DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM GROJOGAN SEWU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR EVY NURFIANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 213 i

2 RINGKASAN EVY NURFIANA. Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pariwisata. Peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga unsur, yakni unsur ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), unsur sosial (menciptakan lapangan kerja), dan unsur kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing) (Prisma, 1994). Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya cepat dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang (Sulistiyo, 212). Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan dalam perekonomian. Perkembangan jumlah wisatawan ke TWA Grojogan Sewu secara garis besar terus mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah wisatawan akan semakin mendorong masyarakat sekitar lokasi wisata untuk terlibat dalam kegiatan wisata, misalnya berdagang atau menjadi tenaga kerja pada kawasan wisata tersebut. Adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini mendatangkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan kualitas lingkungannya, oleh sebab itu kedua hal tersebut harus dikaji lebih mendalam. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, dan 3) Mengestimasi dampak ekonomi dan mengidentifikasi dampak lingkungan dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap masyarakt sekitar. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif, fungsi permintaan wisata diolah dengan Analisis Regresi Berganda, sedangkan dampak ekonomi diestimasi dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Berdasarkan tujuan yang pertama, diperoleh karakteristik sosial-ekonomi pengunjungnya. Mayoritas pengunjung berusia tahun, belum menikah dan tidak memiliki jumlah tanggungan. Sebagian besar responden berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa dengan pendapatan berkisar antara Rp 5., Rp 1..,. Wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar berasal dari dalam Provinsi Jawa Tengah dan mayoritas datang secara berkelompok dengan menggunakan kendaraan pribadi. Unit usaha yang berkembang di sekitar lokasi wisata yaitu kios makanan dan minuman, jasa foto, souvenir, penyewaan kuda, penyewaan payung dan tikar, toilet, dan parkir dengan pendapataan perbulan rata-rata berkisar antara Rp 5., Rp 1.5.,. Sebagian besar unit usaha telah berjalan lebih dari 1 tahun. Tenaga kerja sekitar di lokasi wisata sebagian besar merupakan lulusan SMA. Mereka bekerja sebagai petugas parkir, petugas kebersihan, karyawan wisata, tenaga kerja kios makanan dan minuman dengan pendapatan rata-rata berkisar antara Rp 5., Rp 1..,. Masyarakat sekitar wisata sebagian besar responden merupakan lulusan Sekolah Dasar dan sebagian besar dari mereka bekerja atau membuka usaha di sekitar lokasi wisata dengan pendapatan berkisar antara Rp 5., Rp 1.5.,. Tujuan penelitian kedua menghasilkan faktor sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi fungsi permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Faktor sosial ii

3 ekonomi tersebut diantaranya adalah pendapatan, jarak ke lokasi wisata, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, dan daya tarik. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu memiliki proporsi 6,5% atau sebesar Rp , dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata guna memenuhi kebutuhan unit usaha yang berupa upah tenaga kerja, pembelian input bahan baku dan transportasi. Untuk upah tenaga kerja memiliki proporsi sebesar 2,72%, pembelian input bahan baku sebesar 35%, dan transportasi lokal sebesar 1,1%. dan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja sekitar untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 58,1%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar,3; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,7 dan 2,5. Dampak lingkungan yang terjadi dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berdasarkan persepsi responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar adalah belum terlihat adanya dampak negatif atau dapat dikatakan kondisi lingkungan di sekitar kawasan wisata masih dalam kondisi baik. Kata Kunci: Sektor pariwisata, Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, dampak ekonomi, nilai multiplier effect iii

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 213 Evy Nurfiana H44875 iv

5 ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEGIATAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM GROJOGAN SEWU, KABUPATEN KARANGANYAR, PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR EVY NURFIANA H44875 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213 v

6 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar. : Evy Nurfiana : H44875 Disetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. NIP Nuva, SP, M.Sc. Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP Tanggal Lulus : vi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orangtuaku tercinta Mama (Suryana), Papa ( H. A. Nawawi Effendi), dan saudara-saudaraku tersayang (Bang Ivan, Eva, dan Aldi). Terima kasih atas segala do a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis. 2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti. 3. Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan kesabaran selama ini. 4. Ibu Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS selaku dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si, selaku dosen penguji komdik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh responden dan pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, serta Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah. 6. Prabowo Dwi Kristanto, yang telah memberikan do a, semangat, perhatian, kasih sayang dan dukungan yang tulus sehingga penulis diberikan kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini. 7. Welatri Yoana Ferly soulmate yang selalu setia memberi dukungan, motivasi, dan membantu penulis selama melakukan penelitian, serta sahabat penulis Sendy, Ehsa, Oze, dan Aling atas kebersamaan dan dukungannya. 8. Sahabat penulis: Vicky, Maphy, Uun, Dila, Anneke, Nta, Andri, Wawan, Ade, Erwan, atas kebersamaan, semangat, dan motivasinya selama ini kepada penulis. 9. Teman-teman satu bimbingan (Nurul, Dyah, Nova, Shinta, Elok, Erwan, dan Mirza) atas dukungan dan sarannya, Setyawati atas sharing dan dukungannya, seluruh keluarga ESL 45 serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, semangat, dan motivasinya. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah Terhadap Masyarakat Sekitar ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari skripsi ini adalah mengindentifikasi karakteristik dari pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisaa di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Selain itu penelitian ini juga mengkaji mengenai dampak ekonomi kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khasanah pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi yang terkait dengan skripsi ini. Bogor, Januari 213 Evy Nurfiana H44875 viii

9 DAFTAR ISI RINGKASAN... HALAMAN PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA Wisata Alam Wisatawan Permintaan Wisata Dampak Ekonomi Wisata Alam Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN... 2 IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode dan Prosedur Analisis Analisis Deskriptif Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Analisis Regresi Berganda Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu V. GAMBARAN UMUM Letak, Luas, dan Status Kawasan ii iv vi vii viii xi xii xiii ix

10 5.2 Keadaan Biologi Sarana dan Prasarana Wisata Aksesibilitas... 4 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Karakteristik Responden Unit Usaha Karakteristik Responden Masyarakat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadappermintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Persepsi Wisatawan terhadap Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Dampak Ekonomi Langsung Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak Lanjutan Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Wisatawan Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 1 x

11 Nomor DAFTAR TABEL Halaman Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Tingkat Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pada Tahun Penelitian terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata... Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata... Matriks Metode Analisis Data... Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Jenis Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Faktor Demografi... Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Karakteristik Responden Tenaga Kerja... Karakteristik Responden Unit Usaha... Karakteristik Responden Masyarakat... Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Persepsi Responden Wisatawan Mengenai Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Sebaran Persepsi Responden Wisatawan terhadap Harga Tiket Masuk di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di dalam Lokasi Wisata dan Dampak Tidak Langsung yang dirasakan dari Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Sebaran Upah Responden Tenaga Kerja dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Persepsi Responden Stakeholder terkait terhadap Kebersihan, Kualitas Air, dan Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Wisata... Persepsi Responden Stakeholder terkait dengan Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Wisata xi

12 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Masyarakat Sekitar dari Pengeluaran Wisatawan Kerangka Berfikir Penelitian xii

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman Estimasi Model Hasil Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu... Uji Kolmogrov-Smirnov... Residual Plot... Biaya Pengeluaran Wisatawan... Rata-rata Pengeluaran Responden Unit Usaha Menurut Jenis Usahanya... Rata-rata Pengeluaran Responden Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya... Dokumentasi xiii

14 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country. Bentangan alam dan kekayaan hayati yang tersebar dari Sabang sampai Marauke menjadi modal dasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Upaya pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan non-hayati sebagai obyek wisata merupakan langkah strategis dalam memberikan kontribusi yang besar untuk peningkatan perekonomian negara (Mula, 212). Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pariwisata. Menurut Prisma 1994, peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (menciptakan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya paling cepat dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang (Sulistiyo, 212). Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan dalam perekonomian. Efek positif akibat dari berkembangnya sektor pariwisata antara lain dapat menurunkan angka pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar obyek wisata tersebut. Adanya perkembangan sektor 1

15 pariwisata juga dapat menciptakan lapangan kerja di sektor lain yang terkait, dan dapat meningkatkan pendapatan serta standar hidup masyarakat. Selain itu, efek positif lain dari sektor pariwisata adalah dapat meningkatkan cadangan devisa suatu negara (Yoeti, 28). Berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (212), secara kumulatif selama lima tahun terakhir pada Tahun , jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan kecuali pada Tahun 29 yang mengalami penurunan (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Wisatawan Mancanegara Penerimaan Devisa Tahun Jumlah Pertumbuhan (%) Jumlah (Juta USD) Pertumbuhan (%) , , ,6 37, , ,45-14, , ,45 2, , ,39 12,51 Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 212 Potensi sektor pariwisata memberikan beberapa kontribusi positif terhadap perekonomian nasional karena sektor pariwisata nasional telah menyumbang devisa negara. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa peningkatan jumlah wisman, telah memberikan kontribusi pada peningkatan devisa negara. Contohnya, dapat dilihat pada Tahun 21 ke Tahun 211 terjadi peningkatan jumlah wisman sebesar 9,24% dengan peningkatan devisa sebesar 12,51%. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah, yang mempunyai potensi wisata yang tinggi, berupa pesona keindahan alam pegunungan, merupakan salah satu daya tarik wisata yang patut diperhitungkan untuk dikunjungi. Selain itu, keramah-tamahan masyarakat sekitar obyek wisata juga menjadi salah satu aspek pendukung kegiatan wisata di daerah tersebut (Demartoto, 29). 2

16 Obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar dapat dikelompokkan menjadi obyek wisata alam, budaya, dan buatan. Obyek wisata alam di Kabupaten Karanganyar terdiri dari hutan alam, taman wisata alam, goa dan bumi perkemahan, sedangkan obyek wisata budaya yang berupa peninggalan sejarah, purbakala serta ziarah ke makam raja-raja. Adapun obyek wisata buatan yaitu berupa taman ria, waduk, dan agrowisata. Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Karanganyar, tidak sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar tetapi oleh berbagai pihak seperti Kementerian Kehutanan, Perhutani, Pemerintah Desa, yayasan dan bahkan pihak swasta. Oleh karena itu, pendapatan wisata dari obyek wisata tidak sepenuhnya masuk dalam pendapatan asli daerah, melainkan hanya berupa pembagian pendapatan dengan pihak pengelola (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 212). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar pada Tahun 211, terdapat 21 obyek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan. Tabel 2 menunjukkan diantaranya 1 obyek wisata yang memiliki jumlah kunjungan lebih tinggi pada Tahun 211. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu obyek wisata yang diminati oleh para wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan asing dan termasuk kedalam obyek wisata unggulan di Kabupaten Karanganyar (Widodo, 211). Hal ini dapat terlihat dari jumlah wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu kedua tertinggi setelah Argowisata Sandokoro (Tabel 2). 3

17 Tabel 2. Tingkat Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 211 No Obyek Wisata Tingkat Pengunjung 1. Argowisata Sondokoro TWA Grojogan Sewu 32, Makam Astana Giribangun 172, Air Terjun Jumog 47, Air Terjun Parang Ijo 33, Candi Ceto Wisnus 19, Candi Sukuh Wisnus TR. Balekambang Outbound Amanah Makam Astana Mangadeg 6.87 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Karangayar 212 Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan bagian dari Hutan Wisata Grojogan Sewu dan memiliki fungsi sebagai hutan lindung. Obyek wisata alam ini memiliki daya tarik utama berupa air terjun yang tingginya sekitar 81 m dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang. Curahan air terjunnya tidak berpusat pada satu titik, namun menyebar ke berbagai penjuru, sehingga menambah pesona keindahannya. Daya tarik lain yang dimiliki oleh Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu memiliki panorama alam yang sangat indah dengan komponen fisik yang terbentuk dari pegunungan, bukit, hutan, serta keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna sehingga sangat menunjang untuk kegiatan rekreasi alam. Kondisi hutan khususnya di kawasan yang dilindungi memiliki keunikan baik dari segi lanskap maupun keanekaragaman hayatinya, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dewasa ini, aktivitas pariwisata di kawasan lindung cenderung meningkat, hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi alam serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (Pickering dan Hill, 27). Adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola dengan tujuan agar memberikan manfaat sebagai tempat berwisata 4

18 menikmati keindahan alam dan ekosistemnya sekaligus menyokong kelestarian alam. Berdasarkan hal tersebut, kawasan wisata ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Adanya kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mendatangkan dampak tersendiri pada masyarakat sekitar daerah tujuan wisata tersebut, khususnya bagi perekonomian masyarakat. Masyarakat sekitar menjadi salah satu pemeran utama dalam pariwisata, karena masyarakat sekitar yang sebagian besar berperan dalam menyediakan kebutuhan wisatawan sekaligus menentukan kualitas produk wisata (Wijayanti, 29). Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana dampak ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 1.2 Perumusan Masalah Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to nature diharapkan tidak hanya dapat menghasilkan pendapatan, tetapi juga dapat menjalankan fungsinya sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Adanya kegiatan wisata yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar. Selain dampak ekonomi, adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat mempengaruhi keadaan lingkungannya, oleh karena itu kedua hal tersebut perlu dikaji lebih mendalam. Sejauh ini belum ada studi mengenai analisis dampak lingkungan dan ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat sekitar, baik secara langsung (direct), tidak 5

19 langsung (indirect), maupun dampak ekonomi lanjutannya (induced) bagi masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut belum diketahui. Berbagai potensi sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Karanganyar dapat menjadi peluang untuk memajukan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Perkembangan pariwisata dengan konsep back to nature menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata. Namun, pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap para koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang. Tabel 3 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu relatif stabil pada lima tahun terakhir. Namun pada Tahun 28 mengalami penurunan jumlah wisatawan, dikarenakan pada tahun tersebut di Kabupaten Karanganyar terjadi bencana alam yaitu berupa tanah longsor sehingga mengurangi minat para wisatawan untuk datang berwisata ke daerah tersebut. Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pada Tahun Tahun Jumlah Wisatawan Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 211 Kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu kawasan hutan lindung yang saat ini keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Selain menjadi penopang kegiatan 6

20 ekonomi, kawasan ini juga sebagai penopang ekologi di wilayah sekitar. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kawasan hutan Gunung Lawu yang berfungsi sebagai hutan produksi, namun berubah fungsi menjadi taman wisata alam. Kawasan ini mulai dikembangkan menjadi kawasan wisata pada Tahun 1969 oleh pihak swasta. Meskipun demikian, dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 21 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun , Taman Wisata Alam Grojogan Sewu telah disebutkan menjadi bagian dari kawasan pelestarian alam di Provinsi Jawa Tengah (karanganyarpos, 212). Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berada di kawasan Gunung Lawu. Menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah tersebut, kawasan Gunung Lawu merupakan kawasan strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, kelestarian fungsi konservasi di lokasi wisata tersebut harus terus dipertahankan (Siswantoro, 212). Kegiatan wisata alam yang berlangsung di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu pada akhirnya telah memberikan manfaat bagi perekonomian setempat. Namun, munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan ekosistem. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bijaksana dan terjadi ketidakseimbangan ekosistem akibat mendapat tekanan berlebih, sehingga dapat menimbulkan bencana seperti tanah longsor dan pencemaran yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat maupun pengelola di kawasan tersebut karena akan mengurangi minat para wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata, seperti dapat dilihat pada Tabel 3 pada Tahun 28 dan 21 terjadi penurunan jumlah wisatawan. Hal ini akan berimplikasi kepada pendapatan yang 7

21 diterima oleh pengelola dan masyarakat yang membuka usaha disekitar lokasi wisata. Aktivitas di lokasi wisata, akan menciptakan hubungan timbal balik antara pelaku wisata (wisatawan, pengelola dan masyarakat sekitar) dan ekosistemnya. Hubungan ini akan saling memberikan dampak positif ketika para pelaku wisata mendapatkan manfaat dalam berwisata dan ketika areal wisata tidak mengalami kerusakan secara ekologis. Oleh karena itu, areal wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu perlu dikelola dengan bijaksana guna mengoptimalkan wisata alam agar tetap berkelanjutan, maka perlu diketahui bagaimana karakteristik para pelaku wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakkan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu? 2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu? 3. Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan yang timbul dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap masyarakat sekitar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu: 8

22 1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 3. Mengestimasi dampak ekonomi dan mengidentifikasi dampak lingkungan yang timbul akibat dari adanya kegiatan wisata sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Pemerintah dan para pihak yang terkait dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor pariwisata dan melakukan perbaikan sarana dan prasarana wisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. 2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata berbasiskan lingkungan di masa yang akan datang. 3. Bagi para pelaku jasa pariwisata untuk memperoleh gambaran mengenai prospek dan peluang pariwisata di Kabupaten Karanganyar. 4. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 5. Bagi penulis sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana di Institut Pertanian Bogor. 9

23 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. 2. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran wisatawan (tourism expenditure) terhadap perekonomian masyarakat sekitar dengan batasan wilayah adalah Kecamatan Tawangmangu. 3. Masyarakat sekitar yang menjadi responden yaitu masyarakat yang mengetahui adanya obyek wisata dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tempat wisata. 4. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu hanya terbatas pada unit usaha dengan skala kecil yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata. 5. Dampak Multiplier Effect hanya dilihat sampai tenaga kerja terkait sektor wisata ditingkat lokal, tidak sampai ke supplier. 1

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal 1 ayat 3, pengertian wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 199 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di laut yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 31 dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 199 menyebutkan bahwa taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh pemerintah. Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 29). 11

25 Menurut Soewantoro (1977) dalam Milasari (29), pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti rumah makan, pelayanan yang baik, dan sarana akomodasi merupakan faktor pendukung untuk melakukan wisata alam. Obyek wisata alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Flora dan Fauna Jenis flora dan fauna yang memiliki keunikan dan kekhasan, seperti Bunga Edelweiss dan Badak Bercula Satu. 2. Keunikan dan Kekhasan Ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang sangat bervariasi, keberadaan ekosistem didalamnya akan menunjukan kekhasan sendiri. Contohnya seperti: ekosistem pantai, hutan, mangrove, dan daratan tinggi. 3. Gejala Alam Potensi obyek wisata berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, air terjun, danau, gletser, batu-batuan besar, dan gua. 4. Budidaya Sumberdaya Alam Potensi obyek wisata alam berupa budidaya sumberdaya alam, seperti sawah, perkebunan, kebun binatang, dan perikanan. 2.2 Wisatawan Salah satu unsur yang juga perlu diperhatikan dalam kegiatan wisata adalah wisatawan. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 29 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan menurut Cohen (1974) dalam Pitana (25), seseorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan 12

26 sendiri untuk waktu sementara, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang. Menurut Wahab (1977) motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konferensi, seminar, dan lainlain. Sedangkan menurut MacIntosh (1972) dalam Yoeti (28) wisatawan melakukan perjalanan wisata di sebabkan oleh empat hal, yaitu: 1. Motivasi Fisik Perjalanan wisata yang tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja, mereka perlu beristirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olahraga, agar setelah kembali dari perjalanan wisata dapat bersemangat kembali sewaktu masuk kerja. 2. Motivasi Kultural Perjalanan wisata dilakukan karena ingin melihat tingkat kemajuan suatu bangsa, wisatawan juga ingin melihat perbedaan yang dimiliki tempat tersebut dengan tempat yang lainnya. 3. Motivasi personal Perjalanan wisata dengan alasan ingin mengunjungi sanak keluarga yang sudah lama tidak bertemu. 4. Motivasi Status atau Prestise Perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatakan status dan prestise keluarga, dimana mereka memiliki kemampuan dibanding orang lain. 13

27 2.3 Permintaan Wisata Permintaan dalam wisata (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata dimana seseorang tersebut memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah seseorang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tempat wisata tertentu. Menurut Schmoll (1977) dalam Yoeti (28) wisatawan bertindak sesuai dengan kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, obyek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Perjalanan wisata misalnya, bukanlah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, akan tetapi mereka melakukan perjalanan dengan perasaan emosional. Permintaan wisata tidak hanya ditentukan pada waktu yang diperlukan saat perjalanan wisata dilakukan. Namun, sebelumnya sudah mendapatkan informasi terlebih dahulu, mengenai daerah tempat wisata yang akan dikunjungi, hotel di sekitar tempat wisata, transportasi, dan berapa perkiraan uang yang harus dibawa. Hal ini terlebih dahulu akan diperhitungkan wisatawan sebelum mereka memutuskan untuk pergi. 2.4 Dampak Ekonomi Wisata Alam Kegiatan wisata alam adalah suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan keberadaan sumberdaya alam sebagai atraksi utama. Kegiatan wisata alam ini secara langsung akan menyentuh dan melibatkan lingkungan serta masyarakat sekitar sehingga membawa dampak terhadapnya. Dampaknya akan menyentuh berbagai aspek kenidupan masyarakat dan dampak yang paling sering mendapat 14

28 perhatian adalah dampak sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak lingkungan (Wijayanti, 29). Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan, dan penempatan tenaga kerja yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan dibidang periwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga (Milasari, 21). Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (direct effect) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effect) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effect) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 25). Pengeluaran Wisatawan Input Impor (Kebocoran) Industri Wisata Dampak Tidak Langsung Sektor pendukung Dampak langsung Pendapatan Rumah tangga Dampak lanjutan Sumber: Linberg (1996) dalam Wijayanti (29) Gambar 1. Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Masyarakat Sekitar dari Pengeluaran Wisatawan. 15

29 Menurut Clement dalam Yoeti (28) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda (Multiplier effect). Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip, yaitu uang yang dibelanjakan wisatawan berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain dan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan, semakin cepat uang itu berpindah tangan maka pengaruhnya akan semakin besar dalam perekonomian setempat sehingga nilai koefisien multiplier akan semakin tinggi, uang tersebut akan hilang dari peredaran jika uang itu tidak lagi berpindah tangan tetapi berhenti dari peredaran, pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tertentu (Yoeti, 28). Masih menurut Yoeti 28, terdapat biaya yang tidak dikeluarkan didalam lokasi wisata atau disebut dengan kebocoran. Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai tempat tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor lain yang dapat meningkatkan kebocoran ekonomi dan mengurangi keuntungan (profit) ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat sekitar obyek wisata diantaranya seperti tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang 16

30 saham yang tinggal di luar daerah tersebut, serta membeli bahan baku yang berasal dari luar daerah tujuan wisata. 2.5 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan penelitian tentang dampak ekonomi wisata Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata telah dilakukan oleh Adiyath (211) dan Mutiarani (211). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.Penelitian Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Adiyath Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2 Mutiarani Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang 3 Pervito Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo dengan Metode Biaya Perjalanan. Faktor-faktor sosial ekonomi para pengunjung yang datang berwisata ke Hutan Punti Kayu Palembang diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Punti kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung. Terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan Wisata Situ Cipondon, keempat variabel tersebut adalah variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh, dan variabel jumlah rombongan, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan adalah variabel usia. Hasil analisis regresi berganda model permintaan rekreasi TWWS diperoleh R 2 sebesar 68,4%. Hasil analisis regresi dari 12 variabel bebas diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata adalah biaya perjalanan, pendapatan, umur, status hari, tempat rekreasi alternatif, dan waktu berada di lokasi. 17

31 2.5.2 Penelitian Dampak Ekonomi Wisata Penelitian tentang dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Milasari (21) dan Adiyath (211). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian Terhadap Dampak Ekonomi Wisata No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Milasari Analisis Dampak Ekonomi Taman Wisata Tirta Sanita sebagai tempat Kegiatan Wisata Alam wisata memberikan dampak positif bagi (Studi Kasus: Taman perekonomian masyarakat. Hal ini dapat Wisata Tirta Sanita, terlihat dari dampak langsung yang Kabupaten Bogor). diterima unit usaha yaitu sebesar 54%, dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerjanya masih rendah yaitu hanya berkisar 2%, dan dampak lanjutan yang berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 59% dan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pangan. Adapun nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1.7, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.22, dan Ratio Income Multiplier 2 Adiyath Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Tipe 2 adalah Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebagai tempat wisata telah menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Dari hasil usaha yang telah dijalani telah memberikan pendapatan bersih per bulannya untuk warung makan yaitu sebesar Rp , Rp 966. untuk warung minuman, dan Rp 22. untuk unit usaha foto keliling. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di obyek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar,7; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan 2 sebesar 1,48 dan 2,17. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat sekitar. Hal yang 18

32 membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian pada kawasan ini merupakan penelitian yang mengkaji wisata alam yang dikembangkan dikawasan hutan lindung yang terletak di dataran tinggi dengan konsep perpaduan keindahan alam dengan komponen fisik berupa pegunungan, dan bukit serta air terjun dengan ketinggian 81 meter yang memiliki titik puncak yang bercabang, dimana kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang selain berfungsi sebagai tempat wisata juga berfungsi sebagai kawasan lindung. Dalam penelitian ini, selain menganalisis dampak ekonomi dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dianalisis pula dampak lingkungan. 19

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan kawasan ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Namun, sebagai kawasan pelestarian alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi. Potensi yang dimiliki oleh TWA Grojogan Sewu sangat tinggi yang memiliki keunikan baik dari segi lanskep maupun kekayaan keanekaragaman hayatinya dan dapat terus dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Meski bermanfaat sebagai sarana rekreasi, disisi lain aktivitas wisata ini dapat berdampak secara ekologi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana agar dapat berkelanjutan. Sebagai sarana rekreasi, Taman Wisata Alam Grojokan Sewu berhubungan erat dengan wisatawan. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan mencari tahu deskripsi penilaian wisatawan maupun masyarakat sekitar yang ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata, dan diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Dimana, tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan akan berdampak secara langsung

34 maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, diantaranya penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan yang mana sebagian besar masyarakat sekitar memiliki ketergantungan dengan kawasan wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan maka kebutuhan wisatawan akan semakin tinggi dan harus dipenuhi. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya transaksi antara masyarakat sekitar dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka akan semakin besar pengeluaran wisatawan di lokasi obyek wisata. Secara tidak langsung akan memberikan dampak lanjutan bagi masyarakat sekitar obyek wisata yang membuka usaha terkait dengan kegiatan usaha, selain itu juga akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dan neraca pembayaran. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain adalah penginapan, konsumsi, cendramata, dan jasa pemandu. Sektor pariwisata, mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga hal ini perlu dikaji. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku wisata sekitar TWA Grojogan Sewu yang menunjukan bagaimana kualitas wisatawan yang berkunjung. Karakteristik tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di TWA Grojogan Sewu agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi penelitian akan menggunakan analisis regresi linear berganda. Menganalisis dampak ekonomi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu terhadap kehidupan masyarakat

35 sekitar dan ini merupakan indikator penting mengenai sejauh mana pengelolaan wisata dapat menguntungkan masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar setempat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan akan dianalisis dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Gambar 2 menunjukkan alur berfikir penelitian dapat disederhanakan pada kerangka berfikir. 22

36 Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Potensi Ekonomi Pendukung fungsi hutan lindung Wisatawan Masyarakat Demand Wisata Kontribusi Pendaptan Karakteristik wisatawan Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata Dampak Wisata Analisis Deskriptif Lingkungan Ekonomi Langsung (Direct) Tidak langsung (indirect) Lanjutan (induced Analisis regresi berganda Aktivitas pelaku usaha dan perilaku wisatawan Nilai dampak ekonomi Analisis Deskriptif Keynesian Multiplier Pengelolaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang berkelanjutan Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian Ket: = Metode Penelitian 23

37 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (5 km) di sebelah Timur Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Maret-April Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak 1 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha yaitu sebanyak 3 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 4 orang. Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu sebanyak 3 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah 24

38 baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal. Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi, jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian. 4.3 Metode pengambilan Sampel Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Mustafa, 2). Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 16 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Usia 16 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. 25

39 Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata. 4.4 Metode dan Prosedur Analisis Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Analisis regresi berganda Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu. Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan Sewu. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Keynesian Income Multiplier. Analisis deskriptif kualitatif. 26

40 4.4.1 Analisis Deskriptif Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode deskriptif menurut Whitney (196) dalam Nazir (23), merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata TWA Grojogan Sewu. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu. Pendekatan ini dikembangkan untuk menilai manfaat yang diperoleh konsumen dalam memanfaatkan jasa lingkungan atau barang yang tidak memiliki nilai atau bernilai rendah. Dimana, inti dari pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. 27

41 Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu: Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + ε dimana: Y = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun) X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah) X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km) X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang) X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata X7 = Dummy daya tarik wisata ε = Error term b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7 Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan adalah sebagai berikut: 1. Tanda koefisen untuk umur (X 1 ) adalah negatif. Artinya semakin muda umur responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini. 2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X 2 ) adalah positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan. Pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah. 28

42 3. Tanda koefisien untuk jarak (X 3 ) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya. 4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X 4 ) adalah negatif. Artinya semakin besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. 5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X 5 ) adalah negatif. Artinya peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya. 6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X 6 ) adalah positif. Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungannya. 7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X 7 ) adalah positif. Artinya semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. 29

43 Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sederhana, yaitu: 1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Y= β + β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i β k X ki + ε i 2. Peubah X k merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas X k. a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(ε i ) = dan Var (ε i ) = σ 2. b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov (ε i, ε j ) = untuk i j. c. Komponen sisaan menyebar normal Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah (Firdaus, 24): 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan normality test pada residual hasil persamaan model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan tititk-titik pada garis berbentuk linear dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan dapat terpenuhi. 3

44 2. Uji Statistik t Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 24). Prosedur pengujiannya sebagai berikut: H : bi = artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). H 1 : bi artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut: t hitung = b γ Sγ Jika t hitung > t tabel, maka terima H, artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Jika t hitung < t table, maka tolak H, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). 3. Uji Statistik F Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujian statistik F 1) Membuat Hipotesa. H : β 1 =β 2 = H 1 : β 1 β 2 β 3 =β 4 = 2) Kriteria. 31

45 H akan diterima dan H 1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel. H akan ditolak dan H 1 akan diterima bila F-stat > F-tabel. 3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel 4. Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 1 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model. 5. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε i ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (ε i ) = E(ε 2 i ) = σ 2 i untuk tiap pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test. 6. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran hingga 4, dan jika nilainya 32

46 mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). H tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif H 1 terdapat serial autokorelasi Tolak H jika d < dl atau d > 4 dl dan terima H jika du < d < 4 du Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata (META, 21). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah 33

47 diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (21) dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu: 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak induced. Masih menurut META (21), secara matematis dapat dirumuskan: Keynesian Income Multiplier = D + N + U E Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D + N D Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U D dimana: E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) 34

48 N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1, Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol ( ), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. 2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu ( < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu ( 1), maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan. Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana 35

49 persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan. Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA Grojogan Sewu No Indikator Penilaian Keterangan 1. Kebersihan Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk 2. Kualitas Udara Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk 3. Kualitas Air Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk 4. Kebisingan Menganggu Tidak Mengganggu Tidak terdapat sampah sama sekali, nyaman, sangat bersih, tidak timbul bau sama sekali. Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali. Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau. Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman. Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau. Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau. Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi. Kotor dan berpolusi. Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau. Jernih, bersih, tidak berbau. Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau. Sangat kotor, berwarna coklat, bau. Berisik, lokasi wisata sangat dipadati oleh penggunjung, wisatawan merasa tidak nyaman ketika beraktivitas. Jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, wisatawan merasa nyaman dalam beraktivitas. 36

50 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak, Luas, dan Status Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu terletak di wilayah Desa Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis kawasan TWA Grojogan Sewu ini terletak di antara sampai Lintang Selatan dan sampai Bujur Timur dengan memiliki batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Bagian atas air terjun sampai pintu masuk sebelah barat. Sebelah Selatan: Mulai pintu gerbang sampai Pal Batas B.3 Sebelah Barat : Mulai pintu masuk utama sampai Kali Samin Sebelah Timur : Bagian atas air terjun Pengelolaan TWA Grojogan Sewu ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai KSDA Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Luas kawasan TWA Grojogan Sewu adalah 6,3 ha, namun yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata hanya 2,3 ha. Pengelolaan kegiatan wisata dilaksanakan oleh PT. Duta Indonesia Djaya. TWA Grojogan Sewu ditetapkan sebagai kawasan Taman Wisata Alam pada tanggal 12 Oktober 1968 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 264/KPTS/UM/1/1968. Kemudian pada tanggal 22 Agustus 1969 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 35/KPTS/UM/8/1969, PT. Duta Indonesia Djaya mendapatkan hak pengusahaan obyek wisata dengan luas 2,3 ha untuk jangka waktu 2 tahun. Setelah masa waktu 2 tahun habis kemudian diperpanjang melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan 37

51 Pelestarian Alam (PHPA) No. 51/Kpts/DJ-IV/1988 pada tanggal 15 Agustus 1988 dengan masa waktu 2 tahun yang terhitung sejak tanggal 22 Agustus 1989 hingga 22 Agustus 29, dan sekarang diperpanjang kembali hingga tahun Keadaan Biologi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki koleksi flora dan fauna yang begitu banyak dan sangat berpotensi bagi pengembangan wisata yang bersifat edukasi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun jenis flora yang terdapat di dalam kawasan diantaranya didominasi oleh pinus (Pinus merkusii), yang lainnya yaitu seperti puspa (Schima wallichii), suren (Tooma sureni), beringin (Ficus benjamina), kantil (Michelia campaea), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia), dan beberapa jenis rumput. Fauna yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu antara lain seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang telah beradaptasi dengan pengunjung yang merupakan salah satu daya tarik wisata, tetapi sekarang tidak bersifat alami. Hal ini dikarenakan oleh tingkah laku pengunjung yang memberikan makan kepada satwa tersebut. Selain itu jenis satwa lain yang dapat ditemui adalah tupai (Scuridae), ayam hutan (Gallus sp), musang (Herpestes sp), burung tekukur (Streptopelia chinensis), dan perkutut (Geofilia striata). 5.3 Sarana dan Prasarana Wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana tersebut dibuat untuk membuat pengunjung nyaman dan menciptakan kepuasan pengunjung. Adanya sarana dan prasarana diantaranya tempat peristirahatan yang berupa gazebo di beberapa tempat dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati atraksi alam dari 38

52 sudut yang berbeda, terdapat juga kolam renang dewasa dan anak-anak yang menambah daya tarik wisata di obyek ini, selain itu dengan dibuatnya jalan setapak dengan lebar kurang lebih satu meter yang menghubungkan pintu masuk ke lokasi air terjun (594 trap) serta dari lokasi air terjun ke pintu keluar (644 trap) akan memudahkan pengunjung untuk dapat menuju air terjun dan membuat pengunjung dapat menikmati perjalanan sambil memandang alam sekitar. Luas areal yang di kelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya seluas 2,3 ha, 2,3 ha diantaranya diperbolehkan untuk dibangun sarana dan prasarana, dan masih ada sisa 1,33 ha yang belum dibangun, sehingga masih memungkinkan untuk melakukan pengembangan di masa yang akan datang. Namun, dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun jenis fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Jenis Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu No Jenis Fasilitas Jumlah Luas (m 2 ) Kondisi 1. Gazebo 16 unit 144 Rusak ringan 2. Loket 1 1 unit 27 Baik 3. Loket 2 1 unit 27 Baik 4. Loket 3 1 unit 4 Baik 5. Kolam anak 1 unit 45 Baik 6. Kolam dewasa 1 unit 96 Baik 7. Musholla 1 unit 36 Rusak ringan 8. Jembatan 1 unit 2 Baik 9. Kamar mandi 1 unit 8 Baik 1. Kamar ganti anak 1 unit 7.5 Baik 11. Kamar ganti dewasa 1 unit 15 Rusak ringan 12. WC 1 unit 9 Rusak ringan 13. Warung makan 1 1 unit 45 Baik 14. Warung makan 2 1 unit 54 Baik 15. Pos informasi 1 unit 9 Baik 16. Pos jaga 1 unit 9 Baik 17. Kolam ikan 1 unit 24 Baik 18. Jalan 1 unit 49 Baik Jumlah 736,5 Sumber: PT. Duta Indonesia Djaya (212) 39

53 Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola yaitu Rp 6., pada setiap harinya dan tidak ada pembedaan untuk akhir pekan atau hari libur, karena harga tiket yang diberlakukan sama. Harga tiket tersebut diberlakukan untuk melihat air terjun dan berenang di kolam dewasa, sedangkan untuk berenang di kolam anakanak dan bermain flying fox dikenakan biaya tambahan lagi. Untuk berenang di kolam anak-anak dikenakan Rp 5., per anak, sedangkan untuk bermain flying fox dikenakan biaya Rp 11., per orang untuk sekali bermain. 5.4 Aksesibilitas Aksesibilitas untuk menuju lokasi wisata ini dapat dikatakan relatif mudah dicapai dan dikunjungi dengan berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi baik dari kota Solo maupun dari kota Madiun. TWA Grojogan Sewu berada di daerah pariwisata dan peristirahatan pegunungan yang dapat dicapai melalui dua rute, yaitu: a) Rute Solo Karanganyar Karangpandan Tawangmangu, dengan jarak tempuh ± 4 km. Bus dan mini bus dapat mencapai lokasi dan frekuensi kendaraan umum seperti bus dan mini bus cukup banyak. b) Rute Madiun Magentan Sarangan Tawangmangu, dengan jarak tempuh ± 75 km. Jarak Sarangan Tawangmangu ± 14 km. Kendaraan bus tidak dapat melewati rute ini karena jalannya sempit dan berliku-liku. Antara kedua rute tersebut, rute dari Solo lebih mudah ditempuh, tetapi rute yang melewati Sarangan memiliki nilai tambah tersendiri karena panorama alam di sekitar rute ini sangat indah. 4

54 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masingmasing kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu, berasal dari dalam dan luar Provinsi Jawa Tengah, dan terkadang terdapat wisatawan asing yang datang berkunjung ke lokasi wisata. Wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata cenderung ramai pada hari sabtu, minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai jum at (hari biasa) obyek wisata ini sepi wisatawan. Wisatawan hari kerja biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP). Berbeda pada saat hari sabtu, minggu, atau libur-libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Adapun karakteristik responden wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dibagi menjadi dua, yakni karakteristik demografi (Tabel 9) dan karakteristik berwisata (Tabel 1). Jumlah responden yang dipilih untuk wisatawan TWA Grojogan Sewu sebanyak 1 orang, terdiri atas 55% responden laki-laki dan 45% responden perempuan. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang

55 digunakan, jumlah rombongan, serta aktivitas utama yang dilakukan pada saat berwisata (Tabel 9). Tabel 9. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Faktor Demografi Jenis Kelamin Frekuensi (%) Laki-laki Perempuan Jumlah 1 1 Usia Frekuensi (%) tahun tahun >36 tahun Jumlah 1 1 Pendidikan Frekuensi (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 1 1 Pekerjaan Frekuensi (%) Pelajar/ Mahasiswa PNS BUMN Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Jumlah 1 1 Penghasilan Frekuensi (%) < > > > > > > > Jumlah 1 1 Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi (%) Tidak ada 1 3 orang 4 6 orang Jumlah 1 1 Asal Daerah Frekuensi (%) Dalam Provinsi Jawa Tengah Luar Provinsi Jawa Tengah Jumlah 1 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh wisatawan yang usianya berkisar 42

56 antara tahun, hal ini dimungkinkan karena kondisi obyek wisata itu sendiri yang mengharuskan wisatawan untuk berjalan kaki menuju jalan setapak dengan total trap anak tangga, yang mana untuk itu diperlukan tenaga yang ekstra dari wisatawan agar dapat menikmati obyek wisata ini dan menuju lokasi air terjun. Sehingga wisatawan dari kelompok umur tua akan enggan mengunjungi obyek wisata ini. Selain itu pada kelompok usia muda biasanya seseorang lebih memiliki jiwa petualang. Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 63% dari total responden. Hal ini dapat dilihat dari jumlah usia responden yang datang berkisar antara 17 hingga 26 tahun. Adapun jenis pekerjaan dikelompokan menjadi enam kelompok, yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, BUMN, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan karyawan swasta. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh bahwa rata-rata wisatawan di dominasi oleh kalangan pelajar/ mahasiswa yang memiliki persentase sebanyak 6%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden wisatawan Taman Wisata alam Grojogan Sewu belum bekerja. Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan isteri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan responden ibu rumah tangga diukur dari besar pengeluaran mereka per bulannya, dan responden seperti pelajar dan mahasiswa diukur dari berapa uang saku yang diterima per bulannya. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran Rp 5., sampai dengan Rp 1.., per bulannya yang memiliki besaran proporsi sebesar 43%. Hal ini didukung oleh mayoritas 43

57 wisatawan memiliki usia kurang dari 26 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Sebanyak 71 responden (71% dari total responden) menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sudah memiliki tanggungan keluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh terhadap kegiatan wisata karena semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan wisata, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, domisili atau tempat tinggal wisatawan diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu masih berada di dalam kawasan Provinsi Jawa Tengah dan di luar Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 72% responden berdomisili di dalam kawasan Jawa Tengah sedangkan sisanya sebanyak 28% responden berdomisili di luar Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil di lapangan wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu masih didominasi oleh wisatawan yang menetap di sekitar Kabupaten Karanganyar dan masih dalam lingkup Jawa Tengah, maka dari itu promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah. Selain karakteristik demografi, karakteristik lain yang dilihat dari responden wisatawan adalah karakteristik berwisata. Adapun karakteristik ini terdiri dari cara kedatangan responden wisatawan, jenis kendaraan, jumlah rombongan, dan aktivitas utama yang dilakukan di lokasi wisata (Tabel 1). 44

58 Tabel 1. Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Cara Kedatangan Frekuensi (%) Sendiri Kelompok Keluarga Jumlah 1 1 Jenis Kendaraan Frekuensi (%) Motor Pribadi Mobil Pribadi Kendaraan Umum (Bus) Jumlah 1 1 Jumlah Rombongan Frekuensi (%) < 5 orang 5 1 orang >1 orang Jumlah 1 1 Aktivitas Utama di Lokasi Wisata Frekuensi (%) Arena anak dan bersantai Berenang Melihat Air Terjun Melihat kera ekor panjang Jumlah 1 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Berdasarkan cara kedatangan, responden yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh responden pengunjung yang datang secara berkelompok, dengan proporsi sebesar 65%. Berdasarkan hal tersebut, menandakan bahwa tempat wisata ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul dan berwisata dengan kelompok seperti dengan teman-teman, rekan kerja, pasangan, maupun bersama dengan keluarga. Sebagian besar responden yang datang berwisata membawa rombongannya sebanyak 5-1 orang, dengan proporsi sebesar 57%. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi wisata umumnya didominasi oleh para pelajar yang datang bersama temantemannya dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Adapun jenis kendaraan yang digunakan oleh sebagian besar responden yaitu kendaraan pribadi, baik itu mobil atau motor pribadi dengan proporsi sebesar 96%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden datang secara berkelompok, sehingga mereka lebih nyaman jika menggunakan kendaraan pribadi. Berdasarkan data

59 hasil survey, aktivitas utama yang dilakukan oleh responden wisatawan bermacam-macam. Sebagian besar responden yaitu sebesar 74% yang datang ke lokasi wisata memiliki tujuan utama untuk melihat air terjun yang tingginya kurang lebih 81 meter, dimana air terjun ini merupakan daya tarik utama yang dimiliki oleh tempat wisata ini. Sebanyak 2% responden melakukan aktivitas bersantai dengan keluarga atau berkumpul dengan teman-teman sambil menikmati keindahan alam di sekitar air terjun Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pengembangan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menjadi tempat wisata ikut berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran di sekitar lokasi wisata. Hal ini dapat terlihat dari sebagian besar tenaga kerja di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengembangan obyek wisata memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada penelitian kali ini terdiri dari 4 orang dengan proporsi 72% responden laki-laki dan sisanya 28% adalah responden perempuan. Rata-rata usia responden berkisar antara 36 hingga 45 tahun yaitu sebanyak 38% dari total keseluruhan responden. Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas dengan masing-masing memiliki proporsi sebesar 38%. Rata-rata pekerjaan responden merupakan pengelola wisata yang memiliki proporsi sebesar 63%, sisanya merupakan tenaga kerja diluar pengelola wisata. Adapun tenaga kerja yang berasal dari pengelola 46

60 wisata yaitu tenaga kerja dibagian pelayanan pengunjung, kebersihan, dan tiket. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Jenis Kelamin Frekuensi (%) Laki-laki Perempuan Jumlah 4 1 Usia Frekuensi (%) tahun tahun >45 tahun Jumlah 4 1 Pendidikan Frekuensi (%) SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 4 1 Pekerjaan Frekuensi (%) P. kios makanan dan minuman P. Sewa (Kuda & Foto) P. Souvenir P. Asongan P. Sewa payung & tikar P. Toilet umum P. Parkir P. Tiket P. Kebersihan Pelayanan pengunjung Jumlah 4 1 Pendapatan Frekuensi (%) < > > > Jumlah 4 1 Lama bekerja Frekuensi (%) 1 5 tahun >5 1 tahun >1 tahun Jumlah 4 1 Jam kerja per hari Frekuensi (%) 5 7 jam 8 1 jam Jumlah 4 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 5., Rp 1.., yaitu sebanyak 41%. Berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan dapat dikatakan kondisi ekonomi mereka sudah cukup baik. Menurut informasi 47

61 yang diperoleh dari beberapa tenaga kerja terutama tenaga kerja yang berasal dari PT Duta Indonesia Djaya, mereka menyatakan pendapatan yang diperoleh sudah lebih dari Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 846.,. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden telah bekerja disekitar lokasi wisata lebih dari 1 tahun yaitu sebesar 73% responden. Hal ini dikerenakan tenaga kerja tersebut merupakan penduduk asli yang sudah berdomisili lebih dari puluhan tahun yang lalu, dengan mayoritas responden yaitu sebesar 7% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara sekitar 7% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam dalam sehari, sisanya sebesar 3% responden bekerja lima hingga tujuh jam dalam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekarja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Tenaga kerja di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan bekerja yang bekerja hanya pada hari sabtu dan minggu atau libur saja Karakteristik Responden Unit Usaha Berdasarkan sebaran daerah asal, dapat dilihat bahwa seluruh pemilik unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini merupakan penduduk asli Tawangmangu yang sudah lebih dari 1 tahun menetap di sekitar lokasi wisata. Karakteristik ini menunjukan bahwa obyek wisata ini mempunyai 48

62 peranan penting bagi perekonomian masyarakat sekitar obyek wisata. Karakteristik responden unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Responden Unit Usaha Jenis Kelamin Frekuensi (%) Laki-laki Perempuan Jumlah 3 1 Usia Frekuensi (%) 2-4 tahun >4-6 tahun >6 tahun Jumlah 3 1 Pendidikan Frekuensi (%) Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 3 1 Jenis Unit Usaha Frekuensi (%) Kios makanan Sewa (kuda, foto) Sewa (payung, tikar) Souvenir Toilet umum Asongan Parkir Jumlah 3 1 Pendapatan Frekuensi (%) < > > Jumlah 3 1 Lama Bekerja Frekuensi (%) < 5 tahun >5 1 tahun >1 tahun Jumlah 3 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Responden unit usaha yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh pemilik unit usaha yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 67%. Mereka membuka usaha di obyek wisata ini karena mereka ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Rata-rata responden didominasi oleh usia

63 berkisar antara empat puluh hingga enam puluh tahun yaitu sebesar 47% dengan pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan Sekolah Dasar. Sebanyak 36% jenis usaha yang dimiliki responden yaitu kios makanan dan minuman, sebanyak 23% responden memiliki unit usaha menjual souvenir, sebanyak 13% responden mempunyai usaha jasa penyewaan foto dan kuda, dan sisanya responden yang mempunyai jenis usaha penyewaan payung/ tikar, toilet umum, asongan, dan jasa parkir yaitu masing-masing memiliki proporsi sebesar 7%. Sebagian besar pendapatan rata-rata perbulan yang diperoleh unit usaha yaitu berkisar antara Rp 5., Rp 1.5.,. Pada penelitian ini, sebanyak 8% unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan penduduk asli yang sudah bermukim lebih dari 1 tahun. Mereka membuka usaha di sekitar lokasi obyek wisata ini karena ingin memperoleh pendapatan tambahan terutama para responden perempuan, yang ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Taman Wisata Alam Grojogan Sewu belum dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya. Lama menjalankan unit usaha tiap responden berbeda-beda. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebagian besar responden telah menjalani usaha lebih dari sepuluh tahun yaitu memiliki proporsi sebesar 5% dari keseluruhan responden Karakteristik Responden Masyarakat Masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki kontribusi dalam kegiatan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dan pada umumnya menerima dampak langsung dari adanya 5

64 kegiatan wisata ini terutama masyarakat lokasi wisata. Masyarakat sekitar yang menjadi responden sebanyak tiga puluh orang terdiri dari 57% responden laki-laki dan 43% responden perempuan (Tabel 13). Tabel 13. Karakteristik Responden Masyarakat Jenis Kelamin Frekuensi (%) Laki-laki Perempuan Jumlah 3 1 Usia Frekuensi (%) 2-3 tahun >3-4 tahun >4 tahun Jumlah 3 1 Pendidikan Frekuensi (%) Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 3 1 Pendapatan Frekuensi (%) < > > > Jumlah 3 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Karakteristik responden masyarakat sekitar kawasan wisata masih sederhana. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar hanya lulusan Sekolah Dasar memiliki proporsi sebesar 37% dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukan bahwa kondisi kualitas sumberdaya manusia masih kurang memadai. Pendapatan masyarakat mayoritas berkisar antara Rp 5., Rp 1.5., dengan memiliki proporsi sebesar 6% dari total keseluruhan responden. Usia responden masyarakat sekitar lokasi wisata ini umumnya berusia diatas 4 tahun dan berstatus menikah serta memiliki tanggungan. Masyarakat

65 sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar merupakan penduduk asli yang ikut berkontribusi pada kegiatan wisata. 6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Frekuensi kunjungan dalam satu tahun terakhir merupakan dependent variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan untuk berwisata merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh variabel yang diduga mempengaruhi permintaan berwisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Variabel bebas tersebut adalah umur responden (X1), pendapatan (X2), jarak ke lokasi wisata (X3), biaya perjalanan (X4), jumlah tanggungan (X5), aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6), dan panorama alam di lokasi wisata (X7). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan bantuan Minitab 14 diperoleh fungsi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun bentuk dari model persamaan fungsi permintaan tersebut adalah: Y =,95 -,856 X1 +,3 X2,6515 X3,188 X4,18428 X5 +,587 X6 +,383 X7 Keterangan: Y = Jumlah kunjungan setahun terakhir ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu X1 = Umur (Tahun) X2 = Pendapatan (Rupiah) X3 = Jarak (Km) X4 = Biaya perjalanan (Rupiah) X5 = Jumlah tanggungan (orang) X6 = Dummy Aksesibilitas menuju lokasi ( 1=sangat sulit, 2=sulit, 3=mudah, 4=sangat mudah) X7 = Dummy daya tarik alam di lokasi wisata ( 1=sangat tidak menarik, 2=tidak menarik, 3=menarik, 4=sangat menarik) 52

66 Dalam penelitian ini digunakan taraf uji 1%, karena analisis dilakukan pada bidang sosial ekonomi dengan responden manusia yang memiliki keberagaman karakteristik yang tinggi. Selain itu, penelitian ini terkait dengan wisata yang tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai persepsi wisatawan. Hasil regresi fungsi permintaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat pada tabel berikut atau pada Lampiran 1. Tabel 14. Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel Koefisien SE Koefisien T P VIF Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7,9479 -,856,3 -,6515 -,188 -,18428,587,383,8184,1815,4,1734,66,7981,189,1629 1,16 -,47 7,63-3,67-2,82-2,31,32 1,89,25,638,*,*,6**,23**,746,62*** 2,6 1,5 1,2 1,5 2,5 1,1 1,1 R-Sq = 46, 9% R-Sq (adj) = 42,9 % DW = 1,89 Keterangan: Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 1% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 5% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 1% Sumber: Data Primer Diolah, 212 Dari hasil regresi diperoleh R-sq sebesar 46,9%. Hal ini menunjukan sekitar 46,9% keragaman permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 53,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam model Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Model regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diharapkan menjadi model regresi yang menghasilkan pendugaan linear yang tidak bias terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Suatu model dikatakan BLUE apabila memenuhi persyaratan normalitas, non multikoleniaritas, homoskedastisitas, dan non autokorelasi (Juanda, 29). Untuk mengetahui 53

67 kebaikan suatu model yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model: 1. Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data residual dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian, untuk menguji apakah sisaan menyebar normal dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Lampiran 2). Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov diperoleh bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar,77 dan P-value uji normal residual sebesar yaitu,144. Nilai statistik Kolmogrov-Smirnov yang diperoleh dari pengamatan lebih kecil dari nilai statistik Kolmogrov-Smirnov pada tabel yaitu,134. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi data residual dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah menyebar normal. 2. Uji Multikolinearitas Pengujian masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada Lampiran 1 menunjukan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF < 1). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi tentang regresi linear berganda yang perlu dipenuhi adalah tidak terjadinya masalah autokorelasi. Untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin Watson (DW) dengan hipotesis bahwa jika nilai DW cukup dekat dengan dua, maka terima H, dan bila mendekati nol atau empat maka tolak H (Gunawan, 1994). Berdasarkan hasil 54

68 analisis regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson yaitu sebesar 1,8869, nilai ini mendekati angka dua, sehingga dapat disimpulkan bahwa terima H. 4. Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada atau tidak masalah heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan melakukan regresi linear nilai absolut residual dengan variabel prediktor. Kriteria pengujian nilai P- value yaitu sebesar,18 lebih besar dari nilai signifikansi,5. Hal ini menunjukkan sisaannya homogen yang berarti asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran Uji Statistik t Berdasarkan Tabel 26, dengan melakukan uji t diketahui terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan taraf nyata kurang dari 1%. Kelima variabel tersebut adalah variabel pendapatan, jarak, biaya perjalanan, jumlah tanggungan, dan panorama alam di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis uji t, terdapat dua variabel bebas yang ternyata tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, variabel tersebut adalah variabel usia dan aksesibilitas. Hal ini dikarenakan nilai P dari variabel tersebut lebih dari taraf nyata 1%, sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. 6. Uji Statistik F Uji keseluruhan pada model regresi dapat diketahui berdasarkan hasil perhitungan dan ditunjukan pada analisis varians (Lampiran 1). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai P yang lebih kecil dari α. Nilai P dalam uji statistik F menunjukan angka, yang berarti bahwa semua variabel bebas 55

69 dalam model regresi ini secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikatnya Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Berdasarkan hasil uji t diketahui terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun kelima variabel tersebut adalah: 1. Pendapatan Variabel pendapatan signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda koefisien positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan pendapatan wisatawan Rp 1.., per tahun maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut sebesar tiga kali per tahun, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan terhadap kegiatan rekreasi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan meningkatkan peluang seseorang terhadap frekuensi kunjungannya. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan individu yang berpenghasilan rendah. 2. Jarak ke lokasi wisata Variabel jarak berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda koefisien negatif. Hal ini berarti setiap pertambahan 166 km jarak maka akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebesar satu kali per tahun, cateris paribus. Jarak tempuh merupakan seberapa jauh jarak yang dibutuhkan wisatawan untuk mencapai lokasi wisata. Jarak tempuh dipengaruhi oleh bagus tidaknya kondisi jalan, kendaraan yang mereka pakai, situasi jalan yang dilalui, apakah sering terkena 56

70 macet atau tidak. Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan menanjak sehingga jarak tempuh akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi wisata. 3. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan dalam satu kali perjalanan wisata. Biaya perjalanan terdiri dari biaya konsumsi luar maupun di lokasi wisata, biaya parkir, biaya transportasi, dan biaya lainnya. Variabel biaya perjalanan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki koefisien negatif dimana setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp 1.., akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak dua kali kunjungan, cateris paribus. Hal ini sesuai teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya biaya perjalanan merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan rekreasi atau kunjungan wisata. 4. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki tanda koefisien negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dengan nilai koefisien regresi -, Artinya, setiap peningkatan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, cateris paribus. 57

71 Apabila wisatawan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak, maka wisatawan tersebut akan cenderung menurunkan frekuensi kunjungannya mengingat biaya yang harus disisihkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu. 5. Daya Tarik Variabel daya tarik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda koefisien negatif. Variabel daya tarik merupakan variabel dummy dengan angka 1 = merupakan persepsi wisatawan yang negatif yaitu sangat tidak menarik, 2 = tidak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. Tanda koefisien positif berarti persepsi yang diberikan wisatawan akan semakin positif, hal ini di duga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memberikan nilai positf terhadap panorama alamnya. Selain itu, pengaruh positif lain juga ditunjukan oleh sebagian besar jumlah wisatawan yang menjadi responden merencanakan untuk datang kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu karena daya tarik yang ditawarkan obyek wisata ini sangat menarik salah satunya yaitu terdapat air terjun dengan ketinggian 81 meter dengan titik puncak yang bercabang Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadap Permintaan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata ada dua variabel. Adapun variabel tersebut yaitu usia, aksesibilitas jalan menuju lokasi. 58

72 1. Usia Usia tidak berpengaruh nyata atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata karena memiliki taraf nyata lebih dari 1%, variabel ini memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka peluang rata-rata kunjungannya akan semakin menurun. Kegiatan wisata merupakan kebutuhan bagi setiap orang baik tua maupun muda, dengan melakukan kegiatan wisata dapat menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan menjadi hak bagi setiap orang untuk dapat berwisata. Oleh karena itu, variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan lapangan dimana wisatawan didominasi oleh kisaran usia tahun. 2. Aksesibilitas Aksesibilitas memiliki koefisien positif yang dibuat dalam bentuk dummy dimana semakin besar angka maka nilai yang diberikan akan semakin baik. Ini menunjukan bahwa dengan semakin mudah kondisi dan akses menuju ke lokasi wisata maka akan semakin besar peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, sebagian besar responden wisatawan akan datang kembali ke lokasi wisata, oleh karena itu variabel aksesibilitas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatwan Persepsi Wisatawan terhadap Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Dimana setiap individu memiliki penilaian sendiri terhadap keberadaan suatu obyek tertentu. Persepsi dari wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu 59

73 dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi wisata. 1. Persepsi Responden Wisatawan terhadap Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu memiliki potensi wisata untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya, karena memiliki panorama alam yang indah dan menarik serta udara yang masih sejuk yang merupakan salah satu daya tarik wisata dari obyek wisata. Selain itu, TWA Grojogan Sewu memiliki berbagai fasilitas yang mendukung sebagai tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan melalui wawancara langsung dengan responden wisatawan, fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu sudah memadai dan cukup baik kondisinya (Tabel 15). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya fasilitas fasilitas yang ada harus tetap dijaga dan diperbaiki apabila ada yang mengalami kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak lagi atau perlu pembaharuan, guna meningkatkan kepuasan para wisatawan yang datang berwisata. Tabel 15. Persepsi Responden Wisatawan Mengenai Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Proporsi (%) No Keterangan Sangat Baik (%) Baik (%) Buruk (%) Sangat Buruk (%) Total (%) Toilet Tempat Sampah Mushola Gazebo Warung Makan Kios Cederamata Panorama Alam Keamanan Aksesibilitas Pengelola wisata Sumber: Data Primer Diolah,

74 Responden yang berkunjung sebagian besar memberikan penilaian baik terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Grojogan Sewu seperti toilet, tempat sampah, mushola, gazebo, warung makan, dan kios cenderamata. Mereka memberikan kesan yang positif karena sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai dan baik namun harus terus ditingkatkan kebersihannya. Panorama alam yang ditawarkan tempat wisata ini berupa pemandangan air terjun dengan ketinggian 81 m, keindahan alam, hutan pinus, suara kicauan burung, udara yang masih sangat sejuk karena letaknya di daerah pegunungan sehingga para wisatawan sangat menikmati suasana alam di obyek wisata ini. Hal ini terlihat dari seluruh responden memberikan penilaian positif yaitu sangat baik dan baik terhadap panorama alam yang ada di lokasi wisata. Aspek keamanan di lokasi wisata harus lebih diperhatikan, mengingat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sebagian besar responden wisatawan yaitu sebesar 54%, menyatakan bahwa keamanan di lokasi wisata masih buruk. Sebagian besar responden merasa terganggu saat berwisata dengan ulah para kera ekor panjang yang berkeliaran secara bebas dan terkadang berperilaku agresif dengan menyerang mereka, terutama ketika mereka sedang membawa makanan atau minuman. Hal inilah yang membuat responden wisatawan terkadang merasa kurang aman karena mengganggap masih kurangnya perhatian dan penjagaan dari jasa keamanan seperti pengelola yang sering patroli di sekitar lokasi untuk memastikan kegiatan wisata. Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan wisata adalah aksesibilitas atau kondisi jalan menuju lokasi wisata, dimana aksesibilitas dapat mempengaruhi seseorang untuk datang berkunjung. Sebagian besar responden atau sebesar 8% 61

75 responden menyatakan bahwa aksesibilitas menuju lokasi wisata sudah baik, hal ini dikarenakan keadaan jalannya sudah cukup baik dan bebas dari kemacetan, walaupun medannya cukup berat dengan kondisi fisik yang menanjak dan berlikaliku karena letaknya yang di daerah pegunungan. Namun, sebesar 7% responden menyatakan kondisi aksesibilitas buruk, hal ini dikarenakan responden tersebut merasa kurang nyaman karena medannya yang menanjak dan berlika-liku, terutama ketika kendaraan mereka berhadapan dengan kendaraan besar seperti bus-bus besar yang selalu melewati jalan utama ke lokasi wisata. Adapun pelayanan yang diberikan pengelola kepada wisatawan, sebagian besar wisatawan memberikan penilaian baik yaitu sebesar 87%. Namun, sebesar 5% responden menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang baik (buruk). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dari pihak pengelola tempat wisata untuk tetap membangun dan mempertahankan citra yang baik, sehingga wisatawan merasa nyaman dan tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 2. Persepsi Responden Wisatawan terhadap Tiket Masuk Tiket masuk yang layak diberlakukan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dinilai para wisatawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan dan pendapatan mereka. Adapun tiket masuk yang diberlakukan oleh pengelola wisata sebesar Rp 6., per orang pada setiap harinya. Namun, baik dari pihak pengelola maupun wisatawan menyatakan bahwa tiket yang diberlakukan masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden pengelola wisata, tiket tersebut tidak sepenuhnya masuk ke kantong perusahaan, karena Rp 2., diberikan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke 62

76 pemerintah, sisanya digunakan untuk biaya asuransi pengunjung, retribusi ke Kabupaten Karanganyar, dan biaya operasional perusahaan. Harga tiket masuk Taman Wisata Alam Grojogan Sewu saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar. Sehingga dari pihak pengelola pun merasa masih membutuhkan dana tambahan untuk biaya pemeliharaan dan operasional di lokasi wisata. Begitupun dari pihak pengunjung, sebesar 31% responden tidak setuju dengan harga tiket yang telah ditetapkan, mereka mengganggap tarif tiket tersebut masih rendah dan tiket yang pantas diberlakukan dilokasi wisata ini adalah sebesar Rp 7., (Tabel 16). Tabel 16. Sebaran Persepsi Responden Wisatawan terhadap Harga Tiket Masuk di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Harga Tiket Maksimal (Rp) Frekuensi Proporsi (%) < > Jumlah 1 1 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan diatas Rp 6., memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka bayarkan tersebut akan digunakan untuk perbaikan dan penambahan fasilitas agar terlihat lebih baik lagi guna untuk meningkatkan daya tarik wisata untuk keberlanjutan pengembangan obyek wisata dikemudian harinya. Berdasarkan wawancara dengan para responden wisatawan, mereka merasa bahwa pelayanan dan fasilitas yang ada di dalam lokasi wisata sudah memadai dan dalam kondisi baik, begitu pun dengan panorama keindahan alam yang ada di lokasi wisata, mereka sudah cukup puas dan sangat menikmati serta nyaman berada di sekitar lokasi wisata. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk memberikan pelayanan dan

77 memelihara serta menambah fasilitas yang dirasa masih kurang dari wisatawan, guna untuk meningkatkan kepuasan dan menambah daya tarik wisata agar kedepannya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Dimana, jika jumlah kunjungan meningkat akan berimplikasi terhadap dampak perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. 6.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Adanya aktivitas wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu akan menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain masalah kebersihan atau pencemaran sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari aspek ekonomi. Dampak positif yang muncul dari adanya aspek ekonomi dapat bersifat langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegitan wisata. Misalnya seperti adanya pedagang-pedagang yang berjualan makanan khas daerah setempat, minuman, souvenir, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan taraf hidupnya. Selanjutnya, dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha 64

78 penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegitan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata. Berdasarkan sebaran wisatawan yang menjadi responden di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, akomodasi, parkir, dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan adalah biaya transportasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor atau kendaraan umum. Oleh karena itu mempengaruhi besaran proporsi biaya yang akan mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi wisatawan yang menggunakan mobil atau motor pribadi, biaya transportasi yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya transportasi bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan umum yaitu berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci dijelaskan pada Tabel 17 dan Lampiran 4. 65

79 Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya Nilai (Rp.) Proporsi (%) (1) (2) (3=2/C*1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Transportasi 2. Konsumsi dari rumah 3. Tiket masuk kawasan wisata (PNBP) ,2 17,5 1,2 TOTAL A ( Kebocoran) ,9 B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 1. Konsumsi di lokasi ,7 2. Akomodasi (penginapan) ,8 3. Pembelian Souvenir ,5 4. Penyewaan alat ,8 5. Parkir ,1 6. Biaya fasilitas di kawasan wisata ,7 7. Tiket masuk kawasan wisata (Pengelola) 4. 2,5 TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) ,1 Total Pengeluaran Wisatawan (C= Total A + Total B) , Kunjungan Wisatawan per bulan (D) orang orang Total Pengeluaran Wisatawan per bulan di lokasi wisata (proporsi B*C*D) Rp ,24 Total Kebocoran per bulan (proporsi A*C*D) Rp ,76 Sumber: Data Primer Diolah, 212 Pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa tiket masuk ke kawasan wisata yang dikeluarkan wisatawan keuntungannya dapat menjadi manfaat di dalam lokasi wisata namun ada bagian yang menjadi kebocoran. Adapun tiket masuk yang dikeluarkan oleh wisatawan sebenarnya hanya satu kali yaitu sebesar Rp 6.,, diamana Rp 4., untuk pihak pengelola, sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp 2., untuk biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Biaya transportasi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dan memiliki proporsi sebesar 4,2% atau dengan nilai sebesar Rp 64.7, dari ratarata total pengeluaran responden wisatawan. Hal ini menunjukan bahwa biaya transportasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pengeluaran wisatawan saat mereka melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka menggunakan mobil dan motor pribadi, atau kendaraan umum seperti bus dan 66

80 angkot. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi jarak dari rumah ke kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan terkait dengan keragaman unit usaha dan fasilitas rekreasi yang tersedia. Rata-rata total pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan berkisar Rp ,. Hal ini dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jumlah tanggungan, jenis kendaraan yang digunakan, dan lain-lain. Tabel 17 menunjukan jumlah pengeluaran wisatawan per bulan di lokasi wisata sebesar Rp ,24. Jumlah ini disesuaikan dengan rata-rata jumlah wisatawan per bulan yaitu orang. Besarnya arus uang akan menunjukan besarnya dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat (Yoeti, 28). Secara umum, dilihat dari proporsi biaya rekreasinya, pengeluaran wisatawan yang berekreasi ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mengalami kebocoran (leakage) sebesar 58,9% atau sebesar Rp 93.94, untuk satu kali kunjungan, yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Proporsi kebocoran ini cukup tinggi, oleh sebab itu perlu diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas di sekitar lokasi wisata misalnya dengan meningkatkan keragaman jenis kios makanan sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin kecil Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha terkait dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi. Walaupun unit usaha di kawasan wisata ini 67

81 merupakan unit usaha kecil dan hanya akan ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur nasional, namun unit usaha yang ada cukup banyak. Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha di lokasi. Unit usaha yang ada adalah kios makanan dan minuman, souvenir, sewa payung dan tikar, penyewaan jasa kuda dan foto, toilet umum, parkir, dan penjual asongan. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran wisatawan yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalani kegiatan unit usaha. Pemilik usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka, baik yang berasal dari lokasi wisata ataupun luar lokasi wisata. Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasi unit usaha, transportasi lokal dan retribusi atau pajak pada pemerintah setempat. Tabel 18. Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Komponen Nilai (Rp) Proporsi (%) (1) (2) (3= 2/4*1) A. Biaya di luar kawasan wisata 1. Biaya operasional unit usaha (listrik, PAM) 2.8,15 2. Pengembalian kredit ke bank 3. Retribusi dan pajak 4. Biaya sewa 1.123,5 Total A (Kebocoran) ,65 B. Biaya di dalam kawasan wisata 1. Pendapatan pemilik 2. Upah karyawan 3. Pembelian input/bahan baku 4. Biaya pemeliharaan alat 5. Transportasi lokal ,5 2,72 35, 1,1 Total B (Penerimaan di lokasi wisata) ,3 Total (4= Total A+Total B) , Sumber: Data Primer Diolah,

82 Keuntungan yang diterima oleh pemilik (pendapatan pemilik) adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik yaitu sebesar Rp , dari total penerimaan. Dapat dilihat pada Tabel 18, proporsi untuk upah tenaga kerja pada obyek wisata ini masih rendah sebesar 2,72% atau sebesar Rp 52., dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Hal ini dikarenakan mayoritas unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, mengelola unit usahanya sendiri. Hanya beberapa unit usaha yang memperkerjakan orang lain untuk membantu mengelola unit usaha tersebut. Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini berupa pendapatan pemilik dari unit usaha. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya (Tabel 19). Tabel 19. Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Unit Usaha Jumlah Sampel Rata-rata Pendapatan (Rp) Jumlah (unit) Total Pendapatan(Rp) (1) (2) (3) (4= 2*3) Kios makanan dan minuman Sewa (Kuda, foto) Sewa Payung/ Tikar Souvenir Toilet Umum Asongan Parkir , , , , , , , , , , , , , , Total Total Penerimaan (Dampak Langsung) Rp , Sumber: Data Primer Diolah, 212 Dapat dilihat pada Tabel 19, bahwa unit usaha toilet umum memiliki pendapatan paling besar diantara jenis unit usaha lainnya yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu rata-rata sebesar Rp , per bulannya, sedangkan pendapatan terkecil yaitu pada pedagang asongan yang 69

83 hanya memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp , per bualannya. Dapat dilihat pada Tabel 18, total penerimaan rata-rata dari keseluruhan responden unit usaha yaitu sebesar Rp , per bulan, dari total penerimaan tersebut terdapat pendapatan pemilik unit usaha (dampak ekonomi langsung) yang dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu sebesar Rp , per bulan. Adapun total penerimaan dampak langsung dari keseluruhan unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata yaitu sebesar Rp , per bulan (Tabel 19) Dampak Ekonomi Tidak langsung (Indirect Impact) Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) dapat dilihat dari pembelian bahan baku untuk keperluan unit usaha, transportasi lokal, dan upah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Sebagian besar unit usaha yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola langsung oleh pemilik unit usaha dan unit usaha yang dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya (Taman Wisata Alam Grojogan Sewu) yang cukup banyak menyerap tenaga kerja sekitar lokasi wisata, namun terdapat beberapa pula unit usaha yang menggunakan tenaga kerja sekitar (bukan dari keluarga), terutama pada saat akhir pekan atau hari libur ketika lokasi wisata dipadati oleh wisatawan. Pihak pengelola tidak akan mempersulit warga yang ingin membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu tujuan dibukanya obyek wisata ini dalam rangka usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam kawasan wisata dan dampak tidak langsung 7

84 yang dirasakan dari keberadaan TWA Grojogan Sewu dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 5. Tabel 2. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Unit Usaha Kios makanan & minuman Sewa (Kuda, foto) Sewa Payung/ Tikar Souvenir Toilet Umum Asongan Parkir Tiket Kebersihan Pelayanan pengunjung Jumlah Unit Usaha Upah TK (Rp) Bahanbaku (Rp) Transp ortasi (Rp) Total Biaya (Rp) Total (Rp) (1) (2) (3) (4) (5=2+3+4) (6= 1*5) Total Dampak Tidak Langsung (Rp) Sumber: Data Primer Diolah, 212 Tenaga kerja sekitar merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan obyek wisata yaitu melalui pendapatan mereka yang mereka dapat dari pemilik unit usaha sekitar lokasi wisata. Begitupun dengan kebutuhan untuk pembelian bahan baku bagi unit usaha seperti kios makanan dan minuman, serta unit usaha souvenir mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut di dalam kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 2, untuk upah tenaga kerja yang diperoleh berbeda-beda tergantung dengan jenis unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak tidak langsung yang berupa upah (pendapatan) tenaga kerja dirasakan paling besar yaitu dari tenaga kerja pelayanan pengunjung yang berasal dari PT. Duta Indonesia Djaya (pengelola TWA Grojogan Sewu) yaitu rata-rata sebesar Rp , per bulan. Kemudian untuk pembelian bahan baku (input) guna memenuhi kebutuhan unit usaha, biaya pembelian input terbesar dikeluarkan oleh jenis unit usaha 71

85 souvenir yaitu sebesar Rp ,, sedangkan untuk jenis unit usaha sewa payung dan tikar serta parkir tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan baku. Adapun biaya transportasi merupakan biaya transportasi yang dikeluarkan di dalam kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan unit usahanya, biaya tersebut digunakan untuk ongkos menuju lokasi unit usaha atau untuk pembelian bahan baku. Besarnya pengeluaran unit usaha di dalam lokasi wisata akan berimplikasi pada besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang akan diterima oleh masyarakat sekitar lokasi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berbeda-beda tergantung dari jenis unit usahanya. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan paling besar yaitu dari jenis unit usaha kios makanan dan minuman, hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata didominasi oleh kios makanan dan minuman yaitu sebesar Rp ,. Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat dari jumlah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit usaha yaitu sebesar Rp , per bulan Dampak Ikutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak lanjutan dari pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja sekitar obyek wisata. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja sekitar. 72

86 Adapun proporsi pengeluaran responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 6. Tabel 21. Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya Nilai (Rp.) Proporsi (%) (1) (2) (3=2/C*1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Listrik 43.7,6 TOTAL A ( Kebocoran) 43.7,6 B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 2. Kebutuhan pangan ,1 3. Biaya transportasi 3. 4,2 4. Biaya sekolah anak ,7 5. Biaya lainnya ,5 TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) ,5 Total Pengeluaran Tenaga Kerja (C= Total A + Total B) , Sumber: Data Primer Diolah, 212 Secara umum, rata-rata total pengeluaran responden tenaga kerja yaitu sebesar Rp ,. Namun, dari rata-rata pengeluaran tenaga kerja tersebut terdapat kebocoran (leakages) yaitu biaya yang tidak dikeluarkan di sekitar lokasi wisata sebesar Rp 43., dengan proporsi,6% dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan wisata yaitu biaya listrik. Sisanya yaitu sebesar 93,5% atau dengan nilai Rp , dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Adapun biaya tersebut yaitu biaya untuk kebutuhan pangan, biaya transportasi, biaya sekolah anak, dan biaya kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan seluruh tenaga kerja merupakan penduduk asli sekitar kawasan wisata sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam kawasan wisata. Dampak lanjutan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan dapat dilihat dari besarnya pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel

87 Tabel 22. Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jenis Pekerjaan TK Total (orang) Pengeluaran per bulan (Rp) Total Pengeluaran (Rp) (1) (2) (3= 1*2) P. Kios makanan dan minuman P. Sewa (Kuda, foto) P. Sewa Payung/ Tikar P. Souvenir P. Toilet Umum P. Asongan P. Parkir P. Tiket P. Kebersihan Pelayanan pengunjung , 58., 529., 55., 48.5, , 568., , 58., , , , , 17.6., , , , , 2.32., , Total , Proporsi penerimaan di lokasi wisata (Tabel 3) (4) 93,5 Dampak Lanjutan (Total 3*4) , Sumber: Data Primer Diolah, 212 Total pengeluaran tenaga kerja sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp ,. Namun, dari total pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dilakukan di dalam kawasan wisata dengan proporsi,6% (Tabel 21) atau sebesar Rp , dari total pengeluran keseluruhan tenaga kerja. Sisanya yaitu sebesar 93,5% pengeluaran dilakukan di dalam kawasan wisata, sehingga dampak ekonomi lanjutan yang dirasakan dari adanya keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp ,. Perhitungan pengeluran tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Lampiran Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden Wisatawan Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan wisata. Efek penggganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran wisatawan selama melakukan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: (1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh 74

88 dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) Ratio Income Multiplier Tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) Ratio Income Multiplier Tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan, (META, 21). Nilai pengganda ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier,3 Ratio Income Multiplier Tipe 1 1,7 Ratio Income Multiplier Tipe 1 2,5 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (212) Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar,3 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah, maka akan berdampak langsung sebesar,3 rupiah terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,7 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,7 rupiah terhadap pendapatan tenaga kerja sekitar (berupa pendapatan pemilik usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha diduga akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,5 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal. Berdasarkan hasil dari penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, 75

89 terutama bagi masyarakat yang membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian ini dikatakan rendah, dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh yaitu sebesar,3. Menurut META (21) apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu ( < x < 1), maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar obyek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya (kebocoran/pengeluaran di luar lokasi wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata. Sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income MultiplierTipe 1 dan Tipe 2 sudah lebih besar atau sama dengan satu ( 1). Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara terus meningkatkan jumlah wisatawan yang datang, peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal dan penyediaan barang yang diperlukan wisatawan oleh unit usaha yang ada agar dapat menarik minat wisatawan untuk membeli konsumsi pada unit usaha di sekitar lokasi wisata. Hal ini diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran wisatawan di obyek wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar. 76

90 6.4 Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Dampak adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan di sekitar kawasan wisata diidentifikasi dengan persepsi dari para pelaku wisata/ stakeholder terkait (responden wisatawan, unit usaha, pekerja, dan masyarakat sekitar). Dalam pelaksanaan penelitian, para responden diminta persepsinya mengenai dampak keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan. Adapun terdapat empat indikator yang digunakan untuk melihat dampak lingkungan yaitu bagaimana tingkat kebersihan lingkugan, kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan disekitar lokasi wisata (Tabel 24). Tabel 24. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Kebersihan, Kualitas Udara, dan Kualitas Air di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Persepsi (%) Keterangan Responden Total Sangat Sangat Baik Buruk (%) Baik Buruk Kebersihan Wisatawan 3, 77, 19, 1, 1, Lingkungan Unit Usaha 23,3 7, 6,7, 1, Tenaga Kerja 16,7 8, 3,3, 1, Masyarakat 12,5 85, 2,5, 1, Rata-rata 13,9 78, 7,9,25 1, Kualitas Udara Kualitas Air Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat 73, 8, 82,5 73,3 27, 2, 17,5 26,7,,,,,,,, 1, 1, 1, 1, Rata-rata 77,2 22,8,, 1, Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat 11, 43,3 25, 26,7 82, 56,7 75,5 73,3 1,,,, 6,,,, 1, 1, 1, 1, Rata-rata 26,5 71,7,25 1,5 1, Sumber: Data Primer Diolah (212) Faktor kebersihan lingkungan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 24 berdasarkan persepsi dari para stakeholder terkait, rata-rata responden menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam kebersihan, bahkan sebesar 13,9% responden menyatakan kondisinya semakin baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Rata-rata 77

91 responden yaitu sebesar 78% memberikan penilaian baik. Adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dirasakan telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan, yaitu diantaranya menambah keindahan pemandangan dengan penataan yang lebih baik dan menjaga keasrian lingkungan. Menurut informasi ketika melakukan wawancara dengan responden terutama pemilik unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar, mereka menyatakan bahwa setiap seminggu sekali diadakan kerja bakti bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga keasrian lingkungan agar tetap bersih dan nyaman ketika para wisatawan datang untuk berwisata. Kerja bakti ini berlaku untuk semua unit usaha dan pengelola wisata yang berada di dalam kawasan wisata. Namun, disamping dampak positif terdapat dampak negatif yang mereka rasakan, yaitu menumpuknya sampah dengan proporsi sebesar 7,9%. Responden tersebut menyatakan bahwa masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi wisata, terutama pada saat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dipadati oleh wisatawan, dan biasanya terjadi pada akhir pekan atau hari libur. Selain itu juga sampah yang diakibatkan oleh para kera yang suka mencuri makanan yang dibawa oleh wisatawan. Mereka juga berharap agar pengelola wisata dapat menambah jumlah keberadaan tempat sampah yang dirasakan responden masih kurang banyak disediakan. Adapun dengan keadaan kualitas udara di sekitar lokasi wisata, seluruh responden memberikan penilaian positif terhadap kualitas udara. Bahkan sebesar 77,2% responden menyatakan bahwa kualitas udara masih sangat baik karena dirasakan belum mengalami perubahan. Responden yang datang berkunjung ke lokasi wisata atau yang bermukim di sekitar lokasi wisata menyatakan nyaman 78

92 ketika berada di lokasi wisata karena udaranya masih sangat segar dan sejuk. Namun, sebesar 22,8% responden menyatakan tingkat polusi udara sedang (baik) dengan alasan bahwa aktifitas rekreasi yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut, terlebih bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan, sehingga air yang mengalir ke lokasi wisata langsung dari mata air pegunungan, sehingga kondisi airnya pun masih sangat jernih dan menyegarkan. Hal ini di dukung dengan data yang diperoleh, sebagian besar responden yaitu sebesar 71,7% memberikan penilaian baik terhadap kondisi air dilokasi wisata karena dirasakan masih jernih, dingin, dan menyegarkan. Namun, ada beberapa responden menyatakan bahwa kondisi air kurang jernih yaitu sebesar 1,5% yang berasal dari responden wisatawan, alasan mereka yaitu air menjadi kurang jernih dikarenakan bak tampung yang berada di toilet terkadang kotor. Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden yaitu tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner ke berbagai stakeholder terkait, sebagian besar responden yaitu sebesar 99,5% menyatakan tidak ada masalah dan merasa tidak terganggu dengan tingkat kebisingan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Namun sisanya dari masing-masing responden menyatakan bising dengan adanya aktivitas wisata yang dilakukan. Alasan mereka yaitu adanya suara yang dihasilkan dari pelaku kegiatan wisata dan jumlah wisatawan yang terlalu padat berpotensi menciptakan kebisingan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel

93 Tabel 25. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Persepsi (%) Responden Total (%) Tidak Mengganggu Menganggu Wisatawan 98, 2, 1, Unit Usaha 1,, 1, Tenaga Kerja 1,, 1, Masyarakat 1,, 1, Rata-rata 99,5,5 1, Sumber: Data Primer Diolah (212) Berdasarkan hasil survey dari wawancara dengan para responden mengenai keadaan kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, terkait dengan tingkat kebersihan, keadaan kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan, sebagian besar responden memberikan penilaian yang positif terhadap keadaan kualitas lingkungannya. Adapun proporsi yang diberikan oleh para stakeholder terhadap masing-masing indikator adalah sebesar 78,% responden memberikan persepsi baik terhadap kebersihan lingkungan, 77,% responden memberikan persepsi sangat baik terhadap kualitas udara, 71,7% responden memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan sebesar 99,5% responden memberikan penilaian positif yaitu tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan. 8

94 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal: 1. Rata-rata pengunjung wisatawan berusia tahun, mayoritas mereka berpofesi sebagai pelajar/mahasiswa dengan pendapatan berkisar antara Rp 5., Rp 1..,. Wisatawan yang berkunjung sebagian besar berasal dari dalam Provinsi Jawa Tengah dan datang secara berkelompok. Unit-unit usaha yang ada di lokasi wisata telah berjalan selama lebih dari 1 tahun dengan rata-rata pendapatan mereka per bulan yaitu berkisar antara Rp 5., Rp 1.5.,. Untuk tenaga kerja sekitar, sebagian besar pendapatan perbulannya yaitu berkisar antara Rp 5., Rp 1..,. Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mayoritas membuka usaha di sekitar lokasi wisata dengan pendapatan berkisar per bulan berkisar antara Rp 5., Rp 1.5.,. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu adalah pendapatan pengunjung, jarak menuju lokasi wisata, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, dan daya tarik wisata. 3. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha yaitu sebesar 6,5%. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan berupa upah tenaga kerja sekitar obyek wisata yaitu sebesar 2,72%, pembelian input bahan baku sebesar 35%, dan transportasi lokal sebesar 1,1%, 81

95 sedangkan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja rata-rata yang sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar 58,1%. Nilai Keynesian Income Multiplier pada penelitian ini yaitu sebesar,3; nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,7; dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5. Proporsi kebocoran yang terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebesar Rp ,76 per bulan. 4. Dampak terhadap lingkungan dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut persepsi responden para stakeholder terkait adalah belum terlihat adanya dampak negatif. Adapun proporsi yang diberikan adalah sebesar 78,% memberikan penilaian baik terhadap kebersihan lingkungan, 77,% memberikan penilaian sangat baik terhadap kualitas udara, 71,7% memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan sebesar 99,5% tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan fasilitas maupun kualitas obyek wisata oleh pengelola guna meningkatkan jumlah pengunjung dan perekonomian masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengelola wisata diharapkan lebih memperhatikan pengembangan pariwisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Fasilitas yang dirasa masih kurang seperti keberadaan tempat sampah dan keadaan tempat 82

96 parkir yang kondisi jalannya kurang bagus atau sudah mengalami kerusakan agar mendapat perhatian dari pihak pengelola agar diperbaiki. 2. Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dengan cara menawarkan paket-paket wisata edukasi kepada masyarakat Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Jawa Tengah. 3. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai optimalisasi harga tiket di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, karena baik dari pihak pengelola maupun responden wisatawan menyatakan tarif yang diberlakukan masih tergolong rendah untuk rekreasi alam. Dikaji kepada pihak pengelola untuk menaikkan harga tiket sebagai alat untuk menghindari over carrying capacity. Namun, kenaikan harga tiket juga harus mempertimbangkan karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke lokasi wisata. 83

97 DAFTAR PUSTAKA Anonim Wonderful Indonesia dan Eco, Culture, and MICE menjadi Branding dan Tema Pariwisata Indonesia 211. Artikel. [28 Januari 212] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Statistik Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Tahun 211. Provinsi Jawa Tengah. Demartoto, A. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Jumog, Desa Burjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Firdaus, M. 24. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara, Jakarta. Hufschmidt, M et al Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan: Pedoman Penelitian Ekonomi (Reksohadiprojo, S Penerjemah). Gajah Mada Press, Yogyakarta. Juanda, B. 29. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Karanganyarpos Perda RTRW: Karanganyar Diminta Rampungkan Perda RTRW. [3 September 212] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Laporan. wisman pdf [1 Oktober 212] Marine Ecotourism for Atlantic Area (META). 21. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol. Milasari. 29. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam Tirta Sanita. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mula Menhut: Indonesia Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi. Artikel. [5 Februari 212] 84

98 Mustafa, H. 2. Teknik Sampling. Artikel. [28 Januari 211]. Mutiarani Analisis dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazir, Moh. 23. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Pervito, S. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Taman Wisata Waduk Selorejo dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pickering, C; Hill, W. 27. Impact of recreation and tourism on plant biodiversity and vegetation in protected areas in Australia. Journal of Enviromental Manajement 85: Pitana, I. G. 25. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta. Prisma Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Siswantoro, H Kajian Daya Dukung Lingkungan Wisata Alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Diponogero. Semarang. Soemarno. 29. Kumpulan-kumpulan definisi-pengertian-istilah-arti. Artikel. [28 Januari 211]. Sulistiyo, H Industri Pariwisata Tumbuh Paling Cepat. Artikel. [12 Juli 212]. Gunawan, S Ekonometrika Pengantar. BPFE-Yogyakarta. Undang-Undang No. 5 Tahun 199. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang No. 9 Tahun 199. Pengertian Pariwisata. Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang No. 1 Tahun 29. Pengertian Wisatawan. Undang-Undang Republik Indonesia. 85

99 Vanhove, N. 25. The Economy of Tourism Destinations. Elsevier Butterworth- Helnemann, Oxford University. United Kingdom. Wahab, S. 23. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta. Widodo Tempat Wisata Unggulan di Kabupaten Karanganyar. Artikel. [12 Juli 212] Wijayanti, P. 29. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yoeti, O. 28. Ekonomi Pariwisata, Informasi, dan Implementasi. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. 86

100 LAMPIRAN 87

101 Lampiran 1. Estimasi Model Hasil Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Regression Analysis: Y versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7 The regression equation is Y =,948 -,86 X1 +, X2 -,651 X3 -,2 X4 -,184 X5 +,59 X6 +,38 X7 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant,9479,8184 1,16,25 X1 -,856,1815 -,47,638 2,6 X2,3,4 7,63, 1,5 X3 -,6515,1734-3,76, 1,2 X4 -,188,66-2,82,6 1,5 X5 -,18428,7981-2,31,23 2,5 X6,587,189,32,746 1,1 X7,383,1629 1,89,62 1,1 S =, R-Sq = 46,9% R-Sq(adj) = 42,9% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 49,4543 7,649 11,62, Residual Error 92 55,9357,68 Total 99 15,39 Source DF Seq SS X1 1,4 X2 1 26,8137 X3 1 11,6245 X4 1 5,1488 X5 1 3,5399 X6 1,1493 X7 1 2,1777 Unusual Observations Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid 1 23, 1, 2,5143,2457-1,5143-2,5R 2 27, 2,,5512,3236 1,4488 2,4R 1 2, 4, 2,532,1361 1,9468 2,54R 11 21, 5, 3,256,2428 1,7944 2,42R 34 32, 7, 6,2436,6129,7564 1,57 X 41 33, 1, 1,873,4655 -,873 -,14 X 62 19, 1,,531,528,469,79 X 94 2, 1, -,269,4742 1,269 1,95 X R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,

102 Percent Lampiran 2. Uji Kolmogorov-Smirnov Probability Plot of RESI1 Normal 99, Mean -2,255E-15 StDev,7517 N 1 KS,77 P-Value,144 1, RESI Gambar di atas menggambarkan sebaran residual yang menunjukan residual sudah menyebar normal. 89

103 Frequency Standardized Residual Percent Standardized Residual Lampiran 3. Residual Plot Residual Plots for Y Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values 99, , Standardized Residual , 1,5 3, Fitted Value 4,5 6, Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data Standardized Residual Observation Order Regression Analysis: RESI^ versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; X7 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 6,3357,951 1,75,18 Residual Error 92 47,778,5186 Total 99 54,435 H = Heteroskedastisitas H1 = Homoskedastisitas Karena P-value (,18) > α (,5) maka tolak H. 9

104 Lampiran 4. Biaya Pengeluaran Wisatawan Keterangan : A = Biaya Transportasi F = Penyewaan alat B = Konsumsi dari rumah G = Biaya parkir C = Konsumsi di lokasi H = Tiket masuk kawasan (PNBP) D = Akomodasi (penginapan) I = Tiket masuk kawasan (Pengelola) E = Souvenir J = Biaya fasilitas lain di lokasi wisata Angka dalam tabel * TE = Total Expenditure Resp A B C D E F G H I J TE

105

106 Ratarata 64,7 27,87 29,82 1,75 11,97 2,82 3,34 2, 4, 2,71 159,35 93

107 Lampiran 5. Rata-rata Pengeluaran Unit Usaha Menurut Jenis Usahanya Keterangan: I = Pendapatan pemilik C5= Pengembalian kredit ke bank C1= Upah karyawan C6= Transportasi lokal C2= Pembelian bahan baku C7= Retribusi dan pajak C3= Biaya pemeliharaan alat C8= Biaya sewa C4= Biaya operasional unit usaha unit usaha = 3 unit usaha Keterangan Resp I C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 Rata-rata Penerimaan Per Bulan (Rp) Kios makanan & , minuman , , , 1.22., , , , , , ,3 Jumlah (1) , Rata-rata ,92 Sewa (Kuda, Foto) , , , ,67 Jumlah (2) , Rata-rata ,67 Sewa Payung dan Tikar ,33 7., Jumlah (3) , Rata-rata ,67 Souvenir , , ,3 94

108 , , , ,3 Jumlah (4) Rata-rata Toilet Umum , ,3 Jumlah (5) Rata-rata ,65 Asongan , ,33 Jumlah (6) Rata-rata ,67 Parkir , ,7 Jumlah (7) Rata-rata , Total ( ) Rata-rata total

109 Lampiran 6. Rata-rata Pengeluaran Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya Keterangan: H1 = Kebutuhan Pangan H2 = Biaya Transportasi H3 = Biaya Sekolah Anak H4 = Biaya Listrik H5 = Biaya Lainnya Responden Tenaga Kerja = 4 orang Keterangan Resp Rata-rata H1 H2 H3 H4 H5 Pengeluaran (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Per Bulan (Rp) P. Kios makanan & minuman Jumlah (1) Rata-rata Sewa (Kuda, Foto) Jumlah (2) Rata-rata Sewa Payung dan Tikar Jumlah (3) Rata-rata Souvenir Jumlah (4) Rata-rata Toilet Umum Jumlah (5) Rata-rata P. Asongan Jumlah (6) Rata-rata P. Parkir Jumlah (7) Rata-rata P. Tiket Jumlah (8) Rata-rata P. Kebersihan Jumlah (9) Rata-rata Pelayanan pengunjung

110 Jumlah (1) Rata-rata A. Total ( ) B.Rata-rata total (B= A/ responden TK)

111 Lampiran 7. Dokumentasi Daya Tarik Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kolam renang anak-anak Air Terjun (81 meter) Panorama Alam Kera Ekor Panjang Arena Permainan Flying fox Tangga menuju lokasi air terjun 98

112 Fasilitas Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Mushola Toilet Gazebo Papan Petunjuk Arah Beberapa Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kios Makanan dan Minuman Jasa Foto Sewa Kuda Souvenir 99

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG FIANDRA ADIYATH M DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA ALAM HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT FAUZIAH AZZAHRO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang dan memiliki masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata memberikan keuntungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Wisata Alam Menurut Soewantoro (1977) dalam Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (PPA) PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

ESTIMASI DAMPAK EKONOMI KAWASAN TAMAN WISATA MATAHARI CILEMBER, KABUPATEN BOGOR TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR NURUL WULAN SEPTIANTI

ESTIMASI DAMPAK EKONOMI KAWASAN TAMAN WISATA MATAHARI CILEMBER, KABUPATEN BOGOR TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR NURUL WULAN SEPTIANTI ESTIMASI DAMPAK EKONOMI KAWASAN TAMAN WISATA MATAHARI CILEMBER, KABUPATEN BOGOR TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR NURUL WULAN SEPTIANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006)

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan oleh Negara-negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI

NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SITUS MEGALITIK GUNUNG PADANG, CIANJUR, JAWA BARAT NOVALITA BUDIARTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sabila Maulina Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sabila Maulina Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia, bagaikan untaian ratna mutu manikam yang melingkar di garis khatulistiwa, itulah ungkapan lama yang umum kita dengar. Keindahan alam, yang dihuni oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Bulu merupakan hutan pendidikan dan latihan (hutan diklat) yang dikelola oleh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Taman Wisata Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci