BAB III KAJIAN PUSTAKA. Penerapan memiliki beberapa definisi yakni: proses, cara, perbuatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KAJIAN PUSTAKA. Penerapan memiliki beberapa definisi yakni: proses, cara, perbuatan"

Transkripsi

1 30 BAB III KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Penerapan Penerapan memiliki beberapa definisi yakni: proses, cara, perbuatan menerapkan, Pemasangan,Pemanfaatan; perihal mempratikkan. 35 Penerapan dalam Kamus Istilah Manajemen didefinisikan pemanfaatan keterampilan oleh pengetahuan baru di bidang manajemen. 36 Berdasarkan dua pengertian di atas, maka penerapan dapat diartikan tindakan pelaksanaan atau pemanfaatan keterampilan pengetahuan baru di bidang tertentu untuk suatu kegunaan ataupun tujuan khusus. B. Model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat. 1. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dalam konteks masyarakat. Istilah Sains Teknologi dan Masyarakat diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS ( Science-Technology-Society ), yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Model pembelajaran science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan 35 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h Widyatama dalam di akses pada tanggal 07 Agustus 2011, h. 14.

2 31 masyarakat. 37 Teknologi secara etimologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu kata tecne dan logos. 38 Tecne artinya seni (art) atau keterampilan. Logos artinya kata-kata yang terorganisir atau wacana ilmiah yang mempunyai makna. Sedangkan Fischer, memberikan definisi bahwa teknologi merupakan keseluruhan upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengadakan benda untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan bagi diri manusia itu sendiri, teknologi juga dapat diartikan sebagai kegiatan eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Dagun sains dapat diartikan sebagai ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya. 39 Rusmansyah berpendapat model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat merupakan salah satu model pembelajaran pembelajaran yang dapat memberikan harapan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan peka terhadap masalah-masalah yang timbul di masyarakat. 40 Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sedangkan menurut Poedjiadi menyatakan bahwa tujuan dari model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian 37 Anna poedjiadi, STM, Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai, Bandung; Remaja Rosdakarya, h Asiyah, Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio Dengan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang, Skripsi, Semarang; Universitas Negeri Semarang, 2007, h Ibid. 40 Ibid.

3 32 terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. 41 Secara sederhana, hubungan sains, teknologi dan masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut: Masyarakat SAINS APLIKASI SAINS Lingkungan Teknologi Gambar 3.1. Keterkaitan Sains Teknologi dan Masyarakat. 2. Landasan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat dilandasi oleh tiga hal penting yaitu: a. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat. b. Dalam belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme yang pada pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan. c. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi Ibid. h Purwanto, Upaya Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Peserta Didik SMK Melalui Penerapan Pendekatan STM (Sains-Teknologi-Masyarakat) dalam Pembelajaran Fisika, Disertasi, Yogyakarta: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, 2008, h. 7.

4 33 3. Karakteristik atau Ciri-ciri Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan dampaknya b. Menggunakan sumber-sumber setempat (narasumber dan bahan-bahan) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah. c. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya. d. Perluasan untuk terjadinya belajar melebihi periode, kelas, dan sekolah. e. Memusatan pada pengaruh sains dan teknologi kepada individu siswa. f. Pandangan mengenai sains sebagai content lebih dari sekedar yang hanya berisi konsep-konsep dan untuk menyelesaikan ujian. g. Penekanan keterampilan proses sains, agar dapat digunakan oleh siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya. h. Penekanan kepada kesadaran mengenai karier (career), khususnya karier yang berhubungan dengan sains dan teknologi. i. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan dalam bermasyarakat sebagai usaha untuk memecahkan kembali masalahmasalah yang diidentifikasinya.

5 34 j. Menentukan proses (ways) sains dan teknologi yang mempengaruhi masa depan. k. Sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar (sebagai masalah individu) Langkah-langkah Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Model pembelajaran pada pendahuluan ini mengemukakan isu-isu masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi jika guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa dapat saja dikemukakan sendiri. Tahap ini disebut dengan inisiasi atau mengawali, memulai, dan dapat pula disebut dengan invitasi yaitu undangan. Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas, sehingga tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat melakukan eksplorasi terhadap siswa pada pendahuluan ini melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan lapangan atau di luar kelas secara berkelompok. 44 Model pembelajaran dan metode dapat dilakukan melalui pembentukan konsep (tahap ke-2). Misalnya model pembelajaran keterampilan proses, model pembelajaran sejarah, model pembelajaran kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di laboratorium, diskusi 43 I Made Alit Mariana, Hakekat Pendekatan Sciene and Society Dalam Pembelajaran Sains, Bandung; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000, h Asiyah, Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio Dengan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang, Skripsi, Semarang; Universitas Negeri Semarang, 2007, h. 42.

6 35 kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap ke-2 diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para ilmuwan. 45 Aplikasi konsep dalam kehidupan (tahap ke-3) merupakan pemahaman konsep yang benar dengan siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang. Adapun konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. 46 Guru perlu meluruskan kalau-kalau ada miskonsepsi selama kegiatan belajar berlangsung dalam pembentukan konsep, penyelesaian masalah dan/atau analisis isu, (tahap ke-2 dan tahap ke-3). Kegiatan ini disebut pemantapan konsep. Apabila selama proses pembentukan konsep tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur pembelajaran (tahap ke-4) melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran. 47 Enam ranah yang terlibat dalam Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat pada tahap penilaian dapat dirinci sebagai berikut: a. Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu. b. Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep. 45 Ibid. 46 Ibid., h Ibid., h. 43.

7 36 c. Kreativitas mencakup lima perilaku individu, yaitu: 1) Kelancaran. Perilaku ini merupakan kemampuan sesesorang dalam menunjukkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah-masalah. 2) Fleksibilitas. Seseorang kreatif yang fleksibel mampu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang. 3) Orginilitas. Seseorang yang memiliki orginilitas dalam mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan individu lain. 4) Elaborasi. Seseorang memiliki kemampuan elaborasi mampu menerapkan ide-ide secara rinci. 5) Sensitivitas. Kemampuan kreatif terakhir adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada di lingkungannya. d. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. e. Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan ilmuan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung dan memelihara kelestarian lingkungan. f. Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya Ibid., h Langkah-langkah ini dapat dilihat pula dalam Aade Sanjaya, Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat), dalam di akses pada tanggal 15 Maret 2011.

8 37 Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat mempunyai Langkah-langkah yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini: TAHAP 1 PENDAHULUAN: INISIASI/INVITASI/APERSEPSI EKSPLORASI THD SISWA ISU ATAU MASALAH TAHAP 2 PEMBENTUKAN/ PENGEMBANGAN KONSEP PEMANTAPAN KONSEP TAHAP 3 APLIKASI KONSEP DLM KEHIDUPAN: PENYELESAIAN MASALAH ATAU ANALISIS ISU PEMANTAPAN KONSEP TAHAP 4 PEMANTAPAN KONSEP TAHAP 5 PENILAIAN Gambar 3.2. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Kesulitan dan Kendala yang dihadapi dalam Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan metode lainnya. Bagi guru tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap pendahuluan yang terkait dengan topik yang 49 Anna poedjiadi, STM, Model Pembelajaran Konstektual Bermuatan Nilai, Bandung; Remaja Rosdakarya, h. 126.

9 38 dibahas atau dikaji, karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dari guru dan melatih tanggap terhadap masalah lingkungan. 50 Guru perlu menguasai konsep materi yang terkait dengan konsep dan proses sains yang dikaji selama pembelajaran. Penyusunan perangkat penilaian memerlukan usaha untuk mempelajari secara khusus, misalnya untuk menilai kreativitas seseorang Faktor Pendukung dalam Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat yang lengkap yang dilakukan oleh seorang guru cukup dilakukan satu kali saja dalam satu semester. Apabila dalam satu semester seorang guru telah melakukan satu kali pembelajaran dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat maka siswa telah mengalami pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sejumlah mata pelajaran pelajaran yang ada di sekolah. 52 C. Penerapan Model pembelajaran Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pada Materi Kalor Pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat menurut keahlian dari guru untuk mampu menyajikan suatu permasalahan dalam kehidupan nyata ataupun penerapan konsep yang akan dipelajari dalam teknologi yang digunakan dilingkungan siswa. Berikut diuraikan langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi 50 Asiyah, Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio Dengan Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang, Skripsi, Semarang; Universitas Negeri Semarang, 2007, h Ibid. 52 Ibid., h

10 39 Masyarakat pada sub konsep pengaruh kalor terhadap suhu benda. 1. Guru menyampaikan fenomena mendidihnya air dalam dispenser ataupun masaknya beras dalam rice cooker. Kemudian guru mengeksplorasikan pengetahuan siswa dengan menanyakan kemungkinan jawaban atas kasus yang diungkapkan berdasarkan pengalaman siswa ataupun konsep-konsep yang telah diketahui siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan indikator pembelajaran dan judul materi. 2. Guru dengan menggunakan metode demonstrasi menyampaikan satu konsep dasar mengenai pengertian kalor. Bahwa kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Dengan bekal pengetahuan dasar ini, siswa melakukan kegiatan LKS. Dalam LKS ini mereka akan menemukan hubungan kalor yang diberikan dengan kenaikan suhu, massa, serta kalor jenis benda yang secara matematis dapat dituliskan Q = m c T. 3. Guru mengajak siswa mendiskusikan hubungan kasus yang dibahas dengan konsep tersebut. Ternyata air serta beras tersebut mengalami kenaikan suhu, artinya mereka menerima sejumlah energi kalor. Disini terlihat bahwa konsep kalor dapat merubah suhu benda ternyata mampu menjawab secara ilmiah kasus yang diungkapkan pada awal pembelajaran. Kemudian untuk melatih kemahiran siswa dalam menerapkan persamaan-persamaan yang ada, guru memberikan contoh soal dan latihan-latihan. 4. Pada tahap ini adalah pemantapan konsep, guru menegaskan jawaban LKS yang benar serta menjelaskan kembali materi yang dipelajari dengan

11 40 penekanan pada konsep-konsep dasar. Kegiatan ini dapat sekaligus merupakan suatu bimbingan bagi siswa untuk membuat rangkuman. 5. Tahap terakhir adalah evaluasi. Setelah guru memastikan tidak terjadi miskonsepsi atas konsep yang dipelajari, guru dapat memberikan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran pada pertemuan tersebut. D. Penelitian Terdahulu Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang terkait dari beberapa penelitian terdahulu dengan baik berupa skripsi, buku maupun jurnaljurnal ilmiah. Penelitian yang berbentuk skripsi antara lain peneitian Zainatul Mualiffah dengan judul penelitian Penggunaan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Pokok Bahasan Kalor di Kelas VII SMP Negeri I Jekan Raya Tahun Ajaran 2007/2008. Tujuan penelitian ini antara lain untuk mendeskripsikan aktifitas siswa, mengetahui pengelolaan pembelajaran, mengetahui respon siswa, dan mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan kalor setelah diajarkan dengan model pembelajaran STM. Hasil penelitian ini adalah seluruh aspek kegiatan siswa pada pembelajaran STM terlaksana dengan baik dengan skor rata-rata 35,5. Demikian halnya dengan aspek pengelolaan pembelajaran juga terlaksana dengan baik dengan skor rata-rata 44,5. Respon siswa terhadap pembelajaran pada umumnya menyatakan senang dan membantu untuk memahami materi kalor. Hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan individu, terdapat 3 orang yang tidak tuntas dari 29 siswa yang mengikuti tes akhir. Seara klasikal, pembelajaran ini dikatakan tuntas karena mampu menuntaskan sebanyak 89,65 % siswa. Tujuan pembelajaran khusus yang

12 41 digariskan tuntas sebanyak 90 % dengan ketuntasan rata-rata 75,97 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan STM dapat digunakan sebagai saah satu alternatif dalam pembelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan kalor. 53 Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Alwi, dengan judul penelitiannya Peningkatan Hasil Belajar Struktur Bumi Melalui Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 008 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Alwi memiliki rumusan masalah yaitu bagaimanakah meningkatkan hasil belajar struktur bumi melalui model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada Siswa kelas V SD Negeri 008 Sebatik Barat. Adapun hasil penelitiannya antara lain (1) Model pembelajaran pembelajaran struktur bumi melalui model pembelajaran sains teknologi masyarakat dikondisikan agar siswa mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi. (2) Hasil belajar struktur bumi pada siswa kelas V SDN 008 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan mencapai indikator yang ditetapkan yaitu nilai KKM Zainatu Mualifah, Penggunaan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Pokok Bahasan Kalor di Kelas VII SMP Negeri I Jekan Raya Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi, (Palangka Raya; Universitas Palangka Raya, 2008), Abstrak. 54 Alwi, Peningkatan Hasil Belajar Struktur Bumi Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 008 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan, Skripsi, (Tarakan; Universitas Borneo Tarakan, 2011), Abstrak.

13 42 Penempatan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada Penelitian ilmiah di atas sebagai salah satu model pembelajaran penting dalam dunia pendidikan. Walaupun demikian, penulis beranggapan penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Alwi, model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat digunakan sebagai alat ukur untuk menilai sejauh mana efektivitas model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam kemajuan anak didik menerima pelajaran Strukur Bumi. Selain itu, obyek penelitiannya adalah anak kelas V SD Negeri 008 Sebatik Barat Kabupaten Nunukan. Sedangkan penelitian penulis menekankan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sebagai pengukur kemampuan anak didik dalam memahami pelajaran Fisika pembahasan Kalor, dan obyek penelitian dari penulis adalah siswa kelas VII MTsN-2 Palangka Raya yang tentunya memiliki pola pikir yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Zainatul Mualifah pun berbeda dengan penelitian yang dilaukan oleh penulis. Objek penelitian yang dilakukan oleh saudari Zainatul Mualifah adalah siswa kelas VII SMP Negeri I Jekan Raya Palangka Raya, sedangkan objek penelitian penulis adalah siswa kelas VII MTsN 2 Palangka Raya yang tentunya memiliki perbedaan karakteristik pembelajaran antara kedua sekolah tersebut, yang berimplikasi pada berbedanya hasil penelitian.

14 43 E. Kalor 1. Pengertian Kalor Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan. 55 Kalor juga dapat didefinisikan sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah system dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperature. 56 Kalor merupakan salah satu bentuk energi dalam satuan kalori. 57 Akan tetapi, Satuan kalor dalam SI (Satuan Internasional) adalah joule karena kalor adalah energi. 58 Karena satuan energi dalam SI adalah joule (J) maka satuan kalor dalam SI juga joule (J). 59 Sebagai informasi, 1 kalori kira-kira sama dengan 4,18 J atau sering dibulatkan 4,2 J, atau 1 J sama dengan 0,24 kalori Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Suatu Benda Kalor merupakan energi yang ditansfer dari satu benda ke benda lainnya karena adanya perbedaan temperature. 61 Dengan kata lain, setiap perbedaan suhu antara dua benda maka akan terjadi perpindahan kalor. Perpindahan kalor pada umumnya lebih mudah diamati secara langsung antara kedua benda yang berbeda suhunya. Pengertian kalor berbeda dengan suhu. Suhu adalah ukuran derajat 55 Edi Istiyono, IPA Fisika Untuk SMA kelas X,2004, Klaten: PT. intan Pariwara, hal David Halliday dan Robert Resnick, Physics, 3 rd Edition, diterjemahkan oleh Pantur Silaban dan Erwin Sucipto, dengan judul Fisika, Edisi Ketiga, jilid 1, Jakarta; Erlangga, 1985, h Akhmad Manna, DKK, IPA Fisika kelas VII, Klaten: PT. intan Pariwara,2006, hal Ibid, hal Sulistyo dan P. Setyono, Intisari Fisika untuk SMP: Ringkasan Materi Lengkap disertai Contoh Soal-Jawab dan Latihan UNAS, Bandung: Pustaka Setia, 2006, h Marthen Kanginan, Fisika untuk SMP Kelas VII, Jakarta; Erlangga, 2006, h Douglas C. G, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, Jakarta: Erlangga,2011, hal.49

15 44 panas atau dinginnya suatu benda. 62 Kalor adalah energi yang berkait dari gerak acak molekul-molekul yang dapat kita rasakan sebagai panas, sesuatu yang pindah dari benda panas ke benda lebih dingin sampai sama suhunya. 63 Jadi, kalor bukanlah jumlah energi yang dikandung dalam suatu benda melainkan sejumlah energi yang berpindah. Partikel-partikel bergerak lebih cepat dalam benda yang panas, sehingga memiliki energi kinetik yang lebih besar daripada partikel-partikel dalam benda yang lebih dingin. Ketika benda panas menyentuh benda dingin, partikel-partikel dalam benda panas menumbuk partikel-partikel dalam benda dingin. Tumbukan-tumbukan memindahkan energi dari partikel-partikel benda panas ke partikel-partikel benda dingin. Energi termal partikel-partikel dalam benda dingin bertambah sehingga suhunya naik. Pada akhirnya, kelajuan parikel benda panas sama dengan kelajuan partikel benda dingin. Kedua benda ini dikatakan mencapai keseimbangan termal. Benda-benda yang bersuhu lebih rendah dari pada suhu lingkungannya akan menerima kalor dari lingkungan sehingga suhunya mendekati lingkungan. Maka apabila kita membiarkan air es di tempat terbuka, lama kelamaan suhunya akan naik mendekati suhu lingkungan (tidak terasa dingin lagi). Banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat bergantung pada tiga faktor, yaitu: massa zat, kalor jenis zat, dan kenaikan suhunya. 64 Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kalor yang diberikan pada suatu zat: 62 Supiyanto, Fisika untuk SMU/MA, Jakarta: Phibeta, 2006, hal Ibid, hal Ibid., h.134.

16 45 a. Sebanding dengan kenaikan suhu zat (ΔT) b. Sebanding dengan massa zat (m) c. Sebanding dengan kalor jenis zat (c) 65 Hubungan antara kalor (Q) dan massa air (m) adalah sebanding. 66 Semakin besar massa air yang dipanaskan, semakin banyak kalor yang dibutuhkan. Jika besarnya kalor yang dibutuhkan suatu zat yang bermassa m untuk kenaikan suhu ΔT sebesar Q, Secara matematis percobaan di atas dapat ditulis: 67 Q m T...(3.1) Selain massa dan kenaikan suhu, jumlah kalor yang dibutuhkan benda tergantung dari jenis zat yang dipanaskan. Untuk membedakan jenis zat biasanya setiap zat mempunyai kalor jenis yang berbeda satu dengan yang lainnyadan disimbolkan dengan c sehingga persamaan menjadi: 68 Q m c T...(3.2) Keterangan: Q= kalor yang diperlukan (joule) m= massa benda (Kg) c= kalor jenis (J/Kg C) T= perubahan suhu ( C) atau ( K) 3. Kalor Jenis Dan Kapasitas Kalor Besarnya kalor suatu benda yang diperlukan atau dibuang bergantung 65 Zainatu Mualifah, Penggunaan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Pokok Bahasan Kalor di Kelas VII SMP Negeri I Jekan Raya Tahun Ajaran 2007/2008, Skripsi, (Palangka Raya; Universitas Palangka Raya, 2008), hal Ibid, hal.6 67 Edi Istiyono, IPA Fisika Untuk SMA kelas X, Klaten: PT. intan Pariwara,2004,hal Marthen Kanginan, Fisika untuk SMP Kelas VII, Jakarta; Erlangga, 2004, hal.46.

17 46 pada jenis zat tersebut. Kalor jenis (c) suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau melepaskan suhu tiap kilogram massa suatu zat sebesar 1 K atau Defenisi kalor jenis secara matematis dapat ditulis: 70 c = (3.3) Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur itu akan naik, misal: air satu panci yang dipanaskan hingga mendidih memerlukan kalor tertentu. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan suhunya suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat itu. 71 Secara matematis dapat ditulis: 72 Q = C T (3.4) Keterangan: C = kapasitas kalor yang didefinisikan sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan satu derajat satuannya (J/K atau J/ 0 C). Hubungan kalor jenis (c) dan kapasitas kalor (C), secara matematis dapat dijabarkan sebagai berikut: 73 Kalor jenis = Kapasitas kalor m c T = C T...(3.5) 69 Edi Istiyono, IPA Fisika Untuk SMA kelas X, Klaten: PT. intan Pariwara, 2004, hal Marthen Kanginan, Fisika untuk SMP Kelas VII, Jakarta; Erlangga, 2004, hal Paul A. Tippler, Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1998, hal Ibid 73 Ibid

18 47 4. Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan Wujud Zat Benda (suatu zat) pada umumnya jika diberi kalor terus menerus, maka dalam waktu tertentu zat tersebut wujudnya akan berubah menjadi wujud yang lain. Perubahan wujud zat pada prinsipnya merupakan suatu proses reversibel (prosenya dapat dibalik). Pada saat terjadi perubahan wujud zat, ternyata tidak terjadi kenaikan suhu meskipun pada zat tersebut ada kalor yang diberikan. Kalor yang ada digunakan untuk mengubah wujud zat, misalnya dari padat menjadi cair, bila diamati tidak nampak adanya pengaruh kalor (yang biasanya ditandai dengan perubahan suhu) disebut kalor laten (artinya kalor tersembunyi) dan dilambangkan dengan L. 74 Zat mengalami perubahan wujud seperti es batu, yaitu dari padat menjadi cair kemudian dari cair menjadi gas, misalnya besi padat pada suhu tertentu melebur menjadi besi cair. Bahkan, jika kalor erus diberikan, pada suhu yang sangat tinggi besi cair menjadi uap. Diagram perubahan wujud zat dapat dilukiskan sebagai berikut: Gas Padat 3 1 Cair 74 Supiyanto, Fisika UntukSMU/MA, hal.160

19 48 Keterangan: Melepaskan kalor Memerlukan kalor 1. Melebur 2. Menguap 3. Membeku 4. Mengembun 5. Menyublim 6. Desposisi Gambar 3.3 Diagram perubahan wujud zat 41 a. Menguap, Mendidih, dan Mengembun Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas). 42 Menguapkan suatu zat cair memerlukan kalor, misalnya spiritus atau alkohol diteteskan pada tangan. Spiritus akan menguap dengan cepat dan tangan akan terasa dingin. Untuk menguap spiritus memerlukan kalor. Kalor tersebut diambil dari tangan sehingga tangan terasa dingin karena kalor mengalir meninggalkan tangan. 43 Beberapa faktor yang dapat mempercepat proses penguapan antara lain: 44 1) Memanaskan 2) Memperluas permukaan 3) Meniupkan udara di atas permukaan 4) Menyemburkan zat cair 5) Mengurangi tekanan pada permukaan 41 Marthen Kanginan, Fisika untuk SMP Kelas VII, Jakarta; Erlangga, 2006,, h Ibid, hal Ibid 44 Ibid, hal.139

20 49 Peristiwa lain yang memperlihatkan bahwa pada waktu menguap diperlukan kalor adalah mendidih. Jika penguapan terjadi di permukaan zat cair saja yang dapat terjadi pada setiap suhu, maka mendidih adalah penguapan yang terjadi di seluruh bagian zat cair akibatnya dimana-mana timbul gelembung yang kemudian naik dan hanya terjadi pada titik didih. 45 Pada waktu mendidih suhu zat tetap, sekalipun pemanasan terus dilakukan. Kalor yang diberikan pada zat digunakan untuk mengubah wujud dari cair menjadi wujud uap. Suhu tetap ini disebut titik didih yang besarnya sangat bergantung pada tekanan di permukaan zat itu. Titik didih zat pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya disebut kalor laten uap atau kalor uap. Kalor uap disebut juga kalor didih. Zat yang berubah wujud dari gas menjadi cair maka zat tersebut melepaskan kalor. Kalor yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg uap menjadi cair pada titik didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun. Dari kedua istilah tersebut yang paling sering digunakan adalah kalor uap/ kalor embun (diberi simbol L v ). Banyak kalor yang diperlukan untuk mendidihkan zat bermassa m kg adalah Q joule, dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut: 46 Q = m.l v...(3.6) Dengan: Q = kalor (J) 45 Ibid, hal Mikrajuddin. A, Fisika 1 B., hal. 100

21 50 m = massa (kg) L v = kalor didih (J/kg) b. Melebur dan membeku Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Pada saat melebur, 47 zat memerlukan kalor meskipun tidak mengalami kenaikan suhu. Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. 48 Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat padat menjadi cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur. 49 Kalor yang dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku. Untuk zat yang sama kalor lebur sama dengan kalor bekunya. Selanjutnya kedua jenis kalor laten ini kalor lebur diberi simbol L f. Jika banyak kalor yang diperlukan oleh zat bermassa m kg untuk melebur adalah Q joule, maka sesuai dengan definisi di atas dapat ditulis: 50 Q = m.l f.....(3.7) Keterangan: Q = kalor (J) m = massa (kg) L f = kalor lebur (J/kg) c. Menyublim Suatu zat kadang-kadang dapat berubah wujud dari padat langsung 47 Mikrajuddin. A, Fisika 1 B., hal Ibid 49 Supiyanto, Fisika UntukSMU/MA, hal Ibid, hal.149

22 51 menjadi gas, proses ini disebut menyublim sebagai contoh kamper. 51 Kebalikan dari proses menyublim adalah deposisi yakni perubahan wujud dari gas menjadi padat, misalnya pembentukan salju di atmosfer Azas Black Ketika secangkir air teh panas didinginkan, hal ini biasanya dilakukan dengan mencampurkan air dingin. Setelah keseimbangan termal tercapai maka diperolehlah air hangat. Dalam pencampuran ini, tentulah air panas melepaskan energi kalor sehingga suhunya turun dan air dingin menerima energi kalor sehingga suhunya naik. Jika pertukaran kalor hanya terjadi antara air panas dan air dingin (tidak ada kehilangan kalor ke udara sekitar dan ke cangkir), maka sesuai dengan prinsip kekekalan energi: kalor yang dilepaskan oleh air panas (Q lepas ) sama dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima ). 53 Q lepas = Q terima...(3.8) m c (T 2 T 1 ) = m c (T 1 T 2 ) 54 Keterangan: Q lepas = Energi panas yang keluar atau yang dilepas m c T 1 = massa zat = massa jenis zat = Temperatur awal 51 Supiyanto, Fisika UntukSMU/MA, hal Marthen Kanginan, IPA Fisika..., hal Paul A. Tippler, Fisika Untuk Sains......, hal Edi Istiyono, IPA Fisika Untuk SMA kelas X, Klaten: PT. intan Pariwara, 2004, hal 17

23 52 T 2 = Temperatur akhir Prinsip kekekalan energi pada pertukaran kalor, pertama kali diukur oleh Joseph Black ( ), seorang ilmuwan Inggris. Oleh karena itu prinsip kekekalan energi atau persamaan (3.8) dikenal dengan asas Black. 6. Perpindahan kalor Kalor adalah bentuk energi yang dapat berpindah karena perbedaan suhu benda. 55 Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, ditunjukkan pada Gambar 3.4 berikut ini: 56 Gambar 3.4. Kalor Berpindah dari Suhu Tinggi ke Suhu Rendah Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu perpindahan secara konduksi (hantaran), perpindahan secara konveksi (aliran), dan perpindahan secara radiasi (pancaran). a. Perpindahan Kalor Secara Konduksi Proses perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel zat tersebut. 57 Misalnya, letakkan sebuah sendok logam ke dalam cangkir berisi air teh Mikrajudin Abdullah, IPA Fisika Untuk SMP kelas VII, Jakarta: PT. Erlangga, 2004, hal 56 Paul A. Tippler, Fisika Untuk Sains......, hal Supiyanto, Fisika UntukSMU/MA, hal.163

24 53 panas sentuhlah ujung sendok yang tidak tercelup dalam air. Tangan akan terasa panas walaupun ujung sendok yang dipegang tidak bersentuhan langsung dengan air panas. Pada proses perpindahan kalor dari bagian sendok yang panas ke ujung sendok yang dingin tidak terjadi perpindahan molekul/atom logam dalam sendok. Pemanasan pada ujung zat menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu bergetar lebih cepat dan suhunya naik, atau energi kinetiknya bertambah ditunjukkan pada Gambar 3.5. Partikel bergerak cepat Aliran kalor Partikel bergerak lambat Gambar 3.5. Perindahan Kalor Konduksi Pada peristiwa konduksi kalor berpindah dari satu molekul ke molekul lain dalam batang besi. Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan akan bergetar lebih cepat karena menerima kalor. Getaran ini mengakibatkan molekul di sampingnya lagi ikut bergetar. Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul pada ujung besi yang lain juga ikut bergetar. Akibatnya, ujung besi itu yang semula dingin berubah menjadi panas. 58 Partikel-partikel dengan energi kinetik lebih besar ini memberikan Mikrajudin Abdullah, IPA Fisika Untuk SMP kelas VII, Jakarta: PT. Erlangga, 2004, hal

25 54 sebagian energi kinetiknya pada partikel-partikel tetangganya secara terus menerus. Dalam logam, kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam struktur atom logam. Oleh karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi ini dengan cepat dapat diberikan ke elektron-elektron lain yang letaknya lebih jauh melalui tumbukan. b. Perpindahan Kalor Secara Konveksi Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain, yang ditunjukkan pada Gambar Ketika air yang diberi zat warna (kristal kalium permanganat) dipanasi, massa jenis air pada bagian itu menjadi lebih kecil karena memuai, sehingga air bergerak naik ke atas dan tempatnya digantikan oleh air dingin yang massa jenisnya lebih besar. Pemanas Gambar 3.6. Konveksi Alami dalam Zat Cair Ada dua cara perpindahan kalor secara konveksi yaitu konveksi alamiah oleh pemberian kalor akibatnya memuai sehingga massa jenisnya kecil lalu bergerak naik dan konveksi paksa oleh pemberian usaha. Contoh konveksi alamiah adalah pemanasan air dalam panci, aliran udara pada 59 Douglas. C. Giancoli, Fisika Edisi, hal.504

26 55 ventilasi rumah, angin darat dan angin laut sedangkan konveksi paksa seperti kipas angin atau baling-baling, pompa, blower, dan pengering rambut (hair dryer). Konveksi dalam keseharian adalah konveksi udara yang terjadi sewaktu membakar sampah, konveksi alami udara juga terjadi pada sistem ventilasi rumah dan peristiwa angin laut dan angin darat. c. Perpindahan Kalor Secara Radiasi Kalor dari matahari dapat sampai ke bumi melalui ruang hampa tanpa zat perantara disebut radiasi. 60 Perpindahan kalor dapat terjadi melalui ruang hampa karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang elektromegnetik. Hanya sebagian kecil saja dari spektrum gelombang elektromagnetik yang diamati langsung oleh indera mata yaitu cahaya tampak, sedangkan bagian yang lain tidak dapat diamati secara langsung. Perpindahan kalor secara radiasi ditunjukkan pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Perpindahan Kalor Secara Radiasi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor radiasi, dinyatakan dalam hukum Stefan-Boltzmann, ia menyatakan energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu 60 Mikrajuddin. A, Fisika 1 B, hal. 506

27 56 (Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu (T 4 ). Contoh perpindahan radiasi lainnya, jika kita berdiri di dekat api unggun, perapian, tungku pemanas, dan semacamnya, maka kita akan merasakan panas. Panas yang kita rasakan tidak dihantarkan melalui udara karena udara termasuk konduktor kalor yang buruk. Panas tersebut juga tidak dipindahkan secara konveksi karena udara yang panas akan mengalir ke atas, bukan ke samping. Penerapan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari yaitu: Termos merupakan peralatan rumah tangga yang dapat mencegah perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, maupun radiasi. Gambar 3.8 Termos Mengurangi Kehilangan Kalor Konduksi, Konveksi, dan Radiasi. 2. Setrika memindahkan kalor ke pakaian yang disetrika secara konduksi. 3. Panci umumnya terbuat dai bahan logam agar dapat memasak bahan makanan dengan cepat dan aman, karena bahana logam mampu mengalirkan kalor secara konduksi. 61 Agus. T, dkk, Fisika Untuk SLTP, hal.23-24

28 57 4. Pada tungku-tungku pemanas yang menggunakan kayu bakar selalu dibuat cerobong yang tinggi, selain untuk mengeluarkan asap cerobong itu berfungsi juga untuk mengalirkan udara. Pembakaran di bawah cerobong membuat massa jenis udara menjadi kecil sehingga udara naik ke atas maka asap (butir-butir padat) ikut terbawa ke atas tidak mengganggu lokasi Angin laut dan angin darat yang dimanfaatkan nelayan untuk berlayar menangkap ikan, pada malam hari suhu udara di darat lebih rendah daripada suhu di daratan sehingga udara di atas laut naik dan tempatnya digantikan udara diatas daratan dan terjadilah angin darat. Pada siang hari udara di atas daratan lebih tinggi daripada udara di atas lautan sehingga udara di atas daratan naik dan tempatnya digantikan oleh udara di atas laut dan terjadilah angin laut, seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini: Gambar 3.9 Terjadinya angin Laut dan Angin Darat Ibid hal Anni Winarsih. Kelas VII SMP IPA Terpadu hal 131

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya. 1 dari ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya. 1 dari ini 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - KALOR - - KALOR Definisi Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 2010/2011 mengadakan penelitian dengan. judul Penerapan Media Animasi Menggunakan Macromedia Flash

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 2010/2011 mengadakan penelitian dengan. judul Penerapan Media Animasi Menggunakan Macromedia Flash 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian sebelumnya Penelitian yang relevan sebelumnya dilakukan oleh Zulkhaidir mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Tarbiyah STAIN Palangka Raya pada tahun 2010/2011

Lebih terperinci

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu KALOR Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik dalam pendidikan di masa lalu, sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Perhatikan pernyataan berikut! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Angin laut terjadi pada siang hari, karena udara di darat lebih panas daripada di laut. 2. Sinar

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR A. Kalor Sebagai Bentuk Energi Kalor adalah suatu jenis energy yang dapat menimbulkan perubahan suhu pada suatu benda. Secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR KALOR (HEAT) Peta konsep (Concept map) Kalor Memerlukan kalor Memerlukankalor ASAS BLACK kalor padat Melepaskan kalor cair Melepaskan kalor gas Mengubah wujud zat KALOR Mengubah wujud zat.. Bergantung

Lebih terperinci

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! KALOR Kelas 7 SMP Nama : NIS : PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu disebut... a. Kalorimeter b. Kalor c. Kalori

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

BAB 6 KALOR. Energi Kalor. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi:

BAB 6 KALOR. Energi Kalor. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: BAB 6 KALOR Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721

Lebih terperinci

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Kalor dan Suhu Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sebuah gunung es mempunyai kalor yang lebih

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep KALOR. Pengaruh Kalor. Perubahan. Wujud Zat. Kalor yang Dibutuhkan untuk Perubahan Wujud

KALOR. Peta Konsep KALOR. Pengaruh Kalor. Perubahan. Wujud Zat. Kalor yang Dibutuhkan untuk Perubahan Wujud BAB 6 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari KALOR Peta Konsep

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor untuk kegiatan PELATIHAN

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 1. Perhatikan peristiwa berikut! 1) Kapur barus pewangi pakaian didalam lemari makin lama makin kecil. 2) Timbulnya butir-butir air

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 2 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. 1 Belajar ialah suatu peroses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

Lebih terperinci

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan KALOR A. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 1. Perhatikan grafik pemanasan 500 gram es berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-9.1.png Jika kalor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

Kalor. Pengertian kalor

Kalor. Pengertian kalor Kalor Pengertian kalor Gelas berisi air ledeng dicelupkan sebagian ke dalam bak berisi air panas, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 :

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : 1. Menjelaskan pengertian kalor. 2. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap temperatur benda atau pada wujud benda 3. Mengerjakan analisa kuantitatif

Lebih terperinci

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN L A M P I R A N RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI : Memahami wujud zat dan perubahannya KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar menurut pendapat beberapa ahli sebagai berikut : 1. Travers menyatakan juga belajar adalah proses menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar menurut pendapat beberapa ahli sebagai berikut : 1. Travers menyatakan juga belajar adalah proses menghasilkan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR KELAS KONTROL LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR PERCOBAAN 1 PERPINDAHAN KALOR SECARA KONVEKSI FAKTA Proses terjadinya angin laut! Angin laut terjadi pada siang hari, proses terjadi angin laut yaitu

Lebih terperinci

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l SUHU DAN KALOR A. Perpindahan Kalor Kalor juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses inilah yang disebut perpindahan kalor/ panas/ energi. Ada tiga jenis perpindahan kalor, yaitu:

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat :

BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : BAB II KALOR Pembelajaran ini bertujuan agar Anda dapat : Menyelidiki pengaruh kalor terhadap : a.perubahan suhu benda b. perubahan wujud benda Menyelidiki: a. faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan

Lebih terperinci

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor Soal Dan Suhu Dan Kalor 1. Panas sebesar 12 kj diberikan pada pada sepotong logam bermassa 2500 gram yang memiliki suhu 30 C. Jika kalor jenis logam adalah 0,2 kalori/gr C, tentukan suhu akhir logam! :

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi pokok

Lebih terperinci

Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA

Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA No. I II III Lampiran I HASIL VALIDASI BUKU SISWA Aspek penilaian Skor validasi Keterangan Isi/ Materi 1. Kesesuaian materi dengan kurikulum 3 Baik 2. Keluasan/ cakupan materi kalor 3 Baik 3. Tingkat Kesulitan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan

Lebih terperinci

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d.

3. Pernyataan yang benar untuk jumlah kalor yang diserap menyebabkan perubahan suhu suatu benda adalah... a. b. c. d. ULANGAN UMUM SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SMPK KOLESE SANTO YUSUP 2 MALANG Mata pelajaran : Fisika Hari/tanggal : Rabu, 16 Mei 2012 Kelas : VII Waktu : 07.00 08.30 Pilihlah jawaban yang paling

Lebih terperinci

MATERI SUHU DAN KALOR

MATERI SUHU DAN KALOR MATERI SUHU DAN KALOR A. SUHU 1. Pengertian Suhu Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Untuk mengetahui dengan pasti dingin atau panasnya suatu benda,

Lebih terperinci

Kalor dan Suhu. Sumber:Pembakaran dan Peleburan, Mandira Jaya Abadi Semarang

Kalor dan Suhu. Sumber:Pembakaran dan Peleburan, Mandira Jaya Abadi Semarang Bab VI Tujuan Pembelajaran Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sumber:Pembakaran dan Peleburan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK 1 Lau Maros Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu :

Lebih terperinci

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C. LATIHAN SOAL PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS BAB 1 ELASTISITAS A. Soal Konsep 1. Sifat benda yan dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan merupakan penjelasan dari...

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen 1 Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 : Asas Black

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen 1 Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 : Asas Black RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Nama Sekolah : SMA Negeri Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 Tema : Asas Black Alokasi Waktu : 3 x 45 menit (2 pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5 KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT NAMA NIM : : KEGIATAN PRAKTIKUM A. PERCOBAAN TITIK LEBUR ES 1. Suhu es sebelum dipanaskan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu

LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu LEMBAR KERJA 1. Kalor berpindah karena perbedaan suhu Kendaraan memerlukan bensin atau solar agar dapat dijalankan. Tanaman disiram dan diberi pupuk agar dapat tumbuh subur, hewan mencari makan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Alokasi Waktu : SMP IT Al-Multazam : Ilmu Pengetahuan Alam : 7 (Tujuh) / 2 (Dua) : Kalor dan Perpindahannya

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan Xpedia Fisika Kapita Selekta Set 07 Doc. Name: XPFIS0107 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan... (A) Panas (B) Suhu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikapsikap, aperesiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain

Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan B dalam kesetimbangan termal satu sama lain Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 5) Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C,

Lebih terperinci

Kalor. B a b 7. A. Pengertian Temperatur B. Pemuaian Zat C. Pengertian Kalor D. Perpindahan. Kalor

Kalor. B a b 7. A. Pengertian Temperatur B. Pemuaian Zat C. Pengertian Kalor D. Perpindahan. Kalor B a b 7 Kalor Sumber: ma hem-chaos.net Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi dengan cara menganalisis pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. 1 Belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. 1 Belajar adalah suatu proses 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku

Lebih terperinci

Termometri dan Kalorimetri

Termometri dan Kalorimetri Termometri dan Kalorimetri 1 Termometri adalah cara penentuan temperatur/suhu Kalorimetri/Kalorimeter cara penentuan jumlah panas Hygrometri/Hygrometer cara penentuan kelembaban udara Suhu adalah ukuran

Lebih terperinci

ENERGI TERMAL. benda padat, sehingga berbentuk padat. Parikel-partikel tersebut bergerak maju dan. Gambar 1.

ENERGI TERMAL. benda padat, sehingga berbentuk padat. Parikel-partikel tersebut bergerak maju dan. Gambar 1. ENERGI TERMAL Meskipun pengaruh panasnya api telah diketahui sejak zaman prasejarah, tetapi baru pada awal abad ke-18 para ilmuwan mengetahui dan memahami bagaimana sebuah benda panas dibedakan dengan

Lebih terperinci

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L

KALOR Kalor 1 kalori 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kalori Q = H. Dt Q = m. c. Dt H = m. c Q = m. L KALOR Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau wujud benda berubah. Beberapa pengertian

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1. Perbedaan Suhu dan Panas Panas umumnya diukur dalam satuan joule (J) atau dalam satuan

Lebih terperinci

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten),

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), SUHU DAN KALOR A. Pengertian kalor Kalor adalah suatu bentuk energy yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda itu berubah,suhu wujud bentuk. Kalor berasal dari kata calonc, ditemukan oleh ahli

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG Dosen : Lia Angraini, S.Si., M.Pd. Disusun oleh : Wahyu Saputra (321300017) Kelas : B Sore FAKULTAS MIPA & TEKNOLOGI INSTITUT KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Kalor dan Hukum Termodinamika Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal dengan benda ketiga C, maka A dan

Lebih terperinci

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor. 59 60 system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitati pertukaran kalor. KALOR. Energi termal, atau energi dalam, U, mengacu pada energi total semua molekul pada

Lebih terperinci

MENGUAP DAN MENDIDIH

MENGUAP DAN MENDIDIH MENGUAP DAN MENDIDIH Catatan: - Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan terhadap thread Mekanisme Penguapan Air pada RTP di Milis Fisika Indonesia. Tulisan ini bukan makalah resmi. Penambahan/pengurangan/revisi

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model POE (Prediction, Observation and Explanation) 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Model POE Saat ini banyak dikembangkan model pembelajaran, salah satu model yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII A ini berjumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Inkuiri Terbimbing Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, dapat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa secara umum penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction materi pokok

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam benda, antara

Lebih terperinci

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S Fisika Panas 2 SKS Adhi Harmoko S Apa yang dapat diterangkan dari gambar ini? Apa yang dapat diterangkan dari gambar ini? Diperlukan suatu metode yang sistematis untuk menerangkan peristiwa perubahan fasa!!!

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Suhu dan Kalor

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini. Suhu dan Kalor Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Suhu dan Kalor RIVIEW Keadaan/Wujud Zat ES (H 2 O Padat) AIR (H 2 O Cair) UAP (H 2 O Gas) Secara mikroskopis, apa perbedaan ketiga jenis keadaan/wujud zat tersebut?

Lebih terperinci

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer 1 BAB SUHU DAN KALOR 7.1 Suhu dan Termometer Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

Fisika Dasar 13:11:24

Fisika Dasar 13:11:24 13:11:24 Coba anda gosok-gosok tangan anda, apa yang anda rasakan? 13:11:24 Apakah tangan anda menghangat? Kenapa bisa terjadi seperti itu? Mempelajari pengaruhdarikerja, aliranpanas, dan energi di dalam

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya Matahari merupakan sumber energi panas ciptaan Tuhan YME yang sangat bermanfaat bagi manusia. Berbagai proses pengeringan memanfaatkan panas matahari yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki

Lebih terperinci

Penggunaan Matematika

Penggunaan Matematika Penggunaan Matematika Jika dalam bentuk lambang: Pertambahan panjang merupakan panjang akhir dikurangi panjang mula-mula (L t L o ). Maka, panjang benda setelah pemuaian dapat ditentukan, yakni Contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based. kelas VIID SMPK St.Theresia Kupang yang berjumlah 30 orang.

BAB V PENUTUP. penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based. kelas VIID SMPK St.Theresia Kupang yang berjumlah 30 orang. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis asosiatif data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah

Lebih terperinci

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : IPA Fisika Silabus Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan

LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan 106 Lampiran 1. Daftar Terjemah LEMBAR TERJEMAH NO BAB HALAMAN PARAGRAF TERJEMAH 1. I 2 2 Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR M O D U L. Fisika itu mudah dan menyenangkan lho. Peta Konsep. Pengukuran. Kalor. Keseimbangan Suhu. Alat Ukur

SUHU DAN KALOR M O D U L. Fisika itu mudah dan menyenangkan lho. Peta Konsep. Pengukuran. Kalor. Keseimbangan Suhu. Alat Ukur M O D U L Fisika itu mudah dan menyenangkan lho SUHU DAN KALOR Peta Konsep Keseimbangan Suhu Azas Black Pengukuran Alat Ukur Penentuan Skala Termometer Perubahan Wujud Kalor Kalor Jenis Kapasitas Kalor

Lebih terperinci