BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA
|
|
- Yuliani Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA 4.1 Kondisi Pelanggan Di PT PLN (Persero) Area Cikupa Cikupa adalah kawasan yang berkembang pesat, terutama di sektor industri. Konsumsi tenaga listrik di Area Cikupa rata rata mencapai 1,122,789,655 kwh per bulannya. Area Cikupa telah memiliki pelanggan besar (industri dan bisnis) yang telah menggunakan AMR. Pelanggan tersebut terdiri dari Pelanggan Tegangan Tinggi sejumlah 2 pelanggan, Pelanggan Tegangan Menengah sebanyak 572 pelanggan, sisanya Pelanggan Tegangan Rendah sebanyak pelanggan. Pemakaian tenaga listrik terbesar untuk Area Cikupa didominasi oleh pelanggan TM, yaitu sebesar 861,573, kwh atau sekitar 76.73%. Dari pemaikaian tenaga listrik Area Cikupa. 40
2 41 Tabel 4.1 Pendapatan kwh Area Cikupa Bulan Mei 2016 RUPIAH JUMLAH JUMLAH NO DAYA PENJUALAN KWH PELANGGAN 1 TR 254,504,082, ,215, ,987 2 TM 928,300,881, ,573, TOTAL 1,182,804,964,476 1,122,789, ,559 Konsumsi tenaga listrik yang sangat besar tersebut menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh PT PLN (Persero) Area Cikupa, karena kesalahan pada titik transaksi mengakibatkan susut energi semakin besar. Penyimpangan dalam pemakaian energi listrik baik itu disengaja oleh pihak pelanggan sendiri maupun kesalahan pada intern PLN juga tidak dapat dipungkiri, dengan pemasangan AMR, kelainan pengukuran energi listrik akan cepat terdeteksi. Dengan AMR, pemantauan energi listrik di sisi pelanggan dapat di kontrol melalui data instantaneous, load profile dan DLPD pada sistem AMR, sehingga keakuratan transaksi energi akan terjaga khususnya pelanggan TR daya diatas 33 kva, Pelanggan TM daya diatas 200 kva dan pelanggan TT. Adapun gain kwh pelanggan Area Cikupa sebagai berikut: Tabel 4.2 Gain kwh Penggantian Meter
3 Konfigurasi AMR PT PLN (Persero) Area Cikupa Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini menerapkan meter elektronik yang dapat melakukan pembacaan dan perekaman data listrik secara otomatis untuk para pelanggan listrik skala industri khususnya Area Cikupa menggunakan sistem Automatic Meter Reaing (AMR). Sistem ini dapat memantau jumlah pemakaian daya listrik oleh pelanggan skala industri dan dapat mengontrol langsung segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas meter elektronik dari kantor PLN khusunya bagian Alat Pengukur dan Pembatas (APP) tanpa ada petugas pembaca meter. Dengan demikian keakuratan data pemakaian listrik oleh pelanggan bisa terjamin. Adapun konfigurasi control center Area Cikupa sebagai berikut: Gambar 4.1 Konfigurasi Control Center Area Cikupa
4 Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) Upaya Menekan Susut Energi di Area Cikupa Ketentuan Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Langkah-langkah / ketentuan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam pemasangan meter elektronik dan modem sebagai sarana komunikasi sistim AMR sebagai berikut: 1. Meter elektronik dipasang pada pelanggan dengan daya kontrak 33 kva 29.5 MVA, dengan tarif ; B2, I2, P2, R3, S2,I3, B3. 2. Meter elektronik diprogram oleh Supervisor pasang di kantor PLN Area Cikupa sesuai dengan wewenang security levelnya dengan menggunakan software masing-masing meter. 3. Security level ditetapkan melalui password sesuai dengan tingkatannya yang disetujui oleh Manager Bidang Distribusi. 4. Jadwal pemasangan meter elektronik dipelanggan dilakukan melalui koordinasi dengan supervisor penyambungan. 5. Sebelum melaksanakan pemasangan/penggantian dengan meter elektronik di pelanggan, petugas pasang harus melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa instalasi meter kwh / eksisting terpasang tidak bermasalah atau terdapat indikasi pelanggaran / P2TL, dan menuangkannya dalam Berita Acara Pemeriksaan (BA P2TL).
5 44 6. Dalam hal ditemukan indikasi pelanggaran, petugas pasang dari AP menyelesaikannya sesuai prosedur P2TL dan pemasangan meter elektronik dapat ditangguhkan. 7. Pelaksanaan pemasangan/penggantian dengan kwh meter elektronik di pelanggan harus dibuatkan Berita Acara Penggantian (BA Pengantian kwh meter) dan disertai pelaksanaan Comissioning untuk memastikan bahwa meter yang telah terpasang berfungsi sebagai pengukuran dengan benar. 8. Comissioning hasil pemasangan kwh meter elektronik dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yang ditandatangani oleh petugas dari PT PLN (Persero) Area Cikupa, pihak pelanggan yang selanjutnya di distribusikan kepada pelanggan, bidang konstruksi Area Cikupa, dan bidang transaksi energi. 9. Penyegelan terhadap instalasi meter berikut kelengkapannya dan kotak / Box APP dipelanggan dengan daya kontrak 33 kva sampai daya diatas 200 KVA disegel dengan segel pelaksana / pengawas dari AP (Area Pelayanan). 10. Pemasangan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi oleh Tim Pasang, dan sedapat mungkin dilaksanakan bersamaan dengan pemasangan meter elektronik dengan memanfaatkan sumber tegangan dari existing power sebagai power Modem GSM nya.
6 Untuk meter elektronik yang sudah terpasang dengan modem PSTN atau GSM sebagai sarana komunikasi pengiriman data agar dicoba di remote dari ruang kontrol AMR untuk memastikan bahwa sarana komunikasi yang tersambung pada meter elektronik diatas sudah berfungsi sebagaimana mestinya. 12. Meter elektronik yang sudah tersambung dengan sarana komunikasi dan dapat di remote dari ruang kontrol, password manager dapat dirubah sesuai kebutuhan dan dilaksanajkan oleh manager yang bersangkutan Surat Tugas Dalam hal pemasangan/penggantian kwh meter elektronik petugas dari Area Pelayanan (AP) untuk malaksanakan tugas tersebut harus dilengkapi surat tugas. Contoh surat tugas seperti pada lampiran Berita Acara (BA) Dalam setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan seharusnya atas dasar perintah kerja atau surat tugas dan apabila pekerjaan tersebut telah selesai dilaksanakan maka sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakannya harus dibuatkan Berita Acara (BA). Berita acara tersebut ditanda tangani bersama oleh petuas lapangan dari PLN Area Cikupa dan pihak pelanggan atau yang mewakilinya. Selanjutnya berita acara tersebut didistribusikan / dibagikan kepada Pelanggan dan Area Pelayanan (AP) untuk diarsipkan.
7 46 Adapun Berita acara yang dibuat dalam pekerjaan pemasangan / penggantian dengan kwh meter elektronik yaitu : 1. Berita acara (BA) Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan untuk sistim pengukuran tidak langsung (Lampiran 2.1 s/d 2.6) dan dibuat dalam 4 rangkap. 2. Berita acara ini dibuat jika didapatkan adanya pelanggaran / pemakaian tenaga listrik secara tidak syah / ilegal) dan peralatan / alat temuan P2TL tersebut dikemas/bungkus dan disegel dan kemasan barang temuan tersebut ditanda tangani bersama antara petugas PLN dan Pelanggan atau yang mewakilinya untuk dibawa ke kantor PLN sebagai barang bukti. 3. Berita acara Pemasangan / Penggantian APP dan Penyegelan (Lampiran 3) Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR)
8 47 Tabel 4.3 Alur Pemasangan Automatic Meter Reaing (AMR) NO ITEM 1. Dasar Pemasangan kwh AMR 1. Bidang Niaga mencetak PK PK diserahkan ke Bidang Konstruksi 2. Bidang Konstrusi menyerahkan PK ke Bidang TE (AMR) untuk melaksanakan pemasangan AMR 3. Bidang TE (AMR) menerima PK dari Bidang Konstruksi 1. Bidang TE (AMR) meminta material kwh AMR dan modem satu set ke Bidang KSA 4. Bidang TE menerima material dari Bidang KSA (Logistik) 1. Melakukan parameterisasi kwh AMR 2. Dikalibrasi dan segel TERA (APP) 5. Tim AMR melakukan pemasangan AMR 1. kwh meter AMR dipasang 2. Didaftarkan ke Server untuk mengetahui hasil komisioning 3. Pelanggan menandatangani Berita Acara Pemasangan kwh AMR 6. Berita Acara peamsangan AMR diserahkan ke Bidang Konstruksi untuk di remajakan. 7. Hasil pemasangan kwh AMR di input untuk diarsip.
9 Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR) Sesuai prosedur pemasangan yang telah dikemukakan diatas maka sebelum dilakukan pemasangan / penggantian dengan meter elektronik terlebih dahulu dilakukan proses Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) terhadap pengawatan / pengukuran sebelumnya. Gambar 4.2 Pemasangan Meter Elektronik Pantauan Pemakaian Energi Listrik Melalui Sistem Automatic Meter Reading (AMR) Upaya Menekan Susut Energi Pengukuran energi listrik dengan menggunakan sistem AMR dapat mendeteksi secara cepat kelinan pengukuran yang dapat menyebabkan tidak terukurnya pemakaian energi suatu pelanggan secara akurat. Kelainan pengukuran tersebut dapat dilihat dalam pemantauan instantaneous pada
10 49 sistem AMR, sealain itu kondisi tersbut juga terekam dalam load profile suatu pelanggan, sehingga dapat memberikan informasi mengenai pemakaian energi pelanggan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pelayanan terhadap konsumen karena setiap deteksi kelainan pengukuran dapat diketahui secara cepat, sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan. Pendeteksian berupa rekaman data meter elektronik ini dapat dijadikan barang bukti apabila kelainan tersebut dilakukan secara sengaja oleh pelanggan. Sehingga pendeteksian ini dapat menekan susut distribusi. Kelainan pengukuran energi listrik dapat terjadi antara lain hilangnya tegangan satu fasa atau hilangnya arus satu fasa Susut Akibat Meter Stop Sistem AMR dapat mendeteksi meter stop dari sebuah instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya AMR dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kwh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang meter AMR stop tidak mengukur pemakaian pelanggann selama 37 hari.
11 Selama 37 hari, meter stop 50 Tabael 4.4 Data Load Profile Selama Meter Stop PT Tasindo Tassa Ind
12 51 Tabael 4.5 Data Instantaneous PT Tasindo Tassa Ind Saat Keadaan Meter Rusak Beban tidak terukur Stand kwh tetap tidak berubah
13 52 Tabael 4.6 Data Instantaneous PT Tassindo Tassa Ind Setelah Diganti Meter Beban sudah terukur Meter diganti, stand mulai dari 0.
14 53 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Tasindo Tassa Ind, meter AMR stop tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang mengalami meter AMR stop adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Tasindo Tassa Ind ID Pelanggan : Merk Meter lama : Actaris Merk Meter baru : Edmi CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Dari tabel 4.6 adalah keadaan PT Tasindo Tassa Ind setelah diganti meter AMR, dapat dilhat bahwa pemakaian energi listrik sudah terukur dan stand kwh sudah terukur juga. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa dengan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan setelah diperbaiki Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : I R : E S : I S : E T : I T : 0.97 Power Faktor ( cos φ ) : Daya yang dipakai konsumen
15 54 Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = x x = Watt = kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = x x = Watt = kw Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = x 0.97 x = Watt = kw Jadi total daya aktif dalam keadaan normal adalah P total = P R + P S + P T = kw kw kw = kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga P total = kw x 60 = kw
16 55 P total selama 37 hari = kw x 888 jam = ,7584 kwh Tabel 4.7 Tarif Dasar Listrik Bulan Januari 2016
17 56 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x ,7584 kwh x Rp 1.409,16 = Rp ,965 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x ,7584 kwh x Rp 1.409,16 = Rp ,18 Kerugian total = Rp ,965 + Rp ,18 = Rp ,14 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama meter AMR stop sebesar Rp ,14. Dari hasil analisa dan perhitungan pada kasus meter stop (kasus PT Tassindo Tassa Ind) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 50% atau ½ dari energi seharusnya. Energi yang tidak terukur akibat meter stop sebesar ,7584 kwh setara dengan Rp , Susut Akibat Kesalahan Pengawatan Sistem AMR juga dapat mendeteksi kesalahan pengawatan yang mengakibatkan pengukuran energi listrik tidak akurat. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian di pihak PLN dan dapat menyebabkan losses distribusi karena pemakaian konsumen tidak terukur seluruhnya. Di bawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang mengalami kesalahan pengawatan pada arus.
18 57 Tabel 4.8 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Terjadi Kesalahan Pengawatan Arus Arus R, S dan T tertukar
19 58 Identitas pelanggan yang mengalami kelainan adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Intec Engginer ID Pelanggan : Merk Meter : Landys & GYR CT : 15/5 PT : 20000/100 sehingga faktor kali meter : 600 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa pada saat kesalahan pengawatan menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi yang terukur ketika terjadi kesalahan pengawatan antara arus R, arus S dan arus T. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : I R : 0.92 <R: E S : I S : 0.85 <S: E T : I T : 0.86 <T: Power Faktor ( cos φ ) : Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = x 0.92 x cos 231º = x 0.92 x = Watt = kw
20 59 Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = x 0.85 x cos 352º = x 0.85 x 0.99 = Watt = kw Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = x 0.86 x 108º = x 0.86 x = Watt = kw Jadi total daya aktif pada saat kesalahan pengawatan arus yang tampil pada kwh meter adalah P terukur = P total P total = P R + P S + P T = kw kw + ( kw) = kw Pelanggan memiliki faktor kali meter : 600 kali sehingga P terukur = kw x 600 = kw Nilai daya aktif yang terukur sebesar kw, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 115 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan:
21 60 kwh tidak terukur saat kesalahan pengawatan = kw x 2760 jam = kwh Energi ketika keadaan normal. Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya ditagihkan ke pelanggan, yaitu pemakaian energi setelah dilakukan perbaikan pengawatan. Tabel 4.9 Data Instantaneous PT Intec Engginer Saat Keadaan Normal Arus dan Tegangan sudah sefasa
22 61 Tabel 4.9 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah pengawatan arusnya diperbaiki, dapat dilihat pada gambar phasornya bahwa arus R dan tegangan tegangan R sudah sefasa, arus S dan tegangan tegangan S sudah sefasa, begitupun arus T dan tegangan T juga sudah sefasa. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa setelah diperbaiki menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : I R : 0.62 E S : I S : 0.67 E T : I T : 0.59 Power Faktor ( cos φ ) : 0.67 Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = x 0.62 x 0.67 = Watt = kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = x 0.67 x 0.67 = Watt
23 62 Untuk Fasa T = kw P T = E T x I T x cos φ = x 0.59 x 0.67 = Watt = kw Jadi total daya aktif setelah pengawatan arus diperbaiki adalah P total = P R + P S + P T = kw kw kw = kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT - PT) : 600 kali Sehingga P total = kw x 600 = kw P total selama 115 hari = kw x 2760 jam = ,04 kwh Jadi perbandingan kondisi normal dan pada saat terjadi kesalahan pengawatan arus terdapat selisih sebesar : Selisih kwh = kwh normal kwh saat tegangan satu fasa hilang = ,04 kwh 667,368 kwh = ,672 kwh Persentase kwh tidak terukur = ,04) x 100% = 99.45% (Meter berhenti) Selisih kwh tersebut merupakan total kwh yang tidak terukur selama terjadi kesalahan wiring. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan
24 63 menimbulkan susut energi yang sangat besar. Perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.10 Tarif Dasar Listrik Bulan Maret 2016
25 64 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x ,672 kwh x Rp 968,65 = Rp ,66 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x ,672 kwh x Rp 968,65 = Rp ,22 Kerugian total = Rp ,66 + Rp ,22 = Rp ,9 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama kesalahan wiring sebesar Rp ,9. Pada kasus kesalahan pengawatan yaitu tertukarnya arus fasa R, S dan T (kasus PT Intec Engineer) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 99.45% atau dianggap meter berhenti tidak mengukur. Energi yang hilang akibat tertukarnya arus fasa R, S dan T yaitu ,672 kwh setara dengan Rp , Susut Akibat Arus Tidak Terukur Sistem AMR dapat mendeteksi arus yang tidak terukur dari sebuah instalsi pengukuran energi listrik di pelanggan. Tidak terukurnya arus dapat menyebabkan kerugian bagi PLN dan dapat mengakibatkan susut distribusi karena kwh pemakaian konsumen tidak terukur secara tepat. Hal ini bisa terjadi dikarenakan CT nya rusak. Dibawah ini adalah salah satu kasus pelanggan yang arusnya tidak terukur selama 111 hari.
26 Arus Phasa S dan T Hilang 65 Tabel 4.11 Data Load Profile Arus Hilang PT Harmatex Perdana
27 66 Tabael 4.12 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Saat Arus Hilang Arus Phasa S dan T tidank terukur
28 67 Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pelanggan PT Harmatex Perdana, arus pada phasa S dan T hilang tidak mengukur pemakaian energi listrik, sehingga dapat mempengaruhi pengukuran energi listrik yang dipakai konsumen. Identitas pelanggan yang arusnya tidak terukur adalah sebagai berikut: Nama Pelanggan : PT Harmatex Perdana ID Pelanggan : Merk Meter : Wasion CT : 300/5 sehingga faktor kali meter : 60 kali Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa pada saat CT rusak menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi yang terukur ketika arus phasa S dan T tidak terukur. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : I R : <R: E S : I S : 0.00 <S: E T : I T : 0.00 <T: Power Faktor ( cos φ ) : Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = x x cos 11.86º = x x 0.978
29 68 Untuk Fasa S = Watt = kw P S = E S x I S x cos φ = x 0.00 x cos º = 0 Watt Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = x 0.00 x cos º = 0 Watt Jadi total daya aktif pada saat arus terukur yang tampil pada kwh meter adalah P terukur = P total P total = P R + P S + P T = kw + 0 kw + 0 kw = kw Pelanggan memiliki faktor kali meter : 60 kali sehingga P terukur = kw x 60 = kw Nilai daya aktif yang terukur sebesar kw, ini hanya dalam waktu sesaat saja. Padahal pelanggan tersebut mengalami gangguan selama 111 hari, sehingga energi yang tidak terukur selama terjadi gangguan: kwh terukur saat arus tidak terukur = kw x 2664 jam = ,2272 kwh
30 69 Energi ketika keadaan normal. Sebagai perbandingan akan dihitung energi yang seharusnya ditagihkan ke pelanggan, yaitu pemakaian energi setelah dilakukan penggantian CT. Tabel 4.13 Data Instantaneous PT Harmatex Perdana Setelah Diganti CT Arus Phasa S dan T sudah normal
31 70 Tabel 4.13 meunjukkan keadaan normal yaitu keadaan setelah penggantian CT, dapat dilihat pada kolom arus phasa S dan T sudah terukur. Untuk menghitung pemakaian energi listrik masing masing phasa setelah CT diganti menggunakan rumus daya (persamaan 2.1) Energi ketika keadaan normal. Dari tabel dapat diketahui bahwa : E R : I R : 3.01 E S : I S : E T : I T : Power Faktor ( cos φ ) : Daya yang dipakai konsumen Untuk Fasa R P R = E R x I R x cos φ = x 3.01 x = Watt = kw Untuk Fasa S P S = E S x I S x cos φ = x x = Watt = Kw
32 71 Untuk Fasa T P T = E T x I T x cos φ = x x = Watt = kw Jadi total daya aktif setelah penggantian CT adalah P total = P R + P S + P T = kw kw kw = 1,73732 kw Pelanggan ini memiliki faktor kali (rasio CT) : 60 kali Sehingga P total = 1,73732 kw x 60 = kw P total selama 111 hari = kw x 2664 jam = ,2288 kwh Jadi perbandingan kondisi normal arus tidak terukur terdapat selisih sebesar : Selisih kwh = kwh normal kwh saat tegangan satu fasa hilang = ,2288 kwh ,2272 kwh = ,0016 kwh Persentase kwh tidak terukur = ,2288 ) x 100% = 57.70% (Tidak terukur)
33 72 Selisih kwh tersebut merupakan total kwh yang tidak terukur arusnya. Dan bila keadaan ini terus menerus dibiarkan menimbulkan susut energi yang sangat besar.perbedaan dalam bentuk rupiah dapat dilihat seperti dibawah ini Tabel 4.14 Tarif Dasar Listrik Bulan Mei 2015
34 73 Jika diasumsikan pemakaian kwh setiap jamnya sama maka kerugiannya WBP (pukul 18:00 22:00) = 0.17 x ,0016 kwh x Rp 1.514,81 = Rp ,62 LWBP (pukul 22:00 18:00) = 0.83 x ,0016 kwh x Rp 1.514,81 = Rp ,22 Kerugian total = Rp ,62+ Rp ,22 = Rp ,8 Jadi total kerugian PT PLN (Persero) Area Cikupa selama arus tidak terukur sebesar Rp ,8 Pada kasus CT rusak, yaitu tidak terukurnya fasa S dan T (kasus PT Harmatex Perdana) menyebabkan tidak terukurnya energi sebesar 57.7%. Energi yang tidak hilang selama CT fasa S dan T rusak yaitu ,0016 kwh setara dengan Rp ,8.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGOPERASIAN AUTOMATIC METER READING (AMR) Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh : YUSUF ALI AKBAR 41412110059 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III AMR (AUTOMATIC METER READING )
BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING ) 3.1 Pengertian AMR (Autaomatic Meter Reading) Automatic Meter Reading (AMR) adalah sistem pembacaan atau pengambilan data hasil pengukuran meter elektronik atau ME
Lebih terperinciBAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI
BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI Pada bab ini akan dibahas peran sistem AMR dalam upaya penurunan susut / losses distribusi. Perlu kita ketahui manfaat yang dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB III SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING)
BAB III SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING) 3.1. Pengertian AMR (Automatic Meter Reading) AMR (Automatic Meter Reading) adalah teknologi pembacaan meter elektronik secara otomatis. Umumnya, pembacaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Persero) dalam rangka menuju pelayanan penyediaan tenaga listrik kelas dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Road Map penurunan susut energi telah ditetapkan melalui Visi PT. PLN (Persero) dalam rangka menuju pelayanan penyediaan tenaga listrik kelas dunia (WCS / World Class
Lebih terperinciP2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)
P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK) Anggota Kelompok : Hasbulah Hendra Alam Ariwibowo M. Mandala Putra Wily Silviyanty Kelas : 5 ELC PT. PLN RAYON KENTEN Sampai Oktober 2013: - Memiliki 110.630
Lebih terperinci3.2.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kegiatan Kerja Praktek Jenis penelitian kerja praktek yang kami lakukan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat & Banten APJ Bandung adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Analisa teknis pencurian energi listrik pada kwh Meter 1 Phasa dilakukan dalam rangka penertiban pemakaian tenaga listrik oleh PT.PLN (Persero) terhadap konsumen. Pemakaian
Lebih terperinciSOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG
PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JABAR & BANTEN SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG Kode SOP : APP - 1 Halaman 1 / 5 PETUGAS : 1. Pengawas - orang 2. Pelaksana 2 orang KOORDINASI : 1. Supervisor Penyambungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Alur Pengajuan Tambah Daya Listrik
digilib.uns.ac.id 44 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan magang pada tanggal 05 Januari sampai dengan 06 Februari 2015 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi berlangsung dengan begitu pesat, salah satu buktinya adalah penggunaan teknologi komputer pada berbagai perusahaan, baik
Lebih terperinciBAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng
BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Cengkareng 2.1 Struktur Organisasi PLN Area Cengkareng yang diresmikan pada tanggal 7 Juni 2010, merupakan gabungan dari Area
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.
No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupannya, mulai dari aktivitas rumah tangga,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535
TUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535 Diajukan Sebagai Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK
BAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK 2.1 Teori Dasar Listrik Tidak seperti arus searah dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik,
Lebih terperinciGOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK
LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TANGGAL 4 MEI 1998 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK No. Golongan Batas Daya Keterangan Tarif 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai
Lebih terperinciDAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI
DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI LEVEL 1 Kode Unit : DIS.OPS.005(1).B... 5 Judul Unit : Mengganti fuse pada peralatan hubung bagi (PHB-TR).
Lebih terperinciLAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK
LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2
Lebih terperinciUSAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK
USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI
DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI LEVEL 1 Kode Unit : DIS.OPS.005(1).B... 5 Judul Unit : Mengganti fuse pada peralatan hubung bagi (PHB-TR).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin cepat pula informasi tersampaikan. Beberapa teknologi yang populer
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat sekarang ini semakin penting pula peran teknologi dalam berbagai bidang kehidupan, dikarenakan teknologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.
Lebih terperinciAUTOMATIC METER READING (AMR) MENGGUNAKAN JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
Makalah Seminar Kerja Praktek AUTOMATIC METER READING (AMR) MENGGUNAKAN JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE (GSM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI Fabianus Marintis Dwijayatno ( 21060110110067 ) Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PEMBAHASAN. Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik. Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik PLN oleh tim
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN 4.1 Data Pelanggan Penyalahgunaan Dan Perhitungan Biaya Iuran Listrik Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT. PLN (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi
Lebih terperinciA. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia listrik untuk umum di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai terjadinya krisis energi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta membatasi daya yang digunakan sesuai daya kontraknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Pembatas dan Pengukuran (APP) Alat Pembatas dan Pengukuran (APP) adalah suatu peralatan yang dipasang pada pelanggan untuk mengetahui/mengukur pemakaian energi yang digunakan
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,
! ^- _ ^s.tcr ti. ^;. ^ ^n... ''j "", 'wi.. r^c % ^. ^ : ^,. ^^..::_.Jr:.: ^Jli'.^,._..^_1\_ r. -.^ :^, y zy `^ n ^ - - ^3 ^..^=:^`` ^_^.JLJ ^^- ^:r_ PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat
Lebih terperinciBAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA
BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik
Lebih terperinciBAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK
BAB II KWH METER UNTUK PENGUKURAN ENERGI LISTRIK 2.1.Teori Dasar Listrik Tidak seperti arus searah dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik,
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat PT. PLN (PERSERO) Sejarah Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda
Lebih terperinciTentang JUAL BELI TENAGA LISTRIK. Antara. PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Dan PT ALMARON PERKASA
S U R A T P E R J A N J I A N Tentang JUAL BELI TENAGA LISTRIK Antara PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Dan PT ALMARON PERKASA Nomor PIHAK PERTAMA : Nomor PIHAK KEDUA : Yang bertanda
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V
BAB IV PEMBAHASAN Sebelum melakukan pemasangan CT TR terdapat langkah langkah yang wajib apakah CT yang kita pasang baik di gunakan atau tidak berikut tahapan sebelum melakukan pemasanga CT TR 4.1 Pengujian
Lebih terperinciBAB III DATA DAN PEMBAHASAN Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto PT. PLN ( Persero ) APJ MAGELANG
25 BAB III DATA DAN PEMBAHASAN 3.1. DATA UMUM 3.1.1. Visi, Misi, Nilai-nilai, dan Motto PT. PLN ( Persero ) APJ MAGELANG Visi : Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PEMANTAUAN PELANGGAN BESAR BERBASIS METER ELEKTRONIK DENGAN SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING)
TUGAS AKHIR PEMANTAUAN PELANGGAN BESAR BERBASIS METER ELEKTRONIK DENGAN SISTEM AMR (AUTOMATIC METER READING) Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,
Lebih terperinci47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971
47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 ANALISIS PENGARUH REKONFIGURASI GROUNDING KABEL POWER 20 kv TERHADAP ERROR RATIO CURRENT TRANSFORMERS PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH DI HOTEL GOLDEN TULIP SEMINYAK
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK
LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh : FAISAL AKHMAD 41412110031
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2 - Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik
Lebih terperinciPENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA
PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA A. Pengertian KWH Meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet
Lebih terperinciNO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN
LAMPIRAN I NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN 1 S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah). 2 S-2/TR 250 VA s.d 200 Tarif S-2 yaitu tarif untuk keperluan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Berdirinya PT PLN (Persero) UPJ Singaparna Kelistrikan di Jawa Barat dan Banten mempunyai catatan sejarah yang cukup panjang. Awal kelistrikan di bumi
Lebih terperinciAnalisis Pemasangan Kapasitior Daya
Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metodologi yang ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian 38 39 3.2 Studi Literatur
Lebih terperinci2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T
No.485, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyaluran Tenaga Listrik PT. PLN. Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN
ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya
Lebih terperinciMENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )
MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung
Lebih terperinciBAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda
25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya
Lebih terperinciBAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)
BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Tempat Kerja Praktek 2.1.1 Sejarah Berawal di tahun 1905, di kota Bandung berdiri perusahaan listrik milik Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Bandoengsche Electriciteit
Lebih terperinciIrene Ega Novena Putri, Arkhan Subari Program Studi Diploma III Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRACT
OPTIMASI PELAKSANAAN PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SAVING KWH DAN PENEKANAN SUSUT NON TEKNIS DI PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG SELATAN Irene Ega Novena Putri, Arkhan
Lebih terperinciMematuhi aturan serta prosedur yang diguna-kan dalam merencana-kan dan menyiapkan pemasangan
DESKRIPSI PEMELAJARAN KOMPETENSI KODE DURASI PEMELAJARAN : Memasang APP Fasa Tunggal : DIS.KON.001(2).A : 20 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 1 2 1 1 1 1 1 KONDISI KINERJA Dalam Melaksanakan
Lebih terperincicommit to user BAB V PEMBAHASAN
BAB V PEMBAHASAN A. Prosedur Pelayanan Penyambungan Listrik Baru di PLN Di PT. PLN (Persero) Area Surakarta dalam melayani penyambungan listrik baru terdapat prosedur -prosedur yang harus dilakukan dan
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto
Novalina Putri, Putranto; Analisis Perhitungan Losses Pada Jaringan Tegangan Rendah Dengan Perbaikan Pemasangan Kapasitor ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN
Lebih terperinciANALISIS SUSUT ENERGI NON TEKNIS PADA JARINGAN DISTRIBUSI PLN RAYON KOBA
ANALISIS SUSUT ENERGI NON TEKNIS PADA JARINGAN DISTRIBUSI PLN RAYON KOBA Amrina Tiara Putri*, Muhammad Jumnahdi, Rika Favoria Gusa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bangka Belitung Balunijuk,
Lebih terperinciTARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL
LAMPIRAN I DASAR LISTRI UNTU EPERLUAN PELAYANAN SOSIAL PRA BAYAR BATAS DAYA BIAYA PEMAAIAN DAN BIAYA kvarh (Rp/kVArh) 1. S-1/TR 220 VA - Abonemen per bulan (Rp) :14.800-2. S-2/TR 450 VA 10.000 Blok I :
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN
BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisis sistem merupakan suatu proses penganalisaan dari suatu prosedur yang ada kemudian dilakukan untuk pemeriksaan masalah
Lebih terperinciPELUANG PENGHEMATAN ENERGI PADA GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PELUANG PENGHEMATAN ENERGI PADA GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG Feby Ardianto (1), Muhammad Hurairah (2), Ichwanudin Azis (3) (1,2) Program Studi Teknik Elektro, UMPalembang (1)
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB
ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri, pemukiman, rumah sakit, perkantoran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri, pemukiman, rumah sakit, perkantoran dan berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, sebagai dampak positif dari perubahan dan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan
Lebih terperinciPROSEDUR PENJUALAN TENAGA LISTRIK PRABAYAR PADA PT. PLN (Persero) DISTIBUSI JAKARTA RAYA dan TANGERANG
PROSEDUR PENJUALAN TENAGA LISTRIK PRABAYAR PADA PT. PLN (Persero) DISTIBUSI JAKARTA RAYA dan TANGERANG Nama : Tri Anggun Mulyati NPM : 45209750 Jurusan : D3 Akuntansi Komputer Pembimbing : Dr. Aris Budi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar
Lebih terperinciKEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA *51348 (KEPPRES) NOMOR 104 TAHUN 2003 (104/2003)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki peranan penting dalam pembangunan negara khususnya dibidang energi
Lebih terperinciatau pengaman pada pelanggan.
16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi
Lebih terperinciPT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)
PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) PELAYANAN Pasal 1 (Ketentuan Umum) 1. Listrik Prabayar (LPB) adalah Produk layanan pemakaian tenaga listrik yang menggunakan meter elektronik prabayar dengan cara pembayaran
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka
Lebih terperinciBab V JARINGAN DISTRIBUSI
Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan
Lebih terperinciPT PLN (Persero) 17 April 2014
Penerapan Tarif Tenaga Listrik Tahun 2014 (Tariff Adjustment bagi golongan tarif non- subsidi, dan Penghapusan subsidi listrik bagi I 3 Go Public dan I 4 ) PT PLN (Persero) 17 April 2014 Golongan Tarif,
Lebih terperinciMEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008
Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komponen Pengukuran Tidak Langsung pada Tegangan Rendah 2.1.1 kwh Meter kwh meter merupakan alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus
Lebih terperinciSOP PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI PELANGGAN 197KVA
PT PLN Persero SOP PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI PELANGGAN 197KVA Kode Unit : DIS HAR Trafo PETUGAS YANG TERLIBAT : Manajer Ranting Supervisor Distribusi Pelaksana Pekerjaan (Minimal 2 Orang) Pengawas pekerjaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero)
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. PLN (Persero) Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yakni pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan
Lebih terperinciDAFTAR ISI SAMPUL DALAM...
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinci1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva
LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK GOLONGAN KETERANGAN TR/TM/TT *) 1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva Golongan tarif untuk keperluan pelayanan
Lebih terperinciCos φ = V.I. Cos φ. PRINSIP DASAR kwh METER
PRINSIP DASAR kwh METER kwh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja, kali waktu yang tertentu (UI Cos φ t) yang bekerja padanya selama
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA
5 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PLN (PERSERO) UPJ BANDUNG UTARA 2.1 Sejarah Perusahaan Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad XIX, yaitu pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Kelistrikan
Lebih terperinciBab IV Analisis Kelayakan Investasi
Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Jaringan Listrik, Komputer dan Komunikasi Persuahaan Listrik X Desember 2014)
BAB I PENDAHULUAN Bab I ini akan menjelaskan beberapa pendahuluan terkait penelitian yang akan dilakukan antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan.
Lebih terperinci2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala
BERITA NEGARA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI
PERATURAN WALIKOTA DUMAI TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (7) Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 3, 2016 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa penerangan jalan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. salah satu peusahaan BUMD yang bergerak di bidang pelayanan air bersih.
55 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN MASALAH Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Surakarta merupakan salah satu peusahaan BUMD yang bergerak di bidang pelayanan air bersih. Air bersih
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT
BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application
Lebih terperinciBAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK
BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK 2.1. KONSUMSI ENERGI PADA BANGUNAN BERTINGKAT Peningkatan jumlah konsumsi energi oleh bangunan bertingkat seperti gedung perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit,
Lebih terperinci: Wizi Tri Septyaningsih NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Pembimbing : Toto Sugiharto, PhD
PROSEDUR PENGAKUAN DAN PENCATATAN PENDAPATAN ATAS PENJUALAN TENAGA LISTRIK PADA PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA DAN TANGERANG Nama : Wizi Tri Septyaningsih NPM : 42209955 Program Studi : Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempat kos merupakan tempat yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode tertentu. Tempat
Lebih terperinciANALISIS PEMAKAIAN ENERGI PELANGGAN DAYA DI ATAS VA DENGAN MENGGUNAKAN AMR (AUTOMETIC METER READING) PLN AREA BANGKA
ANALISIS PEMAKAIAN ENERGI PELANGGAN DAYA DI ATAS 41500 VA DENGAN MENGGUNAKAN AMR (AUTOMETIC METER READING) PLN AREA BANGKA Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana S-1 Oleh : FENTY
Lebih terperinciDEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR : /39/600.
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR : 114-12/39/600.2/2002 TENTANG INDIKATOR MUTU PELAYANAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Lebih terperinciBAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong
BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG 3.1. Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong Pengumpulan data mengenai upaya penanganan komplain PT. PLN Rayon Gombong
Lebih terperinci