OPTIMASI PENINGKATAN JUMLAH FREKUENSI PENERBANGAN PADA ARMADA PESAWAT CRJ1000 NEXTGEN (STUDI KASUS: PT GARUDA INDONESIA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PENINGKATAN JUMLAH FREKUENSI PENERBANGAN PADA ARMADA PESAWAT CRJ1000 NEXTGEN (STUDI KASUS: PT GARUDA INDONESIA)"

Transkripsi

1 OPTIMASI PENINGKATAN JUMLAH FREKUENSI PENERBANGAN PADA ARMADA PESAWAT CRJ1000 NEXTGEN (STUDI KASUS: PT GARUDA INDONESIA) Amar Rachman 1, Annisa 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok Tel: (021) ext 51. Fax: (021) amar@ie.ui.ac.id, annisa91@ui.ac.id Abstrak Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik menjadi salah satu sumber peningkatan terhadap jasa penerbangan khususnya maskapai PT Garuda Indonesia yang mengalami peningkatan penumpang sebesar 14,3% dari tahun 2011 berjumlah 12,2 juta penumpang dan ditahun 2012 berjumlah 13.9 juta penumpang. Sejalan dengan program pemerintah MP3EI PT Garuda Indonesia ikut mengembangkan perekonomian melalui pembangunan hub-hub baru untuk mengakomodasi pasar di Indonesia bagian timur yang tumbuh sebesar 10.4% pada tahun 2012 dan menjadikan Makassar sebagai homebase pesawat CRJ1000 Nextgen. Oleh karena itu, penelitian ini membahas peningkatan frekuensi armada pesawat CRJ1000 Nextgen yang melayani rute penerbangan wilayah Indonesia timur dengan menggunakan metode program linier integer. Hasil akhir dari studi ini adalah sebuah usulan jadwal penerbangan dengan peningkatan beberapa rute penerbangan yang memberikan nilai jam terbang yang optimal. Dalam pencapain hasil akhir dilakukan proses mengubah model matematis pure integer linear programming (PILP) kedalam bahasa pemprograman menggunakan software LINGO Kata Kunci: Optimasi, Frekuensi, Pesawat, PILP, Rute. Abstract Indonesia s economic growth continued to improve become one of the sources of increase in flight sevices especialli PT Garuda Indonesia airline increased 14.3% of passangers in million passengers and the year million passengers. In line with the government programs MP3EI, PT Garuda Indonesia participated in developing the economy through the development of new hubs to accommodated market in eastern Indonesia, that grew 10.4% in 2012 and made Makassar as a homebase CRJ1000 Nextgen aircraft. The focus of this studi is a new flight schedule to increase in routes that provide optimal value of flight hours. To achieve the goals, the process of transforming an integer linear programming model into a programming language using the software LINGO Keywords: Aircraft, Frequency, Optimization, PILP, Routing. 1. PENDAHULUAN Besarnya potensi industri penerbangan dalam negeri disetujui Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik ikut mendukung perkembangan industri penerbangan. Pertumbuhan positif pasar penerbangan di kawasan Asia Pasifik dirasakan oleh Indonesia. Asosiasi Angkutan Udara Internasional (International Air Transportation Association/IATA) memperkirakan selama periode laju pertumbuhan penerbangan dalam negeri bisa mencapai 10 persen per tahun. Pada tahun 2014, IATA memprediksi jumlah penumpang domestik sebesar 38,9 juta orang. Pertumbuhan penumpang pesawat udara dalam negeri pada tahun 2012 sebesar 20,4 juta orangmenigkat 19,6% dari tahun 2011 yang hanya 17,1 juta orang (Prakarsa, 2012).

2 Perkembangan pasar penumpang PT Garuda Indonesia mengalami peningkatan 14,3% dari tahun 2011 berjumlah 12,2 juta penumpang dan ditahun 2013 berjumlah 13,9 juta penumpang. Bagi Garuda Indonesia penambahan kapasitas di tahun 2012 diikuti dengan perbaikan tingkat load factor seiring dengan penambahan flight frequency yang dilakukan sepanjang tahun Untuk Indonesia bagian Timur, PT Garuda Indonesia membangun Makassar sebagai hub baru untuk mengakomodasi pasar di Indonesia bagian Timur yang tumbuh sebesar 10,4%. Disamping itu efektif sejak bulan oktober 2012 mulai dioperasikannya pesawat baru CRJ1000 Nextgen. Dalam memperkuat posisi Garuda Indonesia di pasar Indonesia bagian Timur, selain dengan pengoperasian CRJ1000 Nextgen, juga telah dilakukan penambahan frekuensi pada rute-rute yang pertumbuhan pasarnya cukup menjanjikan. Untuk wilayah timur ASK (Available Seat Kilometer) yang dialokasikan mencapai 25,1% dari total ASK tahun Untuk area ini, upaya yang dilakukan untuk memperkuat posisi di pasar adalah melalui penambahan frekuensi dan penambahan rute baru [1]. Gambar Error! No text of specified style in document. Pertumbuhan Pasar Penerbangan dan Kontribusi ASK tahun 2012 Penjadwalan industri penerbangan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk faktor Internal seperti ketersediaan sumber daya (armada pesawat, pilot, co-pilot, dan awak pesawat) yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk faktor Eksternal yang mempengaruhi penjadwalan penerbangan seperti customer preferences terhaddap jam penerbangan tertentu. Penentuan jadwal penerbangan untuk ditingkatkan frekuensinya perlu dilakukan pertimbangan dan analisis terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi khususnya yang

3 berhubungan dengan aspek operasional. Aspek Operasional yang mempengaruhi untuk peningkatan frekuensi penerbangan antara lain rute dan jadwal penerbangan, jumlah armada pesawat, waktu tempuh tiap rute, dan waktu operasa bandar udara. Pada penelitian ini, optimasi peningkatan jadwal penerbangan dilakukan dengan memaksimalkan jumlah frekuensi penerbangan pesawat. 2. TINJAUAN LITERATUR Penjadwalan pada industri penerbangan (airline scheduling) merupakan suatu upaya perencanaan suatu sistem pola penerbangan yang mampu memberikan jasa pelayanan secara optimum, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Produk utama suatu maskapai penerbangan adalah jasa pelayanan dalam bentuk aktivitas penerbangan antara Dua kota yang berbeda. Untuk melakukan satu aktivitas penerbangan diperlukan sumber daya seperti sebuah pesawat, pilot, co-pilot, satu grup awak pesawat, bandara asal, bandara tujuan, serta ijin untuk lepas landas dan mendarat di kedua bandara tersebut pada waktu yang tertentu. Masalah penjadwalan penerbangan terdiri dari beberapa sub-masalah yang berinteraksi satu sama lain, hal ini menyebabkan masalah penjadwalan merupakan persoalan yang besar dan kompleks. Maka dalam prakteknya, persoalan penjadwalan dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu [3]: Programa Linier Integer, biasa disebut Programa Integer (Integer Programming atau IP), adalah model programa linier yang memiliki batasan variabel keputusan berupa nilai bilangan bulat (integer). Program Integer juga terdiri dari tiga elemen [2] : Variabel keputusan, yaitu solusi layak yang ingin dicari oleh model. Layak berarti memenuhi semua kendala dalam model. Variabel keputusan (decision variable) umumnya berbentuk : x1,x 2,x3,...,xn Tujuan berupa persamaan atau fungsi tujuan yang ingin dioptimalkan untuk memperoleh solusi yang optimal. Pengoptimalan dilakukan dengan cara memaksimalkan atau meminimalkan fungsi. Fungsi tujuan (objective function) dapat berbentuk : Minimize : z( x) = Maximize : z( x) = n i= 1 n i= 1 cixi cixi

4 dimana c i adalah konstanta dan x i adalah variabel keputusannya. Kendala, merupakan batasan nilai yang harus dipenuhi oleh variabel keputusan. Kendala (constraint) dapat berbentuk : persamaan (equality constraint) g i(x) = bi pertidaksamaan (inequality constraint) g (x) i bi g (x) i bi atau dimana g i (x) merupakan fungsi yang berisi variabel keputusan dan disebut fungsi kendala (constraint function). Sedangkan b i adalah nilai konstanta yang disebut right hand side constant atau RHS constant. Programa Integer dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu [4]: 1. Programa Integer Murni (Pure Integer Programming), bila semua variabel keputusan harus mengambil solusi nilai bilangan bulat. Misalnya, jumlah pekerja, jumlah mesin dan sebagainya. 2. Programa Integer 0 1 (0 1 Integer Programming), merupakan programa integer murni dimana seluruh variabel keputusan dibatasi oleh nilai batas bawah (lower bound) = 0 dan nilai batas atas (upper bound) = 1. IP jenis ini sering diaplikasikan dalam persoalan yes-or-no decisions. Dalam pengambilan keputusannya hanya ada dua kemungkinan pilihan yaitu yes atau no. Maka variabel keputusannya dapat dibatasi juga pada dua nilai, yaitu 0 dan 1. Variabel di atas sering disebut binary variables (variabel 0 1). Sehingga persolan IP yang hanya mencakup variabel biner sering disebut Binary Integer Programming (BIP). 3. Programa Integer Campuran (Mixed Integer Programming atau MIP), bila dalam model terdapat beberapa variabel kontinu dan variabel integer. Variabel integernya dapat berupa variabel biner atau variabel integer biasa. 4. METODE PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan untuk meningkatkan jumlah penerbangan dan menentukan jadwal penerbangan pada armada pesawat CRJ1000 NEXTGEN, dibutuhkan beberapa data yang digunakan untuk mendapatkan solusi optimal, yaitu: Spesifikasi pesawat CRJ1000 Nextgen

5 Jadwal dan rute penerbangan pesawat CRJ1000 NEXTGEN Waktu terbang (Flight Time) masing-masing rute Spesifikasi bandara udara Berikut Model Matematika yang digunakan: 1. Indeks: i, menunjukkan kode tujuan; j, menunjukkan hari ke j; k, menunjukkan pesawat ke k; l, menunjukkan leg ke l ; Range nilai masing-masing indeks di atas adalah : i {1, 2, 3,..., 13}; j {1, 2, 3,..., 7}; k {1, 2, 3, 4}; l {1, 2, 3,..., 8}; 2. Variabel Keputusan: X ijkl {1,0}; dimana X ijkl = 1 bila kode ke i pada hari ke k dengan pesawat ke j untuk leg penerbangan ke l. Sedangkan X ijkl = 0 bila sebaliknya. 3. Fungsi Tujuan: Max. Z = i j k l C Dimana : C i merupakan waktu terbang pesawat dari kode ke i i B i X ijkl B i merupakan bobot dari load factor. 4. Kendala: Kendala pesawat paling lama terbang 10 jam terbang Peningkatan frekuensi penerbangan harus memperhatikan jam operasi maksimum pesawat terbang supaya tidak melampaui jam terbang maksimum pesawat per hari. i l C i Xijkl 600 untuk: j, k

6 Garuda Indonesia membatasi Aircraft Time Available untuk pesawat CRJ1000 Nextgen adalah selama 10 jam atau 600 menit per hari. Kendala total operasi pesawat perhari untuk: C i X ijkl + i j k n i j k n j, k 45( Xjiklmn 1) 1080 Dimana semua pesawat k pada leg l dan ground time memiliki total perhari maksimal 18 jam perhari. Kendala jumlah frekuensi yang dilalui tiap flight legs Untuk semua pesawat dan rute, kecuali rute DPS-SUB, SUB-DPS k l X ijkl 1 untuk: j, k Untuk semua pesawat dan rute DPS-SUB, SUB-DPS k l X ijkl 3 untuk: j, k untuk DPS-SUB, SUB-DPS Kendala leg penerbangan sebuah pesawat operasi Semua pesawat CRJ1000 yang melayani rute wilaya Timur memiliki homebase di Makassar (UPG). Jadi untuk setiap rute, pesawat berangkat dari UPG pada leg pertama dan kembali ke UPG pada akhir leg penerbangannya. i i X ijk 1 =1 untuk: j, k X ijk 8 = 0 untuk: j, k 4. HASIL Rute penerbangan yang ingin ditingkatkan kuantitasnya dilihat dari berapa banyak kapasitas penumpang yang terisi dalam sekali penerbangan yang disebut dengan load factor. Untuk data load factor tidak bisa dilampirkan sesuai dengan perjanjian dengan PT Garuda Indonesia. Untuk mempermudah mengolah data pada software LINGO, maka perlu diberikannya kode flight legs untuk setiap rute penerbangan. Berikut rincian mengenai kode flight legs pada tabel 1.

7 Tabel 1. Kode Flight Legs setiap rute Flight Legs UPG - PLW PLW - UPG UPG - BPN BPN - UPG BPN - TRK TRK - BPN BPN - JOG JOG - BPN UPG - DPS DPS - UPG DPS - JOG JOG - DPS DPS - SUB SUB - DPS UPG - KDI KDI - UPG UPG - MDC MDC - UPG UPG - SUB SUB - UPG UPG - LOP LOP - UPG LOP - SUB SUB - UPG SUB - SRG SRG - SUB Kode Flight Legs A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2 E1 E2 F1 F2 G1 G2 H1 H2 I1 I2 J1 J2 K1 K2 L1 L2 M1 M2 Optimasi peningkatan jumlah penerbangan pada armada pesawat CRJ1000 Nextgen pada PT Garuda Indonesia dihasilkan dari metode Pure Integer Linear Programming dengan menggunakan software LINGO 13.O. Dan hasil optimum yang diperoleh dalam model ini merupakan global optimum yang merupakan solusi menyeluruh yang layak dimana nilai objektifnya merupakan nilai terbaik diantara semua solusi yang layak. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang menggunakan software LINGO Terdapat Empat hasil pengolahan data yaitu hasil jadwal penerbangan pada 10 flight hour untuk 4 pesawat, hasil jadwal penerbangan pada 10 flight hour untuk 5 pesawat, hasil jadwal penerbangan pada 11 flight hour untuk 4 pesawat, hasil jadwal penerbangan pada 11 flight hour untuk 5 pesawat.

8 Dari hasil pengolahan diketahui beberapa rute yang mengalami peningkatan frekuensi penerbangan. Berikut hasil perbandingan antara frekuensi penerbangan masing-masing rute sebelum optimasi dan sesudah optimasi dengan menggunakan 4 pesawat dan 5 pesawat pada tabel 2 untuk 10 flight hour dan tabel 3 perbandingan jumlah frekuensi untuk 11 flight hour. Tabel 2. Jumlah Frekuensi Penerbangan setiap hari untuk 10 Flight hour. NO Flight Legs Frekuensi Per Hari Awal 4 Pesawat 5 Pesawat 1 UPG - PLW PLW - UPG UPG - BPN BPN - UPG BPN - TRK TRK - BPN BPN - JOG JOG - BPN UPG - DPS DPS - UPG DPS - JOG JOG - DPS DPS - SUB SUB - DPS UPG - KDI KDI - UPG UPG - MDC MDC - UPG UPG - SUB SUB - UPG UPG - LOP LOP - UPG LOP - SUB SUB - LOP SUB - SRG SRG - SUB Dari Tabel 2 diketahui ada beberapa rute penerbangan yang mengalami peningkatan frekuensi yaitu untuk 4 pesawat rute DPS-SUB, SUB-DPS mengalami peningkatan menjadi 4 kali penerbangan per hari dari sebelumnya 2 kali penerbangan. Dan untuk penambahan pesawat menjadi 5, mengalami peningkatan 5 kali penerbangan per hari untuk rute DPS-

9 SUB, SUB-DPS, 3 kali penerbangan perhari untuk rute LOP-SUB, SUB-LOP, dan 2 kali penerbangan untuk rute UPG-KDI, KDI-UPG. Tabel 3. Jumlah Frekuensi Penerbangan setiap hari untuk 11 Flight hour NO Flight Legs Frekuensi per Hari 4 Pesawat 5 Pesawat 1 UPG - PLW PLW - UPG UPG - BPN BPN - UPG BPN - TRK TRK - BPN BPN - JOG JOG - BPN UPG - DPS DPS - UPG DPS - JOG JOG - DPS DPS - SUB SUB - DPS UPG - KDI KDI - UPG UPG - MDC MDC - UPG UPG - SUB SUB - UPG UPG - LOP LOP - UPG LOP - SUB SUB - LOP SUB - SRG SRG - SUB 1 1 Dari tabel diatas untuk 4 pesawat rute DPS-SUB, SUB-DPS mengalami peningkatan menjadi 4 kali penerbangan, dibandingkan dengan 4 pesawat pada 10 FH jumlah frekuensi penerbangan setiap rutenya sama namun terlihat perbedaan pada total jam terbangnya. Untuk 5 pesawat, rute penerbangan yang mengalami peningkatan seperti BPN-JOG, JOG-BPN menjadi 2 kali penerbangan setiap hari nya,rute UPG-SUB,SUB-UPG menjadi 2 kali penerbangan, UPG-MDC, MDC-UPG menjadi 3 kali penerbangan setiap harinya, dan DPS- SUB, SUB-DPS menjadi 4 kali penerbangan. Untuk rute DPS-SUB, SUB-DPS pada 4

10 pesawat dan 5 pesawat memiliki jumlah frekuensi perhari yang sama, tidak ada perubahan atau penigkatan. 5. PEMBAHASAN Dengan bertambahnya frekuensi penerbangan perhari maka total waktu operasi armada pesawat CRJ1000 Nextgen meningkat. Berikut tabel 4 untuk rincian waktu kondisi awal dan rincian waktu hasi optimasi dengan menggunakan 4 pesawat dan 5 pesawat pada 10 Flight hour dan tabel 5 untuk rincian total waktu untuk 4 pesawat dan 5 pesawat pada 11 flight hour. Tabel 4. Total Waktu Jam Terbang pada 10 Flight hour Pesawat Hari Jam Terbang (Menit) Awal 4 Pesawat 5 Pesawat Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis

11 Jumat Sabtu Minggu Senin 550 Selasa 560 Rabu Kamis 585 Jumat 560 Sabtu 555 Minggu Tabel 5. Rincian Waktu Jam Terbang pada 11 Flight hour Pesawat Hari Jam Terbang (Menit) 4 Pesawat 5 Pesawat Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa

12 5 Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin 600 Selasa 620 Rabu 620 Kamis 645 Jumat 600 Sabtu 645 Minggu Dari tabel total waktu jam terbang tiap pesawat selama seminggu pada 10 flight hour mengalami kenaikan setelah dilakukannya peningkatan frekuensi yang didasarkan pada load factor tiap rute. Begitu juga untuk total waktu jam terbang pada 11 flight hour. Secara umum, total waktu jam terbang untuk armada pesawat CRJ1000 Nextgen mengalami peningkatan setelah rute hasil optimasi di implementasikan dengan membuat susunan jadwal penerbangan baru. Terlihat dari jadwal penerbangan sebelumnya dimana masih ada beberapa leg penerbangan yang belum terisi. Sehingga dengan dilakukannya optimasi peningkatan ini, semua leg penrbangan untuk setiap pesawat telah terisi semua sehingga ada beberapa rute yang mengalami kenaikan. Untuk presentase utilitas pesawat dapat dihitung dengan membagi jumlah waktu operasi pesawat dengan Aircraft Time Available pesawat tersebut. Dan nilai actually flight hours adalah jumlah jam operasi pesawat secara keseluruhan serta nilai aircfart time available per pesawat adalah 10 jam terbang perhari. Utilitas pesawat yang dihitung adalah keadaan awal dan setelah optimasi dengan 4 pesawat. actually flight hours Utilizatio n Percentage = x100% aircraft time available Berikut total waktu operasi tiap pesawat sebelum optimasi dan sesudah optimasi mengalami kenaikan pada tabel 6 semua pesawat mengalami peningkatan sebesar 350 menit untuk pesawat 1, 490 menit untuk pesawat 2, 370 menit untuk pesawat 3, dan 330 menit untuk pesawat 4.

13 Tabel 6. Perbandingan Waktu Operasi Tiap Pesawat Pesawat Sebelum Optimasi Setelah Optimasi Utilitas per minggu Utilitas per minggu Dari hasil persentasi utilitas pada tabel 7 semua pesawat mengalami peningkatan sebesar 8.33% untuk pesawat 1, 11.67% untuk pesawat 2, 8.81% untuk pesawat 3, dan 7.86% untuk pesawat 4. Tabel 7. Hasil Persentase Utilitas Tiap Pesawat Pesawat Seblum Optimasi Setelah Optimasi % 95.24% % 96.43% % 96.90% % 95.24% 6. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan tujuan awal penelitian yang ingin dicapai. Dengan peningkatan waktu terbang armada pesawat CRJ1000 Nextgen maka masing-masing pesawat hampir memenuhi maksimal jam terbang yaitu 10 jam terbang untuk 4 pesawat, serta mengalami kenaikan frekuensi di rute DPS-SUB, SUB-DPS menjadi 4 kali penerbangan sehari dari sebelumnya hanya 2 kali penerbangan untuk rute tersebut. Dengan adanya optimasi terhadap penignkatan jumlah jam terbang pada pesawat CRJ1000 Nextgen, maka diperoleh peningkatan utilitas waktu operasi untuk masing-masing pesawat sebesar 8.33% untuk pesawat 1, 11.67% untuk pesawat 2, 8.81% untuk pesawat 3, dan 7.86% untuk pesawat 4. Dengan penambahan satu armada pesawat yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka diasumsikan maksimal jam terbang untuk pesawat CRJ1000 Nextgen menjadi 11 jam terbang untuk 5 pesawat, sehingga ada beberapa rute yang mengalami kenaikan frekuensi penerbangan. Untuk DPS-SUB, SUB-DPS sehari menjadi 4 kali penerbangan, BPN-JOG, JOG-BPN menjadi 2 kali penerbanga sehari, UPG-SUB, SUB-UPG menjadi 2 kali penerbangan sehari, dan 3 kali penerbangan sehari untuk rute UPG-MDC, MDC-UPG.

14 7. SARAN Untuk penyempurnaan penelitian ini selanjutnya, saran yang dapat dipertimbangkan adalah mengenai penambahan rute untuk penerbangan CRJ1000 Nextgen sehingga bisa menjangkau seluruh daerah yang ada di Indonesia khususnya wilayah timur dengan melihat ketersediaan fasilitas bandara. Dan juga peningkatan untuk tipe pesawat PT Garuda Indonesia lainnya. Kesimpulan dari hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah frekuensi penerbangan untuk pesawat baru PT Garuda Indonesia dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk menambah armada pesawat untuk kemudian hari. Referensi [1] Garuda Indonesia Laporan Tahunan Diunduh dari pada tanggal 01 Juli 2013 [2] Hillier, Frederick S. dan Gerald J. Lieberman Introduction to Operations Research, 7 th ed., McGraw Hill, New York. [3] Meehan, Rochelle. 1999, Flight Schedule Optimisation for Air New Zealand s International Fleet, Department of Engineering Science University of Auckland, New Zealand. [4] Taha, Hamdy A. 1997, Operations Research, 6 th ed., Prentice Hall Inc., New Jersey.

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING Anik Perwita Sari dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) Amar Rachman 1, Dwi Laras Pristiwati 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI

OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI OPTIMASI RUTE PENERBANGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PT CITILINK ELYSA FITRIYANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat 3 jenis jalur transportasi, transportasi melalui darat, laut dan udara. Transportasi dari setiap jalur juga mempunyai banyak jenis, seperti

Lebih terperinci

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

INTEGER PROGRAMMING. Widha Kusumaningdyah, ST., MT 2012

INTEGER PROGRAMMING. Widha Kusumaningdyah, ST., MT 2012 INTEGER PROGRAMMING Widha Kusumaningdyah, ST., MT 2012 INTEGER PROGRAMMING INTRODUCTION INTEGER PROGRAMMING (IP) Untuk permasalahan optimasi dengan beberapa atau semua variabel keputusan bernilai bulat(integer).

Lebih terperinci

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM 3.1 Identifikasi Penelitian Kebutuhan manusia terhadap transportasi semakin lama semakin meningkat, terutama kebutuhan akan transportasi udara, yaitu pesawat terbang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA

KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA KEBUTUHAN FREKUENSI PENERBANGAN RUTE JAKARTA JOGYAKARTA JAKARTA PT INDONESIA AIR ASIA MB Tampubolon Eddy Suhaedi Robby Ariyanto STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti stmt@indosat.net stmt@indosat.net

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN ARMADA PESAWAT TERBANG SUZI SEHATI

OPTIMASI PENJADWALAN ARMADA PESAWAT TERBANG SUZI SEHATI OPTIMASI PENJADWALAN ARMADA PESAWAT TERBANG SUZI SEHATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS

APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS Anita T. Kurniawati 1 dan Maskur Teknik Informatika ITATS, Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya Email 1 : anitateku@yahoo.com

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesawat terbang merupakan salah satu sarana angkutan umum yang sering digunakan banyak orang, dikarenakan lebih mengefisiensi waktu dalam bepergian. Faktanya,

Lebih terperinci

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Dosen: Didin Astriani Prassetyowati, M.Stat Silabus MATAKULIAH TI214 TEKNIK RISET OPERASI (2 SKS) TUJUAN Agar mahasiswa

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN

PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB RUHIYAT 1, F. HANUM 1, R. A. PERMANA 2 Abstrak Jadwal mata kuliah mayor-minor yang tumpang

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI -202 Nama Mata Kuliah : Model Deterministik Jumlah SKS : 2 Semester : III

SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI -202 Nama Mata Kuliah : Model Deterministik Jumlah SKS : 2 Semester : III SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI -202 Nama Mata Kuliah : Model Deterministik Jumlah SKS : 2 Semester : III Mata Kuliah Pra Syarat : Pengantar Teknik Industri Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA

MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA MASALAH GROUND-HOLDING DENGAN DUA TERMINAL DALAM PENGENDALIAN LALU LINTAS UDARA W. PRASETYO 1, F. HANUM 2, P. T. SUPRIYO 2 Abstrak Setiap maskapai penerbangan memiliki strategi untuk meminimumkan biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, sering kali segala sesuatu dituntut serba cepat. Di negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, banyak hal yang dituntut tepat waktu untuk

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PENGGUNAAN PROGRAM INTEGER 0-1 UNTUK PENYUSUNAN JADUAL PEMBELAJARAN BAGI SISWA DAN GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Elizabeth Fidela Felicia 1), Lilik Linawati 2), Tundjung Mahatma ) 1,2,) Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK PROSES PRODUKSI BUKU PAD DENGAN INTEGER PROGRAMMING

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK PROSES PRODUKSI BUKU PAD DENGAN INTEGER PROGRAMMING PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK PROSES PRODUKSI BUKU PAD DENGAN INTEGER PROGRAMMING William Goenardi* dan Abdullah Shahab** *PT. HM Sampoerna, Tbk. Jl. Rungkut Industri Raya 18, Surabaya e-mail: william_goenardi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA

BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA BAB II MAKALAH PENELITIAN PERTAMA Makalah ini telah diseminarkan pada: Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VII Pemberdayaan Manusia dan Alam yang Berkelanjutan Melalui Sains, Matematika dan Pendidikan

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri TIN 4103

Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Lecture 10 Outline: Penelitian Operasional References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The McGraw-Hill Companies,

Lebih terperinci

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil.

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil. Formulasi dengan Lindo Dasar-dasar Optimasi Optimasi Linier Interpretasi Hasil Lindo diambil dari buku Introduction to Operations Research, Sixth Edition, Frederick S Hillier, Gerald J Lieberman, McGraw-Hill,

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENAFSIRAN HASILNYA DI DALAM PEMROGRAMAN LINIER DENGAN PERANGKAT LUNAK MANAGEMENT SCIENTIST VERSI 6.0

ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENAFSIRAN HASILNYA DI DALAM PEMROGRAMAN LINIER DENGAN PERANGKAT LUNAK MANAGEMENT SCIENTIST VERSI 6.0 ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENAFSIRAN HASILNYA DI DALAM PEMROGRAMAN LINIER DENGAN PERANGKAT LUNAK MANAGEMENT SCIENTIST VERSI 6.0 Djoni Dwijono Abstrak Analisis Sensitivitas di dalam Pemrograman Linier memegang

Lebih terperinci

Dasar-dasar Optimasi

Dasar-dasar Optimasi Dasar-dasar Optimasi Optimasi Linier Interpretasi Hasil Lindo diambil dari buku Introduction to Operations Research, Sixth Edition, Frederick S. Hillier, Gerald J. Lieberman, McGraw-Hill, Inc., International

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2937 PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. SCHEDULING OF TEA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. ANALISA PERGERAKAN PESAWAT 4.1.1. Data pergerakan pesawat Data yang digunakan dalam menganalisa kebutuhan apron adalah data pergerakan pesawat dimana idealnya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih (2) Husty Serviana Husain (2) ABSTRAK

Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih (2) Husty Serviana Husain (2) ABSTRAK MODEL OPTIMASI PENJADWALAN KERETA API (Studi Kasus pada Jadwal Kereta Api di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 2 Bandung Lintasan Bandung-Cicalengka) Oleh: Dwi Agustina Sapriyanti (1) Khusnul Novianingsih

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN Sakti Adji Adisasmita 1, Syafruddin Rauf 1, Yodi Litha. 2 Abstract An increasing number of aircraft

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya E4 Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Hersanti Rahayu, Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya 1* Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya 2,3

Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya 1*   Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya 2,3 PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) DENGAN METODE BRANCH AND BOUND (Aplikasi Permasalahan Pengangkutan Barang Kantor Pos Palembang) (SOLVING THE TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) USING BRANCH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL

BAB IV ANALISA DAN HASIL BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 Analisa Pengukuran Kepadatan Penumpang Analisa pengukuran kepadatan penumpang adalah menganalisa seberapa besar pengaruh kebisingan yang disebabkan kepadatan penumpang di suatu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu solusi maksimum atau minimum. Salah satu golongan dari program linear yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu solusi maksimum atau minimum. Salah satu golongan dari program linear yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Program linear merupakan salah satu metode dalam mencari solusi optimal yaitu solusi maksimum atau minimum. Salah satu golongan dari program linear yaitu

Lebih terperinci

LINEAR PROGRAMMING. Lecture 5 PENELITIAN OPERASIONAL I. Lecture 5 23/10/2013. Simplex Method: Two-Phase Method Membagi penyelesaian LP dalam 2 fase:

LINEAR PROGRAMMING. Lecture 5 PENELITIAN OPERASIONAL I. Lecture 5 23/10/2013. Simplex Method: Two-Phase Method Membagi penyelesaian LP dalam 2 fase: Lecture 5 PENELITIAN OPERASIONAL I LINEAR PROGRAMMING (TIN 09) Lecture 5 Outline: Metode Fase Special Case dalam Simple References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat,

Lebih terperinci

MODEL KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA

MODEL KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA MODEL KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA Imam Basuki Staf Pengajar Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Telepon 0274-487711 faksimil

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa point kesimpulan yang berkaitan dengan optimasi pemakaian jarum dan

Lebih terperinci

BAB LINEAR PROGRAMMING : METODE GRAFIK PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB LINEAR PROGRAMMING : METODE GRAFIK PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB 1 LINEAR PROGRAMMING : METODE GRAFIK PENDAHULUAN inear programming adalah suatu teknis matematika yang dirancang untuk membantu manajer dalam merencanakan dan membuat keputusan dalam mengalokasikan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI CAT DI PT. XYZ DENGAN METODE MIXED INTEGER PROGRAMMING

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI CAT DI PT. XYZ DENGAN METODE MIXED INTEGER PROGRAMMING OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI CAT DI PT. XYZ DENGAN METODE MIXED INTEGER PROGRAMMING Michael Firman Mulyono dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemenTeknologi InstitutTeknologiSepuluh Nopember

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... LEMBAR PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Kereta api merupakan salah satu angkutan darat yang banyak diminati masyarakat, hal ini dikarenakan biaya yang relatif murah dan waktu tempuh yang

Lebih terperinci

LINDO. Lindo dapat digunakan sampai dengan 150 kendala dan 300 variabel

LINDO. Lindo dapat digunakan sampai dengan 150 kendala dan 300 variabel LINDO Pegertian: Lindo (Linear Interactive Discrete Optimize) adalah paket program siap pakai yang digunakan untuk memecahkan masalah linear, integer dan quadratic programming. Kemampuan: Lindo dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA

MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN STRATEGI ALTERNATING DEADHEADING: STUDI KASUS DI PO RAYA R. A. CAHYADI 1, A. AMAN 2, F. HANUM 2 Abstrak Penjadwalan keberangkatan bus merupakan salah satu hal

Lebih terperinci

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI

PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (4), November 2016, pp. 148-155 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN BRANCH AND BOUND ALGORITHM DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI Gede Suryawan 1, Ni Ketut Tari Tastrawati 2, Kartika Sari

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA Gina Adzani, Ir. Wahju Herijanto, MT. Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGER PROGRAMMING UNTUK PEMERATAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA PROYEK

APLIKASI INTEGER PROGRAMMING UNTUK PEMERATAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA PROYEK B-10-1 APLIKASI INTEGER PROGRAMMING UNTUK PEMERATAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA PROYEK * Iswanto, Abdullah Shahab Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Teknologi e-mail : * iswan_bwi@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO EVALUASI LOAD FACTOR PADA BANDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUJUAN SURABAYA JAKARTA DAN SURABAYA DENPASAR Oleh : BAGUS DWIPURWANTO 3106 100 016 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan I. Pendahuluan A. Latar Belakang (Min. 1 lembar) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ada pada modul 1 ini adalah : Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DARI BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK KE KOTA MATARAM

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DARI BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK KE KOTA MATARAM PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN UMUM DARI BANDARA INTERNATIONAL LOMBOK KE KOTA MATARAM Artyas Ebtadi (3106 100 720) Dosen Pembimbing : Ir. Hera Widyastuti, MT. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

OPERATION RESEARCH-1

OPERATION RESEARCH-1 OPERATION RESEARCH-1 Prof.Dr.H.M.Yani Syafei,MT MATERI PERKULIAHAN 1.Pemrograman Linier (Linear Programming) Formulasi Model Penyelesaian dengan Metode Grafis Penyelesaian dengan Algoritma Simplex Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga permintaan terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien menjadi meningkat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN PEMANFAATAN SOLVER EXCEL UNTUK OPTIMASI PENJADWALAN MATA PELAJARAN Erika Eka Santi Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : erikapmatumpo@gmail.com ABSTRAK Penyusunan jadwal pelajaran merupakan

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

Optimasi Desain. Dhimas Satria Website : No HP :

Optimasi Desain. Dhimas Satria   Website :  No HP : Optimasi Desain Dhimas Satria Email : dhimas@untirta.ac.id Website : www.mesin.untirta.ac.id/dhimas No HP : 081327744433 Daftar Pustaka Arora, J.S., 1989, Introduction to Optimum Design, McGraw-Hill, International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesat perkembangan industri penerbangan membuat kompetisi antar perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus meningkat

Lebih terperinci

MEDAN FLIGHT ACADEMY BAB 1 PENDAHULUAN

MEDAN FLIGHT ACADEMY BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri penerbangan Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Negara Indonesia yang merupaka negara kepulauan terbesar didunia

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu instansi atau industri maupun perusahaan, adanya penentuan jumlah produksi yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting. Sistem penentuan jumlah

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA

PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN PENUMPANG DAN EVALUASI PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA Hodi 1), Sudirman Hi. Umar 2), Arif Fakhrudin 3) 1),2),3) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dicirikan dengan adanya akses transportasi yang cukup baik. Perbaikan akses transportasi ke suatu tempat akan menjadikan lahan tersebut semakin menarik. Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara terbesar yang ada di Indonesia saat ini. Bandara Internasional Soekarno-Hatta tercatat dalam daftar

Lebih terperinci

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS

OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS OPTIMALISALI KASUS PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN METODE GRAFIK DAN SIMPLEKS RISNAWATI IBNAS Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM risnawati988@gmail.com Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi:

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN

MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN Ayunda Larasati 2509100053 300 FLIGHTS Penelitian terdahulu Penulis

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH CREW PAIRING MASKAPAI PENERBANGAN DENGAN 0-1 INTEGER PROGRAMMING ANNE YULIANA UTAMI DEWI

PENYELESAIAN MASALAH CREW PAIRING MASKAPAI PENERBANGAN DENGAN 0-1 INTEGER PROGRAMMING ANNE YULIANA UTAMI DEWI PENYELESAIAN MASALAH CREW PAIRING MASKAPAI PENERBANGAN DENGAN 0-1 INTEGER PROGRAMMING ANNE YULIANA UTAMI DEWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI LPG DENGAN PENDEKATAN MODEL MATEMATIS Annisa Kesy Garside, Xamelia Sulistyani, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA E37 PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Tubagus Moch. Satria Erlangga dan Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil &

Lebih terperinci

PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 4109)

PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 4109) PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 4109) Lecture 4 LINEAR PROGRAMMING Lecture 4 Outline: Simplex Method References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The

Lebih terperinci

PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 4109)

PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 4109) PENELITIAN OPERASIONAL I (TIN 409) Lecture 9 LINEAR PROGRAMMING Lecture 9 Outline: Analisa Sensitivitas Simple Duality References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND Siti Rahmatullah, Mamika Ujianita Romdhini, Marwan, Lailia Awalushaumi (Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks

Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks JURNAL INFORMATIKA, Vol.4 No.1 April 2017, pp. 12~20 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 12 Optimalisasi Produksi Di Industri Garment Dengan Menggunakan Metode Simpleks Rizal Rachman STMIK Nusa Mandiri Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Studi Mobil Penumpang Umum trayek Caruban Ngawi (MPU CN) ini menghubungkan Kota Caruban dan Kota Ngawi. Panjang rute Caruban Ngawi 35 km dan rute arah Ngawi - Caruban 33 km

Lebih terperinci