BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai
|
|
- Widyawati Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesusasteraan memiliki ruang lingkup yang begitu luas dalam rangka penciptaannya atas representasi kebudayaan nusantara. Salah satu hasil ekspresi yang muncul ditampilkan dalam karya sastra tradisional berupa cerita wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai sebuah bentuk karya sastra tradisional, sehingga membuat seniman berusaha membuka ruang untuk menampilkan kreativitas (Teeuw, 1983:7-8). Kenyataan bahwa cerita wayang dipandang sebagai karya adiluhung menunjukkan betapa tingginya nilai literer karya itu sendiri sebagai sebuah fenomena sastra. Wayang sebagai sebuah karya sastra memiliki ciri kesastraan yang dominan, yaitu ciri estetik. Cerita wayang menganut prinsip-prinsip estetika timur seperti prinsip keseimbangan, kesatuan, keteraturan, fokus, variasi, pola karakterisasi, tidak membedakan pola struktur tragedi komedi, menekankan keindahan rasa, dan sekaligus menjadi ensiklopedi hidup (Nurgiyantoro, 1998:28). Selain itu, cerita wayang merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang memiliki berbagai motif apabila dikaji lebih mendalam. Hal ini dapat disejajarkan dengan karya sastra lainnya yang juga memiliki struktur sebagai pembentuk motif cerita. Perlu diketahui pula bahwa sastra wayang juga memiliki struktur pembangun cerita yang merujuk pada lakon sebagai representasi 1
2 2 pertunjukan wayang (baik kulit maupun orang) dan memiliki definisi sebagai pencerminan kehidupan manusia. Sastroamidjojo ( 1964: 98) mengungkapkan bahwa lakon (cerita wayang kulit) berasal dari pangkal kata laku yang berarti sesuatu pertunjukan wayang kulit yang sedang berjalan atau sesuatu peristiwa, ataupun gambaran atau sifat kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karena itu, lakon yang dipertontonkan merupakan salah satu pokok acara terpenting dalam suatu pertunjukan wayang kulit. Lakon wayang disusun menurut suatu struktur klasik yang tidak pernah berubah. Diperkirakan struktur lakon ini merupakan kreasi dalam budaya Jawa, karena drama-drama Hindhu (termasuk drama Sansekerta atau teater bonekanya) tidak mengenal struktur ini. Struktur wayang pada dasarnya menuruti struktur drama yang terdiri dari tiga bagian yaitu permualaan, pertengahan, dan akhir. Cerita-cerita wayang selalu dimulai dari suatu keadaan yang tenang dan damai lalu kembali ke keadaan yang tenang dan damai lagi, dengan suatu perubahan pada akhir cerita. Hal-hal atau pelaku-pelaku yang menyebabkan berubahnya keadaan disingkirkan, kalah perang, atau menyadari kekeliruannya ( Aristoteles via Amir, 1991:50). Sehubungan dengan penjelasan di atas, lakon Jaladara Rabi menjadi sebuah objek yang perlu diteliti dalam rangka penelusuran motif dalam cerita pewayangan. Cerita Jaladara Rabi merupakan salah satu jenis lakon carangan, yaitu cerita wayang yang memiliki pengertian dengan merunut sistem pengibaratan dalam budaya Jawa ( pepindhan) sebagai ranting pohon yang bercabang atau disebut carang (Fenstein, 1986:XVII). Hal ini depertegas dengan
3 3 istilah carangan yang berasal dari kata dasar carang mendapat akhiran an yang berarti sebuah cerita kreasi yang muncul dari cerita baku atau disebut juga cerita karangan (Poerwadarminta, 1939:626). Selanjutnya Sastroamidjojo (1964:101) mengungkapkan bahwa lakon Jaladara Rabi termasuk dalam kategori lakon carangan adhapur, yaitu lakon karangan yang masih berhubungan dengan lakon pokok yang berpegang pada tema atau tidak terlalu jauh dari siklus cerita utama Mahabarata ataupun Ramayana. Lakon sebagai salah satu bentuk sastra, disoroti keseluruhannya sebagai suatu karya sastra dengan bentuknya yang khas, yaitu percakapan atau dialog. Keistimewaan bentuk ini yang membedakan lakon dengan ciptaan lainnya (Oemarjati, 1971:61). Melalui keseluruhan dialog dari urutan peristiwanya, dapat diambil pada suatu kesimpulan yang merujuk pada motif cerita. Motif juga yang mendasari cerita wayang sebagai letak identifikasi karya sastra. Hal tersebut dapat dipahami sebagai satu unsur atau zat penggerak cerita ke dalam berbagai peristiwa yang akhirnya membentuk ke dalam satu topik atau pokok persoalan yang sama (Dundes via Susanto, 2012:115). Adanya sebuah motif menandakan korelasi yang terbentuk pada satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Dengan kata lain, karya sastra wayang biasanya memiliki motif yang khas. Apabila ditinjau dari segi nama judul, Jaladara Rabi mengungkapkan maksud dan tujuan lakon yang berisi tentang pernikahan, yaitu mengenai beberapa halangan yang dihadapi seorang laki-laki dalam mempersiapkan pernikahannya. Dikisahkan seorang kesatria yang bernama Prabu Kakrasana tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Dewi Erawati. Prabu Kakrasana
4 4 harus memenuhi permintaan mempelai wanita sebagai syarat pernikahan, namun ternyata pihak Kurawa ikut campur dan memberatkan syarat yang telah ditetapkan. Tantangan pun bertambah ketika ada raja raksasa yang berniat menculik Dewi Erawati dan dijadikan sebagai istrinya. Hal tersebut menjadi landasan kajian motif cerita yang akan dititikberatkan pada cerita Jaladara Rabi. Kajian motif cerita juga dapat digunakan sebagai salah satu penemu kesimpulan akhir terjadinya suatu cerita lakon dalam wayang. Adapun motif penghasutan dan alap-alap menjelang pernikahan Prabu Kakrasana menjadi kunci keseluruhan jalan cerita dalam lakon tersebut. Identifikasi motif tersebut dilihat pada relasi antara bagian-bagian adegan yang mengikuti struktur cerita dalam pedalangan. Struktur pedalangan pada umumnya memiliki urutan cerita yang diawali dengan pembicaraan dalam kerajaan ( jejer), pemberangkatan pasukan ( budhalan), dan perang. Susunan tersebut terjadi berulang-ulang dalam beberapa babak yang membentuk satu garis besar sebuah cerita. Sesuai dengan alur cerita pewayangan pada umumnya, maka kajian motif cerita pada Jaladara Rabi dapat ditelusuri melalui analisis struktur naratif yang disesuaikan dengan unsur tokoh, latar, aksi, kejadian akibat aksi tokoh, relasi antartokoh, serta tinjauan motif penghasutan dan alap-alap. Gaya penceritaan yang memakai sudut pandang pedalangan juga membuat pola cerita Jaladara Rabi memiliki struktur dramatik. Alur yang terdiri dari beberapa peristiwa dalam mencapai suatu kesimpulan akhir cerita, yaitu perjuangan seseorang yang berusaha mempertahankan jodohnya. Melalui penjelasan tersebut, maka kajian
5 5 motif melalui tinjauan struktur naratif pada cerita Jaladara Rabi akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Jaladara Rabi merupakan salah satu lakon wayang purwa yang bercerita tentang persiapan pernikahan Prabu Kakrasana dengan Dewi Erawati. Alur dramatik di dalamnya memiliki pola cerita yang menampilkan usaha penggagalan pernikahan pada tokoh utama. Berdasarkan keterangan yang dijelaskan sebelumnya, maka fokus penelitian dalam cerita Jaladara Rabi karya Ki Reditanaya yang telah dialihaksarakan S. Z. Hadisutjipto adalah sebagai berikut: a. Bagaimana gambaran struktur naratif yang disesuaikan dengan unsur tokoh, latar, dan aksi dalam cerita Jaladara Rabi? b. Bagaimana tinjauan motif penghasutan dan alap-alap menjelang pernikahan Prabu Kakrasana dalam cerita Jaladara Rabi? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kepada pembaca tentang motif penghasutan dan alap-alap menjelang pernikahan Prabu Kakrasana dalam cerita Jaladara Rabi. Penjelasan tentang motif tersebut melalui analisis struktur naratif yang mengutamakan deskripsi unsur tokoh, latar, dan aksi. Selain itu, penelitian teks Jaladara Rabi merupakan bentuk apresiasi terhadap karya sastra pewayangan dengan gaya pedalangan, sehingga para pembaca dapat mengerti kandungan struktur dramatik yang direpresentasikan dalam sebuah seni pertunjukan wayang
6 6 kulit. Diharapkan pula penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan disiplin ilmu sastra. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada buku terbitan Balai Pustaka tahun 1983 yang berjudul Jaladara Rabi karangan Ki Reditanaya dan dialihaksarakan oleh S. Z. Hadisutjipto dengan memakai alat teori struktur naratif untuk memecahkan masalah. Analisis struktur naratif diawali dari gambaran secara keseluruhan tentang peristiwa dalam cerita berdasarkan struktur dramatik. Tahap identifikasi berikutnya dibatasi lagi ke dalam tokoh, latar, dan aksi yang disesuaikan dengan kajian motif penghasutan dan alap-alap menjelang pernikahan Prabu Kakrasana. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap karya sastra yang menggunakan struktural dalam kisah pewayangan untuk membuka motif telah beberapa kali dilakukan. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Sri harti Widyastuti pada tahun 1987 yang menulis skripsi Konsep Cerita Alap-alapan dalam Cerita Kartawiyoga Maling dan Beberapa Cerita Pewayangan. Kajian yang menjadi fokus di dalamnya adalah motif penculikan dalam rangka mencari jodoh. Penulis menitikberatkan sebuah fenomena kawin lari atau alap-alap dalam masyarakat Jawa yang tersajikan dalam struktur dan pola cerita lakon tersebut. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Bima Slamet Raharja pada tahun 2005 dalam skripsinya Analisis Serat Bratayuda Koleksi Pura Pakualaman
7 7 (Pupuh XXXIX.1-26-XL.1-9 dan Pupuh LIX LXIII.1-6) Tentang Adegan Sadis Peristiwa Kematian Dursasana dan Duryudana. Bima Slamet Raharja mengkaji Serat Bratayuda koleksi Pura Pakualaman menggunakan analisis struktural. Melalui metode tersebut, dijelaskan seluruh unsur-unsur pembangun dalam objek tersebut sehingga dapat diperlihatkan sebuah urutan peristiwa atau kronologis terjadinya pembunuhan Dursasana dan Duryudana dengan cara sadis. Nur Rohman pada tahun 2010 meneliti tentang motif pada cerita wayang melalui judul skripsinya Motif Perkawinan Wayang Golek Sunda Lakon Cepot Rarabi dan Sang Hyang Tunggal Wibawa. Penulis mencoba membuka beberapa urutan peristiwa atau kronologis dengan teori struktural yang mencakup alur, karakter, dan latar. Dengan demikian, dapat diungkapkan pembahasan utama dalam karya tersebut yaitu motif perkawinan. Penelitian yang terakhir dilakukan melalui Skripsi berjudul Analisis Struktur Naratif Dalam Rangka Ekofeminisme dan Gender Dari Srikandhi Maguru Manah Karangan Raden Ngabehi Sindusastra yang ditulis oleh Ika Marthiasiwi pada tahun Penelitian tersebut menggunakan sistem penyajian garis besar naratif cerita untuk membantu membuka fokus kajian. Selanjutnya pembahasan tentang gender (ekofeminisme) dikaji dengan merunut rangkaian peristiwa yang menitikberatkan pada peran tokoh. Beberapa penelitian di atas menjadi acuan untuk memecahkan motif pernikahanyang diangkat dalam kisah Jaladara Rabi karya Reditanaya. Hal ini disebabkan karena motif yang sangat kompleks melalui rentetan adegan yang disesuaikan dengan struktur pedalangan. Tahap selanjutnya akan digunakan
8 8 metode struktural yang menitikberatkan pada tokoh, latar, dan aksi melalui urutan peristiwa guna menangkap pembahasan utama dalam penelitian cerita Jaladara Rabi. 1.6 Landasan Teori Penelitian ilmiah ini menggunakan landasan teori analisis struktur naratif dengan tujuan memaparkan dan menjelaskan motif penghasutan dan alap-alap melalui urutan peristiwa yang saling terkait dalam Jaladara Rabi. Pada prinsipnya pendekatan struktural bertujuan untuk membantu menjelaskan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995:37). Pendekatan struktural tersebut diaplikasikan dalam sebuah struktur cerita yang berbentuk narasi. Narasi, baik sebagai cerita maupun penceritaan didefinisikan sebagai representasi paling sedikit dua peristiwa faktual atau fiksional dalam urutan waktu (Ratna, 2011:128). Tokoh, latar, dan aksi merupakan elemen penting dalam kajian struktur naratif. Ketiga elemen tersebut berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita sehingga mengakibatkan representasi pembaca sebagai makna. Dalam hal ini, pemberian makna sebagai tugas pembaca tidak hanya berarti memahami bagian-bagian atau baris-baris sebuah karya seni, tetapi pula berarti memberikan makna padanya sebagai unsur sebuah struktur yang total dan bulat (Teeuw, 1983:24). Ketiga unsur yang saling berkaitan di atas menjadi suatu kesatuan sehingga tampak sebuah alur yang merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita.
9 9 Chatman dalam Ratna (2011:157) berpendapat bahwa cerita disebut sebagai isi, sedangkan wacana disebut sebagai ekspresi. Baik cerita maupun wacana, masingmasing terdiri atas bentuk dan substansi. Dalam bentuk terkandung motif-motif (events) dan eksistensi, yang masing-masing berisi aksi dan kejadian (happenings) serta tokoh dan latar. Oleh karena itu, setiap adegan yang dilakukan oleh seorang tokoh akan mempengaruhi hubungannya dengan karakter-karakter lain. Pada gilirannya, reaksi yang ditimbulkan oleh karakter-karakter lain itu akan balik mempengaruhinya (Stanton, 2007: 26). Keadaan seperti itu akan memunculkan sebuah narasi yang menjadi mencakup unsur-unsur sebagai rangka cerita. Selanjutnya rangka tersebut memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sebab akibat, sehingga terbentuklah bingkai narasi yang membungkus rangkaian kejadian dalam keutuhan cerita sebagai struktur dramatik (Keraf, 1989:145). Sehubungan dengan teori di atas, maka pembahasan pada cerita Jaladara Rabi menitikberatkan ketiga komponen yang terdiri atas tokoh, latar, dan aksi. Ketiga unsur tersebut diwujudkan sebagai pembentuk rangkaian kejadian yang menimbulkan relasi antartokoh, sehingga terlihat peran aktif yang digunakan untuk memperjelas pelaku-pelaku utama dalam analisis terakhir tentang tinjauan motif penghasutan dan alap-alap menjelang pernikahan Prabu Kakrasana. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui beberapa tahap. Pertama menggunakan studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan membaca buku-
10 10 buku yang berhubungan dengan kajian yang akan dibahas. Melalui metode tersebut, kemudian diterapkan teori struktur naratif yang menitikberatkan tokoh, latar, dan aksi untuk mengetahui kajian motif utama dalam cerita Jaladara Rabi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: a. Menentukan obyek penelitian, yaitu kisah Jaladara Rabi karangan Ki Reditanaya yang telah dialihaksarakan dan digubah dalam bentuk prosa oleh S. Z. Hadisutjipto b. Mencatat data-data penelitian yang terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah obyek utama yaitu buku Jaladara Rabi sedangkan data sekunder yaitu buku-buku pendukung yang berisi teori struktural yang menitikberatkan tokoh, latar, dan aksi melalui rangkaian peristiwa c. Menganalisis data yang diperoleh serta diolah untuk dapat dipahami secara tepat dan jelas. 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang deskripsi naskah cerita Jaladara Rabi yang meliputi pengantar, sinopsis, dan urutan peristiwa naratif. Bab III meliputi analisis struktural naratif yang meliputi identifikasi tokoh, latar, aksi tokoh, kejadian akibat aksi tokoh, relasi antartokoh, serta tinjauan motif penghasutan dan alap-alap. Bab IV berisi kesimpulan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori
BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah sebuah kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang merupakan kisah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana. Pertunjukan berlangsung selama dua jam sepuluh menit dan
253 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menjawab dua persoalan yaitu bagaimana intertekstualitas struktur lakon dan mengapa dramatisasi diperlukan dalam sanggit lakon Hana Caraka Nabi Elia. Pertunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang terjadi pada zaman kerajaan masa lampau, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketoprak adalah sebuah kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisahkisah kehidupan yang terjadi pada zaman kerajaan masa lampau, yang merupakan kisah legenda yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre rhythm bertema cerita wayang Ramayana yang diperuntukkan bagi remaja usia 15-18 tahun. Hal ini dilatar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus
Lebih terperinci89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan. salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu
BAB VI KESIMPULAN Lakon Antaséna Rabi sajian Ki Anom Suroto merupakan salah satu jenis lakon rabèn dan karangan yang mengambil satu tokoh pokok Antasena kemudian ditambah tokoh-tokoh baru seperti Manuwati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprak adalah salah satu bentuk perkembangan drama di Indonesia yang tergolong dalam teater tradisional. Ketoprak adalah sebuah bentuk teater tradisional yang berlakon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa
Lebih terperinciOleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
TRANSFORMASI CERPEN DI ATAS SAJADAH CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MENJADI NASKAH DRAMA PANGGUNG DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI KELAS X SMA Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember
Lebih terperinci( ) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu
11 6. Wayang Madya Wayang Madya diciptakan pada waktu Pangerarn Adipati Mangkunegoro IV (1853-1881) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu kesatuan yang berangkai serta disesuaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperincirealita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakteristik kebangsaan, karena sastra memiliki potensi fungsi sosial untuk menumbuhkan nilai dan sikap
Lebih terperinciDESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA
DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kreativitas manusia yang dijadikan sebagai sarana berekspresi yang di dalamnya mengandung unsur kehidupan dan keindahan. Selain itu,
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa
Lebih terperinciNilai Moral dalam Serat Kartawiyoga karya Ki Reditanaya dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang
Nilai Moral dalam Serat Kartawiyoga karya Ki Reditanaya dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Oleh: Andi Prasetiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Andyzie21@gmail.com Abstrak: Nilai
Lebih terperinciPagelaran Wayang Ringkas
LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang
Lebih terperinciTONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG
TONTONAN, TATANAN, DAN TUNTUNAN ASPEK PENTING DALAM AKSIOLOGI WAYANG Oleh: Kasidi Hp. Disampaikan dalam Sarasehan Senawangi Dalam Rangka Kongres IX Senawangi 25-26 April 2017 Jakarta PENGERTIAN AKSIOLOGI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.
Lebih terperinciMATA PELAJARAN : SENI PEDALANGAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK
MATA PELAJARAN : SENI PEDALANGAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK Pedagogi Inti 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang dapat dikatakan merupakan buah pikir dari warisan leluhur. Warisan leluhur dapat berupa artefak yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian
Lebih terperinci3. Karakteristik tari
3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya
Lebih terperinci