PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA"

Transkripsi

1 PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat) Oleh Komsyah Dea Purwati A PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Komsyah Dea Purwati A PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 ABSTRACT KOMSYAH DEA PURWATI. Estimation of Carbon Stock in Various Types of Land Cover with a Spatial Modelling of Field Measurement Data and Remote Sensing (a case study at Puncak and Cianjur areas, West Java), under supervised by Muhammad Ardiansyah and Widiatmaka. Remote sensing technology is one of the effective ways to monitor land cover changes from time to time. The integration of field data and spatial data of land use changes from 1989 to 2007 will be a reference to find out the change of carbon stock in a certain land cover and land use. This research is to know the change of land cover during the periode of and to analyze its relationship to the carbon stock changes. In this study, the method was divided into 4 stages: preparation and data collection, analysis of digital image, analysis of land cover/use, and estimation of carbon stock. The analysis result of Landsat image in 1989 and 2007 showed that there was a decline in the area of forest, rice field, and bare land up to 654 ha ( 4.92%), 594 ha (4.47%) and 95 ha (0.72%) respectively during the period of On the contrary, there was an increase in settlement areas, mix crops, crops, tea plantation and bushes by 954 ha (7.18%), 170 ha (1.28%), 145 ha (1.09%), 44 ha (0.33%) and 28 ha (0.22%). Estimation of carbon stock included biomass carbon and soil organic carbon stock. The total biomass carbon stock in forest areas and mix plantation decreased by 0.20 Mt from 1.76 Mt in 1989 to 1.56 Mt in The soil organic carbon stock in the depth of 0-30 cm decreased by tens/ ha, and in the depth of cm decreased by tons/ ha, while the total soil organic carbon stock decreased by 0.51 Mt in the depth of 0-30 cm and 0.20 Mt in the depth of cm. Keywords: Land cover/use Change, Remote Sensing, Carbon Stock

4 RINGKASAN KOMSYAH DEA PURWATI, Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat), di bawah bimbingan Muhammad Ardiansyah dan Widiatmaka. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan pemantauan perubahan lahan dari waktu ke waktu. Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai tahun 2007 akan memberikan referensi untuk mengetahui seberapa besar perubahan karbon tersimpan pada suatu penutupan/penggunaan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 sampai 2007 dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan Pada penelitian ini, metode penelitian dibagi menjadi 4 tahapan yaitu tahap persiapan dan pengumpulan data, tahap analisis citra digital, tahap analisis perubahan penutupan/penggunaan lahan dan pendugaan karbon tersimpan. Hasil analisis citra Landsat tahun 1989 dan 2007 menunjukan telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 28 ha (0,22 %). Pendugaan karbon tersimpan meliputi karbon biomassa dan karbon organik tanah. Karbon biomassa tersimpan dalam kawasan hutan dan kebun campuran, mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt dari 1,76 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,56 Mt pada tahun Karbon organik pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33 ton/ha, dan pada kedalaman cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha, sedangkan total karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,51 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,20 Mt pada kedalaman cm. Kata Kunci :Perubahan penutupan/penggunaan lahan, Penginderaan jauh, Karbon Tersimpan.

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan Dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat). : Komsyah Dea Purwati : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Dr. Ir. M. Ardiansyah Dr. Ir. Widiatmaka, DAA NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB Prof. Dr. Ir. Didi Sopandie, M. Agr NIP Tanggal lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 14 mei 1985, penulis merupakan putri dari Ibu Enok dan Bapak Nodi. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Sekarwangi I pada tahun , dilanjutkan ke SLTPN 5 Karawang dan pada tahun 2000, penulis diterima di SMUN 5 Karawang dan lulus pada tahun Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah ikut keanggotan dalam majalah humus, selain itu juga penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Kartografi pada tahun 2006/2007, Pengantar Sistem Informasi Geografis periode 2006/2007, Biologi Tanah tahun 2006/2007, Geomorfologi dan Analisis Lanskap (2006/2007), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (2007/2008) dan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan (2007/2008). Selain itu juga pernah berpartisipasi dalam proyek Interpretasi Citra Landsat TM5 dan ETM+7 tahun 2006/2007 program Menuju Indonesia Hijau dan Pemetaaan Lahan Tebu Provinsi Jawa Timur.

7 i KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Alhamdulilah, Puji dan syukur penulis tujukan hanya untuk Allah S.W.T, karena atas nikmat dan karunia-nya, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan Dengan Pemodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat) bertujuan untuk mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Ir. M. Ardiansyah dan Dr. Ir. Widiatmaka selaku Pembimbing Skripsi dan Dr.Ir. Darmawan selaku pembimbing Akademik selalu sabar dalam memberikan masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis, selain itu juga penulis mengucapkan terima kasih banyak pada : 1. Bapak Dr.Ir. Kukuh Murtilaksono selaku dosen penguji tamu atas saran dan masukannya pada karya penulis. 2. Mama, Bapak dan keluarga besar Opung yang selalu memberikan doa, motivasi dan bantuan setiap waktu. 3. Sinta, terima kasih banyak atas kerjasamanya dan kesetiaannya menungguku. 4. Mba Reni, Mba Ulee, Mas Manijo, Pak Yudi, Pak Halim, Ka Danny, Ana, Agi, Mba Zuzu, K Hendra, Toni, team radar dan PPJ-ers, terimakasih atas bantuannya dan canda tawanya. 5. Anto, Jatmiko, Pungkas, Cepi, Wakhyu, Drikarsa, Bayu, Ardi, Rizaldy dan Tatiek atas kesediaannya membantu penulis pada saat cek lapang. 6. Sobat-sobatku, Ugi, Zoes, Gina, Tiek dan Aie (Terima kasih atas segalanya), para Jasmine Rangers, Adist, Inge, Amy, Boma, Heda, Dean dan Ginastri-ers (yeto, apen dan ari). 7. Mba Iko, Mba Hesti, Bu Lina, Bu Ela, Pak Ratman dan Bu Tini, terima kasih atas bantuannya. 8. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atas perizinannya. 9. Proyek Hibah Bersaing T.A atas pembiayaan penelitiaan.

8 ii 10. Proyek Menuju Indonesia Hijau atas pengalaman yang mendukung penelitian penulis. 11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya dan yang penulis buat ini mendapat Ridho-Nya, Insya Allah. Amien.. Bogor, Mei 2008 Komsyah Dea Purwati

9 iii DAFTAR ISI Teks Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Asumsi/Keterbatasan Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Karbon Tersimpan Definisi Karbon Tersimpan Karbon Tersimpan Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Pengukuran Karbon Tersimpan Penutupan/Penggunaan Lahan Data Penginderaan Jauh Landsat Interpolasi Titik... 9 III.BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Tahap Persiapan Dan Pengumpulan Data Tahap Analisis Citra Digital Koreksi Geometrik Klasifikasi Pengecekan Lapang Analisis Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Pendugaan Karbon Tersimpan Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan... 14

10 iv Karbon Tersimpan Pada Tanah IV. KONDISI UMUM Lokasi Penelitian Kondisi Fisik Topografi dan Penutupan/Penggunaan Lahan Iklim dan Curah Hujan Jenis Tanah Keadaan Penduduk V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan/Penggunaan Lahan Daerah Puncak-Cianjur Perubahan Penutupan/Penggunaan lahan Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan Karbon Tersimpan Dalam Tanah Data Permukaan Karbon Organik Tanah Karbon Organik Tersimpan Kawasan Pengaruh Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Terhadap Karbon Tersimpan Kawasan Perubahan Karbon Tanah Pada Penutupan/Penggunaan Lahan Yang Sama VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 48

11 v DAFTAR TABEL No Hal Teks 1 Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan Parameter-Parameter Biomassa Di Atas Tanah Dan Metode Pengukurannya Saluran Citra Landsat TM Luas Penutupan / Penggunaan Lahan Tahun 1989 Dan Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Karbon Biomassa Tersimpan Dalam Kawasan Pada Hutan Dan Kebun Campuran Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun Karbon Organik Tersimpan dan Tersimpan Kawasan Tahun 1989 Dan

12 vi DAFTAR GAMBAR No Hal Teks 1 Ilustrasi Perhitungan IDW Pengukuran Biomassa Pohon Di Lapang Plot Pengambilan Contoh Tanah Tahap Analisis Citra Digital Tahap Pendugaan Karbon Biomassa Tersimpan Atas Di Permukaan Tahap Pendugaan Karbon Tersimpan Dalam Tanah Peta Daerah Penelitian Peta Kelas Lereng Daerah Penelitian Kenampakan 3-D Daerah Penelitian Peta Curah Hujan Daerah Penelitian Peta Tanah Daerah Penelitian Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Perubahan Karbon Biomassa Tersimpan Kawasan Hutan dan Kebun Campuran Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Kedalaman 0-30 cm Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Kedalaman cm Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Kedalaman 0-30 cm Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Kedalaman cm... 38

13 vii DAFTAR LAMPIRAN No Hal Teks 1 Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Data C-Organik Tanah Periode Tahun Data C-Organik Tanah Tahun Data Bobot Isi Tanah (g/cm 3 ) Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Hutan Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Kebun Campuran Nilai Kappa Tiap-Tiap Penutupan/Penggunaan Lahan Matrik Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun Foto-Foto Penutupan/Penggunaan Lahan Kawasan Puncak-Cianjur... 62

14 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu penyebab dari perubahan iklim dunia. Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah pencemaran udara terutama oleh gas-gas emisi seperti CO 2, CH 4 dan N 2 O, gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yakni dapat meneruskan radiasi gelombang pendek yang berasal dari sinar matahari, mampu menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang/radiasi balik yang berasal dari pancaran bumi yang memiliki bersifat panas, sehingga suhu atmosfer bumi menjadi meningkat. Sebagian besar negara-negara di seluruh dunia berusaha untuk mengatasinya secara bersamasama. Wujud usaha yang dilakukan yaitu dihasilkannya protokol kyoto pada tahun Protokol kyoto merupakan implementasi konvensi perubahan iklim diantara negara-negara yang memiliki kepedulian terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi. Di dalam protokol kyoto telah disepakati bahwa negaranegara maju yang tergolong dalam kelompok Annex 1 harus mengurangi emisi gas rumah kaca paling sedikit sebesar 5% dari tingkat emisi yang dicapai pada tahun Kewajiban negara-negara maju dalam menekan emisi di negaranya dapat dilakukan dengan mekanisme pembangunan bersih atau CDM (Clean Development Mechanism). Mekanisme ini hanya diikuti oleh negara-negara maju dan berkembang. Mekanisme ini memungkinkan negara maju melakukan investasi di negara berkembang pada berbagai sektor untuk mencapai target penurunan emisinya. Penyebab lain adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi terhadap peningkatan seluruh sektor kebutuhan hidup termasuk kebutuhan akan lahan. Usaha pemenuhan kebutuhan tersebut mendorong terjadinya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman maupun industri. Perubahan penggunaan lahan ini menyebabkan penurunan karbon tersimpan pada suatu ekosistem, karena adanya kehilangan yang cepat dari biomas di atas permukaan tanah dan penurunan secara gradual pada bahan organik tanah.

15 2 Dampak konversi hutan ini baru terasa apabila diikuti dengan degradasi tanah dan hilangnya vegetasi, serta berkurangnya proses fotosintesis akibat munculnya lahan yang dipenuhi bangunan-bangunan dan aspal sebagai pengganti tanah atau rumput. Meskipun laju fotosistesis pada lahan pertanian dapat menyamai laju fotosintesis pada hutan, namun jumlah karbon yang terserap lahan pertanian jauh lebih kecil. Selain itu, karbon yang terikat oleh vegetasi hutan akan segera dilepaskan kembali ke atmosfer melalui pembakaran, dekomposisi sisa panen maupun pengangkutan hasil panen. Masalah utama yang terkait dengan alih guna lahan adalah perubahan jumlah karbon tersimpan yang semakin lama semakin berkurang. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Integrasi data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai tahun 2007 akan memberikan referensi untuk mengetahui seberapa besar perubahan karbon tersimpan diatas dan dibawah tanah pada suatu penutupan/penggunaan lahan. 1.2 Tujuan Mengetahui perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 sampai 2007 dan hubungannya dengan perubahan karbon tersimpan. 1.3 Asumsi/ Keterbatasan Penelitian 1. Jumlah titik C-organik pada wilayah penelitian terbatas. 2. Data C-organik periode tahun diperoleh dari arsip tanah dan laporan penelitian. Analisis penutupan/penggunaan lahan diwakili oleh Citra tahun Lokasi titik contoh untuk analisis C-organik tahun 1989 dengan 2007 tidak persis sama. 4. Lokasi titik C-organik tidak diambil pada semua poligon penutupan/penggunaan lahan dengan poligon jenis tanah yang sama. 5. Data berat jenis kayu untuk penentuan biomassa diasumsikan sama untuk semua jenis pohon yaitu sebesar 0,61 gr/cm 3.

16 3 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karbon Tersimpan Definisi Karbon Tersimpan Keseluruhan kandungan karbon yang terdapat didalam biomassa dan didalam tanah disebut C-Stock atau karbon tersimpan (Murdiyarso, 1994). Karbon tersimpan merupakan salah satu indikator dalam pengelolaan lahan untuk menjaga produktifitas lahan dan perubahan lingkungan global. Karbon tersimpan juga diartikan sebagai faktor pengontrol utama terhadap pengelolaan tanah dan juga merefleksikan kesuburan tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesuburan tanah (Collins et al., 1999). Komponen karbon tersimpan terdiri dari karbon tersimpan di atas permukaan tanah dan karbon tersimpan di bawah permukaan tanah. Karbon tersimpan di atas permukaan tanah terdiri dari tanaman hidup (batang, cabang, daun, tanaman menjalar, tanaman epifit, dan tumbuhan di bawahnya) dan tanaman mati (pohon tumbang, pohon mati berdiri, daun, cabang, ranting, bunga, buah yang gugur, atau sisa pembakaran). Sedangkan karbon tersimpan di bawah permukaan tanah meliputi akar tanaman hidup maupun mati, organisme tanah dan bahan organik tanah. Karbon tersimpan pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya (Hairiah et al., 2001). Biomassa berasal dari kata bio yang artinya hidup dan massa yang artinya berat, sehingga biomassa dapat diartikan sebagai bobot bahan hidup. Brown (1999) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan hidup di atas permukaan tanah pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering tanur ton per unit area. Komponen biomassa di atas tanah sering diukur karena merupakan bagian terbesar dari jumlah total biomassa. Tumbuhan banyak menyimpan karbon pada bagian atas permukaan tanah dan hanya bagian kecil tersimpan di akar dan biaya untuk perhitungan biomassa akar cukup besar (Brown, 1999). Karbon tersimpan organik tanah berhubungan erat dengan bahan organik tanah (Van et al.,1995 dalam Hairiah et al., 2001). Bahan Organik mempunyai arti penting bagi kesuburan tanah terutama pada top soil. Bahan Organik tersebut merupakan sumber nutrisi dan energi bagi organisme tanah, sehingga akan

17 4 dikonsumsi dan didekomposisikan. Hasil dari dekomposisi oleh organisme tanah ini berupa hara yang mampu meningkatkan kesuburan tanah. Dekomposisi bahan organik merupakan proses perubahan dari serasah menjadi humus melalui aktifitas mikroorganisme tanah (Soepardi, 1983). Bahan organik tanah sangat penting untuk keberlanjutan produksi tanaman seperti penyediaan N dan P melalui mineralisasi, detoksifikasi Al serta memelihara struktur tanah Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan Telah banyak studi mengenai karbon tersimpan yang tersimpan pada hutan dan kebun campuran (agroforestri), diantaranya studi kemampuan penyimpanan karbon pada kebun campuran yang dilakukan oleh Yuly (2003) di Desa Karacak, Leuwiliang Kabupaten Bogor. Menurut Yuly (2003), karbon tersimpan yang dihasilkan dari pengelolaan kebun campuran yang terdiri dari jenis buah-buahan, berkisar 21,31-80,78 ton C/ha. Keadaan ini di pengaruhi oleh beberapa pohon yang memiliki diameter yang cukup besar, kerapatan pohon dan sistem pengelolaan yang berbeda-beda. Perubahan hutan untuk lahan pertanian membuat karbon tersimpan tanahnya berkurang. Hal ini umumnya disebabkan oleh manajemen pertanian seperti pemindahan sisa melalui pemanenan atau pembakaran dan pengelolaan tanah. Kandungan C dari tanah pertanian umumnya habis oleh periode masa tanam yang terus berulang sekitar % dari kondisi aslinya. Perpindahan karbon dari tanah menyebabkan degradasi yang hebat pada penambahan konsentrasi CO2 (Toughton et al., 1983 dalam Collins et al., 1999) Perubahan penggunaan lahan (pemotongan pohon) dengan membakar biomassa di atas permukaan tanah dapat mengurangi total C sekitar 66% bila dibandingkan dengan pemotongan pohon tanpa membakarnya, kehilangannya relatif kecil yaitu sebesar 22%. Dalam plot tanpa bakar, beberapa karbon tersimpan dari vegetasi asli masih tersisa dan keberadaannya sebagai cabang/ranting yang besar (pada permukaan tanah), batang pohon, dan beberapa pepohonan yang dibiarkan (Hairiah et al., 2001). Gambaran jumlah karbon tersimpan pada berbagai penggunaan lahan disajikan pada Tabel 1.

18 5 Tabel 1. Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan No Sistem penggunaan lahan Karbon tersimpan (Ton/ha) Hutan primer Hutan skunder Agroforestri kompleks(permanen) Agroforestri kompleks (rotasi) Agroforestri sederhana Padang rumput Sumber : Hairiah et al, ,2 89,2 89,2 74,3 1, Pengukuran Karbon Tersimpan Besarnya biomassa digunakan untuk memperkirakan karbon tersimpan, karena sekitar 50 % dari biomassa adalah karbon. Untuk mengukur besarnya karbon tersimpan diatas permukaan tanah digunakan persamaan alometrik, dengan menduga volume dari suatu pohon berdasar pengukuran dari diameter dan tinggi pohon (Hairiah et al., 2001). Sedangkan besarnya karbon tersimpan di bawah permukaan tanah dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Bahan organik tanah mengandung 55% karbon organik tanah. Pengukuran besarnya karbon tersimpan dibawah permukaan dapat dilakukan, antara lain dengan menggunakan model Century (Hairiah et al., 2001). Parameter dan metode pengukuran biomassa yang biasa digunakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter-Parameter Biomassa Di Atas Tanah dan Metode Pengukurannya Parameter Metode Tumbuhan bawah Destruktif Serasah kasar dan halus Destruktif Arang dan abu Destruktif Tumbuhan berkayu Destruktif Pohon-pohon hidup Non-destruktif, persamaan alometrik Pohon mati masih berdiri Non-destruktif, persamaan alometrik Pohon mati sudah roboh Non-destruktif, rumus silinder Tunggak pohon Non-destruktif,rumus silinder

19 6 Sumber : Hairiah et al, Penutupan/Penggunaan Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda-benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Arsyad, 2000). Penggunaan lahan adalah segala macam kegiatan penggunaan lahan baik secara alami atau kegiatan manusia pada sebidang tanah (Vink, 1975). Sedangkan penutupan lahan dibedakan atas vegetasi dan non-vegetasi. Pengunaan lahan adalah penggunaan lahan utama atau penggunaan utama dan kedua (apabila penggunaan berganda) dari sebidang lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan sebagainya, sehingga lebih meningkatkan pemanfaatan oleh masyarakat (Sitorus, 2004). Perubahan penggunaan lahan dari vegetasi menjadi non-vegetasi seperti hutan menjadi pemukiman dapat merubah albedo dan jumlah sinar matahari yang dapat diserap oleh permukaan tanaman, selain itu juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim secara global (Hairiah et al, 2001) Data Penginderaan Jauh Landsat Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand Kiefer, 1997). Data penginderaan jauh adalah hasil keluaran dari sub sistem perolehan data di dalam sistem penginderaan jauh. Produk data penginderaan jauh berupa data digital dan data analog (Sutanto, 2000). Data digital penginderaan jauh adalah data hasil rekaman penginderan jauh dalam bentuk angka. Data tersebut mencerminkan nilai spektral obyek yang direkam oleh sensor, baik yang bersumber dari tenaga pantulan saja maupun tenaga pancaran dari benda. Karena nilai spektral ini direkam dalam bentuk angka, sering disebut nilai digital. Nilai spektal ini direkam dalam sel-sel kecil berukuran sama yang mencerminkan resolusi spasial yang disebut pixel. Oleh karena itu nilai spektral juga di sebut nilai pixel (Sutanto, 2000).

20 7 Data analog penginderaan jauh adalah data penginderaan jauh yang direkam dalam bentuk gambar. Data analog ini dibedakan atas data visual/dimensional (grafik/garis) dan data visual dua dimensional (citra penginderaan jauh) (Sutanto, 2000). Landsat adalah satelit sumberdaya bumi yang pada awalnya bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) yang diluncurkan pertama kalinya tanggal 23 Juli 1972 yang mengorbit hingga 6 Januari Tepat sebelum peluncuran ERTS-2 tanggal 22 Juli 1975, NASA (National Aeronautic and Space Administration) secara resmi menangani program ERTS menjadi program Landsat, sehingga program ERTS-1 dan ERTS-B menjadi Landsat 1 dan Landsat 2. Peluncuran Landsat 3 pada tanggal 5 Maret Landsat 1, 2 dan 3 memiliki kesamaan parameter orbit. Ketinggian memotret wilayah/daerah/obyek dengan interval waktu 18 hari. Landsat 4 dan 5 diluncurkan pada bulan Juli 1982 dan Maret 1984, sedangkan untuk Landsat 6 diluncurkan pada bulan Februari 1993, tetapi tidak mencapai orbit dan jatuh ke laut (Purwadhi, 2001). Landsat 1, 2 dan 3 memiliki 4 saluran sensor MSS tidak memiliki saluran termal, sedangkan Landsat 4 dan 5 di samping 4 sensor MSS ditambah sensor TM (Thematic Mapper) dan ETM (Enhance Thematic Mapper). Untuk Landsat 6, ditambah pula saluran termal (10,4-12,6µm). Sensor ETM merupakan pengembangan dari sensor TM dengan menambah saluran pankromatik (0,50-0,90 µm), yang didesain mempunyai resolusi spasial 15 x 15 meter (Purwadhi, 2001). Landsat 7 adalah satelit paling akhir dari Program Landsat, diluncurkan pada tanggal 15 April Tujuan utama Landsat 7 adalah untuk memperbarui citra satelit, menyediakan citra yang up-to-date dan bebas awan. Meski program Landsat merupakan program yang dikelola oleh NASA, data dari Landsat 7 dikumpulkan dan didistribusikan oleh USGS. Instumen utama Landsat 7 adalah Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+). Band pankromatik memiliki resolusi spasial 15 meter Full aperture, 5% kalibrasi radiometrik absolut dengan kanal inframerah termal dengan resolusi spasial 60 meter ( 16 april 2008). Karakteristik saluran citra Landsat TM disajikan pada Tabel 3.

21 8 Tabel 3. Saluran Citra Landsat TM Saluran Kisaran Geombang (µm) Kegunaan 1 0,45-0,52 Peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi. 2 0,52-0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak diantara dua saluran spektral serapan klorofil. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan penilaian kesuburan. 3 0,63-0,69 Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu bagian serapan klorofil dan memperkuat kontras antara kenampakan vegetasi dan non-vegetasi. 4 0,76-0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air. 5 1,55-1,75 Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah. 6 2,08-2,35 Pemisah formasi batuan 7 10,40-12,50 Saluran inframerah termal bermanfaat untuk klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisah kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas. Sumber : Lillesand dan Kiefer, 1997

22 Interpolasi Titik Suatu perangkat teknik dan algoritma yang dipergunakan untuk menduga nilai atribut untuk area yang tidak disampel. Contoh teknik ini antara lain IDW (Inverse Distance Weight) dan Kriging. Ilustrasi yang dipakai dalam perhitungan dengan teknik IDW disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Ilustrasi Perhitungan IDW (Sumber: Barus, 2005)

23 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan kadar C-organik tanah dilakukan di Bagian Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian terletak di sebagian kabupaten Bogor dan sebagian kabupaten Cianjur yang terdiri dari Kecamatan Cisarua, Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Sukaresmi. Penelitian berlangsung dari bulan Juni 2007 sampai Januari Bahan Dan Alat Pada penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah (i) data lapang berupa pengambilan contoh tanah untuk penentuan kadar C-organik pada masing-masing penggunaan lahan, (ii) pengukuran diameter batang setinggi dada (1,3m), tinggi pohon, tinggi krone dan diameter kanopi untuk penentuan biomassa dan (iii) data citra Landsat TM tahun 1989 dan Landsat ETM tahun 2007 digunakan untuk mengetahui perubahan luasan lahan. Data sekunder yang digunakan meliputi Peta Tanah Semi Detail DAS Ciliwung Hulu dan DAS Citarum Tengah III yang dikeluarkan oleh PPT tahun 1992 dan 1980, Peta RBI lembar Cisarua, Cugenang, Cianjur dan Cipanas. Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat komputer, perangkat lunak ERDAS IMAGINE 8.6, Arc View versi 3.3, Arc GIS versi 9.2 dan GPS untuk pengolahan citra dan pemasukan. Penentuan biomassa pada hutan dan kebun campuran dilakukan dengan menggunakan vertex, transponder III (dapat dilihat pada Gambar 2) dan meteran. Untuk pengambilan contoh tanah digunakan bor tanah.

24 Metode Penelitian Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan data, tahap analisis citra digital, tahap analisis perubahan penutupan/penggunaan lahan dan tahap pengukuran karbon tersimpan Tahap Persiapan Dan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa peta tanah semi detail skala 1 : tahun 1980 dan 1992, peta RBI skala 1 : , citra satelit (citra Landsat). Untuk data primer seperti citra landsat dibuat mosaik, kemudian dipotong sesuai daerah penelitian Tahap Analisis Citra Digital Kegiatan utama yang dilakukan pada analisis citra digital adalah koreksi geometri, klasifikasi penggunaan/penutupan lahan dan pengecekan lapang Koreksi Geometrik Kegiatan ini juga sering dinamakan rektifikasi. Kegiatan yang dilakukan adalah memperbaiki kemencengan, rotasi dan perspektif citra sehingga orientasi, projeksi dan anotasinya sesuai dengan yang ada pada peta. Koreksi geometri terdiri dari koreksi sistematik (karena karakteristik alat) dan non sistematik (karena perubahan posisi penginderaan). Proses ini memerlukan ikatan yang disebut titik kontrol medan (ground control point/gcp). GCP tersebut dapat diperoleh dari peta, citra yang telah terkoreksi atau tabel koordinat penjuru. GCP kemudian disusun menjadi matriks transformasi untuk rektifikasi citra. Titik-titik yang dijadikan kontrol pada citra harus jelas dan mudah dikenali. Titik-titik kontrol dalam studi berada di sekitar aliran tubuh air/sungai/danau, jalan raya, sudut-sudut bangunan, dan tanah kosong yang terlihat jelas pada citra dan peta referensi. Akurasi koreksi geometri ditunjukan dengan nilai RMS-error ( root mean square-error) yang menunjukkan tingkat ketepatan pengambilan titik terhadap peta rupabumi yang digunakan. Semakin kecil nilai RMS error ketepatan titik GCP semakin tinggi. Untuk menguji keakuratan citra hasil koreksi geometrik,

25 12 maka dihitung besar penyimpangan terhadap peta referensi. Citra hasil koreksi geometrik dapat diterima apabila penyimpangan posisi tidak melebihi satu pixel. Dalam penelitian ini, untuk citra tahun 1989 tidak dilakukan koreksi geometri karena citra nya sudah terkoreksi. Hal ini berbeda dengan citra tahun 2007, yang berdasarkan koreksi geometri diperoleh nilai RMS-error nya sebesar 0,0075. Perhitungan nilai RMS-error dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut : RMS-error = (X-x) + (Y-y) dimana : X dan Y = Koordinat citra keluaran (output) x dan y = Koordinat citra asli (input) Klasifikasi Pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan untuk mengelompokkan penggunaan lahan diakukan dengan menggunakan klasifikasi terbimbing. Klasifikasi terbimbing merupakan proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk setiap kategori penutupan lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi. Pada klasifikasi ini digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis numerik, sedangkan pengenalan polanya merupakan proses otomatis dengan bantuan komputer. Konsep penyajian datanya adalah dalam bentuk numeris/grafik atau diagram. Sebelum melakukan klasifikasi, informasi tematik yang ingin diperoleh harus dibagi ke dalam kelas-kelas. Penentuan kelas klasifikasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan proses klasifikasi. Untuk pengklasifikasian lahan, penutupan/penggunaan lahan dikelaskan menjadi sebelas kelas yaitu hutan, pemukiman, perkebunan teh, sawah, tegalan, semak, kebun campuran, lahan terbuka, tubuh air, awan dan bayangan awan. Klasifikasi terbimbing didasarkan pada pengenalan pola spektral (spectral pattern recognition ) yang terdiri atas tiga tahap, sebagai berikut :

26 13 1. Tahap Training Sample Analisis ini dilakukan dengan menyusun kunci interpretasi dan mengembangkan secara numerik spektral untuk setiap kenampakan dengan memeriksa batas daerah (training area). Training area yang diambil untuk pengkelasan sebanyak 20 training area dengan kombinasi band untuk 11 kelas. 2 Tahapan Klasifikasi Setiap pixel pada serangkaian data citra dibandingkan setiap kategori pada kunci interpretasi numerik, yaitu menentukan nilai pixel yang tak dikenal dan paling mirip dengan kategori yang sama. Perbandingan tiap pixel citra dengan kategori pada interpretasi citra dikerjakan secara numerik dengan menggunakan berbagai metode klasifikasi yang terdiri dari jarak minimum rata-rata kelas, parallelepiped, kemiripan maksimum, dan pada penelitian ini menggunakan metode klasifikasi kemungkinan maksimum (maximum Likehood Clasification). Keuntungan teknik ini adalah hasil klasifikasinya lebih teliti dibandingkan teknik /metode yang lainnya. Nilai kappa digunakan untuk menghitung akurasi hasil klasifikasi dengan menghitung kebenaran jumlah pixel yang termasuk nilai omisi ( jumlah pixel yang diklasifikasikan menjadi kelas lain) dan nilai komisi (jumlah pixel dari kelas lain yang termasuk kelas ini ). Nilai kappa total pada citra tahun 1989 adalah 0,889 sedangkan pada citra tahun 2007 sebesar 0,874. Nilai kappa masing-masing penutupan/penggunaan lahan disajikan pada Lampiran Tahap Keluaran Hasil matrik dideliniasi sehingga terbentuk peta penggunaan lahan dan dibuat matrik luasan, kemudian dibuat tabel matrik luas berbagai tipe penutupan/penggunaan lahan Pengecekan Lapangan Pengecekan lapang dilakukan untuk mencocokkan hasil klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan dengan bantuan GPS. Selain itu, juga dilakukan untuk memastikan penggunaan lahan yang berada di bawah tutupan awan pada citra.

27 Analisis Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Pada tahap ini peta penutupan/penggunaan lahan hasil pengolahan citra Landsat tahun 1989 di overlay dengan peta penutupan/penggunaan lahan hasil pengolahan citra Landsat tahun 2007 untuk mendapatkan perubahan penutupan/penggunaan lahan Pendugaan Karbon Tersimpan Karbon tersimpan di daerah penelitian terbagi menjadi karbon tersimpan di atas permukaan dan karbon tersimpan dalam tanah. Tahap ini dilakukan pada beberapa lokasi, sebagaimana disajikan pada Lampiran Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan Pengukuran karbon biomassa tersimpan bagian atas dilakukan dengan menghitung nilai dari biomassa yang didapat dari persamaan alometrik dengan menggunakan diameter pohon setinggi dada yang berukuran 1,3 m dengan tinggi pohon di lapang. Persamaan allometrik yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = Epx{-2,4090+0,9522*[Ln(DBH 2 )*H*S]} dimana : Y : Biomassa Pohon (Kg) DBH : Diameter Setinggi Dada (cm) H : Tinggi (m) S : Berat Jenis Kayu = 0,61 g/cm 3 Untuk menghitung jumlah karbon biomassa tersimpan digunakan persamaan : KTP = Y * 0,5 Keterangan KTP : Karbon Biomassa Tersimpan (Ton/Ha)

28 15 Gambar 2. Pengukuran Biomassa Pohon di Lapang Pengukuran biomassa pohon dilakukan pada penggunaan lahan hutan dan kebun campuran pada plot berukuran 30 m x 30 m. Jumlah plot contoh yang diambil sebanyak tiga plot untuk masing-masing penutupan/penggunaan lahan tersebut. Besaran yang diukur adalah tinggi percabangan dan diameter setinggi dada disajikan pada Lampiran 5 dan Karbon Tersimpan Pada Tanah Penentuan karbon tersimpan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah secara komposit pada penggunaan lahan hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, semak, sawah, tanah terbuka dan tegalan dengan 5 titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman 0-30 cm dan cm. Data C-organik tahun 1989 diperoleh dari data arsip tanah, yaitu dari laporan survei dan penelitian pada periode tahun yang disajikan pada Lampiran 2, sedangkan pada tahun 2007 disajikan pada Lampiran 3. Bobot isi tanah di lokasi penelitian diperoleh dari laporan penelitian.

29 16 Gambar 3. Plot Pengambilan Contoh Tanah Data C-organik yang sudah diplotkan menurut lokasinya di lapang, kemudian dilakukan interpolasi titik menggunakan IDW (Invers Distance Weight) untuk memperoleh data permukaan dari C-organik tanah pada kawasan penelitian dengan resolusi 30 m x 30 m. Untuk mendapatkan data karbon organik tanah tersimpan digunakan persamaan dibawah ini: KOT = % C-organik x BI x D Keterangan : KOT : Karbon Organik Tanah Tersimpan (ton/ha) % C-organik : Kadar C-organik Tanah (%) BI : Bobot Isi Tanah (g/cm 3 ) D : Kedalaman Tanah (m) Data Bobot isi tanah diperoleh dari laporan hasil penelitian yang disajikan pada Lampiran 4. Data spasial dari bobot isi dibuat berdasarkan jenis tanah di daerah penelitian dengan resolusi 30 m x 30 m. Bobot isi tanah yang digunakan adalah dari jenis-jenis tanah andisol dan non-andisol. Tanah andisol dengan kedalaman 0-30 cm dan kedalaman cm memiliki kisaran bobot isi tanah masing-masing sebesar 0,80 g/cm 3 dan 0,85 g/cm 3, untuk tanah non-andisol memiliki kisaran bobot isi masing-masing 1,00 g/cm 3 dan 1,01 g/cm 3 masingmasing pada kedalaman 0-30 cm dan cm. Untuk menghitung karbon organik tersimpan dalam kawasan dilakukan dengan persamaan :

30 17 KTK = KOT x A Keterangan : KTK = Karbon tersimpan kawasan (Mt) KOT = Karbon Organik Tersimpan (ton/ha) A = Luas Penutupan/penggunaan Lahan (ha) Pendugaan karbon tersimpan kawasan didalam tanah diperoleh dari hasil perkalian data karbon organik tanah tersimpan dengan luas penutupan/penggunaan lahan.. Proses ini dilakukan dengan pembuatan model spasial pada ERDAS IMAGINE 8.6 yang terdapat dalam feature model maker, sehingga diperoleh data karbon tersimpan untuk seluruh daerah penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengetahui berapa banyak karbon tersimpan pada masing-masing penggunaan lahan, dengan cara recoding setiap penggunaan lahan, kemudian dihitung jumlah piksel masing-masing penutupan/penggunaan lahan yang meliputi hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, sawah, semak, tanah terbuka dan tegalan. Jumlah karbon tersimpan setiap penggunaan lahan merupakan jumlah pixel dari kelas penggunaan lahan tersebut. Analisis perubahan karbon organik tersimpan dilakukan dengan membandingkan karbon organik tersimpan pada tahun 1989 terhadap karbon organik tersimpan pada tahun Analisis dilakukan pula dengan membandingkan perubahan penutupan/penggunaan lahan dari tahun 1989 sampai 2007.

31 18 Citra Landsat 1989 Terkoreksi Citra Landsat 2007 Terkoreksi Kombinasi Band Klasifikasi Terbimbing Cek Lapang Nilai Akurasi Total dan Nilai Kappa > 85% Tidak Ya Raster Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989 Raster Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989 Konversi Raster-Vektor Vektor Penutupan/ Penggunaan Lahan 1989 Vektor Penutupan/ Penggunaan Lahan 2007 Tumpang Tindih Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Gambar 4. Tahap Analisis Citra Digital

32 19 Data Biometri (DBH, Tinggi) Persamaan Alometrik (Winrock,1997) Biomassa (t/ha) Biomassa*0,5 Karbon Biomassa Tersimpan (Ton/ha) Citra Landsat Tahun 1989 dan 2007 Ekstraksi Karbon Tersimpan Kawasan Pada Pohon (Mt) Luas Penutupan/ penggunaan lahan (ha) Gambar 5. Tahap Pendugaan Karbon Biomassa Tersimpan Di Atas Permukaan

33 20 Data C-Organik Tahun 1989 Data C-Organik Tahun 2007 Laporan Survei dan Penelitian Tahun Pengambilan Contoh Tanah Peta Titik %C-Organik Tanah Interpolasi Titik BI (g/cm 3 ) Masing-masing Jenis tanah Data Permukaan Karbon Organik Tanah Karbon Organik Tersimpan (t/ha) Karbon Organik Tersimpan Kawasan (Mt) Citra Landsat Tahun 1989 dan 2007 Luas Penutupan/ penggunaan lahan (ha) Gambar 6. Tahap Pendugaan Karbon Tersimpan Dalam Tanah

34 21 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Lokasi daerah penelitian terletak diantara sebagian DAS Ciliwung Hulu, sebagian DAS Citarum Tengah III dan sebagian Pegunungan Gede Pangrango. Lokasi penelitian terletak diantara garis lintang dan bujur: BT dan LS dan dicakupi oleh Peta RBI skala 1 : , Lembar Cisarua, Lembar Cugenang, Lembar Cianjur, lembar Cipanas dan Lembar Gunung Putri. Daerah penelitian, di sebelah timur dibatasi oleh DAS Citarum Tengah, sebelah barat dibatasi oleh Gunung Gede Pangrango, sebelah utara dibatasi oleh DAS Ciliwung Hulu. Secara administratif lokasi penelitian terletak di 4 Kecamatan yang terdiri dari 16 kelurahan yang tersebar di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Pacet, Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Sukaresmi, yang terletak pada Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, propinsi Jawa Barat yang meliputi luas areal ± ha. Gambar 7. Peta Daerah Penelitian

35 Kondisi Fisik Topografi Dan Penutupan / Penggunaan Lahan Daerah penelitian meliputi daerah datar, agak datar sampai berombak, berombak sampai bergelombang, berbukit sampai bergunung di sekitar Gunung Gede Pangrango. Secara fisiografis daerah penelitian dapat dibagi menjadi (1) daerah dataran/cekungan, (2) daerah berombak sampai bergelombang, (3) daerah bergelombang sampai berbukit, dan (4) daerah Berbukit sampai bergunung. Kemiringan lereng berkisar dari 8 %, 8 15 %, %, % dan 40 %. Peta kemiringan lereng daerah penelitian disajikan pada Gambar 8, sedangkan kenampakan tiga dimensinya disajikan pada Gambar 9. Gambar 8. Peta Kelas Lereng Daerah Penelitian

36 23 Gambar 9. Kenampakan 3-D Daerah Penelitian (Sumber : Google earth) Penggunaan lahan di daerah penelitian sebagian besar didominasi oleh kebun campuran dan hutan. Selain itu, penggunaan lahan lainnya meliputi tegalan (hortikultur), pemukiman, perkebunan teh, sawah, semak dan lahan terbuka (Lampiran 9). Definisi dari masing-masing penggunaan lahan diuraikan di bawah ini. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan ( April 2008). Kebun Campuran adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologiteknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada (Lundgren dan Raintree 1982, dalam Hairiah, 2003). Tegalan adalah usaha pertanian tanah kering yang intensitas penggarapannya dilaksanakan secara permanen ( April 2008).

37 24 Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), dan saluran untuk menahan/menyalurkan air ( april 2008). Perkebunan Teh adalah areal/bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman teh dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon ( April 2008). Pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh seseorang atau kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang cukup erat dengan kondisi alam dan sosial kemasyarakatan sekitar ( April 2008). Semak adalah tipe vegetasi kecil atau kerdil yang tumbuh tidak lebih tinggi daripada perdu,dan tidak bernilai komersial. Bisa merupakan areal bekas tebangan atau bekas perladangan yang ditinggalkan ( April 2008). Tanah Terbuka adalah areal tanah/bidang-bidang tanah yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, baik kegiatan non pertanian maupun pertanian ( April 2008) Iklim dan Curah Hujan Secara umum wilayah penelitian termasuk tipe iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga masih dapat dibedakan antara musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan biasanya terjadi pada saat angin muson barat mulai dari bulan November sampai bulan April, sedangkan musim kemarau terjadi pada saat muson timur yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, daerah penelitian masuk dalam tipe iklim Af yaitu iklim hujan tropik yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata tahunannya lebih dari mm, hujan sering disertai petir/kilat (thunderstorm), suhu udara berkisar antara C, dan biasanya pada dini hari terdapat kabut atau embun dengan suhu titik embun C. Berdasarkan pengamatan dari beberapa stasiun cuaca, daerah penelitian memiliki rata-rata curah hujan tahunan antara mm hingga mencapai mm. Peta curah hujan daerah penelitian disajikan pada Gambar 10.

38 25 Gambar 10. Peta Curah Hujan Daerah Penelitian Jenis Tanah Berdasarkan Pemetaan Tanah Tinjau Mendalam skala 1 : yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah (PPT), satuan tanah di daerah penelitian dibedakan menjadi Asosiasi Typic Hapludands dan Typic Tropopsaments (USDA, 1992), Alluvial Eutrik, Regosol Distrik dan Eutrik, Kambisol Distik dan Eutrik, Andosol Distrik, Latosol Argilik Distrik, Latosol Kambik Distrik, Mediteran Argilik, Mediteran Kambik, dan Podsolik Argilik (PPT, 1980). Dari klasifikasi tersebut, dilakukan pemadanan nama tanah di daerah penelitian ke dalam Sistem Klasifikasi USDA (1994) menjadi Inceptisol, Entisol, Andosol, Ultisol dan Alfisol. Bahan induk daerah penelitian terdiri dari bahan vulkan baru yang berasal dari letusan gunung Gede Pangrango, batuan satuan breksi tufaan, marl, deposit kipas alluvial dan kolovial. Sebaran jenis tanah disajikan pada Gambar 11.

39 26 Gambar 11. Peta Tanah Daerah Penelitian 3.3. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di daerah penelitian adalah sebesar jiwa, terdiri dari penduduk perempuan jiwa dan penduduk laki-laki jiwa. Penduduk tersebut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua ( jiwa), Kecamatan Pacet ( jiwa), Kecamatan Cugenang ( jiwa) dan Kecamatan Sukaresmi ( jiwa). Dari segi kepadatan, Kecamatan Pacet merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2. (Jabar.bps.go.id/ 30 juli 2007).

40 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penutupan /Penggunaan Lahan Daerah Puncak -Cianjur Hasil klasifikasi citra Landsat TM tahun 1989 menunjukkan bahwa tipe penutupan lahan yang paling dominan di Kawasan Puncak Cianjur pada saat itu adalah hutan, yang mencakup areal seluas hampir ha atau 42,27% dari total area daerah penelitian (Gambar 12). Sementara itu, hasil klasifikasi citra Landsat ETM kawasan Puncak Cianjur pada tahun 2007 yang ditunjukan dalam Gambar 13, menunjukan penutupan/penggunaan lahan lebih didominasi oleh kebun campuran dengan luas areal ha atau sekitar 40,79 % dari total area daerah penelitian. Penggunaan/penutupan lahan lainnya adalah sawah, pemukiman, tegalan, semak, tanah terbuka dan kebun teh dengan luas masingmasing terdapat pada Tabel 4. Peta penutupan/penggunaan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1989 dan 2007 disajikan pada Gambar 12 dan 13. Gambar 12. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989

41 28 Gambar 13. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun Perubahan Penutupan /Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya yang diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan penutupan/penggunaan lahan di daerah Puncak-Cianjur pada periode 1989 sampai 2007 mengindikasikan adanya aktivitas konversi penggunaan lahan seperti hutan menjadi lahan pertanian maupun menjadi nonpertanian. Perubahan penutupan/penggunaan lahan di daerah penelitian berdasarkan hasil analisis citra tahun 1989 dan 2007 disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 14, sedangkan matrik perubahan penutupan/penggunaan lahan disajikan pada Lampiran 8.

42 29 Tabel 4. Luas Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 1989 Dan 2007 Penutupan/Penggunaan Tahun1989 Tahun 2007 Perubahan Lahan lahan ha % ha % ha % Hutan , , ,92 Kebun campuran , , ,28 Kebun teh 549 4, , ,33 Pemukiman 401 3, , ,18 Sawah 806 6, , ,47 Semak 56 0, , ,22 Tanah terbuka 198 1, , ,72 Tegalan 411 3, , ,09 Total Sumber : Hasil Analisis SIG Persentase Hutan Kebun campuran Kebun teh Pemukiman Saw ah Semak Tanah terbuka Tegalan Penutupan/Penggunaan Lahan Gambar 14. Perubahan Penutupan/ Penggunaan Lahan Tahun Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka masing-masing sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 29 ha (0,22 %). Kawasan dengan banyak vegetasi terdapat pada daerah dengan sedikit pemukiman. Keberadaan vegetasi yang dominan di beberapa kawasan dimungkinkan karena perkembangan wilayah memusat pada kawasan yang berada pada pusat kota.

43 Karbon Biomassa Tersimpan di Atas Permukaan Pada penelitian ini pengukuran karbon biomassa tersimpan pada bagian atas menggunakan persamaan alometrik yang menyajikan korelasi terbaik antara dimensi pohon (diameter batang dan tinggi) dengan biomassanya. Hasil perhitungan biomassa dan karbon biomassa disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Biomassa Dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Penutupan/Penggunaan Lahan Biomassa(t/ha) Karbon Biomassa (t/ha) Hutan 616,63 308,31 Kebun Campuran 12,87 6,44 Total 629,50 314, Ton/ha Hutan Kebun Campuran Biomassa(t/ha) Karbon Biomassa (t/ha) Gambar 15. Biomassa dan Karbon Biomassa Pada Hutan Dan Kebun Campuran Tabel dan Grafik di atas menunjukan bahwa nilai biomassa dan karbon biomassa pada hutan jauh lebih besar dibandingkan kebun campuran. Hutan memiliki nilai biomassa sebesar 616,63 ton/ha dan karbon biomassa sebesar 308,31 ton/ha, sedangkan kebun campuran memiliki nilai biomassa sebesar 12,87 ton/ha dan karbon biomassa sebesar 6,44 ton/ha. Tingginya nilai biomassa hutan ini dikarenakan hutan memiliki jumlah vegetasi dan kerapatan vegetasi yang jauh lebih besar dibandingkan kebun campuran. Jumlah pohon pada penutupan/penggunaan lahan hutan lebih banyak dibandingkan pada kebun campuran. Penutupan/penggunaan lahan hutan pada plot berukuran 30 m x30 m

44 31 memiliki jumlah pohon berkisar antara pohon, sementara jumlah pohon pada penutupan/penggunaan lahan kebun campuran memiliki kisaran pohon per luasan 30 m x 30 m. Hasil perhitungan karbon biomassa tersimpan dalam kawasan hutan dan kebun campuran disajikan pada Tabel 6 sedangkan grafik nya disajikan pada Gambar 16. Tabel 6. Karbon Biomassa Tersimpan Dalam Kawasan Pada Hutan Dan Kebun Campuran Penutupan/ Penggunaan Perubahan(Mt) Lahan Luas C-Kawasan(Mt) Luas C-Kawasan(Mt) Hutan , ,530-0,201 Kebun Campuran , ,035 0,001 Total 1,765 1,565-0,200 Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa karbon biomassa tersimpan pohon dalam kawasan hutan dan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt dari 1,765 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,565 Mt pada tahun Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar yaitu 0,011 Mt/tahun, hal ini dikarenakan pengurangan luas hutan masih relatif sedikit yaitu 654 ha selama periode Mt Hutan Kebun Campuran Gambar 16. Perubahan Karbon Biomassa Tersimpan Kawasan Hutan dan Kebun Campuran

45 Karbon Tersimpan Dalam Tanah Karbon tersimpan didalam tanah meliputi biomassa akar dan bahan organik tanah. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran biomasa akar tetapi hanya bahan organik tanah. Kandungan karbon organik tanah pada bahan organik tanah sekitar 46 % (Hairiah, 2007). Lokasi titik dan nilai karbon organik tanah tahun 1989 dan 2007 pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7. Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 X( o BT) Y( o LS) %C-organik (0-30 cm) %C-organik (30-60 cm) Sumber 106,9480-6,6856 5,92 1,09 Siswati, ,9490-6,6835 1,92 1,37 Siswati, ,9570-6,7134 4,29 3,22 Siswati, ,9600-6,7622 3,68 3,58 PPT, ,9750-6,6998 2,47 1,02 PPT, ,0150-6,7747 3,68 3,58 PPT, ,0170-6,7435 5,92 1,09 PPT, ,0280-6,7295 1,92 1,37 PPT, ,0290-6,7799 5,92 1,09 PPT, ,0320-6,8015 5,92 1,09 PPT, ,0430-6,8018 4,33 2,56 PPT, ,0490-6,7297 1,16 2,22 PPT, ,0490-6,7581 5,73 4,25 PPT, ,0540-6,7632 1,34 0,93 PPT, ,0540-6,8024 3,34 2,07 PPT, ,0540-6,8068 3,34 2,07 PPT, ,0560-6,7306 2,74 0,84 PPT, ,0570-6,7720 3,10 1,44 PPT, ,0580-6,7572 5,73 4,25 PPT, ,0610-6,7197 2,03 1,06 PPT, ,0640-6,7488 2,03 1,06 PPT, ,0670-6,7411 2,01 2,62 PPT, ,0690-6,7338 2,43 0,77 PPT, ,0730-6,7187 5,92 1,09 PPT, ,0740-6,7639 1,89 0,84 PPT, ,0750-6,7303 1,16 2,22 PPT, ,0790-6,7539 2,06 0,80 PPT, ,0810-6,7328 2,74 0,84 PPT, ,0860-6,7669 2,17 1,36 PPT, ,0890-6,7388 2,31 1,23 PPT, ,0950-6,7257 2,74 0,84 PPT, 1978 Sumber : Laporan Survei dan Skripsi setelah dilakukan pembobotan untuk menghitung C-organik tanah pada kedalaman 0-30 cm dan cm.

46 33 Nilai karbon organik tanah tahun 1989 seperti terlihat pada Tabel 7 diperoleh dari laporan survey dan skripsi dari tahun , yang kemudian dilakukan pembobotan berdasarkan kedalaman tanah sedangkan data aslinya disajikan pada Lampiran 2. Nilai karbon organik tanah pada tahun 1989 relatif seragam dengan nilai tertinggi 5,92 % dan nilai terrendah 1,16 % pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman cm, nilai karbon organik tanah tertinggi sebesar 4,25 % dan yang terrendah sebesar 0,77 %. Nilai karbon organik tanah paling tinggi terdapat pada penggunaan lahan kebun campuran. Tabel 8. Data Titik dan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 X( o BT) Y( o LS) %C-organik (0-30 cm) %C-organik (30-60 cm) 106,9480-6,6856 3,45 2,39 106,9490-6,6835 3,23 2,54 106,9600-6,7622 4,00 4,21 106,9717-6,7025 3,00 0,89 106,9842-6,7017 4,27 1,13 106,9849-6,7577 2,77 2,57 106,9989-6,7574 4,33 2,70 107,0044-6,7326 2,82 1,52 107,0088-6,7321 3,32 1,50 107,0292-6,7989 3,00 1,26 107,0299-6,7498 3,48 2,19 107,0356-6,7817 2,51 1,12 107,0410-6,7519 3,38 3,78 107,0416-6,7401 2,80 2,62 107,0453-6,7989 3,63 3,09 107,0456-6,7867 2,71 1,09 107,0460-6,7555 5,44 5,40 107,0479-6,7673 2,19 2,77 107,0481-6,7525 3,79 1,22 107,0519-6,7506 1,76 1,31 107,0525-6,7693 4,81 4,55 107,0540-6,8068 3,45 2,39 107,0597-6,7700 1,26 0,98 107,0619-6,7467 4,38 0,53 107,0622-6,7461 1,53 0,42 107,0639-6,7344 1,62 0,98 107,0886-6,7418 2,61 1,52 107,0950-6,7257 3,45 2,39 Sumber : Data analisis laboratorium 2007

47 34 Dari Tabel 8, nilai karbon organik tanah pada tahun 2007 memiliki sebaran yang relatif seragam dengan nilai tertinggi 5,44 % dan nilai terrendah 1,26 % pada kedalaman 0-30 cm. Sementara untuk kedalaman cm, nilai karbon organik tanah tertinggi sebesar 5,40 % dan yang terrendah sebesar 0,42 %. Nilai karbon organik tanah paling tinggi terdapat pada penggunaan lahan semak. Penutupan/penggunaan lahan semak lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan lain dikarenakan semak tahun 2007 merupakan perubahan dari kebun campuran pada tahun Selain itu juga semak dengan tipe penutupan/penggunaan lahan yang rapat di permukaan tanah yang dapat mengurangi kehilangan karbon yang disebabkan oleh erosi Data Permukaan Karbon Organik Tanah Data permukaan (surface data) adalah data yang diperoleh dari suatu pendekatan pemodelan implisit untuk menyederhanakan interpolasi data yang tidak beraturan. Hal ini dikarenakan setiap titik yang diketahui akan mempengaruhi hasil, maka sekecil apapun perubahan yang terjadi akan mempengaruhi hasil dari interpolasi permukaan. ( Berdasarkan data titik karbon organik tanah, baik dari data tahun 1989 maupun tahun 2007 dibuat data permukaan yang disajikan dalam bentuk spasial. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon organik tanah pada tiap beda jarak 30 m. Selain itu, juga untuk mengetahui sebaran titik pengambilan contoh yang tersebar di kawasan Puncak-Cianjur pada tahun 1989 dan Data permukaan karbon organik tanah tahun 1989 dan 2007 pada kedalaman 0-30 cm dan cm disajikan pada Gambar 17, 18, 19 dan 20.

48 35 Gambar 17.Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Pada Kedalaman 0-30 cm Dari Gambar 17 dapat dilihat data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman 0-30 cm. Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,92 % yang umumnya berada pada bagian selatan dan barat daya lokasi penelitian, sedangkan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terendah sebesar 1,16 % yang berada pada bagian utara dan timur lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah kebun campuran, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.

49 36 Gambar 18.Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 1989 Pada Kedalaman cm Gambar 18 menunjukan data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman cm, warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 4,25 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai karbon organik tanah yang terrendah sebesar 0,77 % yang umumnya berada pada bagian timur laut lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah kebun campuran, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.

50 37 Gambar 19. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Pada Kedalaman 0-30 cm Dari Gambar 19 dapat dilihat data permukaan karbon organik tanah pada kedalaman 0-30 cm pada tahun Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,44 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terrendah sebesar 1,26 % yang umumnya berada pada bagian utara dan tenggara lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah semak, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah sawah.

51 38 Gambar 20. Data Permukaan Karbon Organik Tanah Tahun 2007 Pada Kedalaman cm Gambar 20 menunjukan nilai karbon organik tanah pada kedalaman cm pada tahun Warna hijau tua menunjukan nilai karbon organik tanah yang tertinggi sebesar 5,40 % yang umumnya berada pada bagian barat lokasi penelitian dan yang berwarna merah tua merupakan nilai yang terendah sebesar 0,42 % yang umumnya berada pada bagian timur laut dan barat laut lokasi penelitian. Analisis dari peta penutupan/penggunaan lahan menunjukan bahwa yang memiliki nilai karbon organik tertinggi adalah semak, sedangkan untuk nilai karbon organik terrendah adalah tanah terbuka Karbon Organik Tanah Tersimpan Kawasan Karbon organik tersimpan kawasan diperoleh dengan cara mengalikan karbon organik tersimpan dengan luasan masing-masing penutupan/penggunaan lahan. Hasil perhitungan karbon organik tersimpan kawasan disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa karbon organik tersimpan kawasan secara keseluruhan pada tahun 1989 lebih besar dibandingkan pada tahun Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan yang tertutup oleh vegetasi yang masih lebih banyak

52 39 pada tahun 1989 dibandingkan pada tahun Penutupan/penggunaan lahan yang memiliki karbon organik tersimpan terbesar pada tahun 1989 adalah tegalan, tanah terbuka dan hutan. Sementara pada tahun 2007 penutupan/penggunaan lahan yang memiliki karbon organik tanah tersimpan terbesar meliputi tegalan, hutan dan sawah. Untuk karbon organik tersimpan dalam kawasan dengan nilai tertinggi berada pada penutupan/penggunaan lahan hutan dan kebun campuran. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah luasan penutupan/penggunaan lahannya. Tabel 9 menunjukkan nilai karbon organik tersimpan masing-masing penutupan/penggunaan lahan pada tahun 1989 dan Tahun 1989 pada kedalaman 0-30 cm dan cm, masing-masing memiliki nilai tertinggi sebesar 141,469 ton/ha dan 81,103 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan tegalan dan sawah, sedangkan untuk nilai yang terendah yaitu 90,111 ton/ha dan 47,149 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan sawah dan semak.. Sementara itu, tahun 2007 pada kedalaman 0-30 cm dan cm nilai karbon organik tersimpan tertinggi pada masing-masing kedalaman sebesar 89,725 ton/ha dan 68,923 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan tegalan dan yang terendah adalah 66,674 ton/ha dan 41,743 ton/ha yang terdapat pada penutupan/penggunaan lahan semak. Secara keseluruhan baik pada kedalaman 0-30 cm maupun cm telah terjadi pengurangan jumlah karbon organik tersimpan kawasan dalam selang waktu tahun 1989 sampai Karbon Organik Tersimpan pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33 ton/ha atau 15,185 ton/ha/tahun sedangkan pada kedalaman cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha atau 6,827 ton/ha/tahun, sedangkan untuk karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,512 Mt atau 0,028 Mt/tahun pada kedalaman 0-30 cm dan 0,201 Mt atau 0,011 Mt/tahun pada kedalaman cm.

53 Tabel 9. Data Karbon Organik Tersimpan Dan Tersimpan Kawasan Tahun 1989 Dan Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan D(cm) Luas(ha) C- tersimpan(ton/ha) C- Kawasan(Mt) Luas(ha) C- Tersimpan(ton/ha) C- Kawasan(Mt) C- Tersimpan(ton/ha) C- Kawasan(Mt) Hutan ,708 0, ,261 0,438-39,45-0, ,885 0,443 61,795 0,307-17,09-0,136 Kebun campuran ,670 0, ,833 0,443-41,84-0, ,151 0,342 53,102 0,288-12,05-0,054 Kebun Teh ,233 0, ,427 0,048-46,81-0, ,348 0,034 44,083 0,026-17,27-0,008 Pemukiman ,638 0, ,608 0,112-10,03 0, ,419 0,027 60,123 0,081-8,30 0,054 Sawah ,111 0, ,639 0,018-5,47-0, ,103 0,065 55,549 0,012-25,55-0,054 Semak ,466 0, ,674 0,006-27,79 0, ,149 0,003 41,743 0,004-5,41 0,001 Tanah terbuka ,876 0, ,670 0,008-48,21-0, ,310 0,015 49,456 0,005-25,85-0,010 Tegalan ,469 0, ,725 0,050-51,74-0, ,302 0,033 68,923 0,038-11,38 0,005 Total ,17 1, ,84 1, ,33-0, ,67 0, ,78 0, ,89-0,201 40

54 Pengaruh Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Terhadap Karbon Tersimpan Kawasan Perubahan penutupan/penggunaan lahan yang terjadi di kawasan Puncak Cianjur secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perubahan jumlah biomassa dan karbon tersimpan kawasan baik di atas maupun didalam tanah. Salah satu contohnya adalah penutupan/penggunaan lahan hutan yang mengalami penurunan luas sebesar 654 ha dari tahun Hal ini berpengaruh terhadap jumlah karbon pohon dan karbon organik tersimpan dalam kawasan, yaitu terjadinya penurunan karbon biomassa tersimpan kawasan sebesar 0,201 Mt. Sementara karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,279 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,136 Mt pada kedalaman cm. Berdasarkan hasil analisis, secara keseluruhan telah terjadi pengurangan karbon biomassa dan karbon organik tersimpan. Jumlah karbon tersimpan pada masing-masing penggunaan lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan, jenis tanah serta cara pengelolaannya. Karbon tersimpan suatu lahan menjadi lebih besar bila tingkat kesuburan tanahnya baik. Dengan kata lain, jumlah karbon tersimpan di atas tanah (biomassa pohon) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon yang tersimpan di dalam tanah (Hairiah, 2007) Karbon Tanah Pada Penutupan/Penggunaan Lahan Yang Sama Berdasarkan hasil matrik perubahan penutupan/penggunaan lahan tahun 1989 dan tahun 2007, diperoleh data penutupan/penggunaan lahan di tahun 1989 yang tetap menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 yaitu hutan, kebun campuran, kebun teh, pemukiman, sawah, tanah terbuka dan tegalan. Penutupan/penggunaan lahan hutan Penutupan/penggunaan lahan hutan tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989

55 42 sebesar 110,08 ton pada kedalaman 0-30 cm sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 68,00 ton. Sedangkan pada tahun 2007 sebesar 86,11 ton pada kedalaman 0-30cm dan 60,29 ton pada kedalaman cm. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan hutan mengalami penurunan sebesar 23,97 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm penurunannya sebesar 7,71 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan kebun campuran Penutupan/penggunaan lahan kebun campuran tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 96,36 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 50,77 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 61, 76 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 40,08 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 34,60 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm penurunannya sebesar 10,69 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan kebun teh Penutupan/penggunaan lahan kebun teh tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 481 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 111,47 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 53,75 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 65,24 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 35,76 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan kebun teh mengalami penurunan sebesar 46,23 ton pada kedalaman 0-30 cm,

56 43 sedangkan pada kedalaman cm penurunannya sebesar 17,99 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan pemukiman Penutupan/penggunaan lahan kebun pemukiman 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 401 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 92,64 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 68,42 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 24,45 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 17,79 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan pemukiman mengalami penurunan sebesar 68,19 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm penurunannya sebesar 50,40 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan sawah Penutupan/penggunaan lahan sawah tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 195 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 21,80 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 19,62 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 76,05 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 50,70 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan sawah mengalami peningkatan sebesar 54,25 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm peningkatannya sebesar 31,08 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka Penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 56

57 44 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 36,73 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 21,30 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 44,24 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 26,88 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan tanah terbuka mengalami peningkatan sebesar 7,51 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm peningkatan sebesar 5,58 ton selama kurun waktu 18 tahun. Penutupan/penggunaan lahan tegalan Penutupan/penggunaan lahan kebun tegalan tahun 1989 menjadi penutupan/penggunaan lahan yang sama pada tahun 2007 memiliki luasan 279 ha dengan jumlah karbon organik tanah tersimpan pada tahun 1989 sebesar 96,03 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan untuk kedalaman memiliki jumlah karbon organik tanah tersimpan sebesar 54,51 ton. Pada tahun 2007, karbon organik tanah tersinpan pada kedalaman 0-30 cm sebesar 44,64 ton, sedangkan pada kedalaman cm sebesar 33,48 ton. Dengan kata lain, karbon organik tanah tersimpan untuk penutupan/penggunaan lahan tegalan mengalami penurunan sebesar 51,39 ton pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan pada kedalaman cm penurunannya sebesar 21,03 ton selama kurun waktu 18 tahun.

58 45 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan telah terjadi pengurangan luas hutan, sawah dan tanah terbuka masing-masing sebesar 654 ha ( 4,92 %), 594 ha (4,47 %) dan 95 ha (0,72%) selama periode tahun 1989 sampai Sebaliknya pemukiman, kebun campuran, tegalan, kebun teh dan semak mengalami peningkatan area sebesar 954 ha (7,18 %), 170 ha (1,28%), 145 ha (1,09 %), 44 ha (0,33 %) dan 28 ha (0,22 %). Berdasarkan hasil analisis, secara keseluruhan karbon tersimpan pohon dalam kawasan hutan dan kebun campuran mengalami penurunan sebesar 0,200 Mt dari 1,765 Mt pada tahun 1989 menjadi 1,565 Mt pada tahun Secara keseluruhan baik pada kedalaman 0-30 cm maupun cm telah terjadi pengurangan jumlah karbon organik tersimpan kawasan dalam selang waktu tahun 1989 sampai Karbon Organik Tersimpan pada kedalaman 0-30 cm telah terjadi pengurangan sebesar 271,33 ton/ha sedangkan pada kedalaman cm terjadi penurunan sebesar 122,89 ton/ha. Sementara, karbon organik tersimpan kawasannya mengalami penurunan sebesar 0,512 Mt pada kedalaman 0-30 cm dan 0,201 Mt pada kedalaman cm Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengambil lokasi contoh tanah yang sama untuk pengukuran C-organik tanah pada periode yang berbeda untuk masing-masing penutupan/penggunaan lahan.

59 46 DAFTAR PUSTAKA Anonim Jabar.bps.go.id/14k. UZNwEJ:jabar.bps.go.id/+kab.bogor+dalam+angka&hl=id&ct=clnk&cd =10&gl=id (30 juli 2007). Anonim april2008). Anonim Anonim Anonim Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. Barus, B Kamus SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan 128 diagram. SOTIS. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. FAPERTA. IPB. Brown, S.L., P. Schroeder, and J.S. Kern Spasial distribution of biomass in forests of the eastern USA. For. Ecol. Manage Collins, H.P., R.L., Bleoins. L.G., Bundy. D.R., Cristenson. W.A., Dick. D.R., Huggins, and T.A., Paul Soil Carbon Dynamic in Corn Based Agroecosystem : Result from Carbon 13 Natural Abudance. Soil Science Society America Journal 63 : Hairiah, K., M.A., Sardjono, S., Sabarnurdin, Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. Hairiah, K., S.M., Sitompul, M., Van Noordwijk and Cheryl Carbon Stock of Tropical Landuse Systems as part of global C balance. Journal. Bogor. Lillesand, T.M., dan R.W.Kiefer., Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Dulbahri. Suharsono. Hartono. dan Suharyadi. penerjemah). 3 "d. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Murdiyarso, D.K., K., Hairiah, and M., Van Noorwidjk Modeling and Measuring Soil Organic Matter Dynamic and Greenhouse Gas Emission after Forest Conversion. Report of workshop training course. August Bogor- Muara Tebo. Purwadhi, S.H., Interpretasi Citra Digital. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

60 47 Pusat Penelitian Tanah Survai dan Pemetaan Tanah DAS Citarum III Padalarang-Jawa Barat. Laporan. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. Pusat Penelitian Tanah Peta Tanah Semi Detail DAS Citarum Tengah III Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor Pusat Penelitian Tanah Peta Tanah Semi Detail DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat. Pusat Penelitian Tanah. Bogor Siswati, T Pengklasifikasian Tiga Pedon Andosol Kedalam Order Andisol Di Perkebunan Teh Gn.Mas PTP XII. Cisarua. Bogor. Sitorus, S.R.P Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi Ketiga. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Soepardi, G Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. IPB Perss. Sutanto Diktat Kuliah Kode 2ª Penginderaan Jauh Dasar. Gadjah Mada University Perss. Yogyakarta. Vink, A.P.A Landuse: in advancing agriculture. Newyork Spinger Verlag. Yuly Prospek Pengelolaan Agroforestry Untuk Tujuan Perdagangan Karbon di Desa Karacak. Kecamatan Leuwiliang. Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

61 48 Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Contoh Tanah Tahun 1989 (berdasarkan data C-organik tanah tahun ) No X Y KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN 1 107,0730-6,7187 Kawungluwuk Sukaresmi Cianjur 2 107,0320-6,8015 Sukamulya Cugenang Cianjur 3 107,0290-6,7799 Galudra Cugenang Cianjur 4 107,0170-6,7435 Sindang Jaya Pacet Cianjur 5 107,0280-6,7295 Sindang Jaya Pacet Cianjur 6 107,0690-6,7338 Pakuon Sukaresmi Cianjur 7 107,0640-6,7488 Pakuon Sukaresmi Cianjur 8 107,0610-6,7197 Cibodas Pacet Cianjur 9 107,0860-6,7669 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0580-6,7572 Ciherang Pacet Cianjur ,0490-6,7581 Ciherang Pacet Cianjur ,0670-6,7411 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0560-6,7306 Cibodas Pacet Cianjur ,0810-6,7328 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0740-6,7639 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0540-6,7632 Ciherang Pacet Cianjur ,0790-6,7539 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0540-6,8024 Sukamulya Cugenang Cianjur ,0890-6,7388 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0490-6,7297 Gadog Pacet Cianjur ,0750-6,7303 Cibodas Pacet Cianjur ,0570-6,7720 Ciputri Pacet Cianjur ,0150-6,7747 Ciputri Pacet Cianjur ,0430-6,8018 Sukamulya Cugenang Cianjur ,0950-6,7257 Kawungluwuk Sukaresmi Cianjur ,9480-6,6856 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,0540-6,8068 Sukamulya Cugenang Cianjur ,9490-6,6835 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,9600-6,7622 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,9570-6,7134 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,9750-6,6998 Tugu Selatan Cisarua Bogor

62 49 Lampiran 1..(Lanjutan) Tahun 2007 No X Y KELURAHAN KECAMATAN KABUPATEN 1 106,9989-6,7574 Sindang Jaya Pacet Cianjur 2 106,9849-6,7577 Cimacan Pacet Cianjur 3 107,0481-6,7525 Cipendawa Pacet Cianjur 4 107,0410-6,7519 Cipendawa Pacet Cianjur 5 107,0416-6,7401 Cipanas Pacet Cianjur 6 107,0619-6,7467 Pakuon Sukaresmi Cianjur 7 107,0088-6,7321 Cimacan Pacet Cianjur 8 107,0460-6,7555 Ciherang Pacet Cianjur 9 107,0519-6,7506 Cipendawa Pacet Cianjur ,0622-6,7461 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0479-6,7673 Ciputri Pacet Cianjur ,0886-6,7418 Pakuon Sukaresmi Cianjur ,0597-6,7700 Ciputri Pacet Cianjur ,0639-6,7344 Cibodas Pacet Cianjur ,0356-6,7817 Galudra Cugenang Cianjur ,0453-6,7989 Sukamulya Cugenang Cianjur ,0299-6,7498 Sukatani Pacet Cianjur ,0456-6,7867 Sukamulya Cugenang Cianjur ,0044-6,7326 Cimacan Pacet Cianjur ,0525-6,7693 Ciputri Pacet Cianjur ,9717-6,7025 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,9842-6,7017 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,0292-6,7989 Sukamulya Cugenang Cianjur ,9490-6,6835 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,0540-6,8068 Sukamulya Cugenang Cianjur ,9600-6,7622 Tugu Selatan Cisarua Bogor ,0950-6,7257 Kawungluwuk Sukaresmi Cianjur ,9480-6,6856 Tugu Selatan Cisarua Bogor

63 50 Lampiran 2. Data C-Organik Tanah Periode Tahun No Kedalaman(cm) %C-Organik Sumber Data ,24 1,63 1,16 1,86 1,66 1,25 0,5 3,26 2,29 1,49 2,23 1,23 1,23 2,32 1,21 0,01 4,32 4,27 11,04 4,3 2,33 1,32 2,42 1,16 0,86 2,53 1,24 1,38 2,62 0,85 0,66 1,82 1,96 0,63 1,45 0,69 0,62 1,9 0,99 0,6 0,57 2,66 1,4 1,1 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978 PPT, 1978

64 51 Lampiran 2.(Lanjutan) No Kedalaman(cm) %C-Organik Sumber Data ,03 3,96 0,68 3,02 6,25 6,16 5,70 3,78 1,62 5,66 3,69 0,52 1,50 0,78 Siswati, 1991 Siswati, 1991 Siswati, 1991

65 52 Lampiran 3. Data C-Organik Tanah Tahun 2007 No. Lab No. Lapang ph 1:1 Walkley & N NH 4 OAc ph 7.0 Tekstur Black C-org Ca Mg K Na KTK Pasir Debu Liat H 2 O..(%)...(me/100g). (%) H.6302 A1B1 5, ,99 0,38 0,26 0,17 16,79 21,7 34,11 44,19 H.6303 A1B2 5,1 0,89 1,12 0,73 0,18 0,22 12,3 29,13 26,55 44,32 H.6304 A2B1 4,7 4,27 0,96 0,2 0,13 0,35 26,12 38,35 43,7 17,95 H.6305 A2B2 4,6 1,13 1,34 0,7 0,22 0,34 13,06 46,03 21,16 32,81 H.6306 A3B1 4, ,47 0,25 0,11 0,17 17,33 32,31 39,42 28,27 H.6307 A3B2 4,5 1,26 0,68 0,28 0,18 0,24 12,8 36,55 25,8 37,65 H.6308 B1C1 5,5 2,61 7,76 3,86 0,41 0,17 32,03 28,5 42,62 28,88 H.6309 B1C2 5,8 1,52 8,04 4,63 0,59 0,43 26,35 29,73 38,87 31,4 H.6310 B2C1 5,4 1,26 6,64 2,65 0,41 0,3 18,59 20,25 40,45 39,3 H.6311 B2C2 6,3 0,98 8,31 4,25 0,6 0,48 11,98 20,23 48,78 30,99 H.6312 B3C1 5,2 1,62 6,08 3,33 0,99 0,3 17,9 9,6 24,87 65,53 H.6313 B3C ,98 5,42 2,7 0,62 0,45 12,15 13,12 20,76 66,12 H.6314 C1D1 5,4 2,51 5,37 1,55 0,18 0,26 20,03 31,36 36,99 31,65 H.6315 C1D2 5,5 1,12 5,64 1,68 0,2 0,32 18,24 29,42 33,95 36,63 H.6316 C2D1 5,6 3,63 5,75 0,73 0,25 0,26 30,45 37,37 47,09 15,54 H.6317 C2D2 5,5 3,09 2,91 0,43 0,1 0,09 23,72 39,22 43,11 17,67 H.6318 D1E1 5,1 1,76 5,29 0,77 0,36 0,3 25,63 18,85 60,76 20,39 H.6319 D1E2 5,5 1,31 6,37 0,77 0,15 0,17 17,63 24,01 48,62 27,37 H.6320 D2E1 5,4 1,53 1,24 0,56 0,1 0,16 17,3 15,57 22,01 62,42 H.6321 D2E2 5,3 0,42 1,53 0,8 0,05 0,09 13,52 18,9 20,55 60,55 H.6322 E1F1 5,7 3,79 6,37 1,6 0,18 0,09 22,2 37,47 36,76 25,77 H.6323 E1F ,22 8,05 2,96 0,22 0,3 16,85 39,9 32,48 27,62 H.6324 F1G ,71 3,32 0,92 0,15 0,17 24,22 21,81 43,62 34,57 H.6325 F1G2 5,4 1,09 1,68 0,8 0,18 0,24 18,06 26,37 39,14 34,49 H.6326 G1H1 4,8 4,38 0,45 0,13 0,2 0,13 21,52 44,93 31,46 23,61 H.6327 G1H2 4,9 0,53 0,2 0,11 0,05 0,09 15,16 47,69 23,92 28,39 H.6328 E2F1 6,2 3,38 7,38 1,28 0,75 0,26 30,85 51,1 31,08 17,82 H.6329 E2F2 6,1 3,78 7,28 1,05 0,45 0,17 28,04 44,49 40,25 15,26 H.6330 E3F1 6,4 2,8 10,69 3,97 1,51 0,34 31,28 23,23 39,28 37,49 H.6331 E3F2 6,5 2,62 14,52 3,87 1,51 0,3 28,76 24,13 63,86 12,01 H.6332 C3D1 6,2 3,48 7,28 1,33 0,3 0,22 26,96 37,38 49,54 13,08 H.6333 C3D2 5,9 2,19 5,88 1,25 0,25 0,16 24,04 37,92 49,75 12,33 H.6334 D3E1 5,7 2,19 6,66 2,15 0,25 0,18 23,07 23,57 59,74 16,69 H.6335 D3E2 5,9 2,77 6,97 2,05 0,26 0,22 21,23 40,63 41,18 18,19 H.6336 F2G1 5,9 2,82 6,54 7,56 0,51 0,3 25,07 58,01 28,81 13,18 H.6337 F2G2 5,8 1,52 6,78 4,93 0,72 0,32 24,64 46,61 37,45 15,94 H.6338 F3G1 5,5 4,81 4,81 1,45 0,31 0,18 34,97 34,09 52,23 13,68 H.6339 F3G2 5,5 4,55 3,14 0,8 0,16 0,12 33,77 34,13 31,32 34,55 H.6340 G2H1 5,2 3,32 1,58 0,51 0,2 0,18 25,64 42,03 41,46 16,51 H.6341 G2H2 5,4 1,5 1,76 0,72 0,12 0,1 23,07 53,43 26,39 20,18 H.6342 G3H1 5,2 5,44 6,91 5,03 1,06 0,36 29,2 51,55 16,87 31,58 H.6343 G3H2 5,3 5,4 7,9 5,89 1,06 0,4 31,17 50,34 25,87 23,79 H.6346 H2J1 5,2 4,33 7,39 2,82 0,26 0,18 16,06 58,42 14,98 26,6 H.6347 H2J2 5,6 2,7 4,5 1,58 0,11 0,08 17,95 41,94 43,76 14,3 H.6348 H3J1 6,2 2,77 0,77 0,48 0,1 0,08 13,94 48,02 26,41 25,57 H.6349 H3J2 5,4 2,57 1,06 0,57 0,11 0,06 47,91 64,74 14,75 20,51 Sumber: Hasil Analisis Laboratorium 2007

66 53 Lampiran 4. Data Bobot Isi Tanah (g/cm 3 ) Data BI Pada Beberapa Kedalaman Tanah No Tanah Kedalaman(cm) BI (g/cm3) Daerah Sumber 1 Podsolik merah kuning (Alfisol) Taktakan, Serang Yogaswara, /35 1,24 25/35-40/58 1,39 2 Latosol Coklat kemerahan (Alfisol) ,02 Darmaga, Bogor , ,98 3 Latosol Coklat Gelap (Ultisol) ,99 Parakanlima, Sukabumi , ,02 4 Latosol Merah (Ultisol) ,03 Mande, Cianjur , ,05 5 Andosol Coklat Hitam (Inceptisol) ,81 Ciluluk, Sumedang , ,75 6 Aluvial Kelabu Coklat (Inceptisol) ,39 Buntet, Cirebon , ,35 7 Aluvial Kelabu Coklat (Entisol) ,44 Perwira, Bekasi , ,45 8 Regosol - 1,16 Laladon 9 Inceptisol - 1,04 Darmaga Suryawati, Typic Kanhapludult Lampung Atmaja, ,05 11 Fluventic Dystropept , ,22 12 Andosol - <0,85 Krisyanto, 2004 Kisaran Bobot isi Tanah (g/cm 3 ) No Jenis Tanah BI g/cm 3 ) 1 Podzolik merah kuning 1,10-1,35 2 Regosol 1,07-1,48 3 Aluvial 1,02-1,42 4 Grumusol 0,98-1,37 5 Mediteran 0,97-1,48 6 Latosol 0,93-1,11 7 Gley Humus Rendah 0,90-1,22 8 Andosol 0,68-0,86 9 Organosol 0,14-0,21 Sumber: http/google.co.id/persiapan media tanam/4maret2008

67 54 Lampiran 5. Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Hutan 1. Hutan (Sektor Cibodas) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} P ,59 4 7,13 79,63 P ,73 37,2 10, ,09 P ,45 12,3 11, ,31 P ,91 21,3 10, ,42 P ,36 17,8 9, ,03 P ,82 23,5 11, ,52 P ,36 20,5 11, ,81 P ,68 19,7 10, ,36 P ,41 15,7 10, ,92 P ,18 12,8 8,93 445,29 K ,18 5,2 6,84 60,70 K ,50 4,1 6,64 50,13 K ,32 3,9 6,99 69,61 K ,73 4,5 7,58 122,70 K ,91 3,7 7,08 75,93 C ,82 9,1 8,14 208,34 C2 18 5,73 5 4,61 7,22 C ,41 2,5 6,97 68,53 P ,82 14,6 11, ,90 J ,82 12,8 11, ,75 G ,82 9,1 8,14 208,34 KR 32 10,18 3,8 5,48 16,62 KL 45 14,32 2,7 5,82 22,98 J ,55 10,6 10, ,13 W ,68 6,8 8,06 194,36 KS ,73 13,8 11, ,47 KS 68 21,64 3,1 6,79 57,54 KS 88 28,00 3,5 7,42 105,54 KS ,91 9,6 10, ,80 KS ,82 11,4 10, ,51 B ,73 19,2 11, ,54 B ,68 14,5 8,82 399,71 B ,45 6,8 6,30 36,21 B ,77 11,3 11, ,45 B ,91 13,2 8,88 423,55 B ,32 7,5 6,84 60,80 B ,50 9,2 9, ,97 B ,82 6,9 11, ,66 B9 21 6,68 6,2 5,13 11,88 B1O ,27 7,8 9,09 518,60 B ,14 7,3 7,94 173,05

68 55 Lampiran 5...Lanjutan Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} B ,27 16,4 11, ,88 B ,32 18,1 11, ,17 B ,55 8,3 7,94 172,66 B ,45 4,1 5,79 22,37 B ,95 5,2 5,30 14,01 B ,91 6,4 8,16 212,59 B ,86 3,7 5,39 15,26 B ,23 4,7 5,50 16,87 B ,45 3,5 6,59 47,71 B ,27 7,8 9,09 518,60 B ,73 6,1 7,89 163,93 B ,27 7,4 10, ,14 B ,64 6,9 10, ,01 B ,27 3,3 4,93 9,79 B ,32 4,2 7,06 74,70 B ,36 6,9 10, ,12 B ,18 3,1 6,32 37,10 B ,95 3,6 6,96 68,22 B ,68 4,7 9, ,10 B ,05 4,6 8,78 382,82 B ,64 3,8 4,91 9,61 B ,73 5,7 10, ,61 B ,82 6,1 7,07 75,74 B ,86 5,4 8,05 191,98 B ,64 7,2 9,29 624,04 B ,09 6,9 10, ,54 B ,41 3,9 6,80 58,22 B ,86 3,7 5,39 15,26 B ,23 4,7 5,50 16,87 2. Hutan (Sektor Gunung Putri 1) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} A ,55 4,7 6,67 51,31 A ,45 8,2 8,96 456,16 A3 28 8,91 3,9 5,24 13,21 A ,36 4,3 6,99 70,01 A ,32 9,1 8,40 267,85 A ,14 4,5 6,81 58,63

69 56 Lampiran 5 (Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} A ,09 5,9 8,28 238,51 A ,41 6,7 9, ,38 A ,68 4,1 8,69 351,80 A ,64 8,9 9,77 981,70 A ,23 3,6 7,08 75,94 A ,95 5,3 8,69 353,94 A ,64 7,1 6,83 60,17 A ,32 9,1 10, ,92 A ,55 7,4 9,39 688,26 A ,91 4,2 7,74 142,35 A ,73 3,1 4,13 4,58 A ,00 4,6 4,92 9,77 A ,95 7,8 6,97 68,56 A ,09 7,1 8,46 284,50 A ,36 9,7 10, ,59 A ,68 3,7 7,46 108,88 A ,68 4,5 4,81 8,76 A ,23 6,9 8,67 346,48 A ,00 5,7 7,34 97,09 A ,14 11,6 10, ,25 A ,86 8,4 9,53 785,70 A ,27 5,1 7,89 164,38 A ,68 9,21 9,19 565,68 A ,14 7,03 7,90 166,95 A ,00 6,6 10, ,50 A ,09 5,5 10, ,00 A ,09 4,7 10, ,49 A ,77 11,4 11, ,06 A ,36 16,8 9,77 988,11 A ,05 5,2 7,75 144,02 A ,91 3,6 5,16 12,24 A ,18 3,8 6,53 45,03 A ,36 2,7 7,94 173,30 A ,55 5,2 9, ,79 A ,91 4,9 10, ,30 A ,23 3,5 5,20 12,74 A ,27 7,7 10, ,60 A ,86 6,4 8,22 225,70 A ,64 3,8 4,91 9,61 A ,45 4,1 5,79 22,37 A ,18 6,2 7,70 137,60 A ,41 3,9 6,80 58,22 A ,09 6,8 6,41 40,14

70 57 Lampiran 5.(Lampiran) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} A ,14 8,1 7,39 102,62 A ,82 5 8,43 276,12 A ,45 4,1 5,79 22,37 A ,05 3,8 6,84 60,40 A ,41 10,6 10, ,20 A ,95 6,8 8,15 211,73 A ,41 3,8 6,77 56,80 A ,64 6,9 10, ,01 3. Hutan (Sektor Gunung Putri 2) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} sj1 21 6,68 5,2 4,95 10,05 sj ,00 7,8 7,65 130,88 sj ,68 8,1 9,64 868,90 sj ,55 6,9 7,76 144,81 sj5 21 6,68 4,2 4,74 8,20 sj6 18 5,73 4,1 4,41 5,97 sj ,86 7,1 8,32 249,14 sj ,05 6,3 7,34 97,74 sj9 22 7,00 3,2 4,56 6,91 sj ,55 4,5 5,52 17,27 sj ,64 8,2 9,68 908,04 sj ,91 8,7 11, ,12 sj ,05 3,9 8,30 242,38 sj ,73 4,9 7,67 133,07 sj ,68 4,7 4,85 9,13 sj ,14 4,5 6,81 58,63 sj ,41 5,9 8,30 242,90 sj ,91 13,2 8,88 423,55 sj ,32 7,5 6,84 60,80 sj ,32 9,2 9, ,37 sj ,55 5,2 9, ,79 sj ,91 4,9 10, ,30 sj ,86 3,7 5,39 15,26 sj ,23 4,7 5,50 16,87 sj ,14 9,7 10, ,12 sj ,68 3,7 7,46 108,88 sj ,68 4,5 4,81 8,76 sj ,09 3,1 3,89 3,66

71 58 Lampiran 5.(Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} sj ,86 3,7 5,39 15,26 sj ,23 4,7 5,50 16,87 sj ,86 3,7 5,39 15,26 sj ,23 4,7 5,50 16,87 sj ,27 5,1 7,89 164,38 sj ,68 9,21 9,19 565,68 sj ,14 7,03 7,90 166,95 sj ,86 3,7 5,39 15,26 sj ,23 4,7 5,50 16,87 sj ,05 5,2 7,75 144,02 sj ,91 3,6 5,16 12,24 sj ,18 3,8 6,53 45,03 sj ,41 3,1 4,01 4,11 sj ,68 4,5 4,81 8,76 sj ,68 19,7 10, ,36 sj ,41 15,7 10, ,92 sj ,50 12,8 8,96 453,99 sj ,68 6,8 8,06 194,36 sj ,73 13,8 11, ,47 sj ,64 3,1 6,79 57,54 sj ,55 5,2 9, ,79 sj ,91 4,9 10, ,30 sj ,41 6,7 9, ,38 sj ,68 4,1 8,69 351,80 sj ,86 3,7 5,39 15,26 sj ,23 4,7 5,50 16,87 sj ,68 4,5 4,81 8,76 sj ,82 6,6 10, ,14 sj ,09 3,1 3,89 3,66 sj ,32 9,2 8,41 270,65 sj ,55 4,5 6,62 49,23 sj ,36 5,9 8,35 256,29 sj ,68 19,7 10, ,36 sj ,41 15,7 10, ,92

72 59 Lampiran 6. Data Pohon Dan Biomassa Pada Penggunaaan Lahan Kebun Campuran 1. Kebun Campuran (Galudra) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} a ,82 2,3 6,76 56,24 a ,36 2,1 6,28 35,38 a ,32 2,87 7,25 89,27 a ,91 2,8 7,33 96,76 a ,50 2,9 7,47 110,42 a ,14 4,2 8,27 237,54 a ,64 3,1 8,14 209,41 a ,41 3,5 7,78 147,74 a ,59 1,9 6,92 65,54 a ,91 3,4 6,99 70,06 a ,77 2,9 6,44 41,21 a ,00 2,7 7,61 126,08 a ,27 2,3 5,79 22,31 a ,68 2,6 6,52 44,66 a ,59 2,1 5,74 21,28 bambu 20 6,27 1 3,18 1,85 mangga 62 19,85 1,9 6,12 30,65 albasia 76 24,31 3,6 7,17 82,82 2. Kebun Campuran (Sindang Laya) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} arbei ,32 0,89 4,71 7,99 arbei ,45 0,75 4,09 4,44 arbei3 28 8,91 0,54 3,26 2,01 arbei ,18 0,49 3,43 2,36 Pisang ,32 1,7 6,16 31,57 pisang ,05 2,4 6,98 68,98 pisang ,36 2,1 6,28 35,38 pisang ,77 1,9 6,01 27,55 pisang ,68 1,5 5,14 12,04 bambu 24 7,64 1 3,57 2,70 bambu 26 8,27 1 3,73 3,14 P ,86 2,8 7,39 102,72 P ,95 3,8 7,02 71,82 P ,73 2,6 7,03 72,78 P ,59 2,3 5,83 23,20

73 60 Lampiran 6.(Lanjutan) Y = Epx {-2,4090+0,9522* Tinggi Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Percabangan(m) ln [Ln(DBH 2 )*H*S]} P ,55 2,1 7,09 76,58 P ,14 1,9 5,94 25,80 P ,59 1,5 5,40 15,44 P ,09 2,4 6,90 64,41 P ,95 2,1 6,43 40,83 P ,77 2,8 5,47 16,39 P ,95 3,4 7,46 109,43 P ,32 2,9 7,26 90,15 P ,18 3,5 7,13 79,83 3. Kebun Campuran (Pasir Sarongge) Y = Epx Keterangan Keliling(cm) Dbh(cm) Tinggi Percabangan(m) ln {-2,4090+0,9522* [Ln(DBH 2 )*H*S]} bambu 25 7,95 4,8 5,22 12,98 cengkeh 62 19,73 4,6 7,00 70,27 mangga 93 29,59 5,3 7,95 174,06 jambu 39 12,41 3,8 5,88 24,23 alpukat ,36 3,1 8,08 197,67 alpukat ,95 4,3 8,48 290,05 alpukat 78 24,82 3,9 7,29 92,98 pisang 49 15,59 1,6 5,47 16,42 p ,35 1,95 5,20 12,71 p ,74 1,2 4,61 7,28 p ,57 0,96 4,82 8,88 p ,85 1 5,48 16,63 p ,99 1,25 5,14 12,04 p ,44 1,38 5,76 21,72 p ,63 1,14 5,38 15,02 p ,95 3,8 5,96 26,28

74 61 Lampiran 7. Nilai Kappa Tiap-Tiap Penutupan/Penggunaan Lahan Nilai Kappa Tiap Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1989 Penutupan/Penggunaan Lahan Pemukiman Tubuh air Hutan alami Hutan produksi Kebun teh Sawah Lahan terbuka Tegalan Kebun campuran Semak Nilai Kappa 0,934 0,935 0,934 0,828 0,828 0,890 0,891 0,828 0,932 0,890 Overall kappa statistik = 0,889 Nilai Kappa Tiap Tipe Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2007 Penutupan/Penggunaan Lahan Pemukiman Tubuh air Hutan alami Hutan produksi Kebun teh Sawah Lahan terbuka Tegalan Kebun campuran Semak Nilai Kappa 0, ,913 0,934 0,828 0,913 0,807 0,785 0,908 0,765 Overall Kappa statistik = 0,874

75 62 Lampiran 8. Matrik Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun LU89/2007 Hutan Kebun ca mpuran Kebun teh Pem ukiman Sawah Semak Tanah terbuka Tegalan Hutan Kebun campuran Kebun teh Pemukiman Sawah Semak Tanah terbuka Tegalan LU89/2007 Hutan(H) Kebun campuran(kc) Kebun the(kt) Pemukiman(PMK) Sawah(SWH) Semak(SB) Tanah terbuka(ta) Tegalan(TG) Hutan(H) H-H H-KC H-KT H-PMK H-SWH H-TA H-TG Kebun campuran(kc) KC-H KC-KC KC-KT KC-PMK KC-SWH KC-SB KC-TA KC-TG Kebun the(kt) KT-KC KT-KT KT-PMK KT-SB KT-TA KA-TG Pemukiman(PMK) PMK-PMK Sawah(SWH SWH-KC SWH-PMK SWH-SWH SWH-SB SWH-TG Semak(SB) SB-KC SB-PMK Tanah terbuka(ta) TA-H TA-KC TA-KT TA-PMK TA-TA TA-TG Tegalan(TG) TG-KC TG-PMK TG-SB TG-TG

76 63 Lampiran 9. Foto-Foto Penutupan/Penggunaan Lahan Kawasan Puncak- Cianjur Kebun Teh Sawah Pemukiman Hutan Kebun Campuran Tegalan(Hortikultur) Semak Tanah Terbuka

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA

PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BERBAGAI TIPE PENUTUPAN LAHAN DENGAN PEMODELAN SPASIAL DATA PENGUKURAN LAPANG DAN INDERAJA (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat) Oleh Komsyah Dea Purwati

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Permukaan Suhu permukaan dapat diartikan sebagai suhu terluar suatu obyek. Untuk suatu tanah terbuka, suhu permukaan adalah suhu pada lapisan terluar permukaan tanah. Sedangkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 Prosedur analisis citra untuk penggunaan tanah 1. Pra-pengolahan data atau pengolahan awal yang merupakan restorasi citra 2. Pemotongan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS). TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu : 1)

Lebih terperinci

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit Latar Belakang Meningkatnya pembangunan di Cisarua, Bogor seringkali menimbulkan dampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekeringan Kekeringan (drought) secara umum bisa didefinisikan sebagai kurangnya persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan 2.2 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Lahan Lahan (land) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

TM / 16 Mei 2006 U.S. Geological Survey* Landsat 5 4 Mei 2000 Global Land Cover Facility** 124/64 ETM+ / Landsat-7. 2 Maret 2005

TM / 16 Mei 2006 U.S. Geological Survey* Landsat 5 4 Mei 2000 Global Land Cover Facility** 124/64 ETM+ / Landsat-7. 2 Maret 2005 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Tambling Wildlife Nature Conservation Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TWNC TNBBS) Provinsi Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya menerangkan semua tanda pengenal biosfer, atsmosfer, tanah geologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan materi yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain serta dari bahan bahan organik yang telah

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terletak pada 101 0 18 sampai 101 0 36 Bujur Timur serta 0 0 25 sampai 0 0 45 Lintang Utara.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

ix

ix DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) sejak pertengahan abad ke 19 telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah lapisan gas yang berperan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas

Lebih terperinci

Gambar 1. Satelit Landsat

Gambar 1. Satelit Landsat 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT 8 (Studi Kasus : Sub Das Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Oleh : Aning Prastiwi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Penutupan Lahan Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand dkk,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Analisa Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s 11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara

Lebih terperinci

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO Risma Fadhilla Arsy Abstrak : Penelitian di Daerah Aliran Sungai Oyo ini bertujuan mengesktrak parameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan TINJAUAN PUSTAKA KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Tahun 2009 Peta penutupan lahan dihasilkan melalui metode Maximum Likelihood dari klasifikasi terbimbing yang dilakukan dengan arahan (supervised) (Gambar 14).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, Hutan adalah suatu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sebelumnya bernama Kebun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Kabupaten

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik 5. PEMBAHASAN Penginderaan jauh mempunyai peran penting dalam inventarisasi sumberdaya alam. Berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki penginderaan jauh mampu memberikan informasi yang cepat khususnya

Lebih terperinci

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT Tujuan: Mahasiswa dapat mengidentifikasi objek yang ada pada citra landsat Mahasiswa dapat mendelineasi hasil interpretasi citra landsat secara teliti Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci