PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh Wahyu Hadi Pranoto JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 ii

3 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke panitia ujian skripsi. Di : Tegal Tanggal : 25 Mei 2015 iii

4 PENGESAHAN Skripsi dengan judul Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang, oleh Wahyu Hadi Pranoto , telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 27 Mei PANITIA UJIAN iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Kesulitan adalah tanda untuk mendewasakan, memandaikan dan memperkuat diri. (Mario Teguh) Man jadda wa jadda (Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil) Persembahan Untuk keluargaku tersayang. v

6 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi dengan judul Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang dapat selesai dengan baik. Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Maka, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk penelitian. 3. Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang atas segala bantuan dalam penulisan skripsi ini. 4. Dra. Sri Sami Asih, M.Kes., dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen PGSD UPP Tegal, yang dengan segala keikhlasan telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu. 6. Kepala sekolah serta guru sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai informan dalam penelitian. vi

7 7. Teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan semangat kepada penulis selama masa studi. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya dan para pembaca pada khususnya. Penulis vii

8 ABSTRAK Pranoto, Wahyu Hadi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamantan Pecalungan Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Sri Sami Asih, M.Kes. Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling, Sekolah Dasar Tujuan utama dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap peserta didik sebagai pribadi. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka pelaksanaan proses pendidikan di sekolah hendaklah mecakup tiga bidang, meliputi bidang administrasi supervisi, bidang kurikulum, dan bidang layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling tentunya juga harus diselenggarakan oleh seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang. Diketahui bahwa sekolah dasar negeri di wilayah tersebut tidak memiliki konselor khusus guna membantu guru kelas dalam menangani permasalahan peserta didik. Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan langsung oleh guru kelas di masingmasing kelas yang diampunya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yang berjumlah 20 unit. Sampel penelitian sebanyak 10 unit dengan jumlah responden 60 orang guru kelas. Variabel penelitian ini ialah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis indeks. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang secara umum tergolong dalam kategori sedang, karena memiliki presentase rata-rata sebesar 66,87%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas sudah dilaksanakan, namun masih terdapat berbagai kekurangan dan kendala di dalamnya. Kekurangan tersebut antara lain administrasi bimbingan yang masih belum dibuat oleh sebagian besar guru kelas, kemudian sarana prasarana yang kurang mendukung. Hendaknya kepala sekolah dan dinas terkait melakukan kordinasi untuk mengkaji kembali tentang teknis pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar. Hal tersebut dilakukan agar para guru kelas memiliki kompetensi tambahan sehingga dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah dasar dengan lebih baik. viii

9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah... 7 ix

10 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teroritis Manfaat Praktis... 8 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori Bimbingan dan Konseling Karakteristik Sekolah Dasar Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Hasil Penelitian yang Relevan Kerangka Berpikir BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Variabel Penelitian Teknik Pengumpulan Data Angket Wawancara Tidak Terstruktur x

11 3.4.3 Dokumentasi Instrumen Penelitian Metode Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Pembahasan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Secara Umum Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar pada Tahap Perencanaan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar pada Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar pada Tahap Evaluasi Keterbatasan Penelitian BAB 5 PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Populasi Penelitian Hasil Uji Coba Angket Hasil Uji Reliabilitas Angket Kriteria Nilai Indeks Daftar Nama Sekolah Sampel Penelitian Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Secara Umum Tahap Perencanaan Layanan Bimbingan dan Konseling pada Indikator Menyusun Program Tahap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling pada Indikator Melaksnakan Jenis Layanan Tahap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling pada Indikator Memanfaatkan Kegiatan Pendukung Tahap Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling pada Indikator Evaluasi Proses dan Hasil xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Berpikir Diagram Batang Pelaksanaan BK secara Umum Diagram Batang Pelaksanaan BK pada Indikator Menyusun Program Diagram Batang Pelaksanaan BK pada Indikator Melaksanakan Jenis Layanan Diagram Batang Pelaksanaan BK pada Indikator Memanfaatkan Kegiatan Pendukung Diagram Batang Pelaksanaan BK pada Indikator Mengevaluasi Proses dan Hasil xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Daftar Nama Responden Penelitian Kisi-kisi Instrumen Angket Uji Coba Angket Uji Coba Lembar Validasi Angket Uji Coba Tabulasi Skor Angket Uji Coba Output SPSS Uji Validitas Angket Uji Coba Output SPSS Uji Reliabilitas Angket Uji Coba Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian Angket Penelitian Tabulasi Skor Angket Penelitian Output Analisis Indeks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur Surat Ijin dan Keterangan Penelitian Hasil Dokumentasi Jadwal Penelitian xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pada bab I pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dasar dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya, Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 juga dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 1

16 2 Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari pendidikan, keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan yang mampu mewujudkan keberhasilan belajar dari seorang individu. Tujuan utama dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi. Dalam prakteknya, pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak terfokus kepada membantu peserta didik menguasai pengetahuan secara intelektual, melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain seperti keterampilan sosial, kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar. Dengan demikian setiap kegiatan diarahkan kepada tercapainya pribadi- pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya melaksanakan kegiatan yang menyangkut aspek kemampuan intelektual saja, akan tetapi meliputi kegiatan-kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik sebagai pribadi dapat memperoleh layanan bimbingan yang membantu perkembangan seluruh aspek kepribadiannya secara optimal. Menurut Mugiarso (2011: 15) Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut maka pelaksanaan proses pendidikan di sekolah hendaklah mecakup tiga bidang, yaitu bidang administrasi dan supervisi, bidang kurikulum, dan bidang layanan bimbingan dan konseling. Bidang administrasi dan supervisi yang dimaksud adalah bidang pengelolaan dan administrasi sekolah, yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, para guru, maupun staf tata usaha. Sementara penyelenggaraan kurikulum atau pengajaran, yaitu penyampaian dan

17 3 pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, serta kemampuan berkomunikasi peserta didik. Selanjutnya, selain dua bidang tersebut diperlukan juga adanya bidang layanan bimbingan dan konseling dalam bentuk pemberian bantuan kepada peserta didik oleh konselor atau guru pembimbing. Layanan ini diberikan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan akan adanya masalahmasalah yang muncul dan dapat menghambat pencapaian perkembangan peserta didik. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang di maksud meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan serta karir yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Jadi, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan proses bantuan khusus yang diberikan kepada peserta didik dengan memperhatikan kemungkinankemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam mencapai tahap-tahap perkembangannya. Permenpan Nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya pada bab 1 pasal 1 (4) menyatakan bahwa kegiatan bimbingan adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana bimbingan, melaksanakan

18 4 bimbingan, mengevaluasi proses dan hasil bimbingan, serta melakukan perbaikan tindak lanjut bimbingan dengan memanfaatkan hasil evaluasi. Kemudian pada bab VII pasal 13 ayat 1 (i) menyatakan bahwa salah satu rincian tugas kegiatan guru kelas adalah melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian tersebut, dinyatakan bahwa tugas guru kelas selain mengajar adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada seluruh peserta didik di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Guru kelas dipandang lebih memahami perkembangan peserta didiknya. Hal itu karena guru kelas sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang setiap hari berada bersama peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah dasar. Komponen dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sendiri meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi dan tindak lanjut. Program bimbingan dan konseling di sekolah dasar umumnya masih kurang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Henny Juanita Christiani (2012) dari Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD Swasta Kristen/Katolik se-kecamatan Semarang Selatan. Hasil penelitian menunjukkan persentase implementasi pelayanan bimbingan dan konseling di SD pada tahap perencanaan 71% dalam kategori rendah, tahap pelaksanaan 85% tinggi, tahap evaluasi 79% tinggi, serta hambatan 82% dengan kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi pelayanan

19 5 bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan oleh guru kelas namun belum sesuai dengan pola pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang seharusnya. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan antara lain pemahaman, kemauan, serta keterampilan guru kelas dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling tentunya juga harus diselenggarakan oleh seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPTD setempat, di Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang terdapat 20 unit sekolah dasar negeri. Peneliti melakukan studi pendahuluan (Januari 2015) di beberapa sekolah dasar negeri tersebut mengenai penyelenggaraan bimbingan dan konseling bagi peserta didik. Diketahui bahwa sekolah tidak memiliki konselor khusus guna membantu guru kelas dalam menangani permasalahan peserta didik. Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh guru kelas di masing-masing kelas yang diampunya. Guru kelas yang sarat akan tugas dan tanggung jawab harus tetap memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang membutuhkan kesiapan diri, administrasi bimbingan yang harus dikerjakan, serta waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Informasi lain yang diperoleh peneliti yakni sarana prasarana guna menunjang proses penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang masih tergolong belum mendukung, sebagai contoh belum adanya ruangan khusus untuk bimbingan dan konseling.

20 6 Berdasarkan hasil studi pendahuluan, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut secara lebih mendalam melalui skripsi yang berjudul Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Tidak ada konselor khusus (guru BK). Faktor tidak adaannya konselor khusus yang berada di sekolah dasar membuat tanggung jawab pelayanan bimbingan dan konseling dibebankan sepenuhnya kepada guru kelas. (2) Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dilaksanakan oleh guru kelas. Oleh karena itu, guru kelas harus mampu memberikan pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. (3) Tugas lain dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban. Hal ini dapat menjadi faktor tugas pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas kurang membawa dampak positif bagi peserta didik. (4) Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang masih kurang mendukung. Hal tersebut tentunya dapat berdapak kurang positif bagi penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar.

21 7 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat berbagai masalah dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Penelitian ini hanya mengkaji tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai secara umum. Sedangkan tujuan khusus menjelaskan tujuan penelitian secara spesifik. Berikut penjelasan dari tujuan umum dan tujuan khusus tersebut Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang.

22 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui tentang bagaimana pelaksanaan dari beberapa aspek yang ada dalam layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar Negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. Aspek yang dimaksud meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah dalam bidang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, terutama di sekolah dasar Manfaat Praktis (1) Bagi Guru Dengan adanya penelitian ini, diharapkan para guru terutama guru kelas di sekolah dasar dapat termotivasi untuk mengembangkan kompetensi khusus agar dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik secara optimal. (2) Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah terutama sekolah dasar ialah dapat memotivasi sekolah untuk memacu para gurunya agar memiliki

23 9 kompetensi tambahan sebagai bekal dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling, sehingga peserta didikpun dapat memperoleh layanan bimbingan dan konseling dengan lebih optimal. (3) Bagi Pemerintah atau Dinas Setempat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, terkait kondisi di lapangan mengenai penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah dasar sehingga dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan serta lebih aktif dalam memberi bantuan dan dukungan demi kelancaran program pendidikan secara utuh.

24 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang landasan teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut. 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar pijakan yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Teori-teori yang digunakan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan referensi dalam menyusun instrumen penelitian. Penjelasan teori-teori yang digunakan, selanjutnya dijabarkan dalam masingmasing aspek, meliputi (1) Bimbingan dan Konseling, (2) Karakteristik Sekolah Dasar, dan (3) Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Bimbingan dan Konseling Salah satu tujuan pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap anak didik sebagai pribadi, sehingga dalam proses pelaksanaan pendidikan diperlukan adanya bidang bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan bidang yang berfungsi untuk membantu peserta didik mengoptimalkan aspek kepribadiannya Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah Guidance and Counceling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka 10

25 11 bimbingan dan konseling dapat diartikan secara umum sebagai suatu bentuk bantuan kepada individu. Abu bakar dalam Irman dan Ardy Wiyani (2014: 65) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu untuk memahami dirinya dan dunia sekelilingnya agar ia mampu menggunakan kemampuan dan bakatnya secara optimal. Menurut Mugiarso (2011: 4) bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kemudian pengertian konseling sendiri menurut Sukardi dalam Irham dan Ardy Wiyana (2014: 67) adalah proses interaksi dua orang (pendidik/guru dan peserta didik) untuk membantu mengatasi permasalahan peserta didik didasari atas kompentensi profesional dan terintegrasi dengan proses pendidikan. Mugiarso (2011: 4) berpendapat bahwa konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua aktifitas yang berbeda. Bimbingan lebih cenderung pada proses pendampingan terhadap peserta didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan dalam bentuk pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik melalui interaksi antara konselor (guru pembimbing) dengan konseli (peserta didik). Tujuan khusus

26 12 bimbingan adalah mencegah munculnya permasalahan pada peserta didik, sedangkan konseling memilki tujuan khusus berupa pengentasan masalah yang dihadapi peserta didik. Namun demikian, bimbingan dan konseling sama-sama berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Dengan melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah, guru tentunya dapat membantu peserta didik dalam melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan atau telah diatur dalam suatu aturan (norma). Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, karena keduanya memiliki kesamaan tujuan yaitu berusaha untuk memandirikan individu, diterapkan dalam program persekolahan, serta sama-sama mengikuti normanorma yang berlaku di lingkungan masyarakat Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan layanan bimbingan dan konseling seperti yang sudah disebutkan di latar belakang masalah adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan menfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat, serta isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak serta merupakan bagian penting dari keseluruhan program pendidikan. Ngalimun (2014: 13) menyatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling yang merujuk kepada perkembangan individu, ialah membantu agar tercapai tahap perkembangannya secara optimal. Prayitno dan Erma Amti dalam Irham dan Novan (2014: 75-76) menyatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah membantu peserta didik mengembangkan diri secara optimal sesuai

27 13 dengan tahap perkembangan, potensi, latar belakang yang dimilki, dan tuntutan kondisi zaman. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah upaya membantu individu atau dalam hal ini peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Dengan layanan bimbingan dan konseling peserta didik dapat memperoleh bantuan sesuai kebutuhan dan mampu mencapai tahap perkembangannya tanpa mengalami masalah yang cukup berarti Fungsi Bimbingan dan Konseling Bimbingan mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling di lingkup sekolah. Sukardi (2000: 26-27) menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling meliputi fungsi pecegahan, fungsi pemahaman, fungsi perbaikan, serta fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Mugiarso (2011: 28) juga menyebutkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling meliputi fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, serta fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi Pemahaman, adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan peserta didik. Fungsi Pencegahan, adalah usaha dalam bentuk pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi peserta didik di sekolah agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan pencegahan dapat berupa

28 14 program orientasi, program bimbingan karir, dan sebagainya yang mampu membantu peserta didik mencapai tahap perkembangannya tanpa menghadapi berbagai masalah atau kendala yang berarti. Fungsi Pengentasan/Perbaikan, adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun bisa saja peserta didik masih menghadapi masalah-masalah tertentu, dan di sinilah fungsi perbaikan itu berperan. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan. Adalah fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang diberikan kepada peserta didik agar dapat memelihara dan mengembangkan keseluruhan aspek pribadinya. Dalam hal ini tentunya memelihara dan mengembangkan aspek yang bersifat positif seperti bakat, minat, serta keterampilan dirinya yang dikembangkan secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Fungsi atau manfaat dari bimbingan dan konseling tersebut dapat menjadi bahan tambahan untuk meningkatkan pemahaman konselor atau dalam hal ini guru kelas selaku penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar Asas Bimbingan dan Konseling Asas-asas bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Prayitno dalam Sukardi dan Kusmawati (2008: 14-19) menyebutkan asas-asas bimbingan dan konseling meliputi: asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas

29 15 keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih tangan, serta asas tutwuri handayani. Untuk memperoleh wawasan mengenai asas-asas bimbingan dan konseling tersebut, dijelaskan sebagai berikut: Asas Kerahasiaan, adalah ketentuan layanan bimbingan dan konseling berupa sikap guru pembimbing (konselor) yang dapat dipercaya, artinya bisa menyimpan kerahasiaan masalah yang dihadapi peserta didik (konseli) dengan baik. Asas ini penting diterapkan karena berbagai macam masalah belum tentu perlu untuk diketahui oleh umum, atau pihak yang tidak berkepentingan dalam penanganan masalah. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha pelayanan bimbingan dan konseling, dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab oleh konselor atau guru pembimbing. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan seksama, karena bagi peserta didik yang bermasalah dan sedang membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan masalahnya tentu akan sangat memerlukan bantuan dari orang yang tepat dan dapat dipercaya. Asas Kesukarelaan, adalah ketentuan dalam proses mencapai keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik, atas dasar sukarela. Kesukarelaan itu harus ada pada diri peserta didik maupun guru pembimbing. Artinya, peserta didik secara sukarela tanpa adanya perasaan terpaksa, mau menyampaikan masalah yang dihadapinya dengan terbuka. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

30 16 Selain itu guru pembimbing juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan sukarela, tanpa adanya keterpaksaan. Asas Keterbukaan, adalah keterbukaan antara guru pembimbing dengan peserta didik dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Asas ini sangat diperlukan, karena akan lebih mempermudah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling. Asas ini menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini, guru pembimbing mengembangkan keterbukaan murid. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada murid yang menjadi sasaran layanan. Agar murid dapat terbuka, guru pembimbing juga terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura dalam hal menjawab pertanyaan atau saat diminta pendapat oleh peserta didik. Asas Kekinian, adalah asas yang menghendaki agar guru pembimbing mengetahui tentang apa permasalahan yang dialami peserta didik dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada, dan hal apa saja yang diperbuatnya sekarang. Asas ini juga sangat mendukung salah satu fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yaitu fungsi pencegahan. Dimana dalam fungsi pencegahan perlu untuk mengetahui tentang hal-hal apa yang harus dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan yang kurang baik di masa mendatang dapat dihindari.

31 17 Asas Kemandirian, adalah asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri. Kemandirian ini dapat dicapai dengan cara-cara mengenal dan menerima diri sendiri atau lingkungannya, mampu mengambil keputusan yang mengarahkan diri ke hal yang positif, serta mewujudkan kepribadian diri yang baik. Oleh karena itu, guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan kemandirian peserta didik. Asas Kegiatan, adalah asas yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang telah diprogramkan. Dalam hal ini, guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. Asas kedinamisan, adalah asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik dapat bergerak maju, tidak monoton, terus berkembang, serta diharapkan selalu berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. Asas keterpaduan, adalah asas yang menghendaki agar berbagai kegiatan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain dengan saling menunjang, harmonis, serta terpadu. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kerjasama antara guru dan

32 18 pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Koordinasi dari segenap pihak yang berperan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Asas kenormatifan, adalah asas yang menghendaki agar segenap layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, serta kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan atau masyarakat. Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaanya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan tersebut. Lebih jauh, layanan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma yang berlaku. Asas keahlian, adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud dalam layanan bimbingan dan konseling dengan kemampuan yang cukup untuk menyelenggarakannya. Asas alih tangan, adalah asas yang mengisyaratkan bahwa bila guru pembimbing yang sudah berusaha sebisa mungkin untuk membantu peserta didik yang sedang mengalami masalah, tetapi peserta didik belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, dapat mengalih tangankan permasalahan tersebut

33 19 kepada pihak atau badan lain yang lebih ahli. Seperti konselor khusus, psikolog ataupun pihak-pihak lain. Karena kemungkinan masalah yang dialami di luar kemampuan dan kewaenangan guru pembimbing di sekolah. Asas Tutwuri Handayani, adalah asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberi rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Hal tersebut bertujuan agar layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh guru tidak hanya dirasakan keberadaanya pada saat peserta didik mengalami masalah saja, namun dapat dirasakan keberadaan dan manfaatnya di luar keadaan tersebut Prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip dipahami sebagai sebuah pedoman dalam melaksanakan suatu aktifitas. Pemahaman tentang prinsip ini penting dan diperlukan terutama kaitannya dengan kepentingan penerapan di lapangan. Dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling seorang konselor (guru pembimbing) perlu memahami prinsip-prinsip dari layanan tersebut. Belkin dalam Irham dan Ardy Wiyana (2014: 80) menyebutkan prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah salah satunya adalah guru pembimbing harus memiliki kesiapan program sejak awal tahun pembelajaran dan personel sekolah lainnya mengetahui dengan jelas programprogram tersebut.

34 20 Guru pembimbing harus profesional dan memahami perannya dalam bentuk kegiatan nyata. Selanjutnya, guru pembimbing bertanggung jawab kepada semua peserta didik dengan berbagai permasalahan yang mereka miliki. Guru pembimbing juga harus senantiasa mengembangkan kompetensinya. Kemudian, Guru pembimbing harus mampu bekerja sama dengan seluruh masyarakat yang ada, terutama orangtua peserta didik sehingga dapat bekerja lebih efektif Bidang Bimbingan dan Konseling Materi bimbingan dan konseling di sekolah termuat ke dalam bidangbidang bimbingan dan konseling. Bidang bimbingan dan konseling di sekolah menurut Mugiarso (2011: 51-54) yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, serta karir. Beikut penjelasan dari bidang-bidang tersebut. Bidang bimbingan pribadi, adalah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dan memahami serta mengembangkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan sosial, adalah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam proses sosialisasi, yakni mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab. Bidang pelayanan ini diberikan untuk membantu peserta didik dalam memahami, menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, serta warga lingkungan sosial yang lebih luas.

35 21 Bidang bimbingan belajar, adalah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang bimbingan karir, adalah bidang bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk membantu peserta didik mengenal dan mulai mengarahkan diri untuk masa depan karir Jenis dan Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan dampak positif secara langsung kepada sasaran layanan (konseli). Dalam layanan bimbingan dan konseling terdapat berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Menurut Sukardi (2000: 43-49), jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok. Sementara itu, Sudrajat (2008) menyebutkan ada sembilan jenis layanan bimbingan dan konseling yakni meliputi: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan penguasaan konten (pembelajaran), layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran (penguasaan konten), layanan

36 22 konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, serta layanan mediasi. Berikut penjelasan dari jenis-jenis layanan tersebut. Layanan orientasi, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang baru dimasuki, dan untuk mempermudah atau memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru tersebut. Layanan informasi, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Layanan penempatan/penyaluran, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan atau penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kondisi pribadinya. Layanan pembelajaran (penguasaan konten) adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Layanan konseling perorangan, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap

37 23 muka (perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang sedang dihadapinya. Layanan bimbingan kelompok, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Layanan konseling kelompok, adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas merupakan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Layanan konsultasi, adalah layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan antara seorang guru terhadap konsulti yang memungkinkannya untuk memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Layanan mediasi, adalah layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor (guru pembimbing) terhadap dua orang atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Selain jenis-jenis layanan, di dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa kegiatan lain yang disebut kegiatan pendukung. Pada umumnya kegiatan

38 24 pendukung tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah peserta didik melainkan untuk memperoleh data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Mugiarso (2011: 71-91) menyebutkan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, serta alih tangan kasus. Aplikasi instrumentasi, adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes maupun non-tes. Himpunan data, adalah kegiatan bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. Konferensi kasus, adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, serta komitmen bagi teratasinya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Kunjungan rumah, adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi teratasinya

39 25 permasalahan peserta didik melalui kunjungan ke rumah. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orangtua dan anggota keluarga lainnya. Alih tangan kasus, adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya yang lebih berkompeten atau dipandang lebih mampu dalam mengentaskan permasalahan peserta didik (klien) Karakteristik Sekolah Dasar Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan di sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 samapai kelas 6. Peserta didik lulusan dari sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah pertama (SMP). Peserta didik sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti program pendidikan dasar 9 tahun, yakni sekolah dasar (atau sederajat) selama 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) selama 3 tahun. Berikut dijelaskan mengenai tujuan sekolah dasar, karakteristik anak usia sekolah dasar, serta peran guru kelas di sekolah dasar Tujuan Sekolah Dasar Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan (SKL) menjelaskan bahwa tujuan dari satuan pendidikan dasar yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs/SMPLB/ Paket B adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

40 26 mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan sekolah dasar mengacu pada tujuan umum pendidikan yakni mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan di sekolah dasar juga berfungsi sebagai tahapan awal sebelum melanjutkan pendidikan berikutnya, yakni pendidikan lanjutan tingkat menegah pertama (SMP/sederajat), pendidikan lanjutan tingkat menegah atas (SMA/sederajat), serta perguruan tinggi Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Usia rata-rata anak di Indonesia pada saat masuk sekolah dasar adalah 7 tahun dan selesai pada usia 12 atau 13 tahun. Desmita (2012: 35) menyebutkan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya melaksanakan pembelajaran yang mengandung unsur pengembangan dari karakteristik tersebut. Menurut Havighurst dalam Desmita (2012: 35) tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi penguasaan keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik. Kemudian membina hidup sehat serta belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. Selain itu, tugas perkembangan anak usia

41 27 sekolah dasar ialah belajar menjalankan peranan sosial sesuai jenis kelamin dan belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat. Selanjutnya, anak memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, kemudian mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai serta mencapai kemandirian pribadi. Dalam mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan yang sesuai dengan tugas perkembangan dan karakteristik peserta didik di sekolah dasar Peran Guru Kelas di Sekolah Dasar Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk karakter serta mengembangkan potensi peserta didik. Mulyasa dalam Hermino (2014: 175) Menyatakan bahwa Pada tataran kelas, guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam mengembangkan pribadinya secara utuh. Sementara Uno dalam Sukardi dan Kusmawati (2008: 24) berpendapat bahwa tugas dan tanggungjawab guru semakin meningkat, yang di dalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajaran, pengelola pembelajaran, pengarah pembelajaran, pembimbing (konselor), serta pelaksana kurikulum. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan karakter sehingga tugas guru saat ini semakin penting dan meningkat, selain mengajar mata pelajaran bagi kemampun intelektual peserta didik, guru kelas juga harus melaksanakan layanan

42 28 yang bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Peraturan pemerintah sebagaimana yang telah disebutkan di latar belakang masalah juga menjelaskan bahwa salah satu rincian tugas kegiatan guru kelas adalah melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Artinya, guru kelas berperan penting dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta didik, penasihat utama bagi peserta didik, dan perekayasa nuansa belajar yang baik. Guru yang memonitor peserta didik dalam belajar, dan bekerja sama dengan orang tua untuk keberhasilan peserta didik. Sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru kelas selain mengajar adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi seluruh peserta didik di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Guru kelas dipandang lebih memahami perkembangan peserta didiknya. Hal itu karena guru kelas sebagai pembimbing dan pengasuh utama yang setiap hari berada bersama peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru kelas di sekolah dasar dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengimplementasikan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di kelas yang menjadi tanggungjawabnya Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kata implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti pelaksanaan atau penerapan sehingga mengimplementasikan berarti melaksanakan atau menerapkan. Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar memiliki arti pelaksanakan atau penerapan layanan bimbingan dan

43 29 konseling di sekolah dasar. Berikut akan dijelaskan mengenai tujuan, personil pelaksana, isi layanan, kegiatan, serta sarana prasarana dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling yang telah disebutkan di latar belakang masalah dapat disimpulkan bahwa tujuan utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk juga di sekolah dasar adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal. Bantuan yang dimaksud adalah pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan, bakat, serta minat yang disesuaikan dengan keadaan sekolah melalui proses pendampingan. Selanjutnya, layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi logis dari karakteristik dan perkembangan murid sekolah dasar. Memahamai karaktersitik murid sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan Personil Pelaksana Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Tugas dan tanggung jawab setiap personil sekolah dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling perlu dipahami oleh masing-masing personil sekolah, hal ini dilakukan agar tujuan kegiatan layanan dapat tercapai secara optimal. Tugas personil sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling menurut Kartadinata dkk dan Syamsu Yusuf dalam Irham dan Ardy Wiyana (2014: 136-8) yaitu sebagai berikut:

44 30 Kepala Sekolah, selaku penanggungjawab kegiatan pendidikan bertugas untuk mengoordinasikan setiap kegiatan pendidikan yang mencakup pengajaran, pelatihan, dan bimbingan konseling. Kemudian, kepala sekolah juga bertugas untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling serta menyediakan sarana, tenaga, dan fasilitas lainnya yang diperlukan. Selain itu, kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan juga bertugas untuk melakukan supervisi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan bimbingan dan konseling. Tugas lain kepala sekolah dalam layanan bimbingan dan konseling ialah melakukan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dengan kegiatan bimbingan dan konseling. Guru Kelas, yaitu sebagai wali kelas dan pembimbing utama bagi peserta didik. Tugas seorang guru kelas dalam layanan bimbingan dan konseling salah satunya adalah menginfokan kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran tentang peserta didik yang memerlukan perhatian khusus. Kemudian, guru kelas mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk program dan penilaian bimbingan dan konseling. Guru kelas melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran dalam mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling. Selanjutnya guru kelas merencanakan program bimbingan, termasuk rencana mengidentifikasi peserta didik (anak berbakat, anak bermasalah, dan sebagainya). Guru kelas melakukan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan cara mengintegrasikan layanan tersebut dalam materi kegiatan pembelajaran di masing-masing mata pelajaran.

45 31 Guru Mata Pelajaran, seperti guru mata pelajaran agama atau guru penjas yang juga memiliki tugas dalam mendukung layanan bimbingan dan konseling. Tugas guru mata pelajaran antara lain melakukan kerjasama dengan guru kelas dalam mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling. Kemudian, guru mata pelajaran juga melaksanakan bimbingan melalui proses belajar mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Guru mata pelajaran berkonsultasi dengan guru kelas atau guru pembimbing dalam hal masalah-masalah yang berkaitan dengan bimbingan dan program bersama. Selanjutnya, tugas guru mata pelajaran dalam mendukung kegiatan layanan bimbingan dan konseling adalah membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling. Guru mata pelajaran ikut mengidentifikasi peserta didik yang perlu mendapat layanan, serta mengumpulkan data-data yang diperlukan. Guru mata pelajaran membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penilaian layanan bimbingan dan konseling Isi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Menurut Nurihsan dan Akur Sudanto (2005: 33-38) isi layanan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi-sosial berbasis kompetensi, isi layanan bimbingan belajar berbasis kompetensi, serta isi layanan bimbingan karir berbasis kompetensi. Sementara menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995: 14-20) isi layanan bimbingan di sekolah dasar meliputi bimbingan pribadi-sosial,

46 32 bimbingan belajar, dan bimbingan karier. Isi bimbingan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing tingkatan kelas. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa isi layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan sasaran layanan, serta sesuai dengan perkembangan peserta didik dalam aspek pribadisosial, belajar, dan karir. Disamping itu, perlu diperhatikan pula kebutuhan peserta didik dari masing-masing tingkatan kelas. Berikut ini dijelaskan mengenai isi layanan bimbingan dan konseling pada masing-masing aspek. Pertama, isi bimbingan dan konseling dalam aspek pribadi-sosial, salah satunya adalah bimbingan tentang ajaran agama. Selain itu, isi bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi-sosial juga menyangkut tentang pola hidup sehat. Perubahan fisik dan psikis individu juga menjadi isi dalam bidang layanan ini. Selanjutnya, hubungan sosial dengan teman sebaya berdasarkan peran peserta didik sebagai laki-laki atau perempuan juga termasuk di dalamnya. Layanan bidang pribadi-sosial juga menyangkut tentang nilai dan cara berperilaku sosial dalam kehidupan di luar kelompok sebaya. Kemudian, bidang layanan ini juga menyangkut aspek sosial berkaitan dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Motivasi dan semangat diri juga menjadi bagian dalam isi bidang bimbingan pribadi-sosial. Hal selanjutnya yang termasuk isi dalam bidang pribadi sosial yaitu tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi. Sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara juga merupakan hal penting dalam isi layanan bidang pribadi-sosial.

47 33 Kedua, isi bimbingan dan konseling dalam aspek bimbingan belajar, salah satunya adalah kegiatan belajar menurut ajaran agama. Selain itu, isi bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi-sosial juga menyangkut pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar. Pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar juga menjadi isi dalam bidang layanan ini. Selanjutnya, pengaruh nilai dan cara berperilaku pribadi-sosial dalam kehidupan yang lebih luas terhadap kegiatan belajar juga termasuk di dalamnya. Layanan bidang belajar juga menyangkut tentang pengaruh positif dari kemampuan, bakat, dan minat terhadap kegiatan belajar. Kemudian, bidang layanan ini juga menyangkut tentang motivasi, sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar. Pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi dalam kegiatan belajar juga termasuk dalam isi bidang bimbingan belajar. Hal selanjutnya yang termasuk isi dalam bidang bimbingan belajar yaitu pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara dalam kegiatan belajar. Ketiga, isi layanan bimbingan dan konseling dalam aspek bimbingan karir. Isi dari aspek bimbingan karir salah satunya adalah pengembangan karir berdasarkan ajaran agama. Selain itu, isi bidang bimbingan karir juga menyangkut tentang hubungan perubahan fisik dengan pengembangan karir. Manfaat dari hubungan teman sebaya dengan pengembangan karir juga menjadi isi dalam bidang layanan ini.

48 34 Selanjutnya, keterkaitan antara nilai dan cara bertingkah laku dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kondisi dan pengembangan karir juga termasuk di dalamnya. Layanan bidang bimbingan karir juga menyangkut tentang pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karir. Kemudian bidang ini juga menyangkut tentang keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program di sekolah dasar dengan karir tertentu. Kehidupan karir sesuai dengan kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi juga menjadi bagian dalam isi bidang layanan bimbingan karir. Hal selanjutnya yang termasuk isi dalam bidang bimbingan karir yaitu tetang penerapan etika dan nilai dalam pekerjaan dengan pengembangan karir Kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya pada bab 1 pasal 1 (4) sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa kegiatan bimbingan adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana bimbingan, melaksanakan bimbingan, mengevaluasi proses dan hasil bimbingan, serta melakukan perbaikan tindak lanjut bimbingan dengan memanfaatkan hasil dari evaluasi. Sukardi (2000: 62) menyebutkan bahwa beban tugas konselor atau guru pembimbing meliputi kegiatan penyusunan program pelayanan, kegiatan melaksanakan pelayanan, serta kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan. Kegiatan

49 35 tersebut dilakukan dalam bidang-bidang bimbingan dan konseling serta aplikasi dari semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Dari peraturan dan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas guru kelas dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar meliputi beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi. Tahap Perencanaan, adalah seperangkat kegiatan megumpulkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program dan pengadaan kelengkapannya. Tahap ini penting untuk diperhatikan karena berdasarkan dari kualitas perencanaan yang dibuat, akan berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan dan hasil dari program yang dilakukan. Sukardi dan Kusmawati (2008: 36-41) menyebutkan bahwa, tahap awal dalam kegiatan bimbingan dan konseling disebut dengan tahap persiapan penyusunan program. Tahap persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling terdiri atas studi kelayakan, penyusunan program, konsultasi usulan program, penyediaan fasilitas, penyediaan anggaran, pengorganisasian, kriteria penilaian, dan pola program. Sementara itu, menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995: 11) kegiatan perencanaan dilakukan melalui tahap penyusunan program terlebih dahulu. Dalam penyusunan program, hal yang harus diperhatikan adalah permasalaahan peserta didik, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, bentuk kegiatan dan teknik pelaksanaan, petugas, waktu/jadwal pelaksanaan, serta menentukan penyediaan fasilitas/sarana yang diperlukan. Penyusunan program

50 36 diperoleh dari pengumpulan berbagai informasi sebagai bahan dasar. Selain itu, juga didukung penyediaan fasilitas yang cukup. Selanjutnya, guru kelas juga harus memiliki program bimbingan yang jelas sesuai dengan program pendidikan. Dari penjelasan tersebut, terdapat persamaan kegiatan dalam tahap perencanaan, yaitu penyusunan program bimbingan dan konseling. Tahap penyusunan program oleh guru kelas salah satunya adalah kegiatan identifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Selanjutnya, guru menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam program yang direncanakan. Setelah itu, guru harus menentukan prioritas jenis layanan berdasarkan indentifikasi permasalahan yang ada. Untuk dapat melaksanakan program tersebut, guru perlu menentukan waktu pelaksanaan seperti, program tahunan, bulanan, mingguan, maupun harian, serta menyiapkan fasilitas/sarana yang diperlukan. Tahap Pelaksanaan, merupakan penerapan dari hal yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Tahap pelaksanaan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini, guru harus memperhatikan berbagai hal yang dapat mendukung tercapainya program layanan bimbingan dan konseling. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008: 42) tahap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling langsung diterapkan pada sejumlah pelayanan bimbingan dan konseling yang terdiri atas pelayanan orientasi di sekolah, pelayanan informasi, pelayanan penempatan dan penyaluran, pelayanan pembelajaran, pelayanan konseling perseorangan (individual), pelayanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, aplikasi instrumentasi

51 37 bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, serta alih tangan kasus. Sejumlah pelayanan bimbingan konseling tersebut termasuk dalam jenis dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling. Aplikasi dari jenis dan kegiatan pendukung tersebut disesuaikan (tentang materi dan cara-caranya) dengan kebutuhan, tingkat perkembangan, serta kemampuan peserta didik di sekolah dasar. Selanjutnya, menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995: 12) hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam pelaksaan bimbingan dan konseling adalah menyangkut: jenis layanan bimbingan, isi layanan bimbingan, teknik dan cara pelaksanaannya, serta waktu dan tempat pelaksanaan. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling didasarkan pada jenis layanan dan kegiatan pendukung. Jenis layanan tersebut berkaitan dengan isi layanan, teknik dan cara pelaksanaan, serta waktu dan tempat pelaksaan layanan bimbingan dan konseling. Tahap Evaluasi, merupakan tahapan selanjutnya dalam proses layanan bimbingan dan konseling setelah tahap pelaksanaan. Evaluasi atau penilaian diperlukan untuk memperoleh informasi terkait dengan keefektifan layanan yang dilaksanakan. Menurut Sukardi dan Kusmawati, (2008: 96), evaluasi pelaksanaan program merupakan upaya atau proses menetukan derajat kualitas kemajuan kegiatan dengan mengacu pada kriteria atau patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan. Selanjutnya, dalam

52 38 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995: 22) dijelaskan bahwa penilaian diperlukan untuk memperoleh informasi balikan terhadap keefektifan layanan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam program bimbingan dan konseling di sekolah adalah upaya untuk menelaah kegiatan yang dilaksanakan. Evaluasi diperlukan untuk meperoleh umpan balik terhadap efektifitas layanan yang telah dilaksanakan. Kemudian dari hasil evaluasi dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program. Adapun kegiatan evaluasi dalam program bimbingan dan konseling yaitu penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas layanan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang efektivitas layanan dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik dalam proses maupun hasil salah satunya adalah kesesuaian antara program dengan pelaksanaan. Selain itu, keterlaksanaan program juga menjadi aspek yang di nilai dalam proses maupun hasil kegiatan. Hambatan-hambatan yang dijumpai dan dampak layanan terhadap kegiatan belajar mengajar juga termasuk di dalam aspek yang dinilai. Kemudian respon peserta didik, personil sekolah, orang tua, serta masyarakat terhadap layanan termasuk aspek yang dinilai dalam proses maupun hasil kegiatan. Selanjutnya, aspek yang dinilai dalam tahap evaluasi menyangkut tentang perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan. Tugas-tugas

53 39 perkembangan dan hasil belajar termasuk di dalamnya. Hal lain yang menjadi aspek penilaian yaitu keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun kehidupannya di masyarakat Sarana Prasarana Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Program layanan bimbingan dan konseling yang telah disusun, dapat terlaksana dengan efektif apabila didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan jenis layanan. Sarana yang diperlukan dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995: 28) salah satunya adalah alat pengumpulan data, berupa format-format, pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, catatan harian, daftar nilai prestasi belajar, kartu konsultasi, dan lain sebagainya. Kemudian alat penyimpanana data, seperti kartu pribadi, buku pribadi, map, dan lain sebagainya. Selanjutnya, perlengkapan teknis, seperti buku pedoman/petunjuk, buku informasi, serta buku paket bimbingan dan konseling. Selain itu, dibutuhkan perlengkapan administratif, seperti blangko surat, agenda surat, alat-alat tulis, dan sebagainya. Untuk prasarana sendiri, dibutuhkan antara lain ruang bimbingan, guru dalam melaksananakan layanan bimbingan bisa saja menggunakan kelas sebagai tempat konsultasi ataupun diskusi disamping pemanfaatan fasilitas lainnya seperti ruang perpustakaan dan sebagainya. Dalam kondisi ideal ruang terdiri atas: ruang tamu, ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi, dan sebagainya. Ruang tersebut dilengkapi dengan perabotan seperti meja, kursi, lemari, papan tulis, rak, dan lain sebagainya.

54 40 Selain ruangan bimbingan, prasaran dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling yaitu Anggaran biaya, anggaran biaya adalah hal yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling seperti biaya surat menyurat, transportasi, penataran, pembelian alat, dan sebagainya. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, untuk selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Restu Setyoningtyas, (2014) dari Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Persepsi Guru BK Tentang Kompetensi Konselor di Sekolah Dasar Swasta Kota Semarang. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa persepsi guru BK tentang kompetensi konselor menunjukkan kategori positif yaitu 80%, kemudian untuk perindikator ada kompetensi pedagogik dalam kategori sangat positif yakni 80%, kompetensi kepribadian yang memiliki 45% termasuk dalam kriteria kurang positif, kompetensi sosial dalam kategori kurang positif dengan persentase sebesar 42%, dan kompetensi profesional dengan kategori cukup positif yakni 56%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa persepsi guru BK di sekolah dasar tentang kompetensi konselor secara keseluruhan menunjukkan hasil yang positif. Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Betty Wulandari (2013) dari Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Hambatan Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

55 41 pada SMP Negeri se-kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hambatan yang paling dominan dari hambatan internal yaitu komponen kompetensi sosial. Sementara dalam hambatan eksternal hambatannya adalah peran siswa, sarana dan prasarana, dan administrasi BK. Hambatan internal meliputi kompetensi pedadogik sebesar 43% (R), kompetensi kepribadian 43% (R), kompetensi professional 42% (R), serta kompetensi sosial 52% (K). Sedangkan dalam hambatan eksternal meliputi peran kepala sekolah 59% (K), peran guru dan wali kelas 67% (S), peran siswa 84% (T), sarana dan prasana 72% (S), dan administrasi BK 64% (K). Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh H. Kamaludin (2011) dengan judul Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Hambatan yang muncul adalah jumlah guru bimbingan dan konseling di masing-masing sekolah belum sesuai dengan ratio 1:150, guru BK belum sepenuhnya menguasai dan memiliki kompetensi sebagai konselor, guru BK umumnya belum menguasai pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang konselor, serta guru BK masih bertugas rangkap. Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Mugi Lestari (2013) dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dengan judul Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Hasil dari analisis deskriptif persentase diperoleh data kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kota Cilacap

56 42 Tahun Pelajaran 2012/2013 tergolong tinggi (78.71%). Pencapaian persentase pada sub variabel juga seluruhnya tergolong tinggi yaitu menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli (77.58%); menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling (81.4%); merancang program bimbingan dan konseling (77.11%); mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif (79%); menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling (76.14%); memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional (81.4%). Simpulan penelitian ini yakni guru bimbingan dan konseling SMP Negeri se-kota Cilacap telah dapat menguasai dan mengaplikasikan kompetensi profesionalnya dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dengan kriteria tinggi. Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh Jumail (2013: ) dengan judul Kompetensi Profesional Dalam Perspektif Konselor dan Peranannya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini didasari atas fakta yang terjadi di lapangan bahwa kompetensi profesional konselor sekolah belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari banyaknya konselor sekolah yang bukan dari jurusan S1 Bimbingan dan Konseling. Faktanya mereka tidak memiliki kompetensi seperti pengetahuan, konsep, serta teknik dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa. Sebagai dampak dari masalah tersebut, siswa tidak suka untuk berbagi dengan konselor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi profesional konselor sekolah dalam kategori sedang. Sedangkan peranan kompetensi profesional sendiri memiliki peranan yang besar dalam mewujudkan pelayanan yang optimal kepada siswa.

57 43 Keenam, Penelitian yang dilakukan oleh Sahin (2009: 59-72) dengan judul The Evaluation of Counseling And Guidance Service Based On Teacher Views And Their Prediction Based On Some Variable. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling oleh guru melalui pengamatan dan prediksi mereka berdasarkan suatu variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan pelayanan bimbingan dan konseling yang ada hanya 46% yang dimanfaatkan. Adapun layanan bimbingan dan konseling yang paling banyak hingga yang paling sedikit digunakan oleh guru ialah sebagai berikut: layanan konsultasi, konseling, pengumpulan informasi, orientasi, penempatan, penilaian dan evaluasi, serta kerjasama dengan keluarga dalam mendukung layanan. Selain itu adanya konselor khusus di sekolah adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam mengevaluasi layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling masih perlu untuk ditingkatkan baik dari segi sumber daya maupun layanan yang diberikan kepada peserta didik. Ketujuh, Penelitian yang dilakukan oleh Lilik Inung Prawitasari (2012) dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Identifikasi Hambatan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri Se-Kabupaten Sleman. Hambatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dari luar adalah sebagai berikut: (1) Layanan dasar, yaitu keterbatasan waktu dan belum adanaya ruang yang representatif, meskipun sebanyak 83% guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan layanan dasar. (2) Layanan responsif, yaitu belum tersedianya ruang yang representatif dana anggaran sekolah

58 44 yang minim, orang tua kurang kooperatif dengan sekolah, kondisi geografis tempat tinggal siswa, serta keterbatasan waktu, meskipun sebanyak 88% telah melaksanakan layanan responsif. (3) Perencanaan individual, yaitu kadang siswa memilih sekolah tidak sesuai dengan kemampuan, berbeda dengan keinginan orang tua, tidak ada jadwal masuk kelas, meskipun sebanyak 100% guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan layanan perencanaan individual. (4) Dukungan sistem, yaitu tidak adanya jadwal yang rutin dalam pertemuan organisasi profesi, waktu seminar bersamaan dengan jam sekolah, tidak adanya biaya dari sekolah untuk mengikuti seminar. Sedangkan hambatan yang bersumber dari dalam yaitu belum semua guru bimbingan dan konseling bisa mengoperasikan komputer, guru bimbingan dan konseling belum memahami prosedur penelitian untuk riset dan pengembangan, serta keterbatasan biaya dan waktu. Meskipun dari data kuantitatif sebanyak 76% guru bimbingan dan konseling telah melaksanakan dukungan sistem. Kedelapan, Penelitian yang dilakukan oleh Esty Ratna Sari dkk. (2008) dengan judul Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pelaksanan program BK, yaitu; (1) Penyusunan program BK belum sesuai dengan aspek-aspek dasar penyusunan program BK, (2) Latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan profesi sebagai guru BK, (3) Sarana dan prasarana adalah faktor dominan yang menjadi penghambat pelaksanaan layanan BK, serta (4) Kurangnya kerja sama antar personalia pelaksanaan layanan BK disekolah.

59 45 Kesembilan, Penelitian yang di lakukan oleh Dixie W. dengan judul School counsellors' perceptions of a guidance and counselling programme in Malawi's secondary schools. Penelitian ini mendiskripsikan tentang seperti apa dan bagaimana layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah menengah di wilayah tersebut. Survei dilakukan terhadap 20 konselor sekolah di wilayah Malawi selatan dan tengah. Pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket) semi terstruktur, dan wawancara lisan kepada masing-masing konselor. Para konselor sekolah disini adalah guru kelas yang mengajar penuh dan tidak memiliki pelatihan formal tentang bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat jelas bahwa bimbingan dan konseling di sekolah menengah wilayah Malawi sedang dalam masa perkembangan. Dibutuhkan dukungan yang besar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memberikan solusi dan pedoman yang jelas dalam menlaksanakan program tersebut. 2.3 Kerangka Berpikir Tugas guru kelas selain mengajar adalah melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada seluruh peserta didik di kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Pelaksanaan layanan tersebut terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Di dalam tahap-tahap tersebut, terdapat beberapa indikator dan subindikator pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Indikator yang dimaksud meliputi indikator menyusun program, yang mana di dalamnya terdapat berbagai subindikator, antara lain mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Selanjutnya, ada indikator melaksanakan jenis layanan dan

60 46 indikator memanfaatkan kegiatan pendukung, yang ada pada tahap pelaksanaan. Indikator tersebut juga memiliki beberapa subindikator masing-masing di dalamnya, salah satunya ialah subindikator melaksanakan layanan orientasi pada indikator melaksanakan jenis layanan, dan subindikator aplikasi instrumentasi pada indikator memanfaatkan kegiatan pendukung. Indikator yang terakhir ialah mengevaluasi proses dan hasil, dimana terdapat subindikator mengetahui keefektifan layanan yang dilihat dari prosesnya, dan yang dilihat dari hasilnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut ini. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Menyusun program Melaksanakan jenis layanan Memanfaatkan kegiatan pendukung Mengevaluasi proses dan hasil 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 2. Menentukan tujuan program. 3. Menentukan prioritas jenis layanan. 4. Menyusun program berdasarkan waktu. 5. Menentukan sarana. Yang dibutuhkan. 1. Orientasi 2. Informasi 3. Penempatan/ penyaluran 4. Pembelajaran 5. Konseling perorangan 6. Bimbingan kelompok 7. Konseling kelompok 8. Konsultasi 9. Mediasi 1. Aplikasi instrumentasi. 2. Himpunan data. 3. Konferensi kasus. 4. Kunjungan rumah. 5. Alih tangan kasus. 1. Mengetahui keefektifan layanan dari prosesnya. 2. Mengetahui keefektifan layanan dari hasilnya. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

61 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2013: 3) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif deskriptif. Karena dilihat dari sifat kajiannya menggambarkan keadaan dengan menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi (Sukmadinata: 72-73). Dalam pelaksanaannya penelitian ini mencari data yang berhubungan dengan variabel yang diteliti, kemudian penulis berusaha untuk mendeskripsikan data tersebut agar lebih mudah untuk dipahami. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan sejumlah subjek yang diteliti. Berikut populasi dan sampel dalam penelitian ini. 47

62 Populasi Jumlah sekolah dasar negeri di Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yaitu 20 unit. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi ialah seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang dengan guru kelas yang berjumlah 122 orang meliputi guru kelas I sampai guru kelas VI. Tabel 3.1 Populasi Penelitian No. Nama Sekolah Jumlah Guru Kelas 1. SDN GOMBONG 6 2. SDN BANDUNG SDN BANDUNG SDN RANDU SDN RANDU SDN PECALUNGAN SDN PECALUNGAN SDN SELOKARTO SDN SELOKARTO SDN SEKOLARTO SDN PRETEK SDN PRETEK SDN SIGUCI SDN GEMUH SDN GEMUH SDN GEMUH SDN KENITEN SDN GUMAWANG SDN GUMAWANG SDN GUMAWANG 03 6 Total Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Mengingat cakupan wilayah penelitian yang luas, maka penulis mengambil sampel menggunakan teknik klaster (Cluster Sampling). Menurut Darmadi (2013: 76) Teknik klaster adalah

63 teknik pemilihan sampel yang didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama. 49 Berikut adalah cara menentukan sampel menggunakan teknik klaster. (1) Total populasi = 122 guru kelas. (2) Jumlah sampel yang diinginkan = 60 guru kelas. (3) Dasar logis klaster (jumlah sekolah) = 20 unit. (4) Jumlah rata-rata subjek dalam setiap klaster adalah total populasi dibagi dasar logis klaster = 122/20 = 6 guru kelas. (5) Jumlah klaster adalah jumlah sampel yang diinginkan dibagi jumlah ratarata subjek dalam setiap klaster = 60/6 = 10 klaster (sekolah). (6) 10 klaster (sekolah) dipilih secara random. Jadi seluruh guru kelas yang ada dalam 10 sekolah yang terpilih sama dengan jumlah sampel yang diinginkan, yaitu 60 guru kelas yang terdiri dari guru kelas I sampai guru kelas VI di masing-masing sekolah. Sepuluh sekolah dasar negeri di Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yang terpilih sebagai sampel penelitian ialah SDN Bandung 01, SDN Randu 03, SDN Pecalungan 01, SDN Siguci, SDN Pretek 02, SDN Selokarto 01, SDN Selokarto 02, SDN Gumawang 01, SDN Gumawang 02, dan SDN Keniten. 3.3 Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 63), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

64 50 dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini ialah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar. Variabel tersebut merupakan variabel tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar variabel, baik variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhi. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi. Berikut dijelaskan lebih lanjut tentang penggunaan teknik-teknik tersebut Angket Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang. Penulis menggunakan angket tertutup, sehingga responden dapat langsung memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pernyataan yang telah tersedia. Angket tertutup ini juga memudahkan penulis dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul Wawancara Tidak Terstruktur Teknik wawancara tidak terstruktur dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar. Hal-hal yang ditanyakan mencakup perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, sarana

65 51 prasarana, serta hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru kelas dalam implementasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Wawancara tidak tersturktur ini dilakukan kepada setiap Kepala Sekolah di sekolah dasar negeri yang sudah ditentukan sebagai tempat penelitian Dokumentasi Pada penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data berupa penyusunan program maupun hasil dari kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dibuat secara tertulis oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang. Dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data para guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. 3.5 Instrumen Penelitian Arikunto (2013: 203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Penelitian ini menggunakan instrumen non tes, yaitu berupa angket. Angket penelitian ini memuat 65 item pernyataan. Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Jawaban selalu menunjukkan bahwa responden selalu melakukan tindakan, selalu memiliki arti terus memerus dan tidak pernah tidak. Jawaban sering menunjukkan bahwa responden sering melakukan tindakan, sering memiliki arti kerap kali dilakukan namun pernah tidak dilakukan. Jawaban kadang-kadang menunjukkan

66 52 bahwa responden kadang-kadang melakukan tindakan, kadang-kadang memiliki arti ada kalanya atau sekali-kali saja dilakukan. Kemudian yang terakhir, jawaban tidak pernah menunjukkan bahwa responden tidak pernah melakukan tindakan sesuai pernyataan dalam angket. Tidak pernah memiliki arti tidak atau belum pernah dilakukan. Responden menjawab setiap pernyataan dengan memberikan tanda centang ( ) pada salah satu alternatif jawaban. Apabila pernyataan positif maka skor 4 untuk jawaban selalu, skor 3 untuk jawaban sering, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah. Sedangkan jika pernyataan negatif maka skor 1 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk jawaban sering, skor 3 untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 4 untuk jawaban tidak pernah. Sebelum angket digunakan, kesesuaian antara item angket dengan kisikisinya dicek terlebih dahulu oleh penilai ahli yakni dosen pembimbing skripsi, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 102. Kemudian, angket diujicobakan kepada responden di luar sampel penelitian, yakni guru kelas di lima sekolah dasar negeri kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang yang tidak menjadi sampel penelitian. Sekolah dasar negeri tersebut ialah SDN Bandung 02, SDN Gombong, SDN Randu 01, SDN Pecalungan 02, dan SDN Pretek 01. Dengan total responden sebanyak 31 orang guru kelas. Pengujian angket meliputi uji validitas dan reliabilitas. Agar hasil penghitungan lebih akurat, peneliti menggunakan program Statisical Product and

67 Service Solution (SPSS) versi 20. Adapun data skor hasil uji coba angket disajikan pada tabel berikut ini. 53 Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Angket No. Data Jumlah 1. Jumlah responden Mean 193,42 3. Modus Median 195,00 4. Varian 194, Standar deviasi 13, Skor minimal Skor maksimal Range 67 Sumber: Data Penelitian, 2015 Tabel 3.2 menunjukkan jumlah n = 31 sehingga r tabel sebesar 0,355. Item angket dinyatakan valid jika nilai korelasi > r tabel. Berdasarkan rekapitulasi data hasil uji validitas angket yang dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 111, diketahui bahwa 40 item valid dan 25 item tidak valid. Item yang valid tersebut ialah item nomor 1, 3, 4, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 28, 31, 32, 35, 36, 37, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 50, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61. Selanjutnya item yang tidak tidak valid ialah item nomor 2, 5, 7, 8, 14, 17, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 33, 34, 38, 39, 42, 47, 48, 49, 51, 62, 63, 64, 65.

68 Item yang valid kemudian dihitung reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas disajikan sebagai berikut. 54 Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Angket Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Hasil penghitungan SPSS 20 menunjukkan nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,887. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,355. Hasil perbandingannya yaitu 0,887 > 0,355 sehingga item dinyatakan reliabel. 3.6 Metode Analisis Data Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, maksudnya ialah untuk mengetahui aspek-aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar melalui data kuantitatif yang dideskripsikan atau diuraikan sehingga mudah dipahami. Teknik analisis data yang digunakan ialah teknik analisis indeks. Analisis ini dilakukan dengan teknik analisis indeks, untuk menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan (Ferdinand, 2006: 340). Melalui analisis ini akan diperoleh nilai indeks yang dapat memberikan deskripsi tingkat pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar.

69 55 Perhitungan nilai indeks sebuah variabel diperoleh melalui perhitungan nilai indeks tiap indikator penelitian. Adapun perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut. Nilai indeks variabel = (indeks indikator 1) + (indeks indikator 2) + (indeks indikator 3) +... (indeks indikator n) / n (Ferdinand, 2006: 293) Nilai indeks variabel dapat diperoleh jika sebelumnya dilakukan perhitungan terhadap nilai indeks masing-masing indikator. Karena dalam penelitian ini juga mencari nilai indeks dari masing-masing subvariabel, maka nilai indeks masing-masing indikator digunakan terlebih dahulu untuk menghitung nilai indeks subvariabel. Kemudian nilai indeks dari subvariabel digunakan untuk menentukan nilai indeks variabel. Nilai indeks indikator sendiri diperoleh dari penghitungan nilai indeks masing-masing subindikator. Angket dalam penelitian ini menggunakan empat alternatif jawaban yakni selalu yang diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2, dan tidak pernah yang diberi skor 1. Oleh karena skor jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol) tetapi dari 1 hingga 4, maka nilai indeks yang dihasilkan akan berangkat dari nilai terendah 25 hingga angka tertinggi 100 dengan rentang skor 75. Menurut Ferdinand (2006: 341) dengan menggunakan kriterian tingkat kotak atau dapat disebut Three Box Method, maka rentang skor yang ada kemudian dibagi tiga. Jadi skor 75 dibagi tiga, sehingga akan menghasilkan

70 rentang sebesar 25. Setelah rentang diketahui, kemudian dapat digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut. 56 Tabel 3.4 Kriteria Nilai Indeks Presentase rata-rata Kategori 25,00 50,00 Rendah 50,01 75,00 Sedang 75,01 100,00 Tinggi Kriteria pada tabel 3.4 tersebut, digunakan sebagai pedoman untuk mengkatergorikan varibel, subvariabel, indikator, maupun subindikator dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang diteliti. Semakin tinggi presentase rata-rata jawaban dari responden, maka semakin tinggi pula tingkat pelaksanaan yang dilakukan.

71 BAB 5 PENUTUP Bab ini berisi uraian tentang simpulan penelitian dan saran bagi pihakpihak terkait. Berikut simpulan dan saran penelitian ini. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Secara umum, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang berada pada kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan presentase ratarata pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara umum sebasar 66,87%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan pada aspek-aspek yang terkait di dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. Salah satunya ialah masih belum sistematisnya adminstrasi bimbingan dan konseling yang dibuat oleh para guru kelas, dan sarana prasarana yang belum mendukung program bimbingan dan konseling. (2) Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada tahap perencanaan tegolong pada kategori sedang, hal ini dibuktikan dengan nilai indikator yang berada di dalamnya, yakni indikator menyusun program dengan 84

72 85 presentase rata-rata sebesar 65,13%. Dalam tahap perencanaan ini, masih terdapat beberapa kekurangan, antara lain penyusunan program tertulis berdasarkan waktu yang belum dibuat oleh sebagian besar guru kelas, instrumen untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik yang belum digunakan secara optimal, serta belum adanya alokasi anggaran khusus untuk program bimbingan dan konseling. (3) Pada tahap pelaksanaan juga tergolong dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari nilai presentase rata-rata subvariabel tahap pelaksanaan sebesar 70,49%. Nilai tersebut didapatkan dari nilai presentase rata-rata indikator yang berada di dalamnya, yakni indikator melaksanakan jenis layanan bimbingan dan konseling sebesar 78,31% dan indikator memanfaatkan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling sebesar 62,67%. Nilai indikator melaksanakan jenis layanan sendiri termasuk kedalam ketegori tinggi, hal tersebut menandakan bahwa para guru kelas sudah melaksanakan jenis layanan bimbingan dan konseling. Cara yang biasa digunakan guru kelas dalam melaksanakan jenis layanan bimbingan dan konseling ialah dengan mengintegrasikan materi bimbingan pada saat proses belajar mengajar. (4) Pada tahap terakhir, yakni tahap evaluasi juga tergolong pada kategori sedang, hal ini ditunjukkan dengan presentase rata-rata indikator mengevaluasi proses dan hasil sebesar 65%. Para guru kelas rata-rata sudah melaksanakan evaluasi berupa pengamatan terhadap keefektifan

73 layanan yang dilihat dari prosesnya, namun masih kurang dalam hal keefektifan layanan yang dilihat dari hasilnya Saran Berdasarkan simpulan, penulis memberikan saran kepada pihak yang terkait sebagai berikut. (1) Para guru kelas di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang hendaknya terus meningkatkan kualitas pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik yang diampunya. Hal tersebut dilakukan agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal tanpa menghadapi suatu kendala yang cukup berarti. (2) Para guru kelas di sekolah dasar sebaiknya lebih meningkatkan kompetensi dirinya, dengan cara menambah pengetahuan mereka mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Menambah pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan memperbanyak membaca buku yang berhubungan dengan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar atau mencarinya melalui internet. Para guru kelas juga dapat sharing dengan guru-guru lain atau konselor BK khusus yang mempunyai pengetahuan lebih mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. (3) Pihak sekolah, sebaiknya lebih memotivasi para gurunya untuk lebih baik lagi dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah dasar. Kepala sekolah dapat memacu semnagat para guru

74 87 kelas misalnya dengan cara memberikan reward bagi guru kelas yang melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan baik. (4) Pihak pemerintah atau dinas setempat sebaiknya lebih memfasilitasi para guru kelas untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Hal tersebut misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, maupun training tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar. Pemerintah juga dapat memberikan buku petunjuk atau pedoman khusus yang jelas mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang sebaiknya diterapkan di tingkat pendidikan sekolah dasar.

75 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian, Suiatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Christiani, Henny Juanita Implementasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SD Swasta Kristen/Katolik se-kecamatan Semarang Selatan. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Darmadi, Hamid Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta. Desmita Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ferdinand, Agusty Metode Penelitian Manajemen. Semarang: AGF Books. Hermino, Agustinus Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Irham, muhamad dan Novan Ardy Wiyani, Bimbingan & Konseling: Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Jumail Kompetensi Profesional Dalam Perspektif Konselor dan Peranannya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal. ejournal.unp.ac.id. diakses: 17 Februari Kamaludin, H Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jurnal Pendidikan, 17. Lestari, Mugi Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. 88

76 89 Maluwa-bandaa, Dixie W School counsellors' perceptions of a guidance and counselling programme in Malawi's secondary schools. Jurnal. Diakses: 16 Februari Mugiarso, Heru, dkk Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES PRESS. Ngalimun Bimbingan Konseling di SD / MI Suatu Pendekatan Proses. Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo. Nurihsan, H. Acmad Juntika dan Akur Sudianto Manajemen Bimbingan dan Konseling di SD/MI Kurikulum Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Permendikbud Nomor 111 Tahun wordpress.com/2014/11/permendikbud-no-111tahun-2014-tentangbimbingan-dan-konseling.pdf Diunduh: 30 Januari Permendiknas Nomor 23 tahun /Nomor%2023%20Tahun% pdf. Diunduh: 20 Maret Permenpan Nomor 16 Tahun babel.kemenag.go.id/file/file/peraturan Lainnya/okvz pdf. Diunduh: 30 Januari Prawitasari, Lilik Inung Identifikasi Hambatan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMP Negeri Se-Kabupaten Sleman. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. 1994/1995. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sahin The Evaluation of Counseling And Guidance Service Based On Teacher Views And Their Prediction Based On Some Variable. Jurnal. diakses: 16 Februari 2015.

77 90 Setyoningtyas, Restu Persepsi Guru BK Tentang Kompetensi Konselor di Sekolah Dasar Swasta Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Sari, Esty Ratna, Giyono, Shinta Mayasari Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jurnal. diakses: 16 Februari Sudrajat, Akhmad Jenis Layanan BK. wordpress.com/2008/07/08/jenis-layanan-bimbingan-dan-konseling/ diakses: 20 Februari Sudrajat, Akhmad Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di SMA di Kabupaten Kuningan. Jurrnal. Online. diakses: 15 Februari Sugiono Metode Penelitian Kuntitatif, Kulitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods. Bandung: Alfabeta. Sukardi, Dewa Ketut Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Roksadakarya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. diakses: 29 Februari 2015.

78 91 Wulandari, Betty Hambatan Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok pada SMP Negeri se-kabupaten Wonogiri. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

79 LAMPIRAN-LAMPIRAN 92

80 93 Lampiran 1 DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN NO NAMA L/P MENGAMPU KLS SEKOLAH 1 Susilowati P I SDN Bandung 01 2 Sutriasih P IV SDN Bandung 01 3 M. Siwi Setyawarna L V SDN Bandung 01 4 Eny Kuswati P VI SDN Bandung 01 5 Yuniatin P III SDN Bandung 01 6 Sri Andayani P II SDN Bandung 01 7 Nur Ikrimah P V SDN Randu 03 8 Sarno L III SDN Randu 03 9 Adhie Kurniawan L VI SDN Randu Siti Barokah P I SDN Randu Sri Puji Susianti P IV SDN Randu Mundakir L II SDN Randu Meila Nisa Hidayah P II SDN PECALUNGAN Barokah P III SDN PECALUNGAN Paridah P VI SDN PECALUNGAN Dwi Retnaningsih P IV SDN PECALUNGAN Kiptiyah P V SDN PECALUNGAN Sumarsih P I SDN PECALUNGAN Eka Yuliana P I SDN SIGUCI 20 Rahono L IV SDN SIGUCI 21 Husen Safii L III SDN SIGUCI 22 Bukhori L VI SDN SIGUCI 23 Rini Winarti P V SDN SIGUCI

81 94 NO NAMA L/P MENGAMPU KLS SEKOLAH 24 Miftahurrohmah P II SDN SIGUCI 25 Sri Maryati P IV SDN PRETEK Rinti Astuti P I SDN PRETEK Ratnoyo L VI SDN PRETEK Rustianah P II SDN PRETEK Yopi Kurniawan L V SDN PRETEK Dwi Novi Widyarini P III SDN PRETEK Wiri L VI SDN SELOKARTO Agung Riyadi L V SDN SELOKARTO Dasniti P III SDN SELOKARTO Mutiatun P IV SDN SELOKARTO Marsih P I SDN SELOKARTO Sendi Hermawan L II SDN SELOKARTO Lince Astuti P I SDN SELOKARTO Hari Bismantoro L II SDN SELOKARTO Cayem Daningsih P V SDN SELOKARTO Mifrothul Kholiqoh P IV SDN SELOKARTO Istikomah P III SDN SELOKARTO Srijanto L VI SDN SELOKARTO Puryadi L III SDN GUMAWANG Agus Suprayitno L VI SDN GUMAWANG Tutik Septi Nurllita P II SDN GUMAWANG Napsiyah P I SDN GUMAWANG Windyastuti P IV SDN GUMAWANG 01

82 NO NAMA L/P MENGAMPU KLS SEKOLAH 48 Maemuna P V SDN GUMAWANG Bejo L II SDN GUMAWANG Pebriana Intan P. P IV SDN GUMAWANG Karno L III SDN GUMAWANG Tutut Mahardhika L V SDN GUMAWANG Kulwiyah P VI SDN GUMAWANG Hanik Musfaqpiroh P I SDN GUMAWANG Sri Indayah P V SDN KENITEN 56 H. Sucipto L III SDN KENITEN 57 Sumanto L I SDN KENITEN 58 Sumardi L VI SDN KENITEN 59 Ika Nailis Tsuraya P II SDN KENITEN 60 Nasudah P IV SDN KENITEN 95

83 96 Lampiran 2 KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET UJI COBA Variabel SubVariabel Indikator Deskriptor Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar Perencanaan Pelaksanaan Menyusun Program Melaksanakan jenis layanan Memanfaatkan kegiatan pendukung Item Mengidentifikasi 1-3 kebutuhan dan permasalahan peserta didik 2. Menentukan tujuan 4 5 program 3. Menentukan prioritas 6, 7 jenis layanan 4. Menyusun program berdasarkan waktu (tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian) 5. Menentukan sarana 14, yang dibutuhkan Melaksanakan jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi: 1. Layanan orientasi Layanan informasi Layanan 24, penempatan/penyaluran 4. Layanan pembelajaran (penguasaan konten) 5. Layanan konseling perorangan 6. Layanan bimbingan 36, kelompok 7. Layanan konseling kelompok 8. Layanan Konsultasi 42, Layanan Mediasi Melakukan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling meliputi: 1. Aplikasi instrumentasi Himpunan data 49, Konferensi kasus 52, Kunjungan rumah 54, Alih tangan kasus 56 67

84 97 Variabel SubVariabel Indikator Deskriptor Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar Evaluasi Mengevaluasi proses dan hasil Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan diliahat dari prosesnya. Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan dilihat dari hasilnya. Item , 59 60, 61, 64, 65 62, 63 Dikembangkan dari Sukardi dan Nila Kusmawati tentang Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, serta dari Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

85 98 Lampiran 3 ANGKET UJI COBA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR A. Pengantar Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin meneliti tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu guru kelas untuk memberikan informasi terkait dengan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di kelas yang Bapak/Ibu ampu. Informasi dari Bapak/Ibu diharapkan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban Bapak/Ibu bersifat pribadi dan rahasia, serta tidak berpengaruh terhadap profesi Bapak/Ibu. Atas perhatian, bantuan, serta kerja sama yang telah diberikan saya ucapkan terimakasih. B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu. Nama : Jenis Kelamin : Sekolah : Mengampu kelas : 2. Di bawah ini ada sejumlah pernyataan berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan memberikan tanda cek ( ) pada jawaban yang telah tersedia sesuai dengan alternatif pilihan Bapak/Ibu. 3. Alternatif jawaban yang dapat dipilih dalam kolom setiap item pernyataan antara lain:

86 99 a) Selalu (SL), jika Bapak/Ibu selalu melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Selalu memliki arti terus menerus dan tidak pernah tidak. b) Sering (SR), jika Bapak/Ibu sering melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Sering memiliki arti kerap kali dilakukan, namun pernah tidak dilakukan. c) Kadang-kadang (KK), jika Bapak/Ibu kadang-kadang melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Kadang-kadang memiliki arti ada kalanya atau sekali-kali saja dilakukan. d) Tidak Pernah (TP), jika Bapak/Ibu tidak pernah melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Tidak pernah memilki arti bahwa tidak atau belum pernah dilakukan. Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu. No. Item Pernyataan SL SR KK TP 1. Saya melakukan pengamatan terhadap peserta didik untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik. 2. Saya melakukan wawancara dengan peserta didik untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik. 3. Saya menggunakan angket untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik. 4. Saya menentukan tujuan program bimbingan dan konseling berdasarkan kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 5. Saya melaksanakan program bimbingan dan konseling tanpa menentukan tujuan yang ingin dicapai.

87 100 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 6. Saya menentukan prioritas jenis layanan berdasarkan hasil analisi kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 7. Saya melakukan layanan secara kondisional dengan melihat kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi peserta didik. 8. Saya menyusun program bimbingan dan konseling tanpa berpedoman dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 9. Saya menyusun program tahunan bimbingan dan konseling untuk satu tahun ajaran. 10. Saya menyusun program semesteran bimbingan dan konseling yang merupakan penjabaran dari program tahunan. 11. Saya menyusun program bulanan bimbingan dan konseling yang merupakan penjabaran dari program semesteran. 12. Saya menyusun program mingguan bimbingan dan konseling dengan berpedoman pada program bulanan. 13. Saya menyusun program harian bimbingan dan konseling dalam bentuk satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung. 14. Saya menyiapkan alat yang akan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik seperti pedoman wawancara, angket, maupun lembar observasi. 15. Saya menyiapkan buku penghubung sebagai alat penyimpanan data peserta didik. 16. Saya menyusun program tanpa menentukan anggaran biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan. 17. Saya memberikan layanan orientasi hanya kepada peserta didik tertentu saja. 18. Saya mengenalkan atau mengorientasikan materi pelajaran kepada peserta didik saat dimulainya tahun ajaran baru. 19. Saya memberikan layanan informasi tentang hidup sehat. 20. Saya memberikan layanan informasi tentang perlunya berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.

88 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 21. Saya memberikan layanan informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti tes/ujian. 22. Saya memberikan layanan informasi tentang syarat-syarat naik kelas/lulus dan akibatnya jika tidak naik kelas/tidak lulus. 23. Saya memberikan layanan informasi hanya pada peserta didik tertentu saja. 24. Saya mengatur posisi duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi peserta didik. 25. Saya menyalurkan peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. 26. Saya menempatkan peserta didik ke dalam kelompok belajar tanpa membedakan kemampuan peserta didik. 27. Saya membimbing tentang cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 28. Saya membimbing tentang cara hidup hemat. 29. Saya membimbing tentang cara bergaul yang baik sesuai dengan aturan, nilai agama, serta sopan santun. 30. Saya membimbing tentang cara membuat ringkasan materi pelajaran. 31. Saya membimbing tentang cara membuat jadwal kegiatan belajar. 32. Saya menggunakan media belajar untuk mendukung pemberian layanan pembelajaran. 33. Saya memberikan arahan tanpa mempraktikkan langsung konten pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik. 34. Saya melakukan layanan pengentasan masalah perorangan hanya pada peserta didik yang menyadari dirinya sedang mengalami masalah. 35. Saya melakukan layanan pengentasan masalah perorangan secara tatap muka dengan peserta didik. 36. Saya melakukan layanan bimbingan secara kelompok. 37. Saya memberikan topik yang bervariasi dalam melaksanakan bimbingan kelompok. 101

89 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 38. Saya melakukan layanan bimbingan kelompok tanpa menyiapkan terlebih dahulu materi yang akan dibahas. 39. Saya melakukan layanan pengentasan masalah secara kelompok. 40. Saya melibatkan guru atau narasumber lain dalam melaksanakan layanan pengentasan masalah secara kelompok. 41. Saya menanyakan terlebih dahulu masalahmasalah yang dihadapi peserta didik sebelum melakukan layanan pengentasan masalah secara kelompok. 42. Saya mengadakan pertemuan dengan orangtua peserta didik sebagai wujud pelaksanaan layanan konsultasi guna membahas kondisi dan permasalahan peserta didik. 43. Saya melakukan konsultasi dengan pihak yang lebih berpengalaman seperti kepala sekolah atau konselor khusus guna mengatasi permasalahan peserta didik. 44. Saya melakukan layanan mediasi ketika terdapat peserta didik yang sedang berada dalam keadaan tidak cocok seperti berkelahi dan sebagainya. 45. Saya melakukan layanan mediasi tanpa memberikan nasihat kepada peserta didik yang sedang tidak cocok. 46. Saya memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui identitas diri peserta didik serta latar belakangnya. 47. Saya memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui mata pelajaran yang disukai dan tidak disukai peserta didik. 48. Saya memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui tentang teman yang disukai dan tidak disukai peserta didik. 49. Saya menghimpun data peserta didik secara berkelanjutan. 50. Saya menghimpun data peserta didik dari hasil wawancara terhadap peserta didik maupun pihak lain yang terkait seperti orangtua, teman, atau tetangga. 51. Saya mengalami kesulitan dalam menggunakan angket untuk menghimpun data peserta didik. 102

90 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 52. Saya mengadakan pertemuan dengan orangtua peserta didik, kepala sekolah serta beberapa pihak yang terkait untuk membahas tentang permasalahan peserta didik yang memerlukan keterangan dan penanganan lebih luas. 53. Saya merahasiakan hasil pertemuan dengan beberapa pihak yang terkait dalam pembahasan permasalahan peserta didik. 54. Saya melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi dan keadaan peserta didik serta keluarganya. 55. Saya menyusun perencanaan sebelum melakukan kunjungan rumah seperti menentukan waktu kunjungan, pemberitahuan, serta menentukan hal yang akan dibicarakan dan diobservasi. 56. Saya mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih mengetahui atau berwenang jika dirasa sudah tidak mampu mengatasi permasalahan peserta didik. 57. Saya mengalihtangankan kasus tanpa mempertimbangkan kecocokan antara masalah yang dialihtangankan dengan pihak yang akan menerima alihtangan kasus. 58. Saya mengamati keaktifan peserta didik dalam partisipasinya mengikuti layanan/kegiatan. 59. Saya mengamati ketertarikan peserta dudik selama mengikuti layanan/kegiatan yang diberikan. 60. Peserta didik mengungkapkan pemahaman dan wawasan baru yang diperolehnya setelah mengikuti layanan/kegiatan. 61. Peserta didik mengungkapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah memperoleh layanan. 62. Saya melakukan evaluasi layanan apabila dirasa perlu saja. 63. Saya mengalami kesulitan dalam mengevaluasi layanan/kegiatan. 64. Saya memberikan penguatan berupa nasihat/motivasi kepada peserta didik setelah memberikan layanan. 65. Saya memberikan tugas yang menyenangkan kepada peserta didik setelah melakukan layanan, seperti bermain peran atau bernyanyi. 103

91 104 Lampiran 4 LEMBAR VALIDASI ANGKET UJI COBA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OELH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR Petunjuk: 1. Sebagai pedoman untuk mengisi tabel validitas isi, bahasa angket dan kesimpulan yang perlu diperhatikan antara lain: a. Validitas isi 1) Angket sudah sesuai dengan kisi-kisi. 2) Angket dirumuskan dengan singkat dan jelas. b. Bahasa angket 1) Angket menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. 2) Kalimat angket tidak menimbulkan penafsiran ganda. 3) Rumusan kalimat angket komunikatif, menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yang dikenal siswa. 2. Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang disediakan sesuai dengan pendapat Ibu. Keterangan: TR : dapat digunakan tanpa revisi R : harus direvisi kembali

92 105 Nomor Validitas Isi Bahasa Kesimpulan Item Sesuai Kisi-kisi Singkat dan Jelas Sesuai Kaidah Bahasa Indonesia Tidak Menimbulkan Penafsiran Ganda Komunikatif TR R Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

93 106 Nomor Validitas Isi Bahasa Kesimpulan Item Sesuai Kisi-kisi Singkat dan Jelas Sesuai Kaidah Bahasa Indonesia Tidak Menimbulkan Penafsiran Ganda Komunikatif TR R Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

94 107 Nomor Validitas Isi Bahasa Kesimpulan Item Sesuai Kisi-kisi Singkat dan Jelas Sesuai Kaidah Bahasa Indonesia Tidak Menimbulkan Penafsiran Ganda Komunikatif TR R Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

95 Lampiran TABULASI SKOR ANGKET UJI COBA No Responden No Item R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

96 109 No No Item Responden R R R R R R R R R R No Responden No Item R R R R R R R R

97 110 No Responden No Item R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

98 111 No Responden No Item Jumlah R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

99 112 No Responden No Item Jumlah R R R R R R R R

100 113 Lampiran 6 OUTPUT SPSS UJI VALIDITAS ANGKET UJI COBA Correlations Jumlah Keterangan Sig. (2-tailed).003 Valid item1 Pearson Correlation.511 ** N 31 item2 Pearson Correlation,006 Sig. (2-tailed),976 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),014 Valid item3 Pearson Correlation.439 * N 31 Sig. (2-tailed),025 Valid item4 Pearson Correlation.402 * N 31 item5 Pearson Correlation,077 Sig. (2-tailed),680 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),040 Valid item6 Pearson Correlation.371 * N 31 item7 Pearson Correlation,335 Sig. (2-tailed),065 N 31 item8 Pearson Correlation,109 Sig. (2-tailed),559 N 31 Tidak valid Tidak valid

101 114 Jumlah Keterangan Sig. (2-tailed),001 Valid item9 Pearson Correlation.565 ** N 31 Sig. (2-tailed),005 Valid item10 Pearson Correlation.488 ** N 31 Sig. (2-tailed),000 Valid item11 Pearson Correlation.691 ** N 31 Sig. (2-tailed),001 Valid item12 Pearson Correlation.576 ** N 31 Sig. (2-tailed),034 Valid item13 Pearson Correlation.382 * N 31 item14 Pearson Correlation,061 Sig. (2-tailed),745 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),049 Valid item15 Pearson Correlation.356 * N 31 Sig. (2-tailed),018 Valid item16 Pearson Correlation.423 * N 31 item17 Pearson Correlation,089 Sig. (2-tailed),633 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),001 Valid item18 Pearson Correlation.551 ** N 31

102 115 Jumlah Keterangan Sig. (2-tailed),024 Valid item19 Pearson Correlation.404 * N 31 Sig. (2-tailed),001 Valid item20 Pearson Correlation.571 ** N 31 Sig. (2-tailed),041 Valid item21 Pearson Correlation.369 * N 31 Sig. (2-tailed),014 Valid item22 Pearson Correlation.435 * N 31 item23 Pearson Correlation -,008 Sig. (2-tailed),964 N 31 item24 Pearson Correlation,007 Sig. (2-tailed),970 N 31 Tidak valid Tidak valid Sig. (2-tailed),003 Valid item25 Pearson Correlation.517 ** N 31 item26 Pearson Correlation -,117 Sig. (2-tailed),531 N 31 item27 Pearson Correlation,224 Sig. (2-tailed),225 N 31 Tidak valid Tidak valid Sig. (2-tailed),016 Valid item28 Pearson Correlation.429 * N 31

103 116 Jumlah item29 Pearson Correlation,171 Sig. (2-tailed),357 N 31 item30 Pearson Correlation,256 Sig. (2-tailed),165 N 31 Keterangan Tidak valid Tidak valid Sig. (2-tailed),011 Valid item31 Pearson Correlation.449 * N 31 Sig. (2-tailed),013 Valid item32 Pearson Correlation.442 * N 31 item33 Pearson Correlation,144 Sig. (2-tailed),440 N 31 item34 Pearson Correlation -,015 Sig. (2-tailed),936 N 31 Tidak valid Tidak valid Sig. (2-tailed),048 Valid item35 Pearson Correlation.359 * N 31 Sig. (2-tailed),029 Valid item36 Pearson Correlation.392 * N 31 Sig. (2-tailed),002 Valid item37 Pearson Correlation.531 ** N 31 item38 Pearson Correlation -,120 Sig. (2-tailed),519 N 31 Tidak valid

104 117 Jumlah item39 Pearson Correlation,203 Sig. (2-tailed),274 N 31 Keterangan Tidak valid Sig. (2-tailed),031 Valid item40 Pearson Correlation.388 * N 31 Sig. (2-tailed),004 Valid item41 Pearson Correlation.501 ** N 31 item42 Pearson Correlation,324 Sig. (2-tailed),075 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),003 Valid item43 Pearson Correlation.516 ** N 31 Sig. (2-tailed),046 Valid item44 Pearson Correlation.361 * N 31 Sig. (2-tailed),001 Valid item45 Pearson Correlation.558 ** N 31 Sig. (2-tailed),005 Valid item46 Pearson Correlation.495 ** N 31 item47 Pearson Correlation,170 Sig. (2-tailed),359 N 31 item48 Pearson Correlation,127 Sig. (2-tailed),495 N 31 Tidak valid Tidak valid

105 118 Jumlah item49 Pearson Correlation,163 Sig. (2-tailed),382 N 31 Keterangan Tidak valid Sig. (2-tailed),003 Valid item50 Pearson Correlation.517 ** N 31 item51 Pearson Correlation -,182 Sig. (2-tailed),328 N 31 Tidak valid Sig. (2-tailed),011 Valid item52 Pearson Correlation.450 * N 31 Sig. (2-tailed),040 Valid item53 Pearson Correlation.372 * N 31 Sig. (2-tailed),037 Valid item54 Pearson Correlation.376 * N 31 Sig. (2-tailed),021 Valid item55 Pearson Correlation.412 * N 31 Sig. (2-tailed),031 Valid item56 Pearson Correlation.387 * N 31 Sig. (2-tailed),022 Valid item57 Pearson Correlation.409 * N 31 Sig. (2-tailed),029 Valid item58 Pearson Correlation * N 31

106 119 Jumlah Keterangan Sig. (2-tailed),041 Valid item59 Pearson Correlation.369 * N 31 Sig. (2-tailed),036 Valid item60 Pearson Correlation.379 * N 31 Sig. (2-tailed),023 Valid item61 Pearson Correlation.407 * N 31 item62 Pearson Correlation,209 Sig. (2-tailed),258 N 31 item63 Pearson Correlation -,246 Sig. (2-tailed),183 N 31 item64 Pearson Correlation,188 Sig. (2-tailed),311 N 31 item65 Pearson Correlation,326 Sig. (2-tailed),073 N 31 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid

107 120 Lampiran 7 OUTPUT SPSS UJI RELIABILITAS ANGKET UJI COBA Cases Case Processing Summary N % Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cronbach's Alpha Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

108 121 Lampiran 8 KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET PENELITIAN Variabel SubVariabel Indikator Deskriptor Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar Perencanaan Pelaksanaan Menyusun Program Melaksanakan jenis layanan Memanfaatkan kegiatan pendukung Item Mengidentifikasi 1, 2 kebutuhan dan permasalahan peserta didik 2. Menentukan tujuan 3 program 3. Menentukan prioritas 4 jenis layanan 4. Menyusun program 5-9 berdasarkan waktu (tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian) 5. Menentukan sarana yang dibutuhkan Melaksanakan jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi: 1. Layanan orientasi Layanan informasi Layanan 17 penempatan/penyaluran 4. Layanan pembelajaran (penguasaan konten) 5. Layanan konseling 21 perorangan 6. Layanan bimbingan 22, 23 kelompok 7. Layanan konseling 24, 25 kelompok 8. Layanan Konsultasi Layanan Mediasi Melakukan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling meliputi: 1. Aplikasi instrumentasi Himpunan data Konferensi kasus 31, Kunjungan rumah 33, Alih tangan kasus 35 36

109 122 Variabel SubVariabel Indikator Deskriptor Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling oleh guru kelas di sekolah dasar Evaluasi Mengevaluasi proses dan hasil Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan diliahat dari prosesnya. Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan dilihat dari hasilnya. Item , 38 39, 40 Dikembangkan dari Sukardi dan Nila Kusmawati tentang Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, serta dari Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

110 123 Lampiran 9 ANGKET PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR A. Pengantar Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin meneliti tentang Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru Kelas di Sekolah Dasar. Sehubungan dengan hal tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu guru kelas untuk memberikan informasi terkait dengan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di kelas yang Bapak/Ibu ampu. Informasi dari Bapak/Ibu diharapkan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jawaban Bapak/Ibu bersifat pribadi dan rahasia, serta tidak berpengaruh terhadap profesi Bapak/Ibu. Atas perhatian, bantuan, serta kerja sama yang telah diberikan saya ucapkan terimakasih. B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu. Nama : Jenis Kelamin : Sekolah : Mengampu kelas :

111 Di bawah ini ada sejumlah pernyataan berkenaan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan memberikan tanda cek ( ) pada jawaban yang telah tersedia sesuai dengan alternatif pilihan Bapak/Ibu. 3. Alternatif jawaban yang dapat dipilih dalam kolom setiap item pernyataan antara lain: a) Selalu (SL), jika Bapak/Ibu selalu melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Selalu memliki arti terus menerus dan tidak pernah tidak. b) Sering (SR), jika Bapak/Ibu sering melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Sering memiliki arti kerap kali dilakukan, namun pernah tidak dilakukan. c) Kadang-kadang (KK), jika Bapak/Ibu kadang-kadang melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Kadang-kadang memiliki arti ada kalanya atau sekali-kali saja dilakukan. d) Tidak Pernah (TP), jika Bapak/Ibu tidak pernah melakukan atau mengalami apa yang ada di dalam pernyataan tersebut. Tidak pernah memilki arti bahwa tidak atau belum pernah dilakukan. Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu.

112 125 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 1. Saya melakukan pengamatan terhadap peserta didik untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik. 2. Saya menggunakan angket untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik. 3. Saya menentukan tujuan program bimbingan dan konseling berdasarkan kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 4. Saya menentukan prioritas jenis layanan berdasarkan hasil analisi kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 5. Saya menyusun program tahunan bimbingan dan konseling untuk satu tahun ajaran. 6. Saya menyusun program semesteran bimbingan dan konseling yang merupakan penjabaran dari program tahunan. 7. Saya menyusun program bulanan bimbingan dan konseling yang merupakan penjabaran dari program semesteran. 8. Saya menyusun program mingguan bimbingan dan konseling dengan berpedoman pada program bulanan. 9. Saya menyusun program harian bimbingan dan konseling dalam bentuk satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung. 10. Saya menyiapkan buku penghubung sebagai alat penyimpanan data peserta didik. 11. Saya menyusun program tanpa menentukan anggaran biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan. 12. Saya mengenalkan atau mengorientasikan materi pelajaran kepada peserta didik saat dimulainya tahun ajaran baru. 13. Saya memberikan layanan informasi tentang hidup sehat. 14. Saya memberikan layanan informasi tentang perlunya berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.

113 126 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 15. Saya memberikan layanan informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti tes/ujian. 16. Saya memberikan layanan informasi tentang syarat-syarat naik kelas/lulus dan akibatnya jika tidak naik kelas/tidak lulus. 17. Saya menyalurkan peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. 18. Saya membimbing tentang cara hidup hemat. 19. Saya membimbing tentang cara membuat jadwal kegiatan belajar. 20. Saya menggunakan media belajar untuk mendukung pemberian layanan pembelajaran. 21. Saya melakukan layanan pengentasan masalah perorangan secara tatap muka dengan peserta didik. 22. Saya melakukan layanan bimbingan secara kelompok. 23. Saya memberikan topik yang bervariasi dalam melaksanakan bimbingan kelompok. 24. Saya melibatkan guru atau narasumber lain dalam melaksanakan layanan pengentasan masalah secara kelompok. 25. Saya menanyakan terlebih dahulu masalahmasalah yang dihadapi peserta didik sebelum melakukan layanan pengentasan masalah secara kelompok. 26. Saya melakukan konsultasi dengan pihak yang lebih berpengalaman seperti kepala sekolah atau konselor khusus guna mengatasi permasalahan peserta didik. 27. Saya melakukan layanan mediasi ketika terdapat peserta didik yang sedang berada dalam keadaan tidak cocok seperti berkelahi dan sebagainya. 28. Saya melakukan layanan mediasi tanpa memberikan nasihat kepada peserta didik yang sedang tidak cocok.

114 127 No. Item Pernyataan SL SR KK TP 29. Saya memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui identitas diri peserta didik serta latar belakangnya. 30. Saya menghimpun data peserta didik dari hasil wawancara terhadap peserta didik maupun pihak lain yang terkait seperti orangtua, teman, atau tetangga. 31. Saya mengadakan pertemuan dengan orangtua peserta didik, kepala sekolah serta beberapa pihak yang terkait untuk membahas tentang permasalahan peserta didik yang memerlukan keterangan dan penanganan lebih luas. 32. Saya merahasiakan hasil pertemuan dengan beberapa pihak yang terkait dalam pembahasan permasalahan peserta didik. 33. Saya melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi dan keadaan peserta didik serta keluarganya. 34. Saya menyusun perencanaan sebelum melakukan kunjungan rumah seperti menentukan waktu kunjungan, pemberitahuan, serta menentukan hal yang akan dibicarakan dan diobservasi. 35. Saya mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih mengetahui atau berwenang jika dirasa sudah tidak mampu mengatasi permasalahan peserta didik. 36. Saya mengalihtangankan kasus tanpa mempertimbangkan kecocokan antara masalah yang dialihtangankan dengan pihak yang akan menerima alihtangan kasus. 37. Saya mengamati keaktifan peserta didik dalam partisipasinya mengikuti layanan/kegiatan. 38. Saya mengamati ketertarikan peserta dudik selama mengikuti layanan/kegiatan yang diberikan. 39. Peserta didik mengungkapkan pemahaman dan wawasan baru yang diperolehnya setelah mengikuti layanan/kegiatan. 40. Peserta didik mengungkapkan rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah memperoleh layanan.

115 Lampiran TABULASI SKOR ANGKET PENELITIAN No Responden No Item R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

116 129 No Responden No Item R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

117 130 No Responden No Item R R R R R R R R R R R R R R R R R

118 131 No No Item Jumlah Responden R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

119 132 No No Item Jumlah Responden R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

120 133 No No Item Jumlah Responden R R R R R R R R R R R R R R

121 134 Lampiran 11 OUTPUT ANALISIS INDEKS Item Frekuensi jawaban responden Jumlah responden Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item

122 135 frekuensi (%) indeks (%) Variabel sub variabel indikator sub indikator no.item item sub indikator indikator subvariabel variabel Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik 1 0,00 1, ,33 92, ,33 51,67 0 0,00 37,92 65,42 Menentukan tujuan program 3 3,33 21,67 48,33 26,67 74,58 74,58 Menentukan prioritas jenis layanan 4 8,33 28, ,33 70,83 70, ,67 43,33 5 0,00 38,33 Sub variabel 1 Indikator , ,67 3,33 57,08 65,13 65,13 Menyusun program berdasarkan waktu (tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian) 7 18,33 56,67 21,67 3,33 52,50 47, ,33 55,00 15,00 1,67 47,5 9 43,33 46,67 8,33 1,67 42,08 menentukan sarana yang dibutuhkan 10 10, ,33 36,67 75, ,67 43,33 41,67 3,33 59,17 67,29 Layanan orientasi 12 0,00 5,00 30,00 65,00 90, ,00 8,33 30,00 61,67 88,33 Layanan informasi 14 0,00 1,67 23,33 75,00 93, ,00 0,00 38,33 61,67 90,42 90, ,00 1,67 36,67 61,67 90,00 Layanan penempatan/penyaluran 17 1,67 18,33 58,33 21,67 75,00 75, ,00 5,00 35,00 60,00 88,75 Layanan pembelajaran (penguasaan konten) 19 0,00 13,33 45,00 41,67 82,08 82,22 Variabel Indikator ,00 15,00 66,67 18,33 75,83 78,31 Layanan konseling perorangan 21 0,00 46,67 35,00 18,33 67,92 67,92 66,87 Layanan bimbingan kelompok 22 0,00 30,00 61,67 8,33 69, ,67 31,67 53,33 13,33 69,58 69,58 Sub variabel ,67 63,33 26,67 3,33 56,67 70,49 Layanan konseling kelompok 67, ,00 20,00 50,00 30,00 77,50 Layanan Konsultasi 26 3,33 16,67 46,67 33,33 77,50 77,5 Layanan Mediasi 27 1,67 13,33 36,67 48,33 82, ,67 8,33 30,00 60,00 87,08 85,00 Aplikasi instrumentasi 29 16,67 56,67 10,00 16,67 56,67 56,67 Himpunan data 30 3,33 31,67 55,00 10,00 67,92 67, ,00 58,33 31,67 5,00 59,17 Konferensi kasus 56, ,33 25,00 16,67 20,00 54,58 Indikator ,33 58,33 28,33 10,00 61,25 Kunjungan rumah 60, ,67 41,67 28,33 13,33 59,58 62,67 Alih tangan kasus 35 31,67 50,00 16,67 1,67 47, ,00 3,33 10,00 86,67 95,83 71, ,00 8,33 40,00 51,67 85,83 Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan diliahat dari prosesnya. 86, ,00 5,00 45,00 50,00 86,25 Sub variabel 3 Indikator ,00 38,33 13,33 3,33 43,75 Mengetahui sejauh mana keefektifan layanan dilihat dari hasilnya. 43, ,33 50,00 8,33 3,33 44,17 65,00 65,00

123 136 Lampiran 12 HASIL WAWANCARA TIDAK TERSRUKTUR Narasumber Para Kepala Sekolah di SD Negeri Kecamatan Pecalungan yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Aspek yang ditanyakan Personil pelaksana program bimbingan dan konseling di SD Tahap perencanaan kegiatan Bimbingan dan konseling di SD Tahap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SD Kesimpulan Jawaban Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar negeri Kecamatan Pecalungan dilaksanakan oleh masingmasing guru kelas di kelasnya. Selain itu, biasanya juga dibantu oleh guru mapel seperti guru agama dan guru olah raga, serta kepala sekolah. Pada tahap perencanaan, para guru kelas rata-rata tidak membuat rencana khusus secara tertulis. Guru kelas lansung memberikan isi bimbingan pada saat pembelajaran atau pada saat dibutuhkan secara kondisional. Guru kelas menentukan tujuan dan prioritas layanan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik. Guru kelas biasanya melakuakan pengamatan dan wawancara terhadap peserta didik sebelum membimbing atau menangani permasalahan peserta didik. Dari hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah, dapat di ketahui bahwa program layanan bimbingan atau isi dari bimbingan tersebut terintegrasi dengan program pembelajaran. Sementara untuk program layanan konseling atau penanganan permasalahan peserta didik, dilakukan secara kondisional. Artinya, guru kelas melakukan layanan konseling ketika peserta didik mengalami masalah saja. Layanan bimbingan dan konseling belum secara khusus dilakukan dalam periode waktu tertentu, atau dapat dikatakan belum terjadwal secara sistematik. Guru kelas hanya melaksanakan layanan tersebut apabila dirasa perlu untuk dilakukan. Namun dalam melaksanakan layanan, guru kelas sudah memanfaatkan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

124 137 Narasumber Para Kepala Sekolah di SD Negeri Kecamatan Pecalungan yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Aspek yang ditanyakan Tahap evaluasi dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling di SD Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan koseling di SD Kesimpulan Jawaban Pada tahap evaluasi biasanya para guru kelas melakukan pengamatan dan wawancara terhadap peserta didik saat proses bimbingan berlangsung atau saat menangani masalah. Guru kelas kemudian menindaklanjuti dengan menuliskan hasil kegiatan pada buku laporan bimbingan dan konseling atau buku penghubung yang diberikan kepada wali murid. Dari hasil wawancara juga diperoleh informasi bahwa rata-rata para wali murid atau orangtua dari peserta didik cukup baik perhatian dan partisipasinya terhadap kegiatan anaknya di sekolah. Hambatan berasal dari faktor internal (guru kelas) dan faktor eksternal (sarana prasarana). Dari guru kelas sendiri ialah rata-rata kurang kurangnya pemahaman para guru kelas tentang layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Guru kelas tidak memiliki buku pedoman /petunjuk khusus tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang seharusnya seperti apa. Guru kelas juga belum pernah mendapatkan pelatihan-pelatihan khusus mengenai pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Faktor lain dari guru kelas ialah beban tugas dari guru kelas sendiri yang sudah cukup banyak, sehingga membuat para guru kelas kurang fokus dalam menjalankan program bimbingan dan konseling secara maksimal, khususnya untuk membuat administrasi layanan. Sementara faktor penghambatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling lainnya ialah dari faktor sarana prasarana yang belum mendukung. Seperti tidak adanyan ruangan khusus, dokumendokumen yang belum memadai, seperti buku petunjuk pelaksanaan, dan juga anggaran biaya yang belum dianggarkan khusus untuk layanan bimbingan dan konseling.

125 138 Lampiran 13 SURAT-SURAT

126 139

127 140

128 141

129 142

130 143

131 144

132 145

133 146

134 147

135 148

136 149

137 150

138 151 Lampiran 14 HASIL DOKUMENTASI 1. Buku Bimbingan dan Konseling

139 152

140 2. Buku Penghubung 153

141 3. Buku Kunjungan Rumah 154

142 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Penulis bersama Kepala Sekolah dan guru SDN Bandung 01 Penulis bersama Kepala SDN Randu 03

143 156 Penulis bersama Kepala SDN Gumawang 01 Penulis bersama Kepala SDN Gumawang 02 Penulis bersama Kepala SDN Keniten

144 157 Penulis bersama Kepala SDN Selokarto 02 Penulis bersama Kepala SDN Selokarto 01 Penulis bersama Kepala SDN Pecalungan 01

145 158 Penulis bersama Kepala SDN Pretek 02 Penulis bersama Kepala SDN Siguci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Oleh : Aulia Nur Farhah 1607921 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

: Bimbingan dan Konseling. Dosen Pengampu : Arie Rakhmat Riadi, M. Pd. 1. Apa yang membedakan istilah "Bimbingan" dan "konseling"

: Bimbingan dan Konseling. Dosen Pengampu : Arie Rakhmat Riadi, M. Pd. 1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan konseling Nama : Asri Puspitasari NIM : 1608138 Prodi Kelas Mata kuliah : PGSD : 2 A : Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Arie Rakhmat Riadi, M. Pd. 1. Apa yang membedakan istilah "Bimbingan" dan "konseling"

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING By: Asroful Kadafi Kelima belas kekeliruan pemahaman itu adalah: 1. Bimbingan dan Konseling Disamakan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan 2. Menyamakan Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi:

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi: LAMPIRAN 113 Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis layanan bimbingan dan konseling menurut Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Bimbingan dan Konseling di Sekolah Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Bimbingan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Diana Septi Purnama, M.Pd Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id Konsep Bimbingan Dan Konseling 5. - 1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING Suatu proses bantuan psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 1 UNGARAN Disusun oleh Nama : Cahya Dewi Rizkiwati NIM : 1301409045 Jurusan : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR KETERLAKSANAAN LAYANAN PEMBELAJARAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR OLEH GURU KELAS BERDASARKAN TANGGAPAN SISWA DI SEKOLAH DASAR SUYONO Guru SD Negeri 007 Suka Damai Kecamatan Singingi Hilir suyonos976@gmail.com

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR TUGAS UTS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd Disusun oleh Ai Rizkia Amelka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, karena tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk mengembangkan diri secara

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22 BAB IV ANALISIS A. Optimalisasi manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Pendidikan merupakan aset yang tidak akan ternilai bagi individu dan masyarakat, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip,

Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah. Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, Wawasan Bimbingan Konseling di Sekolah Meliputi : pengertian, tujuan, landasan & urgensi BK, fungsi, sifat, ruang lingkup, prinsipprinsip, asas-asas Definisi Bimbingan Konseling Definisi bimbingan : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Bimbingan dan Konseling Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu : Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Disusun oleh: Chintya Nur Fadilah 1608151 PGSD

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen : Euis Kurniati, S. Pd. M.Pd disusun oleh : ADE UUN K. (0901960) AGUS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan individu agar dapat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan individu dan kelansungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pendidikan adalah proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran, ingatan, perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun sebagai warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut penyesuaian dalam segala faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Nama : Deawishal Wardjonyputri NIM : 1600201 Kelas : 2A-PGSD Dosen Pengampu : Arie Rakhmat Riyadi M.Pd. KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD Moh surya (1988:12) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan proses pendidikan sekolah, tidak lagi menjadi pelengkap, tetapi sudah menjadi satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Program Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus berpanduan pada program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA PADA TATA TERTIB SEKOLAH DI SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas masalah pendidikan tidak dapat terlepas dari pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

Oleh : Sugiyatno, M.Pd Oleh : Sugiyatno, M.Pd Dosen PPB/BK- FIP- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA sugiyatno@uny.ac.id Sugiyatno. MPd Jln. Kaliurang 17 Ds. Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Hp. 08156009227 Beriman

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah petunjuk atau penjelasan yang diberikan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan metode psikologis sehingga seseorang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN 84 BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN Analisis data pada penelitian ini mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

Tugas Bimbingan dan Konseling

Tugas Bimbingan dan Konseling Nama : Isnaini Ira Nur Andini NIM : 1606055 Dosen Pengampu : Ari Rahmat Riadi, M.Pd. Tugas Bimbingan dan Konseling 1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan Konseling Bimbingan berasal dari kata guidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( )

SKRIPSI. disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh : Farid Al Baladi ( ) PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SD DI-GUGUS DIPONEGORO KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS SKRIPSI disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 IMPELEMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KURIKULUM 2013 Disampaikan bagi Koordinator Bimbingan dan Konseling DKI Jakarta, 4 Juni 2013 Oleh Prof. Dr. Uman Suherman AS., M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional Indonesia berlandaskan Pancasila yang bertujuan untuk membentuk pribadipribadi yang bertakwa

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KONTEKS TUGAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dari kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri, karena tanpa pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah pendidikan di dalam Negara itu sendiri. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci