BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Bambu Duri Taksonomi bambu duri Bambu merupakan nama bagi kumpulan rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu melempeng dengan batang yang biasanya tegak, kadang memanjat, mengayu dan bercabang-cabang serta dapat mencapai umur panjang yakni tahun (Heyne 1987). Taksonomi Bambu duri (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schlutes) menurut Dransfield dan Widjaja (1995) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monokotil Ordo : Gramineae Famili : Poaceae Subfamili : Bambusideae Nama lokal : Bambu duri Nama ilmiah : Bambusa blumeana J.A. & J.H.Schultes Nama sinonim : Bambusa blumeana BI.ex.Schult.f., Bambusa spinosa Blume ex Nees (1825), B. pungens Blanco (1837), Bambus arundo Blanco (1845) Nama Inggris : Spiny bamboo dan thorny bamboo Nama Indonesia : Bambu duri, haur cucuk (Sunda), pring gesing (Jawa) Morfologi bambu duri Bambu duri dicirikan oleh buluh yang berbiku-biku dengan duri pada cabang-cabangnya dan membentuk rumpun padat. Rebung muda berwarna hijau kekuningan dengan bulu hitam tersebar, kadang hijau dengan garis-garis kuning pada pelepahnya. Buluh bambu memiliki tinggi mencapai 25 m, diameter mencapai 15 cm, dinding tebalnya mencapai 3 cm atau kadang hampir tidak berlubang pada buluh yang tumbuh di dataran kering, ruas panjangnya cm, gundul, hijau dengan buku-buku yang menonjol jelas. Buku-buku pada buluh

2 4 bagian pangkal tertutup akar udara. Percabangan muncul di seluruh bukubukunya, cabang umumnya tumbuh secara horizontal dan ditumbuhi duri tegak atau melengkung, satu cabang lebih besar daripada cabang lainnya. Pelepah buluh mudah luruh dengan kuping pelepah buluh bercuping, tinggi 2-5 mm, dengan buluh kejur panjangnya 4-25 mm, daun pelepah buluh menyebar (Widjaja 2001) Ekologi bambu duri Habitat Bambu duri dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim kering, mulai dari dataran rendah sampai tempat dengan ketinggian 300 m dpl. Jenis ini dapat tumbuh di tanah yang terlalu basah saat musim hujan dan terlalu kering saat musim kemarau. Bambu duri banyak ditanam dan tumbuh liar di Jawa dan diduga berasal dari Jawa Timur (Sastrapradja et al. 1977). Menurut Heyne (1987) bambu duri merupakan tumbuhan yang asli berasal dari India dan Srilangka kemudian menyebar luas hingga ke seluruh Asia Tenggara khususnya di Indonesia menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Ambon, Maluku, Halmahera, Kepulauan Laut Ternate, dan Irian Jaya Arboretum Konservasi terhadap kekayaan genetis yang mewakili flora dan fauna bertujuan untuk melestarikan dan mengamankan kekayaan biotik yang kita miliki Salim (1986) diacu dalam Dinata (2009). Menurut Dinas Kehutanan Republik Indonesia (1990), konservasi flora dan fauna dapat dilaksanakan baik di dalam kawasan (konservasi in-situ), maupun di luar kawasan (konservasi ex-situ). Tujuan dari konservasi tersebut adalah untuk melindungi dan melestarikan jenis, terutama pada flora dan fauna yang tergolong langka. Konservasi ex-situ dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan semuajenis flora dan fauna untuk menghindari bahaya kepunahan.salah satu alternatif bentuk aplikasi konservasi tumbuhan secara ex-situ adalah arboretum. Arboretum merupakan salah satu upaya untuk menangkarkan dan membudidayakan tanaman asli Indonesia. Selain itu, arboretum dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu menghubungkan bentuk antara kebun raya dan kebun koleksi kehutanan, terutama dalam fungsinya sebagai sumber plasma

3 5 nutfah. Menurut Taman (1955) diacu dalam Dinata (2009) arboretum adalah taman pohon-pohonan ataukayu-kayuan, termasuk jenis bambu yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuanterutama ilmu kehutanan. Menurut SK Rektor Institut Pertanian Bogor tanggal 18 Agustus 1995nomor : 086/Um/1995 tentang pengelola Arboretum atau Taman Hutan Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga menyatakan bahwa keadaan Arboretum atau Taman Hutan Kampus Darmaga memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi pengelola baik sebagai upaya penghijauan kampus, upaya konservasi jenis secara ex-situ, keindahan maupun sebagai pengatur tata udara, tata air dan tata tanah bagi wilayah di sekitarnya. 2.3 Status Kelangkaan International Union for Conservation of Natures (2011), mengelompokkan kategori kelangkaan tumbuhan menjadi 5 kategori sebagai berikut: 1. Punah (extinct): kategori untuk spesies tumbuhan yang diketahui telah musnah dan hilang sama sekali dari permukaan bumi. 2. Genting (endangered): kategori untuk spesies tumbuhan yang terancam kepunahan dan tidak akan dapat bertahan tanpa perlindungan yang ketat untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. 3. Rawan (vulnerable): kategori untuk spesies tumbuhan yang tidak segera terancam kepunahan tetapi terdapat dalam jumlah yang sedikit dan ekploitasinya terus berjalan sehingga perlu dilindungi. 4. Jarang (rare): kategori untuk spesies tumbuhan yang populasinya besar tapi tersebar secara lokal atau daerah penyebarannya luas tetapi tidak sering dijumpai serta mengalami erosi berat. 5. Terkikis (indeterminate): kategori untuk spesies tumbuhan yang jelas mengalami proses kelangkaan tetapi informasi keadaan sebenarnya belum mencukupi untuk menempatkannya secara pasti dalam salah satu kategori di atas.

4 6 2.4 Konservasi Ex-situ Konservasi menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan dan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi ex-situ adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat alaminya (Widada et al. 2006). Konservasi ex-situ adalah upaya perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian spesies di luar habitat aslinya berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian. Prioritas pelestarian ex-situ diberikan untuk spesies yang habitatnya telah rusak atau tidak dapat diamankan lagi. Menurut Zuhud et al. (2001) diacu dalam Hasanah (2008), tujuan pelestarian exsitu adalah untuk diintroduksi kembali ke habitat aslinya yang bertujuan untuk kegiatan pemuliaan dan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Menurut Sudarmonowati (2005) diacu dalam Farisa (2012), beberapa permasalahan dalam konservasi ek-situ antara lain keterbatasan fasilitas seperti fasilitas tempat penyimpanan koleksi untuk jangka panjang, keterbatasan tenaga terlatih dan keterbatasan dana karena upaya konservasi ex-situ memerlukan dana yang tidak sedikit. Teknik konservasi ex-situ di lapang memerlukan lahan yang luas dan tidak semua jenis tanaman dapat hidup di luar habitat aslinya. Sementara itu, konservasi ex-situ di laboratorium dengan kultur jaringan dapat menghemat tempat, namun masih banyak jenis tanaman yang belum dapat dikembangkan dengan kultur jaringan. Konservasi ex-situ di lapang antara lain arboretum (kebun penelitian dan pendidikan), kebun raya, bank benih, bank gen lapangan dan kebun koleksi. Peranan dari kebun koleksi terutama adalah sebagai laboratorium hidup, gene pool dan gene bank tumbuhan obat, dimana kisaran yang besar dari variasi genetik jenis dapat diperoleh. Bank keanekaragaman sumberdaya hayati ini berperan sangat penting sebagai sumber genetik untuk kegiatan penangkaran dan perakitan benih dan bibit unggul (Zuhud 1989). Kelemahan dari konservasi ex-situ di lapang adalah kemungkinan kehilangan koleksi akibat faktor alam seperti kemarau panjang, banjir, longsor dan lain-lain.

5 7 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, lembaga konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan atau satwa di luar habitat aslinya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 pasal 15 menyatakan bahwa pemeliharaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya dilaksanakan untuk menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis tumbuhan dan satwa. Pemeliharaan meliputi juga koleksi jenis tumbuhan dan satwa di lembaga konservasi. Fungsi lembaga konservasi dijelaskan dalam pasal 22 yaitu: (1) pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mepertahankan kemurnian jenisnya; (2) tempat pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan. 2.5 Kegunaan Bambu Menurut Sutrisno (2008) bambu memiliki 4 fungsi diantaranya : a. Fungsi ekologi 1. Tumbuhan bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat sehingga dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air dan dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. 2. Tumbuhan bambu yang berupa rumpun dapat menciptakan iklim mikro di sekitarnya dan mampu menyerap Co 2 dari udara. 3. Hutan bambu dalam skala luas memungkinkan mikroorganisme dapat berkembang bersama dalam jalinan rantai makanan yang saling bersimbiosis. 4. Melindungi DAS sebagai tanaman reboisasi, dengan pertimbangan bahwa bambu digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan karena memiliki pertumbuhan yang cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan khusus, dalam usia 3-5 tahun telah memperoleh pertumbuhan yang baik dan dapat di panen setiap tahun. 5. Tumbuhan bambu dapat menimbulkan mata air karena efektif dalam konservasi air dan dapat menyerap air hujan sampai 90 %. 6. Tumbuhan bambu dapat meningkatkan permukaan air bawah tanah dan mampu menambah kapasitas air bawah tanah karena memiliki kemampuan

6 8 mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah. b. Fungsi konstruksi 1. Kontruksi bangunan tahan gempa serta rancangan perumahan rumah sangat sederhana dengan menggunakan bahan bambu untuk tiang, dinding, kudakuda, dan atap. 2. Sebagai pagar alami di sekitar rumah masyarakat. c. Fungsi sosial budaya 1. Bambu menjadi kelengkapan dalam upacara adat, upacara pernikahan, dan lain-lainnya. 2. Sebagai alat musik khas komunitas tertentu seperti angklung, calung, suling, dan gambang. 3. Beberapa tempat, spesies bambu tertentu menjadi bagian dari mitos kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis. d. Fungsi ekonomi 1. Aneka bentuk kerajinan mulai dari kebutuhan rumah tangga, cinderamata, perdagangan, dan industri. 2. Pengembangan wirausaha kerajinan di Indonesia berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat produk barang yang dihasilkan agar dipasarkan oleh pasar lokal maupun luar negeri. 2.6 Pemanfaatan Bambu Duri a. Rebung Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang di dalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung dapat digunakan untuk membedakan jenis bambu karena menunjukkan warna yang khas pada ujung dan bulu-bulu yang terdapat di pelepahnya. Sutiyono et al. (1996) menyatakan bahwa pucuk rebung bambu muda adalah bagian yang penting karena merupakan daerah pertumbuhan dengan ciriciri pendek, masif, penuh zat makanan dan terlindung oleh selubung yang kaku. Rebung bambu memiliki kandungan serat yang cukup tinggi sehingga sangat bermanfaat dalam proses pencernaan, mencegah kanker usus, menetralisir lemak dan melancarkan peredaran darah (Andoko 2003). Selain itu, menurut

7 9 Sutiyono et al. (1996), nilai gizi rebung bambuduri setiap 100 g rebung yang dimakan mengandung g air; 3,9-4,4 g protein; 0,5 g lemak; 5,5 g karbohidrat; 1 g serat; 1 g abu; mg Ca; mg P; 0,1-0,4 mg Fe; 76 IU vitamin A; 0,16 mg vitamin B1; 0,05 mg vitamin B2 dan 0,3-0,5 mg vitamin C. Jenis bambu duri memiliki kadar HCN kecil atau tidak ada. Menurut Asrori (2008) HCN atau asam sianida merupakan asam lemah yang bersifat korosif dan apabila dikonsumsi langsung akan membahayakan tubuh, senyawa HCN yang mudah larut dalam air dan mudah menguap pada suhu diatas 26 0 C. Andoko (2003) menyatakan apabila rebung bambu mengandung HCN yang tinggi maka akan memiliki ciri rasa yang pahit dan berbahaya untuk dikonsumsi. b. Daun Masyarakat di daerah Jawa Barat atau dikenal dengan suku Sunda memanfaatkan daun bambu sebagai wadah pembungkus makanan. Makanan tersebut diantaranya adalah koecang yang terbuat dari beras yang dikukus menggunakan daun bambu. Daun bambu memberikan aroma khas pada makanan yang dibungkusnya dan memberikan warna hijau alami pada makanan tersebut.menurut Sutiyono et al. (1996) daun bambu duri dapat digunakan untuk pakan ternak, obat pencuci mata, bronchitis, gonorrhea dan demam. c. Buluh bambu (batang) Menurut Sutiyono et al. (1996), buluh bambu duri memiliki buluh dengan diameter besar, berdinding tebal dan beruas pendek. Bambu jenis ini cocok digunakan untuk bahan bangunan seperti tiang, jembatan dan tanggul. Selain itu, bambu ini memiliki kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah dan serat yang mudah dipisahkan sehingga cocok digunakan untuk bahan pulp dan kertas. Petani Filipina biasanya menggunakan bambu ini untuk ditanam di sekeliling rumah mereka sebagai penahan angin. Bambu ini juga ditanam sebagai pencegah erosi di tepi-tepi sungai. Bambu ini cocok digunakan sebagai pagar penahan angin karena buluhnya mudah dipotong, warna menarik, tumbuh dengan cepat, tajuknya rimbun dan mudah dibentuk, toleransi yang tinggi terhadap pemangkasan, serta pemeliharaan yang mudah dan melindungi tanah dari erosi (Sutiyono et al. 1996).

8 Budidaya Bambu Perbanyakan secara generatif sulit dilakukan karena beberapa sifat dari pembungaan bambu. Sharma (1991) diacu dalam Aziz (2000) menyimpulkan beberapa hal mengenai pertumbuhan generatif bambu yaitu selamanya steril, selalu berbunga, dan mempunyai daur pembungaan. Umur bunga yang diketahui dapat mencapai 120 tahun. Setelah berbunga didapatkan tiga tipe perilaku yakni mempunyai pertumbuhan yang lambat, kematian di bagian atas tanah saja, dan kematian di bagian atas dan bawah tanah. Oleh sebab itu, selama ini sebagian besar perbanyakan bambu digunakan dengan cara vegetatif yakni stek. Pembiakan bambu duri (B. blumeana) memiliki 2 teknik yakni secara vegetatif dan generatif. Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif yang paling sederhana dan sudah cukup lama dilakukan masyarakat sebelum mengenal cangkok dan okulasi. Stek bambu dilakukan dengan cara memisahkan atau memotong beberapa bagian dari tanaman agar bagian tersebut membentuk akar (Andoko 2003). Pembiakan bambu duri (B. blumeana) memiliki 2 teknik yakni secara vegetatif dan generatif. Buku batang, cabang, dan akar merupakan sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar. Oleh karena itu dalam usaha memperoleh bibit bambu ketiga jenis tersebut perlu dimanfaatkan. Keuntungan pembibitan dengan stek batang, cabang, dan akar adalah relatif menghasilkan bahan bibit lebih banyak, tanaman cepat besar, cepat berproduksi, dan memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya (Andoko 2003) selain itu menurut Sutiyono et al. (1996) keuntungan stek bonggol akar (rhizom) yakni tingkat keberhasilannya relatif sangat tinggi dan pertumbuhan bambu mencapai perumpunan normal relatif cepat (3-5 tahun). Sedangkan kelemahan menggunakan stek akar adalah harus membongkar induk rumpun yang tentunya kalau tidak hati-hati bisa merusak atau mematikan batang lain yang akarnya tidak diperlukan. Oleh karena itu, dilakukan efisiensi dengan cara memanfaatkan seluruh batang yang dipilih untuk bibit mulai buku-buku sisa batang yang ditebang. Bahkan bisa juga dimanfaatkan cabang-cabang sebagai stek cabang. Oleh sebab itu, hanya dilakukan 2 jenis stek yakni stek batang (buluh bambu) dan stek cabang bambu duri. Stek bonggol akar tidak dilakukan karena membongkar indukan

9 11 rumpun dapat merusak buluh bambu lain dan mematikan akar rimpang disekitarnya Teknik pembibitan stek batang Batang bambu yang baik untuk stek yakni dari batang bawah sampai tengah yang mengeluarkan batang tunas atau mata tunas pada buku-bukunya. Setelah batang induk ditentukan kemudian bagian yang akan di stek dipotong dengan gergaji sepanjang ± 20 cm di bawah dan atas buku-buku yang mengeluarkan tunas. Polybag persemaian yang telah berisi stek batang diletakkan pada tempat yang teduh dan lembab untuk merangsang keluarnya akar dan daun, untuk mempertahankan kelembapan, media persemaian dapat disiram air secara rutin atau sesuai dengan kebutuhan.setelah 2-3 bulan stek telah mulai berakar dan mengeluarkan daun (Andoko 2003). Batang bambu dipotong-potong berukuran 10 cm dari bawah dan atas buku yang terdapat tunas atau calon tunas sehingga stek batang berukuran ± 20 cm dan siap di tanam (Sutiyono et al. 1996) Teknik pembibitan stek cabang Bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari cabang yang menempel pada indukan kemudian dipotong cabang mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang. Cabang yang telah dipotong kemudian dipotong lagi bagian ujung sehingga diperoleh panjang stek cabang ± 75 cm (3-4 ruas). Stek cabang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang telah terisi media tanam. Waktu pembibitan baik dilakukan pada musim hujan karena memiliki tingkat kelembapan yang relatif tinggi sehingga buku-buku batang dan cabang segera muncul tunas (Sutiyono et al. 1996) kemudian menurut Andoko (2003) polybag persemaian stek cabang bambu tersebut diletakan di tempat yang teduh dan lembab serta disiram secara teratur untuk mempercepat keluarnya akar stek cabang. Setelah ± 2-3 bulan stek cabang bambu yang hidup akan mulai tumbuh akar. 2.8 Pertumbuhan Bambu Pertumbuhan merupakan pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan memerlukan sintesis protein dan prosesnya tidak dapat berbalik (Gardner et al diacu dalam Nadeak 2009).

10 12 Pertumbuhan batang bambu dapat dibedakan menjadi 3 yakni pertambahan tinggi pada ujung batang (rebung) yang disebabkan oleh aktivitas sel-sel jaringan meristem apikal (Sutiyono et al. 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bambu diantaranya : a. Tanah Semua jenis tanah dapat ditanami bambu kecuali tanah yang terdapat di dekat pantai jika tumbuh pertumbuhannya akan lambat dan ukuran batang kecil. Verhoef (1957) diacu dalam Sutiyono (1996) menyatakan bahwa berbagai keadaan tanah dapat ditumbuhi bambu mulai dari tanah berat sampai tanah yang kurang subur.jenis tanah yang terletak di daerah Arboretum Bambu Kampus Darmaga merupakan jenis tanah latosol coklat kemerahan. Menurut Soepardi (1983) tanah latosol memiliki produktifitas yang baik dan relatif lebih subur dibanding tanah jenis lainnya. Beberapa pengamatan menunjukkan ada kecenderungan bahwa tingkat kesuburan tanah berpengaruh terhadap ukuran batang baik panjang ruas, diameter, tebal dinding tetapi tidak terhadap jumlah ruas. Pada tanah yang memiliki kesuburan tinggi akan menghasilkan ukuran batang yang lebih besar (Sutiyono et al. 1996). b. Ketinggian tempat Tumbuhan bambu dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pengunungan berbukit-bukit dengan lereng curam sampai landai, dari ketinggian mdpl. Bambu duri akan tumbuh dengan baik pada selang ketinggian mdpl (Sutiyono et al. 1996). c. Iklim Suhu udara, curah hujan, dan kelembapan udara merupakan fakor-faktor yang mempengaruhi iklim. Menurut Huberman (1959) diacu dalamsutiyono (1996) suhu yang cocok untuk pertumbuhan bambu berkisar antara 8,8 o C-36 o C, curah hujan 1020 mm/tahun dan kelembapan udara dibutuhkan minimal 80%. Tumbuhan bambu di Indonesia tumbuh pada berbagai tipe iklim mulai dari tipe curah hujan A,B,C,D sampai E atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklim maka semakin banyak jumlah jenis bambu karena

11 13 tumbuhanbambu memerlukan banyak air. Hal ini terlihat oleh banyaknya tumbuhan bambu yang tumbuh di pinggir-pinggir sungai (Sutiyono et al. 1996). d. Hormon Tumbuhan Hormon tumbuhan (Zat pengatur tumbuh) berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein memiliki arti merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman. Hormon hanya efektif pada jumlah tertentu. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak bagian yang terluka. Bentuk kerusakannyaberupa pembelahan sel dan kalus yang berlebihan serta mencegah tumbuhnya tunas dan akar sedangkan apabila konsentrasi di bawah optimum maka menjadi tidak efektif (Wudianto 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Bambu Sembilang 2.1.1 Klasifikasi Dalam pengelompokannya, bambu termasuk kedalam salah satu jenis rumput-rumputan. Menurut Sutarno (1996) bambu adalah tumbuhan

Lebih terperinci

KONSERVASI EX-SITU BAMBU DURI (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes) DI ARBORETUM BAMBU KAMPUS DARMAGA BRIGITTA PRITA

KONSERVASI EX-SITU BAMBU DURI (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes) DI ARBORETUM BAMBU KAMPUS DARMAGA BRIGITTA PRITA KONSERVASI EX-SITU BAMBU DURI (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schultes) DI ARBORETUM BAMBU KAMPUS DARMAGA BRIGITTA PRITA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri Morfologis Bambu Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae (rumput-rumputan). Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah batang (buluh) yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Bambu Sembilang Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Bambu duri di Arboretum Bambu Kampus Darmaga Kondisi bambu duri (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schlutes) saat ini sangat memprihatinkan karena hanya memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bambu merupakan salah satu taksa yang sangat beragam dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Bambu termasuk ke dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae. Terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam II. TINJAUAN PUSTAKA A. DeskripsiBambuKuning Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar.salah satu sumber daya alam yang telah dikenal dan dibudidayakan secara

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka

TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat Hutan Tanaman Rakyat atau HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di

TINJAUAN PUSTAKA. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan spesies bambu. Di TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Bambu Deskripsi tanaman Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Rumput dapat dikatakan sebagai salah satu tumbuh-tumbuhan darat yang paling berhasil dan terdapat dalam semua tipe tempat tumbuh dan pada bermacam-macam keadaan. Bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu termasuk ke dalam famili Gramineae, sub famili Bambusoidae dansuku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang yang berongga, akar yang kompleks, serta daun berbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubikayu Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Wisata adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan endemik dianggap penting bukan hanya karena jumlah (populasi)nya yang sangat sedikit, melainkan juga karena populasi tersebut sangat terbatas secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah keunguan ini banyak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH (Rootone-F) TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR JATI (Tectona grandis) ) DALAM PERBANYAKAN SECARA STEK PUCUK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana-1

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan lokal merupakan buah yang varietas tanamannya asli dari Indonesia dan ditanam oleh petani Indonesia terlepas dari nama dan varietasnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dihindari dan mulai dapat dirasakan dampaknya terhadap kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap persebaran vegetasi di suatu wilayah. Perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah sulit untuk dihindari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah 2.1.1. Deskripsi Rumput Gajah Rumput gajah disebut juga Elephant grass, Uganda Grass, Napier grass, dan dalam bahasa latinnya adalah Pennisetum purpereum, termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci