BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Kewirausahaan Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang 1. Motivasi seseorang melakukan bisnis atau usaha sering berbeda. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan. Adanya resiko yang cukup besar serta banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan tidak menurunkan semangat munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausahawan termotivasi untuk melakukan kegiatan bisnis dengan berbagai alasan di antaranya: 1. Independensi 2. Pengembangan diri 3. Alternatif terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan 4. Penghasilan 5. Keamanan Berbagai macam teori motivasi juga mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis sebagai seorang wirausahawan. 1 R. Heru Kristanto HC, Kewirausahaan Entrepreneurship: Pendekatan Manajemen dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h

2 Teori David McClelland Menurut David McClelland (1961), seorang wirausahawan melakukan kegiatan bisnis didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan kekuasaan baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan kegiatan bisnis dimotivasi oleh: 1. Motif berprestasi (Need for achievement) Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga maupun masyarakat. 2. Motif berafiliasi (Need for affiliation) Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan. 3. Motif kekuasaan (Need for power) Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas sumber daya yang ada. Peningkatan kekayaan dan penguasaan pasar sering menjadi pendorong wirausaha melakukan kegiatan bisnis Teori Hirarki Kebutuhan Maslow Teori hirarki kebutuhan Maslow (1970) mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis. Maslow membagi tingkatan motivasi ke dalam hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang rendah sampai yang berprioritas tinggi, dimana kebutuhan tersebut akan mendorong orang untuk melakukan kegiatan bisnis.

3 1. Physiological need Motivasi seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara fisiologi seperti makan, minum, dan kebutuhan hidup layak lainnya secara fisik dan mental. 2. Security need Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa aman atas sumber daya yang dimiliki seperti investasi, perumahan, asuransi, dan lain-lain. 3. Social need Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial dengan cara berhubungan dengan orang lain dalam suatu komunitas. 4. Esteem need Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa kebanggaan, dimana diakui potensi yang dimiliki olehnya dalam melakukan kegiatan bisnis. 5. Self actualization need Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Keinginan wirausaha untuk menghasilkan sesuatu yang diakui secara umum bahwa hasil kerjanya dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.

4 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kewirausahaan Pada dasarnya pembentukan motivasi kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Suharti dan Sirine, 2011). Faktor internal berasal dari dalam diri pengusaha seperti sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku usaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lain-lain. Menurut Suryaman (2006), yang mempengaruhi minat berwirausaha secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Faktor ekstrinsik adalah faktorfaktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, peluang, dan pendidikan. Suryana (2006) mengemukakan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Karena kemampuan afektif internal mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif

5 merupakan bagian dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang yang ada di lingkungan sekitarnya Faktor Internal Faktor-faktor internal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi: Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement) McClelland (1961) telah memperkenalkan konsep kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu motif psikologis 2. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Lee, 1997). Lebih lanjut, McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki minat kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu: 1. Menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan. 2. Mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya. 3. Memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil. Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima 2 Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2008), h. 5-7.

6 kegagalan daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi rendah. Dengan kata lain, kebutuhan akan prestasi berpengaruh pada atribut kesuksesan dan kegagalan. Sejalan dengan hal tersebut, Sengupta dan Debnath (1994) dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar dalam tingkat kesuksesan seorang wirausahawan. Lebih spesifik, kebutuhan akan prestasi juga dapat mendorong kemampuan pengambilan keputusan dan kecenderungan untuk mengambil resiko seorang wirausahawan. Semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seorang wirausahawan, semakin banyak keputusan tepat yang akan diambil. Pengusaha dengan kebutuhan akan prestasi tinggi adalah pengambil resiko yang moderat dan menyukai hal-hal yang menyediakan balikan yang tepat dan cepat. Para pengusaha akan selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin dengan tujuan agar bisnisnya dapat terus bertahan dari waktu ke waktu, karena itu mereka harus memiliki niat serta tekad yang kuat. Sekali seorang pengusaha sukses atau berhasil mencapai prestasi maka akan memacunya untuk mencapai kesuksesan berikutnya, sehingga bisnisnya akan semakin maju dan berkembang pula Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Independence) Kebebasan dalam bekerja merupakan suatu model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan tidak berkomitmen bekerja untuk

7 atasan pada jangka panjang tertentu 3. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang tetapi sekali mendapat keuntungan cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian periode ke depan (Kao dan Knight, 1987). Kebebasan dalam bekerja ini adalah suatu nilai lebih bagi seorang wirausahawan. Pada dasarnya orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan maupun memiliki inisiatif akan lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan segala inovasi dan kreatifitasnya. Hisrich dan Peters (2000) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan kebebasan berarti kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri. Seorang pengusaha adalah individu yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya. Mandiri berarti para pengusaha tidak menggantungkan keputusan tentang apa yang harus dilakukannya kepada orang lain. Mereka mengerjakan sesuatu karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar karena orang lain, namun merasa besar karena usaha kerasnya sendiri. Hal ini menyebabkan pengusaha merasa lebih bebas jika dapat memegang kendali langsung atas kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, kemandirian para pengusaha inilah yang menjadi penentu kesuksesan dan keberhasilan bisnis yang mereka jalankan. 3 Aditya Dion Mahesa, Analisis Faktor-faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), h

8 Efikasi Diri Bandura (1977) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang. Cromie (2000) juga menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Lebih rinci, Bandura (1986) menjelaskan empat cara untuk mencapai efikasi diri. Pertama, pengalaman sukses yang terjadi berulang-ulang. Cara ini dipandang sebagai cara yang sangat efektif untuk mengembangkan rasa yang kuat pada efikasi diri. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan secara langsung. Dengan cara ini, seseorang akan memperkirakan keahlian dan perilaku yang relevan untuk dijadikan contoh dalam mengerjakan sebuah tugas. Penilaian atas keahlian yang dimilikinya juga dilakukan, untuk mengetahui besar usaha yang harus dikeluarkan dalam rangka mencapai keahlian yang dibutuhkan. Ketiga, persuasi sosial seperti diskusi yang persuasif dan balikan kinerja yang spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan untuk menyajikan informasi terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Keempat, penilaian terhadap status psikologis yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa seseorang sudah seharusnya meningkatkan kemampuan emosional dan fisik serta mengurangi tingkat stres.

9 Efikasi diri terkait dengan keyakinan wirausahawan mengenai kemampuannya untuk mengontrol fungsi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Wirausahawan dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang memiliki potensi mengubah apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sedangkan wirausahawan yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengatasi suatu keadaan. Efikasi diri juga dapat menjadi sarana evaluasi seorang wirausahawan mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah. Peranan efikasi diri sangatlah penting karena akan mempengaruhi aspek motivasi, tingkah laku, dan emosi seorang pengusaha ketika sedang menjalankan bisnisnya. Pengusaha dengan efikasi tinggi dalam suatu kondisi tertentu akan memperlihatkan tingkah laku, motivasi, serta emosi yang berbeda dibandingkan dengan pengusaha yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Para pengusaha dengan efikasi diri yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi pula, mereka akan melakukan usaha yang lebih tekun dan lebih giat dalam menjalankan bisnis mereka Harga Diri Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia karena dikaruniai akal, pikiran, dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Harga diri menunjukkan sejauh mana seorang pengusaha menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kompetensi yang

10 pantas untuk dihargai, dihormati, serta bergengsi 4. Dengan memiliki bisnis, pengusaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan dianggap memiliki wibawa tertentu. Suryaman (2006) menjelaskan bahwa menjadi wirausahawan dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Peningkatan harga diri juga akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk lebih terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan yang merupakan hal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh wirausahawan. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Pengusaha yang memperoleh cukup penghargaan, pengakuan, status, ketenaran, dominasi, serta apresiasi dari orang lain akan lebih percaya diri, dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif menjalankan bisnisnya. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa. Para pengusaha yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap berkembang terus untuk meraih kesuksesan bisnisnya. Dengan membuka suatu usaha atau berbisnis, harga diri seorang pengusaha tentunya akan meningkat. Dapat dilihat bahwa dahulu masyarakat merasa malu jika tidak menjadi karyawan, namun fenomena ini sekarang mulai 4 Wisnu Wardhana, Analisis Aspek-aspek yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Binus University untuk Menjadi Entrepreneur (Jakarta: Binus University, 2011), h. 29.

11 berbalik. Banyak pengusaha yang sukses dalam menjalankan bisnis mereka yang menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi jika pengusaha tersebut mampu memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, pengusaha bahkan dianggap sebagai penyelamat bagi mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Perlu juga diingat bahwa menjadi pemilik usaha dengan memperkerjakan orang lain merupakan hal yang mulia Tantangan Pribadi Tantangan pribadi terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang untuk mengambil suatu resiko. Wirausahawan adalah orang yang lebih memilih melakukan hal-hal baru dan beresiko yang belum tentu dilakukan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemauan dan kemampuannya mengambil resiko yang diperhitungkan, wirausahawan tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan keberhasilan. Orang yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Para wirausahawan umumnya kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan berpotensi menghasilkan kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang tinggi, namun dengan potensi kegagalan yang juga tinggi. Oleh karena itu, wirausahawan lebih menyukai resiko yang paling seimbang (moderat).

12 Para pengusaha juga selalu memperhitungkan secara cermat dan membuat antisipasi atas kemungkinan adanya hambatan yang dapat mengancam bisnisnya. Dalam situasi penuh hambatan inilah pengusaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Setiap jenis usaha pasti akan selalu mengandung potensi kegagalan, karena itu seorang pengusaha tidak boleh mudah menyerah. Pengusaha harus selalu memiliki semangat yang tinggi dan mau berjuang untuk maju serta optimis bahwa semua hambatan yang mengancam tersebut dapat diatasi Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh ketika memiliki suatu usaha sendiri, misalnya dapat mengatur jam kerja sendiri. Menurut Bhandari (2006), individu yang tidak ingin waktu kerjanya terikat jika bekerja dengan orang lain akan lebih memilih untuk menjadi seorang wirausahawan 5. Ciri-ciri individu tersebut di antaranya: 1. Suka dengan pekerjaan yang waktunya tidak mengikat. 2. Tidak suka dengan hal-hal yang bersifat teratur. 3. Tidak suka terikat akan dengan sesuatu yang bukan minatnya. Menjadi seorang wirausahawan adalah suatu kesempatan untuk dapat membagi kehidupan pribadi dan pekerjaan secara seimbang. Jam kerja seorang wirausahawan biasanya tidak terlalu ketat, namun juga tidak terlalu longgar. Seorang wirausahawan tidak akan terikat peraturan yang mengharuskannya 5 Aflit Nuryulia Praswati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,2014), h. 13.

13 bekerja pada waktu-waktu tertentu. Di satu sisi, hal ini memang menyebabkan wirausahawan harus selalu standby, namun kapan waktu yang tepat untuk bekerja ditentukan oleh wirausahawan itu sendiri. Fleksibilitas waktu kerja dalam berwirausaha membuat wirausahawan lebih leluasa dalam mengejar target bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengalokasikan waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan bersosialisasi. Dalam menjalankan bisnisnya sendiri, seorang pengusaha tidak harus memenuhi jam kerja dari pagi hingga sore sebagaimana tuntutan kebanyakan karyawan kantor. Tetapi harus diingat bahwa hal ini baru dapat dicapai jika bisnis tersebut telah berkembang. Pada saat awal merintis usaha, para pengusaha harus rela menginvestasikan segalanya, termasuk waktu yang banyak untuk membangun bisnis mereka tersebut. Pengusaha harus cermat memanfaatkan waktu pada saat awal membangun bisnis untuk bekerja keras agar dapat bersenang-senang ketika usaha mereka telah berkembang pesat. Karena sifatnya yang fleksibel ini, seorang pengusaha justru harus dapat melakukan manajemen waktu sekaligus memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya Inovasi dan Kreasi Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan suatu gagasan yang baru yang memiliki nilai lebih. Orang yang mampu berpikir secara kreatif akan dapat menghadapi segala perubahan serta memiliki

14 kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberikan alternatif yang berbeda (Utami, 2007). Kreatifitas merupakan suatu produk imajinasi yang berupa kombinasi dari berbagai pemikiran yang melahirkan satu pemikiran baru. Wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dalam arti mampu mengembangkan ide atau konsep suatu produk atau jasa yang relatif baru, sehingga pasar dapat menerima produk atau jasa tersebut. Selain itu, wirausahawan yang inovatif juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain Dunia wirausaha pada dasarnya adalah dunia penerapan kreatifitas bisnis. Membangun suatu bisnis dari nol memerlukan seorang wirausahawan yang memiliki karakteristik sebagai seorang kreator dan inovator sekaligus eksekutor yang antusias serta bersedia mengambil resiko yang telah dipikirkan dengan seksama. Menjadi seorang wirausahawan harus memiliki kreatifitas dan keberanian untuk tidak bergantung pada orang lain serta penuh rasa optimis akan keberhasilan ide-ide yang diciptakannya. Pengusaha yang inovatif dan kreatif tidak berarti harus dapat menciptakan produk yang baru sama sekali, tetapi produk tersebut dapat mencerminkan hasil kombinasi atau integrasi dari komponen-komponen yang sudah ada sebelumnya sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pengusaha sering disebut sebagai pencipta perubahan (the change creator).

15 Pendapatan Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kewirausahaan berpeluang memberikan kemampuan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suryaman (2006) menjelaskan bahwa keinginan untuk memperoleh atau meningkatkan pendapatan tersebut dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Berwirausaha dapat dijadikan jalan alternatif untuk mencari nafkah, menambah pendapatan, atau menjaga kestabilan keuangan. Dari sisi pendapatan, memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan pendapatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan menjadi karyawan. Pendapatan seorang karyawan biasanya dapat dikalkulasikan untuk suatu periode dan tentu saja besarnya tidak jauh berbeda pada setiap periode. Sementara itu, besar kecilnya pendapatan seorang pengusaha tergantung dari usaha pengusaha itu sendiri. Meningkatnya penghasilan seorang pengusaha tidak mengenal batas waktu, terkadang ada saatnya pada musim atau periode tertentu ketika permintaan sangat tinggi maka pendapatan akan meningkat drastis pula. Selain itu, berwirausaha juga memberikan kesempatan kepada seseorang untuk meraup keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja pada orang lain. Pengusaha dapat menetapkan target bisnis, target pasar, dan sumber-sumber modal serta pendapatannya sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing, dengan demikian besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh juga dapat ditentukan. Jika dijalankan secara konsisten dalam

16 jangka waktu yang lama, berwirausaha dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bekerja pada orang lain selama bertahun-tahun Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi: Dukungan Akademik Menurut Wang, dkk. (2010), pendidikan kewirausahaan di universitas memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir mahasiswa di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan 6. Kesadaran kewirausahaan merupakan tendensi psikologis dari subyek kewirausahaan akan praktek kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan merujuk pada struktur pengetahuan dalam bentuk perangkat dan sarana yang digunakan oleh subyek kewirausahaan untuk melakukan praktek kewirausahaan. Sedangkan kapasitas kewirausahaan merujuk pada kondisi subyek yang memfasilitasi kesuksesan praktek kewirausahaan dimana berpikir kreatif merupakan struktur dasar dari kapasitas kewirausahaan. Para generasi muda tidak bisa lepas dari aktifitas berlatar belakang pendidikan, karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor penggerak bagi tumbuhnya wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengubah persepsi dan tingkah laku generasi muda agar memiliki motivasi kuat 6 Adi Soeprapto, Sinergi Kalangan Akademik, Dunia Usaha dan Pemerintah dalam Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa (Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012), h

17 dalam menciptakan inovasi dan kreatifitas demi terwujudnya wirausahawan yang handal. Pendidikan formal dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang akan dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan lain sebagainya. Pendidikan kewirausahaan di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi dapat memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir seseorang di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan. Sistem dan proses belajar mengajar kewirausahaan yang dapat memotivasi munculnya ide-ide kreatif, penyediaan infrastruktur untuk pelatihan kewirausahaan di kampus serta adanya contoh individu yang sukses berwirausaha di lingkungan kampus adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan niat kewirausahaan pada mahasiswa Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang diajukan dengan memberikan bantuan kepada orang lain dan bantuan itu diperoleh dari pihak yang berarti penting bagi orang yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologi seseorang yang mengalami tekanan. Melalui dukungan sosial, kesejahteraan psikologis seseorang akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri, serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.

18 Dorongan dari unsur-unsur lingkungan sosial seseorang berpengaruh secara positif terhadap niat kewirausahaan seseorang 7. Keluarga berperan sangat penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai wirausaha, karena keluarga terutama orang tua dapat berfungsi sebagai konsultan pribadi dan mentor. Selain keluarga, dukungan dari teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting juga dapat mendorong timbulnya motivasi seseorang untuk berwirausaha. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat berupa informasi atau nasehat berbentuk verbal atau non verbal, penghargaan dan materi. Selain itu, dukungan dari pihak pemerintah untuk para pengusaha yang merintis suatu bisnis dapat dilihat dengan adanya program-program peminjaman dana untuk modal usaha, pembinaan dan pelatihan, lomba atau kompetisi kewirausahan, hingga pemberian penghargaan kepada usaha yang dipandang berprestasi. Beberapa perusahaan BUMN dan swasta juga ikut terlibat dalam mendukung program-program tersebut. Peminjaman modal usaha dan berbagai program pembekalan wawasan kewirausahaan tersebut pada akhirnya dimaksudkan agar lebih banyak orang yang tertarik untuk berwirausaha Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan seseorang. Dukungan keluarga adalah bantuan yang berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun 7 Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 62.

19 penelitian yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis pihak penerima dukungan, sehingga pihak penerima dukungan akan semakin produktif, kreatif, serta mampu mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal. Individu yang terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam bidang wirausaha secara sengaja atau tidak sengaja dapat menjiwai pekerjaan semacam itu 8. Kebanyakan usaha keluarga akan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Individu seperti ini biasanya lebih dapat mengelola suatu usaha dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hisrich dan Peters (dalam Cahyono, 2010) menemukan bahwa dari 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai orang tua terutama ayah yang juga seorang wirausahawan. Hasil penelitian Cahyono (2010) menemukan bukti bahwa pekerjaan orang tua berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Demikian juga hasil penelitian Endi (2011) menemukan bukti bahwa mahasiswa yang latar belakang keluarga atau saudaranya memiliki usaha ternyata memiliki tingkat intensi kewirausahaaan yang lebih besar dibandingkan mahasiswa yang keluarga atau saudaranya tidak memiliki usaha. 8 M. Musrofi, Kiat Sukses Berwirausaha (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 17.

20 Pengusaha yang memulai bisnis karena faktor keluarga cukup banyak ditemui. Orang tua atau saudara pengusaha tersebut umumnya akan menganjurkan anggota keluarga lain untuk membuka usaha juga atau keluarga sengaja mengajak anggota keluarga lain untuk meneruskan usaha, membuka cabang atau merintis usaha lanjutan baru dari usaha yang sudah ada. Dengan demikian, pengusaha baru ini tinggal mengikuti anggota keluarganya yang sudah menjadi pengusaha mengenai berbagai aspek mulai dari modal, bahan-bahan yang dibutuhkan, hingga manajemen bisnis barunya tersebut Lingkungan Kerja Lingkungan tempat kerja seseorang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Menurut Hendro (2006), lingkungan kerja yang nyaman dan sesuai dengan keinginan seseorang akan sulit menstimulus orang tersebut untuk berkeinginan menjadi pengusaha, namun bila lingkungan kerjanya tidak nyaman maka hal itu akan mempercepat seseorang memilih karir sebagai seorang pengusaha. Selain itu, hubungan yang terjalin baik antara seseorang dengan teman sejawat atau mitra kerjanya dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi seseorang untuk memiliki usaha sendiri (Utami, 2007). Para pengusaha dapat menentukan keputusan menjadi pengusaha sepenuhnya dengan membandingkan pendapatan tetap dari pekerjaan yang masih digelutinya dengan pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya. Pendapatan seorang pengusaha biasanya naik turun, karena itu pengusaha tidak boleh terjebak dengan

21 keinginan keluar dari pekerjaan yang masih digelutinya jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya belum stabil. Jika naik turunnya pendapatan yang diperoleh dari suatu bisnis masih labil dan tidak bisa dijadikan pegangan, sebaiknya pengusaha jangan terburu-buru keluar dari pekerjaannya. Jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya minimal sama atau lebih besar dibandingkan pendapatan dari pekerjaan yang masih digelutinya serta pendapatan tersebut sudah bersifat permanen dan stabil, maka pilihan untuk meninggalkan pekerjaan dan memutuskan menjadi seorang pengusaha sepenuhnya tentu dapat diambil Kesiapan Instrumen Tiga elemen kesiapan instrumen yang dipercaya mempengaruhi seseorang dalam memutuskan berbisnis yaitu akses modal, ketersediaan informasi dan jaringan sosial Akses modal Akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut caloncalon wirausaha di negara-negara berkembang. 9 Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, op. cit, h. 8-9.

22 2. Ketersediaan informasi Ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausahawan. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada karakteristik seseorang, seperti tingkat pendidikan dan kualitas infrastruktur, meliputi cakupan media dan sistem telekomunikasi. 3. Jaringan sosial Mazzarol, dkk. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi minat kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup: a. Komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b. Pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak. c. Muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang ada. Bagi wirausahawan, jaringan sosial merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan

23 modal. Jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausahawan untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usahanya. Kesiapan berbagai instrumen tersebut merupakan salah satu prasyarat bagi seorang pengusaha untuk memulai segala sesuatu dalam membangun bisnisnya. Sekecil apapun instrumen yang dimiliki pengusaha tersebut harus dapat terus dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal sehingga bisnisnya dapat semakin maju dan berkembang Kesempatan dan Peluang Peluang merupakan potensi yang dimiliki suatu daerah atau lingkungan di sekitar seseorang. Menurut Suryaman (2006), suatu daerah yang memberikan peluang seseorang untuk menjadi pengusaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sangat banyak kesempatan dan peluang yang dapat memberikan keuntungan di lingkungan sekitar seseorang. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan wirausahawan yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih kesuksesan. Kesempatan dan peluang dapat muncul ketika pengusaha mengetahui kebutuhan lingkungan sehingga menimbulkan keinginan berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lingkungannya tersebut. Membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan oleh seorang pengusaha yang baru memulai bisnisnya, namun juga sebagai pondasi pada saat seorang pengusaha sudah bergelut lama dalam

24 dunia bisnis. Kemampuan seorang pengusaha dalam membaca peluang pasar juga harus dimiliki ketika pengusaha tersebut ingin lebih mengembangkan bisnisnya, melakukan segmentasi pasar, maupun pada saat melakukan perluasan jenis usaha baru. Kemampuan pengusaha dalam menangkap peluang pasar juga akan mempengaruhi orientasinya akan masa depan. Para pengusaha yang memiliki pandangan ke masa depan akan selalu berusaha dan berkarya sehingga tidak cepat puas dengan apa yang telah ada. Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, mereka tidak akan cepat puas dan akan selalu mempersiapkan kreasi selanjutnya dengan terus mencari berbagai kesempatan dan peluang Tokoh Panutan (Role Model) Memiliki tokoh panutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai karirnya 10. Orang tua, saudara, teman, guru atau wirausahawan lain dapat menjadi sosok panutan (role model) bagi suatu individu. Wirausahawan membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usahanya, tokoh panutan dapat berperan sebagai mentor bagi wirausahawan. Wirausahawan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh tokoh panutan tersebut. Tokoh panutan berperan penting bagi seorang pengusaha karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah tokoh panutan yang telah meraih kesuksesan dapat memotivasinya untuk membuka usahanya sendiri. Pengusaha 10 Suryana, Kewirausahaan (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 28.

25 dapat membaca dan memahami profil serta kisah perjuangan tokoh panutan tersebut mulai dari saat merintis bisnisnya hingga menjadi seorang tokoh yang sukses. Kisah perjuangan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi para pengusaha untuk dapat mencapai kesuksesan dengan cara yang serupa. Selain itu, sorang pengusaha juga akan membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dalam bisnisnya. Jika pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya terbatas, maka pengusaha tersebut perlu mempertimbangkan masukan atau pendapat dari seorang mentor. Seorang mentor dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dapat membimbing seorang pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya, baik dari bidang teknis maupun manajemen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang tergabung dalam negaranegara ASEAN. Melalui visi dan komitmen yang ingin dicapai ASEAN pada tahun 2020 yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini dihadapkan pada masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu pemerintah mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting dalam pengambilan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Wirausahawan adalah hasil dari sifat asli manusia itu sendiri serta beberapa faktor demografi (Ahmad et al 2013). Risiko berperan penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara dan juga untuk menambahkan lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di masa yang akan datang, sangatlah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan

Lebih terperinci

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak Jurnal Eksos, Jul. 2011, hlm. 130-141 Vol. 7. N0. 2 ISSN 1693-9093 Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini lapangan pekerjaan semakin terbatas, sementara masyarakat yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 menunjukkan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu sumber daya yang berharga. Apabila sebagian besar jumlah penduduk ini merupakan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Pengertian dan Konsepsi Wirausaha : Para mahasiswa dapat menjelaskan pengertian wiraswasta, wirausaha, serta peristilahan yang terkait dengan wirausaha (giatan mahasiswa) 1 1. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan adanya suatu aktivitas kerja anggota-anggotanya sesuai dengan fungsi dan tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D 1. Dwi Putri Esthirahayu ( 105030201111006 ) 2. Shella Ekawati L ( 105030200111015 ) 3. Rizkya Haerani ( 105030201111001 ) 4. Nela

Lebih terperinci

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah K e w i r a u s a h a a n 1 Bab 1 Kewirausahaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menguasai terkait latar belakang kewirausahaan dan perkembangannya. K emakmuran dari suatu negara bisa dinilai dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karakteristik Kewirausahaan 2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan Secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000). Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya minat siswa dapat melakukan aktivitas yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya minat siswa dapat melakukan aktivitas yang berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menyediakan berbagai kesempatan dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disusun dalam suatu kurikulum dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu bagian dari organisasi jasa. Organisasi jasa diartikan sebagai organisasi yang memproduksi dan memasarkan jasa-jasa yang tidak berwujud

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi 107 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan kajian dan hasil analisa data pada penelitian yang berjudul Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Berwirausaha

Lebih terperinci

Psikologi Industri & Organisasi

Psikologi Industri & Organisasi Modul ke: Psikologi Industri & Organisasi Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan Fakultas PSIKOLOGI Irfan Aulia, M.Psi. Psi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Modul 4 Abstract Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa. Persaingan dunia tenaga kerja yang semakin pesat, berbanding terbalik dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. KARAKTERISTIK PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK CIRI-CIRI UMUM NILAI-NILAI HAKIKI CARA BERPIKIR KREATIF DALAM SIKAP DAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna baik secara jasmani maupun rohani. Kesempurnaan inilah yang dapat digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber daya dalam organisasi semakin diyakini kepentingannya baik sekarang maupun di kemudian hari, sehingga makin mendorong perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini.

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA KEWIRAUSAHAAN Latar belakang mengapa perlu berwirausaha adalah agar mampu menatap masa depan yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Hakikat dan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN INTI DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN JIWA DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PROSES KEWIRAUSAHAAN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci