendukung proses pemasaran ikan yaitu pelabuhan, tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, pasar ikan higienis dan depo pemasaran ikan. Pada tahun 2003, telah dibangun pasar ikan higienis di beberapa provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Selain pasar ikan higienis, telah dibangun pula depo pemasaran ikan. Hingga tahun 2007 jumlah depo pemasaran ikan yang telah dibangun di Indonesia sebanyak tujuh unit yang tersebar di enam provinsi. Tabel 3. Depo Pemasaran Ikan (DPI) di Indonesia Tahun No. Nama Lokasi 1. DPI Kabupaten Lima Puluh Kota Kab. Lima Puluh Kota, Sumatera Barat 2. DPI Sindangwangi Kab. Majalengka, Jawa Barat 3. DPI Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, Jawa Barat 4. DPI Muncul Kab. Semarang, Jawa Tengah 5. DPI Kabupaten Sidoarjo Kab. Sidoarjo, Jawa Timur 6. DPI Kota Palangkaraya Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah 7. DPI Kabupaten Barru Kab. Barru, Sulawesi Selatan Sumber : Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, DKP 2007 Sarana dan prasarana yang telah dibangun tersebut sangat bermanfaat bagi para nelayan atau pembudidaya ikan dan para pedagang ikan. Dengan adanya sarana tersebut diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan dan meningkatkan nilai jual serta profit margin yang proporsional bagi nelayan atau pembudidaya ikan, juga dapat meningkatkan pemasaran bagi nelayan pembudidaya ikan dan pedagang ikan. 3 3 Pedoman Pembangunan Depo Pemasaran Ikan. Direktorat Pemasaran Dalam Negeri. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007

21 5 Pemerintah Kabupaten Majalengka melalui Dinas Pertaniannya telah mengupayakan pembangunan pusat pemasaran ikan air tawar yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan dikenal dengan sebutan Depo Pemasaran Ikan Air Tawar. Depo Pemasaran Ikan Air Tawar ini merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam proses pemasaran perikanan yang dihasilkan oleh petani pembudidaya ataupun pedagang yang berada di wilayah tersebut. Perumusan Masalah Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya pertanian yang prospektif untuk dikembangkan sebagai Kabupaten Agribisnis di Jawa Barat. Berdasarkan potensi yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Majalengka memiliki visi pembangunan yaitu Majalengka Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif. Upaya pencapaian visi tersebut dilakukan dengan menetapkan kebijakan penetapan prioritas pembangunan pertanian. Pada tahun 2003 telah ditetapkan sebagai tahun prioritas bagi pembangunan perikanan sehingga pada tahun tersebut telah diprogramkan pembangunan sub sektor perikanan secara simultan mulai dari pengembangan usaha pembenihan, pendederan, pembesaran, dan pemasaran. Dalam bidang perikanan, yaitu perikanan air tawar, Kabupaten Majalengka memiliki potensi lahan yang cukup luas. Potensi lahan perikanan yang dimiliki Kabupaten Majalengka tersebar di dua puluh tiga kecamatan (Tabel 4). Dari potensi yang dimiliki, persentase lahan yang berproduksi adalah 57,38 persen pada kolam air tenang (KAT), 25 persen pada lahan sawah, 29,9 persen

22 6 pada kolam air deras (KAD), 77,8 persen pada lahan situ, dan 99,5 persen pada rawa. Tabel 4. Potensi Lahan Perikanan Kabupaten Majalengka Tahun 2007 Luas Potensi per Cabang Usaha ( Ha ) No. Kecamatan KAT Sawah KAD Sungai Situ Rawa (unit) (Km) 1 Lemahsugih Bantarujeg Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya JUMLAH , Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kab. Majalengka, 2008 Selain potensi lahan tersebut, rumah tangga perikanan (RTP) yang terdapat di Kabupaten Majalengka merupakan potensi lain yang dimiliki Kabupaten Majalengka sehingga potensi lahan yang ada dapat termanfaatkan. Jumlah RTP di Kabupaten Majalengka pada tahun 2007 yaitu orang yang berusaha di berbagai cabang usaha yaitu di kolam air tenang (KAT) orang (193 orang di pembenihan dan orang di pembesaran), sawah sebanyak 401 orang (96

23 7 orang di pembenihan dan 305 orang di pembesaran), kolam air deras (KAD) 19 orang, sungai orang, situ 54 orang, dan rawa 98 orang (Lampiran 1). Produksi dari masing-masing lahan yang dimiliki oleh setiap kecamatan di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 5. Produksi pada tahun 2007 sebanyak 3.750,69 ton dengan produksi terbanyak dari cabang usaha kolam air tenang yaitu sebesar 3.424,13 ton. Tabel 5. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Majalengka Tahun 2007 NO KECAMATAN BUDIDAYA AIR TAWAR KAT (ton) SAWAH (ton) KAD (ton) SUB JUMLAH (ton) 1 Lemahsugih Bantarujeg Cikijing Cingambul Talaga Banjaran Argapura Maja Majalengka Cigasong Sukahaji Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya JUMLAH Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kab. Majalengka, 2008 Potensi perikanan yang dimiliki merupakan salah satu faktor penunjang terlaksananya prioritas pembangunan pertanian pada sub sektor perikanan yang telah ditetapkan. Pembangunan pada sub sektor perikanan di Kabupaten

24 8 Majalengka difokuskan pada penataan sistem dan pembangunan prasarana dasar yaitu pembangunan Balai Benih Ikan dan Pusat Pemasaran Ikan. Pada tahun 2003, Pemerintah Kabupaten Majalengka melakukan pembangunan tahap pertama Depo Pemasaran Ikan Air Tawar yang berlokasi di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Sindangwangi. Kecamatan Sindangwangi merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra produksi ikan nila dan ikan gurame dengan potensi lahan berupa kolam air tenang (KAT) seluas 55,80 ha dan jumlah RTP yang dimiliki orang. Depo Pemasaran Ikan Air Tawar yang berlokasi di Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka merupakan pusat pemasaran ikan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka melalui Dinas Pertanian yaitu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Ikan. Tujuan yang dimiliki oleh Depo Pemasaran Ikan ini yaitu (1) Memperlancar aktivitas pemasaran hasil perikanan dengan menyediakan sarana dan prasarana pemasaran, (2) memacu peningkatan produksi dan skala usaha budidaya ikan, (3) mendorong peningkatan konsumsi ikan per kapita, (4) meningkatkan jaminan kesehatan dan keamanan produk hasil perikanan, (5) menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Barat, khususnya Kabupaten Majalengka, Kuningan, dan Cirebon, dan (6) meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan target yang ingin dicapai oleh Depo Pemasaran Ikan adalah terserapnya pedagang ikan, pedagang sarana produksi perikanan, pengusaha rumah makan dan pengusaha pemancingan baik yang berada di kawasan Kabupaten Majalengka ataupun daerah lain yang menjadi penyuplai ikan yang beredar di pasaran Kabupaten Majalengka. Jumlah pedagang ikan yang ditargetkan oleh Depo

25 9 Pemasaran Ikan yaitu sebanyak 50 orang, hal ini sesuai dengan fasilitas kolam retail yang tersedia. Selain itu, 21 unit kios saprokan, 1 unit rumah makan dan 4 unit kolam pemancingan diharapkan dapat termanfaatkan sehingga akan menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Majalengka. Pada tahun 2007, jumlah pedagang ikan yang memanfaatkan fasilitas berupa kolam retail di Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi sebanyak 7 orang. Pedagang tersebut berasal dari Kabupaten Majalengka yaitu dari Kecamatan Sindangwangi dan Kecamatan Maja. Fasilitas lain yang sudah termanfaatkan yaitu kios saprokan sejumlah 8 kios dan 1 unit rumah makan, namun kios yang digunakan oleh pedagang sarana produksi perikanan hanya berjumlah 2 kios sisanya digunakan oleh pedagang makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Sedangkan untuk kolam pemancingan belum ada pengusaha yang berminat membuka usaha pemancingan di Depo Pemasaran Ikan. Padahal potensi pedagang ikan yang ada di Kabupaten Majalengka cukup besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, jumlah pedagang ikan potensial di Kabupaten Majalengka sebanyak 12 kelompok usaha bersama dengan masing-masing anggota berjumlah 6 sampai 10 orang. Kondisi yang terjadi menunjukkan bahwa target yang telah ditetapkan oleh Depo belum dapat tercapai. Hal ini disebabkan masih banyaknya pedagang yang lebih memilih memasarkan ikan di lahan pribadinya. Padahal fasilitas yang disediakan oleh Depo cukup lengkap mulai dari kolam retail, kolam stok, kolam karantina, kolam pemancingan, kios saprokan dan rumah makan. Dengan adanya fasilitas tersebut dapat menjamin kesehatan dan keamanan produk perikanan yang dipasarkan.

26 10 Selain DPI Sindangwangi yang berlokasi di Kabupaten Majalengka, terdapat DPI lain yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat yaitu DPI Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu penghasil ikan air tawar terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Produksi ikan air tawar di Kota Tasikmalaya sebesar 7109,89 ton dan produksi terbanyak berada pada produksi kolam air tenang (Tabel 6). Produksi tersebut dihasilkan oleh RTP yang tersebar di delapan kecamatan yang berada di wilayah Kota Tasikmalaya. Tabel 6. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Kota Tasikmalaya Tahun 2007 BUDIDAYA AIR TAWAR N KECAMATA KAT SAWAH KAD SUB JUMLAH O N (ton) (ton) (ton) (ton) 1 Cihideung Tawang Cipedes Indihiang Cibeureum Tamansari Kawalu Mangkubumi JUMLAH Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya, 2008 Produksi ikan air tawar di Kota Tasikmalaya lebih banyak jika dibandingkan dengan produksi ikan di Kabupaten Majalengka, namun jumlah RTP di Kota Tasikmalaya lebih sedikit jika dibandingkan dengan RTP yang ada di Kabupaten Majalengka. Fakta tersebut memperlihatkan kondisi yang berbeda antara DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya. Berbeda dengan DPI Sindangwangi, minat terhadap DPI Kota Tasikmalaya dapat dikatakan lebih besar karena dari jumlah RTP sebanyak orang, yang menggunakan jasa DPI Kota Tasikmalaya sebanyak 28 orang sedangkan yang menggunakan jasa DPI

27 11 Sindangwangi hanya tujuh orang dari RTP yang berada di Kabupaten Majalengka. Berdasarkan perbedaan yang terjadi diantara kedua DPI, permasalahan yang menjadi kajian pada penelitian ini adalah bagaimana strategi yang harus dilakukan oleh pengelola DPI Sindangwangi untuk menarik minat pedagang agar menjual hasil perikanannya di depo. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses perumusan strategi pemasaran yaitu dengan mengidentifikasi faktor kinerja pemasaran yang menjadi penentu dalam keberhasilan pemasaran yang dilakukan oleh DPI Sindangwangi. Seperti perusahaan jasa lainnya, faktor kinerja pemasaran yang menjadi penentu keberhasilan pemasaran DPI Sindangwangi berupa karakteristik-karakteristik, kondisi-kondisi, atau variabel-variabel yang memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan konsumen. Variabel-variabel tersebut dapat berupa bauran pemasaran pada perusahaan jasa yaitu produk, harga, promosi, lokasi, proses, orang, dan bukti fisik. Dalam merumuskan strategi pemasaran bagi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dilakukan perbandingan dengan institusi sejenis yang bergerak di bidang yang sama yaitu Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya. Jumlah pedagang yang menggunakan jasa Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya berjumlah 28 orang. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah pedagang di Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi yang hanya berjumlah tujuh orang. Selain itu, omset penjualan ikan dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari DPI Kota Tasikmalaya pun lebih besar. Omset penjualan ikan di DPI Kota Tasikmalaya sebesar Rp per bulan dan kontribusinya terhadap PAD pada tahun 2006 sebesar Rp sedangkan

28 12 di DPI Sindangwangi omset penjualan ikan sebesar Rp per bulan dan kontribusi terhadap PAD pada tahun 2006 sebesar Rp Oleh karena itu DPI Kota Tasikmalaya dipilih secara sengaja sebagai objek perbandingan dalam menilai faktor kinerja pemasaran yang merupakan input dalam proses perumusan strategi pemasaran bagi DPI Sindangwangi. Permasalahan khusus yang perlu dikaji untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat bagi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi yaitu : 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi faktor kinerja pemasaran Depo Pemasaran Ikan di Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimana kinerja faktor-faktor tersebut dibandingkan dengan Depo Pemasaran Ikan di Kota Tasikmalaya serta implikasinya terhadap strategi yang harus dilakukan oleh Depo Pemasaran Ikan di Kabupaten Majalengka? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor kinerja pemasaran Depo Pemasaran Ikan di Kabupaten Majalengka. 2. Merumuskan pengembangan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi Depo Pemasaran Ikan Kabupaten Majalengka. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pengelola, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi pemasaran yang tepat.

29 13 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menetapkan kebijakan pengembangan agribisnis di bidang perikanan. 3. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai usaha di bidang perikanan dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian mengenai strategi pemasaran ini membahas proses perumusan strategi berdasarkan perbandingan yang dilakukan pada institusi sejenis. Analisis yang digunakan dalam membahas perumusan strategi pemasaran dalam penelitian ini adalah analisis perbandingan (benchmarking). Analisis perbandingan yang dilakukan terbatas pada faktor-faktor kinerja pemasaran yang telah teridentifikasi.

30 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Budidaya Air Tawar Pada awal perkembangannya di Indonesia, perikanan budidaya air tawar merupakan bagian pelengkap rumah tangga di pedesaan yang jauh dari pantai, terutama di Jawa Barat. Potensi lahan budidaya air tawar terdiri dari lahan budidaya kolam, sawah (mina padi), dan perairan umum. Filosofi perkembangan budidaya ikan air tawar tampak lebih memihak pada pendekatan pelestarian lingkungan daripada pertimbangan ekonomi walaupun kegiatan perikanan budidaya air tawar telah dilakukan secara komersial hingga pada tahun 2004 mencapai luas hektar kolam, hektar sawah dan 380 hektar keramba jaring apung (Ahmad, 2006). Menurut Effendi (2001), budidaya ikan air tawar adalah kegiatan yang menggunakan campur tangan manusia dalam meningkatkan produktivitas perairan untuk mendapatkan keuntungan. Adapun aspek atau kegiatan utama budidaya air tawar adalah : 1. Kegiatan Pembenihan, yaitu kegiatan memperbanyak benih ikan dengan memijahkan induk jantan dan induk betina. Kegiatan pembenihan ini terdiri dari pemijahan, penetasan dan pendederan. 2. Kegiatan Pembesaran, yaitu kegiatan yang dimaksudkan untuk memelihara ikan sampai berukuran siap konsumsi atau untuk memenuhi permintaan pasar. Kegiatan ini dilakukan sebagai tahap lanjutan dari kegiatan pembenihan.

31 Depo Pemasaran Ikan Pasar secara umum didefinisikan sabagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan. Selain itu ada pula definisi yang menyatakan bahwa pasar adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu barang atau jasa (Tjiptono, 1995). Hanafiah dan Saefudin, 1983 mengemukakan beberapa pasar hasil perikanan menurut tingkat distribusinya. a. Pasar Lokal Pasar lokal sering disebut pasar pengumpul lokal (local assembling market) atau pasar petani (grower market). Pasar ini dijumpai di daerah atau disekitar daerah produksi, di luar kota besar. Kegiatan terpenting yang dijumpai di pasar ini adalah pembelian hasil perikanan dalam jumlah-jumlah kecil dari nelayan atau petani ikan untuk kemudian dikirim dalam jumlah-jumlah yang lebih besar ke pasar-pasar sentral, kepada usaha pengolahan atau pembeli lainnya. Sesuai dengan kegiatannya, fasilitas yang tersedia di pasar ini adalah penimbangan, penyimpanan, pengangkutan dan lembaga pelelangan ikan. b. Pasar Sentral Pasar sentral yang sering pula dinamakan pasar terminal (terminal market atau primary market) merupakan pusat-pusat perdagangan. Pasar ini menerima barang dari pasar lokal atau langsung dari nelayan atau petani ikan. Lokasi pasar sentral biasanya dijumpai di kota-kota besar atau tempat-tempat pengumpulan lainnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang dijumpai di pasar

32 16 ini yaitu pedagang besar (wholesaler, jobber), pedagang komisi (komisioner), makelar, dan spekulator. c. Pasar Ekspor Impor Pasar ini disebut juga pasar pelabuhan, merupakan pasar pusat bagi barangbarang yang akan dikirim ke luar negeri atau ke pulau-pulau, dan barangbarang yang berasal dari impor. Lembaga pemasaran terpenting yang beroperasi di pasar ini adalah para eksportir, importir, perusahaan pergudangan, pengangkutan antar pulau dan antar negara. d. Pasar Antar Negara Di pasar antar negara (pasar dunia, pasar internasional) ini terdapat hubungan antara penawaran dan permintaan barang tingkat dunia. Di pasar ini hanya tersedia contoh dari barang yang akan diperjualbelikan yang mempunyai standar-standar tertentu, sehungga standadisasi sangat penting dalam perdagangan antar negara. e. Pasar Eceran Pasar eceran merupakan pusat perdagangan di mana pedagang eceran menjual barang dagangannya dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir secara langsung. Pasar eceran terutama terdapat di daerah konsumsi, yaitu di kotakota besar, di kota-kota kecil dan di daerah pedesaan. Selain pasar-pasar yang disebutkan di atas, saat ini dikenal pula Depo Pemasaran Ikan baik yang berupa benih maupun ikan konsumsi. Depo Pemasaran Ikan merupakan sarana dan prasarana pemasaran hasil perikanan yang menampung hasil perikanan dari daerah-daerah produksi yang terpencar. Dengan adanya sarana dan prasarana seperti ini pedagang atau eksportir serta

33 17 pembudidaya ikan dapat dengan mudah untuk memasarkan dan mendapatkan produk ikan, baik hidup maupun segar dengan jumlah, ukuran, jenis dan kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Jasa Jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain, bisa juga diartikan sebagai mulai dari pelayanan yang diberikan oleh manusia sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa dan benda-benda lainnya (Jasfar, 2005). Kotler, 2003 mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan produk yang sifatnya intangible dan apa yang sampai kepada konsumen tidak berwujud tetapi berupa manfaat dari proses produksinya. Namun terdapat pula produk fisik yang dapat menyertai proses pemberian jasa kepada konsumen, misalnya jasa restoran. 4 Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007

34 Kualitas Jasa Penilaian terhadap kualitas jasa sangat bergantung kepada masingmasing individu pelanggan. Pelanggan yang berbeda mungkin memilki persepsi yang berbeda pula terhadap kualitas suatu jasa. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Kotler, 2003) mengutarakan bahwa ada lima penentu kualitas jasa yaitu : - Keandalan, yaitu kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. - Daya tanggap, yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. - Jaminan, yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. - Empati, yaitu kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. - Benda berwujud, yaitu penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. Jasa yang memiliki kualitas di mata pelanggan tentunya jasa yang sesuai dengan persepsi dan harapan pelanggan akan jasa tersebut. Oleh karena itu jasa secara spesifikasi harus market oriented serta memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan Pemasaran Jasa Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan berkembang dengan pesat. Berbagai faktor menjadi pemicu perkembangan sektor jasa yang demikian pesat. Perkembangan tersebut selain

35 19 diakibatkan oleh pertumbuhan jenis jasa yang sudah ada sebelumnya, juga disebabkan oleh munculnya jenis jasa baru, sebagai akibat perkembangan jumlah penduduk yang sangat pesat membutuhkan bermacam-macam konsumsi yang mengakibatkan berkembangnya sektor perdagangan eceran dan perdagangan besar (Jasfar, 2005). Peters (dalam Jasfar, 2005) menjelaskan beberapa penyebab dari pertumbuhan sektor jasa. 1. Berpindahnya kegiatan perekonomian dari menghasilkan barang menjadi kegiatan yang menunjang perkembangan industri, seperti perkembangan industri komunikasi dan teknologi informasi, automatisasi, industri elektronik yang membutuhkan jasa perbaikan, dan jasa purnajual. 2. Semakin maju dan makmurnya masyarakat, mengakibatkan meningkatnya kualitas dan gaya hidup. 3. Semakin berkembangnya perusahaan dan organisasi jasa profesional, seperti pengacara, konsultan di bidang kesehatan, rumah sakit swasta, yang menawarkan jasa spesial dan sangat spesial. 4. Semakin majunya sistem produksi, dengan menggunakan peralatan otomatis, sistem administrasi yang terpadu, sistem pengendalian mutu yang semakin lama semakin canggih, yang semua itu mempunyai dampak terhadap berkembangnya sektor jasa, baik kebutuhan terhadap tenaga kerja ahli, konsultan, termasuk juga paket-paket perangkat lunak. Perkembangan dalam sektor jasa yang sangat pesat menghadapkan para pelaku bisnis kepada permasalahan persaingan usaha yang semakin tinggi. Mereka dituntut untuk mampu mengidentifikasikan bentuk persaingan

36 20 yang akan dihadapi, menetapkan berbagai standar kinerjanya serta mengenali secara baik para pesaingnya sehingga diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dibandingkan dengan pemasaran tradisional (barang). 5 Menurut Kotler (2003), pemasaran merupakan suatu proses yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Christian Gronroos (dalam Kotler, 2003) berpendapat bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal, melainkan juga pemasaran internal yang interaktif (Gambar 1). Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen. Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotovasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien. Perusahaan Pemasaran Internal Pemasaran Eksternal Karyawan Pemasaran Interaktif Pelanggan Gambar 1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa Sumber : Kotler, Dikutip dari artikel Pentingnya Pemasaran Jasa dalam

37 21 Menurut Fandy Tjiptono, pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi. Dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti perusahaan saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki di masa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi untuk melayani pasar sasaran Strategi Pemasaran Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan dalam menjalankan usahanya. Strategi pemasaran merupakan salah satu cara dari sebuah perusahaan untuk mencapai tujuannya. Tull dan Kahle (dalam Tjiptono, 1995) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Menurut Corey (dalam Tjiptono, 1995), strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling berkait. Kelima elemen tersebut adalah :

38 22 1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan. 2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang akan dijual, pembentukan lini produk, dan desain penawaran individual pada masingmasing lini. 3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan. 4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. 5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relations Bauran Pemasaran Jasa Pendekatan pemasaran tradisional mengemukakan bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, places, dan promotion. Keempat bauran pemasaran tersebut dikenal dengan 4P. Namun, dalam bauran pemasaran jasa Booms dan Bitner memperkenalkan 3P tambahan yaitu people, physical evidence, dan process (Kotler, 2003). 1. Product (produk) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dapat berupa manfaat tangibel maupun intangibel yang dapat

39 23 memuaskan pelanggan. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan tang ditawarkan untuk dijual. 2. Price (harga) Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan dan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi produksi. Oleh karena penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memiliki peranan penting dalam setiap perusahaan. 3. Place (tempat/distribusi) Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan. Proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan serta

40 24 dapat memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik. Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya ke pasar. 4. Promotion (promosi) Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran karena betapapun suatu produk memiliki kualitas yang baik namun informasi produk tersebut tidak sampai kepada konsumen maka konsumen tidak akan pernah membelinya. Pada dasarnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu berupa aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentukbentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya yang disebut dengan bauran promosi. Bauran promosi tersebut yaitu personal selling, mass selling, promosi penjualan, public relations, dan direct marketing. 5. People (orang) Orang memegang peranan penting dalam proses penyampaian jasa. Orang yaitu semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan mempengaruhi persepsi pembeli. Termasuk dalam bauran ini adalah personel perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua

41 25 pelaku yang berpartisipasi dalam penyajian jasa menjadi petunjuk tentang karakteristik maupun kualitas jasa yang akan diterima konsumen. 6. Physical evidence (bukti fisik) Bukti fisik adalah lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, dan setiap konsumen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. Bukti fisik mencakup tata letak fasilitas (interior dan interior), tema, dekorasi, penerangan, service counters, dan kebersihan, penampilan dan kesehatan karyawan, kenyamanan peralatan, reliabilitas, ketertarikan, kemudahan penggunaan, kecocokan kapasitas eksterior seperti tempat parkir, dan kredibilitas profesional (Gasperz, 1997). 7. Process (proses) Proses adalah semua proses akrual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa. Menurut Gasperz (1997), proses mencakup prosedur operasi terperinci, manual, dan deskripsi pekerjaan, prosedur untuk resolusi masalah pelanggan, prosedur pelatihan sebagai bagian dari pekerjaan, dan penetapan standar performansi untuk fasilitas, proses, peralatan, dan pekerjaan yang menciptakan pelayanan kepada pelanggan Konsep Benchmarking Perusahaan yang berhasil akan selalu belajar dari pengalamanpengalaman dalam melakukan proses bisnisnya. Salah satu alat untuk proses pembelajaran perusahaan adalah dengan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain (benchmarking). Bowers dalam Watson (1996)

42 26 mendefinisikan benchmarking sebagai proses belajar bagi organisasi, yang mencontoh proses belajar manusia. Definisi lain tentang benchmarking dikemukakan oleh Design Steering Committee dari International Benchmarking Clearinghouse (IBC). Menurut IBC benchmarking merupakan proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan; proses mengukur dan membandingkan secara sinambung atas proses-proses bisnis suatu organisasi dengan tokoh-tokoh proses bisnis manapun di seluruh dunia, untuk mendapatkan informasi yang akan membantu upaya organisasi tersebut memperbaiki kinerjanya. Benchmarking merupakan metode untuk memantapkan strategi yang ditempuh melalui kajian atas praktek-praktek mengenai strategi, proses bisnis, dan sistem-sistem yang dikembangkan perusahaan kelas dunia. Hal ini merupakan kunci bagi perusahaan-perusahaan yang tetap ingin survive, berkembang, serta berkibar di masa depan. Dalam pelaksanaan metode benchmarking diperlukan dua pihak, yaitu (1) Pihak pelaku benchmarking yaitu organisasi/perusahaan yang ingin mengembangkan bagian-bagian dari usahanya menjadi lebih baik; (2) Pihak mitra benchmarking yaitu organisasi/perusahaan yang terbaik yang dijadikan contoh bagi organisasi/perusahaan pelaku benchmarking. Proses pembelajaran dari pihak pelaku benchmarking muncul lantaran ditemukannya kesenjangan kinerja berikut sebab musabab kesenjangan kinerja itu. Kesenjangan antara praktekpraktek internal di suatu perusahaan dan praktek-praktek eksternal yang diketahui, menciptakan kebutuhan akan perubahan yang terarah. Pemahaman atas praktek-praktek terbaik suatu industri mengidentifikasi apa yang harus

43 27 diubah secara internal, praktek-praktek eksternal yang dikaji lewat benchmarking memberikan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan hasil yang dapat diperoleh dari penerapan perubahan-perubahan ini (Watson, 1996) Jenis-Jenis Benchmarking Secara umum, terdapat empat jenis benchmarking yang berbeda (Bendell dan Boulter, 1995) yaitu : 1. Benchmarking internal, melibatkan pembuatan perbandinganperbandingan dengan berbagai bagian lain di dalam organisasi yang sama. Benchmarking ini dapat dilakukan terhadap bagian lain, lokasi lain, perusahaan lain di dalam kelompok yang sama. 2. Benchmarking pesaing, melakukan perbandingan dengan perusahaan pesaing. Relatif lebih sulit karena untuk alasan kerahasiaan, hampir tidak mungkin untuk memperoleh suatu gambaran langsung tentang bagaimana pesaing melakukan kegiatan sepenuhnya. 3. Benchmarking fungsional, meliputi perbandingan-perbandingan dengan berbagai organisasi yang biasanya tidak bersaing namun mempunyai persamaan kegiatan fungsi. 4. Benchmarking umum, memungkinkan perbandingan proses-proses bisnis yang berlaku pada berbagai fungsi dan di dalam industri yang benar-benar berbeda.

44 Penelitian Terdahulu Suhanda (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Manajemen Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek manajemen dan manajemen fungsional yang ada dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu telah melaksanakan aspek-aspek manajemen dengan cukup baik, begitu juga dengan manajemen fungsionalnya. Penelitian yang dilakukan Suhanda memberikan gambaran dan informasi mengenai aspekaspek manajemen dan manajemen fungsional yang terdapat pada lembaga yang serupa dengan lembaga yang dijadikan objek dalam penelitian ini. Teguh Suyanto (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Lelang dan Perceived Quality Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta lelang terhadap pelayanan TPI Muara Angke, menetapkan orientasi pengelolaan atribut pelayanan yang tepat, dan mengetahui kesesuaian persepsi peserta lelang terhadap kualitas pelayanan. Metode yang digunakan yaitu Analisis Costumer Satisfaction Index (CSI) dan Importance and Performance Analysis (IPA). Hasil dari penelitian tersebut berupa skor tingkat kepuasan yang menunjukkan bahwa peserta lelang merasa puas dengan pelayanan TPI; atribut-atribut pelayanan yang tergolong kepada prioritas utama, prioritas rendah, atribut yang harus dipertahankan, dan atribut dengan prioritas berlebihan.

45 29 Penelitian lain yang membahas mengenai jasa pemasaran di bidang perikanan yaitu penelitian yang dilakukan Achmad Rizal (2004). Penelitian dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Unit Usaha Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Kec. Blanakan-Kab. Subang ini membahas mengenai keadaan internal dan eksternal yang dihadapi unit TPI KUD Mina Fajar Sidik yang dijadikan input dalam perumusan strategi pengembangan unit usaha tersebut. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE EFE, matriks I-E, SWOT, dan QSPM. Hasil dari penelitian tersebut yaitu bahwa kondisi TPI KUD Mina Fajar Sidik berada di atas rata-rata kekuatan eksternalnya dan memiliki kekuatan utama berupa citra yang baik dan mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah, sedangkan kelemahan utamanya adalah TPI masih tergantung kepada nelayan pendatang dan partisipasi nelayan anggota terus menurun; strategi pengembangan yang dapat dilakukan berupa peningkatan kualitas gedung TPI dan perlengkapan yang masih kurang. Penelitian-penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal objek penelitian yang berupa lembaga jasa pemasaran di bidang perikanan. Namun, berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini mencoba untuk memberikan rekomendasi strategi pemasaran bagi lembaga jasa pemasaran perikanan air tawar yaitu Depo Pemasaran Ikan dengan melakukan analisis perbandingan. Perbandingan yang dilakukan menggunakan metode benchmarking dengan lembaga sejenis yang bertujuan untuk memberikan masukan bagi pembelajaran dan peningkatan kinerja pemasaran Depo Pemasaran Ikan yang menjadi objek penelitian.

46 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi pemasaran perlu dilakukan agar suatu lembaga atau perusahaan dapat terus menyampaikan produknya baik berupa barang ataupun jasa kepada pelanggannya. Terdapat beberapa cara untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan perusahaan. Biasanya diawali dengan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan pasar sasaran dari perusahaan tersebut serta informasi mengenai industri dimana perusahaan berada. Perumusan strategi pemasaran juga dapat didekati melalui bauran pemasaran (marketing mix) yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Bauran pemasaran dapat menjadi faktor sukses dalam kinerja pemasaran yang dilakukan sebuah perusahaan karena bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen akhir (Kotler, 2003). Depo Pemasaran Ikan Air Tawar Sindangwangi sebagai lembaga yang menyediakan jasa dalam pemasaran hasil perikanan berupaya membantu para petani dan pedagang ikan dalam proses pemasaran hasil perikanannya. Upaya tersebut dilakukan dengan menyediakan jasa berupa penyediaan berbagai fasilitas yang dapat menunjang proses pemasaran. Dalam menjalankan usahanya, Depo Pemasaran Ikan Air Tawar Sindangwangi memiliki tujuan dan target yang ingin dicapai. Secara umum, tujuan yang ingin dicapai oleh Depo yaitu meramaikan kegiatan transaksi yang terjadi di Depo dengan menarik pedagang ikan yang berpotensi untuk memasarkan produknya di Depo sehingga dapat menghasilkan PAD bagi Kabupaten Majalengka. Namun kondisi yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan harapan. Harapan dapat terlaksananya kegiatan transaksi produk perikanan dalam jumlah yang besar tidak didukung oleh jumlah pedagang yang

47 31 menggunakan fasilitas di Depo. Rendahnya minat pedagang untuk menggunakan jasa yang disediakan serta menjual ikannya di Depo merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Depo Pemasaran Ikan Air Tawar Sindangwangi saat ini. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perlu dirumuskan strategi pemasaran dengan memilih alat analisis serta teori yang tepat dan sesuai. Prinsipprinsip, konsep-konsep, serta teori-teori dasar yang menjadi landasan dan kerangka berfikir secara operasional diuraikan sebagai berikut. Proses perumusan pengembangan strategi pemasaran pada penelitian ini dilakukan dengan metode Benchmarking. Benchmarking merupakan suatu proses yang dipakai suatu perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya untuk mengkaji bagaimana perusahaan lain menjalankan fungsi tertentu, guna mengembangkan cara perusahaan itu dalam menjalankan fungsi yang sama atau serupa (Watson, 1996). Pihak lain yang dijadikan sebagai mitra benchmarking dalam proses perumusan strategi bagi DPI Sindangwangi adalah DPI Kota Tasikmalaya. Langkah awal proses ini yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor kinerja pemasaran pada kedua DPI untuk mengetahui penyebab rendahnya minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi dan untuk mengetahui penyebab diminatinya DPI Kota Tasikmalaya oleh pedagang sebagai pengguna jasa. Kemudian faktor-faktor kinerja pemasaran yang sudah teridentifikasi tersebut ditentukan sebagai faktor kinerja yang akan dinilai dan dibandingkan dalam proses benchmarking. Walaupun Depo Pemasaran Ikan bergerak di bidang jasa, namun proses identifikasi faktor-faktor kinerja pemasaran pada penelitian ini menggunakan konsep pemasaran 4P yaitu dengan mengidentifikasi faktor kinerja

48 32 yang tergolong ke dalam faktor produk, harga, promosi dan lokasi. Hal ini dikarenankan 3P tambahan dalam perusahaan jasa yaitu orang, proses dan bukti fisik pada penelitian ini digolongkan ke dalam produk dari DPI. Faktor-faktor kinerja pemasaran yang telah teridentifikasi dinilai kinerjanya pada kedua pihak yaitu Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya. Pengukuran kinerja dilakukan dengan pemberian rating pada masingmasing faktor kinerja pemasaran. Hasil pengukuran kinerja pada DPI Sindangwangi dan DPI Kota Tasikmalaya diplotkan pada diagram jaring laba-laba sehingga dapat terlihat kesenjangan yang terjadi antara kinerja faktor pada DPI Sindangwangi dan DPI Kota Tasikmalaya dari hasil pengukuran kinerja tersebut. Kemudian dilakukan analisis perbandingan untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja terbaik yang dilakukan oleh pihak mitra benchmarking yaitu DPI Kota Tasikmalaya dan menjadikan informasi tersebut sebagai bahan pembelajaran dalam merumuskan strategi pemasaran sehingga dapat meningkatkan kinerja pemasaran Depo Pemasaran Ikan Air Tawar Sindangwangi (Gambar 2).

49 33 Potensi perikanan air tawar Program pemerintah dalam pembangunan sektor perikanan Depo Pemasaran Ikan (DPI) sebagai salah satu lembaga penyedia jasa pemasaran perikanan DPI Sindangwangi dengan minat yang rendah dari pedagang sebagai pengguna jasa DPI Kota Tasikmalaya dengan minat yang tidak rendah dari pedagang sebagai pengguna jasa Identifikasi faktor-faktor kinerja pemasaran pada kedua DPI - Produk - Promosi - Harga - Lokasi Kinerja pada DPI Sindangwangi Benchmarking Spider Web Analysis Kinerja pada DPI Kota Tasikmalaya Pembelajaran bagi DPI Sindangwangi Rekomendasi Strategi Pemasaran Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Depo Pemasaran Ikan Air Tawar Sindangwangi yang berlokasi di Jalan Lengkongkulon No.40 Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Depo Pemasaran Ikan Air Tawar merupakan pusat pemasaran ikan pertama yang ada di Kabupaten Majalengka. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan April sampai Juni Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden yang penentuannya menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja sampel yang akan diteliti, digunakan dalam menentukan instansi pembanding dan responden. Responden dari penelitian ini yaitu pengelola Depo Pemasaran Ikan dan para pedagang ikan pengguna jasa Depo. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu : a. Wawancara dengan pimpinan Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi yaitu Briana Sudarmeilan, STP, MP dan pihak manajemen lain yaitu pelaksana operasional dari DPI Sindangwangi serta dengan instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka. Wawancara juga akan dilakukan dengan para pedagang dan petani yang menggunakan jasa.

51 35 b. Wawancara dengan institusi yang dijadikan sebagai benchmark yaitu Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya juga dengan para pedagang ikan yang menggunakan jasa Depo untuk menggali informasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja pemasaran pada objek penelitian. c. Observasi, yaitu mengamati secara langsung kegiatan pemasaran yang dilakukan di Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dan di Depo Pemasaran Ikan Kotamadya Tasikmalaya. Data sekunder diperoleh dari kumpulan data yang dimiliki oleh Depo Pemasaran Ikan yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, fasilitas-fasilitas yang disediakan dan perkembangan jumlah pedagang yang menggunakan jasa tersebut. Data sekunder lain diperoleh dari bahan pustaka yang berkaitan, instansi terkait dan browsing internet. Data yang disajikan bersifat kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan informasi yang tersedia. 3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis sebagai masukan dalam proses perumusan strategi. Analisis data yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis perbandingan (benchmarking) Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi kegiatan fungsional yang dilakukan oleh Depo Pemasaran Ikan, dalam hal ini lebih difokuskan pada kegiatan pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja pemasaran yang telah dilakukan oleh Depo

52 36 Pemasaran Ikan dan memaparkan faktor-faktor yang menjadi kunci sukses dalam kegiatan pemasaran yang dilakukan Analisis Perbandingan (Benchmarking) Analisis perbandingan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai praktek-praktek kinerja dari institusi yang serupa yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran menuju perbaikan kinerja perusahaan. Proses benchmarking terdiri dari empat langkah (Watson, 1996) yaitu : 1. Menyeleksi dan menentukan proses yang harus dipelajari, mengidentifikasi tolok ukur-tolok ukur kinerja proses itu, dan menentukan perusahaan yang harus dipelajari. 2. Melakukan riset terhadap perusahaan yang telah ditentukan sebagai tolok ukur perbandingan. Riset berupa penyingkapan rahasia atas proses tertentu di dalam perusahaan tersebut. Metode dalam langkah ini dapat berupa komunikasi langsung, kuesioner tertulis atau observasi di lapangan. 3. Menganalisis data yang terkumpul guna menyusun temuan studi dan rekomendasi. Analisis ini meliputi dua aspek yaitu penentuan besaran kesenjangan kinerja antar perusahaan dan mengidentifikasi faktor penentu proses yang menunjang peningkatan kinerja. 4. Adaptasi, mengembangkan dan mengimplementasikan faktor penentu proses benchmarking yang cocok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses benchmarking yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari : (1) mengidentifikasi faktor kinerja pemasaran sebagai tolok ukur yang akan dibandingkan dan penentuan institusi pembanding, (2) melakukan studi

53 37 banding dengan perusahaan pembanding dengan pemberian bobot dan rating pada faktor kinerja pemasaran, (3) melakukan perbandingan dan menganalisis data yang terkumpul. Proses secara rinci diuraikan sebagai berikut. 1. Identifikasi Faktor Kinerja Pemasaran dan Penentuan Institusi Pembanding Faktor kinerja dari proses pemasaran Depo Pemasaran Ikan Air Tawar diidentifikasi dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak pengelola depo. Kemudian faktor tersebut diurutkan dalam sebuah daftar yang nantinya akan diberikan bobot dan rating untuk menentukan skor masing-masing dari faktor tersebut. Pemberian bobot dan rating terhadap faktor kinerja dilakukan juga pada institusi pembanding yaitu pada institusi sejenis yang menyediakan fasilitas yang dapat menunjang proses pemasaran hasil perikanan. Institusi yang ditentukan sebagai pembanding yaitu Depo Pemasaran Ikan di Kota Tasikmalaya. Penentuan institusi pembanding dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah asal hasil perikanan yang dipasarkan di Kabupaten Majalengka. Selain itu, volume ikan yang dipasarkan dan jumlah pedagang ikan yang memasarkan ikannya di Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya lebih banyak jika dibandingkan dengan di Depo Pemasaran Ikan Kabupaten Majalengka. 2. Pemberian Bobot dan Rating pada Faktor Kinerja Pemasaran Pemberian bobot pada faktor kinerja pemasaran dilakukan dengan cara membandingkan faktor kinerja yang berada pada garis vertikal dengan faktor kinerja pada garis horizontal. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Penentuan

54 38 bobot untuk faktor sukses kritis tersebut menggunakan teknik paired comparison (perbandingan berpasangan). Teknik ini membandingkan setiap faktor pada baris (horizontal) dengan faktor pada kolom (vertikal). Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala ini menunjukkan : 1 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bentuk dari penilaian bobot dengan metode paired comparison dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Sukses Kritis Faktor Sukses Kritis A B C... Total Bobot A B C Total Sumber: David, 2006 Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah keseluruhan faktor. Bobot yang diperoleh akan berkisar dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting). Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor harus sama dengan 1.0. Rumus yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing faktor adalah: a i x i n i 1 x i Keterangan : a i = bobot masing-masing faktor sukses kritis x i = nilai faktor sukses kritis i n = jumlah keseluruhan faktor Pemberian rating pada masing-masing faktor sukses kritis dilakukan dengan memberi peringkat 1 sampai 5. Peringkat tersebut menunjukkan

55 39 apakah kinerja dari faktor tersebut sangat tidak baik (1), tidak baik (2), biasa (3), baik (4), dan sangat baik (5). Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan. 3. Melakukan Perbandingan dan Menganalisis Data Skor yang dihasilkan dari pembobotan dan pemberian rating pada faktor sukses kritis objek penelitian dan institusi pembanding merupakan hal yang menjadi input dalam proses analisis dan perumusan strategi. Skor dari masing-masing institusi disajikan dalam sebuah diagram jaring laba-laba seperti berikut. Faktor Sukses H Faktor Sukses G Faktor Sukses A Faktor Sukses B Faktor Sukses C Objek Penelitian Institusi Pembanding Faktor Sukses F Faktor Sukses D Faktor Sukses E Gambar 3. Diagram Jaring Laba-laba Skor pada setiap sumbu menunjukkan tingkat kepentingan dan kinerja dari faktor sukses menurut masing-masing institusi, sehingga diketahui posisi dari keduanya dan dapat dibandingkan untuk melakukan perbaikan yang sesuai kondisi perusahaan atau institusi tersebut.

56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di Kabupaten Majalengka yang bergerak di bidang jasa pemasaran perikanan. UPTD Depo Pemasaran Ikan ini berlokasi di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi merupakan pusat dari instalasi pasar ikan yang berada di Kabupaten Majalengka. Gambaran secara rinci mengenai sejarah, visi, misi, tujuan, lokasi, deskripsi usaha dan operasional serta struktur organisasi dari DPI Sindangwangi dipaparkan pada sub bab berikut Sejarah dan Perkembangan Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dibangun atas adanya rencana yang diajukan oleh pemerintahan Desa Lengkong kepada Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka. Pada awalnya Pemerintah Desa mengajukan rencana pembangunan pasar ikan tradisional dengan melihat potensi dalam bidang perikanan yang dimiliki dan keinginan pemerintah desa untuk memiliki pasar di wilayah Desa Lengkong. Namun sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam pembangunan pertanian yang menerapkan pentahapan prioritas pembangunan yang pada saat itu (tahun 2003) ditetapkan sebagai tahun prioritas bagi pembangunan perikanan, maka rencana tersebut ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya pembangunan sarana pemasaran ikan berupa Depo Pemasaran Ikan.

57 41 Pembangunan Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dilakukan secara bertahap. Pembangunan tahap pertama yaitu pada tahun 2003 dengan dana yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Majalengka. Tahap kedua dilaksanakan pada tahun 2004 yang dananya bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Departemen Kelautan dan Perikanan. Pembangunan tahap ketiga yaitu tahun 2005 bersumber dari dana Dekonsentrasi, dan pada tahap ke empat untuk melengkapi fasilitas yang belum tersedia dilaksanakan pembangunan yang bersumber dari Dana Block Grand Propinsi Jawa Barat Tahun Pengelolaan Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pasar Ikan yang berada dalam kelembagaan Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka. Sebelum adanya Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru, pasar ikan berada di bawah Kasi Sarana dan Prasarana Bidang Perikanan, namun pada tahun 2004 Pasar Ikan menjadi UPTD dan memiliki tugas pokok dan fungsi sesuai dengan Perda No. 29 Tahun Visi, Misi dan Tujuan Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi merupakan pusat pemasaran ikan yang dikelola oleh UPTD Pasar Ikan Kabupaten Majalengka. Oleh karena itu, visi yang dimiliki oleh Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi sesuai dengan visi UPTD Pasar Ikan yaitu terwujudnya perikanan berbasis agribisnis dalam bidang pemasaran ikan. Sedangkan misinya adalah (1) melaksanakan pengawasan keluar masuk ikan, (2) melaksanakan pemantauan harga ikan, (3) menyampaikan informasi pasar, (4) melayani kebutuhan konsumen akan ikan

58 42 yang sehat, dan (5) menjadikan sarana dan prasarana pemasaran ikan yang bersih dan higienis. Tujuan dari Depo Pemasaran Ikan adalah memperlancar aktivitas pemasaran hasil perikanan dengan menyediakan sarana dan prasarana pemasaran, memacu peningkatan produksi dan skala usaha budidaya ikan, mendorong peningkatan konsumsi ikan per kapita, meningkatkan jaminan kesehatan dan keamanan produk hasil perikanan, menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Barat, khususnya Kabupaten Majalengka, Kuningan, dan Cirebon, dan meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lokasi Lokasi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi berada di Kecamatan Sindangwangi yang merupakan perbatasan wilayah Kabupaten Majalengka dengan Kota Cirebon dan Kuningan. Akses jalan menuju lokasi Depo berupa jalan beraspal yang dilewati kendaraan umum, namun lokasi Depo berada 200 m agak ke dalam dari jalan tersebut. Luasan lahan dan bangunan lokasi Depo sebesar satu hektar. Lokasi Depo juga berdekatan dengan pasar tradisional Kecamatan Rajagaluh dan Objek Wisata Talaga Herang. Kedekatan lokasi Depo dengan pasar tradisional dan objek wisata tersebut merupakan suatu peluang bagi pedagang ikan untuk memperoleh konsumen yang lebih banyak. Peluang tersebut berupa banyaknya pedagang pengecer yang berjualan di pasar Rajagaluh dan di Objek Wisata Talaga Herang terdapat beberapa rumah makan yang menyajikan menu ikan.

59 Deskripsi Usaha dan Operasional DPI Sindangwangi Depo Pemasaran Ikan (DPI) Sindangwangi bergerak di bidang jasa pemasaran perikanan. Produk dari DPI Sindangwangi berupa jasa pemasaran perikanan yang diberikan kepada para pedagang produk perikanan. Jasa yang diberikan mencakup penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh para pedagang, pelayanan terhadap penanganan penyakit ikan, dan penyediaan informasi mengenai perkembangan harga ikan di pasaran Kabupaten Majalengka. Proses penyediaan jasa pemasaran tersebut, didukung oleh beberapa kondisi yaitu ketersediaan sumber air di lokasi yang cukup melimpah, lokasi yang berada di salah satu sentra produksi ikan di wilayah Kabupaten Majalengka, aksesibilitas terhadap lokasi yang mudah, dan kebersihan serta keamanan di lokasi yang selalu terjaga. Kondisi tersebut merupakan suatu faktor pendukung dalam proses pemasaran yang dilakukan oleh DPI Sinadangwangi. Jasa pemasaran berikut sarana dan prasarana pendukung yang tersedia di DPI Sindangwangi digunakan oleh pedagang ikan yang berasal dari wilayah Kabupaten Majalengka. Selain pedagang ikan terdapat pula pengusaha rumah makan dan pedagang sarana produksi perikanan serta pedagang makanan dan kebutuhan pokok. Pedagang ikan yang berjualan di depo berjumlah tujuh orang, pengusaha rumah makan satu orang, pedagang sarana produksi perikanan dua orang dan pedagang kebutuhan pokok enam orang. Pelayanan yang dilakukan oleh pengelola kepada para pedagang pengguna jasa berlangsung setiap hari kerja yaitu hari Senin hingga Jumat

60 44 pukul WIB. Namun pada saat-saat tertentu, jika diperlukan pengelola dapat memberikan layanan di luar jam tersebut, misalnya pada saat kedatangan ikan dari pemasok kepada pedagang yang memerlukan penanganan dan pengawasan dari pengelola maka pengelola akan hadir walaupun pada dini hari. Sedangkan kegiatan transaksi yang terjadi antara pedagang dengan konsumen di DPI Sindangwangi terjadi setiap hari. Transaksi yang terjadi pada hari Sabtu dan Minggu lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal ini dikarenakan banyaknya konsumen eceran dari kalangan rumah tangga atau keluarga yang berbelanja kepada pedagang di DPI Sindangwangi. Kedatangan para konsumen yang berbelanja kepada pedagang di DPI Sindangwangi merupakan sebuah hasil dari kegiatan promosi yang dilakukan oleh pengelola DPI Sindangwangi. Promosi yang dilakukan oleh pengelola Depo ditujukan untuk menarik konsumen akhir dari produk perikanan sehingga para pedagang akan tertarik untuk menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia dan melakukan pemasaran di Depo tersebut. Depo melakukan promosi berupa pemberian brosur, pemasangan bilboard di daerahdaerah yang strategis, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik konsumen dan pembudidaya ikan sehingga Depo dapat dikenal dan para pedagang tertarik untuk melakukan pemasaran di Depo. Proses Pemasaran Penyampaian jasa dari DPI Sindangwangi kepada para pengguna jasa yaitu pedagang, berbarengan dengan kegiatan transaksi yang dilakukan pedagang. Pedagang menggunakan fasilitas yang disediakan oleh DPI

61 45 Sindangwangi berbarengan dengan kegiatan penjualan yang dilakukan kepada konsumen. Konsumen yang membeli ikan kepada pedagang di DPI Sindangwangi sangat memperhatikan kualitas dari ikan yang dipasarkan. Ikan yang dipasarkan oleh pedagang terjaga kualitasnya karena adanya dukungan dari sarana dan prasarana di DPI Sindangwangi yang terjaga kebersihan dan kehigienisannya. Para pedagang yang berjualan di DPI Sindangwangi mendapatkan pasokan ikan dari para petani ikan di wilayah Kabupaten Majalengka dan luar Kabupaten Majalengka. Pemasok ikan yang berasal dari Kabupaten Majalengka yaitu dari daerah kecamatan Sindangwangi yang memasok benih ikan gurame, dari kecamatan Maja yang memasok ikan mas dan nila. Volume ikan yang dipasok tidak tetap jumlahnya namun sesuai dengan pesanan yang dilakukan oleh pedagang dan menyesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh pamasok yaitu petani ikan yang bersangkutan. Seringkali pedagang mendapatkan kesulitan dalam memperoleh pasokan ikan yang jumlahnya memenuhi permintaan konsumen. Untuk memperoleh tambahan pasokan ikan, pedagang mencari pasokan ikan dari luar Kabupaten Majalengka. Pemasok dari luar daerah yaitu bandar yang telah melakukan kerjasama dan memiliki hubungan kepercayaan dengan pedagang di DPI Sindangwagi. Daerah luar Kabupaten Majalengka yang menjadi daerah pemasok ikan yaitu Cirebon, Bogor, Tulungagung, Tasikmalaya, dan Cianjur. Jenis ikan yang dipasok dari daerah tersebut yaitu ikan gurame, ikan hias, benih ikan bawal dan patin, ikan mas dan ikan nila.

62 46 Harga ikan yang dipasarkan oleh pedagang di DPI Sindangwangi ditentukan berdasarkan harga beli ikan dari pemasok ditambah dengan biaya yang dikeluarkan pedagang untuk memperlancar proses pemasaran seperti biaya plastik kemasan, gas, dan sewa fasilitas. Pemasok dan pedagang telah mempunyai hubungan kerjasama yang cukup lama sehingga harga ikan yang dipasok ditentukan berdasarkan proses tawar menawar antara pedagang dan pemasok. Harga ikan yang dipasarkan di DPI Sindangwangi yaitu gurame berkisar antara Rp sampai Rp , ikan mas berkisar antara Rp sampai Rp , ikan nila berkisar antara Rp sampai Rp Harga tersebut sudah termasuk plastik kemasan dan pemberian gas. Ikan yang dibeli di DPI Sindangwangi dapat diantar ke lokasi pembeli jika pembelian minimal 50 kg dengan biaya tambahan sesuai jarak lokasi pembeli. Pembeli yang datang ke DPI Sindangwangi dan melakukan transaksi dengan para pedagang pengguna fasilitas di DPI Sindangwangi merupakan para pedagang eceran di pasar tradisional, pedagang eceran pengolah ikan, pengusaha rumah makan dan konsumen akhir. Jenis ikan yang paling banyak dicari oleh para pembeli yaitu ikan mas dan ikan nila. Sedangkan ikan gurame termasuk ke dalam jenis ikan musiman yang banyak dibeli pada waktu-waktu tertentu seperti adanya peningkatan permintaan ketika banyak masyarakat yang mengadakan pesta baik pernikahan maupun acara lainnya. Namun permintaan terhadap ikan gurame dari pengusaha rumah makan selalu ada setiap saat. Para pedagang eceran di pasar tradisional yang membeli ikan ke DPI Sindangwangi melakukan pembelian rata-rata sebanyak satu kali dalam seminggu. Jenis ikan yang dibeli yaitu ikan mas dan nila dengan volume

63 47 pembelian berkisar antara kg. Pembelian yang dilakukan oleh pedagang eceran pengolah ikan dan pengusaha restoran yaitu ikan mas, nila dan gurame dengan volume pembelian berkisar antara kg. Kondisi Fasilitas Fasilitas yang tersedia di DPI Sindangwangi digunakan untuk mempermudah proses pemasaran yang dilakukan oleh para pedagang ikan yang berjualan di DPI. Sarana dan prasarana sebagai fasilitas yang diberikan kepada pedagang yang tersedia di DPI Sindangwangi terdiri dari bangunan utama dan bangunan penunjang. Tabel 8 merinci sarana dan prasarana yang tersedia di Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi. Tabel 8. Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi Kelompok Nama Jumlah (unit) Bangunan Utama Kolam karantina dan kolam inap 32 Kolam grading 2 Kolam stock 7 Kolam reservoir 2 Kolam retail 10 Kolam pemancingan 4 Laboratorium 1 Gedung restorasi 1 Bangunan Penunjang Kios saprokan 21 Galeri ikan hias 1 Gedung retail produk olahan 2 Gedung seni 1 Pos jaga 2 Mushola 1 Rumah makan 1 Saung lesehan 4 Kondisi dari fasilitas yang ada pada saat ini kurang sesuai dengan harapan dan kebutuhan para pedagang sebagai pengguna jasa. Kondisi kolam retail yang ada masih kurang nyaman karena dasar kolam yang masih datar

64 48 dan kurang lebarnya atap pelindung sehingga padagang merasa kepanasan ketika berjualan. Derasnya saluran air yang mengalir ke kolam stok masih belum merata antara kolam yang satu dengan yang lainnya sehingga terjadi ketidakadilan bagi padagang yang menggunakan fasilitas tersebut. Para pedagang dikenai biaya dalam penggunaan sarana dan prasarana tersebut. Biaya yang dikeluarkan pedagang untuk mendapatkan jasa pemasaran yang disediakan DPI Sindangwangi tercermin pada harga sewa dari masing-masing fasilitas. Harga sewa sarana dan prasarana yang tersedia di Depo ditetapkan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam hal ini yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka. Masing-masing sarana dan prasarana dikenai harga sewa yang berbeda. Daftar harga sewa sarana dan prasarana Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar Harga Sewa Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi. No. Nama Harga 1. Kolam retail Rp /hari/jalur 2. Kolam penginapan Rp /bulan/unit 3. Kolam karantina Rp /layanan/unit 4. Kolam pemancingan Rp /tahun/unit 5. Kios saprokan Rp /tahun/unit 6. Rumah makan dan saung lesehan Rp /tahun/unit Struktur Organisasi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dipimpin oleh seorang kepala UPTD yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pertanian dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat. Dalam mengelola Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi, kepala UPTD dibantu oleh dua orang staf yaitu pelaksana bagian tata usaha dan pelaksana fungsional umum. Bagian tata usaha bertugas

65 49 menindaklanjuti surat dari kepala UPTD, mengadministrasikan dan mengarsipkan surat sedangkan pelaksana fungsional umum bertugas mengkondisikan keluar masuk ikan, memantau kelancaran air untuk pengisian kolam dan memantau perkembangan harga ikan. Struktur organisasi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dapat dilihat pada Gambar 4. Kepala Dinas Pertanian Kab. Majalengka Kabid. Perikanan Kepala UPTD Depo Pemasaran Ikan Pelaksana Tata Usaha Pelaksana Fungsional Umum Penjaga Malam Gambar 4. Struktur Organisasi DPI Sindangwangi 4.2 Depo Pemasaran Ikan (DPI) Kota Tasikmalaya Depo Pemasaran Ikan Tasikmalaya merupakan sarana pemasaran perikanan di Kota Tasikmalaya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yaitu oleh Dinas Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Depo Pemasaran Ikan. Lokasi Depo Pemasaran Ikan Tasikmalaya yaitu di Jl. Letnan Harun, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Indihiang. Gambaran

66 50 secara rinci mengenai sejarah, visi, misi, tujuan, lokasi, deskripsi usaha dan operasional serta struktur organisasi dari DPI Kota Tasikmalaya dipaparkan pada sub bab berikut Sejarah dan Perkembangan Kota Tasikmalaya memiliki visi pembangunan Dengan berlandaskan iman dan taqwa Kota Tasikmalaya menjadi pusat perdagangan dan industri termaju di wilayah Priangan Timur Tahun Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor pertanian dipacu untuk mengembangkan sistem dan usaha agribisnis yang meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan ditunjang dengan pembangunan sektorsektor lainnya sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Pada tahun 2003 telah diprogramkan pembangunan sub sektor perikanan secara simultan. Langkah strategis yang dilakukan untuk memacu peningkatan pembangunan perikanan di Kota Tasikmalaya yaitu dengan melaksanakan pembangunan Depo Pemasaran Ikan dengan segala kelengkapan sarana prasaran penunjangnya. Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya dibangun pada tahun 2004 di Desa Sukarindik, Kecamatan Indihiang. Pembangunan yang dilakukan melalui beberapa tahapan, tahapan pertama yaitu pada tahun 2004 dengan dana yang bersumber dari APBD II. Tahap kedua yaitu tahun 2005 dengan dana yang bersumber dari APBN (Dekonsentrasi) dan tahap selanjutnya yaitu tahun 2006 dan 2007 dilakukan pembangunan dengan dana yang bersumber dari APBN dan APBD II.

67 51 Pengelolaan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya yaitu oleh Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) Depo Pemasaran Ikan. Namun pada tahap pembangunan pengelolaan DPI Kota Tasikmalaya dilakukan oleh Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya. Kegiatan operasional DPI Kota Tasikmalaya yang dikelola oleh UPTD dimulai sejak tahun Pengelolaan Depo yang dipegang oleh UPTD Depo Pemasaran Ikan berdasar kepada Surat Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor : 4 Tahun 2007 tanggal 14 Februari Visi, Misi dan Tujuan Sesuai dengan tugas pokok UPTD Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Perikanan yang bersifat teknis dalam bidang pemasaran ikan, maka Depo Pemasaran Ikan memiliki visi Terciptanya Depo Pemasaran Ikan yang Nyaman dan Termaju di Priangan Timur. Dengan visi tersebut Depo diharapkan dapat berfungsi sebagai Pusat Pemasaran Ikan Hidup yang nyaman bagi pedagang ikan maupun bagi konsumen yang berkunjung. Visi tersebut diimplementasikan ke dalam misi Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya yaitu (1) terciptanya Depo Pemasaran Ikan yang representatif, (2) tersedianya hidup sesuai jenis, jumlah dan ukuran, (3) tersedianya produk ikan hidup yang berkualitas, (4) terciptanya pelayanan prima di lingkungan Depo Pemasaran Ikan, (5) tersedianya informasi pasar mengenai jenis, jumlah dan ukuran ikan yang ada di Depo Pemasaran Ikan ataupun di tingkat petani pembudidaya ikan di wilayah Kota Tasikmalaya, (6) memberikan kontribusi kepada pemerintah Kota Tasikmalaya berupa

68 52 Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan (7) tumbuhnya kesadaran pedagang atau pengguna fasilitas Depo Pasar Ikan terhadap hak dan kewajibannya Lokasi Lokasi DPI Kota tasikmalaya terletak di Kecamatan Indihiang yang merupakan perbatasan Kota Tasikmalaya dengan wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Lahan yang digunakan sebagai lokasi Depo seluas m 2. Akses jalan menuju lokasi Depo sangat mudah karena lokasi Depo berada tepat di pinggir jalan dan dilewati oleh kendaraan umum. Lokasi Depo berdekatan dengan pasar induk Cikurubuk dan terminal angkutan umum tipe A Kota Tasikmalaya. Kedekatan lokasi Depo dengan pasar induk Cikurubuk memberikan keuntungan kepada para pedagang di Depo yaitu keperluam ikan dari pedagang di pasar induk Cikurubuk dipasok dari pedagang ikan di Depo Deskripsi Usaha dan Operasional DPI Kota Tasikmalaya Kegiatan operasional yang dilakukan di DPI Kota Tasikmalaya yaitu berupa penyediaan jasa pemasaran perikanan. Sama halnya dengan DPI Kabupaten Majalengka, produk DPI Kota Tasikmalaya yang berupa jasa pemasaran ini mencakup jasa penyediaan fasilitas penunjang kegiatan pemasaran perikanan, pelayanan terhadap penanganan penyakit ikan, dan penyediaan informasi perkembangan harga ikan. Selain itu, pengelola DPI Kota Tasikmalaya melakukan survey dan pemantauan terhadap sumber ikan yang dipasarkan oleh pedagang di DPI Kota Tasikmalaya sehingga dapat menjamin keberlanjutan kerjasama yang terjalin antara pedagang ikan dengan

69 53 petani pemasok. Kerjasama yang terjaga antara pedagang dan petani pemasok menjamin ketersediaan stok ikan yang dipasarkan di DPI Kota Tasikmalaya. Jasa pemasaran yang diberikan oleh DPI Kota Tasikmalaya ditunjang dengan tersedianya sumber air yang melimpah dari irigasi Bengkok (sumber air dari sungai Ciloseh dengan debit air yang cukup besar). Faktor penunjang lainnya yaitu lingkungan DPI Kota Tasikmalaya yang jauh dari pemukiman penduduk sehingga pencemaran air yang terjadi sangat minim. Kemudahan mengakses lokasi Depo, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan merupakan kondisi lingkungan lain yang menunjang kegiatan pemasaran. Pengguna jasa berikut sarana dan prasarana yang tersedia di Depo Pemasaran Ikan Tasikmalaya terdiri dari pedagang ikan, pengusaha pemancingan, pedagang sarana produksi perikanan dan pedagang lainnya. Pedagang ikan yang berjualan di Depo berjumlah sebelas orang dari 28 orang yang tercatat sebagai pedagang yang memiliki hak guna pakai sarana kolam retail. Pedagang sarana produksi perikanan menggunakan fasilitas kios yang disediakan oleh Depo. Kios yang digunakan oleh pedagang saprokan sebanyak 3 kios, pedagang lain 2 kios dan sisanya belum termanfaatkan. Sedangkan pengusaha pemancingan yang menggunakan fasilitas Depo sebanyak satu orang. Kantor pengelola DPI Kota Tasikmalaya memberikan pelayanan kepada para pedagang pengguna jasa setiap hari kerja yaitu hari Senin hingga Jumat pukul WIB. Namun di lokasi DPI Kota Tasikmalaya terdapat dua rumah dinas yang diperuntukkan bagi kepala pengelola UPTD dan petugas operasional yang menangani kegiatan operasional di DPI Kota

70 54 Tasikmalaya, sehingga pada saat terjadi transaksi antara pedagang dan konsumen dapat dipantau oleh pengelola. Proses Pemasaran Transaksi jual beli ikan yang terjadi antara pedagang di DPI Kota Tasikmalaya dengan konsumennya berlangsung setiap hari dari hari Senin hingga Minggu. Konsumen yang membeli ikan dari pedagang di DPI Kota Tasikmalaya terdiri dari pedagang eceran yang berasal dari wilayah Kota Tasikmalaya dan yang berasal dari luar wilayah Kota Tasikmalaya seperti dari Kabupaten Ciamis, daerah Pangandaran, Cilacap dan beberapa daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain para pedagang eceran, pembeli yang datang ke DPI Kota Tasikmalaya berasal dari kalangan pehobi dan konsumen akhir. Ikan yang diperjualbelikan di DPI Kota Tasikmalaya dipasok dari patani ikan di beberapa kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota Tasikmalaya yaitu Kecamatan Mangkubumi, Kecamatan Kawalu, dan Kecamatan Indihiang. Selain itu dipasok pula dari Kabupaten Tasikmalaya yaitu daerah Singaparna yang produksi ikannya cukup banyak dan dari bandar ikan konsumsi yang ada di daerah Cirata. Ikan yang dipasok dari daerah Cirata yaitu ikan konsumsi jenis nila dan mas. Sama halnya dengan di DPI Sindangwangi, jenis ikan yang paling banyak dicari oleh pembeli yaitu ikan nila dan ikan mas. Hal tersebut dikarenakan harga ikan nila dan mas yang relatif lebih murah dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Harga ikan nila dan mas yang dipasok dari Cirata relatif lebih murah jika dibandingkan dengan ikan nila dan mas lokal. Perbedaan harga tersebut dikarenakan kualitas yang berbeda antara ikan lokal dengan ikan Cirata. Ikan

71 55 Cirata memiliki kadar air yang lebih tinggi di dalam dagingnya sehingga jika diolah untuk santapan dagingnya terasa lembek dan mudah hancur. Kondisi Fasilitas Sarana dan prasarana yang tersedia di DPI Kota Tasikmalaya sebagai fasilitas penunjang proses pemasaran ikan yang dilakukan pedagang masih tergolong baru dan sangat layak digunakan. Fasilitas tersebut terdiri dari bangunan utama dan bangunan penunjang ( Tabel 10). Tabel 10. Sarana dan Prasarana DPI Kota Tasikmalaya Kelompok Nama Jumlah (unit) Bangunan Utama Kolam retail 144 Kolam karantina dan kolam inap 35 Kolam stok 2 Kolam grading 2 Kolam reservoir 2 Kantor UPTD 1 Laboratorium 1 Saluran air 2 Bangunan Penunjang Kios saprokan 10 Kolam resapan 1 Musholla 1 Pos retribusi 1 Depot sampah 1 Rumah kepala UPTD 1 Rumah jaga 1 Penginapan pedagang 3 Rumah makan 1 Gazebu 5 Gudang oksigen 1 Gudang peralatan 1 Kolam pemancingan 1 MCK 4 Penetapan harga pada masing-masing fasilitas yang terdapat di DPI Kota Tasikmalaya sudah tertata dengan baik dan berlandaskan hukum. Harga yang ditetapkan untuk masing-masing fasilitas ditetapkan dalam Peraturan

72 56 Daerah No. 84 Tahun 2008 mengenai Pengelolaan dan Retribusi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya. Harga yang dibebankan kepada pedagang disebut dengan istilah retribusi. Besarnya retribusi dari masing-masing fasilitas yang disediakan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya tersaji pada Tabel 11. Tabel 11. Retribusi Masing-masing Fasilitas DPI Kota Tasikmalaya. No. Nama Retribusi 1. Kolam retail Rp /bulan/unit 2. Kios saprokan Rp /bulan/unit 3. Kolam karantina Rp /hari/unit 4. Kolam pemancingan Rp /bulan/unit 5. Rumah makan Rp /bulan 6. Parkir kendaraan roda dua Rp. 300/kendaraan 7. Parkir kendaraan roda empat Rp. 1000/kendaraan Struktur Organisasi Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya dikelola Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Depo Pemasaran Ikan yang dipimpin oleh seorang Kepala UPTD. Kepala UPTD bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Pertanian. Dalam melakukan pengelolaan Depo Pemasaran Ikan, Kepala UPTD dibantu oleh pelaksana administrasi dan petugas operasional. Pelaksana administrasi bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi umum meliputi kepegawaian, keuangan dan perlengkapan. Petugas operasional mempunyai tugas pokok melaksanakan, menyiapkan, mengembangkan dan mengevaluasi pengadaan pemasaran ikan. Selain itu terdapat pula petugas kebersihan yang bertugas membersihkan lokasi dan mengawasi kelancaran saluran air. Struktur

73 57 organiasi Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada Gambar 5. Kepala Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya Kepala UPTD Depo Pemasaran Ikan Pelaksana Administrasi Petugas Operasional Petugas Kebersihan Gambar 5. Struktur Organisasi DPI Kota Tasikmalaya

74 V. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN SINDANGWANGI, KABUPATEN MAJALENGKA Analisis strategi pemasaran bagi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi di Kabupaten Majalengka ini menggunakan metode perbandingan (benchmarking) dengan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya. Benchmarking merupakan suatu proses yang dipakai suatu perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya untuk mengkaji bagaimana perusahaan lain menjalankan fungsi tertentu, guna mengembangkan cara perusahaan itu dalam menjalankan fungsi yang sama atau serupa. Terdapat dua dimensi yang dikaji pada proses benchmarking. Dimensi pertama adalah kinerja internal, yang meliputi usaha untuk menentukan proses operasional yang akan dipelajari serta untuk menetapkan tolok ukur internal bagi kinerja proses itu. Dimensi kedua adalah kinerja eksternal, yang mencakup usaha untuk mengidentifikasikan perusahaan eksternal sebagai objek benchmarking dan belajar dari mereka (Watson, 1996). Proses operasional yang akan dipelajari yaitu kinerja pemasaran guna mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi. Pada proses ini, langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor kinerja pemasaran, menilai dan membandingkan masingmasing kinerja pemasaran pada kedua perusahaan, dan mengembangkan strategi pemasaran yang sesuai. 5.1 Identifikasi Faktor Kinerja Pemasaran Faktor sukses kinerja pemasaran adalah karakteristik-karakteristik, kondisis-kondisi, atau variabel-variabel yang memiliki pengaruh langsung

75 59 terhadap kepuasan konsumen akan keluaran yang berupa produk atau jasa yang dihasilkan proses-proses bisnis tertentu, dan dengan demikian bersifat menentukan bagi sukses bisnis secara keseluruhan (Watson, 1996). Pada perusahaan yang produknya berupa jasa, faktor sukses kinerja pemasaran dapat berupa tujuh bauran pemasaran pada pemasaran jasa ataupun kondisi-kondisi dan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap proses pemasaran tersebut. Terdapat beberapa kondisi yang dapat memperlihatkan bahwa DPI Sindangwangi tidak begitu diminati oleh pedagang ikan sebagai lembaga yang menyediakan jasa pemasaran perikanan dibandingkan dengan DPI Kota Tasikmalaya sebagai mitra benchmarking pada penelitian ini. Dilihat dari lokasi DPI Sindangwangi yang berada di Kabupaten Majalengka dengan jumlah RTP sebanyak orang dan produksi sebesar 3.750,69 ton pada tahun 2007, jumlah pedagang dan volume transaksi yang terjadi di DPI Sindangwangi masih tergolong rendah. Selama tahun 2007, jumlah pedagang yang berjualan di DPI Sindangwangi hanya berjumlah tujuh orang dan volume transaksi yang terjadi sebesar rata-rata kg per bulan (Tabel 12). Hal ini tidak memperlihatkan adanya minat yang tinggi terhadap DPI Sindangwangi. Padahal ketertarikan pedagang yang menggunakan jasa depo pemasaran ikan tidak terlepas dari informasi yang diperoleh pedagang mengenai volume ikan yang dapat dipasarkan di depo. Pengalaman dari pedagang yang sudah menggunakan jasa depo menjadi salah satu sumber informasi mengenai volume ikan yang dapat dipasarkan. Salah satu faktor yang menyebabkan pedagang memutuskan untuk menggunakan fasilitas di depo adalah volume ikan yang cukup besar yang dapat dipasarkan di depo.

76 60 Tabel 12. Volume Transaksi Ikan di DPI Sindangwangi Bulan Jenis ikan Jumlah (Kg) Harga (Rp) Jumlah transaksi (Rp) Benih Konsumsi Benih Konsumsi Benih Konsumsi Nila 680 2,200 18,000 10,000 12,240,000 22,000,000 Mas 240 2,800 28,000 13,000 6,720,000 36,400,000 Oktober Gurame 0 1, , ,600,000 Nilem , ,275,000 Nila 1,000 1,450 18,000 10,000 18,000,000 14,500,000 Mas 800 2,100 22,000 14,000 17,600,000 29,400,000 November Gurame , ,600,000 Nilem , ,340,000 Nila 1,200 1,600 18,000 10,000 21,600,000 16,000,000 Mas 950 2,300 23,000 13,000 21,850,000 29,900,000 Desember Gurame , ,500,000 Nilem Nila 900 1,000 14,200 10,000 12,780,000 10,000,000 Januari Mas ,850 12,000 13,895,000 9,600,000 Gurame , ,600,000 Nilem ,000 13, ,000 8,450,000 Nila 1,200 1,050 15,000 10,000 18,000,000 10,500,000 Mas 1,100 1,100 23,000 13,000 25,300,000 14,300,000 Februari Gurame , ,900,000 Nilem ,000 13, , ,000 Nila 1,850 1,150 15,000 10,000 27,750,000 11,500,000 Maret Mas 1,250 1,200 28,750 16,000 35,937,500 19,200,000 Gurame 0 1, , ,000,000 Nilem ,000 13,000 1,000, ,000 Nila ,000 10,000 9,750,000 9,500,000 April Mas ,000 15,000 10,000,000 6,000,000 Gurame , ,600,000 Nilem ,000 14,000 1,800,000 5,600,000 Total 13,160 27, ,772, ,565,000 Total Transaksi 40, ,337,500 Rata-rata per bulan 5,809 92,048,214 Berbeda dengan DPI Sindangwangi, DPI Kota Tasikmalaya sebagai mitra benchmarking dalam penelitian ini berada di wilayah Kota Tasikmalaya yang memiliki RTP sebanyak orang dan produksi sebesar 7.109,89 ton pada tahun Jumlah pedagang di DPI Kota Tasikmalaya sebanyak 28 orang dan volume ikan yang dipasarkan sebesar kg (Tabel 13). Hal ini menunjukkan

77 61 bahwa minat terhadap DPI Kota Tasikmalaya relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan minat terhadap DPI Sindangwangi. Tabel 13. Volume Transaksi Ikan di DPI Kota Tasikmalaya Bulan Jenis ikan Jumlah (Kg) Harga (Rp) Jumlah transaksi (Rp) Benih Konsumsi Benih Konsumsi Benih Konsumsi Nila 650 7,880 15,000 9,000 9,750,000 70,920,000 Mas 0 4, , ,250,000 Oktober Gurame , ,360,000 Nilem ,000 12,000 3,500,000 1,020,000 Tawes , ,062,500 Nila 305 8,925 15,000 9,000 4,575,000 80,325,000 Mas 1,259 2,903 20,000 14,000 25,180,000 40,642,000 November Gurame Nilem 988 1,305 16,000 12,000 15,808,000 15,660,000 Tawes ,000 12, ,000 2,062,500 Nila ,660 15,000 9,000 10,995, ,940,000 Mas 2,475 7,975 21,000 14,000 51,975, ,650,000 Desember Gurame Nilem 4,335 3,297 14,000 12,000 60,690,000 39,564,000 Tawes ,000 13,000 8,544,000 8,541,000 Nila 100 5,480 14,000 8,000 1,400,000 43,840,000 Mas 700 4,534 19,000 15,000 13,300,000 68,010,000 Januari Gurame , ,920,000 Nilem 1,055 4,004 18,000 12,000 18,990,000 48,048,000 Tawes ,000 13,000 1,750, ,000 Nila 0 3, , ,848,000 Mas 108 3,123 22,000 15,000 2,376,000 46,845,000 Februari Gurame Nilem 1,161 1,864 18,000 12,000 20,898,000 22,368,000 Tawes , ,000,000 0 Nila ,000 9, ,000 7,776,000 Mas ,000 21,000 1,700,000 9,030,000 Maret Gurame Nilem 569 2,391 20,000 12,500 11,380,000 29,887,500 Tawes ,000 13,000 2,457, ,000 Nila 163 1,013 12,500 8,500 2,037,500 8,610,500 Mas 588 1,117 23,000 15,000 13,524,000 16,755,000 April Gurame Nilem ,000 12,500 12,735,000 11,750,000 Tawes Total 16,931 84, ,646, ,946,000 Total Transaksi 101,751 1,242,592,500 Rata-rata per bulan 14, ,513,214

78 62 Berdasarkan informasi jumlah produksi perikanan air tawar di Kabupaten Majalengka yang jumlahnya rata-rata sebesar ,50 kg per bulan maka volume ikan yang dipasarkan di DPI Sindangwangi sebesar 1,86 persen dari produksi rata-rata per bulan. Berbeda dengan DPI Sindangwangi, volume ikan yang dipasarkan di DPI Kota Tasikmalaya lebih besar yaitu sebesar 2,45 persen (Tabel 14). Perbedaan tersebut memang tidak terlalu signifikan, namun DPI Kota Tasikmalaya dapat dikatakan lebih baik dalam hal menarik pedagang dan konsumen jika dibandingkan dengan DPI Sindangwangi yang berada di Kabupeten Majalengka. Hal tersebut dikarenakan DPI Kota Tasikmalaya masih dapat menarik pedagang dan konsumen walaupun wilayah DPI Kota Tasikmalaya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang produksi ikannya cukup besar dan memiliki tiga pasar ikan. Produksi ikan Kabupaten Tasikmalaya sebesar ,2 per tahun yang dipasarkan di tiga pasar ikan yang berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yaitu pasar ikan Cieunteung, Pagendingan, dan Singaparna. 11 Selain itu, konsumen di DPI Kota Tasikmalaya datang dari berbagai daerah yaitu dari wilayah Kota Tasikmalaya sendiri, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Bandung, Pangandaran, dan yang terjauh dari daerah Jawa Tengah yaitu Cilacap dan Tulungagung sedangkan di DPI Sindangwangi konsumen yang datang berasal dari daerah Kabupaten Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Indramayu. Tabel 14. Persentase Jumlah Transaksi terhadap Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Majalengka dan Kota Tasikmalaya. Uraian Kab. Majalengka Kota Tasikmalaya Prod.rata-rata per bulan (kg) , ,83 Transaksi di DPI rata-rata per bulan [diakses 1 September 2008]

79 63 (kg) Persentase transaksi (%) 1,86 2,45 Selain itu terdapat beberapa faktor kinerja pemasaran yang bersifat internal yang perlu diidentifikasi untuk menentukan dan menilai kinerja DPI Sindangwangi yang akan dibandingkan dengan DPI Kota Tasikmalaya. DPI Sindangwangi merupakan lembaga yang bergerak di bidang jasa pemasaran produk perikanan. Pemerintah daerah Kabupaten Majalengka melalui Dinas Pertanian memberikan kemudahan kepada para pelaku pemasaran perikanan dengan menyediakan jasa serta sarana dan prasarana untuk menunjang proses pemasaran produk perikanan tersebut. Dalam proses pemasaran jasa yang dilakukan oleh Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi terdapat beberapa faktor kinerja pemasaran yang perlu diperhatikan demi suksesnya proses bisnis di bidang jasa yang dilakukan oleh Depo. Berdasarkan studi literatur, hasil wawancara dengan konsumen (pihak pengguna jasa Depo), dan pengelola Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pemasaran Depo. Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pemasaran DPI Sindangwangi yaitu produk dari DPI itu sendiri yang berupa pelayanan kepada pedagang sebagai pengguna jasa; faktor pendukung dalam penyampaian pelayanan yang berupa sarana dan prasarana, orang atau personel dari DPI, dan proses yang dilakukan; harga dari pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan; promosi yang dilakukan DPI; serta aspek lokasi Pelayanan Produk Depo Pemasaran Ikan yang berupa jasa pemasaran merupakan faktor utama yang dilihat oleh pedagang ikan sebagai konsumen. Ketertarikan konsumen terhadap produk yang ditawarkan tergantung kepada kualitas

80 64 pelayanan yang ditawarkan dan kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen. Pelayanan berupa jasa penyediaan sarana dan prasarana pemasaran ikan yang ditawarkan oleh Depo Pemasaran Ikan harus memenuhi standar dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Selain itu, jasa yang ditawarkan pun harus sesuai dengan kebutuhan dan harapan pedagang sebagai konsumennya. Selain itu, pelayanan berupa penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit merupakan hal yang menjadi alasan ketertarikan pedagang terhadap jasa yang ditawarkan depo. Pelayanan yang diberikan DPI Sindangwangi kepada para pedagang yaitu pencegahan dan penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit, pengawasan keluar masuk ikan, pemberian pelatihan mengenai manajemen kewirausahaan, dan pelayanan selama pedagang menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan Depo. Pelayanan yang berkualitas dan terjaga kontinuitasnya sangat diharapkan oleh pedagang, namun di DPI Sindangwangi pelayanan yang diberikan kurang terjaga kontinuitasnya khususnya pencegahan dan penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit. Hal ini dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia yang ahli di bidang tersebut. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, faktor inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya minat pedagang untuk menjual ikannya di DPI Sindangwangi. Berbeda dengan DPI Sindangwangi, DPI Kota Tasikmalaya memberikan pelayanan berupa pengawasan keluar masuk ikan, informasi mengenai sumber yang dapat menyuplai ikan untuk para pedagang, dan

81 65 pelayanan yang cukup baik selama pedagang menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan. Pelayanan yang diberikan khususnya informasi mengenai sumber yang dapat menyuplai ikan dapat menjamin ketersediaan stok ikan pedagang sehingga permintaan dari konsumen selalu dapat terpenuhi oleh pedagang. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya pedagang yang berminat menggunakan jasa DPI Kota Tasikmalaya dalam pemasaran ikan Sarana dan Prasarana Sifat intangibel yang dimiliki oleh suatu jasa berdampak terhadap sulitnya mengevaluasi sebuah jasa, maka bukti fisik dapat memberikan tandatanda, misalnya kualitas jasa. Sarana dan prasarana penunjang serta tata letak dari sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan kepada pedagang sebagai konsumennya merupakan bukti fisik yang dapat terlihat dari proses pemasaran jasa yang dilakukan oleh depo pemasaran ikan. Persepsi pedagang terhadap sebuah depo pemasaran ikan adalah pusat pemasaran ikan yang menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan jual beli ikan yang ditunjang dengan fasilitas yang memadai dan sesuai kebutuhan. Tata letak dari masing-masing fasilitas sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses jual beli ikan yang dilakukan oleh pedagang. Sesuai dengan istilahnya yaitu depo pemasaran ikan maka kegiatan utama yang terjadi di depo adalah transaksi jual beli ikan, sehingga tata letak yang sesuai menurut pedagang adalah posisi kolam retail yang dekat dengan kolam stok dan tidak terhalang oleh fasilitas lain. Tata letak dari sarana dan prasarana utama di DPI Sindangwangi sudah cukup baik terlihat dari tata letak kolam retail sebagai tempat kegiatan utama

82 66 dari depo pemasaran ikan yang berada di tengah lokasi. Namun masih terdapat ketidaksesuaian antara sarana dan prasarana yang ada dengan kebutuhan pedagang serta terdapat beberapa fasilitas pendukung yang tata letaknya kurang sesuai menurut pedagang. Sarana dan prasarana utama yang dimiliki DPI Sindangwangi berupa kolam retail, kolam stok, kolam inap dan karantina, kolam pemancingan, dan kolam grading. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki DPI Sindangwangi khususnya kolam retail sangat sedikit jika dibandingkan dengan DPI Kota Tasikmalaya. Perbandingan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perbandingan Jumlah Fasilitas di DPI Sindangwangi dan di DPI Kota Tasikmalaya Jumlah (unit) Kelompok Nama DPI Sindangwangi DPI Kota Tasikmalaya Bangunan Kolam retail Utama Kolam karantina dan kolam inap Kolam stok 7 2 Kolam grading 2 2 Kolam reservoir 2 2 Kantor UPTD 1 1 Laboratorium 1 1 Bangunan Penunjang Saluran air 2 2 Kios saprokan Kolam resapan - 1 Musholla 1 1 Pos retribusi 1 1 Depot sampah 1 1 Rumah kepala UPTD - 1 Rumah jaga 1 1 Penginapan pedagang - 3 Rumah makan 1 1 Gazebu 4 5 Gudang oksigen 1 1 Gudang peralatan 1 1 Kolam pemancingan 4 1 MCK 2 4

83 67 Kondisi dan jumlah fasilitas di DPI Kota Tasikmalaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jumlah pedagang di DPI Kota Tasikmalaya lebih banyak jika dibandingkan dengan DPI Sindangwangi. Adanya fasilitas penginapan pedagang di DPI Kota Tasikmalaya membuat pedagang merasa nyaman dalam menjaga keamanan ikan miliknya. Tata letak yang tidak baik dan ketidaksesuaian kondisi sarana dan prasarana dengan kebutuhan pedagang merupakan salah satu penyebab rendahnya minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi Orang Dalam proses pemasaran jasa orang merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Keterlibatan orang dalam proses pemindahan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen sangat tinggi terutama jika konsumen terlibat langsung dalam proses pemindahan jasa tersebut. Oleh karenanya dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen, orang dapat mempengaruhi persepsi konsumen tarhadap jasa yang ditawarkan. Pedagang yang menggunakan jasa depo pemasaran ikan menganggap sikap dan tindakan yang dilakukan pengelola sebagai salah satu hal yang penting dalam proses penyampaian jasa. Sikap pengelola yang mau mendengarkan keluhan pedagang dan merespon keluhan tersebut merupakan salah satu sikap yang diharapkan oleh pedagang. Ketelitian kerja dari pengelola pun merupakan hal yang dapat menunjang keberhasilan proses penyampaian jasa kepada para pedagang. Selain itu, dalam mengelola depo diperlukan adanya kerjasama diantara pengelola serta pengalaman kerja dari

84 68 masing-masing pengelola yang relevan dengan bidang jasa pemasaran produk perikanan. Deskripsi dari faktor orang atau pengelola seperti yang disebutkan tersebut merupakan salah satu faktor kinerja yang menentukan suksesnya pemasaran yang dilakukan oleh depo pemasaran ikan. Pengelola DPI Sindangwangi berjumlah tiga orang dengan masingmasing latar belakang pendidikan di bidang pertanian. Pengalaman kerja di bidang pertanian dan perikanan dari pengelola sudah cukup baik namun menurut pedagang hal yang paling penting dan dibutuhkan oleh pedagang sebagai pengguna jasa adalah sikap dalam merespon keluhan dari pedagang dan sikap dalam mengatasi keluhan tersebut. Kekurangan dari personel DPI Sindangwangi menurut pedagang adalah dalam hal merespon dan menyikapi keluhan dari pedagang. Berbeda dengan DPI Sindangwangi, personel DPI Kota Tasikmalaya selalu menjaga hubungan baik dengan para pedagang yang menggunakan jasanya dan terdapat hubungan komunikasi yang bersifat kekeluargaan sehingga pedagang tidak merasa canggung atau enggan dalam menyampaikan pendapat atau keluhan. Keluhan yang disampaikan pedagang pun direspon dan diatasi dengan baik. Hal tersebut yang menjadi faktor tingginya minat pedagang terhadap DPI Kota Tasikmalaya Proses Proses merupakan salah satu faktor yang penting dalam pemasaran jasa. Proses mencerminkan bagaimana semua elemen bauran pemasaran dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada konsumen. Proses dalam jasa pemasaran yang dilakukan depo

85 69 pemasaran ikan diawali dengan perjanjian antara pengelola dengan pedagang yang akan menggunakan jasa. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pedagang untuk memperoleh hak guna pakai dari sarana dan prasarana yang disediakan. Dalam proses memperoleh hak guna pakai, pedagang mengharapkan adanya kemudahan dan proses yang cepat tanpa adanya birokrasi yang menyulitkan. Selain proses memperoleh hak guna pakai yang cepat dan mudah, kecepatan delivery produk perikanan dari pedagang kepada konsumen akhir merupakan faktor yang menentukan dalam proses pemasaran di kedua DPI. Hal ini dikarenakan ikan merupakan produk yang menuntut adanya jaminan kesegaran selama proses penyampaian dari produsen kepada konsumen. Selama pedagang memiliki hak guna pakai, pedagang pun berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pengelola. Proses pemberian pelayanan kepada pedagang mulai dari penanganan keluar masuknya ikan ke depo, penanganan terhadap penyakit ikan, pemeliharaan sarana dan prasarana, pelayanan terhadap keluhan pedagang, sampai respon pengelola terhadap keluhan pedagang perlu ditunjang dengan proses komunikasi yang lancar antara pengelola dan pedagang. Selain itu, dalam proses menyampaikan pelayanan kepada pedagang dibutuhkan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain agar dapat menutupi kekurangan baik dari segi sumberdaya manusia yang dimiliki ataupun dalam upaya menjaga kontinuitas dari proses yang memuaskan. Keseluruhan proses dalam penyampaian jasa tersebut akan mempengaruhi persepsi dari konsumen terhadap kualitas jasa secara keseluruhan. Pedagang sebagai konsumen lebih menyukai proses yang tidak

86 70 dipersulit dan disertai dengan jalinan komunikasi yang baik antara pengelola dan pedagang. Proses memperoleh hak guna pakai sarana dan prasarana di DPI Sindangwangi sangat mudah. Pedagang yang tertarik cukup mengajukan permohonan hak guna pakai dengan menyertakan kartu tanda penduduk dan beberapa informasi mengenai kegiatan pemasaran ikan yang akan dilakukan. Namun dalam proses selanjutnya setelah pedagang memiliki hak guna pakai, yaitu dalam proses pengawasan keluar masuk ikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kurang dapat dilaksanakan secara optimal karena pengelola tidak dapat terus berada di lokasi depo dan tidak adanya petugas khusus yang menangani hal tersebut. Lain halnya dengan DPI Kota Tasikmalaya yang dapat memberikan pelayanan 24 jam karena lokasi depo dilengkapi dengan rumah tinggal bagi petugas operasional. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi dan DPI Kota Tasikmalaya Harga Harga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya. Selain itu harga juga mencerminkan kualitas produk yang dipasarkan. Dalam pemasaran jasa yang dilakukan oleh Depo Pemasaran Ikan, harga yang dibebankan kepada pedagang sebagai konsumennya berdasarkan komponen tangibel dari jasa pemasaran yang diberikan yaitu berupa sarana dan prasarana pemasaran perikanan. Sebelum pedagang ikan memutuskan menggunakan jasa pemasaran yang ditawarkan oleh depo, hal yang diperhatikan oleh pedagang yaitu harga

87 71 yang dibebankan kepada masing-masing fasilitas yang ditawarkan. Pedagang menginginkan harga yang sesuai dengan kualitas dari jasa yang ditawarkan beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Selain itu, pedagang pun mempertimbangkan kemampuannya dalam membayar harga sebuah jasa yang ditawarkan. Harga yang dibebankan kepada pedagang ikan di DPI Sindangwangi relatif murah jika dibandingkan dengan harga sewa atau retribusi yang dibebankan kepada pedagang di DPI Kota Tasikmalaya (Tabel 16). Selain itu di DPI Sindangwangi tidak dipungut biaya parkir seperti yang akan diberlakukan di DPI Kota Tasikmalaya. Namun hal tersebut tidak menjadi faktor yang dapat menarik minat pedagang untuk menggunakan jasa DPI Sindangwangi karena pedagang lebih mempertimbangkan kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana yang tersedia dibandingkan harga yang relatif murah. Tabel 16. Perbandingan Harga Fasilitas di DPI Sindangwangi dan di DPI Kota Tasikmalaya Nama Fasilitas Harga DPI Sindangwangi DPI Kota Tasikmalaya Kolam retail Rp /hari/jalur Rp /bulan/unit Kios saprokan Rp /tahun/unit Rp /bulan/unit Kolam karantina Rp /layanan/unit Rp /hari/unit Kolam inap Rp /bulan/unit - Kolam pemancingan Rp /tahun/unit Rp /bulan/unit Rumah makan Rp /tahun/unit Rp /bulan Parkir roda dua - Rp. 300/kendaraan Parkir roda empat - Rp. 1000/kendaraan Promosi Suksesnya proses pemasaran bergantung juga kepada langkah perusahaan atau lembaga dalam memperkenalkan produknya kepada pasar

88 72 potensial. Terdapat banyak alternatif promosi yang dapat dilakukan untuk menarik pasar potensial. Pedagang sebagai pasar potensial dari pemasaran jasa yang dilakukan oleh depo pemasaran ikan akan mencari informasi mengenai keberadaan depo pasar ikan dan jasa serta sarana pendukung yang ditawarkan. Selain pedagang ikan yang akan menggunakan jasa serta sarana dan prasarana pendukung yang ditawarkan, konsumen akhir yang akan membeli ikan kepada pedagang di depo pun merupakan sasaran dari promosi yang dilakukan. Promosi yang dilakukan depo kepada para konsumen akhir yang akan membeli ikan kepada pedagang di depo memberikan dampak kepada suasana depo yang ramai oleh pembeli ikan sehingga pedagang ikan yang belum menggunakan jasa depo akan tertarik untuk menggunakan jasa depo beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Pedagang yang saat ini sudah menggunakan jasa depo memperoleh informasi dari promosi yang dilakukan melalui brosur dan leaflet yang diedarkan oleh pengelola depo. Pedagang pun merasa tertarik menggunakan jasa depo karena adanya kegiatan-kegiatan pelatihan yang diberikan depo kepada pedagang sebagai salah satu bentuk sosialisasi dan promosi yang dilakukan. Promosi yang dilakukan dan ketepatan waktu pelaksanaan promosi tersebut mempengaruhi keberhasilan penyampaian informasi mengenai keberadaan depo serta jasa beserta sarana dan prasarana yang ditawarkannya juga merupakan faktor sukses kinerja pemasaran bagi depo pemasaran ikan. Promosi yang dilakukan DPI Sindangwangi yaitu dengan cara memberikan brosur kepada pengunjung yang datang ke DPI dan dengan cara mengadakan kegiatan sosialisasi kepada para pedagang di sekitar lokasi depo.

89 73 Selain itu, pengelola DPI Sindangwangi pun telah bekerjasama dengan Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka dalam menyelenggarakan kegiatan sosialisasi gemar makan ikan yang pelaksanaannya bertempat di DPI Sindangwangi. Namun kegiatan tersebut kurang berpengaruh terhadap peningkatan jumlah konsumen dari pedagang ikan yang berjualan di DPI Sindangwangi karena peserta kegiatan sosialisasi tersebut sebagian besar dari kalangan pelajar Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan di DPI Kota Tasikmalaya promosi yang dilakukan sudah dimulai sejak proses pembangunan dan sasaran dari promosi tersebut sebagian besar pedagang ikan, pemilik rumah makan dan usaha pengolahan ikan, serta konsumen akhir yang berbelanja di pasar-pasar tradisional. Hal ini menyebabkan tingginya minat pedagang terhadap DPI Kota Tasikmalaya Lokasi Lokasi dari perusahaan atau lembaga yang menyediakan jasa merupakan faktor yang sangat penting terutama jika konsumen terlibat langsung dalam proses pemindahan jasa dari tangan produsen kepada konsumen di lokasi tersebut. Lokasi depo pemasaran ikan sangat berpengaruh terhadap proses pemasaran baik yang dilakukan oleh depo sebagai penyedia jasa ataupun yang dilakukan pedagang ikan sebagai konsumen dari jasa pemasaran yang ditawarkan. Pedagang sangat mempertimbangkan lokasi sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa serta sarana dan prasarana yang ditawarkan depo. Lokasi sangat penting bagi pedagang karena lokasi merupakan salah satu faktor pendukung dalam kelancaran proses pemasaran ikan yang dilakukan oleh pedagang. Selain bagi pedagang, lokasi pun penting

90 74 bagi konsumen akhir yang malakukan pembelian ikan. Kemudahan mengakses lokasi, kenyamanan tempat berjualan, kebersihan dan keamanan depo merupakan pendeskripsian dari lokasi yang menjadi pertimbangan pedagang dan konsumen. Lokasi DPI Sindangwangi yang tidak berada di pinggir jalan utama menyebabkan lokasi agak tersembunyi sehingga menimbulkan kesulitan dalam mengakses lokasi. Selain kemudahan mengakses lokasi, kenyamanan, kebersihan dan keamanan lokasi di DPI Sindangwangi pun merupakan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kinerja pemasaran dan minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi. Kolam retail di DPI Sindangwangi yang tidak terlindung oleh atap menyebabkan pedagang merasa kurang nyaman dalam melaksanakan kegiatan jual beli ikan. Selain itu, kebersihan di lokasi DPI Sindangwangi kurang terjaga karena tidak adanya petugas khusus yang menangani serta kesadaran pedagang yang kurang terhadap kebersihan. Hal tersebut terutama kenyamanan kolam retail merupakan faktor yang menyebabkan pedagang kurang berminat untuk berjualan di DPI. 5.2 Penilaian Faktor Kinerja Pemasaran Masing-masing faktor kinerja pemasaran diberi bobot berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut. Kemudian dilakukan penilaian dengan cara pemberian rating terhadap faktor kinerja pemasaran berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang pengguna jasa Depo Pemasaran Ikan.

91 Kinerja Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi a. Pelayanan Berdasarkan hasil wawancara, pelayanan merupakan faktor kinerja pemasaran yang sangat diperhatikan oleh pengelola Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi. Hal tersebut terlihat dari bobot terhadap faktor kinerja pemasaran berupa pelayanan sebesar 0,179. Nilai bobot tersebut merupakan nilai bobot terbesar pada seluruh faktor kinerja pemasaran yang dibandingkan tingkat kepentingannya. Pihak pengelola berpendapat bahwa pelayanan yang diberikan dan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pedagang merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan demi suksesnya proses pemasaran. Pelayanan yang diberikan DPI Sindangwangi kepada para pedagang yaitu pencegahan dan penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit, pengawasan keluar masuk ikan, pemberian pelatihan mengenai manajemen kewirausahaan, dan pelayanan selama pedagang menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan Depo. Para pedagang yang berjualan di Depo tidak merasakan adanya kontinuitas dari pelayanan yang diberikan sehingga pedagang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat bahwa para pedagang memberikan penilaian yang kurang baik terhadap kinerja dari pelayanan yang diberikan. Penilaian pedagang terhadap kinerja pelayanan sebesar 2,57. Nilai tersebut merupakan rata-rata dari rating yang diberikan olah para pedagang terhadap kinerja pelayanan. Nilai sebesar 2,57 menunjukkan bahwa penilaian pedagang terhadap kinerja pemasaran berupa pelayanan tidak baik.

92 76 b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan bukti fisik dari jasa yang diberikan oleh DPI Sindangwangi yang mencakup tata letak dari sarana dan prasarana yang tersedia di DPI Sindangwangi. Faktor kinerja pemasaran berupa sarana dan prasarana memiliki bobot sebesar 0,095. Nilai tersebut merupakan nilai bobot terkecil dari semua faktor sukses yang dibandingkan. Bobot 0,095 menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dari faktor tata letak sarana dan prasarana tidak lebih penting dibandingkan dengan faktor-faktor sukses lainnya. Deskripsi dari faktor sarana dan prasarana yang dinilai kinerjanya oleh pedagang yaitu tata letak sarana dan prasarana serta kesesuaian sarana dan prasarana dengan kebutuhan pedagang. Tata letak fasilitas secara umum yaitu kolam retail dan kolam inap terletak di tengah lokasi sejajar dengan kantor pengelola, sedangkan kios saprokan dan rumah makan serta saung lesehan berada di samping kiri dan kanan. Kolam pemancingan terletak di belakang kantor pengelola sejajar dengan gedung restorasi. Mushola berada di bagian depan Depo berdekatan dengan pos satpam (Lampiran 2). Penilaian pedagang terhadap kinerja pemasaran berupa sarana dan prasarana yang diuraikan sebelumnya sebesar 2,43 yang menunjukkan bahwa kinerja faktor tersebut dinilai tidak baik. Hal ini dikarenakan tata letak sarana dan prasarana yang seperti itu dianggap kurang baik oleh para pedagang khususnya mengenai tata letak fasilitas penunjang berupa mushola yang berada di bagian depan Depo. Penilaian yang kurang baik pun terjadi pada kesesuaian sarana dan prasaran dengan kebutuhan. Pedagang membutuhkan

93 77 kolam retail dengan dasar yang memiliki kemiringan tertentu untuk mempermudah proses pengambilan ikan sedangkan kolam retail yang ada memiliki dasar kolam yang datar. Ketidaksesuaian sarana dan prasarana dengan kebutuhan pun terjadi pada saung lesehan. Saung lesehan yang ada memiliki dinding yang terlalu tinggi dan membelakangi area kolam retail dan jalan sehingga pengunjung tidak dapat menikmati pemandangan yang ada. c. Orang Faktor orang yang berperan secara langsung dalam pemasaran jasa dinilai tidak lebih penting dari faktor promosi. Hal tersebut ditunjukkan dengan bobot dari faktor sukses pemasaran berupa orang yang lebih kecil dari bobot promosi yaitu sebesar 0,107. Pengelola beranggapan bahwa keramahan, kesigapan, ketelitian kerja, kerjasama tim dan pengalaman kerja dari pengelola tidak menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kinerja pemasaran. Penilaian pedagang terhadap faktor orang mencakup keramahan, kesigapan, dan ketelitian kerja pengelola. Keramahan dan ketelitian kerja dari pengelola dalam proses pelayanan kepada pedagang dinilai baik oleh pedagang. Sedangkan kesigapan pengelola dinilai tidak baik karena pedagang menganggap bahwa pengelola kurang sigap dalam merespon keluhan dari para pedagang. Rating rata-rata yang diberikan oleh pedagang terhadap faktor orang sebesar 2,86 yang menunjukkan bahwa kinerja dari faktor orang dinilai kurang baik oleh pedagang. d. Proses Proses memiliki bobot sebesar 0,167 yang berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dengan faktor harga. Faktor kinerja

94 78 pemasaran berupa proses mencakup proses awal dalam memperoleh hak guna pakai bagi pedagang, penanganan keluar masuk ikan, penanganan ikan yang terkena penyakit, pemeliharaan sarana dan prasarana, kelancaran komunikasi antara pengelola dan pedagang, kemitraan yang terjalin dengan pihak lain, serta respon pengelola terhadap keluhan pedagang. Pengelola melakukan pengontrolan dan pencatatan volume ikan yang dipasarkan oleh pedagang setiap bulannya sebagai bahan informasi dan evaluasi. Dalam proses tersebut diperlukan komunikasi yang lancar antara pengelola dan pedagang. Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana dilakukan oleh para pedagang yang menggunakan fasilitas tersebut, namun dari pihak pedagang mengharapkan adanya bantuan dari pengelola dalam melakukan pemeliharaan tersebut. Proses lain dalam pemasaran yang terjadi di Depo yaitu penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit. Pedagang menilai bahwa respon pengelola terhadap permintaan penanganan penyakit pada ikan yang dipasarkan sangat lambat. Penilaian yang diberikan pedagang terhadap kinerja pemasaran berupa proses sebesar 2,29. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kinerja proses dinilai tidak baik oleh pedagang. e. Harga Harga sarana dan prasarana serta pelayanan yang diberikan termasuk ke dalam faktor kinerja pemasaran dengan tingkat kepentingan tertinggi kedua setelah produk yaitu sebesar 0,167. Pengelola beranggapan bahwa penetapan harga yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah pedagang yang akan menggunakan produk yang ditawarkan oleh Depo.

95 79 Pedagang menilai bahwa harga yang ditetapkan untuk masing-masing sarana dan prasarana yang tersedia di Depo tidak sesuai dengan kondisi sarana dan prasarana serta pelayanan yang diberikan kepada pedagang. Nilai rata-rata dari rating yang diberikan pedagang untuk faktor harga sebesar 2,71 yang menunjukkan bahwa kinerja dari faktor harga dinilai tidak baik oleh pedagang. f. Promosi Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi menggolongkan promosi sebagai faktor kinerja pemasaran dengan tingkat kepentingan yang cukup penting dengan bobot 0,131. Pihak pengelola menggunakan promosi sebagai salah satu usaha untuk menarik pedagang agar menggunakan sarana dan prasarana yang ditawarkan oleh Depo. Faktor kinerja pemasaran berupa promosi yang dinilai oleh para pedagang mencakup jenis promosi yang dilakukan dan waktu pelaksanaan promosi. Hasil penilaian pedagang terhadap faktor promosi sebesar 2,43 yang menunjukkan bahwa penilaian pedagang tidak baik terhadap kinerja faktor tersebut. Pedagang menilai bahwa kinerja dari faktor promosi tidak baik karena jenis promosi yang dilakukan oleh Depo dianggap tidak tepat sasaran sehingga para pedagang tidak merasakan adanya peningkatan jumlah konsumen yang berarti. g. Lokasi Faktor lokasi merupakan faktor kinerja pemasaran yang memiliki bobot sebesar 0,155. Bobot tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepentingan lokasi lebih penting dibandingkan dengan promosi namun tidak lebih penting dari pelayanan dan harga. Lokasi Depo merupakan tempat dimana proses

96 80 pemasaran terjadi, sehingga pengelola menganggap bahwa lokasi merupakan faktor yang cukup penting untuk diperhatikan yaitu dalam hal kemudahan mengakses lokasi, kebersihan, kenyamanan serta keamanan. Kebersihan dan keamanan di lokasi Depo sudah terjaga dengan baik, namun dalam hal kenyamanan, pedagang merasa kurang nyaman dengan lokasi berjualan yang kurang terlindungi oleh atap. Rating rata-rata yang diberikan pedagang terhadap faktor lokasi sebesar 2,57 yang menujukkan bahwa kinerja faktor lokasi dianggap kurang baik oleh pedagang Kinerja Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya a. Pelayanan Faktor kinerja pemasaran berupa pelayanan bagi Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya memiliki tingkat kepentingan paling tinggi diantara faktor sukses lainnya. Nilai bobot yang dimiliki faktor tersebut sebesar 0,179. Pengelola menganggap bahwa pelayanan merupakan hal utama yang harus diperhatikan untuk menunjang suksesnya proses pemasaran. Kondisi sarana dan prasarana yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan tentunya akan menarik pedagang untuk menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Depo. Pelayanan yang diberikan kepada pedagang berupa informasi harga dan daerah yang dapat memasok ikan kepada pedagang yang berjualan di Depo. Adanya informasi mengenai daerah yang dapat menyediakan pasokan ikan bagi pedagang dapat menjamin ketersediaan stok ikan yang dimiliki pedagang sehingga pedagang tidak menghadapi kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen. Selain itu penyediaan sarana dan prasarana di Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya masih tergolong baru dan sangat layak

97 81 digunakan. Jumlah kolam retail yang sangat banyak dapat memfasilitasi banyak pedagang mengingat potensi pedagang ikan di Kota Tasikmalaya cukup besar. Penilaian pedagang terhadap faktor pelayanan sebesar 3,09 yang menujukkan bahwa kinerja dari faktor pelayanan digolongkan ke dalam kriteria biasa oleh pedagang. b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mencakup tata letak dan kesesuaian sarana dan prasarana dengan kebutuhan pedagang memiliki bobot sebesar 0,107 yang merupakan urutan kedua terkecil setelah faktor harga dan promosi. Nilai bobot tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dianggap lebih penting dari faktor harga dan promosi. Sarana dan prasarana yang mencakup tata letak serta kesesuaian sarana dan prasarana dengan kebutuhan dianggap tidak lebih penting dari pelayanan, lokasi, orang dan proses. Tata letak kolam retail dan kolam stok di Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya terletak berjauhan. Kolam retail berada di tengah lokasi sedangkan kolam stok berada di salah satu sisi saja. Hal ini merugikan pedagang yang menggunakan fasilitas kolam retail yang letaknya paling jauh dari kolam stok. Letak kios saprokan yang berada di bagian depan lokasi pun sangat merugikan pedagang ikan karena kegiatan pemasaran yang dilakukan di kolam retail tidak terlihat dari luar Depo sehingga kegiatan utama dari Depo Pemasaran Ikan tidak dikenal oleh masyarakat (Lampiran 3). Kolam retail yang disediakan oleh Depo berbentuk petak-petak dengan kedalaman dua meter dan masing-masing petak dilengkapi dengan saluran air. Dalam satu los terdapat dua jalur kolam retail yang telah dipetak-petak. Kedua

98 82 jalur tersebut dipisahkan oleh saluran pembuangan dari masing-masing petak. Bentuk kolam retail yang sudah dipetak-petak tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pedagang karena air yang mengalir pada masing-masing petak tidak sama derasnya. Kebutuhan pedagang adalah kolam retail dengan saluran air yang deras. Pedagang menilai bahwa kinerja dari faktor bukti fisik tidak baik. Rating rata-rata untuk faktor bukti fisik sebesar 2,00. c. Orang Bobot bagi faktor orang yaitu sebesar 0,167 yang menunjukkan bahwa tingkat kepentingan faktor orang cukup penting bagi kinerja pemasaran, namun kepentingannya tidak melebihi faktor pelayanan dan lokasi. Pengelola beranggapan bahwa kompetensi dari pengelola akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kepuasan pedagang. Pengelola Depo memiliki sikap yang ramah terhadap pedagang yang menggunakan fasilitas Depo. Hal tersebut memberikan kesan yang baik kepada pedagang. Kesigapan pengelola dalam merespon keluhan yang disampaikan pedagang pun dinilai cukup baik oleh padagang walaupun terkadang solusi terhadap permasalahan yang dikeluhkan pedagang tidak begitu memuaskan. Pedagang memberikan penilaian yang cukup baik terhadap kinerja faktor orang. Rating rata-rata dari penilaian kinerja faktor tersebut sebesar 3,36 yang berarti bahwa kinerja faktor orang cukup baik. d. Proses Proses merupakan faktor kinerja yang memiliki bobot 0,179 sama dengan faktor pelayanan dan lokasi. Hal ini berarti tingkat kepentingan proses sama dengan pelayanan dan lokasi. Pengelola melakukan pengontrolan dan

99 83 pencatatan terhadap volume dan harga ikan yang dipasarkan pedagang di Depo. Untuk mempermudah proses pengontrolan dan pencatatan pihak pengelola menyediakan papan di area kolam retail yang harus diisi oleh pedagang secara kontinyu. Proses penanganan ikan yang terkena penyakit belum dapat terlaksana dengan baik karena tidak tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Hal ini membuat para pedagang tidak puas dengan kinerja dari faktor proses tersebut. Pemeliharaan sarana dan prasarana termasuk ke dalam faktor kinerja pemasaran berupa proses. Pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh pedagang pengguna fasilitas dibantu pula oleh petugas khusus yang dipekerjakan oleh Depo. Hal lain yang termasuk ke dalam proses pemasaran yang dilakukan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya yaitu kelancaran komunikasi antara pengelola dan pedagang serta respon pengelola terhadap keluhan yang diajukan oleh pedagang. Komunikasi yang terjalin antara pengelola dan pedagang cukup lancar, pengelola dapat memahami apa keinginan pedagang sebagai konsumen namun kepuasan pedagang tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan yang dimiliki oleh pihak pengelola. Rating ratarata untuk faktor proses sebesar 2,82 yang menunjukkan bahwa penilaian pedagang terhadap kinerja faktor tersebut kurang baik. e. Harga Tingkat kepentingan dari faktor harga merupakan nilai yang paling kecil yaitu sebesar 0,095. Pihak pengelola Depo menganggap bahwa faktor harga tidak lebih penting dari faktor kinerja pemasaran yang lainnya. Menurut pihak pengelola harga yang ditetapkan di dalam perda dengan istilah retribusi

100 84 mencerminkan kualitas jasa serta sarana dan prasarana yang disediakan sehingga harga merupakan faktor yang menyesuaikan dengan kualitas produk yang berupa pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana. Pedagang pengguna fasilitas merasa keberatan dengan tarif retribusi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya. Tarif retribusi yang telah ditetapkan dinilai terlalu mahal oleh para pedagang karena pemungutan retribusi secara bulanan mengakibatkan nominal uang yang dikeluarkan pedagang sangat besar. Rating rata-rata faktor harga sebesar 2,36 yang artinya kinerja faktor harga dinilai tidak baik oleh pedagang. f. Promosi Promosi memiliki bobot yang sama dengan faktor harga yaitu sebesar 0,095. Pihak pengelola menganggap bahwa faktor promosi sama pentingnya dengan faktor harga namun kepentingan kedua faktor tersebut tidak melebihi faktor kinerja pemasaran lainnya. Promosi yang dilakukan oleh Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya yaitu dengan menyebarkan leaflet kepada para pedagang dan konsumen di pasar tradisional. Pengelola pun memberikan informasi kepada para pedagang ikan di Pasar Ikan milik Kabupaten Tasikmalaya yang lokasinya berada di wilayah Kota Tasikmalaya. Promosi mulai dilakukan sejak proses pembangunan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya sehingga sebelum seluruh fasilitas selesai dibangun, kegiatan pemasaran sudah berlangsung. Penilaian terhadap kinerja faktor promosi sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan nilai rating rata-rata sebesar 3,27. Pedagang menilai kinerja faktor promosi cukup baik karena para pedagang berusaha saling

101 85 mendahului untuk mendapatkan hak guna pakai dari fasilitas yang disediakan oleh Depo. g. Lokasi Faktor lokasi memiliki bobot sebesar 0,179 sama dengan bobot pada faktor pelayanan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa lokasi sama pentingnya dengan pelayanan. Pengelola menganggap faktor lokasi merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh terhadap distribusi produk perikanan yang dipasarkan oleh pedagang. Selain itu kemudahan dalam mengakses lokasi pun merupakan faktor kinerja pemasaran yang penting karena konsumen akan memilih lokasi yang mudah diakses baik oleh kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi. Lokasi Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya berada di dekat terminal tipe A Kota Tasikmalaya sehingga lokasi Depo mudah dicari serta dilewati oleh kendaraan umum antar kota dan antar provinsi. Kebersihan dan keamanan lokasi sangat terjamin kerana Depo memiliki tenaga khusus untuk menjaga kebersihan dan keamanan lokasi Depo. Kenyamanan pedagang pun sangat terjamin karena lokasi yang selalu bersih dan adanya fasilitas penginapan pedagang. Pedagang menilai kinerja faktor lokasi sudah sangat baik yaitu dengan rating rata-rata 4, Perbandingan Kinerja DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya Kinerja pemasaran pada Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi dan Depo Pemasaran Ikan Kota Tasikmalaya berdasarkan penilaian pedagang ikan sebagai pengguna jasa dapat dibandingkan dengan cara menghitung skor dari masingmasing faktor kinerja pemasaran tersebut. Skor pada masing-masing faktor kinerja

102 86 pemasaran diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan rating rata-rata dari masing-masing faktor. Tabel 17 dan Tabel 18 menyajikan skor dari masingmasing faktor kinerja pemasaran pada kedua Depo Pemasaran Ikan yang dibandingkan. Tabel 17. Skor Faktor Kinerja Pemasaran Pada DPI Sindangwangi Faktor Kinerja Bobot Rating Skor Pelayanan Sarana dan Prasarana Orang Proses Harga Promosi Lokasi Skor pada masing-masing faktor kinerja pemasaran tersebut menunjukkan kinerja dari masing-masing faktor pemasaran pada DPI Sindangwangi. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa tiga skor tertinggi dari faktor kinerja pemasaran pada DPI Sindangwangi yaitu pelayanan dengan skor 0,459, harga dengan skor 0,452, dan lokasi dengan skor 0,398. Skor tertinggi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pada ketiga faktor pemasaran yaitu pelayanan, harga dan lokasi sudah cukup baik jika dibandingkan kinerja faktor pemasaran lainnya. Sedangkan faktor kinerja pemasaran yang memiliki skor terkecil yaitu sarana dan prasarana dengan skor 0,231. Perbedaan skor masing-masing faktor kinerja pemasaran pada DPI Sindangwangi tidak terlalu besar. Bila dilihat berdasarkan skor yang diperoleh, kinerja dari masing-masing faktor pemasaran pada DPI Sindangwangi dapat dikatakan seimbang antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. Namun kinerja dari masing-masing faktor belum dinilai baik oleh pedagang sebagai

103 87 konsumennya karena rating yang diberikan oleh pedagang masih berada di bawah nilai 3,00. Berbeda dengan DPI Sindangwangi, skor masing-masing faktor kinerja pemasaran pada DPI Kota Tasikmalaya memiliki perbedaan yang cukup besar. Skor tertinggi yaitu pada faktor lokasi dengan nilai 0,795 sedangkan faktor terkecil yaitu pada sarana dan prasarana dengan skor 0,214. Perbedaan yang cukup besar antara skor terbesar dan skor terkecil faktor kinerja pemasaran pada DPI Kota Tasikmalaya menunjukkan bahwa kinerja masing-masing faktor belum seimbang. Tabel 18. Skor Faktor Kinerja Pemasaran Pada DPI Kota Tasikmalaya Faktor Kinerja Bobot Rating Skor Pelayanan Sarana dan Prasarana Orang Proses Harga Promosi Lokasi Pada Tabel 18 dapat terlihat bahwa tiga faktor kinerja pemasaran pada DPI Kota Tasikmalaya yang memiliki skor tertinggi secara berurutan yaitu lokasi dengan skor 0,795, orang dengan skor 0,562, dan pelayanan dengan skor 0,552. Penilaian pedagang terhadap ketiga faktor tersebut pun sudah cukup baik yaitu terlihat dari rating di atas 3,00 yang diberikan oleh pedagang kepada masingmasing faktor tersebut. Skor masing-masing faktor kinerja pemasaran tersebut diplotkan ke dalam diagram jaring laba-laba untuk mengetahui posisi dari masing-masing Depo Pemasaran Ikan dan perbedaan yang terjadi antara keduanya (Gambar 6).

104 88 Perbedaan yang terjadi pada masing-masing faktor kinerja pemasaran di kedua Depo Pemasaran Ikan yang terlihat pada diagram jaring laba-laba dianalisis untuk mendapatkan kinerja terbaik yang dapat dijadikan masukan dan pembelajaran dalam proses perumusan pengembangan strategi pemasaran bagi DPI Sindangwangi. Perbandingan Skor Faktor Kinerja Pemasaran Pelayanan Lokasi Sarana dan prasarana Promosi Orang DPI Tasikmalaya DPI Majalengka Harga Proses Gambar 6. Diagram Jaring Laba-laba Hasil Perbandingan Kinerja DPI Sindangwangi dengan DPI Kota Tasikmalaya Berdasarkan diagram jaring laba-laba tersebut dapat terlihat perbedaan yang terjadi antara kinerja masing-masing faktor pada kedua Depo Pemasaran Ikan. DPI Kota Tasikmalaya sebagai acuan dalam proses perbandingan memiliki skor yang lebih tinggi untuk faktor pelayanan, lokasi, orang, dan proses. Skor pada faktor kinerja pemasaran DPI Kota Tasikmalaya yang lebih tinggi dapat dijadikan acuan untuk dianalisis lebih lanjut sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan strategi bagi DPI Sindangwangi.

105 VI. PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN DPI SINDANGWANGI Perumusan strategi pemasaran bagi DPI Sindangwangi mengacu kepada hasil identifikasi faktor kinerja pemasaran dan benchmarking yang dilakukan dengan DPI Kota Tasikmalaya. Kinerja pemasaran DPI Kota Tasikmalaya yang lebih baik dibandingkan kinerja DPI Sindangwangi dijadikan pembelajaran dalam proses perumusan strategi pemasaran bagi DPI Sindangwangi. Dari hasil perbandingan faktor kinerja pemasaran diketahui bahwa kinerja pemasaran DPI Kota Tasikmalaya yang lebih baik dari kinerja DPI Sindangwangi adalah pelayanan, orang, proses, dan lokasi. Faktor-faktor tersebut menjadi bahan pembelajaran dan pertimbangan dalam perumusan pengembangan strategi pemasaran DPI Sindangwangi. Selain itu diperhatikan pula faktor-faktor kinerja di DPI Sindangwangi yang menyebabkan rendahnya minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi yang dilihat dari rating rata-rata yang diberikan oleh pedagang terhadap faktor kinerja pemasaran DPI Sindangwangi. 6.1 Strategi Produk Produk yang dihasilkan oleh DPI Sindangwangi adalah jasa pemasaran perikanan yang berupa pemberian pelayanan beserta penyediaan sarana dan prasarana bagi proses pemasaran yang dilakukan oleh pedagang ikan. Faktor kinerja pemasaran DPI Sindangwangi yang dapat digolongkan ke dalam kategori produk dari jasa pemasaran perikanan yaitu pelayanan, sarana dan prasarana, orang, dan proses. Berdasarkan penilaian masing-masing pedagang yang menggunakan jasa DPI Sindangwangi maupun DPI Kota Tasikmalaya terhadap kinerja

106 90 faktor pelayanan di kedua lokasi menunjukkan bahwa DPI Kota Tasikmalaya memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan DPI Sindangwangi. Tingginya skor pada faktor pelayanan di DPI Kota Tasikmalaya tersebut dikarenakan adanya pelayanan berupa informasi mengenai daerah yang dapat menyediakan pasokan ikan bagi pedagang sehingga dapat menjamin ketersediaan stok ikan. Sedangkan di DPI Sindangwangi pelayanan yang diberikan kurang memuaskan karena tidak terjamin kontinuitasnya tertama dalam hal pelayanan terhadap pencegahan dan penanganan penyakit ikan. Sarana dan prasarana di DPI Sindangwangi lebih baik jika dibandingkan dengan DPI Kota Tasikmalaya dalam hal tata letaknya namun sarana dan prasarana tersebut belum sesuai dengan kebutuhan pedagang sebagai pengguna jasa. Sarana dan prasarana yang dinilai kurang sesuai oleh pedagang di DPI Sindangwangi yaitu kolam retail yang dasar kolamnya tidak memiliki kemiringan. Selain sarana dan prasarana, faktor orang dan proses pun merupakan faktor yang mendukung terhadap kualitas dari jasa atau pelayanan yang diberikan. Pengelola DPI Kota Tasikmalaya memiliki kesigapan yang lebih baik. Hal tersebut terlihat dari tanggapnya pengelola terhadap keluhan dari pedagang. Usaha untuk menanggapi keluhan dari pedagang memberikan nilai positif kepada pengelola walaupun penanggulangan terhadap masalah yang dikeluhkan tidak sesuai harapan pedagang. Kinerja pemasaran berupa proses pada DPI Kota Tasikmalaya lebih baik dibandingkan dengan DPI Sindangwangi dalam hal respon pengelola terhadap keluhan pedagang dan intensitas komunikasi yang dilakukan oleh

107 91 pengelola dengan pedagang. Intensitas komunikasi yang lebih sering membuat pengelola mempunyai hubungan baik dengan pedagang dan dapat memahami keinginan dari pedagang tersebut. Berdasarkan kinerja yang selama ini dilakukan oleh DPI Sindangwangi dan proses pembelajaran dari kinerja terbaik DPI Kota Tasikmalaya tersebut, maka strategi produk yang dapat dilakukan DPI Sindangwangi mencakup keempat faktor tersebut yaitu pelayanan, sarana dan prasarana, orang, dan proses. Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan intensitas komunikasi antara pengelola dan pedagang sehingga harapan pedagang terhadap proses penyampaian jasa dapat ditangkap oleh pengelola. Peningkatan pelayanan berupa penanganan terhapap penyakit ikan dapat dilakukan melalui kemitraan dengan pihak lain misalnya Balai Karantina Pengawasan Penyakit Ikan Wilayah Cirebon sehingga proses penyampaian jasa pelayanan dapat terjamin kontinuitasnya. Berkaitan dengan sarana dan prasarana, DPI Sindangwangi dapat melakukan peremajaan sarana dan prasarana misalnya melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana yang kurang sesuai dengan kebutuhan pedagang. Sedangkan peningkatan kualitas personel dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pengelola baik melalui pelatihan ataupun perekrutan sumber daya manusia yang ahli di bidang perikanan. 6.2 Strategi Promosi Skor faktor kinerja pemasaran berupa promosi pada DPI Kota Tasikmalaya memang lebih kecil jika dibandingkan dengan DPI Sindangwangi, namun menurut penilaian pedagang di DPI Kota Tasikmalaya

108 92 promosi yang dilakukan oleh DPI Kota Tasikmalaya sudah cukup baik. DPI Kota Tasikmalaya melakukan promosi dengan sasaran para pedagang eceran yang berada di pasar tradisional dan konsumen akhir yang sedang berbelanja di pasar tradisional. Selain itu promosi juga dilakukan kepada para pedagang pengumpul yang berada di pasar ikan di luar wilayah Kota Tasikmalaya. Pedagang eceran dan konsumen akhir merupakan konsumen dari pedagang pengumpul yang berjualan di Depo sehingga promosi yang dilakukan dapat menarik konsumen untuk berbelanja kepada pedagang di Depo. Dengan demikian para pedagang pengumpul pun akan memilih untuk berjualan di Depo karena konsumen yang berbelanja lebih banyak dan volume ikan yang dipasarkan pun lebih banyak. Berbeda dengan DPI Kota Tasikmalaya, penilaian pedagang di DPI Sindangwangi terhadap kinerja promosi yang dilakukan oleh DPI Sindangwangi dinilai kurang tepat sasaran dan tidak dapat meningkatkan konsumen dari pedagang ikan secara signifikan. Hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan DPI Sindangwangi hanya berupa pemberian brosur kepada pengunjung yang datang ke DPI Sindangwangi dan berupa kegiatan sosialisasi dengan sasaran yang kurang tepat. Promosi yang tidak tepat sasaran tersebut tidak dapat menarik konsumen dari pedagang ikan yang berjualan di DPI Sindangwangi sehingga berdampak kepada rendahnya minat pedagang terhadap DPI Sindangwangi karena pedagang melihat bahwa DPI Sindangwangi tidak banyak didatangi oleh pembeli ikan. Berdasarkan uraian tersebut, DPI Sindangwangi dapat mengambil pelajaran dalam melakukan strategi promosi. Strategi promosi yang dapat

109 93 dilakukan oleh DPI Sindangwangi adalah dengan memilih sasaran yang tepat agar promosi yang dilakukan efektif. Jenis promosi yang dilakukan dan waktu pelaksanaan promosi pun perlu dipertimbangkan demi keefektifan pelaksanaan promosi. 6.3 Strategi Lokasi Lokasi DPI Kota Tasikmalaya yang berada di pinggir jalan provinsi yang dilewati oleh kendaraan umum antar kota menyebabkan DPI Kota Tasikmalaya mudah diakses dan dikenal oleh masyarakat dari dalam maupun luar Kota Tasikmalaya. Selain itu, kenyamanan dari lokasi kolam retail yang terlindungi dari terik matahari merupakan nilai lebih dari faktor lokasi yang dimiliki DPI Kota Tasikmalaya. Lain halnya dengan DPI Sindangwangi, lokasi DPI Sindangwangi yang tidak berada di pinggir jalan utama menyebabkan lokasi agak tersembunyi sehingga menimbulkan kesulitan dalam mengakses lokasi. Selain itu, kolam retail yang berada di tengah DPI namun tidak terlindung dari sinar matahari membuat pedagang merasa kurang nyaman dalam memasarkan ikannya. Strategi lokasi yang dapat dilakukan oleh DPI Sindangwangi untuk menutupi kekurangan berupa lokasi yang agak masuk dari jalan raya dapat berupa pemasangan petunjuk arah menuju lokasi Depo. Selain itu, untuk memberikan kenyamanan bagi pedagang pengguna fasilitas berupa kolam retail dapat dilakukan pemasangan atap tambahan agar terlindung dari terik matahari.

110 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen (pihak pengguna jasa Depo), pengelola Depo Pemasaran Ikan Sindangwangi, dan pengamatan langsung di lapangan, dapat disimpulkan bahwa faktor kinerja pemasaran yang berpengaruh terhadap suksesnya proses pemasaran DPI Sindangwangi yaitu pelayanan, sarana dan prasarana, orang, proses, harga, promosi, dan lokasi. Faktor tersebut pula yang ditentukan sebagai faktor kinerja yang dinilai dalam proses benchmarking dengan DPI Kota Tasikmalaya. Deskripsi dari masingmasing faktor kinerja pemasaran tersebut yaitu : a. Pelayanan, yaitu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pedagang seperti penanganan keluar masuk ikan, penanganan ikan yang terkena penyakit, serta pemeliharaan sarana dan prasarana. b. Sarana dan Prasarana, yaitu tata letak sarana dan prasarana serta kesesuaian saran dan prasarana dengan kebutuhan pedagang. c. Orang, yaitu pengelola sebagai personel yang terlibat dalam penyampaian jasa yang memiliki kesigapan, ketelitian kerja, kerjasama tim dan pengalaman kerja. d. Proses, yaitu kemudahan dalam memperoleh hak guna pakai sarana dan prasarana, kelancaran komunikasi antara pengelola dan pedagang selama proses pelayanan, dan kemitraan. e. Harga, yaitu harga yang terjangkau oleh pengguna jasa Depo dan sesuai dengan pelayanan serta kondisi sarana dan prasarana yang tersedia.

111 95 f. Promosi, yaitu jenis promosi yang dilakukan dan waktu pelaksanaan promosi. g. Lokasi, yaitu kemudahan mengakses lokasi, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan lokasi. 2. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan oleh DPI Sindangwangi berdasarkan proses benchmarking dengan DPI Kota Tasikmalaya yaitu (1) strategi produk dengan meningkatkan pelayanan melalui jalinan kemitraan dengan lembaga terkait, melakukan peremajaan sarana dan prasarana serta meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pengelola dan pembinaan hubungan baik antara pengelola dan pedagang, (2) strategi promosi dengan melakukan promosi yang tepat sasaran, (3) strategi lokasi dengan memasang petunjuk arah menuju lokasi dan memberikan kenyamanan bagi pedagang dengan memasang atap tambahan untuk lokasi kolam retail. 7.2 Saran 1. Bagi DPI Sindangwangi, pelaksanaan strategi pemasaran yang dihasilkan berdasarkan analisis perbandingan tersebut sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing faktor kinerja dan dilaksanakan secara bertahap. 2. Untuk tercapainya kinerja yang lebh baik, disarankan pihak pengelola DPI Sindangwangi melakukan kunjungan studi perbandingan ke lokasi DPI lain yang skala usahanya lebih besar.

112 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, T Pembenahan Wajah Lingkungan Perikanan Budidaya dalam Kajian Keragaan dan Pemanfaatan Lingkungan Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Bendell, Tony Benchmarking for Competitive Advantage. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. David, Fred R Menejemen Strategis, Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta. Effendi, I Pengantar Budidaya Perairan (tidak dipublikasikan). Bogor. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Gasperz, Vincent Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hanafiah dan Saefuddin Tata Niaga Hasil Perikanan. UI-Press. Jakarta. Hutagalung, Saut P Produksi Perikanan Budidaya Meningkat 26,6%. Jasfar, Farida Manajemen Jasa. Ghalia Indonesia. Bogor. Kotler, P Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan Jilid 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Litbang, Kompas Potensi Budidaya Ikan Air Tawar. Rizal, Achmad Analisis Strategi Pengembangan Unit Usaha Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Kec. Blanakan-Kab. Subang. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Suhanda, Analisis Manajemen Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sukandar, Sidik Potensi Perikanan Tangkap Rendah. Suyanto, Teguh Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Lelang dan Perceived Quality Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

113 97 Tjiptono, Fandi Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta. Watson, Gregory. H Strategic Benchmarking. PT. Gramedia Pustaka Indonesia. Jakarta.

114 98 Lampiran 1. Rumah Tangga Perikanan Kabupaten Majalengka Tahun 2007 JUMLAH RUMAH TANGGA PERIKANAN PER CABANG USAHA No. Kecamatan Kolam Air Tenang ( orang ) Sawah (orang) KAD Sungai Danau/Situ Rawa Jumlah Pembenihan Pembesaran Pembenihan Pembesaran (orang) (orang) (orang) (orang) 1 Lemahsugih Bantarujeg Cikijing Cingambul 4 1, ,587 5 Talaga Banjaran 21 1, ,236 7 Argapura Maja 15 1, ,307 9 Majalengka Cigasong Sukahaji Rajagaluh Sindangwangi 3 1, , Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan Panyingkiran Kadipaten Kertajati Jatitujuh Ligung Sumberjaya JUMLAH , , ,129

115 99 Lampiran 2. Denah Tata Letak Fasilitas di DPI Sindangwangi Kolam Pancing Kolam Pancing Lab Kolam Pancing Kolam Pancing Gudang Rumah Makan Rumah Jaga KS KR Kantor Pengelola KR Kios Saprokan SL KG KG KS SL K.Karantina & K.Inap K.Karantina & K.Inap MCK KS SL Kolam Retail Kolam Retail Kios Saprokan KS SL KS GS KS KS Mushola PJ Ket : SL = Saung Lesehan KR= Kolam Reservoir KG= Kolam Grading GS = Gedung Seni KS = Kolam Stok PJ = Pos Jaga ± 200 meter J a l a n r a y a

116 Lampiran 3. Denah Tata Letak Fasilitas di DPI Kota Tasikmalaya SL SL SL Kolam Pancing Ket : SL = Saung Lesehan PR = Pos Retribusi 100 SL SL Lab Rumah Makan Kolam Stok Kolam Grading Kolam Grading Rumah Kepala UPTD Kantor Pengelola Kolam Retail Kolam Retail Kolam Retail Kolam Karantina dan kolam inap Rumah Jaga Kolam Stok Gudang Alat MCK G.Oksi gen Mushola Kolam Retail Kolam Retail Kolam Retail Penginapan pedagang PR Kolam Reservoir Kios Saprokan Kolam Reservoir Kolam Resapan Air Mancur Jalan Raya

117 101 Lampiran 4. Hasil Pembobotan Terhadap Faktor Kinerja Pemasaran Kepala UPTD DPI Sindangwangi FS A B C D E F G Total Bobot A B C D E F G Total 84 1 Kepala UPTD DPI Kota Tasikmalaya FS A B C D E F G Total Bobot A B C D E F G Total 84 1 Keterangan : A : Pelayanan Deskripsi : pelayanan yang diberikan kepada pedagang (Penanganan keluar masuk ikan, penanganan ikan yang terkena penyakit, pemeliharaan sarana dan prasarana, dll) B : Harga Deskripsi : Harga sewa yang terjangkau, harga sewa yang sesuai dengan fasilitas dan pelayanan. C : Promosi Deskripsi : Jenis promosi yang dilakukan, waktu pelaksanaan promosi. D : Lokasi Deskripsi : Kemudahan mengakses lokasi, dilewati olah jalur transportasi umum, kebersihan, kenyamanan, keamanan. E : Orang Deskripsi : Keramahan pengelola, kesigapan pengelola, ketelitian kerja pengelola, kerjasama tim, pengalaman kerja, respon pengelola terhadap keluhan pedagang F : Proses Deskripsi : Kemudahan dalam memperoleh hak guna pakai sarana dan prasarana, pemungutan retribusi atau uang sewa, kelancaran komunikasi antara pengelola dan pedagang, kemitraan. G : Sarana dan prasarana Deskripsi : Tata letak sarana dan prasarana, kesesuaian sarana dan prasarana dengan kebutuhan.

118 102 Lampiran 5. Hasil Pemberian Rating Terhadap Faktor Kinerja Pemasaran Responden Pedagang di DPI Sindangwangi Faktor Kinerja Responden Rata-rata Pelayanan Sarana dan prasarana Orang Proses Harga Promosi Lokasi Responden Pedagang di DPI Kota Tasikmalaya Faktor Kinerja Responden Rata Rata Pelayanan Sarana dan prasarana Orang Proses Harga Promosi Lokasi Keterangan : 1 = Kinerja faktor sangat tidak baik 2 = Kinerja faktor tidak baik 3 = Kinerja faktor biasa 4 = Kinerja faktor baik 5 = Kinerja faktor sangat baik

119 103 Lampiran 6. Sarana dan Prasarana DPI Sindangwangi 1. Kolam Retail 2. Kolam Karantina dan Kolam Stok 3. Saluran Air 4. Kolam Pemancingan 5. Saung Lesehan

120 104 Lampiran 7. Rangkaian Proses Pada DPI Sindangwangi 1. Penempatan Ikan Pada Kolam Stok 2. Penimbangan Ikan 3. Pengemasan

121 105 Lampiran 8. Saranan dan Prasarana DPI Kota Tasikmalaya 1. Kolam Retail 2. Kolam Karantina dan Kolam Stok 3. Saluran Air 4. Kolam Pemancingan 5. Saung Lesehan

122 106 Lampiran 9. Rangkaian Proses Pada DPI Kota Tasikmalaya 1. Penempatan Ikan Pada Kolam Retail 2. Penimbangan Ikan 3. Pengemasan

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A14104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pem-bangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010 Sektor industri memegang peranan sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar perannya dalam penyerapan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai)

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) Oleh : DARMA SAUT PARULIAN SITUMORANG A 14105660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan semakin ketat diantara perusahaan. Hal ini menyebabkan kalangan bisnis maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan selalu dituntut bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR : TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM. Oleh. MASTA HERAWATI br SINULINGGA ANALISIS MANAJEMEN STRATEGIS PT. ANGGREK PERSADA INDAH DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS ANGGREK DENDROBIUM Oleh MASTA HERAWATI br SINULINGGA A07400002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis meningkat dengan pesat dan mengalami persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa. Semakin maju suatu negara, kontribusi

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak)

ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Di Perkebunan Cisalak Baru-Bantarjaya, Kabupaten Lebak) Oleh : ASTRID INDAH LESTARI A14103027 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA NO HARI, TANGGAL PUKUL NAMA OPD/UNIT KERJA 1 2 3 4 Selasa, 2 September 2014 Rabu, 3 September 2014 Kamis,

Lebih terperinci

PENERAPAN CRM (CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT) PADA PEMASARAN TANAMAN ANGGREK

PENERAPAN CRM (CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT) PADA PEMASARAN TANAMAN ANGGREK PENERAPAN CRM (CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT) PADA PEMASARAN TANAMAN ANGGREK (Studi Kasus : Antika Anggrek, Taman Anggrek Ragunan, Jakarta) Oleh : TRIYADI A 14104122 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Di antara produsen dan pemakai terdapat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik atau pelaku usaha seharusnya senantiasa melakukan riset dan pengembangan agar selalu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan telah dimanfaatkan oleh para investor dari dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan telah dimanfaatkan oleh para investor dari dalam negeri maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan ini disebabkan oleh banyaknya peluang bisnis yang bermunculan dan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A14105629 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Oleh : THOMSON BERUTU A

Oleh : THOMSON BERUTU A ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI GIANT (PT. HERO SUPERMARKET, Tbk.) DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN RITEL DI KOTA BOGOR (Studi Kasus di Giant PT. Hero Supermarket, Tbk. Botani Square) Oleh : THOMSON BERUTU A 14105616

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk menggali pembelian ulang pelanggan, yaitu dengan memfokuskan pada kepuasan

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari sudut pandang ruang dan waktu. Persaingan yang ketat inipun tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari sudut pandang ruang dan waktu. Persaingan yang ketat inipun tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang memasuki tahun 2010 (APEC) dan tahun-tahun selanjutnya didunia ini masing-masing negara seperti tidak mempunyai batas lagi, ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR 1 ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR IKA SULISTIYA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A 14103540 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi sumber penghasilan devisa Negara dan menjadi penunjang perkembangan pembangunan Negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual, 13 II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kotler dan Amstrong (2008 : 7) Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Mica (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Segmentasi Pasar Wisatawan Mancanegara Terhadap Daerah Tujuan Wisata Sumatera Utara tentang adakah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun 17 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini banyak muncul industri-industri yang menawarkan serta memasarkan sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENG di UD Cahaya Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Oleh : ARWANI AMIN A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENG di UD Cahaya Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Oleh : ARWANI AMIN A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAWANG GORENG di UD Cahaya Tani, Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes Oleh : ARWANI AMIN A14103034 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Kasus Pola Kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor jasa. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari bahwa segala

BAB I PENDAHULUAN. sektor jasa. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari bahwa segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis meningkat dengan pesat saat ini terutama pada sektor jasa. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari bahwa segala aktivitas kita

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci