Penggunaan Stamps game (permainan Cap pos) untuk menggali pemahaman siswa. Sri Imelda
|
|
- Veronika Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penggunaan Stamps game (permainan Cap pos) untuk menggali pemahaman siswa kelas VA SDN 119 Palembang terhadap konsep operasi perkalian Sri Imelda Pendahuluan Matematika adalah ilmu yang menjadi dasar bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, yang secara sengaja maupun tidak sengaja sudah menjadi kebutuhan setiap umat manusia. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang memandang matematika Sebagai monster yang menakutkan. Pandangan inipun masih tetap diwarisi secara turun temurun, yang tidak jarang merusak mental anak sebelum belajar matematika. Pola pikir anak telah dibentuk dengan anggapan bahwa matematika berarti menghitung dan menggunakan rumus yang tidak bermakna. Kebanyakan siswa belajar matematika hanya karena matematika merupakan salah satu matapelajaran yang wajib dipelajari pada tingkat pendidikan tersebut, dan juga merupakan salah satu matapelajaran yang diujikan di ujian nasional, sehingga mereka harus mempelajarinya untuk mendapatkan nilai yang bagus. Karena alasan siswa mempelajari matematika dilandasi dengan motivasi yang salah, yaitu semata-mata untuk mendapatkan nilai, maka siswa cenderung menghafal langkah-langkah kerja dan rumusrumus yang terdapat dalam buku cetak. Dengan demikian, apabila mereka melupakan rumus atau langkah kerjanya maka secara otomatis mereka tidak akan mampu menyelesaikan soalsoal yang diberikan. Hal ini merupakan bagian dari pengalaman penulis pada waktu mengajar di SMP dan SMA, yang ternyata juga merupakan pengalaman beberapa teman yang pernah mengajar di SD, SMP, dan SMA. Lebih dari itu, siswa cenderung memilih cara cepat dalam mengerjakan soal dibandingkan dengan memahami konsep dari materi yang prosesnya memerlukan waktu yang lama. Hal ini dipengaruhi oleh pembelajaran matematika yang menggunakan metode konvensional yang membosankan, dan menggunakan rumus-rumus
2 yang abstrak bagi siswa, sehingga mereka tidak menyadari manfaat pembelajaran matematika tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena alasan tersebut di atas, sulit dipastikan bahwa ketuntasan belajar pada ujian semester ataupun ujian nasional dalam matapelajaran matematika merupakan indikator bahwa anak telah memahami konsep matematika yang ujikan. Karena bisa saja siswa menggunakan metode menghafal rumus dan langkah-langkah kerja, atau siswa menggunakan tips-tips praktis tertentu dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Jika hal ini terjadi, maka tentu sangat bertentangan dengan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu: Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Untuk menjawab berbagai dugaan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah dugaan itu benar terjadi pada siswa kelas VA, SDN 119 Palembang atau tidak. Khususnya apakah siswa-siswi kelas tersebut sudah memahami konsep perkalian (yang telah diajarkan sejak kelas II semester II) atau belum. Kegiatan ini tidak dilakukan dengan menggunakan metode tes secara formal, tetapi dengan menggunakan konsep permainan yang diambil dari game online reken web milik Freudenthal Institute dan dirangkai dalam sebuah perlombaan antar kelompok, sehingga siswa tidak merasakan suasana tes, tetapi mereka merasakan suasana bermain dan berusaha mendapatkan juara. Game yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Stamps (Cap). TUJUAN Untuk mengetahui pemahaman siswa VA SDN 119 Palembang tentang konsep perkalian
3 PERTANYAAN PENELITIAN Apakah siswa-siswi kelas VA SDN 119 Palembang sudah benar-benar memahami konsep perkalian? DESKRIPSI TENTANG STAMPS GAME Game yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah Stamps (Cap). Stamps game adalah game yang menggunakan konteks surat-menyurat, dimana surat yang hendak dikirim harus ditempelkan perangko, dan pemain diminta untuk menghitung harga perangko yang terdapat pada surat tersebut. Berikut tampilannya. Petunjuk Kebalikannya 5 x 6 Gambar 1 Apabila pemain click draai om maka tampilannya akan berubah manjadi kebalikannya (draai om adalah bahasa belanda yang berarti sebaliknya), yaitu harga masing-masing perangkonya adalah $ 6 dan jumlah perangkonya sama dengan 5. Sehingga siswa mudah memahami konsep perkalian. Oleh karena tujuan dari permainan ini bukan untuk mengajarkan konsep perkalian, tetapi hanya ingin mengetahui apakah siswa-siswi kelas 5 sudah benar-benar memahami konsep perkalian atau belum. Demi mencapai tujuan tersebut, maka game ini dimodifikasi
4 dan didesain dengan menggunakan non projected media, karena kondisi sekolah yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk menggunakan projected media. Dimodifikasikan dengan menggunakan projected media, sesungguhnya sangat memungkinkan Penulis untuk mengganti harga perangko yang menggunakan mata uang dengan mata uang rupiah. Namun hal ini tidak bisa dilakukan karena harga minimal yang mungkin untuk perangko Indonesia adalah Rp. 100, - sesuai dengan nilai uang terkecil Indonesia. Sementara Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep perkalian dalam arti siswa dapat membedakan 2 x 5 = 5 x 2, dan jika menggunakan mata uang Indonesia akan berlaku 2 x 500 (dua perangko dengan harga 500) = 500 x 2 (dalam hal ini terdapat 500 perangko dengan harga 2 rupiah) hal ini tentu tidak mungkin menempelkan 200 perangko pada 1 surat. Dengan demikian, harga perangko dalam permainan ini tetap menggunakan mata uang dollar, tetapi siswa diberikan konteks permainan melalui cerita berikut: Siswa-siswi salah satu SD di Australia ingin berkenalan dengan siswa-siswi SD 119, mengawali perkenalan mereka ingin mengirimkan surat kepada siswasiswi SD 119, tetapi syaratnya adalah siswa-siswi SD 119 harus dapat menentukan harga keseluruhan perangko yang tertera pada surat mereka dengan benar, sehingga surat tersebut dicap pos untuk dikirim RANCANGAN KEGIATAN - Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka mengenai surat menyurat dan memberikan pengantar tentang proses pengiriman surat. - Siswa di bagi dalam tiga kelompok, Masing-masing kelompok berhak menjawab tiga pertanyaan, dan apabila kelompok yang mendapat hak menjawab, ternyata tidak mampu menjawab, maka kelompok lain dapat memperebutkan soal tersebut. Cap untuk kelompok 1,2, dan 3 berbeda, sehingga siswa lebih mudah untuk menentukan kelompok
5 mana yang menang (artinya kelompok yang paling banyak mendapat cap atau yang capnya paling banyak muncu)l, karena bisa saja soal untuk kelompok 2, tetapi dijawab oleh kelompok 3, maka suratnya dicap dengan menggunakan cap kelompok 3 (apabila cap tidak berbeda, maka bisa terjadi kesalahan dalam menentukan pemenang) - Guru menempelkan Karton di papan Tulis. - Guru menjelaskan aturan permainan game tersebut. (yang terdiri dari 3 tahap). Adapun aturan permainannya adalah sebagai berikut: Soalnya bersifat soal wajib, dan apabila kelompok yang wajib menjawab, tidak dapat menjawab atau jawaban yang diberikan salah, maka kelompok lain dapat memperebutkannya. Untuk soal pada tahap 1,2,3, kelompok yang wajib menjawab diberikan kesempatan untuk menjawab dalam waktu 3 menit setelah soal ditempelkan di atas karton yang tersedia. Apabila kelompok yang bersangkutan tidak dapat menjawab atau jawabannya salah maka soal tersebut dapat direbutkan oleh kelompok lain. Kelompok yang dapat menjawab dengan benar maka suratnya dicap dengan cap milik kelompok tersebut. Sedangkan untuk tahap 4, kelompok wajib diberikan waktu 4 menit untuk menjawab setiap soal. Kelompok yang capnya paling banyak digunakan dalam mencap surat karena paling banyak memberikan jawaban yang benar, maka kelompok tersebutlah yang mendapat juara I,demikian seterusnya sampai yang paling sedikit yaitu juara 3. Tipe soal Berikut adalah gambaran tentang soal yang akan diberikan: Tahap I. Telah disediakan Surat yang ditempelkan beberapa perangko, serta harga masingmasing perangko telah ditentukan. Siswa diminta untuk menentukan harga perangko seluruhnya dengan cara mereka sendiri. Kelompok yang menjawab dengan benar, apapun caranya maka suratnya dicap.
6 Tahap II dan III. Telah disediakan surat yang ditempelkan beberapa perangko, serta harga masingmasing perangko telah ditentukan. Karena game ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep perkalian, maka pada tahap ini siswa dituntun untuk menentukan harga perangko secara keseluruhan dengan pertanyaan tuntunan sebagai berikut:... x... =..., Tahap IV Telah tersedia surat yang telah ditempelkan beberapa perangko serta harga masingmasing perangko telah ditentukan. Namun dalam tahap ini, Harga keseluruhan perangkonya diketahui, dan siswa diminta untuk menentukan berapa jumlah perangko dan harga masingnya sehingga mencapai harga keseluruhan yang telah ditentukan. Kelompok yang menjawab dengan benar, suratnya dicap. Aktivitas mandiri Agar dapat mengetahui apakah semua telah mengerti tentang konsep perkalian, maka siswa diberikan LKS untuk menjawab yang berisi game yang sama seperti yang terdapat dalam karton. DESKRIPSI DATA Berdasarkan Hasil Tanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman mereka tentang surat, ternyata semua siswa dalam kelas tersebut pernah melihat surat dan perangkonya. Berikut adalah jawaban siswa dalam permainan.
7 Tahap I Gambar 2 Gambar 3 Soal nomor 1 adalah soal wajib untuk kelompok 1, Karena kelompok satu tidak dapat memberikan jawaban yang benar maka kelompok 2, dan 3 diberikan kesempatan untuk menjawab. Namun ke-2 kelompok juga memberikan jawaban yang salah, sehingga surat tidak dapat dicap. Selanjutnya soal nomor 2 untuk kelompok 2 tidak dapat dijawab dengan benar oleh kelompok 2. Demikian juga kelompok 1, dan 3 memberikan jawaban salah sehingga surat tidak dapat dicap. Namun soal untuk kelompok 3 dapat dijawab dengan benar oleh kelompok 3, sehingga suratnya mendapat cap warna merah milik kelompok 3
8 Tahap II Berikut adalah jawaban siswa dari 3 kelompok untuk tahap ke-2. aturan mainnya seperti pada tahap pertama, yaitu nomor 1 untuk kelompok 1, soal nomor 2 untuk kelompok 2, dan soal nomor 3 untuk kelompok 3 Gambar 4. Gambar 5 Pada tahap ini, kelompok 1 mampu menjawab dengan benar, sehingga suratnya dicap dengan cap warna biru, yang merupakan cap milik kelompok I. Sedangkan soal nomor 2 untuk kelompok 2 tidak dapat dijawab dengan benar, sehingga kelompok 1 dan 3 memperebutkan soal tersebut. Oleh karena kelompok 3 yang terlebih dahulu mengangkat tangan maka kelompok 3 yang mendapat kesempatan untuk menjawab, dan kelompok ini menjawab dengan benar, sehingga soal nomor 2 di cap dengan cap yang berwarna merah milik kelompok 3. Selanjutnya kelompok 3 langsung menjawab dengan benar.
9 Tahap III Tipe soal untuk tahap 2 dan 3 adalah sama, namun soal untuk tahap 3 merupakan kebalikan dari soal pada tahap 2, sehingga pada akhir dari permainan siswa langsung dapat membandingkan hasilnya untuk memahami konsep perkalian, untuk siswa yang belum memahaminya. Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kelompok 1 dan 2 dapat memnjawab dengan benar, sedangkan kelompok 3 memberikan jawaban yang salah dan kelompok 2 dapat menjawabnya dengan benar. Berikut perbadingan tahap 2 dan 3
10 Tahap II Tahap III Gambar 9 Maksud dari penyusunan soal seperti ini, agar pada akhir pembelajaran, siswa langsung dapat membandingkan perbedaan antara 5 x 4 dan 4 x5, 9 x 3 dan 3 x 9, 4x6 dan 6x4. Tahap IV Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa pada tahap ini adalah harga perangkonya yang diketahui dan siswa yang menentukan berapa jumlah perangko dan berapa harga masingmasing perangko yang harga keseluruhannya seperti harga yang telah ditentukan. Gambar 10
11 Gambar 11 Gambar 12 Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk soal nomor 1 pada tahap ini terdapat angka yang dicoret, angka-angka tersebut adalah jawaban dari kelompok 1, oleh karena kelompok 1 memberikan jawaban yang salah, dan kelompok dua yang mendapat kesempatan menjawab dengan memilih harga perangko yang sama dengan kelompok 1, sehingga untuk membedakannya maka jawaban kelompok 1 dicoret. Tahap I, II, III, IV
12 Pada akhir permainan, kelompok 2 dan 3 mempunyai jumlah cap yang sama yaitu 4. Oleh karena itu guru menambahkan satu soal lagi untuk kedua kelompok, dan langsung ditulis di papan. Akhirnya kelompok 3 yang manjawab dengan benar. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa kelompok 3 mendapat juara 1, kelompok 2 mendapat juara 2, dan kelompok 1 mendapat juara 3. Sebagai bentuk penghargaan guru memberikan tanda kemenangan kepada masing-masing kelompok yang berupa pin yang bertuliskan juara 1, 2, 3. Kelompok I Kelompok II Gambar 13 Gambar 14 Kelompok III Gambar 15
13 Data tugas Mandiri Berikut ad beberapa hasil pekerjaan mandiri siswa Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19
14 Gambar 20 Setelah siswa mengerjakan tugas mandiri, guru mengajak siswa untuk melihat kembali jawaban mereka pada permainan stamps (perangko), yaitu mengapa jawaban siswa kelompok 2 pada Tahap 2 yaitu (3X9=27) salah, sedangkan jawaban kelompok 3 (9x3=27) benar, Bandingkan antara soal pada tahap II dan III agar siswa dapat memperbaiki kesalahannya setelah memahami konsep yang sebenarnya. ANALISIS Gambar 21 Jawaban siswa pada permainan tahap pertama yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk menenetukan harga keseluruhan perangko, terlihat bahwa siswa cenderung
15 mengerjakannya dengan cara penjumlahanan, meskipun ada yang berusaha menuliskannya dalam bentuk operasi perkalian, tetapi konsep perkaliannya yang diberikan adalah salah. Bahkan terdapat juga siswa yang salah menjumlahkan harga perangko. Sedangkan untuk soal tahap II dan III, siswa harus menjawabnya dengan menggunakan operasi perkalian, tetapi siswa juga memberikan jawaban yang berasal dari konsep yang salah. Demikian juga untuk soal tahap 4, terdapat siswa yang memberikan jawaban yang salah disebabkan oleh kesalahan perhitungan. Selain itu terdapat juga siswa yang memberikan jawaban yang tidak ada hubungannya dengan soal. Berdasarkan jawaban-jawaban siswa di atas, baik melalui permaianan maupun tugas mandiri maka dapat dilihat bahwa cara yang digunakan siswa untuk menjawab soal adalah: - Dengan cara menjumlahkan harga perangko - Dengan cara mengalikan banyak perangko dengan harga perangko - Menggunakan cara menjumlahkan terlebih dahulu lalu menuliskannya dalam operasi perkalian. Dengan menggunakan beberapa cara tersebut diatas, siswapun mempunyai jawaban akhir yang berbeda. Tentu Hal ini dipengaruhi oleh beberapa kesalahan Berikut adalah beberapa kesalahan yang dibuat siswa: - Kesalahan Fatal Kesalahan Fatal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah jawaban yang tidak hubungan sama sekali pertanyaan. Tahap I gambar 22
16 Tahap II gambar 23 Yang termasuk kategori kesalahan fatal yang dimaksud adalah seperti pada jawaban terakhir yang diberikan oleh kelompok III pada soal nomor 1 tahap I dan pada soal nomor 2 tahap I yang diberikan oleh kelompok 1. Selain dalam permainan, kesalahan fatal juga diberikan oleh siswa pada tugas individu seperti pada gambar 17 dan gambar 18. Jawaban-jawaban yang diberikan siswa sama sekali tidak ada hubungannya dengan jumlah perangko dan harganya. - Kesalahan dalam menjumlahkan Kesalahan dalam sistem penjumlahan seperti yang terjadi pada Tahap I yang diberikan oleh kelompok I, yaitu mengelompokan perangko dalam 2 bagian yang masing-masing terdiri dari 4 perangko sehingga terlihat Namun terliha siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan penjumlahan dalam waktu yang relatif cepat, sehingga masih terdapat kesalahan dalam penjumlahan. - Kesalahan dalam melakukan operasi Perkalian Tampak dalam jawaban pada soal kedua Tahap pertama bahwa siswa menulis ( 6 x 7 = 24), soal nomor 3 tahap 2 (6 x 4 = 42, 6 x 4 = 47). Selain hasil perkaliannya yang salah, pada jawaban ini terjadi kesalahan konsep tentang hubungan antara operasi perkalian dan penjumlahan.
17 - Kesalahan dalam konsep perkalian. Kesalahan dalam konsep perkalian dapat dilihat pada jawaban siswa kelompok kelompok II soal 1 tahap 1, jawaban siswa kelompok II, III soal II tahap 2, dan jawaban siswa kelompok 2 soal nomor 2 tahap 2 serta gambar 16 untuk tugas individu. Kesalahan dalam memahami hubungan antara konsep perkalian dan penjumlahan berulang, lihat Jawaban siswa pada soal no 1 tahap IV.
18 Berikut adalah data dari 4 jenis kesalahan yang lakukan siswa dalam perhitungan untuk menentukan harga keseluruhan perangko yang tertera pada surat pada tugas mandiri. Tahap I Jawaban Tahap Tahap III Nama Siswa II dan III F + x K B F x K B F + x K B Wahyu M- Rizki M. Maulana Pipitan Rido Fahri Daffa Tino Setiawan Syarah M. Yuda Dival Al Dini Titin Nuriyati Wita Triana Raga Rachma Wahyuni Esra Napya Rezq Total F X 1 K 27 B 56
19 Perbandingan antara jenis kesalahan F Jumlah Kali Konsep Benar KESIMPULAN Siswa-siswi kelas V sangat anthusias dalam melakukan permainan melalui sebuah perlombaan, sehingga semua siswa dapat mengikuti permainan dengan baik. Berdasarkan Data di atas, baik melalui permainan maupun tugas mandiri, maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa kelas VA SDN 119 Palembang yang melakukan kesalahan dalam menghitung jumlah perangko. Tabel di atas menunjukkan bahwa tipe kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan yang berhubungan dengan konsep perkalian yang mencapai 27% atau hampir ¼ dari jumlah siswa kelas V A SDN 119 Palembang. Meskipun kelihatan bahwa banyak siswa yang menjawab dengan benar, tetapi kebanyakan siswa menyumbang jawaban yang benar pada tahap I dan III yang memberikan kebebasan kepada siwa untuk memilih cara dalam menentukan harga perangko, dan pada tahap ini, kebanyakan siswa memilih cara penjumlahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terdapat hampir sebagian siswa kelas 5 yang belum memahami konsep perkalian. Selain itu, masih banyak
20 juga siswa yang menyumbang kesalahan fatal yaitu sebanyak 16% atau hampir mencapai 1/7 dari jumlah siswa kelas V A SDN 119, sedangkan kesalahan dalam perhitungan seperti penjumlahan dan perkalian hanya dilakukan oleh sedikit siswa yang mungkin diakibatkan oleh faktor waktu yang relatif cepat.
21
Laporan Observasi 4 di SDN 117 Palembang pada Tanggal 7 Oktober 2010
Laporan Observasi 4 di SDN 117 Palembang pada Tanggal 7 Oktober 2010 a. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan menggunakan acuan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di sekolah-sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan tujuan pendidikan, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam pembukaan
Lebih terperinciPENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:
PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Uang adalah salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber-sumber daya pendidikan yang tersedia. pendidikan juga mengalami dinamika yang semakin lama semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam pengembangan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting artinya, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Pendidikan sangat penting artinya, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru dunia, dan dipelajari pada setiap tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciMENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh:
MENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Geometri adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelajaran yang lain itupun siswa juga belum paham. Ukuran tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran bidang studi matematika bagi siswa sekolah dasar dianggap mata pelajaran yang paling sulit dan menakutkan, sehingga menjadi momok bagi sebagian siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mempelajari Matematika berarti belajar mengemukakan, merumuskan, menentukan hubungan antara konsep-konsep, menyusunnya dalam suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu pranata sosial yang memiliki tugas khusus untuk menyelenggarakan pendidikan. Sekolah Dasar merupakan tempat paling dasar sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari waktu jam pelajarannya yang lebih banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus menerus telah dilakukan dengan baik secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran strategis dari matematika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. Fisika merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta
Lebih terperinciPendahuluan. Rumusan Masalah Observasi
Pendahuluan Salah satu prinsip dari ketiga prinsip PMRI adalah pengembangan model mandiri (self develop model) yang berfungsi menjembatani jurang antara pengetahuan matematika tidak formal dengan matematika
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Noborejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan subjek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa. diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa lebih mengetahui tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari masalah pendidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan
Lebih terperinciMENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:
MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Bangun datar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketentuan yang baku, akan tetapi pendidikan formal biasanya dilakukan di. dalam kegiatannya mempunyai acuan-acuan yang baku.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha manusia yang dilakukan secara terus-menerus sejak lahir hingga pada akhir hayat. Pendidikan memungkinkan manusia untuk menjadi
Lebih terperinciAYO MENABUNG!! Oleh: Sylvana Novilia S. A. Pendahuluan
AYO MENABUNG!! Oleh: Sylvana Novilia S A. Pendahuluan Pada hari Selasa, 20 September 2011 saya dan Christi Matitaputty mengunjungi SDN 21 Palembang untuk mempraktekkan pembelajaran PMRI bersama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat
Lebih terperinciMINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:
MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, operasi penjumlahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar memegang peranan vital dalam pendidikan dan proses pengajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang tak bisa terpisah dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan menentukan model manusia yang akan dibentuknya. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2006 disebutkan
Lebih terperincidengan adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di tersebut. Guru menjadi penggerak untuk melaksanakan proses pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan tentang Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan masalah, Perumusan masalah, Tujuan penelitian, dan Manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian yang terpenting dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ini matematika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih memerlukan
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : MAYA NURHAYATI
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN CONTINUE LEARNING DAN TEAM QUIZ TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII SEMESTER II SMP N 2 GONDANG SRAGEN SKRIPSI
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENGURANGAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENGURANGAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500 Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan merupakan salah hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka siswa akan memiliki rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang cerdas dapat diukur dari mutu dan kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, ini berarti bahwa manusia berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abstrak dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan eksak yang istimewa, memiliki keteraturan, terorganisir secara sistematik, yang mempelajari tentang bilangan, logika, ruang,
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI Fitrianty Munaka 1, Zulkardi 2, Purwoko 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal, sangat banyak kegunaan penerapannya dalam kegiatan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya universal, sangat banyak kegunaan penerapannya dalam kegiatan kehidupan manusia sehari-hari.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat dan terarah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan hal penting yang wajib dilakukan oleh oleh seorang siswa sebagai pelajar, namun tidak sedikit siswa memandang belajar sebagai sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains pada sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fenomena-fenomena alam dan yang terjadi di alam. Secara umum istilah sains memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan berkualitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan. Lulusan-lulusan itu diharapkan dapat bersaing di zaman modern,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan formal di Indonesia terdiri dari tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Karakteristik siswa pada pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi dunia pendidikan yang terlihat dari fasilitas teknologi yang dapat memperluas pengetahuanpengetahuan siswa. Namun, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan metode Penelitian
Lebih terperinciBAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data 1. Deskripsi Lokasi an an ini mengambil lokasi di SDLB Negeri Panggungsari yang terletak di Desa Panggungsari, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa adalah keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan suatu bangsa adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Tardif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan siswa sekarang maupun masa yang akan datang. dengan perkembangan zaman. Di SDN Semampir mata pelajaran Bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, sehingga peajaran Bahasa Indonesia sangat penting bagi kehidupan siswa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat berjalan apabila siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai ilmu dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan data hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Karena komunikasi dapat mempermudah interaksi antara guru dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang
Lebih terperinciPenerapan Metode Permainan Kotak Pesan Bermedia Kartu Perkalian Berwarna dalam Pembelajaran Matematika
Penerapan Metode Permainan Kotak Pesan Bermedia Kartu Perkalian Berwarna dalam Pembelajaran Matematika BEST PRACTICE Oleh Yuliati, S.Pd KELOMPOK KERJA GURU Gugus I Ganeas 1 Best Practice Judul: Penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram dan persamaan semakin menjadikan pembelajaran matematika sebagai suatu kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting dan semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengajaran kemudian diterjemahkan oleh guru dalam. sekolah-sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Para siswa memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pengajaran merupakan jembatan yang menghubungkan materi berada dalam setiap tingkatan pendidikan dengan siswa sebagai obyek atau input pendidikan, tidak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang, penguasaan terhadap matematika merupakan salah satu keharusan. Sebab selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha menguasai dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK) diperlukan amber daya manusia yang berkemampuan tinggi. Wadah kegiatan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang IPA atau sains merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam dengan segala isinya. Pendidikan IPA atau sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciLAPORAN PRA OBSERVASI
LAPORAN PRA OBSERVASI Oleh : Nikmatul Husna (nikmatulhusna13@gmail.com) Sri Rejeki (srirejeki345@rocketmail.com) A. Pendahuluan Proses belajar mengajar adalah serangkaian kegiatan antara guru dan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai jenjang pendidikan dasar. Matematika timbul karena olah pikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekarang ini sedang digalakan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting dilakukan adalah dengan pendidikan.
Lebih terperinciMELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :
MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan modal utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti memahami konsep untuk setiap soal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis yang pada kenyataannya tidak cukup memenuhi kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sikap mengubah perilaku seseorang menuju lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sikap mengubah perilaku seseorang menuju lebih baik dari perilaku sebelumnya. UUSPN tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di bidang Geografi dapat dilaksanakan melalui perbaikan dan perubahan kurikulum, guru, metode pembelajaran,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan pembangunan suatu bangsa guna meningkatkan daya saing terhadap tantangan kemajuan zaman saat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cita manusia yang berkualitas, juga melatih ketrampilan di dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai wadah untuk berlatih, berkreasi mewujudkan cita cita manusia yang berkualitas, juga melatih ketrampilan di dalam bidang tertentu. Tuntutan
Lebih terperinci