BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait untuk mengukur rugi-rugi transmisi pada serat. oleh Andi Setiono, dkk (2012). Penelitian ini menggunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait untuk mengukur rugi-rugi transmisi pada serat. oleh Andi Setiono, dkk (2012). Penelitian ini menggunakan"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terkait Penelitian-penelitian yang terkait untuk mengukur rugi-rugi transmisi pada serat optik yang dilakukan oleh Andi Setiono, dkk (2012). Penelitian ini menggunakan variasi beban yang diberikan yaitu antara 0 sampai 4 kg dan mengalami kenaikan setiap 0.5 kg dengan beban yang digunakan yaitu beban statik, beban terpusat dan beban terdistribusi. Adapun grafik dari data penelitian beban statik yang didapat adalah seperti pada Gambar 2.1. Gambar Grafik hubungan antara daya optik dan berat beban (Setiono dkk, 2012).

2 6 Dari hasil percobaan pada beban terpusat dan terdistribusi dapat disimpulkan bahwa dengan beban yang sama, kerugian daya optik semakin besar. Perbandingan pengaruh beban terpusat dan terdistribusi dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbandingan pengaruh beban terpusat dan terdistribusi Beban Terpusat Beban Terdistribusi (Daya Optik) (Daya Optik) db (Attenuasi) db (Attenuasi) Penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Andi Setiono dan Bambang Widiyatmoko (2012). Penelitian ini menggunakan variasi beban yaitu 0 kn sampai dengan 40 kn (± 4.0 ton) menggunakan daya laser yang dikontrol dengan sistem Automotics Power Control (APC) dan untuk pengujian sensor dilakukan dengan memberikan tekanan Universal Tensile Machine (UTM) ke sensor kemudian mengukur besar daya optik yang melewati fiber optik. Tekanan UTM yang diberikan berkisar antara 0 kn s.d 15 kn (± 1.5 ton). Dari hasil percobaan menggunakan APC maka dapat disimpulkan bahwa daya laser terus menurun seiring bertambahnya beban yang diberikan. Sebaliknya ketika beban dilepaskan kembali maka daya laser kembali membesar. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa elastisitas serat optik sudah cukup baik. Grafik dari percobaan menggunakan APC yaitu dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Setiono, 2012).

3 7 Gambar 2.2. Grafik respon elastisitas serta optik Dari hasil percobaan untuk uji tekan sensor oleh UTM dalam range 0 s/d 15 kn dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan dapat ditarik kesimpulan bahwa sensor ini memiliki linieritas yang cukup baik terhadap beban. Beban (kn) Gambar 2.3. Grafik attenuasi daya optik terhadap berat beban (0 s/d 15 kn) (Setiono dan Bambang, 2012). Penelitian ini dilakukan oleh Andi Setiono, dkk (2013) dengan tujuan untuk mendeteksi berat kendaran yang berlebih ( overloading). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdapat dua macam pengujian yaitu uji statis dan pengujian dinamis dengan variasi beban yang digunakan yaitu 400N, 600 N,

4 8 800N, 1200 N dan 1580 N. Hasil pengujian statis menunjukkan bahwa linieritas sensor cukup baik dan pengujian dinamis menunjukkan hasil yang error. Grafik respon sensor terhadap beban yang diuji secara statis yaitu seperti pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Grafik respon sensor terhadap beban yang diuji statis Grafik respon sensor terhadap beban yang diuji secara dinamis yaitu seperti pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6. Gambar 2.5. Grafik respon sensor terhadap beban yang diuji dinamis untuk 400 N, 600 N dan 800 N

5 9 Gambar 2.6. Grafik respon sensor terhadap beban yang diuji dinamis untuk 1200 N dan 1580 N (Setiono dkk, 2013). Penelitian ini dilakukan oleh Nopi Yudi Pramono dkk (2012) untuk mengetahui perubahan intensitas cahaya yang melalui serat optik akibat pengaruh tekanan dengan memberikan massa beban yang bervariasi. Variasi beban yang digunakan yaitu dengan massa 0 sampai 150 gram. Serat optik diletakkan diantara silinder plastik yang diberi massa beban besi yang mengakibatkan terjadinya lekukan pada serat optik dan berkurangnya intensitas cahaya yang melaluinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya massa yang diberikan berbanding lurus dengan hilangnya intensitas cahaya yang hilang. Grafik dari data penelitian yang didapat adalah seperti pada Gambar 2.7 (Pramono, 2012). Gambar 2.7. Grafik hubungan antara output intensitas cahaya dan massa beban (Pramono, 2012).

6 10 Penelitian ini dilakukan oleh Egyn Furqon Ghozali dkk (2014) dengan tujuan untuk mengukur perubahan nilai intensitas cahaya akibat adanya gejala bengkokan ( bending) pada serat optik yang menimbulkan gejala rugi-rugi serat optik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai perbandingan tegangan mengalami kenaikan ketika besar penekanan bertambah. Rugi-rugi serat optik ini akibat adanya cahaya yang keluar dari core sehingga gagal ditransmisikan, bahkan cahaya juga dapat keluar dari bagian cladding. Grafik dari data penelitian yang didapat adalah seperti pada Gambar 2.8. Gambar 2.8. Grafik hubungan antara loss bending dan massa beban (Ghazali dkk, 2014). Penelitian ini dilakukan oleh Henry Prasetyo dan Endarko (2013) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembebanan dengan variasi jumlah dan diameter lilitan. Variasi beban yang digunakan yaitu 200, 400, 600, 800 dan 1000 gr. Sedangkan untuk variasi jumlah lilitan sebesar 1, 3 dan 5 lilitan dan variasi

7 11 diameter adalah 3, 4 dan 5 cm. Penelitian ini menggunakan metode pembebanan yaitu metode kontinu. Hal ini disebabkan semakin besar jumlah lilitan maka semakin besar luas penampang. Hubungan antara tekanan dan massa dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. = (2.1) Dari persamaan (2.1) P = tekanan, F = gaya yang dihasilkan oleh pembebanan dan A = luas penampang. Sehingga pada analisis rugi daya untuk sistem dengan pembebanan untuk 1 lilitan memiliki tekanan yang lebih besar maka daya yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan analisis rugi daya untuk sistem dengan pembebanan untuk 3 lilitan. Grafik dari hasil penelitian yang didapat ditunjukkan seperti pada gambar 2.9 (Prasetyo dan Endarko, 2013). Gambar 2.9. Grafik hubungan daya dengan massa berdiameter 3 cm (Prasetyo dan Endarko, 2013). Penelitian ini dilakukan oleh W. B. Garner dengan judul Microbending loss in optical fiber. Untuk mendapatkan data pada kerugian mikrobending, langkah

8 12 yang dilakukan yaitu dengan mengelupas fiber dibawah kontrol tegangan pada tong (drum) yang memiliki pe rmukaan yang tidak sempurna (halus). Hasilnya gangguan pada serat optik yang disebabkan oleh kenaikan kerugian optik. Dari hasil pada penelitiann ini, diketahui bahwa kerugian optikal mempengaruhi daya pada sistem komunikasi. Grafik hasil penelitian ini dalah seperti pada Gambar Gambar Grafik hubungan beban dan kerugian mikrobending (Gardner, 1974). Penelitian ini dilakukan oleh N.K. Pandey dan B.C. Yadav dengan judul Fibre optic pressure sensor and monitoring of structural defects. Apabila tekanan tinggi digunakan untuk serat optik mikrobending, hal ini dapat menyebabkan serat optik pecah, akan tetapi jika tekanan yang digunakan pada serat optik dengan struktur yang solid tanpa mikrobending, sensitivitas yang dihasilkan lebih rendah. Penurunan output intensitas cahaya yaitu dengan meningkatnyaa tekanan dalam struktur. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk mengetahui tekanan

9 13 optimum/minimum pada struktur agar dapat menahan beban. Kerusakan dalam transmisinya dapat meningkatkan tekanan ke tingkat bahaya dan membuat indikator tekanan berlebihan dalam struktur. Setelah terjadi kerusakan, output tiba-tiba turun derastis, cahaya bersinar pada titik dimana terjadi kerusakan tersebut. Sensor ini dapat digunakan untuk mengukur tekanan tinggi dan mendeteksi cacat struktural dan untuk mengetahui beban maksimum yang srtuktural agar dapat menahan beban. Grafik hasil penelitian ini seperti pada Gambar Gambar Grafik hubungan output intensitas dengan (a) tekanan yang meningkat, (b) tekanan yang menurun (Pandey dan B.C Yadav, 2007). Penelitian ini dilakukan oleh Paulo Antunes, dkk dengan judul Mechanical Properties of Optical Fibers. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sifat mekanis dari serat optik, seperti konstanta elastisitas serat optik, modulus Young dan batas regangan rata rata untuk serat optik. Konstatnta eleastisitas serat optik menggunakan hukum Hooke, yang menyatakan hubungan antara gaya dan deformasi yang dihasilkan sebanding dengan konstanta elastisitas

10 14 pada bahan yang digunakan. Pada penelitian ini, sampel yang diuji yaitu serat optik standar dengan lapisan pelindung, serat optik standar tanpa pelindung coating dan serat optik fotosensitif tanpa lapisan pelindung. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu modulus Young yang diperoleh dari serat optik standar tanpa lapisan pelindung dengan nilai rata-rata 69,2 GPa. Hal ini menunjukkan bahwa serat optik standar tanpa lapisan pelindung memiliki elastisitas yang baik dan berguna untuk desain dan pemodelan serat optik (Antunes et al, 2012). Table 2.2. Perbedaan Modulus Young pada serat optik Serat Optik (GPa) Standar serat dengan coating ± 0.39 Standar serat tanpa coating ± 0.42 Serat photosintetif tanpa coating ± 1.47 Penelitian ini dilakukan oleh Lhaten dan Rosly Adb Rahman dengan tujuan untuk mengetahui kerugian transmisi karena tekanan pada serat optik. Penelitian ini menggunakan serat optik multimode dan beban dengan massa 500 gr sampai 2000 gr. Penelitian dilakukan dengan meletakkan beban di atas serat optik. Tampilan hasil penelitan menggunakan OTDR. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa serat optik dapat digunakan sebagai sensor beban/tekanan. Grafik dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.12 (Lhaten, 2013).

11 15 Gambar Grafik hubungan tekanan dan kerugian transmisi (Lhaten, 2013). Penelitian ini dilakukan oleh J. Červeňová dan M. Iglarčík (2013) dengan tujuan untuk mengetahui pelemahan daya akibat mikrobending pada serat optik. Penelitian ini menggarisbawahi akurasi (ketelitian), sensivitas (kepekaan), range dinamik, linearitas dan ketaklinearan berbagai jenis sensor. Dari hasil yang telah didapat, diketahui bahwa semakin berat suatu beban maka semakin tinggi tingkat sensivitas sensornya. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.13 (Červeňová, 2013). Gambar Grafik hubungan sensivitas sensor dan berat benda (Červeňová, 2013).

12 16 B. Serat Optik 1. Bahan Penyusun Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar dari indeks bias udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Serat optik terdiri dari 2 bagian, yaitu cladding, core dan coating. Cladding merupakan lapisan selubung core yang mempunyai indek bias lebih rendah daripada core, dimana cladding berfungsi memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali ke dalam core lagi. Coating merupakan pembungkus serat optik. (Rambe, 2003). Gambar Skema bagian penyusun serat optik (Rambe, 2003). Mayoritas serat dibuat dari kaca yang terdiri dari silika (SiO ). Beberapa kaca yang tersedia memiliki rentang kerugian tinggi pada serat optik dengan core yang luas digunakan untuk jarak transmisi yang dekat, sampai serat yang sangat transparant (kerugian rendah) digunakan pada aplikasi jarak jauh. Serat plastik memiliki kekurangan ketika digunakan, karena pada hakekatnya memiliki redaman yang besar dari pada serat kaca. Saluran yang digunakan serat plastik

13 17 dalam aplikasi jarak dekat dan pada lingkungan yang kasar, dimana kekuatan mekanik serat plastik lebih besar dan memberikan keutungan lebih dari yang digunakan serat kaca (Keiser, 1991). Serat kaca dibuat dengan menggabungkan campuran logam oksida, sulfida atau selenida. Material yang dihasilkan terhubung pada jaringan molekul secara acak dibandingkan pendefenisian struktur yang jelas seperti yang ditentukan pada material kristal. Bagian terbesar dari kaca optik transparan dibuat konstan pada kaca oksida. Pada umumnya silika (SiO ), memiliki indeks bias 1,4858 pada 850 nm. Produk yang materialnya sama namun sedikit indeks bias pada core dan cladding, dengan variasi oksida seperti B O, GeO, atau P O yang ditambahkan pada silika (Keiser, 1991). Kaca yang digunakan dalam pembuatan serat termasuk benda elastis. Elastisitas yaitu sifat suatu benda untuk dapat kembali ke bentuk semula. Serat optik yang terbuat dari kaca dengan mudah dapat dilengkungkan sama halnya dengan tali. Namun demikian, jika gaya yang bekerja pada serat terlalu besar, kaca akan terpecah-pecah. Keadaan ini dikatakan sebagai keadaan dimana batas elastisitas bahan telah terlampaui. Hubungan antara elastisitas dan mikrobending dapat dirumuskan sebagai berikut (Jay, 2011) : γ = h ( ) / (2.2) Keterangan : γ N : peningkatan redaman mikrobending (db/meter); : jumlah benturan;

14 18 h : tinggi rata-rata (m); b : diameter keseluruhan serat ( ); : jari-jari inti (m); Δ : perbedaan indeks bias; : modulus elastisitas dari serat dan bahan disekitarnya (N/ ). Dari persamaan 2.2 dapat dijelaskan bahwa dengan coating modulus elastisitas yang rendah maka redaman mikrobending dapat dikurangi. Oleh karena itu, semakin kecil diameter sampel maka meningkatkan redaman lebih cepat (Jay, 2011). Ketika tekanan diterapkan pada serat optik, hal ini akan menyebabkan kerusakan pada serat tersebut. Kerusakan ini disebabkan oleh pelemahan kulit terluar (coating) pada serat optik. Untuk mengurangi tekanan tersebut, pada coating menggunakan bahan halogen khusus elastomer. Meningkatnya kerugian serat optik sebanding dengan beban dalam kasus kabel konvensional, tetapi berbeda jika serat optik menggunakan bahan halogen khusus elastomer (Furukawa, 2013).

15 19 Gambar Kerugian serat optik berbanding tekanan (Okano, 2013). Penelitian ini dilakukan oleh Nur Fitriyani dan Hasto Sunarno (2013) dengan tujuan untuk mengetahui karakterisasi serat optik terhadap temperatur. Penelitian ini dilakukan dengan memberi tekanan dan mengukur antara serat optik tanpa jaket dan dengan jaket. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa serat optik tanpa jaket memberikan nilai tegangan keluaran yang tinggi karena banyaknya rugi daya yang terjadi selama penjalaran. Grafik hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar Gambar Grafik hubungan tegangan dan temperatur (Fitriyani, 2013).

16 20 Penelitian serupa juga dilakukan oleh Andeskob Topan Indra dan Harmadi (2014) dengan tujuan untuk melihat pengaruh panjang pengelupasan cladding terhadap rugi-rugi pada serat optik dan pengaruh pembengkokan serat optik yang telah dikupas cladding-nya terhadap rugi-rugi pada serat optik. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jenis cladding pengganti yaitu cladding udara dan air, memvariasikan panjang pengupasan cladding dengan panjang 3 cm sampai 10 cm. dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin panjang pengupasan cladding, semakin besar rugi-rugi serat optik yang dihasilkan. Rugi-rugi serat optik juga akan semakin besar seiring bertambah besarnya pembengkokan serat optik. Grafik hasil penelitian ini seperti pada Gambar 2.17 dan 2.18 (Indra, 2014). Gambar 2.17 Hubungan panjang pengupasan cladding dengan rugi-rugi serat optik pada cladding udara (Indra, 2014). Gambar 2.18 Hubungan panjang pengupasan cladding dengan rugi-rugi serat optik pada cladding air (Indra, 2014).

17 21 Penelitian ini dilakukan oleh Mustapha Remouche, Francis Georges dan Patrick Meyrueis (2013) dengan tujuan untuk menganalisis respon serat optik pada beberapa desain. Penelitian ini menggunakan dua jenis serat optik, yaitu serat optik dengan acrylate coating material dan silica core/hard polymer cladding fiber. Dari hasil penelitian, serat optik dengan acrylate coating material memiliki sensivitas yang baik, sensivitas menurun ketika masa kritis menurun. serat optik dengan acrylate coating material dapat digunakan hingga beban 30 N sampai 60 N. Sedangkan silica core/hard polymer cladding fiber memiliki sensivitas yang lebih baik dan dapat digunakan hingga beban 0 sampai 100 N (Remouche, 2013). Penelitian ini dilakukan oleh G. Scott Glaesemann and Donald A. Clark (2003) dengan tujuan untuk mengukur kemampuan pelapis serat dalam melindungi permukaan kaca yang mendasari. Penelitian ini menggunakan serat ganda dilapisi dengan diameter 80 dan 125 µm kaca dan serat dilapisi dengan diameter mulai µm kaca. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa meningkatnya beban tusukan dengan meningkatnya ketebalan dinding sekunder (Glaesemann, 2003). Serat optik single mode dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu polarisasi single mode dimana atau diteruskan, serat dimana sebagai penghubung karena pertubasi eksternal diberi tekanan dengan menerapkan tekanan internal atau dengan memperkenalkan contoh distribusi indeks, dan memperlihatkan polarisasi rendah bias-ganda dengan mengurangi tekanan internal. Bias-ganda dan dispersi polarisasi disebabkan oleh beberapa deformasi elastisitas dan deformasi inti eliptikal pada single mode yang dirumuskan dan dibandingkan. Analisis ini berdasarkan couple-mode teori (Sakai, 1981). Bias-

18 22 ganda adalah suatu penyebaran mode dengan perbedaan kecepatan phase dan perbedaan antara efektif indeks bias (Keiser, 1991). 2. Pembiasan dan Pemantulan Cahaya Prinsip kerja serat optik menggunakan prinsip pembiasan dan pemantulan yang berhubungan dengan indeks bias bahan. Dengan memanfaatkan karakteristik serat optik yang mengalami kehilangan daya akibat pembengkokan, dapat dimanfaatkan untuk sensor tekanan. Ketika berkas cahaya melewati batas dua medium yang berbeda, maka sebagian berkas cahaya dipantulkan masuk pada medium pertama dan sebagian lagi dibiaskan masuk pada medium kedua. Pembiasan berkas cahaya pada permukaan medium yang sama merupakan akibat dari perbedaan laju kecepatan cahaya pada dua medium yang mempunyai indek bias berbeda. Hubungan tersebut dapat dijelaskan menggunakan hukum Snellius seperti terlihat pada Persamaan 2.2 (Keiser, 1991). = (2.3) Keterangan : sin sin : sudut datang (sudut antara sinar datang dan garis normal); : sudut bias (sudut antara sinar bias dan garis normal); : indeks bias medium pertama; : indeks bias medium kedua. Pemantulan cahaya dari medium dengan kerapatan tinggi ke medium dengan kerapatan rendah ada kemungkinan cahaya akan dipantulkan secara optik ke

19 23 dalam medium berindeks bias tinggi tersebut, meskipun sebagian ada yang dibiaskan menuju medium berindeks bias rendah. Proses ini dinamakan pemantulan internal. Pada proses ini semua cahaya dipantulkan kembali ke dalam core ( ) dan tidak ada cahaya yang dibiaskan ke clading ( ). Proses pemantulan internal pada dua medium yang berbeda terlihat pada Gambar (a) (b) (c) Gambar Sinar cahaya datang pada bidang batas (a) pemantulan dan pembiasan, (b) sudut kritis, (c) pemantulan internal total (Keiser, 1991). Gambar 2.19 (a) memperlihatkan bahwa sebagian kecil cahaya dipantulkan kembali dan terjadinya pantulan internal parsial. Bila indeks bias medium pertama lebih besar dari indeks bias medium kedua, maka sudut bias selalu lebih besar dari pada sudut datang. Bila sudut datang diperbesar, maka sudut bias akan semakin besar dan menyebabkan sudut bias sejajar bidang batas. Sudut terjadinya

20 24 pembiasan yang sejajar bidang batas disebut sudut kritis, seperti yang terlihat pada Gambar 2.19 (b). Dari Persamaan (2.3) nilai sudut kritis diberikan oleh : = sin (2.3) Keterangan : : sudut kritis; : indeks bias medium pertama; : indeks bias medium kedua. Bila sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis maka cahaya dipantulkan kembali ke media dielektrik asal terjadinya pantulan internal total, Gambar 2.19 (c) (Keiser, 1991). 3. Numerical Aperture Aperatur numerik adalah besaran yang nilainya ditentukan atau tergantung pada indeks bias inti ( core) dan kulit ( cladding). Bersama dengan ukuran inti ( core) dan panjang gelombang yang masuk, aperatur numerik menentukan jumlah mode cahaya yang terjadi pada inti serat optik ( Hadi, 2002). Semakin besar nilai NA menandakan semakin tinggi efisiensi dari suatu sumber optik dalam mengatur sinar-sinar ke serat optik (Pedrotti, 1993). Adapun persamaan NA adalah sebagai berikut : = sin = ( ) (2.4) Keterangan : NA : Numerical Aperture;

21 25 : sudut cahaya yang masuk dalam serat optic; : indeks bias core; : indeks bias cladding. 4. Karakteristik Serat Optik Berdasarkan Rambatan Cahaya Cahaya dapat merambat dalam serat optik melalui sejumlah lintasan yang berbeda. Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut mode dari suatu serat optik. Ukuran diameter core, besarnya sudut datang dan indeks bias menentukan jumlah mode yang ada dalam suatu serat optik. Serat optik yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optik multimode. Serat optik yang hanya memiliki satu mode saja disebut serat optik single mode, serat optik single mode memiliki ukuran core yang lebih kecil (Prasetya, 2009). Adapun jenis serat optik berdasarkan rambatan cahaya adalah sebagai berikut : a) Multimode Step-Index Serat Optik multimode step-index memiliki core besar (50μm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis dapat. Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar terjadi dispersi. Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah. Penampang pada serat optik multimode stepindex dapat dilihat pada Gambar 2.20 (Bass, 2002).

22 26. Gambar Serat optik multimode step-index (Bass, 2002). b) Multimode Graded-Index Serat Optik multimode graded-index memiliki core 50 µm. Cahaya yang merambat dikarenakan difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Penampang pada serat optik multimode graded-ndex dapat dilihat pada Gambar 2.21 (Bass, 2002). Gambar Serat optik multimode graded-index (Bass, 2002).

23 27 c) Single Mode Step-Index Serat single mode step-index mempunyai ukuran diameter core yang sangat kecil dan diameter cladding sebesar 125 μm. Cahayanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. Serat optik single mode stepindex digunakan dengan bit rate tinggi. Penampang pada serat optik single mode step-index dapat dilihat pada Gambar 2.22 (Bass, 2002). Gambar Serat optik step index singlemode (Bass, 2002). 5. Karakteristik Berdasarkan Jenis Serat Optik Adapun dua jenis kabel fiber optik tersebut yaitu sebagai berikut : a) Pipa Longgar (Loose Tube) Serat optik ditempatkan di dalam pipa longgar (loose tube) yang terbuat dari bahan Polybutylene Terepthalete (PBTP) dan berisi jelly. Saat ini sebuah kabel optik maksimum mempunyai kapasitas 8 loose tube, dimana setiap loose tube berisi 12 serat optik. Penampang kabel optik jenis loose tube dapat dilihat pada Gambar 2.23 (Bass, 2002).

24 28 Gambar Penampang kabel loose tube (Bass, 2002). Fungsi dari bagian-bagian kabel optik jenis loose tube adalah sebagai berikut : 1) loose tube, berbentuk tabung longgar yang terbuat dari bahan PBTP (Polybutyleneterepthalete) yang berisi thixotropicgel dan serat optik ditempatkan di dalamnya; 2) konstruksi loose tube yang berbentuk longgar tersebut mempunyai tujuan agar serat optik dapat bebas bergerak, tidak langsung mengalami tekanan atau gesekan yang dapat merusak serat pada saat instalasi kabel optik; 3) thixotropicgel adalah bahan semacam jelly yang berfungsi melindungi serat dari pengaruh mekanis dan juga untuk menahan air; 4) sebuah loose tube dapat berisi 2 sampai dengan 12 serat optik. Sebuah kabel optik dapat berisi 6 sampai dengan 8 loose tube; 5) HDPE Sheath atau High Density Polyethylene Sheath yaitu bahan sejenis polyethylene keras yang digunakan sebagai kulit kabel optik berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dari pengaruh mekanis pada saat instalasi;

25 29 6) alumunium tape atau lapisan alumunium ditempatkan di antara kulit kabel dan water blocking berfungsi sebagai konduktivitas elektris dan melindungi kabel dari pengaruh mekanis; 7) flooding gel adalah bahan campuran petroleum, synthetic dan silicon yang mempunyai sifat anti air. Flooding gel merupakan bahan pengisi yang digunakan pada kabel optik agar kabel menjadi padat; 8) PE Sheath adalah bahan polyethylene yang menutupi bagian central strength member; 9) central strength member adalah bagian penguat yang terletak ditengahtengah kabel optik. Central Strength Member dapat merupakan: pilinan kawat baja, atau Solid Steel Core atau Glass Reinforced Plastic. Central Strength member mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi; 10) peripheral Strain Elements terbuat dari bahan polyramid yang merupakan elemen pelengkap optik yang diperlukan untuk menambah kekuatan kabel optik. Polyramid mempunyai kekuatan tarik tinggi (Prasetya, 2009). b) Alur (Slot) Serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam silinder yang terbuat dari bahan PE (Polyethyiene). Pada saat di Jepang telah dibuat kabel jenis slot dengan kapasitas serat dan serat (Bass, 2002).

26 30 Gambar Penampang kabel optik jenis slot (Bass, 2002). Fungsi dan bagian-bagian kabel optik jenis slot : 1) kulit kabel, terbuat dari bahan sejenis polyethylene keras, berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dari pengaruh mekanis saat instalasi; 2) aluran (slot) terbuat dari bahan polyethylene berfungsi untuk menempatkan sejumlah serat. Untuk kabel optik jenis slot dengan kapasitas 1000 serat, diperlukan 13 aluran (slot) dan 1 slot berisi 10 fiber ribbons. 1 fiber ribbon berisi 8 serat; 3) central strength member adalah bagian penguat yang terletak ditengah- kawat baja tengah kabel optik. Central strength member terbuat dari pilinan yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi (Prasetya, 2009).

27 31 6. Pengiriman Informasi Serat Optik Sistem Komunikasi secara umum terdiri dari pemancar sebagai sumber pengirim informasi, detektor penerima informasi, dan media transmisi sebagai sarana untuk melewatkannya. Pengirim bertugas untuk mengolah informasi yang akan disampaikan agar dapat dilewatkan melalui suatu media sehingga informasi tersebut dapat sampai dan diterima dengan baik dan benar di tujuan/penerima. Perangkat yang ada di penerima bertugas untuk menterjemahkan informasi kiriman tersebut sehingga maksud dari informasi dapat dimengerti. Keterangan: Gambar Blok Diagram Sebuah Sistem Komunikasi Tx Rx : pengirim : penerima Pada sistem komunikasi serat optik, media transmisinya adalah berupa serat optik, dengan informasi yang dilewatkan didalamnya berupa sinyal-sinyal pulsa cahaya. Gambar 2.25 menjelaskan proses transmisi dan penerima pada sistem komunikasi serat optik dan sistem komunikasi biasa yang menggunakan kabel tembaga. Perbedaan sistem komunikasi optik dengan sistem komunikasi biasa terletak pada proses pengiriman sinyalnya. Pada sistem komunikasi biasa (a), sinyal informasi dirubah ke sinyal listrik/elektrik, lalu dilewatkan melalui kabel tembaga. Setelah

28 32 sampai ditujuan, sinyal tersebut lalu dirubah kembali menjadi informasi yang sama seperti yang dikirimkan. Pada sistem komunikasi optik (b), sinyal informasi dirubah ke signal listrik lalu dirubah lagi ke optik/cahaya. Sinyal ini kemudian di lewatkan melalui serat optik, yang setelah sampai di penerima nanti, cahaya tersebut dirubah kembali ke listrik dan akhirnya diterjemahkan menjadi sinyal informasi (Santoso, 2010). 7. Rugi-Rugi Serat Optik Rugi-rugi transmisi ini menghasilkan penurunan dari daya cahaya dan juga penurunan bandwidth dari sistem, transmisi informasi yang dibawa, efisiensi, dan kapasitas sistem secara keseluruhan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi serat optik tersebut ataupun karena gangguan ataupun tambahan pada jaringan serat optik tersebut. Selain itu, rugi-rugi pada suatu saluran transmisi yang mempergunakan serat optik juga didapat dari pemasangan komponen-komponen pendukung yang dibutuhkan dalam suatu jaringan seperti konektor, splice, ataupun komponen lain yang disambungkan pada saluran transmisi (Auzaiy, 2008). Adapun rugi-rugi transmisi serat optik ini adalah sebagai berikut (Auzaiy, 2008) : a) Absorpsi Untuk mengatasinya digunakan kaca yang benar-benar murni yang diperkirakan kemurniannya sampai 99,9999 %. Ada tiga faktor yang turut

29 33 menimbulkan rugi absorpsi yaitu absorpsi ultraviolet, inframerah, dan resonansi ion. Gambar Rugi penyerapan (Keiser, 2000). 1) Absorpsi ultraviolet, disebabkan oleh elektron valensi dari bahan silika. Cahaya mengionisasi elektron valensi menjadi konduktor. Ionisasi tersebut sama saja dengan rugi cahaya total dan menimbulkan rugi-rugi transmisi. 2) Absorpsi inframerah adalah hasil penyerapan photon-photon cahaya oleh atom-atom molekul inti kaca. Ini menyebabkan photon bergetar secara acak dan menyebabkan panas. 3) Absorpsi resonansi ion disebabkan oleh ion-ion OH pada bahan penyusunnya. Ion ini terdapat pada molekul air yang terperangkap pada kaca saat proses pembuatannya. Absorpsi ini juga dapat disebabkan oleh molekul besi, tembaga dan khromium. Gambar Molekul air yang terdapat dalam inti kaca (Auzaiy, 2008). b) Rugi-Rugi Pada Inti dan Cladding Struktur serat optik terdiri dari 3 komponen yaitu inti, cladding, dan pembungkus. Masing-masing bagian serat optik ini terbentuk dari berbagai macam material yang berbeda. Meskipun inti ataupun cladding memiliki bahan

30 34 penyusun dasar yang sama, namun inti memiliki indeks bias yang lebih besar dari cladding dengan adanya bahan aditif yang ditambahkan dalam mateial penyusun inti (Auzaiy, 2008). c) Rugi-Rugi Pada Konektor dan Splice Saluran transmisi serta optik pasti akan tersambung dengan komponenkomponen lainnya. Adapun komponen tersebut adalah konektor serat optik, konektor serat optik dengan komponen lainnya seperti sumber cahaya atau penerima. Konektor dalam sambungan serat optik bersifat tidak permanen sehingga dapat dibongkar apabila sudah tidak memenuhi kebutuhan. Splice pada dasarnya adalah penyambung antar optik, namun sifat sambungan yang mempergunakan splice adalah permanen. Selain konektor dan splice ada juga komponen lain yang mungkin ditemui, yaitu repaired splice yang merupakan splice yang diperbaiki dari splice sebelumnya yang mengalami kerusakan atau gangguan lain (Auzaiy, 2008). d) Hamburan Rugi-rugi ini berasal dari variasi mikroskopik pada kepadatan material. Pada dasarnya, serat optik terbentuk dari beberapa molekul. Keberadaan molekul pada serat optik memiliki kepadatan molekul yang lebih padat pada suatu daerah dibanding dengan daerah lainnya. Adanya perbedaan ini menimbulkan variasi indeks bias pada serat optik dalam jarak tertentu yang relatif kecil dibandingkan dengan panjang gelombang (Auzaiy, 2008).

31 35 e) Pembengkokan Pada saat pemasangan serat optik pada suatu saluran transmisi akan ada beberapa kondisi yang akan mengubah keadaan fisik dari serat optik tersebut. Misalnya adalah kondisi lapangan/daerah yang berkelok-kelok dan mengharuskan kabel dipasang dengan pembelokan. Selain itu, tekanan secara fisis dari lingkungan maupun kesalahan instalasi juga akan berpengaruh dalam mengubah kondisi fisik serat optik (Auzaiy, 2008). Perubahan fisik ini biasa disebut bending dan terdiri dari dua jenis sebagai berikut (Auzaiy, 2008) : 1) Pembengkokan Makro Pembengkokan ini adalah pembengkokan serat optik dengan radius pembengkokan yang dipengaruhi banyaknya pelemahan sinyal yang berpropagasi dalam inti. Adanya pembengkokan dengan radius pembengkokan lebih besar dari radius inti serat optik mengakibatkan sebagian sinyal hilang terutama dalam pembengkokan serat optik. Gambar Pembengkokan makro (Auzaiy, 2008).

32 36 2) Pembengkokan Mikro Pembengkokan mikro berasal dari keadaan kabel yang tidak sempurna akibat berbagai pengaruh dari luar kabel, seperti tekanan dari luar, ataupun ketidaksempurnaan bentuk inti di dalam serat optik tersebut. Adanya perubahan radius inti berakibat sama seperti halnya pembengkokan mikro dimana sinyal yang berpropagasi akan hilang pada saat berpropagasi. Pembengkokan mikro yang diakibatkan oleh tekanan dari luar serat diantisipasi dengan mempergunakan pembungkus yang lebih kuat dan tidak sensitif terhadap pengaruh eksternal. Gambar Pembengkokan mikro pada serat optik akibat tekanan dari luar (Auzaiy, 2008). Gambar Penghamburan karena microbending (Yudistira, 2003)

33 37 Redaman (α) sinyal atau rugi -rugi serat optik didefenisikan sebagai perbandingan antara daya output optik ( ) terhadap daya input optik ( ) sepanjang serat L, dimana dapat ditunjukkan pada Persamaan 2.5. = log / (2.5) Keterangan : : Nilai bending (db/km); L : Panjang serat optik (km;) : Daya input (Watt); : Daya output (Watt). f) Coupling Losses Pada kabel serat optik, coupling losses dapat terjadi pada tiga tipe sambungan optik, yaitu sambungan light source-to-fiber, sambungan fiberto-fiber, dan sambungan fiber-to-photodetector. Rugi-rugi sambungan lebih sering disebabkan pada salah satu masalah-masalah penyambungan yang bisa terjadi pada saluran ( lateral misalignment), logitudinal misalignment, dan (sudut) angular misalignment. Gambar Coupling losses (a) logitudinal misalignment (b) lateral misalignment dan (c) angular misalignment

34 38 Dari semua jenis misalignment ini memiliki prinsip yang sama, yaitu inti dari serat optik pengirim dengan serat optik penerima tidak bertemu dengan keadaan yang sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa rugi-rugi data yang diakibatkan oleh misalignment bukan karena perbedaan karakteristik serat optik, namun lebih mengacu kepada kesalahan mekanis yang sangat mungkin terjadi pada isntalasi serat optik dalam suatu saluran transmisi. Masing-masing misalignment memiliki parameter yang berbeda-beda sehingga perhitungan rugi-rugi pada setiap misaligment juga berbeda-beda (Auzaiy, 2008). C. Mikrokontroler 1. Mikrokontroler ATMega32 Mikrokontroler merupakan suatu device yang di dalamnya sudah terintegrasi dengan I/O port, RAM, ROM,sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan kontroler. Mikrokontroler AVR ATMega32 merupakan low power CMOS mikrokontroler 8 bit yang di kembangkan oleh atmel dengan arsitektur RISC (Reduced Instruction SET Computer) sehingga dapat mencapai troughput eksekusi instruksi 1 MIPS (Million Instruction Per Second).Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas ATtiny, kelas AT90xx, keluarga ATMega, dan kelas AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, kecepatan operasi, tegangan dan fungsinya sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan bisa di

35 39 katakan hampir sama. Bentuk fisik mikrokontroler ATMega32 dapat dilihat pada Gambar 2.32 (Budiarto, 2005). Gambar Mikrokontroler ATMega Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATMega32 Mikrokontroler memiliki beberapa port yang dapat digunakan sebagai input/output (I/O). Susunan kaki standar 40 pin DIP mikrokontroler AVR ATMega32 seperti Gambar Gambar Susunan kaki ATMega32

36 40 Pin pada mikrokontroler memiliki fungsi masing-masing yaitu: a) Pin 1 sampai 8 (port B) merupakan port paralel 8 bit dua arah ( bidirectional), yang dapat di gunakan untuk general purpose dan special feature; b) Pin 9 (riset) jika terdapat minimum pulse pada saat active low; c) Pin 10 (VCC) di hubungkan ke Vcc (2,7-5,5 Volt); d) Pin 11 dan 31 GND di hubungkan ke Vssatau ground; e) Pin 12 (XTAL 2) adalah pin masukan ke rangkaian osilator internal. Sebuah osilator kristal atau sumber osilator luar dapat digunakan; f) Pin 13 (XTAL 1) adalah pin keluaran ke rangkaian osilator internal. Pin ini dipakai apabila menggunakan osilator Kristal; g) Pin 14 sampai 21 (port D) adalah 8 bit dua arah (bi-directional I/O) port dengan internal pull-up resistors di gunaka untuk general purpose dan special feature; h) Pin 22 sampai 29 (port C) adalah 8 bit dua arah (bi-directional I/O) port dengan internal pull-up resistors digunaka untuk general purpose dan special feature;. i) Pin 30 adalah Avcc pin penyuplai daya untuk port A dan A/D converter dan dihubungkan ke Vcc. Jika ADC di gunakan maka pin ini dihubungkan ke Vcc; j) Pin 32 adalah A REF pin yang berfungsi sebagai referensi untuk pin analog jika A/D converter digunakan; k) Pin 33 sampai 40 (port A) adalah 8 bit dua arah arah (bi -directional I/O) port dengan internal pull-up resistors digunaka untuk general purpose (Budiarto, 2005).

37 41 D. Perangkat Lunak MATLAB MATLAB adalah singkatan dari MATrix LABoratory, merupakan bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh The Mathwork Inc. MATLAB merupakan suatu software yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan komputasi numerik keteknikan, komputasi simbolik, visualisasi grafis, analisis data matematis, statistika, simulasi, pemodelan, dan desain melalui fasilitas graphical user interface (GUI) (Mathwork, 2015). GUIDE atau GUI Builder merupakan sebuah Graphical User Interface (GUI) yang dibangun dengan objek grafis seperti tombol (pushbutton), edit, slider, text, combo, sumbu ( axes), maupun menu dan lain-lain untuk kita gunakan. Aplikasi yang menggunakan GUI umumnya lebih mudah dipelajari dan digunakan karena orang yang menjalankannya tidak perlu mengetahui perintah yang ada dan bagaimana perintah bekerja (Sugiarto, 2006). Tidak seperti bahasa pemrograman lainnya, GUIDE MATLAB memiliki banyak keunggulan tersendiri, antara lain: 1. GUIDE MATLAB cocok untuk aplikasi-aplikasi berorientasi sains; 2. MATLAB memiliki banyak fungsi built-in yang siap digunakan dan pemakai tidak perlu repot membuatnya sendiri; 3. ukuran file, baik Fig-file maupun M-file yang dihasilkan relatif kecil; 4. kemampuan grafisnya cukup handal dan tidak kalah dengan bahasa pemrograman lainnya (Sugiarto, 2006).

38 42 Tampilan GUI pada MATLAB seperti Gambar 2.34 : Gambar Tampilan GUI pada MATLAB (Mathwork, 2015). E. Sensor Fototransistor Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik (Fraden, 1996). Fototransistor adalah sebuah transistor yang akan saturasi pada saat menerima sinar infrared dan cut off pada saat tidak ada sinar infrared. IR Module adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari sebuah fototransistor dan filter yang terbentuk dalam satu modul di mana collector dari fototransistor merupakan output dari modul ini. Pada saat fototransistor cut off maka tidak terjadi aliran arus dari collector menuju ke emitter sehingga collector yang merupakan output dari IR Module akan berkondisi tinggi. Apabila fototransistor saturasi maka arus mengalir dari collector ke emitter dan output dari IR Module akan berkondisi rendah (Petruzella, 2001).

39 43 Tingkat sensitivitas cahayanya dapat dikendalikan melalui tahanan basis yang variabel ( basereturn transistor), tetapi basis biasanya dibiarkan terbuka untuk mendapatkan sensitivitas yang maksimum untuk diberi cahaya. Makin tinggi sensitivitas dari suatu fototransistor, maka kecepatannya makin rendah (Petruzella, 2001). Bentuk fisik dan simbol fototransistor dapat dilihat pada Gambar 2.35 dan Gambar Bentuk fisik fototransistor Gambar Simbol fototransistor

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tekanan Pada Serat Optik Terhadap Sistem Transmisi Data BerbasisMikrokontroler ATMega32 Dengan Akuisisi Data Menggunakan Matlab

Analisis Pengaruh Tekanan Pada Serat Optik Terhadap Sistem Transmisi Data BerbasisMikrokontroler ATMega32 Dengan Akuisisi Data Menggunakan Matlab JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Analisis Pengaruh Tekanan Pada Serat Optik Terhadap Sistem Transmisi Data BerbasisMikrokontroler ATMega32 Dengan Akuisisi Data Menggunakan

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Serat Optik Serat optik (lihat Gambar 2.1) adalah alat optik yang berguna untuk mentransmisikan informasi melalui media cahaya. Teknologi ini melakukan perubahan

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

BAB II SERAT OPTIK. komunikasi cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya matahari

BAB II SERAT OPTIK. komunikasi cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya matahari BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum Pada tahun 1880 Alexander Graham Bell menciptakan sebuah sistem komunikasi cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya matahari yang dipantulkan dari sebuah cermin

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 1) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. kaca lebih. serat optik. Kecepatan. transmisi. Gambar

BAB II DASAR TEORI. kaca lebih. serat optik. Kecepatan. transmisi. Gambar BAB II DASAR TEORI 2.1. Kabel Serat Optik (Fiberr Optic) Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kebutuhan komunikasi dan bertukar informasi antar satu dengan

Lebih terperinci

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Serat optik FTP 320-10 banyak digunakan Bagaimana karakter makrobending losses FTP 320-10 terhadap pembebanan Bagaimana kecepatan respon FTP 320-10

Lebih terperinci

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik

4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik 4. Karakteristik Transmisi pd Fiber Optik Anhar, MT. 1 Outline : Pengantar Redaman (Attenuation) Penyerapan Material (Absorption) Rugi-rugi hamburan (Scattering Losses) Rugi-rugi pembengkokan Dispersi

Lebih terperinci

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum Dalam sistem perkembangan informasi dan komunikasi yang demikian cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan dipercaya dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono,

Lebih terperinci

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE Widya Carolina Dwi Prabekti, Ahmad Marzuki, Stefanus Adi Kristiawan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI

LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI LABORATORIUM SISTEM TRANSMISI NOMOR PERCOBAAN : 01 JUDUL PERCOBAAN : FIBER OPTIK SINYAL ANALOG KELAS / KELOMPOK : TT - 5A / KELOMPOK 4 NAMA PRAKTIKAN : 1. SOCRATES PUTRA NUSANTARA (1315030082) NAMA KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1. Umum Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 3) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:58-63 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Muh. Sulaiman 1 Nur Ubay, Suhata Peneliti Pusat Teknologi Satelit, LAPAN 1e-mail: sulaiman_itb@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan instrumen elektrik drum menggunakan sensor infrared berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT Winarni Agil (1), Ir. M. Zulfin, M.T (2) Kosentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

KONSEP PERAMBATAN CAHAYA

KONSEP PERAMBATAN CAHAYA AGENDA : 1 KONSEP PERAMBATAN CAHAYA 2 JENIS SERAT OPTIK 3 STRUKTUR SERAT OPTIK 4 JENIS KABEL DAN KODE WARNA 5 PARAMETER KABEL OPTIK 6 FUNGSI ELEMEN SKSO MENU OAN Page : 1 Cahaya merambat dalam suatu medium

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi literatur. Pengujian daya optik pada sensor serat optik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi literatur. Pengujian daya optik pada sensor serat optik BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian sensor serat optik untuk Weight In Motion (WIM) pada replika kendaraan statis dan dinamis adalah dengan melakukan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang dari penelitian ini adalah banyaknya

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi dari satu pihak ke pihak yang lain. Pengiriman informasi ini dilakukan dengan memodulasikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal penggunaannya, serat optik

Lebih terperinci

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas Samian, Supadi dan Hermawan Prabowo Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Kampus C Mulyorejo, Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK

ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK ANALISIS RUGI-RUGI PADA SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-I) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : FIRMAN PANE 080422047

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR Rini Indah S. 1, Sukiswo,ST, MT. 2 ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Saktioto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL Oleh : Darmansyah Deva Sani of 6 ABSTRAK

JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL Oleh : Darmansyah Deva Sani of 6 ABSTRAK JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL - 670 Oleh : Darmansyah Deva Sani 232 98 502 1 of 6 ABSTRAK Sistem komunikasi fiber optik telah berkembang pesat akhir-akhir ini, berupa komunikasi suara, vidio dan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Media Transmisi Jaringan

Media Transmisi Jaringan Media Transmisi Jaringan Medium Transmisi pada Telekomunikasi Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 3.1 Penyambungan Mechanical ( Mechanical Splicing ) Mechanical splicing merupakan metode yang mana penyambungan dua core fiber optik di lakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi merupakan kebutuhan penting yang mana berfungsi untuk menunjang kemajuan ekonomi karena akan memudahkan mobilitas penduduk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

TEKNOLOGI SERAT OPTIK TEKNOLOGI SERAT OPTIK Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak: Serat optik merupakan salah satu alternatif media transmisi komunikasi yang cukup handal, karena memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom MEDIA TRANSMISI Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom OVERVIEW Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX.

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro 1

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro 1 FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Fakultas Teknik Elektro Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke sambungan Jarak

Lebih terperinci

Rancangan Alat Timbang Berbasis Serat Optik Mikrobending Menggunakan Mikrokontroler ATmega32

Rancangan Alat Timbang Berbasis Serat Optik Mikrobending Menggunakan Mikrokontroler ATmega32 Rancangan Alat Timbang Berbasis Serat Optik Mikrobending Menggunakan Mikrokontroler ATmega32 Dwi Hanto 1, Dessy Hervina Sari 2, Andi Setiono 1, Bambang Widiyatmoko 1 dwi.hanto@lipi.go.id 1 Group Tera-Hertz

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK 2.1 Umum Jaringan lokal akses tembaga kapasitasnya sangat terbatas untuk memberikan layanan multimedia, karena kabel tembaga memiliki keterbatasan bandwidth

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi 1

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais. Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi 1 FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Fakultas Teknik Elektro & Komunikasi Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fluida adalah zat - zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan bentuk dengan bentuk tempat/wadahnya. Selain itu, fluida memperlihatkan fenomena sebagai zat yang

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 8 Pengantar Serat Optik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT Andeskob Topan Indra, Harmadi Laboratorium Fisika Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-50 Analisis Pengaruh Perubahan Suhu dan Perubahan Panjang Kupasan Cladding serta Coating Terhadap Rugi Daya yang Dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Optocoupler Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

PEMBAGIAN SERAT OPTIK FIBER OPTIC CABLE Fiber Optik (Serat optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat ukur massa jenis minyak kelapa sawit menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan tampilan ke komputer.

Lebih terperinci

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Nurseno Aqib Fadwi Adi 2209100156 Dosen Pembimbing 1 Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 Ir. Siti Halimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian ini, Permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga dilakukannya penelitian ini yang memiliki batasan-batasan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Karbon monoksida adalah zat pencemar dengan rumus CO yang merupakan jumlah karbon monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan

Lebih terperinci

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais

FIBER JOINT. Ref : Keiser, Palais FIBER JOINT Ref : Keiser, Palais Sambungan Sambungan fiber dng fiber : Permanen splice Tdk permanen konektor Parameter redaman sambungan : Distribusi daya masukan ke sambungan Jarak sumber optik dan sambungan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN FIBER OPTIK

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN FIBER OPTIK Abstrak Kemajuan teknologi sekarang ini semakin pesat sehingga kebutuhan akan komunikasi data antara dua komputer atau lebih dibutuhkan alat agar dapat terhubung. Komunikasi data itu dapat terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIMAN OPTIK

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIMAN OPTIK BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIMAN OPTIK Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan alat pengukuran tinggi badan dan berat badan berbasis mikrokontroler dan interface ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK Mahmudah Salwa Gianti*, Ahmad Marzuki*, Stefanus Adi Kristiawan** *Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED

PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED Pengembangan Sensor Ketinggian. (Iis Muliyana) 92 PENGEMBANGAN SENSOR KETINGGIAN FLUIDA BERBASIS POLYMER OPTICAL FIBER (POF) BERBENTUK NON-BENDED DEVELOPING FLUID LEVEL SENSOR BASED ON NON-BEND SHAPED

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOMUNIKASI

TEKNOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: TEKNOLOGI KOMUNIKASI Media Transmisi Dengan Kabel Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Kabel Koaksial Kabel koaksial ditemukan oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO)

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) Page 1 Daftar isi : MODUL JUDUL MODUL KODE UNIT Modul-1 Menerapkan Prosedur K3 TIK.FO01.005.01 Modul-2 Menerapkan Pengetahuan Istilah Fiber Optik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci