IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis"

Transkripsi

1 IX. FORMULASI STRATEGI Formulasi strategi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap masukan, tahap pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokkan menggunakan matriks IE dan SWOT, sedangkan tahap keputusan menggunakan matriks QSPM. Input yang digunakan pada ketiga tahapan tersebut merupakan hasil dari identifikasi faktor strategis internal dan eksternal yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 9.1 Tahap Masukan Matriks IFE Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha yang disebut faktor strategis internal. Pengisian matriks IFE maupun EFE dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang berkompeten di bidangnya berdasarkan intuitif dan pendalaman terhadap faktor-faktor strategis yang diajukan. Pihak-pihak tersebut adalah Ketua dan Manajer Pemasaran PKPBDD. Pengisian matriks IFE dilakukan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor strategis internal yang diajukan. Bobot didapatkan dengan menggunakan tabel perbandingan berganda (paired comparison). Bobot dan rating dari kedua responden kemudian dirata-ratakan. Rata-rata dari bobot dan rating kemudian dikalikan untuk mendapatkan skor dari setiap faktor strategis. Faktor yang memiliki skor tertinggi untuk kekuatan dan skor terendah untuk peluang menunjukkan faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar pada kinerja perusahaan.

2 139 Berdasarkan analisis Matriks IFE, kekuatan PKPBDD dengan skor ratarata tertinggi secara berurutan adalah : (1) produk belimbing yang berkualitas (0,235) ; (2) letak yang strategis terhadap pemasok dan pasar (0,209) ; (3) kemasan sesuai permintaan dan memiliki brand image (0,206) ; (4) Konsep kelembagaan pemasaran yang efisien didukung oleh armada yang memadai (0,184). Faktor produk yang berkualitas memiliki kombinasi bobot 0,059 dan rating 4, letak yang strategis memiliki bobot 0,060 dan rating 3,5, sedangkan faktor kemasan memiliki bobot 0,051 dan rating 4. Faktor yang menjadi kekuatan utama harus tetap dipertahankan untuk meningkatkan kinerja dan prestasi PKPBDD. Terdapat dua faktor yang dianggap cukup penting (bobot 0,059 dan 0,057) tetapi bukan merupakan kekuatan utama (rating 3), yaitu faktor diversifikasi produk dan fasilitas internet. Kedua faktor ini memiliki skor rendah, yaitu 0,176 dan 0,170. Walaupun dianggap cukup penting, kedua faktor tersebut belum dimanfaatkan secara masimal sehingga belum menjadi kekuatan utama PKPBDD. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan utama PKPBDD dengan skor terendah secara berurutan adalah : (1) pasokan yang masih berfluktuasi 0,071) ; (2) belum memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai (0,071) ; (3) ketergantungan sumber modal pada pemerintah (0,073) ; (4) jumlah penjualan lebih kecil dari pembelian (0,073). Faktor faktor yang menjadi kelemahan utama harus mendapat perhatian khusus oleh PKPBDD untuk memperbaiki atau menghilangkan kelemahan tersebut. Faktor pasokan yang berfluktuasi serta belum memiliki fasilitas penyimpanan memiliki bobot dan rating yang sama, yaitu bobot 0,071 dan rating

3 Faktor ketergantungan modal pada pemerintah dan faktor jumlah penjualan yang lebih kecil dari pembelian juga memiliki bobot dan rating yang sama, yaitu bobot 0,073 dan rating 1. Hal ini berarti faktor-faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sama dan dianggap sebagai kelemahan utama PKPBDD. Secara keseluruhan, nilai total skor matriks IFE adalah 2,406. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PKPBDD berada pada posisi di bawah rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan. Matriks IFE hasil rata-rata dapat dilihat pada Tabel 23, sedangkan matriks IFE untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 7.

4 141 Tabel 23. Matriks IFE Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan A Struktur organisasi ringkas dengan pengurus berpengalaman 0,052 3,0 0,157 B Memiliki target dan segmentasi pasar yang jelas 0,052 3,5 0,183 C Produk belimbing berkualitas memenuhi persyaratan mutu 0,059 4,0 0,235 D Kemasan menggunakan brand image dan disesuaikan dengan permintaan 0,051 4,0 0,206 E Kebijakan harga fleksibel sesuai mekanisme pasar 0,054 3,0 0,163 F Olahan belimbing sebagai lini produk tambahan 0,059 3,0 0,176 G Letak yang strategis terhadap pemasok dan pasar 0,060 3,5 0,209 H Konsep kelembagaan pemasaran yang efisien didukung oleh armada yang memadai 0,046 4,0 0,184 I Memiliki fasilitas internet dan website sebagai media promosi. 0,057 3,0 0,171 J Pertumbuhan penerimaan selama 4 bulan awal menggambarkan kinerja keuangan yang terus membaik. 0,050 3,0 0,151 Kelemahan K Pengkomunkasian dan implementasi strategi belum berjalan dengan efektif hingga ke tingkat petani dan 0,060 1,5 0,090 karyawan. L Kuantitas dan kontinyuitas pasokan yang masih berfluktuasi dan belum mencapai target kecuali pada saat 0,071 1,0 0,071 panen raya. M Selisih kuantitas penjualan dan pembelian masih bernilai negatif. 0,073 1,0 0,073 N Belum memiliki sumber modal sendiri, masih tergantung pada pemerintah. 0,073 1,0 0,073 O Belum memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. 0,071 1,0 0,071 P Bangunan dan lahan kantor masih berstatus sewa. 0,052 2,0 0,105 Q Kegiatan pengembangan karyawan belum berjalan. 0,061 1,5 0,091 TOTAL 1,000 2, Matriks EFE Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Pengisian matriks EFE dilakukan dengan cara yang sama dengan matriks IFE. Faktor-faktor peluang terpenting yang mendapat respon terbesar dari PKPBDD secara berurutan dari skor terbesar adalah : (1) pemasaran belimbing satu pintu (0,187) ; (2) potensi pasar lokal yang besar, baik pasar tradisional, modern, dan olahan (0,167) ; (3) peningkatan jumlah permintaan dari pelanggan tetap (0,165) ; dan (4) dukungan pemerintah (0,160)

5 142 Faktor yang dianggap cukup penting tetapi belum mendapat respon baik adalah adanya pengembangan produk olahan belimbing melalui pembinaan beberapa UKM. Faktor tersebut memiliki bobot 0,056 dengan rating 2,5. Hal ini disebabkan karena pengembangan produk olahan masih menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah kualitas produk yang belum seragam antar UKM serta kurangnya informasi dan jaringan pasar. Belum adanya aturan yang jelas terkait hubungan antara PKPBDD dengan UKM juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk olahan. Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman terpenting dan mendapat respon terbesar secara berurutan dari skor terbesar adalah : (1) kesulitan dalam pengaturan waktu panen untuk menjamin kuantitas dan kontinyuitas pasokan (0,261); (2) pesaing lokal di Kota Depok (0,226) ; (3) tingkat persaingan dengan produk subtitusi (0,194) ; dan (4) adanya koversi lahan pertanian di Kota Depok yang mencapai 25 persen pada jangka waktu tahun 2000 sampai 2005.Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang menjadi ancaman terbesar dan harus diwaspadai oleh PKPBDD. Secara keseluruhan, total skor matriks EFE adalah 2,801. Nilai ini berarti bahwa PKPBDD berada di atas rata-rata dalam usahanya menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman eksternal secara keseluruhan. Matriks EFE hasil rata-rata dapat dilihat pada Tabel 24, sedangkan matriks EFE untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 8.

6 143 Tabel 24. Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang A Pertumbuhan ekonomi Jabar 0,83 % dengan didominasi sektor pertanian 14,47 % 0,035 2,5 0,088 B Belimbing dikenal luas sebagai buah yang berkhasiat mengobati beberapa macam penyakit. 0, ,143 C Dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan maupun pendanaan. 0, ,160 D Pengembangan berbagai produk olahan belimbing melalui UKM 0,056 2,5 0,139 E Potensi pasar lokal yang besar, baik tradisional maupun modern 0, ,167 F Potensi pasar ekspor yang masih terbuka, baik dalam bentuk segar maupun olahan. 0,046 2,5 0,115 G Peningkatan jumlah permintan dari pelanggan tetap. 0, ,165 I Letak yang strategis terhadap pusat perkembangan ekonomi dan teknologi. 0, ,155 J Konsep pemasaran satu pintu memungkinkan PKPBDD untuk mengelola seluruh produksi belimbing di Kota Depok. 0, ,187 Ancaman K Kenaikan harga BBM memicu efek multiplier pada harga-harga input dan daya beli 0,052 2,5 0,129 L Tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia yang cenderung menurun. 0,045 2,5 0,113 M Peralihan fungsi lahan pertanian di Kota Depok yang mencapai 25 % pada jangka waktu ,053 3,5 0,186 N Pesaing lokal (tengkulak, pedagang besar, seuplier) masih cukup berperan di Kota Depok. 0, ,226 O Tingkat persaingan yang tinggi dengan buah-buahan lain yang lebih populer dikonsumsi (lokal/ekspor) sebagai produk 0, ,194 subtitusi. P Kesulitan dalam pengaturan waktu panen untuk menjamin kuantitas dan kontinyuitas pasokan. 0,075 3,5 0,261 Q Perilaku pembelian pelanggan akhir yang lebih mementingkan harga daripada varietas belimbing. 0, ,088 R Perkembangan agribisnis belimbing madu dari Blitar yang cukup pesat dan telah memasuki pasar DKI Jakarta. 0, ,184 TOTAL 1,000 2, Tahap Pencocokkan Setelah melalui analisis matriks IFE dan EFE pada tahap masukan, tahap selanjutnya dalam formulasi strategi adalah tahap pencocokkan. Pada tahap ini, akan dihasilkan beberapa rumusan strategi. Tahap pencocokkan dilakukan dengan menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks TOWS. Matriks IE mengkombinasikan total skor matriks IFE dan EFE sedangkan matriks TOWS

7 144 mengkombinasikan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk menghasilkan alternatif strategi Matriks IE Matriks IE dihasilkan melalui kombinasi informasi yang diperoleh dari total skor matriks IFE dan matriks EFE. Hasil dari kombinasi tersebut akan menentukan posisi atau keberadaan PKPBDD saat ini di dalam industri yang dijalankan. Pada tahap sebelumnya, telah dihasilkan total skor matriks IFE sebesar 2,406 dan total skot matriks EFE sebesar 2,801. Pemetaan kedua informasi tersebut ke dalam matriks IE menempatkan PKPBDD berada pada sel V. Posisi ini memberikan gambaran keadaan PKPBDD yang berada pada kondisi hold and maintain atau pelihara dan pertahankan. Matriks IE selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 15. Total Skor EFE 4.0 Kuat 3.0 Sedang 2.0 Lemah 1.0 Total Skor IFE Kuat 3.0 Sedang 2.0 Lemah 1.0 I IV II V (Posisi PKPBDD) III VI VII VIII IX Gambar 15. Matriks Internal-Eksternal (IE).

8 145 Strategi yang umumnya diterapkan oleh perusahaan pada posisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi yang bertujuan meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Adapun pengembangan produk adalah strategi untuk meningkatkan penjualan dengan memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Alternatif strategi yang didapat pada matriks IE selanjutnya dikembangkan dalam matriks TOWS Matriks TOWS Analisis deskriptif mengenai siklus hidup produk menunjukkan bahwa PKPBDD berada pada tahap pertumbuhan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan persentase penjualan terhadap pembelian (Tabel 14) dan peningkatan laba yang cukup signifikan (Tabel 15) serta peningkatan jumlah pelanggan tetap (Tabel 19). Hal ini berarti perumusan strategi dilakukan menggunakan matriks TOWS karena lebih berorientasi pada lingkungan eksternal. Matriks TOWS merupakan alat analisis yang menggabungkan faktorfaktor strategis internal dan eksternal yang terdapat pada matriks IFE dan EFE. Matriks TOWS menghasilkan empat tipe alternatif strategi, yaitu strategi strength-opportunities (SO), weakness-opportunities (WO), strength-threats (ST), dan strategi weakness-threats (WT). Pada matriks TOWS PKPBDD, dirumuskan 15 alternatif strategi yang secara ringkas dapat dilihat pada Lampiran 9. A. Strategi SO Strategi ini bertujuan untuk menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi-strategi SO yang berhasil dirumuskan adalah sebagai berikut :

9 Mempertahankan kualitas produk dengan standar mutu yang ketat. Strategi ini didukung oleh kekuatan produk belimbing berkualitas dan struktur organisasi yang ringkas dengan pengurus berpengalaman. Kualitas produk yang baik akan mendukung PKPBDD dalam meraih peluang pasar yang lebih besar, mempertahankan loyalitas, dan meningkatkan permintaan pelanggan yang sudah ada. PKPBDD sendiri memiliki bagian khusus dalam struktur organisasi yang menangani pengendalian mutu. Selain itu, pengurus yang berpengalaman dalam agribisnis belimbing tentunya mengetahui secara pasti mengenai pentingnya mempertahankan kualitas belimbing. 2. Melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan penjualan. Pertumbuhan volume serta nilai penjualan produk setiap bulannya merupakan modal utama bagi PKPBDD untuk dapat terus meningkatkan profit melalui penjualan produk. Strategi ini didukung juga oleh faktor kekuatan lainnya berupa strategi bauran pemasaran. Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah khasiat belimbing sebagai buah obat, potensi pasar lokal yang masih besar, serta peningkatan permintaan dari pelanggan tetap. Potensi pasar yang besar serta image belimbing sebagai buah berkhasiat menunjukkan adanya segmen-segmen tertentu pada pasar yang sudah ada yang belum dimasuki koperasi, misalnya pedagang-pedagang eceran di pinggir jalan dan tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. 3. Memaksimalkan fasilitas internet sebagai media promosi. Strategi ini didukung oleh fasilitas website internet yang sudah tersedia di kantor PKPBDD. Akan tetapi, fasilitas tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terlihat dari masih banyak kekurangan pada website yang

10 147 dimiliki, baik dari segi format tampilan, maupun kandungan informasi. PKPBDD dapat memaksimalkan fasilitas tersebut untuk media promosi yang murah dengan jangkauan global. Promosi yang efektif tentunya akan mendukung PKPBDD dalam meraih peluang potensi pasar, baik lokal maupun ekspor. 4. Melakukan seleksi dan pengembangan produk serta pasar dari produk olahan yang memiliki prospek bagus. Adanya pengembangan produk olahan belimbing yang dilakukan PKPBDD melalui kerjasama dengan beberapa UKM merupakan kekuatan utama yang mendukung strategi ini. Saat ini, produk olahan yang telah dikembangkan adalah sari buah, jus, keripik, instant, dodol, dan manisan. PKPBDD harus melakukan seleksi dan evaluasi tentang jenis produk olahan mana yang paling berpotensi untuk dikembangkan, baik dari segi kualitas maupun permintaan pasar. Selain itu, kesepakatan mengenai aturan-aturan di dalam hubungan antara PKPBDD dengan UKM harus diperjelas dan menguntungkan kedua belah pihak. Pengembangan produk olahan dapat dilakukan untuk meraih beberapa peluang, yaitu potensi pasar lokal maupun ekspor. Potensi pasar lokal ditunjukkan dengan konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap produk olahan. Selain itu, produk olahan belimbing masih jarang ditemukan di pasaran. Potensi untuk ekspor ditunjukkan dengan adanya tawaran dari beberapa negara seperti Saudi Arabia dan Malaysia. 5. Meningkatkan jumlah pemasok dari petani-petani yang belum menjadi anggota PKPBDD dengan melakukan pendekatan dan dialog. Letak PKPBDD yang strategis terhadap pemasok dan pasar menjadi modal utama dalam implementasi strategi di atas. Strategi ini dilakukan untuk merespon

11 148 beberapa peluang, yaitu dukungan pemerintah, konsep kelembagaan dan efisiensi pemasaran, serta konsep pemasaran belimbing satu pintu di Kota Depok. Adanya dukungan pemerintah serta konsep pemasaran satu pintu merupakan peluang bagi PKPBDD untuk mengelola seluruh pemasaran belimbing di Kota Depok. Selain itu, konsep kelembagaan dan efisiensi pemasaran menjadi kekuatan nilai tambah bagi PKPBDD dalam menarik pemasok. Dimana dengan kekuatan tersebut, tercipta hubungan yang baik antara PKPBDD sebagai pengelola dan petani sebagai anggota sekaligus pemasok. Pemasaran yang singkat dapat menekan biaya pemasaran sehingga harga beli yang ditawarkan kepada petani dapat lebih tinggi dan meguntungkan petani. Hal ini juga menjadi daya tarik bagi petani untuk bergabung dengan PKPBDD. 6. Melakukan strategi penetapan harga yang lebih efektif. Strategi penetapan harga yang dipilih misalnya dengan menetapkan harga di bawah pesaing atau potongan harga. Strategi ini didukung dengan kebijakan harga yang fleksibel sesuai mekanisme pasar, lokasi PKPBDD yang strategis dan juga rantai pemasaran yang singkat sehingga dapat meminimalkan biaya pemasaran. Strategi ini dapat diterapkan untuk meraih peluang potensi pasar lokal. B. Strategi WO 1. Melakukan kordinasi dengan pemerintah dalam mensosialisasikan kebijakan maupun strategi pengembangan pada petani. PKPBDD dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam pengembangan agribisnis belimbing di Kota Depok. Dengan demikian, PKPBDD memiliki peluang untuk melakukan kordinasi dengan pemerintah dalam menyusun kebijakan maupun program pengembangan agribisnis belimbing. Oleh

12 149 karena itu, setiap kebijakan maupun perencanaan hendaknya dilakukan dengan kordinasi yang baik sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh petani. Pemerintah sebagai perancang program juga akan mendapat umpan balik dari proses tersebut. Hal ini termasuk ke dalam rumusan alternatif strategi karena petani merupakan anggota sekaligus pemasok bagi PKPBDD. Salah satu program pemerintah adalah penerapan SOP dan GAP. Program ini menentukan kualitas belimbing yang dihasilkan petani dan nantinya akan dipasarkan melalui PKPBDD. 2. Mengurangi ketergantungan modal pada pemerintah melalui kerjasama dengan lembaga perbankan. Salah satu kelemahan PKPBDD saat ini adalah sumber modal yang masih tergantung pada pemerintah. Kelemahan ini menyebabkan PKPBDD sulit melakukan strategi yang membutuhkan investasi besar dan bersifat mendesak, misalnya rencana kepemilikan lahan perkebunan sendiri, pembuatan fasilitas penyimpanan belimbing, dan pengadaan alat pengolahan yang lebih efisien. Salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan ini adalah mencari modal sendiri melalui kerjasama dengan lembaga perbankan tertentu. Hal ini tentunya dilakukan setelah berkordinasi dengan pemerintah. Pemerintah dapat menjadi fasilitator dalam strategi tersebut. Peluang untuk mendapatkan sumber modal dari lembaga perbankan cukup terbuka dengan melihat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa investasi di bidang pertanian masih mendapat prioritas bagi lembaga-lembaga perbankan. Sebagai contoh, koperasi tanaman

13 150 hias di Kota Depok telah menjalin kerjasama dengan Bank Mandiri dalam bentuk pinjaman lunak usaha kecil menengah dan koperasi. 3. Kerjasama dengan institusi berbasiskan teknologi untuk mengembangkan fasilitas penyimpanan belimbing. Belimbing merupakan buah yang memiliki sifat mudah rusak dan cepat mengalami pemasakan. Hal ini menyebabkan pemasaran belimbing segar harus dilakukan dalam waktu singkat. Jika tidak, belimbing dapat menjadi busuk dan terbuang percuma. Seperti buah-buahan lain, masa simpan belimbing segar dapat ditingkatkan dengan perlakuan khusus, yaitu dengan rekayasa lingkungan tempat penyimpanan. Jika masa simpan belimbing dapat diperpanjang, maka masalah kontinyuitas pasokan dapat sedikit teratasi. Produksi yang berlimpah pada saat panen dapat disimpan untuk dipasarkan setelah musim panen. Salah satu kelemahan PKPBDD adalah belum memiliki teknologi tersebut. Jika produksi berlimpah, belimbing diletakkan di ruang terbuka dengan naungan atap menggunakan terpal. Kondisi ini masih memungkinkan belimbing terkena hujan dan panas matahari sehingga dapat mempercepat kerusakan. Akibatnya, pada musim panen raya, banyak belimbing yang tidak terjual menjadi busuk dan terbuang percuma. Peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah letak PKPBDD yang strategis dan berdekatan dengan pusat-pusat penelitian dan perkembangan teknologi. Beberapa lembaga yang dimaksud diantaranya adalah PKBT IPB, B2PTTG LIPI Subang, Universitas Indonesia, dan lembaga-lembaga sejenis lainnya. PKPBDD dapat melakukan kerjasama dengan lembaga tersebut dalam pengembangan fasilitas penyimpanan belimbing dengan

14 151 biaya yang tidak terlalu besar. Kerjasama dapat dilakukan dengan bantuan pihak pemerintah daerah sebagai fasilitator. 4. Pengembangan karyawan terutama yang berhubungan dengan pemasaran, baik lokal maupun ekspor. Salah satu faktor yang menjadi kelemahan PKPBDD adalah belum adanya program pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan pemasaran. Menurut pihak manajemen, PKPBDD membutuhkan pengembangan karyawan agar bekerja secara lebih profesional. Peluang yang dapat digunakan adalah terkait dengan letak PKPBDD yang dekat dengan lembaga-lembaga pendidikan yang sering mengadakan pelatihan di bidang pemasaran. C. Strategi ST 1. Promosi untuk menghadapi persaingan dengan produk subtitusi Strategi ini bertujuan untuk memposisikan belimbing sebagai buah yang memiliki kelebihan dibanding dengan buah-buah lain (produk subtitusi). Kelebihan tersebut adalah belimbing memiliki khasiat mengobati beberapa macam penyakit, misalnya membantu menurunkan tekanan darah atau hypertensi. Strategi promosi mengenai kelebihan belimbing ini dapat digunakan untuk merespon ancaman dari persaingan dengan produk subtitusi. Media yang dapat digunakan dalam promosi misalnya melalui acara-acara televisi, internet, pameran, artikel di surat kabar, dan sebagainya. Selain promosi mengenai manfaat mengkonsumsi belimbing, PKPBDD juga dapat sekaligus mempromosikan belimbing Dewa Depok sebagai belimbing yang berkualitas dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan belimbing varietas

15 152 lain. Promosi juga hendaknya mengedepankan image Kota Depok sebagai Kota Belimbing. Dengan begitu, setiap kali konsumen mendengar kata belimbing, maka Kota Depok yang akan terpikir pertama kali. Sebagai pembanding misalnya Kabupaten Garut dengan produk Dodol Garut, Medan dengan produk Jeruk Brastagi, Malang dengan produk Apel Malang, dan sebagainya. 2. Melakukan strategi harga dan pelayanan untuk mengantisipasi persaingan dengan pesaing terdekat (belimbing Madu). Saat ini, pesaing terdekat Belimbing Depok adalah Belimbing Madu yang berasal dari Blitar. Kedua belimbing ini memiliki kualitas yang hampir sama, hanya saja Belimbing Dewa memiliki ukuran yang lebih besar. Belimbing Madu telah memasuki pasar DKI Jakarta dan menguasai pasar di daerah Jawa Timur. Strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan dengan Belimbing Madu diantaranya adalah dengan melakukan strategi penetapan harga. PKPBDD memiliki keunggulan jarak yang lebih dekat ke pasar Jawa Barat. Kelebihan ini memungkinkan PKPBDD menjual belimbing dengan harga lebih rendah. PKPBDD dapat menerapkan strategi penetapan harga di bawah pesaing, atau strategi potongan harga untuk pembelian tertentu. Strategi tersebut bertujuan untuk mempertahankan pelanggan lama dan merebut pelanggan baru terutama pelanggan Belimbing Madu. Selain strategi penetapan harga, keunggulan jarak juga memungkinkan PKPBDD memiliki frekuensi pasokan lebih tinggi. Misalnya, PKPBDD dapat memasok belimbing setiap hari ke Pasar Induk Kramat Jati, sedangkan Belimbing Madu hanya mencapai dua sampai tiga kali dalam seminggu. Hal ini berarti, PKPBDD memiliki keunggulan dalam hal kontinyuitas pasokan. Kontinyuitas

16 153 sendiri merupakan salah satu faktor penting dalam agribisnis selain kualitas dan kuantitas. Keunggulan bersaing tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh PKPBDD. 3. Memantapkan pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada. Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada agar tidak direbut oleh pesaing. Strategi ini dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan kualitas, kuantitas, serta kontinyuitas produk pada pangsa pasar yang sudah ada. Selain itu, PKPBDD harus selalu memantau perkembangan pasar, terutama hal-hal yang terkait dengan persaingan. Kekurangan informasi mengenai industri yang digeluti dapat mngakibatkan pangsa pasar yang sudah ada direbut oleh pesaing. Sebagai contoh adalah belimbing Demak yang pernah menguasai pasar belimbing di pulau Jawa. Saat ini, pangsa pasar Belimbing Demak telah banyak berkurang dikarenakan kurangnya informasi mengenai pesaing. Belimbing Demak tidak memperhatikan perkembangan belimbing-belimbing dari daerah lain, terutama masalah kualitas dan tingkat harga. Hal ini mengakibatkan sebagian besar pangsa pasar Belimbing Demak, terutama di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta berhasil direbut oleh Belimbing Dewa/Dewi dan Belimbing Madu. D. Strategi WT 1. Meningkatkan kordinasi dengan pemerintah dan petani dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul serta dalam menyusun program pengembangan ke depan. Strategi ini bukan hanya harus dijalankan oleh PKPBDD, tetapi harus melibatkan semua stake holders yang terkait dengan agribisnis belimbing di Kota

17 154 Depok. Evaluasi yang penting dilakukan adalah terkait dengan pola produksi yang selama ini digunakan petani. Pola produksi mencakup sebaran lahan, cara produksi, dan waktu produksi. Cara produksi sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk. Sebaran lahan mempengaruhi efisiensi produksi, sedangkan waktu produksi berpengaruh pada kontinyuitas produksi. Ketiga hal ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, mengingat belimbing merupakan produk pertanian yang dipengaruhi oleh musim, dapat diserang oleh hama, serta memiliki sifat perishable. 2. Melakukan strategi integrasi horisontal dengan suplier besar yang berpengaruh di Kota Depok Salah satu ancaman bagi PKPBDD adalah pesaing lokal. Pesaing lokal merupakan beberapa suplier atau pedagang besar dan juga tengkulak yang telah ada sebelum PKPBDD dibentuk. Sebagian petani belimbing di Kota Depok masih bekerjasama dengan pihak-pihak tersebut. Kondisi di atas tentunya bertentangan dengan salah satu program pemerintah, yaitu mewujudkan pemasaran belimbing satu pintu di Kota Depok, yaitu melalui PKPBDD. Hal ini harus ditanggapi secara profesional oleh PKPBDD. PKPBDD memiliki dua pilihan dalam menghadapi masalah ini, yaitu : 1) PKPBDD harus menentukan apakah pihak-pihak tersebut dianggap sebagai pesaing yang bersaing memperebutkan pemasok dan pasar ; 2) Melakukan integrasi horisontal atau bekerjasama dengan pihak-pihak tersebut. Jika PKPBDD melakukan integrasi horisontal, maka program pemasaran belimbing satu pintu dapat tercapai. PKPBDD juga dapat mengelola seluruh

18 155 belimbing yang dihasilkan petani di Kota Depok. Implikasinya adalah jumlah pasokan akan meningkat dan frekuensi pasokan dapat lebih berfariasi, dikarenakan waktu panen setiap kecamatan tidak persis sama. Selain itu, usaha pengaturan waktu panen dapat dilakukan dengan lebih mudah dan menyeluruh. 9.3 Tahap Keputusan (Matriks QSPM) Tahap keputusan merupakan tahap formulasi strategi yang menentukan prioritas strategi. Pada tahap ini, digunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Matriks QSPM menggunakan input dari tahapan sebelumnya, yaitu berupa alternatif strategi yang dihasilkan matriks IE dan TOWS. Selain itu, matriks QSPM juga menggunakan input dari matriks IFE dan EFE berupa faktorfaktor strategis internal yang digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan prioritas strategi. Proses pemilihan prioritas strategi dalam matriks QSPM dilakukan berdasarkan kesepakatan antara dua pihak yang menjadi narasumber, yaitu Ketua Koperasi dan Manajer Pemasaran. Seperti pada matriks IFE/EFE dan TOWS, penentuan prioritas pada matriks QSPM juga dilakukan menggunakan intuisi, pengetahuan, dan pengalaman narasumber sesuai dengan kondisi PKPBDD saat ini. Matriks QSPM untuk PKPBDD selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan Lampiran 10, dapat dilihat prioritas strategi berdasarkan daya tarik yang ditunjukkan dengan nilai STAS. Strategi yang paling menarik adalah strategi yang memiliki nilai STAS tertinggi. Berikut adalah prioritas strategi selengkapnya :

19 Mempertahankan dan secara bertahap meningkatkan penjualan dengan melakukan penetrasi pasar dan perluasan pasar (STAS = 7,222). Kondisi PKPBDD saat ini masih dihadapkan pada permasalahan kontinyuitas pasokan. Pasokan belimbing dari petani anggota masih berfluktuasi, baik dari jumlah maupun waktu. Oleh karena itu, dengan kondisi seperti di atas, hal yang paling penting dilakukan adalah mempertahankan tingkat penjualan. Usaha untuk mempertahankan tingkat penjualan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan kualitas produk dan pelayanan serta lebih memprioritaskan pelayanan pada pelanggan tetap. Untuk selanjutnya, peningkatan penjualan bisa dilakukan secara bertahap seiring dengan usaha menstabilkan jumlah dan waktu pasokan. 2. Melakukan seleksi dan pengembangan produk serta pasar dari produk olahan yang memiliki prospek bagus (6,658). PKPBDD telah mengembangkan beberapa produk olahan belimbing sebagai diversifikasi produk. Beberapa produk tersebut seperti jus, sari buah, keripik, dan keripik belimbing telah dijual ke pasaran. Diversifikasi produk tersebut memiliki dua manfaat, yaitu : (1) sebagai alternatif produk untuk mengatasi over stock ; (2) menjangkau segmen pasar lain. Strategi untuk lebih memaksimalkan diversifikasi produk dapat dilakukan dengan menyeleksi produk olahan yang memiliki prospek bagus. Prospek dari produk olahan tersebut dapat dilihat dari potensi pasar, nilai tambah yang dihasilkan, selera konsumen, serta siklus bisnis produk.

20 Meningkatkan kordinasi dengan pemerintah dan petani dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul serta dalam menyusun program pengembangan ke depan (6,653). Strategi ini betolak dari tugas dan fungsi PKPBDD sendiri. PKPBDD merupakan lembaga koperasi yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola agribisnis belimbing di Kota Depok PKPBDD berdiri seiring dengan adanya program pemerintah menjadikan belimbing sebagai ikon Kota Depok. Dalam pelaksanaanya, kordinasi antara pemerintah, PKPBDD, dan petani dirasakan semakin berkurang dibandingkan pada masa awal program tersebut dijalankan. Kordinasi dapat ditingkatkan dengan secara rutin melakukan pertemuan antara pemerintah, PKPBDD, dan petani untuk melakukan evaluasi kerja maupun membahas berbagai permasalahan yang ada. 4. Meningkatkan kegiatan promosi melalui media-media yang ada, terutama melalui internet dan program-program acara di media elektronik (6,638). Promosi tidak perlu dilakukan secara gencar dikarenakan belimbing Dewa atau Dewi sendiri telah cukup dikenal konsumen. Promosi yang mungkin perlu dilakukan adalah untuk mengenalkan merk Belimbing Dewa Depok dan PKPBDD sendiri kepada pelanggan. Promosi dapat dilakukan dengan memaksimalkan fasilitas website dan internet yang telah dimiliki. Selain itu, media promosi lain yang dapat digunakan misalnya melalui program-program acara tertentu di televisi.

21 Mengantisipasi persaingan dengan pesaing terdekat (belimbing Madu) melalui strategi penetapan harga yang efektif dan pelayanan yang memuaskan (6,503). Belimbing Madu merupakan varietas belimbing yang menjadi andalan Kota Blitar. Perkembangan agribisnis belimbing ini cukup pesat dan telah memasuki pasar DKI Jakarta. PKPBDD harus mewaspadai persaingan dengan belimbing Madu dikarenakan kualitas dan harga yang bersaing di pasaran. Selain itu, varietas terkadang tidak menjadi tolok ukur pilihan konsumen. Karena kualitas yang bersaing, konsumen lebih memilih belimbing yang dengan harga termurah. PKPBDD memiliki keunggulan dari jarak distribusi yang lebih dekat untuk daerah Jawa Barat. Jarak distribusi yang dekat berarti adanya penghematan biaya distribusi dan frekuensi pasokan yang lebih tinggi. Keunggulan tersebut dapat digunakan dengan melakukan strategi penetapan harga yang menarik bagi konsumen. PKPBDD dapat menjual dengan harga sedikit di bawah pesaing atau melakukan strategi potongan harga. Selain itu, PKPBDD bisa memberikan pelayanan yang lebih, misalnya dengan layanan antar yang tepat waktu, meminimalkan kerusakan akibat transportasi, dan sebagainya. 6. Melakukan strategi integrasi horisontal dengan suplier besar di Kota Depok (6,495). Strategi ini bertujuan untuk menjadikan PKPBDD sebagai pintu tunggal pemasaran belimbing segar dan olahan di Kota Depok. Selain itu, strategi ini akan menambah jumlah pasokan dan memudahkan kordinasi dalam pelaksanaan program-program tertentu yang melibatkan seluruh petani di Kota Depok. Strategi

22 159 ini tidak begitu menarik dikarenakan kesulitan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dalam integrasi tersebut. Saat ini, kesepakatan yang dicapai baru sebatas tidak saling memperebutkan pasar masing-masing. Kesepakatan ini bersifat informal dan terkesan tidak profesional secara bisnis. 7. Pengembangan karyawan terutama yang berhubungan dengan pemasaran, baik lokal maupun ekspor (6,460). Narasumber beranggapan bahwa kinerja karyawan PKPBDD saat ini sudah cukup baik. Pengembangan karyawan diperlukan terutama jika PKPBDD memutuskan untuk melakukan pengembangan pasar, baik dalam maupun luar negeri. Hal ini disebabkan karena karyawan yang ada dinilai masih memiliki kekurangan dalam kemampuan pemasaran produk agribisnis secara profesional. 8. Meningkatkan kontinyuitas pasokan dengan cara-cara seperti menambah jumlah pemasok dan memaksimalkan program pengaturan waktu panen yang sesuai (6,434). Pada analisis IFE dan EFE, masalah pasokan merupakan salah satu kelemahan terbesar PKPBDD. Masalah ini dianggap paling berpengaruh bagi penentuan strategi pemasaran PKPBDD secara keseluruhan. Akan tetapi, narasumber beranggapan bahwa dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Hal ini disebabkan karena baik pihak PKPBDD maupun pemerintah belum menemukan solusi yang benar-benar tepat untuk menjamin kontinyuitas pasokan. Beberapa metode yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan menambah jumlah pemasok dan memaksimalkan program pengaturan waktu panen. Menambah jumlah pemasok dapat dilakukan dengan pendekatan dan sosialisasi

23 160 kepada petani. Penambahan jumlah pemasok tentunya akan meningkatkan jumlah pasokan. Konsekuensinya adalah PKPBDD harus mengimbangi dengan program pemasaran yang dapat menjamin minimal 80 persen pasokan dapat terjual ke pasar. Metode yang kedua lebih bersifat jangka panjang, yaitu melakukan pengaturan waktu panen. Narasumber menganggap metode ini merupakan metode yang paling tepat dilakukan. Pengaturan waktu panen dilakukan dengan melakukan penjadwalan panen untuk setiap daerah. Pohon belimbing yang diperkirakan akan dipanen tidak sesuai jadwal harus dipangkas bunga ataupun buahnya. Hal ini dilakukan untuk menunda waktu panen. Akan tetapi metode ini akan menemui kendala, baik dari segi kemampuan petani maupun pola pertanian yang ada. Keadaan ekonomi sebagian petani tidak memungkinkan untuk menunda panen. Selain itu, pola pertanian belimbing di Kota Depok sebagian besar berupa lahan-lahan kebun pekarangan yang tersebar acak dengan luasan yang berfariasi. Hal ini menyulitkan dalam membuat penjadwalan waktu panen. Kendala dalam hal kesulitan melakukan penjadwalan akibat pola pertanian yang ada mungkin dapat diatasi dengan melakukan evaluasi secara keseluruhan. Evaluasi dilakukan mencakup jumlah tanaman seluruh petani anggota, umur tanaman, waktu berbunga, waktu panen sebelumnya, periode panen dalam setahun, kapasitas panen, pendapatan petani setiap panen, dan sebagainya. Datadata tersebut menjadi input dalam menyusun jadwal panen yang sesuai dengan kondisi petani. Kendala yang lain dalam pengaturan waktu panen adalah keadaan ekonomi petani. Sebagian besar petani tidak memiliki sumber pendapatan lain selain dari

24 161 berkebun belimbing. Petani tidak bersedia untuk menunda waktu panen dengan alasan tidak memiliki cukup simpanan untuk biaya hidup hingga jadwal panen yang telah ditetapkan. Solusi yang mungkin dapat diterapkan adalah dengan bantuan pinjaman dana. Pendanaan hanya dilakukan pada saat awal program pengaturan panen diterapkan untuk membantu biaya hidup petani. Jika panen di setiap daerah telah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, petani akan bisa beradaptasi. Panen yang terjadwal tentunya akan lebih mengontrol suplai belimbing di pasar. Harga yang terbentuk juga akan lebih menarik bagi petani. Dengan begitu, secara bertahap petani dapat mengembalikan dana pinjaman yang diberikan pada awal program pengaturan. Program pengaturan mungkin dapat dimulai dari petani-petani unggulan di setiap kelompok tani. Petani-petani unggulan merupakan petani yang memiliki pengalaman dan telah mendapat kepercayaan dari PKPBDD untuk melakukan kordinasi dengan petani lain di wilayahnya. Petani unggulan biasanya memiliki lahan yang cukup luas, melakukan teknik produksi sesuai SOP dan GAP, dan selalu menghasilkan produk belimbing yang berkualitas. Petani-petani tersebut menjadi panutan bagi petani lain. 9. Mengurangi ketergantungan modal pada pemerintah melalui kerjasama dengan lembaga perbankan (6,317). Sumber modal PKPBDD berasal dari pemerintah daerah berupa pinjaman bergulir dan dana bantuan. Menurut responden, PKPBDD sebenarnya membutuhkan bantuan modal tambahan untuk pengembangan usaha. Modal tambahan dibutuhkan untuk investasi berupa fasilitas penyimpanan, bantuan

25 162 kepada petani, pengembangan produk olahan, dan kemungkinan membeli lahan perkebunan sendiri untuk menunjang pasokan. Strategi ini menempati prioritas ke sembilan karena pemerintah sendiri masih menyanggupi dukungan modal bagi PKPBDD. Modal dari pemerintah dicairkan setiap tahun anggaran. PKPBDD sendiri merupakan bagian dari program pemerintah dalam pengembangan agribisnis belimbing di Kota Depok. Oleh karena itu, walaupun strategi ini dianggap penting oleh PKPBDD, implementasinya tetap harus mendapat persetujuan dari pemerintah daerah. 10. Memiliki lahan sendiri yang dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mengantisipasi kekurangan pasokan serta memberi contoh kepada petani (6,128). Strategi ini memiliki tujuan yang sama dengan prioritas strategi ke delapan, yaitu mengatasi masalah pasokan. Implementasi dari strategi ini masih masih memerlukan pertimbangan matang karena membutuhkan investasi yang besar. Strategi ini bersifat jangka panjang dan menjadi alternatif jika kontinyuitas pasokan masih bermasalah. Sebagai pembanding dalam implementasi strategi ini misalnya adalah agribisnis Pisang Cavendis dan Apel Malang yang telah berhasil dikelola secara efektif dan efisien. 11. Kerjasama dengan institusi berbasiskan teknologi untuk mengembangkan fasilitas penyimpanan belimbing (6,043). Fasilitas penyimpanan sebenarnya merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap pelaku usaha agribisnis. Hal ini disebabkan karena komoditi pertanian memiliki karakteristik musiman, mudah rusak dan terus mengalami metabolisme pemasakan. Seperti halnya prioritas strategi sebelumnya, strategi ini juga

26 163 menbutuhkan investasi yang besar. Belum ada penelitian mengenai teknik rekayasa lingkungan yang tepat untuk memperpanjang masa simpan komoditi belimbing. Strategi ini mungkin dapat diterapkan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian pertanian yang banyak terdapat di kawasan Jawa Barat.

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun

Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun LAMPIRAN - LAMPIRAN 171 Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 2000-2006 Komoditi Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Alpukat Ton 145.795 141.703 238.182 255.957 221.774 227.577 239.463

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Tahap pemasukan data ( The Input Stage ) Tahap pertama setelah identifikasi faktor internal dan eksternal yang dirumuskan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek dan Tempat Penelitian Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh Industri Hilir Teh (IHT) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Cibiru,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk 36 BAB IV HASIL ANALISIS DATA 4.. Gambaran Umum Perusahaan Bisnis Air Isi Ulang BERKAH merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang air minum isi ulang dan didirikan pada tanggal Mei 204 dengan pemilik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses perumusan strategi pada restoran Kebun Kita dimulai dengan mengetahui visi dan misinya, kemudian menganalisis permasalahan yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Obyek penelitian ini adalah Evan s Bakery yang berlokasi di Jalan Kaligarang, Semarang. Evan s Bakery berdiri sejak tahun 2005 sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi 2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Sayuran Organik Pertanian organik adalah salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan serta menghindari penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK S. Marti ah / Journal of Applied Business and Economics Vol. No. 1 (Sept 2016) 26-4 KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK Oleh: Siti Marti ah Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN

BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN BAB IV ANALISA STRATEGI PERUSAHAAN 4.1 Faktor Strategi Eksternal 4.1.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Penentuan faktor strategi eksternal bertujuan untuk mengetahui berbagai peluang serta ancaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Profil Belimbing di Kota Depok 5.1.1 Keragaan Kebun dan Pertanaman. Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Keragaan

Lebih terperinci

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kerangka Analisis Strategis Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

Bab 5 Analisis 5.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 5.2. Analisa Matriks ekternal Factor Evaluation (EFE)

Bab 5 Analisis 5.1. Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 5.2. Analisa Matriks ekternal Factor Evaluation (EFE) Bab 5 Analisis Dari hasil pengolahan data pada bab IV, selanjutnya dilakukan analisis dan pembahasan yang berkaitan dengan upaya menentukan strategi pemasaran perusahaan, yang meliputi langkah-langkah

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dapat diketahui faktor eksternal PT. Gema Shafa Marwa adalah: a. Faktor

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1

FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 FORMULASI STRATEGI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) Sunyoto 1 Abstrak: Strategi pemasaran sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada sangat diperlukan untuk memberikan kepuasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum Industri kecil Brownies, Chocolate dan Pastry D Wonk merupakan usaha perorangan home industri yang memproduksi brownies dan sekaligus menjual produknya secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN 6.1. Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan Faktor-faktor strategis merupakan beberapa elemen yang

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI KULINER PADA EINS BISTRO & BOUTIQUE DI BANDUNG *

FORMULASI STRATEGI MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI KULINER PADA EINS BISTRO & BOUTIQUE DI BANDUNG * Reka Integra ISSN: 338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No. Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 05 FORMULASI STRATEGI MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI KULINER PADA EINS BISTRO & BOUTIQUE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi dan kemajuan teknologi yang perkembangannya demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi dan kemajuan teknologi yang perkembangannya demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan kemajuan teknologi yang perkembangannya demikian pesat dapat dipandang sebagai bentuk kekuatan yang mempengaruhi perilaku manusia terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang bertujuan membantu memecahkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM : Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT Nama : Dewi Ratnasari NPM : 11210912 Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Ciapus Bromel yang terletak di Ciapus Jl. Tamansari Rt 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Organisasi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUKM) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Negara

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data akan dilakukan disebuah industri pengolahan dengan sub sektor industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Wader Blok G.II No. 25 RT/RW 010/012

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Menurut Jauch dan Glueek dalam Rosita (2008), bahwa strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh serta terpadu yang

Lebih terperinci