BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN"

Transkripsi

1 75 BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1. identitas Karakteristik Karakteristik konsumen diperlukan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara konsumen dengan penilaian terhadap atribut-atribut yang terdapat benih padi varietas lokal Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Karakteristik yang beragam akan mempengaruhi pola pikir konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada benih padi Pandan Wangi. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja, yaitu dengan pengisian kuisoner secara langsung mewawancarai para petani padi Pandan Wangi yang menggunakan benih bersertifikat dan tidak bersertifikat (benih hasil sendiri). Berdasarkan hasil dari pengisian kuisoner yang dilakukan terhadap 60 orang responden, maka dapat dilihat karakteristik responden (petani) padi Pandan Wangi. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, alamat, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan, lamanya menanam padi Pandan Wangi, status lahan, luas lahan, benih sertifikasi atau tidak, jenis padi yang ditanam selain Pandan Wangi Umur Hasil penelitian berdasarkan sebaran umur, menunjukan jumlah responden yang menanam Pandan Wangi didominasi oleh kelompok yang sudah cukup umur yaitu antara umur dan 48-56, hal ini disebabkan karena mereka yang bekerja sebagai petani sudah lama sekali. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa kelompok yang berumur dan tahun sebesar 33.3 % lebih banyak dibandingan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 13.3 % oleh kelompok yang

2 76 berumur antara 30-38, sebesar 15 % oleh kelompok yang berumur tahun, sebesar 5% oleh kelompok yang berumur lebih dari 66 tahun. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 8 Tabel 7. Sebaran Menurut Umur Umur Benih Benih Tidak Total > Total Alamat Para petani yang menanam padi Pandan Wangi pada penelitian ini terdiri dari empat desa yaitu Desa Bunikasih, Desa Bunisari, Desa Mekarwangi, dan Desa Tegallega. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang paling mendominasi berasal dari Desa Tegallega yaitu sebanyak 30 orang sebesar 50 persen hal ini menunjukan bahwa petani di Desa Tegallega lebih banyak menanam padi Pandan Wangi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8. Sebaran Berdasarkan Alamat Alamat Benih bersertifikat Benih tidak bersertifikat Total Bunikasih Bunisari Mekarwangi Tegallega Total Status Pernikahan Status pernikahan para petani padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang secara keseluruhan para petani sudah menikah semua yaitu

3 77 sebesar 100 persen. Hal ini terjadi karena didukung dengan usia yang relatif cukup untuk berkeluarga. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Sebaran Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Total Benih bersertifikat Benih tidak bersertifikat Sudah menikah Belum menikah Total Tingkat Pendidikan Tingkat pendididikan responden akan mempengaruhi tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para petani. Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani akan mempengaruhi pola dari usaha tani. Berdasarkan hasil penelusuran penelitian menunjukan bahwa para petani padi Pandan Wangi telah mengenyam pendidikan formal yaitu sekitar 83 persen para petani merupakan tamatan SD, 10 persen tingkat SMP dan 6.7 persen tingkat SMU. Data mengenai tingkat pendidikan petani padi Pandan Wangi dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10. Sebaran Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendididkan Terakhir (orang)benih Benih Tidak Total Tidak Bersekolah SD SMP SMU SARJANA Total Tingkat Pendapatan Tingkat pandapatan seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat daya beli responden terhadap suatu produk. Semakin banyak waktu yang digunakan

4 78 untuk bekerja maka pendapatan yang akan didapat akan semakin bertambah. Hasil dari sebaran kuisoner menunjukan bahwa pendapatan rata-rata perbulan yang dimiliki oleh para petani lebih banyak didominasi sekitar sampai dengan yaitu 34 orang sebesar 56.7 persen. pendapatan terbesar ke dua adalah pendapatan sekitar sampai dengan dengan jumlah respoden sebanyak 17 orang sebesar 28.3 persen. pendapatan yang ketiga adalah lebih dari sebanyak 7 orang sebesar 11.7 dan yang terakhir adalah pendapatan sekitar kurang dari sebesar 3.3 persen. Semakin besarnya pendapatan petani ini karena banyak para petani melakukan pekerjaan sampingan seperti berdagang, berkebun, menjahit dan lain-lain. Selain itu sebagian lahan ditanamin tanaman palawija sehingga pendapatannya semakin bertambah. Dalam hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 mengenai persentase pendapatan rata-rata perbulan yang di peroleh oleh para petani Tabel 11. Sebaran Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Perbulan Pendapatan Rata-Rata Perbulan Benih Benih Tidak Total < > Total Lamanya Menanam Padi Pandan Wangi Hampir sebagian para petani telah lama menanam padi Pandan Wangi mereka beralasan karena menanam padi Pandan Wangi sudah terbiasa dan merupakan turun temurun dari orang tua selain itu para petani berusaha mempertahankan padi Pandan Wangi ini agar tidak punah, karena seiring berjalannya dengan waktu para petani padi Pandan Wangi semakin berkurang hal

5 79 ini terjadi karena umur tanaman yang cukup lama yaitu 6 bulan. Berdasarkan hasil penelusuran penelitian menunjukan bahwa para petani yang lebih banyak berpengalaman menanam padi Pandan Wangi berkisar antara 2 sampai dengan 10 tahun yaitu sebanyak 24 orang sebesar 40 persen, sedangkan yang lainnya antara 11 sampai dengan 19 tahun sebanyak 18 orang sebesar 30 persen, 20 sampai dengan 28 tahun sebanyak 12 orang sebesar 20 persen, 29 samapai dengan 37 tahun sebanyak 4 orang sebesar 6.7 dan yang terakhir lebih dari 38 tahun sebanyak 2 orang sebesar 3.3 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Sebaran Berdasarkan Lamanya Mananam Padi Pandan Wangi Lamanya menanam Pandan Wangi Benih bersertifikat Total Pers-entase (tahun) Benih tidak bersertifikat > Total Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan merupakan suatu penjelasan atau identitas lahan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan data responden menunjukan bahwa sebagian besar status kepemilikan lahan petani adalah sebagai pemilik dan penggarap sebanyak 44 orang sebesar 73.3 persen, kebanyakan lahan yang dimiliki oleh pemilik penggarap ini berasal dari warisan turun temurun dari orang tuanya. Sedangkan yang lainnya hanya sebagai penggarap sebanyak 12 orang sebesar 20 persen dan pemilik sebanyak 4 orang sebesar 6.7 persen. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 13

6 80 Tabel 13. Sebaran Berdasarkan Status Lahan Status Lahan Benih bersertifikat Benih tidak bersertifikat Total Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Total Luas areal, Produksi Dan Produktifitas Usaha Tani Padi Pandan Wangi Berdasarkan Lampiran 7 menunjukan bahwa lahan sawah yang dimiliki oleh para petani yang menggunakan benih bersertifikat tiap petani berbeda-beda berkisar antara 800 meter sampai dengan meter dengan nilai rata-rata luas lahan sebesar meter yang menghasilkan produksi dan produktivitas ratarata sebesar kg dan per ton, sedangkan pada Lampiran 8 menunjukan bahwa luas lahan sawah yang dimiliki oleh tiap petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat berkisar antara 2000 meter sampai dengan meter dengan nilai rata-rata luas lahan sebesar 6700 meter dengan hasil produksi dan produktivitas rata-rata sebesar 4230 kg dan per ton Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa petani yang menggunakan benih bersertifikat yang dapat dilihat dari nilai produktivitas menunjukan nilai yang cukup besar daripada petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat (menggunakan benih hasil sendiri), hal ini terjadi karena para petani yang menggunakan benih bersertifikat benih yang digunakan sudah mengalami proses sertifikasi menurut Wirawan (2002) bahwa benih bersertifikat merupakan benih dari suatu varietas yang telah diketahui (telah dilepas) dan di produksi dengan sistem pengawasan serta standar sertifikasi benih, baik standar lapangan maupun laboratorium yang ketat yang mempertahankan kemurnian

7 81 varietas tersebut. Sedangkan benih yang tidak bersertifikat hanya mengalami proses pemelihara oleh para petani itu sendiri, para petani akan memilih malai gabah atau dalam istilah bahasa para petani ngalean yang bagus saja yang akan digunakan untuk masa tanam berikutnya Benih Yang Digunakan Sertifikat Atau Benih Tidak Sertifikat Berdasarkan data pengambilan sampel para petani menunjukan bahwa antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang petani yang menggunakan benih bersertifikat sebesar 50 persen dan 30 orang petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat (benih sendiri) sebesar 50 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Berdasarkan Penggunaan Benih Padi Pandan Wangi Sertifikat atau tidak Benih Tidak Total Benih bersertifikat Benih sertifikat Tidak bersertifikat Total Jenis Padi Yang Ditanam Selain Padi Pandan Wangi Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani menanam jenis padi varietas lain selain padi Pandan Wangi yaitu Ciherang, IR 64, Cigeulis, Sintanur, dan Dasneng. Sistem penanaman padi Pandan Wangi dilakukan secara bergilir dan bersamaan, biasanya para petani melakukan penanaman bergilir musim ini menanam padi Pandan Wangi sedangkan musim berikutnya menanam jenis padi varietas sedang sistem penanaman secara bersamaan para petani menanam padi Pandan Wangi dan jenis padi varietas lain ditanam pada musim

8 82 yang sama. Berdasarkan Tabel 16 menunjukan bahwa jenis padi yang banyak ditanam oleh para petani adalah jenis padi varietas Ciherang dan IR 64 yaitu sebanyak 25 orang sebesar 41.7 persen dan 20 orang sebesar 33.3 persen. Sedangakan cigeulis sebanyak 2 orang sebesar 3.3 persen, Sintanur 3 orang sebesar 5 persen dan Dasneng sebanyak 10 orang sebesar 16.7 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sebaran Berdasarkan Jenis Padi Yang Ditanam Selain Pandan Wangi Jenis Padi Benih bersertifikat Benih tidak Total bersertifikat Ciherang IR Cigeulis Sintanur Dasneng Total Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Benih Dan Penggunaan Benih Sendiri (Tidak ) Padi Pandan Wangi Analisis keputusan pembelian konsumen digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dimana dapat dilihat preferensi petani terhadap suatu produk. Keputusan pembelian dalam mengkonsumsi barang dan jasa ditentukan oleh perilaku konsumen yang bersangkutan. Suatu keputusan merupakan pilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka dia harus memiliki pilihan alternatif. Proses Keputusan pembelian diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Sedangkan proses penggunaan benih sendiri terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses penggunaan dan pasca penggunaan. Berikut ini adalah penjelasan

9 83 mengenai tahapan-tahapan proses pembelian dan penggunaan benih sendiri padi Pandan Wangi Pengenalan Kebutuhan Perilaku keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan. Proses pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu konsumen sendiri harus mengetahui apa yang sebenarnya yang diinginkan, yang mendasari hal tersebut konsumen harus mempunyai motivasi serta harapan atau keadaan yang diinginkan. Untuk memotivasi pembelian dan penggunaan benih sendiri padi Pandan Wangi oleh petani, perlu diketahui motivasi apa yang membuat para petani menanam benih padi Pandan Wangi Penelitian dilakukan pada petani yang berjumlah 60 orang yaitu 30 orang petani yang membeli benih bersertifikat dan 30 orang petani yang menggunakan benih sendiri (tidak bersertifikat), berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa yang menjadi motivasi para petani untuk menanam benih padi Pandan Wangi adalah karena harga jual yang tinggi yaitu sebesar 73 persen dan 83.4 persen baik itu antara petani yang membeli benih bersertifikat dengan yang tidak menggunakan benih sendiri. Harga jual padi Pandan Wangi di tingkat petani ini cukup tinggi sekitar Rp 2800 sampai dengan Rp 3000 dibanding kan dengan padi varietas lainnya, yang menyebabkan harga jual yang tinggi karena proses budi daya, produksi, pemelihara dan lain-lain serta faktor umur tanaman yang cukup lama yang sedikit berbeda dengan varietas lain. Motivasi lainnya adalah para petani sudah terbiasa menanam padi Pandan Wangi karena pada umumnya

10 84 merupakan turun-temurun dari orang tua mereka sebesar 13.4 dan 10 persen, hasil produksi yang tinggi sebesar 10 persen dan 3.3 persen, ingin mencoba sebesar 3.3 persen dan yang terakhir adalah lainnya sebesar 3.3 persen. Lainnya yang dimaksud ini adalah sebagian para petani ingin melestarikan padi Pandan Wangi ini karena dengan seiringnya waktu banyak para petani yang meninggalkan atau tidak menanam padi Pandan Wangi lagi. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 16 Tabel 16. Sebaran Berdasarkan Motivasi Menanam Benih Padi Pandan Wangi Membeli benih Penggunaan Benih Tidak Motivasi Menanam PW Hasil produksi tinggi Harga jual yang tinggi Tanaman tahan HPT Permintaan yang tinggi Kemampuan tumbuh benih dilapang Mudah didapat Sudah biasa menanam Ingin mencoba Kualitas beras yang diharapkan Lainnya Petani menilai bahwa penggunaan benih bermutu (bersertifikat) pada saat ini sangat penting, tetapi ada sebagian petani berpendapat bahwa benih yang mereka hasilkan sendiri hasilnya sama dengan benih yang bersertifikat. Berdasarkan Tabel 18 menunjukan bahwa penggunaan benih bersertifikat sangat penting dan penting yaitu sebanyak 22 orang sebesar 73.4 persen, hal ini terjadi karena para petani berpendapat bahwa benih bersertifikat sudah sangat jelas jenis varietas yang terjamin mutunya yang telah mengalami proses sertifikasi mulai dari lapangan sampai proses pemeriksaan laboratorium dan diawasi oleh instansi pemerintah, dan sisanya mengangap bahwa biasa saja terhadap penggunaan benih

11 85 bersertifikat sebanyak 8 orang sebesar 26.6 persen. Sedangkan para petani yang tidak menggunakan benih sertifikat beranggapan bahwa penggunaan benih bersertifikat dianggap biasa saja, karena para petani merasa benih yang mereka hasilkan sudah cukup menghasilkan produksi yang cukup bagus yaitu sebanyak 16 orang sebesar 53.3 persen, sisanya para petani menganggap bahwa benih bersertifikat penting untuk digunakan tetapi karena harga benih yang mahal dan para petani tidak mampu membeli jadi lebih baik mereka menggunakan benih sendiri sebanyak 8 orang sebesar 26.7 persen dan yang beranggapan tidak penting sebanyak 6 orang sebesar 6 orang sebesar 20 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Sebaran Berdasarkan Pentingnya Menggunakan Benih Padi Pandan Wangi Pentingnya Penggunaan Benih Padi Pandan Wangi Membeli Benih Penggunaan (Tidak ) Sangat penting 5 16,7 - - Penting 17 56, Biasa 8 26, Tidak penting Pencarian Informasi Setelah proses pengenalan kebutuhan maka tahap selanjutnya dalam proses keputusan pembelian maupun penggunaan benih padi Pandan Wangi adalah pencarian informasi. Pencarian informasi dimulai ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan didalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Begitupula dengan para petani informasi mengenai benih

12 86 padi Pandan Wangi akan mempengaruhi para petani dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan budidaya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani mengetahui informasi benih padi Pandan Wangi yang paling banyak berasal dari kelompok tani sebanyak 12 orang sebesar 40 persen, dari penangkar benih sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen, dari diri sendiri sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, dan dari penyuluh pertanian lapang (PPL) sebanyak 5 orang sebesar 16,7 persen itu untuk petani yang menggunakan benih bersertifikat, hal ini terjadi karena semua petani merupakan anggota gabungan kelompok tani citra sawargi dimana seluruh informasi tentang benih diperoleh dari kelompok tani tersebut. Sedangkan petani yang tidak menggunakan benih bersertifikat informasi yang paling banyak di peroleh berasal dari lainya sebanyak 12 orang sebesar 40 persen. Informasi lain yang dimaksud adalah berasal dari keluarga, karena tradisi bertani ini diperoleh secara turun temurun dari pihak keluarga terutama dari pihak orang tua yang menyuruh para anaknya untuk melanjutkan pekerjaan sebagai petani padi Pandan Wangi. Selanjutnya informasi di peroleh dari diri sendiri sebanyak 10 orang sebesar 33.3 persen, dari kelompok tani sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, dan yang terakhir diperoleh dari penyuluh pertanian lapang (PPL) sebanyak 2 orang sebesar 6,7 persen. Data sebaran responden dapat terlihat lebih pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Berdasarkan Darimana Informasi Tentang Benih Padi Pandan Wangi Penggunaan Benih Penggunaan Benih sendiri (Tidak ) Informasi Benih PW Diri Sendiri Kelompok Tani Penangkar benih 7 23,3 - - PPL 5 16, Kios Saprotan Lainnya

13 87 Sumber informasi responden mengenai benih padi Pandan Wangi akan sangat mempengaruhi sekali kondisi spikologi penerima informasi untuk mencoba. Sumber informasi para petani yang paling dipercaya untuk memutuskan membeli dan menggunakan benih senih sendiri berasal dari diri sendiri, kelompok tani, penangkar benih, PPL, kios saprotan, dan lainnya. Untuk para petani yang memutuskan membeli benih padi Pandan Wangi bersertifikat, sumber informasi yang lebih di percaya lebih banyak dari kelompok tani yaitu 12 orang sebesar 40 persen, kenapa hal itu bisa terjadi karena para petani ini adalah anggota dari gabungan kelompok tani (Gapoktan) Citra Sawargi, dimana semua informasi tentang benih bersertifikat diberikan kepada para petani sebagi anggota. Sumber informasi lainya berasal dari penangkar benih sebanyak 9 0rang sebesar 30 persen, PPL sebanyak 6 orang sebesar 20 persen dan diri sendiri yaitu sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. Sedangkan petani yang menggunakan benih sendiri mendapatkan sumber informasi berasal dari diri sendiri yaitu sebanyak 23 orang sebesar 76.7 persen, hal in terjadi karena para petani merasa nyakin bahwa benih yang digunakan cukup bagus untuk ditanam. Sisanya para petani mendapat sumber informasi berasal dari lainnya yaitu dari keluarga sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Berdasarkan Sumber Informasi Yang Dibutuhkan Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih Tidak Sumber Informasi Diri Sendiri Kelompok Tani Penangkar benih PPL Kios Saprotan Lainnya

14 Evaluasi Alternatif Tahapan selanjutnya adalah evaluasi alternatif dimana pada tahap ini konsumen memilih kriteria-kriteria tertentu yang relevan dengan keinginan dan kebutuhan untuk membuat suatu keputusan pembelian ataupun penggunaan. Kriteria umum yang dijadikan dasar dalam pertimbangan antara petani yang menggunakan (membeli) benih bersertifikat dan yang tidak menggunakan benih sertifikat tidak berbeda jauh yaitu atribut harga jual gabah/malai untuk petani yang membeli benih bersertifikat yang paling banyak adalah sebanyak 11 orang sebesar 36,7 persen dan petani yang menggunakan benih sendiri sebanyak 24 orang sebesar 80 persen. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Berdasarkan Atribut yang Paling Dipertimbangkan Untuk Pembelian dan penggunaan Benih hasil Sendiri Padi Pandan Wangi Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih Tidak Atribut yang Dipertimbangkan Hasil produksi Ketahanan HPT Tahan rontok Tahan rebah Kualitas beras Umur tanaman Daya tumbuh Bentuk tanaman Volume benih dalam kemasan Harga beli benih Harga jual gabah Ketersediaan benih Sertifikasi benih Promosi Sedangkan atribut lain yang menjadi pertimbangan para petani untuk membeli benih bersetifikat dan petani yang tidak menggunakan benih sertifikat adalah atribut sertifikasi benih sebanyak 9 orang sebesar 30 persen, hasil produksi

15 89 yang tinggi sebanyak 6 orang sebesar 20 persen, kualitas beras sebanyak 3 orang sebesar 10 persen, dan ketahanan terhadap HPT sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen, sedangkan untuk petani yang menggunakan benih sendiri atribut lainya yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan penggunaan benih sendiri adalah hasil produksi sebanyak 15 orang sebesar 6.7 persen, dan kualitas beras sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen Keputusan Pembelian dan Penggunaan Tahapan selanjutnya konsumen akan memutuskan untuk pembelian dan penggunaan terhadap suatu produk tertentu. Dari hasil sebaran kuisoner diperoleh bahwa antara petani yang membeli benih bersertifikat dan yang tidak menggunakan benih sertifikat padi Pandan Wangi sama-sama terencana yaitu para petani pengguna benih sertifikat selalu membeli benih padi Pandan Wangi sertifikat untuk masa tanam berikutnya sebanyak 19 orang sebesar 63.3 persen, sisanya biasanya para petani melihat situasi (tergantung situasi) apabila benih yang akan digunakan masih ada maka para petani tidak membeli benih sebanyak 11 orang sebesar 36.7 persen. Sedangkan para petani yang menggunakan benih tidak bersertifikat selalu terencana untuk menyimpan stok benih untuk masa tanam berikutnya yaitu sebanyak 26 orang sebesar 86,7 persen. Para petani akan memilih malai gabah yang bagus atau berisi sebelum 1 minggu atau 1 bulan masa panen untuk dijadikan benih. Para petani ini merasa yakin bahwa hasil benih yang bersertifikat dan benih mereka hasil produksinya sama, karena para petani sekarang sudah terampil untuk memilih mana benih yang baik untuk ditanam. Sisanya para petani memutuskan mendadak untuk menggunakan benih sendiri

16 90 sebanyak 1 orang sebesar 3.3 persen dan tergantung situasi sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini. Tabel 21. Sebaran Cara Memutuskan Pembelian benih bersertifikat dan Penggunaan Benih Tidak Sertifikat Padi Pandan Wangi Berdasarkan Situasi Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih Tidak Cara Memutuskan Pembelian dan penggunaan benih Terencana 19 63, Mendadak Tergantung situasi 11 36, Dalam proses pembelian konsumen harus memutuskan dimana dia harus membeli produk yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa para petani yang menggunakan benih sertifikat lebih banyak membeli benih di penangkar benih padi Pandan Wangi yaitu sebanyak 27 orang sebesar 90 persen, sedangkan sisanya berasal dari yang lain yaitu dari kelompok tani itu sendiri sebanyak 3 orang sebesar 10 persen. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Cara Memutuskan Dimana Para Petani Melakukan Pembelian Benih Bersertifikiat Padi Pandan Wangi Berdasarkan Tempat Tempat Pembelian (orang) Penangkar benih Kios benih - - Lainnya Berdasarkan penelusuran hasil penelitian menunjukan bahwa para petani yang menggunakan benih tidak sertifikat memiliki alasan kenapa mereka menggunakan benih sendiri yang pertama para petani sudah terbiasa menggunakan benih sendiri sebanyak 23 orang sebesar 76.7 persen, mereka menggunakan benih sendiri karena mereka merasa yakin bahwa benih yamg

17 91 mereka miliki sama hasilnya dengan benih bersertifikat dan para petani ini memiliki keahlian untuk memilih benih yang bagus untuk ditanam pada masa tanam berikutnya. Alasan yang kedua adalah bahwa harga benih yang dibeli cukup mahal sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. data lengkap dapat terlihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Berdasarkan Alasan Menggunakan Benih Tidak Sertifikat Alasan menggunakan benih sendiri Sudah terbiasa Harga beli benih Mahal jumlah Para petani selain menanam padi Pandan Wangi mereka menanam juga jenis padi varietas lain yaitu Ciherang, IR 64, Benih tanpa nama (BTN) dan lainlainnya, kebanyakan benih ini banyak dibeli oleh para petani karena benihnya rata-rata sudah bersertifikat. Berdasarkan Tabel 25 menujukan bahwa jenis varietas yang banyak dibeli oleh para petani adalah ciherang dan IR 64. untuk para petani yang menggunakan benih padi pandan wangi jenis varietas yang sering di beli adalah Ciherang sebanyak 16 orang sebesar 53,3 persen, sisanya petani membeli Pandan Wangi sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen, IR 64 sebanyak 5 orang sebesar 16,7 persen, lainya yaitu Sintanur dan Cigeulis sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih sendiri antara menanam benih padi Ciherang dan IR 64 seimbang yaitu Ciherang sebanyak 15 orang sebesar 50 persen dan IR 64 sebanyak 15 orang sebesar 50 persen. Para petani membeli benih padi varietas lain karena padi Varietas Unggul baru ini tidak dapat di produksi sendiri oleh para petani dan biasa para petani membeli benih padi ini untuk ditanam secara bersamaan dan bergilir dengan padi Pandan Wangi.Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 24.

18 92 Tabel 24. Sebaran Berdasarkan Jenis Varietas yang Sering Dibeli Jenis Varietas yang Sering Dibeli Membeli Benih Penggunaan Benih Tidak Ciherang 16 53, IR , BTN Lainnya Kebutuhan benih anjuran dari penyuluh pertanian lapang untuk padi Pandan Wangi sekitar 30 kg perhektar dengan jarak tanam 30 x 30 cm dengan bibit perumpun 3 sampai dengan 6 rumpun. Para petani biasanya menyebarkan benih untuk kebutuhan tanam sebanyak 30 sampai 50 kg hal itu dikarenakan untuk mengantisipasi serangan hama keong dan ulat ketika sudah ditanam disawah, apabila hasil persemaian padi masih ada sisa biasanya para petani menjualnya kepada para petani lainnya. Berdasarkan Tabel 25 menjelaskan bahwa untuk para petani yang membeli benih padi Pandan Wangi lebih banyak menggunakan benih sekitar kurang dari 20 kg sebanyak 17 orang sebesar 56.7 persen hal ini terjadi karena luasan lahan sawah yang dimiliki para petani sangat kecil, sisanya untuk kebutuhan kg sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen, dan untuk kebutuhan lebih dari 25 kg sebanyak 9 orang sebesar 30 persen. Sedangkan untuk para petani yang menggunakan benih sendiri untuk kebutuhan benih lebih banyak yang lebih dari 25 kg sebanyak 12 orang sebesar 40 perssen, dan sisanya kebutuhan benih untuk yang kurang dari 20 kg sebanyak 11 orang, dan 20 sampai dengan 25 kg sebanyak 7 orang sebesar 23.3 persen. para petani ini biasanya mengikuti anjuran dan standar penanaman yang diberikan oleh PPl. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 25.

19 93 Tabel 25. Sebaran Berdasarkan Kebutuhan Benih Padi Pandan Wangi Per Hektar Membeli Benih Penggunaan Benih Tidak Kebutuhan Benih Padi Pandan Wangi (Kg/ha) < , , > Pasca Pembelian dan Penggunaan Setelah para petani melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat dari produk tersebut, selanjutnya petani akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Harga suatu produk akan sangat memepengaruhi kondisi atau keadaan suatu konsumen. Berdasarkan Tabel 27 menunjukan bahwa apabila harga benih padi Pandan Wangi bersertifikat mengalami kenaikan maka para petani lebih banyak akan tetap membeli yaitu sebanyak 16 orang sebesar 53.3 persen, hal ini terjadi karena benih padi Pandan Wangi yang bersertifikat sangat jelas kualitasnya dan terjamin mutunya, sedangkan sisanya para petani memilih lainnya yaitu dengan menggunakan benih sendiri sebanyak 14 orang sebesar 46.7 persen. Data dapat dilihat pada Tabel 26 Tabel 26. Sebaran Berdasarkan Evaluasi Pasca Pembelian Benih Berserfikat Pada Saat Harga Benih Padi Pandan Wangi Mengalami Kenaikan Evaluasi Pasca Pembelian (orang) Tetap membeli 16 53,3 Tidak Jadi Membeli - - Lainnya 14 46,7 Total Proses pembelian biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berpengaruh dalam memutuskan pembelian dan penggunaan suatu produk. Berdasarkan Tabel 28 menunjukan bahwa ada beberapa faktor pihak yang

20 94 berpengaruh dalam proses keputusan pembelian yaitu pihak dari keinginan diri sendiri dan kelompok tani. Petani yang berpengaruh dalam keputusan pembelian yang dari keinginan diri sendiri dan dari kelompok tani hampir sama yaitu sebanyak 14 orang sebesar 46.7 persen, hal ini bisa terjadi karena para petani yakin bahwa benih bersertifikat sangat terjamin mutunya dan hasil produksi yang meningkat, selain itu anjuran dari kelompok tani yang selalu memberikan informasi kepada anggotanya mengenai benih bersertifikat dan sisanya pihak yang berpengaruh dalam memutuskan pembelian adalah berasal dari lainnya seperti keluarga sebanyak 2 orang sebesar 6.6 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih hasil sendiri yang paling berpengaruh dalam memutuskan penggunaan benih hasil sendiri (tidak Sertifikat) adalah keinginan diri sendiri sebanyak 24 orang sebesar 80 persen, hal ini bisa terjadi karena benih yang mereka gunakan adalah benih bagus dan dipilih ketika sebelum panen dilakukan. Sisanya yang berpengaruh dalam penggunaan benih sendiri adalah keluarga sebanyak 6 orang sebesar 20 persen. data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Sebaran Berdasarkan Faktor Pihak yang Berpengaruh Dalam Memutuskan Pembelian Benih Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih Tidak Pihak yang Berpengaruh Dalam Memutuskan Pembelian dan penggunaan Keinginan sendiri 14 46, Kelompok tani 14 46,7 - - Keluarga Lainnya 2 6,6 Faktor ketersediaan benih akan sangat mempengaruhi terhadap kebutuhan para petani akan benih, apabila benih yang akan dibeli atau yang akan digunakan

21 95 habis maka para petani akan mencari benih ditempat lain. Hasil penelitian berdasarkan faktor kesediaan benih menunjukan bahwa apabila benih yang ada di penangkar habis biasanya para petani yang menggunakan benih bersertifikat lebih banyak menggunakan benih sendiri sebanyak 24 orang sebesar 40 persen, hal ini terjadi karena benih yang digunakan sendiri berasal dari benih sertifikat sebelumnya yang benihnya dipilih sendiri oleh para petani, sisanya para petani mencari benih ditempat lain sebanyak 4 orang sebesar 13.3 persen dan lainnya yaitu dari petani lain yang sama-sama akan menanam padi Pandan Wangi sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen, sedangkan para petani yang menggunakan benih sendiri apabila persedian benih habis para petani lebih banyak mencari benih ditempat lain sebanyak 28 orang sebesar 93.3 persen dan sisanya mencari dilainnya yaitu dari petani lain yang menanam benih padi Pandan Wangi sebanyak 2 orang sebesar 6.7 persen. data lebih lengkap dapt dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Sebaran Berdasarkan Faktor Ketidaktersediaan Benih di Lapang Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih Ketidaktersediaan Benih di Lapang Tidak Persenta se Menggunakan benih sendiri Mencari benih padi Pandan 4 13, Wangi di tempat lain Lainnya 2 6, Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan dari beberapa petani merasa ada sesuatu yang kurang apabila tidak membeli benih bersertifikat, karena para petani sudah terbiasa untuk menggunakan benih bersertifikat ini, banyaknya para petani yang merasa ada yang kurang jika tidak membeli benih bersertifikat sebanyak 18 orang sebesar 60 orang, hal ini terjadi karena para petani

22 96 merasa takut akan hasil produksi benih pandan wangi ini turun. dan sisanya para petani merasa biasa saja jika tidak membeli benih bersertifikat, karena petani biasa menggunakan benih yang ada saja yaitu sebnyak 12 orang sebesar 40 persen. demikianpun dengan para petani yang menggunakan benih sendiri, para petani merasa ada yang kurang jika mereka tidak menggunakan benih sendiri karena mereka merasa takut hasil produksi berbeda dengan yang mereka biasa gunakan yaitu sebanyak 21 orang sebesar 70 persen, dan sisanya para petani merasa biasa saja jika mereka tidak menggunakan benih sendiri karena meraka bisa mencari benih ditempat lain dan tidak merasa takut jika hasilnya berbeda yaitu sebanyak 9 orang sebesar 30 persen. data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Sebaran Berdasarkan Faktor Perasaan Jika Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan Wangi Penggunaan Benih Tidak Membeli Benih Perasaan Jika Tidak Membeli dan menggunakan Benih sendiri Padi Pandan Wangi Merasa ada yang kurang Biasa aja Setelah pembelian dilakukan dan responden memperoleh hasilnya maka petani responden akan merasa puas atau tidak puas terhadap produk yang mereka beli dan gunakan. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 31 menunjukan bahwa secara keseluruhan antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dan petani yang menggunakan benih sendiri sama-sama merasa puas terhadap hasil dari benih padi Pandan Wangi yang mereka gunakan karena hasil produksi yang cukup tinggi dan harga jual gabah yang tinggi. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 30.

23 97 Tabel 30. Sebaran Berdasarkan Faktor Kepuasan Terhadap Hasil Dari Pandan Wangi Membeli benih bersertifikat Penggunaan Benih sendiri (Tidak ) Kepuasan tehadap hasi dari benih PW Ya Tidak

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT Studi Pada Petani Penangkar Benih Padi Bersertifikat Di Desa Cisarandi Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Oleh: Ir.Hj. Megawati

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS PB 42 DI KECAMATAN MANYAK PAYED KABUPATEN ACEH TAMIANG

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS PB 42 DI KECAMATAN MANYAK PAYED KABUPATEN ACEH TAMIANG ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS PB 42 DI KECAMATAN MANYAK PAYED KABUPATEN ACEH TAMIANG ABDURRACHMAN 1 /FERIANDA 2 1 Dosen Tetap Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : LIDYA MATANARI SEP-PKP

SKRIPSI. Oleh : LIDYA MATANARI SEP-PKP PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN PENGGUNAAN BENIH DARI BERBAGAI SUMBER DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Desa Melati II Kecamatan Perbaungan) SKRIPSI Oleh :

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU Kegiatan SL-PTT di Gapoktan Sawargi telah berlangsung selama empat kali. SL-PTT yang dilaksanakan adalah SL-PTT padi.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali 151 152 Lampiran 2. Hasil uji CFA peubah penelitian Chi Square = 112.49, df=98 P-value=0.15028, RMSEA=0.038, CFI=0.932 153 Lampiran 3. Data deskriptif

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI 6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi padi nasional terus menerus mengalami peningkatan sepanjang empat tahun terakhir. Pada saat dunia mengalami penurunan produksi pangan, Indonesia berhasil meningkatkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis pertanian padi organik dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Analisis lingkungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Indonesia meningkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

2. Kabupaten Pontianak

2. Kabupaten Pontianak BOKS 1. MONITORING APLIKASI TRICHODERMA PADA TANAMAN PADI DI KABUPATEN LANDAK, KABUPATEN PONTIANAK, KABUPATEN BENGKAYANG, KABUPATEN SAMBAS, DAN KABUPATEN KUBU RAYA Monitoring aplikasi Trichoderma dilaksanakan

Lebih terperinci

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi

Lebih terperinci

VI ALOKASI PRODUK. Tabel 23. Sebaran Petani Berdasarkan Cara Panen di Kabupaten Karawang Tahun Petani Padi Ladang Cara Panen

VI ALOKASI PRODUK. Tabel 23. Sebaran Petani Berdasarkan Cara Panen di Kabupaten Karawang Tahun Petani Padi Ladang Cara Panen 6.1 Alokasi Produk (Hasil Panen) VI ALOKASI PRODUK Dari hasil pengamatan di lapangan, alokasi produk atau hasil panen baik petani padi sawah maupun petani padi ladang antara lain di antaranya: natura panen,

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera) EPP.Vol.5..2.2008:38-43 38 PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera) Production and Consumption of

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar I. LATAR BELAKANG MASALAH Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, masyarakat yang tinggal disana matapencarianya adalah petani, pada umunya budidaya tanaman padi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengolahan wawancara dan observasi yang telah dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci