Sambutan Menteri Perdagangan RI ASEAN Economic Community April 20071
|
|
- Hadian Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Sambutan Menteri Perdagangan RI ASEAN Economic Community April Yth. Bapak Burhanudin Abdullah, Yth. Bapak Rahmat Saleh, Yth. Bapak Adrianus Moi, Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang hadir pada siang hari ini, Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua. Adalah kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk dapat hadir pada pertemuan ini, bukan saja karena topik yang dibahas sangat tepat sehubungan dengan the 40 th anniversary of ASEAN, namun kami hadir untuk menghormati dan mengenang Bapak Charles Joseph yang merupakan salah satu penyunting buku dari ketiga seri buku yang kita luncurkan siang hari ini. Kami berteman dengan saudara Charles Joseph pada waktu sama-sama kuliah di UC Davis dan bersama-sama belajar ekonomi. Saya mengajarkan ekonomi kepada beliau dan beliau mengajar saya bagaimana menyanyi. Kami mempunyai banyak memori yang baik mengenai saudara Charles dan beberapa hari sebelum beliau meninggal, kami saling bertukar mengenai buku ini dan tersebut kami simpan sebagai suatu memori yang long lasting. Kami juga berharap beliau yang sudah berada di sisi Tuhan, melihat kita melakukan diskusi mengenai buku ini. Saudara-saudara sekalian, Mari kita bahas mengenai perdagangan internasional dalam ASEAN Economic Community (AEC) Pada awal Januari 2007 para pemimpin negara-negara anggota ASEAN memutuskan untuk mempercepat tercapainya ASEAN Community -bukan saja Economic Community tetapi juga ASEAN Communitydari 2020 menjadi 2015, atau lima tahun lebih cepat dari yang sudah dijadwalkan sebelumnya. 1 Disampaikan oleh Menteri Perdagangan pada saat Peluncuran 3 (tiga) Buku Mengenai Perdagangan Internasional oleh Bak Indonesia di Jakarta, tgl.20 April 2007 Secara garis besar, ada tiga pertanyaan pokok seputar ASEAN Economic Integration dan ASEAN Economic Community (AEC), yakni:
2 1. Mengapa kita memerlukan AEC atau greater ASEAN Economic Integration? 2. Sudah sejauhmana perjalanan kita menuju AEC? 3. Kemana kita harus melangkah untuk mencapai AEC? Ketiga pertanyaan sederhana tapi mendasar tersebut harus kita pahami dan saya berharap diskusi nanti sore dapat membahasnya secara lebih mendalam. Pertanyaaan pertama, mengapa kita memerlukan AEC? AEC adalah produk Indonesia, karena dilahirkan pada saat Bali Concorde Kami ikut dalam proses melahirkan konsep-konsep yang dikembangkan waktu itu untuk AEC. Yang yang mendorong kita mengembangkan konsep AEC adalah pemikiran bahwa sudah saatnya ASEAN menuju pada sesuatu yang lebih besar daripada sekedar forum perbincangan atau talkshows. Tahun 1991 hingga tahun 2000-an, yang menjadi kerangka dari kerjasama ekonomi atau economic integration di ASEAN adalah AFTA (Asian Free Trade Area), yang diluncurkan pada tahun 1991 dan seharusnya rampung pada tahun 2005, namun dipercepat menjadi tahun Pada waktu itu, karena banyaknya frekuensi pertemuan tanpa disertai langkah konkrit, maka salah satu mantan menteri dari Thailand mengatakan bahwa AFTA juga merupakan singkatan dari Agree First, Talk After. Tercat sekitar 600 rapat dilakukan oleh ASEAN sepanjang tahun, baik di tingkat Pemerintah maupun di kalangan lembaga non pemerintah. ASEAN benar-benar serius dalam melahirkan true economic integration, bukan hanya terbatas kepada tariffs dan goods. Mulai tahun 2000-an, urgensi untuk mewujudkan kerjasama ekonomi sangat mendesak karena perkembangan beberapa faktor eksternal maupun internal ASEAN. Dari faktor eksternal adalah berkembangnya dua raksasa ekonomi yaitu RRT dan India. Kita berada di suatu kawasan dimana kita harus bersaing dengan kedua raksasa ekonomi tersebut. Dengan berjalannya waktu dan persaingan, ASEAN pada saat itu membahas relevansi keberadaannya pasca krisis keuangan Asia. ASEAN dianggap tidak relevan lagi, demikian juga Asia Tenggara. Bagaimana meningkatkan relevansi kita kembali? Satu-satunya cara adalah memperkuat ASEAN sebagai a real region. Karena jika kita memang benarbenar bergabung sebagai satu kawasan, maka ASEAN akan kuat. Dengan populasi 560 juta jiwa dan kekuatan daya belinya, mulai dari US$ di Singapura dan US$ 200 di Myanmar. Walaupun perbedaannya tinggi, namun persentase middle class di Asia Tenggara cukup berarti. Dengan demikian, ASEAN ini harus kuat dan mulai benar-benar merealisasikan integrasinya. Hal ini pula yang mendorong lahirnya Asean Community di 2003, bukan saja dari sudut ekonomi namun mencakup sosial dan politik.
3 Perkembangan eksternal lainnya yaitu pada saat bersamaan kita harus berbenah diri ke dalam. Kita sudah mulai melakukan negosiasi dengan mitra dialog kita, ASEAN China Free Trade Area yang awalnya dicetuskan oleh Zhu Rongji tahun 2000, dan kemudian berkembangan cepat sekali dalam proses negosiasinya. Kalau kita menginginkan ASEAN menjadi center of regional cooperation, ASEAN sebagai suatu wadah harus kuat. Ada dua hal penting yang mendorong lahirnya keinginan kita untuk memiliki kerjasama ekonomi ASEAN yang kuat. Selain ASEAN +1, China, Korea, India, Japan, Australia, New Zealand, yang lebih kuat semua mitra dialog yang sedang atau sudah menyelesaikan tahap negosiasi, ditambah lagi dengan adanya ASEAN +3, ASEAN +6 agar cakupan regionalnya menjadi lebih besar. Kalau berkeinginan menjadikan ASEAN sebagai pusat kerjasama ekonomi regional, dan menjadi center of gravity, maka ASEAN harus kuat. Dan objektif ini hendaknya menjadi ASEAN menjadi driving force bagi kita untuk mewujudkan AEC yang kuat. What does AEC mean and what should it mean? Sesungguhnya jawaban atas pertanyaan tersebut dimulai dari pemikiran ASEAN Free Trade Agreement, yaitu bahwa ASEAN sebagai satu pusat produksi regional yang memperoleh keuntungan dari complementary resources endowment yang ada di berbagai negara ASEAN untuk menjual ke pasar ketiga. Berbeda halnya dengan konsep European Economic Community yang dari awal selalu membayangkan pasar tunggal dan pasar internal yang besar sebagai dorongan untuk melakukan kerjasama regional. Sepatutnya dari awal pemikiran kita dilandasi keinginan untuk mewujudkan kawasan yang memiliki daya saing kuat, dan drawing from complementarity dari sumber daya kita untuk menjadi regional hub yang lebih kompetitif, menarik investasi, dan mampu merambah ke pasar ketiga bukan pasar dalam negeri. Dengan jangkauan pasar kita yang semakin meluas ditambah lagi mempunyai ASEAN + China, ASEAN+ Korea, pasar regional dan pasar ASEAN, maka semakin kuatkah alasan kita melakukan kerjasama ekonomi dalam kawasan ASEAN. Ditunjang pula oleh GDP kita yang mencapai 800 miliar dan peningkatan daya beli, ada beberapa fakta penting untuk kita sadari mengenai ASEAN. Tingkat urbanisasi di ASEAN secara keseluruhan berada di kisaran 42%, ini relatif tinggi bila dibandingkan dengan India. Dengan kata lain, the size of urban market, middle class dan consumer market di ASEAN itu besar. Beberapa perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang consumer sangat menyadari hal itu, termasuk negara-negara lain dalam ASEAN yang melirik consumer market di Indonesia. Hal yang tak kalah penting adalah struktur demografis populasi kita dengan komposisi sebesar 31,6% dari penduduk ASEAN berusia kurang dari 15 tahun,
4 28,1% antara tahun, sehingga 60% dari populasi di ASEAN berada di bawah usia 29 tahun. Ini menggambarkan consumer market, certain democratic taste in that market, dan yang juga penting adalah young productive labor force. Data lain mengenai sumber daya ASEAN adalah 21,5% berusia tahun, jadi terdapat sekitar 81% dari populasi ASEAN di bawah usia 44 tahun. Kenyataan ini seharusnya benar-benar dapat kita jual dan menjadi bagian dari AEC selain pembahasan mengenai peralihan keahlian sumber daya manusia. Seiring dengan bertambahnya tingkat persaingan kita dengan India dan China, kita harus meningkatkan akselerasi dan integrasi ASEAN. Pertanyaan selanjutnya, sejauh mana kita berada dalam proses ASEAN Economic Integration? Masih dalam proses atau sudah menghasilkan kemajuan dalam ASEAN Economic Integration maupun Economic Community? Mungkin kita harus kembali mengingatkan apa yang telah disepakati tahun ASEAN Economic Community berarti free flow of trade in goods, investment, trade and services, and skilled labor and freer flow of capital. Ini sebenarnya definisi dari AEC. Dan kesepakatan pada tahun 2003 menyatakan paling lambat direalisasikan tahun Sebagaimana telah kami sampaikan pada summit yang lalu, para kepala negara telah mempercepat tenggat waktunya dari semula 2020 menjadi 2015, dan hal ini sangat wajar mengingat tenggat waktu yang kita tetapkan dalam ASEAN+1, perjanjian-perjanjian kita dengan mitra dialog rata-rata rampung pada tahun 2010 atau Dengan demikian kita harus mempercepat pembahasan di internal ASEAN sebelum merampungkan pembahasan dengan mitra dialog kita. Pada pertemuan baru-baru ini yang membahas AEC, beberapa tokoh yang sudah lama memikirkan ASEAN menyepakati bahwa ASEAN tidak dapat dibiarkan lebih lama lagi di persimpangan jalan, kita harus sudah tahu tujuan kita, yaitu free flow of goods, investment, skilled labor, and freer flow of capital. Selanjutnya, bagaimana menuju jalan itu (menyebrangi sungai)? Maka muncul sejumlah pertanyaan, bagaimana membuat jembatan; apakah kita akan melewati jembatan; menumpang sampan; atau kita berenang. Jelas, kita tidak akan memutuskan untuk berenang karena kita tidak akan sampai ke sana dalam waktu 8 tahun. Dengan demikian, yang menjadi pembahasan saat ini yakni bagaimana kita mencapai tujuan AEC tersebut. Salah satu kerangka penting yang harus dilahirkan tahun ini adalah ASEAN Charter. Sebagaimana European Rome Treaty pada tahun 1958 yang mendasari pembentukan the European Custom Union dan the European Union, kita harus melahirkan legal charter yang menentukan hal-hal yang supranasional. Sehingga di atas masing-masing pemerintah ASEAN ada semacam supranational legal structure yang menentukan hal-hal penting di dalam konteks kerjasama regional.
5 Dari segi kerjasama perdagangan ataupun ekonomi di konteks ASEAN, ada dua hal penting: 1. ASEAN Secretariat mempunyai peranan yang lebih besar dari sekarang. Saat ini Secretary General berfungsi sebagai sekretaris saja, mencatat dan mengatur rapat, namun tidak memiliki wewenang mengambil keputusan atau otoritas selain itu. Kelak, Secretary General diberikan otoritas lebih. Meski kita masih jauh dari fungsi yang diterapkan European Union, namun intinya mengacu kepada suatu wadah yang lebih besar seperti itu. 2. Ada semacam perselisihan antara negara ASEAN, dan ini terkait dengan perdagangan, investasi, yang memerlukan proses secara regional. Penyelesaian perselisihan sebetulnya sudah ada sekarang, namun masih perlu diuji coba. Bila ada di antara kita yang mengalami perselisihan kemudian dibawa ke ASEAN Dispute Settlement, apakah sudah bisa diselesaikan atau tidak? Hal ini akan menjadi uji coba yang riil bagi kerjasama regional. Bila kita berbicara mengenai jembatan: saat ini kita harus membangunnya. Dari segi kerjasama ekonomi ASEAN, 99% dari tarif kita sudah 0-5%, jadi tarif perdagangan inter ASEAN sudah pada level yang sangat rendah 0-5%. Sisanya 1-2%, yang masih sensitive list, itu sedikit sekali dari segi tarif. Kalau bicara trade and goods, sekitar 60% sudah hamper zero tariff, meski kenyataannya kita masih menghadapi persoalan non-tariff barriers - dimana tarifnya bisa 0 tapi kita tidak bisa menjual barang kita ke pasar ASEAN yang lain. Dan seringkali yang dipersoalkan adalah Certificate of Origin kita atau pengusaha kita banyak yang menggunakan Form D, atau dikenai technical standard, kasus dumping, safeguard. Hal-hal tersebut yang harus diatasi dan masuk dalam pembahasan trade facilitations, dimana dibahas mengenai customs, standard agreement of customes, regulation standard, mutual recognition standard of barriers product. Sekarang sudah ada MRE electrical goods, dan beberapa produk lain akan dimasukkan. Yang paling penting saat ini untuk direalisasikan sebagai program nasional maupun ASEAN adalah National Single Window, yang dijadwalkan pada tahun 2008 telah mencapai ASEAN Single Window. Dari segi efisiensi perdagangan, hal ini akan memberi manfaat penting bagi Indonesia. Bagaimana kita mencapai ke sana? Kita harus melakukan introspeksi setelah 40 tahun lahirnya ASEAN, terutama mengenai kritik-kritik utama yang selalu kita dengar mengenai ASEAN, Banyak Bicara Tanpa Aksi Nyata. Di samping itu, kita pun harus memiliki komitmen politik dan sosial yang jelas diimplementasikan. Kita juga sepakat untuk mempunyai blue print, mengenai apa yang harus dikerjakan secara mendalam dan bersama-sama. Di dalam blue print itu akan termuat jembatan-jembatan untuk menyeberangi sungai tadi. Terdapat 5 hal yang dimuat di blue print yakni: tindakannya, tujuan dalam AEC, tanggung jawab,
6 penjadwalan serta laporan berkala. Selama apa yang harus dilakukan? Tanggung jawab dari menteri-menteri setiap negara? Untuk Indonesia, focal point nya dari bidang ekonomi oleh Menteri Perdagangan, dan untuk urusan lain oleh Menteri Luar Negeri, termasuk soal keamanan dan sosial. Kita harus melaporkan hasil yang dicapai di masing-masing negara setiap 6 bulan. Ini baru berjalan 3 bulan, dan kita masih memiliki 3 bulan ke depan untuk menyampaikan laporan Indoensia mengenai pencapaian pertama dari blue print. Untuk objektif pertama, single market and production base, termasuk di dalamnnya yaitu free flow of goods dengan menghapuskan hambatan-hambatan non tarif. Mengenai facilitation majors, dapat diterapkan melalui National Single Window atau ASEAN Single Window. Selanjutnya, bagaimana kita mencapai the single market and production base? Dengan menerapkan free flow of services yang menetapkan standar; dan mencantumkan bagian facilitations dan liberalization. Terkait dengan facilitation, harmonization, standardization dan recognition of education or skill licenses and certification, saat ini baru ada MRE mengenai nursing dan engineering services. Dalam hal free flow of investment, ASEAN memiliki perjanjian investasi dan kita harus mengumumkan dan menjelaskan peraturan-peraturan yang kita terapkan dalam rangka liberalisasi perdagangan dan transparansi. Untuk freer flow of capital, ini menjadi tanggung jawab Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, terutama berkaitan dengan selected capital account manager. Namun, saya juga mengetahui informasi mengenai adanya resistensi terhadap hal ini dari rapat Menteri Keuangan ASEAN minggu lalu. Kembali kita harus mengingat bahwa kata kuncinya freer flow, tidak sekedar free, sehingga interpretasinya akan tergantung pada kapasitas masing-masing negara. Sedangkan free flow or skilled labor itu MRE, liberalization, crisis economic region, competitive economic major, legal, IPR, infrastructure, information structure dan lain sebagainya. Berbicara mengenai equitable development, perlu adanya ASEAN Fund sehingga kita dapat membantu Cambodia Laos Myanmar (CLM) yang masih dianggap jauh di bawah pembangunan negara-negara lain di ASEAN dan harus didorong pembangunannya., serta kita sekarang bersaing dengan Vietnam. Beberapa format pendanaannya dapat dilakukan dalam bentuk ASEAN 7 +3, yang dulu kita sebut ASEAN 6 and CLMV. Yang terakhir, integrasi menyongsong ekonomi global. Bagaimana ASEAN saling bekerjasama dengan lingkungan eksternal, dalam lingkup ASEAN sendiri, dan di forum WTO yang masih belum satu suara, misalnya dalam hal special products. Hal ini yang perlu dibahas lebih lanjut dalam blue print, karena tiap 6 bulan kita harus melaporkan kemajuannya. Kami ingin mengingatkan kembali kita semua untuk bekerja keras dalam rangka membangun jembatan-jembatan supaya kita dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
7 Demikian sambutan kami, semoga bermanfaat bagi diskusi sore ini. Terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciDaya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan
Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinci: Institute Of Southeast Asian Studies
BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013
Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA INDONESIA-AUSTRALIA ANNUAL
Lebih terperinciASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak
ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Puket,
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinci2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMasyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)
Masyarakat Ekonomi ASEAN Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Tingkat Daya Saing Global Negara-Negara Asean Negara Peringkat 2013 Peringkat 2014 Peringkat 2015 Singapura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciKata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.
1 HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh I Gusti Ayu Agung Ratih Maha Iswari Dwija Putri Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Program Kekhususan Hukum Internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar
Lebih terperinci: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan
Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),
Lebih terperinciImplikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )
Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana
Lebih terperinciSambutan Pengantar Presiden RI pada Pembahasan Ekonomi untuk 10 tahun Mendatang, 30 Desember 2010 Kamis, 30 Desember 2010
Sambutan Pengantar Presiden RI pada Pembahasan Ekonomi untuk 10 tahun Mendatang, 30 Desember 2010 Kamis, 30 Desember 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBAHASAN EKONOMI UNTUK 10
Lebih terperinciINOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara
Lebih terperinciSelamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA (LPEI) DENGAN ASOSIASI PERTEKSTILAN INDONESIA (API) DAN ASOSIASI PERSEPATUAN INDONESIA (APRISINDO)
Lebih terperinciDAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS
ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H151054164 TESIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciAdapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :
BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan
Lebih terperinciSambutan Menteri Perdagangan pada Acara Munas API Jakarta, 22 April 2010
Sambutan Menteri Perdagangan pada Acara Munas API Jakarta, 22 April 2010 Tema: Pengembangan Pasar Non Tradisional Produk TPT di Indonesia Yang terhormat, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Bapak
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade
Lebih terperinciBAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003
BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah Singkat Pembentukan MEA Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara- negara anggota telah meletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PASAR YANG SARAT TANTANGAN Hendri Saparini, Ph.D saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Standarisasi - BSN Jakarta, 12 November 2014 MEA 2015: Keterbukaan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr.Wb., Salam sejahtera bagi kita semua,
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN LAPANGAN PEMBANGUNAN PABRIK PELUMAS SHELL DAN FASILITAS JETTY DI KAWASAN INDUSTRI & PERGUDANGAN MARUNDA CENTER, BEKASI SELASA, 13 JANUARI 2015 Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciMODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS
MODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS D I M A S A D E P A N Oleh: Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc '1 Ir. Heny K.S. Daryanto, DipAgEc, DipMgt, MEc 2, 1. PENDAHULUAN Indonesia tidak akan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinci#GusDur
#GusDur www.lpminkmas-feb.trunojoyo.ac.id Http://www.lpminkmas-feb.trunojoyo.ac.id Http://www.lpminkmas-feb.trunojoyo.ac.id KALENDER AKADEMIK Tahun 2015/2016 Semester GASAL Salam Pers Mahasiswa..! Puji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Sejarah Pembentukan ASEAN
BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Pembentukan ASEAN sebelum ASEAN didirikan, berbagai konflik kepentingan juga pernah terjadi diantara sesama negara-negara Asia Tenggara. Sebelum ASEAN terbentuk pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi negaranya. Dewasa ini, salah satu syarat penting untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciMEMBANGUN TIM EFEKTIF
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciPERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015
PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMDA DALAM MEMENANGI PERSAINGAN MEA 2015 Hendri Saparini, Ph.D Ekonom - CORE Indonesia saparini@coreindonesia.org www.coreindonesia.org Seminar Nasional Bisnis dan Teknologi
Lebih terperinciIMPLIKASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT TERHADAP PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KE SINGAPURA
IMPLIKASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT TERHADAP PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA KE SINGAPURA Elsa Yufani 1 Drs. Syafri Harto, M.Si 2 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs
Lebih terperinciDhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.
Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinciKajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc
Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc Terdapat beragam pengertian tentang infrastruktur publik. Salah satunya, World Bank (1994) yang mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.
BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS KESIAPAN TENAGA KERJADALAM MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI KOTA MEDAN OLEH RIZKI DIANA SARI NIM :
SKRIPSI ANALISIS KESIAPAN TENAGA KERJADALAM MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI KOTA MEDAN OLEH RIZKI DIANA SARI NIM :120501207 PROGRAM STUDI STRATA-1 DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak
Lebih terperinciKebijakan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Kebijakan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Kemandirian Pangan Menyongsong Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Benyamin Lakitan Makalah Utama pada Seminar Hari Pangan Sedunia
Lebih terperinci