Shofia Maharani. Sonya Oktaviana. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Shofia Maharani. Sonya Oktaviana. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstract"

Transkripsi

1 ANALISIS REORGANISASI BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (BP MIGAS) MENJADI SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKK MIGAS) Shofia Maharani Sonya Oktaviana Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstract The focus of this study is to explain the analysis of the reorganization process of Badam Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) to Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), where BP Migas was once a government s independent entity and now switching to SKK Migas which become an organization under the Ministry of Energy and Mineral Resources. This research method is qualitative descriptive interpretive. The result of this study concluded that there was no significant difference between BP Migas and SKK Migas, and although SKK Migas is now under the Ministry of Energy and Mineral Resources, the characteristics of SKK Migas has no similarities with the characteristics of the ministries/institutions. Keywords: Reorganization, oil and gas, energy and mineral resources, Government s organization. PENDAHULUAN Sektor minyak dan gas bumi merupakan sektor penghasil devisa terbesar bagi Pemerintah Indonesia yang kemudian disusul oleh sektor lainnya. Pendapatan negara dari sektor minyak dan gas bumi merupakan tulang punggung bagi pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu adanya upaya yang kongkrit untuk terus meningkatkan penerimaan negara melalui sektor minyak dan gas bumi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah antara lain dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas milik negara. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, semua perusahaan minyak dan gas yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Hal ini menyebabkan Pertamina memainkan peran ganda yaitu sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja Pertamina, dan di sisi lain, Pertamina juga berperan sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.

2 Karena alasan tersebut Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Sebagai konsekuensi penerapan Undang-Undang tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero). Peran regulator di sektor hulu diserahkan kepada Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) dan peran regulator di sektor hilir dijalankan oleh BPH Migas sedangkan Pertamina hanya memegang satu peran murni sebagai operator. Setelah 10 tahun menjalankan tugasnya, BP Migas dinyatakan bubar oleh Mahkamah Konstitusi dengan dikeluarkannya putusan MK Nomor 36/PUU-X/2012. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa kegiatan BP Migas tidak sesuai dengan UUD 1945 atau disebut juga bersifat inkonstitusional. Hal ini memberikan pukulan keras bagi industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia mengingat bahwa BP Migas yang mengatur kontrak kerja sama dengan para kontraktor minyak dan gas bumi dan dengan dibubarkannya BP Migas berarti tidak ada dasar hukum yang jelas terkait investasi migas di Indonesia. Selain itu, dampak lain dibubarkannya BP Migas adalah terganggunya produksi migas karena tidak ada yang memberikan izin operasi, mengawasi, dan mengendalikan seluruh kegiatan migas. Dampak pembubaran BP Migas juga dirasakan oleh karyawan BP Migas yang berjumlah 600 karyawan. Dengan dibubarkannya BP Migas, para karyawan menjadi terancam kehilangan pekerjaannya. Karena pembubaran BP Migas dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi industri migas di Indonesia dan juga bagi perekonomian Indonesia, maka Presiden melakukan gerak cepat dengan mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 95 tahun 2012 tentang Pengalihan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas. Di dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa fungsi dan tugas BP Migas dialihkan ke Kementerian ESDM. Kementerian ESDM membentuk Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SK Migas) yang dipimpin langsung oleh Menteri ESDM. Namun, karena sifatnya yang sementara, banyak kontraktor minyak dan gas bumi yang mempertanyakan kepastian hukumnya. Selain itu, setelah dipertimbangkan dari berbagai aspek, Presiden RI menganggap tidak tepat apabila kepala SK Migas dirangkap oleh Menteri ESDM. Hal ini menyebabkan dibentuknya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai pengganti SK Migas yang dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian hukum dan kenyamanan usaha bagi para kontraktor minyak dan gas bumi. Proses reorganisasi BP Migas menjadi SKK Migas mendapatkan respon yang kontradiktif dari berbagai kalangan. Banyak pihak yang menyatakan bahwa peralihan BP

3 Migas menjadi SKK Migas sebagai tanggapan terhadap putusan Mahkamah Konstitusi hanya bersifat berganti nama saja. Perubahan BP Migas menjadi SKK Migas dianggap tidak menjalankan amanat putusan Mahkamah Konstitusi. Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dianggap hanya menghidupkan kembali semangat BP Migas. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan dibubarkannya BP Migas dan diubah menjadi SKK Migas, mengetahui apakah ada perubahan tugas dan tanggung jawab setelah BP Migas berubah menjadi SKK Migas dan mengetahui perbedaan dari aspek organisasi antara BP Migas dengan SKK Migas, mengetahui apakah ada perbedaan antara rencana strategis BP Migas dengan rencana strategis SKK Migas, mengetahui bagaimana proses pelaporan keuangan BP Migas dan SKK Migas, mengetahui apakah SKK Migas telah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan terkait, dan yang terakhir, mengetahui bagaimana kesesuaian SKK Migas dengan visi dan misi Kementerian ESDM. TINJAUAN LITERATUR Undang-Undang Dasar 1945 Di dalam Pasal 33 ayat (2) disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, dan ayat (3) menyebutkan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Begitu pula dengan Minyak dan Gas Bumi yang merupakan kekayaan alam tidak terbarukan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dijelaskan bahwa kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontrak Kerja Sama. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan negara Indonesia dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kontrak Kerja Sama ini paling sedikit memuat persyaratan antara lain: a. kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan, b. pengendalian manajemen operasi berada pada Badan Pelaksana, c. modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap.

4 Kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Peraturan Presiden ini menyebutkan bahwa BP Migas Badan Hukum Milik Negara yang berpusat di Jakarta dan bersifat tidak mencari keuntungan. Kekayaan Badan Pelaksana merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Badan Pelaksana memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Besarnya penerimaan ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai suatu persentase dari penerimaan negara dari setiap Kegiatan Usaha Hulu. Badan Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan rencana anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan Badan Pelaksana kepada Menteri Keuangan setiap tahun anggaran Badan Pelaksana. Anggaran pendapatan dan belanja serta rencana kerja tahunan tersebut ditetapkan dan disahkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri ESDM. Di dalam mengelola keuangannya, Badan Pelaksana mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Terkait personalia BP Migas, Kepala BP Migas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sedangkan Wakil Kepala dan Deputi BP Migas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri ESDM atas usul Kepala BP Migas. Pimpinan Badan Pelaksana tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu perkumpulan atau perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan. Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Di dalam Peraturan Presiden ini disebutkan bahwa pelaksanaan tugas, fungsi, dan organisasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dialihkan kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang minyak dan gas bumi, yaitu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, sampai dengan diterbitkannya peraturan yang baru. Seluruh proses pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang sedang ditandatangani oleh BP Migas, dilanjutkan oleh Menteri ESDM. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Peraturan Presiden ini menyebutkan bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral membina, mengoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.

5 Penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dilaksanakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang disebut juga dengan SKK Migas. Dalam rangka pengendalian, pengawasan, dan evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi oleh SKK Migas, dibentuk Komisi Pengawas. Kepala SKK Migas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri ESDM, setelah mendapatkan pertimbangan terlebih dahulu dari Komisi Pengawas. Kepala SKK Migas bertangung jawab langsung kepada Presiden. Wakil Kepala, Sekretaris, Pengawas Internal, dan para Deputi SKK Migas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri ESDM atas usul Kepala SKK Migas setelah mendapat persetujuan dari Komisi Pengawas. Sedangkan untuk para pegawai SKK Migas diangkat dan diberhentikan oleh Kepala SKK Migas. Pegawai SKK Migas untuk pertama kali berasal dari pengalihan pegawai eks Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, SKK Migas memanfaatkan aset eks Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan prinsip optimalisasi dan efisiensi. PROFIL ORGANISASI Sejarah Organisasi Sebelum dibentuk SKK Migas, kegiatan usaha minyak dan gas bumi dilaksanakan oleh Pertamina yang didirikan pada tahun Namun, peran ganda yang dimainkan oleh Pertamina, yaitu sebagai regulator dan juga operator, dianggap tidak tepat sehingga dibentuklah BP Migas pada tahun 2002 sebagai regulator di kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, sedangkan Pertamina resmi menjadi perseroan terbatas yang hanya memainkan peran sebagai operator. Setelah 10 tahun menjalankan kegiatannya, BP Migas dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi pada akhir tahun 2012 karena dianggap inkonstitusional. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, Pemerintah mengalihkan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang sebelumnya dijalankan oleh BP Migas ke Kementerian ESDM, dan Kementerian ESDM membentuk Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SK Migas) yang dikepalai langsung oleh Menteri ESDM. Pembentukan SKSP Migas dianggap tidak memiliki landasan hukum yang kuat oleh para kontraktor minyak dan gas bumi sehingga mereka ragu untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, kepala SKSP Migas dianggap tidak tepat apabila juga merangkap sebagai Menteri

6 ESDM. Hal ini membuat Presiden memutuskan untuk membentuk Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang memiliki kepala sendiri dan lembaga ini bersifat permanen dan hanya akan berubah apabila ada perundangan baru yang mengharuskan untuk mengubahnya. Visi dan Misi Visi dari SKK Migas adalah menjadi mitra proaktif dan terpercaya dalam mengoptimalkan manfaat industri hulu minyak dan gas bumi bagi bangsa dan seluruh pemangku kepentingan serta menjadi salah satu lokomotif penggerak aktivitas ekonomi Indonesia. Misi dari SKK Migas adalah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kontrak kerjasama dengan semangat kemitraan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi guna sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Fungsi, Tugas, dan Wewenang BP Migas BP Migas memiliki fungsi melakukan pengawasan terhadap Kegiatan Usaha Hulu agar pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, Badan Pelaksana mempunyai tugas: a. Memberikan pertimbangan kepada Menteri Energi Sumber Daya Mineral atas kebijaksanaannya dalam penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama, b. Melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama, c. Mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri ESDM untuk mendapatkan persetujuan, d. Memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain sebagaimana dimaksud di dalam huruf c, e. Memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran, f. Melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri ESDM mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama, g. Menunjuk penjual Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. Dalam menjalankan tugasnya, Badan Pelaksana memiliki wewenang:

7 a. Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama, b. Merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama, c. Mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor kontrak kerja sama, d. Membina seluruh aset kontraktor kontrak kerja sama yang menjadi milik negara, e. Melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu. Fungsi, Tugas, dan Wewenang SKK Migas SKK Migas berfungsi melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama. Pembentukan lembaga ini dimaksudkan agar pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, SKK Migas menyelenggarakan tugas: a. Memberikan pertimbangan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama, b. Melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama, c. Mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendapatkan persetujuan, d. Memberikan persetujuan rencana pengembangan selain sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya, e. Memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran, f. Melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama, dan g. Menunjuk penjual minyak bumi dan/atau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. Dalam menjalankan tugasnya, SKK Migas memiliki wewenang: a. Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor Kontrak Kerja Sama, b. Merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama, c. Mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor kontrak kerja sama, d. Membina seluruh aset kontraktor kontrak kerja sama yang menjadi milik negara,

8 e. Melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu, f. Memanfaatkan aset eks BP Migas untuk penyelenggaraan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan prinsip optimalisasi dan efisiensi. Rencana Strategis BP Migas BP Migas menyusun Rencana Strategis (Renstra) sebagai acuan bagi segenap jajaran BP Migas dan stakeholders usaha hulu migas dalam mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan. Renstra BP Migas terdiri dari 8 sasaran utama yang dijabarkan dalam 15 inisiatif yang berujung pada 81 rencana kerja untuk periode tahun 2011 sampai dengan Tabel 1. Rencana Strategis BP Migas Sasaran 1. Meningkatkan resource dan reserves migas Inisiatif Mempercepat monetasi/komersialisasi penemuan cadangan baru dari lapangan baru dan marginal Memperkuat strategi yang dapat mendorong KKKS untuk lebih proaktif dalam melakukan kegiatan eksplorasi 2. Optimasi produksi migas Revitalisasi sumur tua/suspended Peningkatan kegiatan intensifikasi pada lapanganlapangan potensial existing seluruh KKKS Optimasi realisasi proyek terhadap POD Optimasi penerimaan negara dari 3. Optimasi biaya operasional industri migas 4. Meningkatkan pemberdayaan kapabilitas dan kapasitas nasional Pengadaan bersama Pemanfaatan aset bersama Mendorong pendidikan profesional migas Mendorong penggunaan industri lokal dalam industri migas untuk komoditas tertentu Mendorong strategi kolaborasi dengan lembaga keuangan nasional untuk investasi dan pendanaan sektor migas 5. Regulatory Management Mendorong efektivitas regulatory framework di antara para pemangku kebijakan di kegiatan usaha industri hulu migas nasional Enabler (Capability Development) 6. People Meningkatkan kapabilitas dan kapasitas SDM Internal BP Migas dalam mengikuti tren perkembangan industri migas 7. Process Optimasi proses kerja dan sistem manajemen BP Migas secara berkesinambungan 8. Tools Mengimplementasikan sistem informasi yang terpadu dan transparan untuk internal BP Migas dan KKKS Rencana Strategis SKK Migas Terdapat empat hal yang akan dilaksanakan oleh SKK Migas antara lain mengedepankan integritas, mengedepankan profesionalisme, melakukan perombakan organisasi, dan mengembalikan iklim investasi yang sempat terganggu. Rencana-rencana strategis yang akan dilakukan oleh SKK Migas antara lain:

9 1. Membuat terobosan teknis dan manajemen agar pengelolaan produksi minyak dan gas bumi menjadi optimum dalam jangka pendek dan meningkatkan cadangan untuk mencapai target produksi pada tahun-tahun mendatang serta menguatkan kemandirian energi 2. Melakukan evaluasi terhadap proses pengadaan barang agar prosesnya lebih sederhana tanpa meninggalkan kepentingan lembaga sebagai pengawas. Dalam hal ini SKK Migas akan mengevaluasi proses-proses persetujuan mana saja yang dapat dipercepat tanpa menghilangkan fokus utama Pemerintah pada kegiatan pengawasan dan pengendalian. 3. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga lain untuk mencari upaya pemecahan terhadap beberapa hal yang menjadi hambatan realisasi industri hulu minyak dan gas bumi. 4. Menegakkan pencapaian target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar industri hulu minyak dan gas bumi memberikan manfaat maksimal bagi pengembangan perekonomian nasional. 5. Memaksimalkan penerimaan negara sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua kekayaan alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kontrak Kerja Sama Industri Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Sistem pengelolaan minyak dan gas bumi di Indonesia menggunakan sistem Kontrak Kerja Sama (Production Sharing Contract) antara BP Migas dengan para kontraktor minyak dan gas bumi. Terdapat beberapa poin utama dari Kontrak Kerja Sama, antara lain: 1. BP Migas memiliki kontrol terhadap manajemen Kontraktor Kontrak Kerja Sama. 2. Kontraktor bertanggung jawab kepada BP Migas atas jalannya/beroperasinya perusahaan minyak sesuai kontrak. 3. Kontraktor menyediakan semua dana, teknologi, dan keahlian yang diperlukan dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. 4. Kontraktor menanggung risiko 100% apabila tidak ditemukannya kandungan minyak dan gas bumi dalam kegiatan eksplorasi. 5. Pemerintah menjadi pemilik tunggal hasil produksi minyak dan gas bumi sampai dengan titik serah penjualan. 6. Kontrak berdasarkan kepada pembagian hasil produksi (Production Sharing), bukan berdasarkan keuntungan (profit-sharing basis).

10 7. Kontraktor wajib membayar pajak penghasilan kepada Pemerintah melalui BP Migas. 8. Seluruh barang dan peralatan yang dibeli oleh Kontraktor dalam rangka operasi perminyakan menjadi barang milik negara. Alasan Pembubaran BP Migas Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012, terdapat empat alasan utama pembubaran BP Migas, antara lain: 1. Pelaksanaan BP Migas tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) karena BP Migas tidak melakukan pengelolaan langsung terhadap kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi sehingga keberadaan BP Migas tidak menjamin kontrol negara terhadap barang publik (public utilities) yang menguasai hajat hidup orang banyak. 2. Keberadaan BP Migas dianggap merendahkan posisi negara karena Pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan menyerahkan kuasanya kepada BP Migas. 3. BP Migas dianggap pro asing dalam melaksanakan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi Indonesia karena BP Migas banyak memberikan kontrak kerja sama kepada perusahaan-perusahaan asing dibandingkan perusahaan-perusahaan nasional. 4. Tidak adanya dewan komisaris atau majelis amanat dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang dilakukan oleh BP Migas sehingga dapat menimbulkan penyalahgunaan wewenang dan inefisiensi. Analisis Perbedaan Aspek Organisasi BP Migas dan SKK Migas 1. Perbedaan Struktur Organisasi Tabel 2. Perbedaan Struktur Organisasi BP Migas dan SKK Migas BP Migas SKK Migas Perbedaan 1. Deputi Pengendalian Perencanaan 2. Deputi Pengendalian Operasi 3. Deputi Pengendalian Keuangan 4. Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis 5. Deputi Pengendalian Komersial 1. Deputi Perencanaan 2. Deputi Pengendalian Operasi 3. Deputi Pengendalian Keuangan 4. Deputi Umum 5. Deputi Evaluasi dan Pertimbangan Hukum Perbedaan antara struktur organisasi BP Migas dengan SKK Migas adalah diubahnya Deputi Umum menjadi Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis dan Deputi Evaluasi dan Pertimbangan Hukum menjadi Deputi Pengendalian Komersial Proses restrukturisasi organisasi SKK Migas dilakukan oleh Kepala SKK Migas berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan susunan organisasi baru ini ditetapkan setelah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Komisi Pengawas. Secara keseluruhan organisasi SKK Migas mengalami perampingan terutama di tingkat Kepala Dinas dan Kepala Subdinas. Secara keseluruhan jumlah dinas berkurang 6 posisi dan jumlah subdinas berkurang

11 18 posisi. Perampingan ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan publik yang menginginkan efisiensi di SKK Migas. 2. Keberadaan Komisi Pengawas Perbedaan nyata yang terlihat dari BP Migas dan SKK Migas adalah keberadaan Komisi Pengawas. Komisi Pengawas yang diketuai oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh SKK Migas saat ini mendapat pengaruh dari pihak Kementerian ESDM. Pengaruh tersebut antara lain terkait dengan pemberian persetujuan terhadap kebijakan strategis dan rencana kerja SKK Migas, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan operasional SKK Migas, pemberian tanggapan dan saran atas laporan berkala mengenai kinerja SKK Migas, memberikan pertimbangan terhadap pengangkatan dan pemberhentian Kepala SKK Migas, dan memberikan persetujuan atas pengangkatan dan pemberhentian pimpinan SKK Migas selain Kepala SKK Migas. BP Migas yang dibubarkan karena dianggap sebagai badan yang berkuasa penuh dan tidak ada yang mengawasi dalam pelaksanaan kegiatannya, setelah dialihkan menjadi SKK Migas memiliki Komisi Pengawas yang akan selalu mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi sehingga pelaksanaannya akan lebih terkontrol dan memenuhi harapan masyarakat. 3. Perbedaan Fungsi, Tugas dan Wewenang Tidak ada perbedaan yang signifikan dari fungsi, tugas, dan wewenang BP Migas dan SKK Migas. Fungsi dan tugas BP Migas yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 42 tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi memiliki kesamaan dengan fungsi dan tugas SKK Migas yang tercantum di dalam Peraturan Menteri ESDM Republik Indonesia nomor 9 tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja SKK Migas. Terkait wewenang SKK Migas pun tidak ada perubahan yang substansial, hanya bertambah satu wewenang dimana SKK Migas diberi wewenang untuk memanfaatkan aset yang sebelumnya dimiliki oleh BP Migas, untuk melaksanakan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan prinsip optimalisasi dan efisiensi. Setelah BP Migas dibubarkan, Pemerintah secara cepat langsung mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dari BP Migas kepada Kementerian ESDM. Keputusan yang cepat ini didasarkan pada kekhawatiran yang sangat besar terhadap kontrakkontrak minyak dan gas bumi yang jumlahnya sangat besar dimana pada saat pembubaran BP

12 Migas, terdapat 353 kontrak. Kekhawatiran akan kepastian nasib kontrak minyak dan gas bumi inilah yang membuat Pemerintah tidak melakukan perubahan terhadap tugas dan fungsi lembaga pengelola kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang baru, karena membutuhkan waktu yang lama untuk merumuskan kembali sistem pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang baru, sedangkan para investor dan kontraktor migas sudah mempertanyakan nasib mereka dan juga meragukan landasan hukum dari kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia pasca pembubaran BP Migas. Analisis Perbedaan Rencana Strategis BP Migas dan SKK Migas Tabel 3. Perbedaan Rencana Strategis BP Migas dan Rencana Strategis SKK Migas Rencana Strategis BP Migas Rencana Strategis SKK Migas Perbedaan 1. Meningkatkan resource dan 1. Membuat terobosan teknis dan Rencana Strategis BP Migas reserves minyak dan gas bumi, manajemen agar pengelolaan lebih mengedepankan 2. Optimasi produksi minyak dan gas bumi, produksi minyak dan gas bumi menjadi optimum, bagaimana BP Migas dapat memproduksi minyak dan gas 3. Optimasi biaya operasional 2. Melakukan evaluasi terhadap bumi untuk mencapai target industri minyak dan gas bumi, proses pengadaan barang agar yang ditetapkan oleh 4. Meningkatkan pemberdayaan prosesnya lebih sederhana, Pemerintah, sedangkan rencana kapasitas dan kapabilitas nasional, 3. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga lain untuk strategis SKK Migas berfokus pada tuntutan masyarakat yang 5. Regulatory management, mencari upaya pemecahan menginginkan adanya 6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia internal BP terhadap beberapa hal yang menjadi hambatan, efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan kegiatan usaha hulu Migas, 4. Menegakkan pencapaian target minyak dan gas bumi dan 7. Mengoptimalkan proses kerja TKDN, mengembalikan iklim investasi dan sistem manajemen BP 5. Memaksimalkan penerimaan minyak dan gas bumi yang Migas, negara, sempat terganggu akibat 8. Mengimplementasikan sistem informasi terpadu untuk internal BP Migas dan KKKS. 6. Melakukan perombakan organisasi dibubarkannya BP Migas. Rencana strategis BP Migas lebih mengedepankan bagaimana BP Migas dapat memproduksi dan menghasilkan cadangan minyak dan gas bumi untuk mencapai target yang ditetapkan oleh Pemerintah sedangkan rencana strategis yang disusun oleh SKK Migas berfokus pada tuntutan-tuntutan masyarakat terkait pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, seperti melakukan perombakan terhadap organisasi dengan menempatkan personil SKK Migas pada posisi-posisi yang mereka kuasai (the right man in the right place) dan melakukan perampingan terhadap manajemen SKK Migas agar proses pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi SKK Migas lebih efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Selain itu, SKK Migas juga melakukan evaluasi terhadap proses pengadaan barang agar prosesnya lebih sederhana karena selama ini KKS banyak mengeluhkan proses persetujuan yang dianggap lambat karena pembahasan yang terlalu mikro dan detil. Anggapan masyarakat bahwa eks BP Migas bersifat pro asing ditanggapi

13 oleh SKK Migas dengan menetapkan rencana pencapaian target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar industri hulu minyak dan gas bumi memberikan manfaat maksimal bagi perkembangan perekonomian nasional dan memaksimalkan penerimaan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fokus utama rencana strategis SKK Migas tetap pada pencapaian target penemuan cadangan baru minyak dan gas bumi, peningkatan produksi minyak dan gas bumi, dan peningkatan penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi, terutama dari sektor minyak karena beberapa tahun belakangan ini cadangan minyak terus menurun, dimana SKK Migas berencana untuk membuat terobosan teknis dan manajemen agar pengelolaan produksi minyak dan gas bumi menjadi optimal baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Analisis Proses Pelaporan Keuangan BP Migas dan SKK Migas Dalam mengelola keuangannya, BP Migas wajib memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan yang disusun dan diserahkan kepada Presiden, Menteri Keuangan, dan Menteri ESDM. Laporan keuangan BP Migas terdiri dari 3 kategori antara lain: 1. Laporan Keuangan Laporan yang diperlukan sebagai sarana pertanggungjawaban pimpinan BP Migas kepada Pemerintah selaku pendiri dan pemberi imbalan, KKKS dan pihak ketiga lainnya yang disusun berdasarkan SAK. 2. Laporan Monitoring Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Informasi mengenai laporan monitoring kegiatan usaha hulu migas yang diperlukan sebagai sarana komunikasi kepada Pemerintah atau pihak-pihak berkepentingan menurut peraturan perundangan yang melaporkan indikator-indikator pokok industri hulu migas serta penerimaan negara dari kegiatan usaha hulu migas. Laporan ini disusun berdasarkan kompilasi/tabulasi data-data KKKS yang dikelompokkan sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan para pembaca laporan (menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengungkapan laporan keuangan). 3. Laporan Akuntansi Keuangan Laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pernyataan dana yang diserahkan oleh pihak KKKS kepada BP Migas terkait dengan operasional pihak KKKS yaitu eksplorasi minyak dan gas bumi di wilayah negara Indonesia. Ketiga jenis laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

14 Setelah BP Migas dibubarkan dan diubah menjadi SKK Migas, tidak ada perubahan dalam proses penganggaran dan proses pelaporan keuangan SKK Migas dikarenakan sumber anggaran SKK Migas sama dengan sumber anggaran BP Migas, yaitu berasal dari retensi atau penggunaan langsung penerimaan dari sektor hulu minyak dan gas bumi sebesar 1%. Sumber anggaran BP Migas maupun SKK Migas ini tidak melalui mekanisme APBN, dimana rencana anggaran BP Migas maupun SKK Migas disetujui oleh Menteri Keuangan dan anggaran diberikan oleh Bendahara Umum Negara, sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber anggaran tersebut tidak memiliki kesamaan dengan sumber anggaran Kementerian/Lembaga yang sumber anggarannya berasal dari APBN. Penggunaan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam penyusunan laporan keuangan SKK Migas dirasa kurang tepat mengingat bahwa PSAK merupakan pedoman akuntansi untuk perusahaan yang bersifat profit-oriented, sedangkan BP Migas maupun SKK Migas adalah lembaga Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Selain itu, posisi SKK Migas yang saat ini berada di bawah Kementerian ESDM membuat laporan pertanggungjawaban keuangan SKK Migas seharusnya mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Selain itu, laporan keuangan SKK Migas tidak dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Kementerian ESDM, hal tersebut kurang tepat karena mengacu kepada PSAP nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dinyatakan bahwa entitas pelaporan, dalam hal ini Kementerian ESDM, menyusun laporan keuangan dengan menggabungkan laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di bawahnya. Namun, yang menjadi permasalahan adalah sumber anggaran SKK Migas bukan berasal dari APBN, hal inilah yang menyebabkan laporan keuangan SKK Migas tidak dapat dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Kementerian ESDM dimana seluruh entitas yang berada di bawah Kementerian ESDM menerima anggaran dari APBN. Analisis Kesesuaian SKK Migas dengan Peraturan Terkait Kepatuhan SKK Migas terhadap peraturan yang mengikatnya pertama kali terlihat dari kepatuhan badan terdahulunya yaitu BP Migas memenuhi putusan MK terkait pembubaran BP Migas. Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk membubarkan BP Migas, manajemen BP Migas langsung menginstruksikan untuk menghentikan pelayanan terhadap Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk sementara waktu, menghentikan pengiriman kepada pihak luar, menutup website, dan bahkan melepaskan logo dari ruang-ruang kantor. Hal tersebut sebagai bentuk kepatuhan BP Migas terhadap putusan Mahkamah Konstitusi.

15 Setelah pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dialihkan ke SKK Migas, peraturan yang mengikat lembaga tersebut antara lain Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi serta Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja SKK Migas. Saat ini, pelaksanaan kegiatan SKK Migas sudah memenuhi peraturan-peraturan yang mengikatnya. Analisis Kesesuaian SKK Migas dengan Visi dan Misi Kementerian ESDM Tabel 4. Kesesuaian SKK Migas dengan Visi dan Misi Kementerian ESDM No. Visi & Misi Kementerian ESDM SKK Migas Kesesuaian 1. Visi: Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan Iingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kontrak Kerja Sama hingga saat ini masih didominasi oleh perusahaan asing dan cadangan minyak di Indonesia terus menurun. Belum sesuai. 2. Misi: 1. Meningkatkan keamanan pasokan dalam negeri. 2. Mendorong peningkatan kemampuan dalam negeri dalam pengelolaan energi, mineral dan kegeologian. 1. SKK Migas terus berupaya untuk mengalokasikan produksi migas untuk memenuhi kebutuhan domestik. 2. SKK Migas terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan Dalam Negeri dalam ikut berpartisipasi mengelola minyak dan gas bumi di Indonesia. 1. Sesuai 2. Sesuai Setelah BP Migas dibubarkan dan digantikan oleh SKK Migas, seluruh pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas berada di bawah koordinasi, pengawasan dan pembinaan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang saat ini berada di bawah koordinasi Kementerian ESDM tentu harus diselaraskan dengan visi dan misi Kementerian ESDM agar tidak terjadi benturan kepentingan. Berdasarkan tabel di atas, pelaksanaan kegiatan SKK Migas belum sesuai sepenuhnya dengan visi dan misi Kementerian ESDM. Pertama, dilihat dari visi Kementerian ESDM yaitu terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Melihat realita, pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi melalui Kontrak Kerja Sama antara investor dengan SKK Migas masih didominasi oleh

16 perusahaan asing. KKKS yang didominasi oleh pihak asing ini akan mengakibatkan kemandirian energi di Indonesia sulit untuk terpenuhi. Kedua, dilihat dari misi Kementerian ESDM yang pertama meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri. Dalam hal ini, SKK Migas masih berupaya untuk menjaga keamanan pasokan minyak ataupun gas bumi dalam negeri, salah satunya adalah adanya kewajiban penyerahan bagian kontraktor berupa minyak dan/atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kewajiban bagi kontraktor ini disebut Domestic Market Obligation (DMO) yang besarannya adalah 25% dari hasil produksi minyak atapun gas bumi bagian kontraktor. Selain itu, SKK Migas terus berupaya untuk mengalokasikan hasil produksi minyak ataupun gas bumi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Misi kedua adalah mendorong peningkatan kemampuan dalam negeri dalam pengelolaan energi, mineral dan kegeologian. Upaya peningkatan kemampuan dalam negeri untuk mengelola minyak dan gas bumi oleh SKK Migas terus dilakukan antara lain dengan membuat kebijakan yaitu mewajibkan pemasok bahan bakar minyak untuk menggunakan perbankan yang berstatus BUMN/BUMD, memprioritaskan pendanaan dari bank berstatus BUMN/BUMD apabila membutuhkan pendanaan dari pihak ketiga, dan mewajibkan penyediaan barang dan jasa berasal dari BUMN/BUMD agar BUMN maupun BUMD dapat terlibat dalam kegiatan industri hulu minyak dan gas bumi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan: 1. Alasan dibubarkannya BP Migas antara lain, pelaksanaan BP Migas dianggap tidak sejalan dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat (3), keberadaan BP Migas dianggap merendahkan posisi negara, BP Migas dianggap pro asing dalam melaksanakan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia, dan tidak adanya dewan komisaris atau majelis amanat dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi oleh BP Migas. 2. Dari struktur organisasi, proses perombakan struktur organisasi SKK Migas telah dilakukan oleh Kepala SKK Migas. Secara keseluruhan, struktur organisasi SKK Migas mengalami banyak perubahan dan juga mengalami perampingan untuk memenuhi tuntutan publik yang menginginkan efisiensi di dalam organisasi pengganti BP Migas.

17 3. Komisi Pengawas merupakan perbedaan nyata antara SKK Migas dengan lembaga terdahulunya, BP Migas. 4. Tidak ada perbedaan yang substansial antara fungsi, tugas, dan wewenang BP Migas dengan SKK Migas. 5. Perbedaan antara Rencana Strategis BP Migas dengan Rencana Strategis SKK Migas adalah, Rencana Strategis BP Migas mengedepankan bagaimana BP Migas dapat memproduksi minyak dan gas bumi sesuai target yang ditetapkan oleh Pemerintah, sedangkan rencana strategis SKK Migas berfokus pada tuntutan masyarakat yang menginginkan adanya efektivitas dan efisiensi. 6. Proses penganggaran dan pelaporan keuangan BP Migas dan SKK Migas tidak memiliki perbedaan dikarenakan sumber anggaran SKK Migas sama dengan sumber anggaran BP Migas yaitu berasal dari non-apbn. Selain itu, laporan keuangan SKK Migas pun tidak dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Kementerian ESDM. 7. Pelaksanaan kegiatan SKK Migas sudah cukup sesuai dengan peraturan yang mengikatnya, yaitu Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi serta Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja SKK Migas. 8. Pelaksanaan kegiatan SKK Migas belum sesuai sepenuhnya dengan visi dan misi Kementerian ESDM dikarenakan Kontrak Kerja Sama antara SKK Migas dengan para Kontraktor hingga saat ini masih didominasi oleh perusahaan asing dan cadangan minyak di Indonesia terus menurun. KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terkait dengan kerahasiaan (confidentiality) data, penulis tidak dapat meminta data berupa Laporan Keuangan BP Migas. Data tersebut hanya dapat diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti Presiden, Menteri Keuangan, dan Menteri ESDM. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain: 1. Pemerintah dan SKK Migas masih harus melakukan banyak pembenahan terhadap sistem pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia antara lain dengan meningkatkan kualitas dan mempercayakan Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Nasional (National Oil and Gas Company) untuk mengelola kegiatan hulu minyak dan gas bumi

18 agar tercipta kemandirian energi dan tidak terus-menerus bergantung kepada perusahaan asing. 2. SKK Migas harus terus mendorong para Kontraktor Kontrak Kerja Sama dalam meningkatkan kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan-cadangan minyak dan gas bumi yang baru sehingga dapat meningkatkan ketahanan energi di Indonesia, karena cadangan minyak dan gas bumi nasional dari tahun ke tahun semakin menipis. Pemerintah juga harus terus berupaya untuk menghemat penggunaan energi di Indonesia antara lain dengan cara menciptakan transportasi massal untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga akan berujung pada penghematan penggunaan bahan bakar kendaraan. Selain itu, Pemerintah juga harus meningkatkan upaya pencarian bahan bakar alternatif selain minyak dan gas bumi sehingga apabila minyak dan gas bumi mengalami kelangkaan, masyarakat sudah memiliki bahan bakar alternatif lainnya. 3. SKK Migas harus berperan sebagai regulator dalam sektor hulu minyak dan gas bumi yang bekerja secara efektif dan efisien dan terus berpihak kepada kepentingan nasional, selain itu SKK Migas juga harus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan kegiatannya agar seluruh masyarakat serta pihak-pihak yang berkepentingan mengetahui bagaimana kinerja SKK Migas. Anggaran SKK Migas sebagai satuan kerja yang berada di bawah Kementerian ESDM seharusnya berasal dari APBN dan laporan keuangan SKK Migas pun seharusnya dikonsolidasikan dengan laporan keuangan Kementerian ESDM. DAFTAR REFERENSI Andrian, Dino. (2009). Perumusan Key Performance Indicator Fungsi Pengadaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard. Juli, Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi Program Magister Manajemen. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2010). Laporan Tahunan BP Migas Tahun Jakarta: BP Migas. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2011). Laporan Tahunan BP Migas Tahun Jakarta: BP Migas. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2008). Pedoman Akuntansi Keuangan BP Migas. Jakarta: BP Migas. Bakhri, Syaiful. (2013). Migas Untuk Rakyat: Pergulatan Pemikiran dalam Peradilan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

19 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 295/KMK.06/2003 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2005). Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 11. Jakarta: KSAP. Lestari, Wahyuni. (2009). Peranan Work Program & Budget Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Pada Production Sharing Contract. April, Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen. Patmosukismo, Suyitno. (2011). Migas: Politik, Hukum dan Industri. Jakarta: PT Fikahari Aneska. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012. Rimbono, Rudianto. (2008). Analisa Faktor Untuk Peningkatan Kinerja Waktu dan Mutu Dalam Pengendalian dan Pengawasan Proyek Investasi Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi. Desember, Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Kekhususan Manajemen Proyek. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Tanto Lailam, S.H., LL.M. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,

Lebih terperinci

PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI Copyright (C) 2000 BPHN PP 42/2002, BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI *39752 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 42 TAHUN 2002 (42/2002) TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang

Lebih terperinci

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil A. Konteks Sejak diberlakukan pada tahun 2001, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU 22/2001) telah tiga kali dimintakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI RUU Perubahan Migas RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm, First

Lebih terperinci

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015 Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015 Sudah lebih dari 2 (dua) tahun tepatnya 13 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre No.99, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Minyak. Gas Bumi. Aceh. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5696). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. Menetapkan : bahwa pengusahaan pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era industri migas dikelompokkan menjadi tiga era yaitu era kolonial belanda, era awal kemerdekaan, dan era industri migas modern. Era kolonial Belanda ditandai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melalui pembahasan dari Bab I sampai dengan pembahasan Bab IV dan sejumlah 5 (lima) pertanyaan yang dilampirkan pada rumusan masalah, maka kami dapat memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi. Ekplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu negara. Saat ini, energi yang dominan di dunia berasal dari fosil. Bentuk energi yang tidak

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia, setelah itu disusul oleh sektor yang lainnya seperti dari Tenaga Kerja Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17TAHUN2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA KHUSUS

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD)

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD) UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa Kegiatan Hulu Migas Survey Umum Pembagian Wilayah Kerja (WK) Tanda tangan kontrak Eksplorasi: Eksploitasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip 264 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan : 5.1.1 Syarat-syarat dan ketentuan dalam kontrak EPCI di bidang usaha hulu Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip unidroit. Peraturan

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM) FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM) No. FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DASAR FUNGSI 1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara I. PEMOHON 1. Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENGANTAR. menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Minyak dan Gas Bumi (Migas) merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara, serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK Briefing October 2014 Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK Patrick Heller dan Poppy Ismalina Universitas Gadjah Mada Memaksimalkan keuntungan dari sektor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional harus diarahkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Lebih terperinci

NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pembangunan nasional harus diarahkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2017 KEMEN-ESDM. ORTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 Tahun 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k No.1122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tata Kelola BMN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN TATA KELOLA BARANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Dekonsentrasi. Pengendalian. Pelimpahan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional harus diarahkan

Lebih terperinci

MELIHAT 10 TAHUN PERJALANAN UU MIGAS DIKAITKAN DENGAN INISIATIF RUU MIGAS

MELIHAT 10 TAHUN PERJALANAN UU MIGAS DIKAITKAN DENGAN INISIATIF RUU MIGAS MELIHAT 10 TAHUN PERJALANAN UU MIGAS DIKAITKAN DENGAN INISIATIF RUU MIGAS IR. SATYA WIDYA YUDHA, M.SC ANGGOTA KOMISI VII F-PG DPR RI AGENDA Perjalanan UU Migas di Indonesia Landasan Pemikiran Permasalahan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional harus diarahkan kepada

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 57 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional harus diarahkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite *

Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite * Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 8 Februari 2016; disetujui: 15 Februari 2016 A. Latar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya minyak dan gas bumi

Lebih terperinci

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 No. Urut: 05 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan visi misi pembangunan

Lebih terperinci

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan

2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan No.99, 2015 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ALAM. Minyak. Gas Bumi. Aceh. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 99). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa privatisasi Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PERBANDINGAN HUKUM PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA

Lebih terperinci

% Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Total Pengeluaran. Tahun

% Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Total Pengeluaran. Tahun LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.011/2011 TENTANG BATASAN PENGELUARAN ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG KANTOR PUSAT YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DALAM PENGHITUNGAN BAGI HASIL

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pencapaian produksi minyak bumi nasional paling sedikit

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017 MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN PENGUSAHAAN DI SEKTOR ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap rui«w*- MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci