KATA PENGANTAR. ttd. Ir. Khairul Anwar, MM NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. ttd. Ir. Khairul Anwar, MM NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Pelatihan kerja yang dilaksanakan di BLK harus senantiasa menyesuaikan kebutuhan Industri, agar menghasilkan tenaga kerja yang diinginkan dan dapat diterima secara langsung oleh industri. Kebijakan ini sejalan dengan program pengembangan kemitraan pemerintah dengan dunia usaha/industri antara pemerintah pusat dan daerah untuk peningkatan kualitas tenaga kerja sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 27 tahun 2016 tentang Rencana strategis Kementerian Ketenagakerjaan tahun Kondisi saat ini, seluruh BLK telah melakukan kerjasama dengan beberapa Industri, namun masih belum terkelola dengan baik, yang mengakibatkan BLK kurang dikenal dan tidak optimal dalam menjalin kerjasama dengan industri. Oleh karena itu Ditjen Bina Lattas mendorong agar seluruh BLK untuk membentuk Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri sebagai wadah komunikasi yang berkaitan dengan sinkronisasi program pelatihan dengan kebutuhan industri serta menumbuhkan kepercayaan kepada pihak industri bahwa BLK lembaga yang tepat untuk penyiapan tenaga kerja industri. Dengan diterbitkannya pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri ini dan pelaksanaan kemitraan, maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan kemitraan dan kerjasama antara BLK dengan Industri. Jakarta, 18 Oktober 2016 Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas ttd Ir. Khairul Anwar, MM NIP

3 KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pembentukan program Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri Daerah (FKLPI Daerah) telah disusun petunjuk pelaksanaanya. Agar petunjuk tersebut dapat diketahui, dipahami dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, maka diterbitkan buku pedoman pelaksanaan pembentukan program FKLPI Daerah. Penerbitan petunjuk pelaksanaan ini sebagai upaya penyebarluasan informasi, menjadi petujuk pelaksanaan FKLPI Daerah. Semoga dengan dilaksanakannya pedoman Petunjuk Pembentukan FKLPI Daerah dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang mambutuhkan. Jakarta, 18 Oktober 2016 Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri ttd Dr. Budi Setyo Utomo Ketua Umum

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Keputusan Direktur Jenderal Pmbinaan Pelatihan dan Produktivitas... 1 BAB I PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 5 B. Tujuan dan Sasaran... 6 C. Ruang Lingkup... 6 D. Dasar Hukum... 6 E. Pengertian... 7 BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN ORGANISASI FKLPI DAERAH... 9 A. Kedudukan... 9 B. Tugas... 9 C. Organisasi... 9 D. Persyaratan Anggota E. Masa Tugas Anggota FKLPI Daerah BAB III MEKANISME PEMBENTUKAN FKLPI DAERAH A. Mekanisme Pembentukan B. Tugas Panitia Kerja C. Tata Cara Penetapan Ketua FKLPI Daerah BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN KEMITRAAN A. Analisis Kebutuhan Kemitraan B. Merancang Kesepakatan Bersama C. Tugas FKLPI Daerah Dalam Pelaksanaan Kemitraan D. Tim Teknis Kemitraan E. Skema Kemitraan F. Pendanaan BAB V Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Kemitraan A. Monitoring dan Evaluasi B. Pelaporan BAB VI PENUTUP Lampiran 1 : Draft Kesepakatan Bersama Lampiran 2 : Skema Kemitraan Lampiran 3 : Indikator Kemitraan Lampiran 4 : Evaluasi Program Kemitraan Lampiran 5 : Monitoring Dan Evaluasi Lampiran 6 : Petunjuk Pengisian Data Kemitraan BLK... 37

5 KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kaveling 51, Jakarta Selatan Telp. (021) , Faksimile (021) Laman: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.382/LATTAS/X/2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FKLPI DAERAH DAN PELAKSANAAN KEMITRAAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor KEP. 95/LATTAS IV/2014 tentang Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri, maka perlu diatur Pedoman Pembentukan FKLPI Daerah dan Kemitraan Lembaga Pelatihan Kerja dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637); 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.7 Tahun 2012 Tentang Penggunaan BLK oleh Swasta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 340);

6 4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 622); 5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 257); 6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 258); 7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 712); 8. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor: KEP. 95/LATTAS IV/2014 tentang Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : Petunjuk teknis pembentukan FKLPI daerah dan penyelenggaraan kemitraan antara Lembaga Pelatihan Kerja dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU diatas, sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kemitraan antara Lembaga Pelatihan Kerja dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri di seluruh Indonesia.

7 KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Oktober 2016 Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, ttd Ir. Khairul Anwar, MM. NIP

8 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.382/LATTAS/X/2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FKLPI DAERAH DAN KEMITRAAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang diterbitkan oleh BPS bahwa pada bulan Agustus 2016 jumlah angkatan kerja sebanyak 124,44 juta orang yang terdiri dari jumlah yang bekerja sebanyak 118,41 juta orang dan pengangguran terbuka sebanyak 7,03 juta orang atau sebanyak 5,61%. Sedangkan data jumlah pengangguran menurut pendidikan yang ditamatkan untuk pendidikan SD 0,202 juta orang, SMP juta orang, SMA 0,614 juta orang, SMK 0,781 juta orang, DI/II/III 0,425 juta orang dan Universitas sebanyak 0,342 juta orang. Berdasarkan data pendidikan yang ditamatkan maka jumlah pengangguran masih didominasi oleh lulusan SMA ke bawah dan ini menjadi masalah yang harus dihadapi oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Masalah utama di bidang ketenagakerjaan yang harus dihadapi adalah menurunkan jumlah pengangguran dan meningkatkan kompetensi tenaga kerja Indonesia agar dapat bersaing di era pasar kerja global dengan diterapkannya pemberlakuan MEA sejak bulan Desember Tantangan ini sangat berat mengingat kompetensi tenaga kerja Indonesia masih jauh dibanding dengan negara-negara di kawasan ASEAN, yang dibuktikan melalui peringkat daya saing Indonesia yang berada pada ranking ke 37 untuk daya saing tingkat dunia. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya miss match antara dunia pendidikan dan dunia industri sehingga kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Salah satu cara untuk mengatasi miss match adalah dengan memberikan pelatihan kerja agar tenaga kerja yang akan masuk ke dunia industri

9 memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Terkait dengan hal tersebut Kementerian Ketenagakerjaan mengambil kebijakan untuk melaksanakan pelatihan di Lembaga Pelatihan Kerja dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Untuk melaksanakan pelatihan kerja maka dibutuhkan Lembaga Pelatihan Kerja yang kredibel yang dapat menjamin mutu lulusan pelatihan. Untuk menjamin mutu lulusan pelatihan, maka lembaga pelatihan harus memiliki sarana dan prasarana pelatihan yang memadai, program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri, Instruktur dan tenaga pengelola pelatihan yang kompeten serta jejaring dengan dunia industri. Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai salah satu Lembaga Pelatihan Kerja milik Pemerintah memiliki peran dalam penyiapan tenaga kerja yang terampil, kompeten, handal dan professional. Namun sampai dengan saat ini BLK belum optimal dalam mengintergrasikan kegiatan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Untuk membantu BLK dalam mengintegrasikan kegiatan pelatihan dalam fungsi link and match, maka Ditjen Bina Lattas mendorong kepada BLK milik Pemerintah Daerah dan BLK unit pelaksana teknis pusat (UPTP) untuk membentuk Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri yang berperan sebagai jembatan dan wadah komunikasi antara Lembaga Pelatihan Kerja, khususnya BLK dengan Industri mengacu pada potensi ekonomi daerah, nilai tambah, perkembangan dunia usaha, dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dimana BLK beroperasi. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan: a. Sebagai pedoman dalam pembentukan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri di Balai Latihan Kerja, sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien; b. Sebagai pedoman dalam mensinergikan kemitraan yang bersifat Kolaboratif antara BLK milik Pemerintah Daerah dan BLK (UPTP) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Tersedianya kesesuaian antara lulusan pelatihan dengan kebutuhan Industri;

10 d. Terwujudnya kemitraan antara lembaga pelatihan kerja dengan Dunia Industri dan dunia Usaha dalam rangka penyiapan tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas. 2. Sasaran: a. Dunia usaha dan industri, dalam pemenuhan kebutuhan tenaga kerja; b. Balai latihan kerja; c. Para pemangku kepentingan pada Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di provinsi dan kabupaten/kota. d. Lembaga yang bergerak dibidang pelatihan kerja dan pengembangan SDM. C. Ruang Lingkup 1. Ruang lingkup pedoman ini meliputi kedudukan, tugas, organisasi, mekanisme pembentukan, penetapan keanggotaan, pelaporan FKLPI daerah. 2. Kemitraan yang meliputi rekrutmen, seleksi, penempatan tenaga kerja, program pelatihan, pemagangan, sertifikasi, instruktur, peralatan dan pembiayaan. D. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 78); 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.7 Tahun 2012 Tentang Penggunaan BLK oleh Swasta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 340); 5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 622); 6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 257); Peraturan

11 Menteri Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 712); 7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 258); 8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 712); 9. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Nomor: KEP. 95/LATTAS IV/2014 Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri. E. Pengertian Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan pekerjaan. 2. Lembaga Pelatihan Kerja yang selanjutnya disingkat LPK adalah instansi pemerintah, badan hukum atau perorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. 3. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. 4. Sinergi adalah proses yang harus dilalui masing-masing pihak, yang mana perlu waktu dan konsistensi yang dilakukan untuk membangun rasa saling percaya sehingga sinergi terbangun sebagai kerjasama kreatif dan saling menguntungkan. 5. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama untuk melakukan interaksi dan kompromi akan sesuatu yang terkait dengan tujuan lembaga pelatihan maupun industri atau pihak-pihak lain yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang akan menerima manfaatnya dikemudian hari.

12 6. Link and Match adalah kesesuaian antara supply dari lembaga pelatihan dengan demand dari DUDI untuk menghasilkan/mendapatkan tenaga kerja yang kompeten baik dari dimensi jenis, jumlah, kualitas, waktu dan lokasi. 7. Analisis kebutuhan Kemitraan adalah identifikasi kebutuhan para pihak yang dapat dipenuhi melalu strategi kemitraan. 8. Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja 9. Perjanjian Kerjasama adalah perjanjian dan komitmen bersama antara lembaga pelatihan kerja dengan dunia usaha atau dunia industri serta instansi lainnya untuk melakukan suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan bersama. 10. FKLPI Pusat adalah Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri tingkat Nasional yang berada di Kementerian Ketenagakerjaan R.I. dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas. 11. FKLPI Daerah adalah Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dengan Industri yang berada di BLK UPTP atau BLK UPTD. 12. BLK UPTP adalah Balai Latihan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat milik Menteri Ketenagakerjaan R.I. 13. BLK UPTD adalah Balai Latihan Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah milik Gubernur/Bupati/Walikota. 14. DUDI adalah kepanjangan dari Dunia Usaha dan Dunia Industri.

13 BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN ORGANISASI FKLPI DAERAH A. Kedudukan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI) berkedudukan di Balai Latihan Kerja UPTD/UPTP, Nomenklatur FKLPI Daerah mengikuti nama Balai Latihan Kerja setempat. B. Tugas 1. BLK memiliki tugas, antara lain: a. Melakukan penyusunan rencana, program dan anggaran dalam rangka mendukung koordinasi dan sinergi dalam pelaksanaan kemitraan antara BLK dengan Industri. b. Menyiapkan sumber daya pelatihan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kemitraan antara BLK dengan Industri. 2. Dinas memiliki tugas, antara lain: a. Melakukan koordinasi rencana, program dan anggaran dalam pelaksanaan sinergi kemitraan antara Industri dan BLK. b. Melakukan koordinasi teknis dalam hal kebutuhan tenaga kerja dan infromasi kebutuhan tenaga kerja antara Industri yang berada diwilayah kerja dengan BLK dalam pelaksanaan sinergi kemitraan. 3. FKLPI memiliki tugas, antara lain: a. Melakukan koordinasi dan kerjasama antara Lembaga Pelatihan Kerja, kawasan Industri, asosiasi Industri dan industri. b. Memberikan saran dan masukan kepada Kepala BLK UPTD/UPTP dalam rangka peningkatan pra, proses dan pasca pelatihan. c. Melakukan koordinasi dalam hal perencanaan dan pelaksanaan program dengan koordinator FKLPI Pusat. d. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Ketua FKLPI Pusat. C. Organisasi 1. Struktur organisasi FKLPI Daerah terdiri atas 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota, dan anggota minimum 7 (tujuh) orang.

14 2. Kepengurusan FKLPI Daerah terdiri dari unsur pemerintah daerah, perwakilan dunia industri, perwakilan asosiasi industri, perwakilan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan kerja. 3. Ketua FKLPI Daerah berasal dari perwakilan dunia industri. 4. Uraian Tugas FKLPI Daerah a. Ketua 1) Menetapkan program kerja atas hasil keputusan rapat anggota. 2) Membuat perencanaan kerjasama 3) Memimpin rapat/sidang. 4) Mengadakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. 5) Memberikan penugasan kepada anggota untuk melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait. 6) Menyampaikan laporan kegiatan kepada FKLPI Pusat. b. Sekretaris 1) Menyelenggarakan ketatausahaan. 2) Mengelola keperluan logistik. 3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua c. Anggota 1) Melakukan koordinasi dalam program kemitraan lembaga pelatihan kerja dengan dunia usaha dan dunia industri. 2) Melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh Ketua. D. Persyaratan Anggota 1. Warga Negara Indonesia. 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Sehat jasmani dan rohani. 4. Umur serendah-rendahnya 24 (dua puluh empat) tahun. 5. Memiliki pengalaman dibidang pelatihan kerja atau pengembangan SDM. 6. Memiliki surat penugasan untuk menjadi anggota FKLPI Daerah dengan dari pimpinan perusahaan/ketua asosiasi perusahaan/pimpinan kawasan industri/pimpinan Lembaga Pelatihan Kerja swasta; 7. Untuk pakar dibidang pelatihan yang berasal dari perguruan tinggi menyertakan rekomendasi dari lembaganya dan pakar yang berasal dari unsur pelatihan menyertakan rekomendasi dari kepala dinas provinsi. 8. Surat pernyataan kesanggupan menjalankan tugas organisasi penuh tanggung jawab dan menandatangani surat pakta integritas, bermaterai cukup.

15 9. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP). E. Masa Tugas Anggota FKLPI Daerah 1. Keanggotaan FKLPI Daerah dipilih dan diberhentikan oleh Kepala Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan. 2. Masa tugas keanggotaan FKLPI Daerah untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

16 BAB III MEKANISME PEMBENTUKAN FKLPI DAERAH A. Mekanisme Pembentukan 1. Pembentukan Panitia Kerja (Panja) berjumlah ganjil dan sekurangkurangnya berjumlah 5 (lima) orang, ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi/ Kabupaten/ Kota. 2. Anggota Panja terdiri dari unsur-unsur : a. Dinas yang membidangi ketenagakerjaan/blk/fklpi Pusat sekurang-kurangnya berjumlah 3 (tiga) orang b. Industri/ Asosiasi Industri sekurang-kurangnya berjumlah 2 (dua) orang 3. Panja bertugas sejak ditetapkan dan berakhir setelah diterbitkan Surat Keputusan kepengurusan FKLPI Daerah. B. Tugas Panitia Kerja 1. Menginformasikan dan meminta usulan calon anggota FKLPI Daerah yang memenuhi syarat kepada pengusaha/industri (dapat lebih dari 1 orang), asosiasi pengusaha, pengelola kawasan industri, APINDO dan lembaga pelatihan kerja. 2. Menerima, meneliti, menilai dan menyeleksi berkas kelengkapan calon anggota. 3. Mengajukan calon anggota FKLPI Daerah terseleksi kepada Kepala Dinas Ketenagakerjaan setempat ditembuskan ke Gubernur/Bupati/Walikota. 4. Keputusan hasil seleksi akan ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan. C. Tata Cara Penetapan Ketua FKLPI Daerah 1. Ketua dipilih oleh sidang anggota yang dipimpin oleh Kepala Dinas Ketenagakerjaan setempat berdasarkan musyawarah dan mufakat. 2. Hasil musyarawah dan mufakat dituangkan dalam bentuk Berita Acara.

17 BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN KEMITRAAN Membangun jejaring kerja adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust), saling membutuhkan dan saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang berkerjasama, serta berkomitmen yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau nota kesepakatan (MoU) untuk mencapai tujuan dan kesuksesan bersama yang lebih besar. Pelaksanaan kegiatan kemitraan LPK dengan Industri dilakukan dengan beberapa kegiatan utama dalam setiap siklusnya. Aktifitas dari seluruh kegiatan kemitraan yang dilakukan oleh lembaga pelatihan, dunia usaha dan industri serta instansi terkait lainnya bersifat sinergi dan memperoleh manfaat/keuntungan masing-masing para pihak akibat dilaksanakannya kemitraan ini. A. Analisis Kebutuhan Kemitraan 1. Pelaksanaan analisis kebutuhan kemitraan seperti mendiagnosa kebutuhan kemitraan harus dilakukan lembaga pelatihan bersama DUDI, antara lain dengan kegiatan: a. Mempelajari tentang situasi dan kondisi industri/perusahaan serta dampaknya dikemudian hari; b. Menentukan PIC yang dapat membantu proses analisis kebutuhan kemitraan; c. Memelihara hubungan yang akrab dengan sesama pelaku analisis kebutuhan kemitraan; d. Melakukan diskusi untuk mendapatkan data yang relevan untuk kebutuhan kemitraan; e. Mengidentifikasi masalah yang ada dan penyebabnya atau menemukan teknologi baru atau persyaratan jabatan baru; f. Menyusun prioritas kebutuhan kemitraan; g. Menyusun laporan tertulis yang dilengkapi dengan data-data dan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Sinkronisasi program dilakukan oleh lembaga pelatihan bersama DUDI berdasarkan temuan dari analisis kebutuhan kemitraan, antara lain: a. Rekrutmen dan Seleksi; b. Instruktur; c. Program Pelatihan; d. Sertifikasi; e. Pemagangan;

18 f. Penempatan Tenaga Kerja; g. Peralatan; h. Pembiayaan. B. Merancang Kesepakatan Bersama 1. Lembaga pelatihan bersama DUDI menentukan topik dan pasalpasal yang akan dimuat di Kesepakatan Bersama agar tidak bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta sesuai dengan tujuan kemitraan yang diinginkan oleh para pihak. 2. Kesepakatan Bersama harus memuat bentuk-bentuk kemitraan sesuai hasil analisis kebutuhan kemitraan yang disepakati oleh para pihak. 3. Kesepakatan Bersama yang sudah dibuat, akan dilakukan koreksi oleh masing-masing pihak terkait dan selama maksimal 21 hari kerja, selanjutnya draft Kesepakatan Bersama tersebut akan dijadikan Kesepakatan Bersama. 4. Penandatanganan Kesepakatan Bersama, minimal harus dilakukan oleh dan atas nama Lembaga Pelatihan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. 5. Kesepakatan Bersama yang sudah di tandatangani, disampaikan tembusannya kepada FKLPI Daerah dan FKLPI Pusat. Lampiran 1: Contoh Draft Kesepakatan Bersama C. Tugas FKLPI Daerah Dalam Pelaksanaan Kemitraan 1. Mengkoordinasi dan memfasilitasi diskusi penyusunan Nota Kesepahaman antara lembaga pelatihan, industri/perusahaan serta pihak lain yang terlibat, antara lain: a. Menyiapkan acara temu diskusi / Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas draft Nota Kesepahaman; b. Memimpin acara temu diskusi / Focus Group Discussion (FGD) untuk menghasilkan draft Nota Kesepahaman; c. Mengkoordinasikan tindaklanjut analisis kebutuhan kemitraan. 2. Mempersiapkan materi pembekalan kepada peserta diskusi agar berjalan lancar, efektif dan efisien; 3. Mengkoordinasi pertemuan lanjutan untuk perbaikan Nota Kesepahaman (jika ada) sampai pelaksanaan penandatanganan Nota Kesepahaman;

19 4. Membantu pelaksanaan kerjasama mulai dari analisis kebutuhan kemitraan sampai terpenuhinya kebutuhan dunia usaha dan dunia industri seperti yang tertuang dalam isi Nota Kesepahaman; 5. Mengkoordinasi pembentukan tim teknis dari pihak-pihak yang melakukan kerjasama; 6. Memberikan masukan kepada lembaga pelatihan dan DUDI melalui tim teknis masing-masing pihak untuk tercapainya tujuan kemitraan tersebut; 7. Mempromosikan dan memasarkan lembaga-lembaga pelatihan kepada DUDI di wilayahnya masing-masing. 8. Membantu tim teknis membuat instrumen evaluasi dan instrumen monitoringsebagai bahan perencanaan dan pengembangan untuk kebutuhan kemitraan berikutnya; 9. Memiliki informasi mengenai lembaga pelatihan,dudi dan Instansi lain yang terkait dengan kemitraan tersebut; 10. Membantu tim teknis menyusun dan melaksanakan seluruh program kemitraan; 11. Mengkoordinasi forum-forum pertemuan antara lembaga pelatihan, DUDI dan instansi lain untuk melengkapi informasisebagai bahan masukan; 12. Mengkoordinasi, memantau dan membantu merealisasikan hasil kemitraan yang telah dilakukan dan dimanfaatkan para pihak maupun oleh pihak lain; 13. Mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kemitraan dan menyusun pedoman-pedoman/prosedur lain yang diperlukan untuk kemitraan; 14. Mengkoordinasi kunjungan antar para pihak dalam rangka pelaksanaan kemitraan tersebut; 15. Membina hubungan kemitraan dan komunikasi para pihak serta tim teknis dan pihak-pihak lain yang terkait; 16. Membuat indikator sesuai dengan jenis dan tujuan kemitraan yang bertujuan untuk memudahkan penentuan target program dan pengukuran tingkat keberhasilan; 17. Memonitor seluruh kegiatan kemitraan yang dilakukan para pihak melalui tim teknisnya sebagai masukan dan bahan evaluasi. D. Tim Teknis Kemitraan 1. Pembentukan Tim Teknis a. Keanggotaan Tim Teknis berasal dari lembaga pelatihan dan DUDI dan pihak-pihak lain yang melakukan kemitraan sesuai penandatanganan Kesepakatan Bersama atau dari perorangan/

20 instansi/ lembaga lain yang dinilai kompeten dan profesional untuk ditunjuk menjadi Tim Teknis oleh para pihak yang terkait. b. Keanggotaan Tim Teknis ditunjuk, dibentuk, diganti atau diberhentikan adalah wewenang dari masing-masing pihak yang mewakilinya. c. Jumlah anggota tim teknis yang ditunjuk oleh masing-masing pihak, ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan kemitraan. d. Anggota tim teknis dalam melaksanakan tugasnya, seyogyanya memiliki persyaratan sebagai berikut: 1) Tim teknis dari Lembaga pelatihan: - Mengidentifikasi Kebutuhan untuk melaksanakan program sesuai hasil analisis kebutuhan kemitraan. - Memiliki pengetahuan untuk merancang suatu program kemitraan yang akan dikerjasamakan; - Memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan pihak terkait yang melakukan kerjasama; - Memiliki pengalaman kerja dan atau pemahaman mengenai industri / perusahaan terutama tentang pengembangan sumber daya manusia serta budaya kerja; - Memiliki kompetensi teknis sesuai bidang / bentuk kemitraan; - Memiliki kemampuan sebagai pemantau dan pengolahan data. 2) Tim teknis dari DUDI: - Memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan industri / perusahaan kepada tim teknis lembaga pelatihan sesuai hasil analisis kemitraan; - Dapat melakukan pengambilan keputusan atau mewakili perusahaan / industri dalam pelaksanaan kemitraan; - Menguasai bidang yang akan dikerjasamakan; - Diharapkan memiliki wawasan dan pemahaman dalam bidang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia; - Memiliki kemampuan sebagai pemantau dan pengolahan data.

21 e. Masa tugas tim teknis dari masing-masing pihak disesuaikan dengan jangka waktu kemitraan dengan mempertimbangkan seluruh proses kemitraan. 2. Tugas Tim Teknis a. Melaksanakan kemitraan sesuai bidang kerjasama dari hasil analisis kebutuhan kemitraan, antara lain : 1) Menindaklanjuti hasil analisis kebutuhan kemitraan sampai menghasilkan program kerja yang tersusun dengan baik; 2) Melaksanakan administrasi kegiatan kemitraan; 3) Melakukan koordinasi yang baik denganpihak-pihak yang terkait sebagaimana diatur dalam Kesepakatan Bersama; 4) Membuat Instrumen evaluasi dan mengaplikasikan untuk memberikan penilaian atas hasil kemitraan. b. Melakukan kunjunganke Dunia Usaha dan Dunia Industri atau Lembaga Pelatihan; c. Mengevaluasi hasil kegiatan untuk penyusunan rencana program-program berikutnya sebagai upaya untuk pengembangan kemitraan; d. Melaksanakan Pengawasan terhadap pelaksana teknis di lapangan sesuai tugas dantanggung jawab; e. Membuat laporan kepada pihak-pihak yang melakukan kemitraan dengan tembusan kepada FKLPI Daerah dan FKLPI Pusat. E. Skema Kemitraan 1. Jenis Kemitraan a. Jenis kemitraan disesuaikan dengan kebutuhan DUDI; b. Persyaratan dan ketentuan untuk kerjasama pada jenis kemitraan, sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku. 2. Jenis, tujuan dan skema Pelaksanaan Kemitraan a. Jenis kemitraan dilakukan berdasarkan kebutuhan industri/ perusahaan/ lembaga pelatihan atau lembaga/ instansi lain dengan memperhatikan kebutuhan, kemampuan dan ketentuan masing-masing pihak. b. Jenis kemitraan dengan tujuan dan skema Kemitraan. Lampiran 2 : Contoh Skema Kemitraan 3. Jangka Waktu Kemitraan dan Tempat

22 a. Pelaksanaan kemitraan pada suatu jenis harus memiliki jangka waktu dengan mempertimbangkan seluruh proses kemitraan; b. Tempat pelaksanaan kemitraan dapat dilakukan di balai pelatihan kerja dan atau di DUDI atau di instansi lain sesuai jenis kebutuhan kemitraan dan ketentuan yang berlaku. F. Pendanaan Sumber pendanaan pelaksanaan kemitraan berasal dari: 1. APBN /APBD; 2. Perusahaan / Industri; atau 3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

23 BAB V Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Kemitraan A. Monitoring dan Evaluasi 1. Monitoring dilakukan berdasarkan indikator jenis kemitraan serta tergantung dari tujuan kemitraan tersebut. Pelaksanaan monitoring dilakukan oleh FKLPI Daerah dan dibantu oleh Tim Teknis. Langkah-langkah untuk melakukan monitoring dari program kemitraan, sebagai berikut : a. Menentukan indikator program kemitraan. Lampiran 3 : Contoh Indikator Kemitraan b. Menentukan Target kemitraan dengan merencanakan target yang besarannya dapat diukur dan berdasarkan tujuan serta indikator-indikator monitoring. c. Menentukan waktu pelaksanaan monitoring Monitoring dilakukan selama program kemitraan berlangsung dan sesuai dengan jenis, tujuan dan target kemitraan tercapai. d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi Monitoring dilaksanakan sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan, dan dilakukan dengan cara : - Diskusi langsung - Komunikasi tertulis, misalnya dengan - Input ke dalam sistem monitoring yang tersedia - Formulir monitoring didistribusikan untuk memberi pengarahan terkait hal-hal apa saja yang perlu dimonitor. Selanjutnya, dilakukan perbandingan serta analisa terhadap hasil monitoring yang dilakukan oleh tim teknis. Tim teknis sebaiknya mendiskusikan hasil monitoring ini kepada pihak yang bermitra serta FKLPI Daerah, agar dapat langsung merevisi hal-hal yang perlu diperbaiki maupun menindaklanjuti masukan-masukan demi mendukung pencapaian tujuan program kemitraan tersebut. 2. Evaluasi bertujuan untuk perbaikan program secara terus menerus sehingga efektifitas dan efisiensi semakin baik dari waktu ke waktu dan dilakukan terhadap para pihak yang melakukan kemitraan dan sesuai jenis kemitraannya. Hasil penilaian evaluasi berfungsi sebagai indikator/acuan untuk standar keberhasilan dari suatu kemitraan. Lampiran 4 : Contoh Formulir Evaluasi Program Kemitraan.

24 3. Pengolahan hasil monitoring dan evaluasi Hasil monitoring dan evaluasi dianalisis oleh internal, yaitu tim teknis dengan dibantu oleh FKLPI Daerah, lalu hasilnya disampaikan kepada para pihak yang berwenang untuk memutuskan dan memberikan feedback atau menindaklanjutinya. Lampiran 5 : Contoh CheckList Monitoring dan Evaluasi B. Pelaporan 1. Ketua FKLPI Daerah wajib melaporkan terbentuknya FKLPI Daerah kepada Ketua FKLPI Pusat. 2. Laporan pelaksanaan kerjasama dibuat oleh Tim Teknis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak sesuai ketentuan yang diatur pada perjanjian kemitraan, untuk dikirimkan kepada Kepala Dinas Ketenagakerjaan setempat untuk UPTD atau Direktur Bina Kelembagaan Pelatihan untuk UPTP dengan tembusan kepada FKLPI Daerah, FKLPI Pusat serta Dirjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan R.I

25 BAB VI PENUTUP Demikian Pedoman Pelaksanaan Kemitraan ini dibuat agar dapat digunakan sevagai acuan dalam melaksanakan kemitraan lembaga pelatihan dengan DUDI atau dengan instansi lainnya di Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, sehingga pelaksanaan kemitraan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 Oktober 2016 Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, ttd Ir. Khairul Anwar, MM. NIP Penanggung Jawab Paraf Tanggal Kepala Subdit Pengembangan Kemitraan dan Pendanaan (Pembuat Konsep) Direktur Bina Kelembagaan Pelatihan (Penanggung Jawab Materi) Sekretaris Ditjen Binalattas (Pengendali)

26 Lampiran 1 : Draft Kesepakatan Bersama LOGO BLK KESEPAKATAN BERSAMA A n t a r a LOGO INDUSTRI UPTP / UPTD... PEMERINTAH PROPINSI... D e n g a n PT.... T e n t a n g PELAKSANAAN KEMITRAAN... KEJURUAN... NOMOR :... / 2015 NOMOR :... / 2015 Pada hari... tanggal... bulan... tahun dua ribu lima belas, ( ) kami yang bertandatangan di bawah ini : 1... : Kepala UPTP / UPTD..., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama..., Pemerintah..., yang berkedudukan dan berkantor di Jl..., yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA : Direktur PT...., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama... yang berkedudukan dan berkantor di Jl...., yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai PARA PIHAK. PARA PIHAK telah sepakat untuk membuat dan menandatangani Kesepakatan Bersama tentang kerjasama pelaksanaan... siswa lulusan untuk tahun anggaran... s/d..., serta dalam pelaksanaannya memiliki syarat-syarat sebagai berikut : PASAL 1

27 TUJUAN 1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap kerja dan mengetahui proses-proses kerja yang berlaku sesuai standard operating procedure pada tempat kerja. Proses kerja yang dimaksud adalah bagaimana hasil produk, tenaga kerja, kedisiplinan dan keselamatan kerja. 2. Mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian yang diinginkan PIHAK KEDUA. 3. dll... Lingkup kerjasama ini meliputi : PASAL 2 LINGKUP KERJASAMA a. Rekrutmen dan seleksi calon tenaga kerja bidang... dan... b. Pelaksanaan pembelajaran Instruktur Tamu, Seminar, Bimtek, Pembekalan siswa dan... c. Pelaksanaan pelatihan calon tenaga kerja dan tenaga kerja tingkat... bidang... sesuai standar kompetensi kerja. d. Informasi, komunikasi dan pencapaian kompetensi kerja bidang... agar sesuai dengan yang diinginkan / dibutuhkan oleh industri / pemakai / pengguna. e. dll... PASAL 3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai berikut : 1. PIHAK PERTAMA: a. Melatih calon tenaga kerja dengan pelatihan berbasis kompetensi kerja dan atau yang telah disepakati dengan PIHAK KEDUA. b. Memfasilitasi pembekalan bagi lulusannya untuk memasuki masa transisi, yaitu dari pelatihan keterampilan kerja di lembaga pelatihan ke kehidupan kerja nyata di Industri baik melalui

28 program On The Job Training ataupun Pemagangan di Industri dari PIHAK KEDUA ataupun di tempat lain yang disepakati bersama. c. Melaksanakan Uji Kompetensi bagi lulusan pelatihan kerja. d. dll PIHAK KEDUA: a. Menyediakan tempat pemagangan atau On The Job Training di bawah naungan/binaan... b. Menyediakan Narasumber dalam kegiatan pembelajaran Guru tamu, seminar, bimtek, dan atau pembekalan, kepada peserta pelatihan kerja... c. Melakukan proses seleksi / test penempatan kerja lulusan lembaga pelatihan kerja. d. Melakukan identifikasi akhir terhadap kompetensi lulusan sebagai dasar untuk pelatihan pemantapan (initial training) paling lama... minggu di training center milik PIHAK KETIGA (jika ada) atau di lembaga pelatihan kerja. e. Menempatkan calon tenaga kerja untuk bekerja di Industri milik PIHAK KEDUA dengan jabatan sesuai kualifikasi kompetensi yang dimiliki peserta lulusan. f. Memberikan informasi tertulis hasil seleksi dan penempatan tenaga kerja lulusan lembaga pelatihan kerja kepada PIHAK PERTAMA. g. Memberikan informasi dan komunikasi melalui Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri baik Daerah maupun Pusat untuk diteruskan kepada Kementerian Ketenagakerjaan dalam hal ini Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas perihal pembinaan dan bantuan untuk pengembangan dan peningkatan kinerja lembaga pelatihan kerja swasta dan pemerintah agar sesuai dengan kebutuhan Industri. 3. PARA PIHAK : a. Para Pihak wajib saling bersinergi dalam berkolaborasi untuk meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja. b. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat melakukan proses seleksi calon siswa pelatihan kerja bersama-sama.

29 PASAL 4 PENEMPATAN LULUSAN Lulusan pelatihan kerja kejuruan... dari PIHAK PERTAMA untuk ditempatkan bekerja pada PIHAK KEDUA dengan ketentuan sebagai berikut : 1. PIHAK KEDUA bersedia menempatkan lulusan dari lembaga pelatihan kerja PIHAK PERTAMA sesuai kebutuhan dan berdasarkan hasil seleksi/test penempatan. 2. PIHAK PERTAMA menyediakan fasilitas pelatihan kerja agar calon tenaga kerja sesuai kompetensi kerja yang diminta oleh PIHAK KEDUA. 3. PIHAK PERTAMA melakukan koordinasi perihal pemenuhan kebutuhan kompetensi calon tenaga kerja yang diminta / diinginkan oleh PIHAK KEDUA. 4. Kualifikasi kompetensi yang disediakan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah sebagai berikut : NO KOMPETENSI HARD SKILLS (HS) PELATIHAN / PENGALAMAN Operator 2 Operator 3 Teknisi 4

30 NO 1 KOMPETENSI SOFT SKILLS (SS) Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2 Manajemen 5S 3 Lingkungan Kerja Nyata 4 Mentalitas & Etos Kerja 5 Disiplin dan Sopan 6 Bekerja Dalam Tim 7 Kemauan Belajar Terus Menerus 8 Beradaptasi / Culture 9 Memiliki Integritas Kerja 10 Pemecahan Masalah 11 Professionalisme PELATIHAN / PENGALAMAN Operator 2 Operator 3 Teknisi 4 Keterangan: a. Kompetensi HS/SS : Kompetensi minimal yang harus dikuasai/dimiliki siswa lulusan b. Operator 2 : Operator Jenjang Kualifikasi Level 2 (Misalnya Operator Junior) c. Operator 3 : Operator Jenjang Kualifikasi Level 3 (Misalnya Kepala Regu) d. Teknisi 5 : Teknisi Jenjang Kualifikasi Level 4 (Misanya : Foreman)

31 PASAL 5 ORGANISASI, PERSONALIA DAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Seluruh pelaksanaan kegiatan Kesepakatan Bersama ini akan menggunakan alamat sebagai berikut : UPTP / UPTD... Jln.... Telp. / Fax PT.... Jl.... Telp. / Fax Para Pihak sepakat untuk membentuk Tim Teknis yang terdiri wakilwakil dari masing-masing pihak yang disetujui dan disepakati oleh Para Pihak. 3. Pelaksanaan Kesepakatan Bersama secara rinci yang mencakup kegiatan, personil, jadwal kegiatan dan lain-lain akan diatur kemudian dan disepakati oleh Para Pihak. PASAL 6 MASA BERLAKU DAN PERUBAHAN KESEPAKATAN BERSAMA 1. Kesepakatan ini diselenggarakan secara kelembagaan dengan menghormati dan mengindahkan wewenang, peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan PARA PIHAK. 2. PARA PIHAK sepakat bahwa kesepakatan bersama ini berlaku mulai dari sampai dengan Perubahan sebagian atau keseluruhan dari kesepakatan bersama ini dapat dilaksanakan atas kesepakatan PARA PIHAK. 4. Setiap masalah yang timbul dalam pelaksanaan kesepakatan ini akan dibicarakan dan diselesaikan secara musyawarah oleh PARA PIHAK. 5. Apabila dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini terdapat kebijakan pemerintah atau peraturan lain yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam kesepakatan ini, selanjutnya akan dibicarakan dan disepakati bersama oleh PARA PIHAK. 6. Hal-hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam surat perjanjian ini akan diatur secara tersendiri oleh PARA PIHAK dan dituangkan dalam Addendum yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Kesepakatan Bersama ini.

32 PASAL 7 PEMBIAYAAN Biaya yang timbul akibat ditandatanganinya Kesepakatan Bersama ini dibebankan pada alokasi anggaran masing-masing Pihak sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya serta sumber anggaran lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PASAL 8 PENUTUP 1. Kesepakatan Bersama ini dinyatakan berlaku dan sah setelah ditandatangani oleh para pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana diuraikan di atas. 2. Kesepakatan Bersama ini dibuat di Jakarta pada hari dan tanggal yang sama dengan ditandatangani oleh para pihak tanpa paksaan dari manapun dan dibuat rangkap 2 (dua) di atas materai enam ribu rupiah dan dimana masing-masing rangkap mempunyai kekuatan hukum yang sama. PIHAK PERTAMA, UPTP/ UPTD., PIHAK KEDUA, PT..,... Kepala UPTP/ UPTD... Direktur HRD Mengetahui Kepala Dinas.. Provinsi/ Kota/ Kabupaten. NIP. Tembusan disampaikan kepada Yth. 1. Direktur Bina Kelembagaan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan RI. (Jika UPTP) 2. Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI Pusat) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan RI. 3. Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI Daerah)

33 Lampiran 2 : Skema Kemitraan No. Jenis Kemitraan 1 Rekrutmen dan Seleksi 2 Pelatihan dan Pengembangan Tujuan - Mendapatkan SDM berkualitas dan kompeten sesuai dengan bidangnya - Memudahkan mendapat pencari Kerja - Relevan dengan program latihan kerja - Meningkatkan kompetensi lulusan - Menambah penempatan lulusan - Meningkatkan sinergi dan koordinasi Kegiatan - Membuat bursa kerja on line - Penempatan di pasar kerja - Program pelatihan terpadu - Penggabungan program pelatihan - Penugasan Instruktur dari/ke perusahaan - Pinjam meminjam / sewa menyewa fasarlat - Penyediaan fasarlat bersama 3 Penempatan Tenaga Kerja - Meningkatka relevansi pelatihan - Magang / OJT siswa - Pengelolaan pelatihan bersama - Program pelatihan terpadu - Pelatihan produksi - Penempatan di pasar kerja - Meningkatkan penempatan lulusan 4 Pemagangan - Meningkatkan kompetensi kerja lulusan - Penempatan mandiri - Penempatan dalam dan luar negeri - Penugasan intala ke perusahaan

34 No. Jenis Kemitraan Tujuan Kegiatan - Mengetahui dan mempelajari kondisi nyata dunia kerja - On the job training program - Meningkatkan kompetensi intala (Instruktur dan Tenaga Pelatihan) - Sinkronisasi kurikulum pemagangan - Penempatan lulusan - Penugasan intala tamu dari perusahaan 5 Sertiifikasi - Memastikan standar kompetensi siswa - Meningkatkan kredibilitas lembaga pelatihan 6 Instruktur - Meningkatkan standar kompetensi intala (Instruktur dan Tenaga pelatihan) - Mengoptimalkan fungsi dari intala (Instruktur dan tenaga pelatihan) 7 Peralatan - Mengoptimalkan penggunaan fasarlat - Mengoptimalkan efisiensi fasarlat - Tempat uji kompetensi - Sertifikasi kompetensi - Penugasan intala ke perusahaan - Penugasan intala tamu dari perusahaan - Penugasan intala antar lembaga pelatihan - Pinjam meminjam fasarlat - Sewa menyewa fasarlat - Penyediaan fasarlat bersama Pendanaan Model Acuan 8 Skema Pembiayaan - Cost sharing - Tidak memberatkan anggaran instansi

35 No. Jenis Kemitraan Tujuan - Transaksi barang dan jasa Kegiatan - Tidak bertentangan dengan peraturan yang Berlaku - Sponsorship - Hibah

36 Lampiran 3 : Indikator Kemitraan No. Jenis Kemitraan Sasaran Parameter 1 Rekrutmen dan Seleksi: - Penyerapan pencaker Jumlah - Kemudahan mendapat mudah / tidak mudah pencaker - Persyaratan pencaker sesuai / tidak sesuai - Kelengkapan alat seleksi ada / tidak ada 2 Pelatihan dan Pengembangan: - Kompetensi lulusan Jumlah - Penempatan lulusan Jumlah - Efektifitas sinergi ya / tidak - Efektifitas koordinasi ya / tidak - Lulusan tenaga kerja baru Jumlah - Lulusan tenaga kerja Jumlah pengalaman - Tingkat kompetensi 1/2/3/4/5/6 3 Penempatan Tenaga Kerja: - Penempatan lulusan Jumlah - Sesuai kebutuhan ya / tidak - Tingkat kompetensi 1/2/3/4/5/6 - Dalam negeri Jumlah - Luar negeri Jumlah 4 Pemagangan: - Kompetensi lulusan sesuai / tidak sesuai - Kapasitas lulusan Jumlah - Sesuai bidang pelatihan ya / tidak - Kompetensi intala sesuai / tidak sesuai - Jumlah intala magang Jumlah - Pemahaman budaya tercapai / tidak industri - Sinkronisasi kurikulum ada / tidak ada magang - Serapan lulusan magang Jumlah 5 Sertifikasi :

37 No. Jenis Kemitraan Sasaran Parameter - Jumlah yang lulus Jumlah - Level kelulusan 1/2/3/4/5/6 - Kredibilitas lembaga pelatihan - Penanganan bagi yang tidak lulus 6 Instruktur : sangat bagus / bagus / cukup / kurang ada / tidak ada - Kompetensi intala sesuai / tidak sesuai - Produktifitas intala persen (%) - Jumlah intala Jumlah - Jumlah instruktur dari Jumlah industri - Jumlah instruktur magang Jumlah 7 Peralatan : - Pemanfaatan fasarlat persen (%) - Efisiensi fasarlat persen (%) - Efektifitas fasarlat persen (%) - Kelengkapan fasarlat lengkap / tidak lengkap 8 Skema Pembiayaan : - Kepuasan para pihak puas / cukup puas / tidak puas - Pelanggaran peraturan ada / tidak ada - Keadilan para pihak adil / cukup adil / tidak adil 9 Lain-lain : - Jumlah Perjanjian Kerjasama dengan industri Jumlah - Jumlah program dan kegiatan-kegiatan lain dengan industri Jumlah

38 Lampiran 4 : Evaluasi Program Kemitraan Formulir Evaluasi Program Kemitraan (Diisi oleh FKLPI Daerah) Nama Perusahaan :... Alamat :... Nama Kontak :... dan Telepon :... Jenis Kemitraan :... DESKRIPSI A. Pelaksanaan Program Kemitraan 1. Para pihak sangat berperan aktif pada pelaksanaan 2. Kegiatan-kegiatan berjalan sesuai dengan work plan 3. Penanganan keluhan memuaskan 4. Menghubungi para pihak untuk pelaksanaan kemitraan sangat mudah 5. Waktu pelaksanaan sesuai target 6. Fasilitas yang dibutukan untuk pelaksanaan kemitraan tersedia dengan baik Catatan :......

39 DESKRIPSI B. Komunikasi dan Koordinasi 1. Kontak para pihak dan tim teknis mudah dihubungi 2. Diskusi-diskusi mudah dilakukan 3. Umpan balik ditanggapi dengan baik 4. Saluran komunikasi yang tersedia berfungsi efektif ( , WA, telepon, HP, SMS, Meeting, dll) Catatan : C. Manfaat 1. Para pihak menerima manfaat sesuai yang diharapkan 2. Waktu, tenaga dan biaya yang digunakan sesuai dengan manfaat yang diterima para pihak. 3. Para pihak akan melanjutkan kemitraan ini. DESKRIPSI D. Masukan Umum Apa hal utama yang menjadi nilai lebih yang diperoleh bagi para pihak dalam kemitraan ini? KETERANGAN: 1 = Sangat Setuju; 2 = Setuju; 3 = Kurang Setuju; 4 = Tidak Setuju

40 Lampiran 5 : Monitoring Dan Evaluasi No. Deskripsi Check Manfaat monitoring dan evaluasi telah dipahami oleh para pihak Metode dan materi monitoring dan evaluasi telah didiskusikan dan disepakati 3. Petugas monitoring dan evaluasi telah ditentukan Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi telah ditentukan Kapan dan bagaimana umpan balik berdasarkan hasil evaluasi yang disampaikan kepada para pihak, telah didiskusikan Presedur tindak lanjut dari hasil evaluasi telah ditentukan

41 Lampiran 6: Petunjuk Pengisian Data Kemitraan BLK PETUNJUK PENGISIAN DATA KEMITRAAN BALAI LATIHAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

42 Login Pengguna Untuk dapat masuk dalam aplikasi Balai Latihan Kerja pada website Direktorat Bina Kelembagaan Pelatihan Kerja, pengguna terlebih dahulu harus memiliki akun (username dan password) dalam sistem pada alamat website Halaman awal website seperti gambar berikut: 1. Menu Balai Latihan Kerja Setelah masuk ke halaman utama website, pengguna pilih menu BALAI LATIHAN KERJA, seperti gambar berikut ini:

43 Setelah itu akan tampil halaman seperti gambar di bawah ini, dan selanjutya klik menu LOGIN. 2. Login Pengguna Untuk dapat mengakses data base, user / pengguna terlebih dahulu login menggunakan username dan password melalui menu LOGIN Login Lembaga. Untuk login pengguna memilih menu LOGIN dan akan ditampilkan gambar dibawah ini: Setelah Username dan Password yang dimasukkan benar maka pengguna dapat mengakses menu-menu Balai Latihan Kerja.

44 Data Kemitraan 1. Menu KEMITRAAN Setelah login, silakan klik menu KEMITRAAN, maka akan ditampilkan data kemitraan seperti gambar di bawah ini: 2. Input Data KEMITRAAN Untuk menambah data baru, pada gambar tersebut di atas, pengguna klik TAMBAH MITRA BARU. Setelah itu akan tampil gambar seperti di bawah ini:

45 PENJELASAN FORMULIR : 2.1. NAMA MITRA Nama mitra adalah pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah yang melakukan kemitraan atau kerjasama dengan BLK MOU NOMOR Nomor MoU adalah nomor Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU) dalam melakukan kemitraan atau kerjasama antara pihak BLK dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah MOU TANGGAL MOU Tanggal adalah tanggal Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU) antara pihak BLK dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah MOU BERLAKU MOU Berlaku adalah masa berlaku Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU) antara pihak BLK dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah FILE MOU File MoU adalah file dokumen Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU) dalam melakukan kemitraan atau kerjasama antara pihak BLK dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah. Dokumen tersebut dapat di scan dan di upload oleh admin BLK ke Website Ukuran file maksimal : 500kb dan jenis file yang dapat di upload dengan extension :.doc,.xls,.pdf JENIS KERJASAMA Jenis Kerjasama adalah jenis atau pilihan kerjasama antara pihak BLK dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah. Jenis kerjasama terdiri dari penempatan; Penempatan; On the job training (OJT)/Pemagangan; Pengembangan SDM Instruktur; Pengembangan SDM Karyawan; Pengembangan SDM Siswa/Pelajar; Peralatan (hibah); Sertifikasi; dan jenis kemitraan Lainnya.

46 2.7. KEJURUAN/BIDANG Kejuruan/Bidang adalah kejuruan di BLK yang dikerjasamakan dengan dengan pihak Industri/Swasta/Intansi Pemerintah JUMLAH ORANG Jumlah Orang adalah jumlah orang yang dilatih/ditempatkan/upgrade skill instruktur/sertifikasi berdasarkan Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU) ALOKASI DANA Alokasi Dana adalah sumber anggaran berdasarkan Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU). Sumber dana dapat berasal dari APBN; APBD; BUMN dan Swasta/Industri ALOKASI DANA Jenis Penyelenggara adalah tempat penyelenggaran pelatihan berdasarkan Perjanjian Kerjasama atau Nota Kesepahaman (MOU). Penyelenggaraan pelatihan terdiri dari pelatihan Institusional dan pelatihan Non Institusional. Pelatihan Institusional adalah pelatihan yang diselenggarakan di BLK, sedangkan pelatihan Non Institusional adalah pelatihan yang tidak diselenggarakan di BLK (pelatihan dengan mobil MTU) KETERANGAN Keterangan adalah penjelasan lebih rinci tentang Perjanjian Kerjasam atau Nota Kesepahaman (MOU).

47 3. Edit Data KEMITRAAN Edit Data digunakan jika ada data yang salah atau perlu di edit. Untuk melakukan edit/revisi pengguna klik icon pensil sebagai berikut: 4. Hapus Data KEMITRAAN Untuk menghapus data mitra yang tidak digunakan, dapat menggunakan icon (X) seperti gambar berikut ini:

48

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Lt. VI A. Telp. : 021-52901142 Fax. 021-52900925 Jakarta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Nomor KEP. 31/LATTAS/II/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lantai VI Blok A Telepon 52901142 Fax. 52900925 Jakarta Selatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1895, 2016 KEMENAKER. Pemagangan Dalam Negeri. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR BINA PEMAGANGAN NOMOR KEP. 991/LATTAS-MAG/IX/2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PADA DIREKTORAT BINA PEMAGANGAN

KEPUTUSAN DIREKTUR BINA PEMAGANGAN NOMOR KEP. 991/LATTAS-MAG/IX/2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PADA DIREKTORAT BINA PEMAGANGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950 Telp.62-21-52961311 Fax.52960456 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

PEDOMAN. Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan. Page ii

PEDOMAN. Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan. Page ii Pedoman Pembentukan Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan Page ii KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya buku review pedoman pembentukan forum komunikasi

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/IX/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/IX/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/IX/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan No.1799, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Akreditasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PELATIHAN KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Pelatihan Kerja. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

Prosedur Kegiatan. Persiapan Pelaksanaan Pelaporan

Prosedur Kegiatan. Persiapan Pelaksanaan Pelaporan Prosedur Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Pelaporan Tahap Persiapan 1. Peserta Pemagangan di dalam negeri teridiri dari :Pencari Kerja, Siswa LPK dan Tenaga Kerja yang akan ditingkatkan Kompetensinya 2.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH DAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa pembentukan produk hukum daerah yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2015 BPH MIGAS. Komite BPH Migas. Tugas. Wewenang. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tam No.1731, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Kelompok Ahli. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA AKREDITASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

-2- Geofisika Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan

-2- Geofisika Nomor 15 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan -2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013;

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013; 2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 4. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI CALON TENAGA

Lebih terperinci

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.473, 2016 KEMENHUB. Ujian Dinas. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN DINAS

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Panitia Pemilihan. Pemungutan Suara. Luar Negeri. Pembentukan Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : bahwa sebagai wujud pelaksanaan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN PEMAGANGAN BERBASIS PENGGUNA

PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN PEMAGANGAN BERBASIS PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS PELATIHAN PEMAGANGAN BERBASIS PENGGUNA DIREKTORAT BINA PEMAGANGAN TAHUN 2008 DEPARTEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS JL. Jend.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.705, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Panitia Pemilihan Umum. Penyelenggaraan Pemungutan Suara Luar Negeri. Presiden. Pembentukan Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199 No.1410, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penyuluh Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERIKETENAGAKERJAAN PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI

MENTERIKETENAGAKERJAAN PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA I SALINAN I PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAANPEMAGANGAN01 DALAM NEGERI DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 t

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 t No.1108, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Standar Balai Latihan Kerja. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR BALAI LATIHAN KERJA DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi No.1258, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BMKG. Pengelolaan PPNPN. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TERHADAP PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN POLITEKNIK BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta No.43, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. PPNPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 08/MEN/ V/2008 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2014 KEMENAKERTRANS. Transmigran. Transmigrasi. Pelatihan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005

PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005 PERATURAN MENTERI NO. 21 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-21/MEN/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEMAGANGAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA

UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, 5912546, 5912564 Fax (031) 5981841 Website : http://www.unair.ac.id ; e-mail : rektor@unair.ac.id SALINAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan. No.251, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penilai. Usaha Perkebunan. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyuluh Kehutanan. Swasta. Swadaya Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/MENHUT-II/2012 TENTANG PENYULUH

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 071 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) REKRUITMEN DAN EVALUASI

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI LATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GURU SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN (SPP) BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GURU SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN (SPP) BERPRESTASI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GURU SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN (SPP) BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka membangun Kompolnas

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF DALAM PELAKSANAAN PENEMPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 108 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2017 KEMENDAG. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/2/2017 TENTANG BADAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/7/2009 TENTANG PERSYARATAN PENILAI USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha

2016, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintaha No.712, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Perizinan. Pendaftaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN

Lebih terperinci

2016, No Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

2016, No Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2064, 2016 KEMEN-KUKM. DAK Non Fisik. Penggunaan. Juknis. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 /PER/M.KUKM/ XII /2016

Lebih terperinci

menyampaikan kepada Kepala Balai;

menyampaikan kepada Kepala Balai; BAB XLVIII BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI BANTEN Pasal 223 Susunan Organisasi Balai Latihan Kerja Industri pada Dinas Tenaga dan Transmigrasi Provinsi Banten

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci